Professional Documents
Culture Documents
TUGAS AKHIR
Disusun Oleh:
RAMLI KADIR
F 111 05 090
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2010
i
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun Oleh :
RAMLI KADIR
STB : F 111 05 090
Disahkan Oleh :
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
Pada hari Rabu tanggal Dua Puluh Tujuh Oktober 2010, Panitia Ujian Tugas
Akhir Program Studi Strata Satu (S1) Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas
Tadulako Berdasarkan SK Dekan Fakultas Teknik. No. 1497/H28.1.31/PP/2010
tanggal Tiga Puluh Oktober 2010, menyatakan menerima/menyetujui Tugas Akhir
yang telah dipertanggungjawabkan dihadapan Panitia Ujian Tugas Akhir oleh :
Majelis Penguji :
No. Nama / NIP Jabatan Tanda tangan
Ir. H. Andi Hasanuddin Azikin, M.Si
1. Ketua
NIP. 19560911 198601 1 001
DR. Andi Rusdin, ST. MT. M.Sc
2. Sekretaris
NIP. 19661216 19993 1 002
DR. Sance Lipu, ST. M.Eng
3. Anggota
NIP. 19690926 199702 1 001
Yassir Arafat, ST. MT
4. Anggota
NIP. 19701231 200003 1 002
Ir. Arody Tanga, MT
5. Anggota
NIP. 19660811 199403 1 003
Dosen Pembimbing :
No. Nama / NIP Jabatan Tanda tangan
Alifi Yunar, ST, MT
1. Pembimbing I
NIP. 19661216 19993 1 002
Totok Haricahyono, ST, MT
2. Pembimbing II
NIP. 19720303 200003 1 002
Alhamdulillah, Segala puji syukur bagi Allah SWT yang telah memberi
karunia kesehatan dan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan Tugas
Akhir ini. Shalawat dan salam ke atas Baginda Rasulullah Muhammad SAW yang
telah memberi keteladanan tauhid, ikhtiar dan kerja keras sehinggga menjadi
panutan dalam menjalankan setiap aktifitas kami sehari-hari, karena sungguh
suatu hal yang sangat sulit yang menguji ketekunan dan kesabaran untuk tidak
pantang menyerah dalam menyelesaikan penulisan ini.
v
11. Seluruh Dosen Fakultas Teknik Universitas Tadulako.
12. Seluruh Staf Pegawai Fakultas Teknik Universitas Tadulako
13. Bapak Kepala Balai Wilayah Sungai Sulawesi III Sulawesi Tengah.
14. Sahabatku Naftali Pali, Yoel Pasang, Amd, Suardi Sada, Amd, terima
kasih doa dan pengertiannya selama ini.
15. Teristimewa buat Ade Aby dan Ade Anzy, terima kasih doa dan dukungan
morilnya selama ini, Tetap sayang sama orang tua na….!!!!
16. Sahabat - sahabat Smile ’05 : Indrawan, Ikbal, Acal, Zul, Adit, Edi,
Febri, Hendra, Amin, Opan, Windra, Amd, Memet, Acang, Imam,
Iman, Mukti, Awin, Odet (Alm), Jefri, Rifki, Ucang, Sigit, Ipul, Ijal,
Fikal, Adri, Ikhy, Sahab, Wawan, Ready, Josua, Randi terima kasih atas
semua bantuanya, suka dukanya, selalu menemani dari awal kuliah hingga
sekarang ini, dan makasih untuk kebersamaannya. Smangat...Frenn...!!!!
17. Sahabat - sahabat seperjuanganku Civil 05; Yuyun, Aci, Intan,ST, Alfi,
Mida,ST, Anti, Degus,ST, Dita,ST, Vivi, dan teman-teman yang lain yang
tidak sempat di tulis satu persatu…. Thanx tuk semuanya guys….!!
18. Teman-teman seperjuangan lainnya, senior dan juniorku yang tidak sempat
disebut satu persatu. Terima kasih atas kebersamaan yang menyenangkan
selama ini.
Atas jerih payah, bimbingan, bantuan serta dorongan yang berharga itu,
penulis tidak dapat memberikan balas jasa apapun, kecuali memohon kepada
Allah SWT agar melimpahkan rahmat-Nya kepada mereka semua.
Penulis menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari sempurna, dan
segala kritikan serta saran-saran yang menuju ke arah perbaikan tulisan ini sangat
diharapkan. Semoga tulisan ini berguna bagi ilmu pengetahuan dan bermanfaat
bagi kita semua serta mendapatkan Ridho Allah SWT. Amien….
Ramli Kadir
vi
ABSTRACT
RAMLI KADIR, F 111 05 090. Micro Hydro Power Plant Design at Marimpa
River at Pinembani Subdistrict (guided by Alifi Yunar and Totok Haricahyono).
The research is done due to the lacle of electricity in pinembani area, thus
this is the main reasor to explore the potency of Marimpa riveo for the Micro
Hydro Power Development.
The objective of this study is to calculate the rate of dependable flow, that
the electricity could be produced and to design the Micro Hydro Power Scheme.
The study begin with the collection of secondary data, such as the data of
rain fall, climatic data, catchment area, population, that gained from Balai
Wilayah Sungai Sulawesi III and Badan Pusat Statistik Sulawesi Tengah. The
Method that apply for evapotranspiration calculation is Penman Modification.
Dependable flow analyzed by using F. J. Mock method. The research result shows
that the dependable flow according to F.J. Mock method is 0,064 m3/s and the
energy produced is 3,696 kW.
Key Words : Rate of flow, energy, design.
vii
ABSTRAK
viii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ……………………………...….……… 1
1.2 Rumusan Masalah ……………………………………. 2
1.3 Maksud dan Tujuan ………………………...………… 2
1.4 Manfaat Penelitian …………….……………...……….. 2
1.5 Metode Penulisan …………………………...…………. 3
BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
2.1 Letak Daerah Penelitian ……………….…..………….. 4
2.2 Kondisi Sosial Ekonomi……………….....…………… 4
2.2.1 Tata Guna lahan………………………………… 4
2.2.2 Pendidikan………………………...……………. 5
2.2.3 Populasi……………………………………….… 5
2.3 Kondisi Topografi …………………….…..…………... 5
2.3.1 Gambaran Umum Lokasi……….………………. 5
2.3.2 Peta Topografi……………………………….….. 6
2.4 Kondisi Hidrologis……………………………………. 6
ix
2.4.1 Umum………………………………………….... 6
2.4.2 Iklim…………………………………………...... 6
2.4.3 Kualitas Air……………………………..………. 11
2.4.4 Curah Hujan………….…………………………. 11
BAB III TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Umum ……………………………………...…….….... 16
3.2 Debit Andalan …….…………………..…………….... 16
3.2.1 Metode Penman Modifikas ……………………. 17
3.2.2 Metode F.J.Mock ………………………………. 19
3.3 Tinjauan Teknis …………..…………..………….…… 23
3.3.1 Pengertian dan Prinsip PLTA ………………….. 23
3.3.2 Penentuan Tinggi Jatuh Efekti ………………… 24
3.3.3 Penentuan Debit Turbin ………………………... 25
3.4 Klasifikasi PLTA .…………………...……………….. 26
3.4.1 Penggolongan Berdasarkan Tinggi Terjunan ..… 26
3.4.2 Penggolongan Menurut Aliran Air ……….……. 26
3.5 Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro …………….. 27
3.5.1 Perkembangan Pusat Listrik Tenaga Air ………. 27
3.5.2 Penerapan Teknologi Mikro Hidro ……………. 28
3.5.3 Rencana Konsep Rancang Bangun Mikrohidro ... 29
3.5.4 Komponen Pokok Mikro Hidro ……………….. 30
3.6 Pemilihan Turbin ……….………………………..…… 37
3.6.1 Kriteria Pemilihan Jenis Turbin …………...…… 38
3.7 Perencanaan Daya Listrik .…………..…...…………... 41
BAB IV METODELOGI PENELITIAN
4.1 Lokasi Penelitian …………………………….……….. 43
4.2 Alat dan Bahan Penelitian …………..………………... 43
4.3 Langkah-langkah Penelitian ………………….……….. 43
4.4 Pengumpulan Data …………………….…….…..……. 44
4.5 Bagan Alir Penelitian …………………………………. 46
x
BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN
5.1 Debit Andalan …………………………...…….…….... 47
5.1.1 Evaluasi Data …………………….….…………. 47
5.1.2 Perhitungan Evapotranspirasi Potensial …..……. 47
5.1.3 Perhitungan Debit Andalan Sungai…………….. 52
5.2 Debit Banjir.. ….…………..…………..………….…… 68
5.2.1 Analisis Frekuensi ………………………..……. 68
5.2.2 Debit Banjir Rancangan Metode Rasional …….. 73
5.3 Desain Dasar ….…………..…………..………….……75
5.4 Data Desain …………………………...………………. 75
5.5 Desain Dasar Pekerjan Sipil ……………...…………… 76
5.5.1 Bangunan Pengalih Aliran (Cofferdam) ..……… 76
5.5.2 Bendung …………………….. ………………… 77
5.5.3 Bangunan Pengambilan (Intake) ……...………...82
5.5.4 Saluran Pembawa …………………………….... 85
5.5.5 Bangunan Pengendap Sedimen …………………87
5.5.6 Pipa Pesat (Penstock) ……………….…………. 90
5.5.7 Kehilangan Tenaga (Head Loss) ……….……… 92
5.5.8 Rumah pembangkit ……………………………. 95
5.5.9 Saluran Pembuang Akhir (Tail Race) ………….. 95
5.6 Kapasitas Daya dan Produksi Energi ..……………….. 96
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan ……….………………………………….. 98
6.2 Saran …………………………………………....…….. 98
DAFTAR PUSTAKA
GAMBAR DESAIN
LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
xii
Tabel 5.7 Analisa Debit Andalan dengan Metode F.J.Mock Sungai
Marimpa Thn.2005 …………………………………..……. 61
Tabel 5.8 Analisa Debit Andalan dengan Metode F.J.Mock Sungai
Marimpa Thn.2006 …………………………………..……. 62
Tabel 5.9 Analisa Debit Andalan dengan Metode F.J.Mock Sungai
Marimpa Thn.2007 …………………………………..……. 63
Tabel 5.10 Analisa Debit Andalan dengan Metode F.J.Mock Sungai
Marimpa Thn.2008 …………………………………..……. 64
Tabel 5.11 Analisa Debit Andalan dengan Metode F.J.Mock Sungai
Marimpa Thn.2009 …………………………………..……. 65
xiii
DAFTAR GAMBAR
xiv
Gambar 5.13 Koefisien Kehilangan Tinggi Energi Untuk Peralihan-
Peralihan Saluran Trapesium ke Pipa, dan Sebaliknya ..... 92
xv
DAFTAR LAMPIRAN
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
1
khusunya desa Dangaraa dalam meningkatkan keadaan ekonomi dan
memenuhi kebutuhan kelistrikan di daerah tersebut. Untuk itulah akan
direncanakan PLTMH yang system pengalirannya menggunakan saluran
terbuka dan tertutup (pipa).
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas pada penulisan ini adalah :
1. Debit yang dihasilkan dari aliran sungai Marimpa.
2. Daya yang bisa dihasilkan dari aliran sungai Marimpa.
3. Besarnya kebutuhan listrik yang akan digunakan masyarakat desa
Dangraa.
2
penerangan untuk masyarakat, pendidikan, industri kecil maupun lahan
penelitian yang mungkin dapat dilaksankan didaerah tersebut.
3
BAB II
4
mengalir melalui kawasan perkebunan coklat dan kelapa
masyarakat. Tata guna lahan pada lokasi rencana bangunan
pengambilan hingga rumah pembangkit adalah lahan perkebunan
masyarakat.
2.2.2. Pendidikan
2.2.3. Populasi
5
2.3.2. Peta Topografi
2.4.1. Umum
2.4.2. Iklim
6
Tabel 2.1. Kelembaban Relatif Stasiun Porame
7
7
Tabel 2.2. Temperatur Rata-rata Bulanan Stasiun Porame
8
8
Tabel 2.3. Kecepatan Angin Bulanan Stasiun Porame
9
9
Tabel 2.4. Penyinaran Matahari Bulanan Stasiun Porame
10
10
2.4.3 Kualitas Air
Saat dilakukan survey tidak tampak adanya tanda-tanda
kehawatiran tentang kualitas air. Hal ini juga ditunjukkan oleh
adanya ternak masyarakat yang memakai air sungai ini sebagai air
minum.
2.4.4 Curah Hujan
Berdasarkan data curah hujan harian pada stasiun Tanamea
dan Porame, dengan serial data dari tahun 2000 sampai dengan
2010, dibuatlah tabulasi curah hujan bulanan seperti yang disajikan
pada tabel 2.5. sebagai berikut:
11
Tabel 2.5.. Curah Hujan Bulanan Stasiun Porame (mm/bln.)
12
12
L
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Umum
16
Metode ini menganggap bahwa air hujan yang jatuh pada daerah
aliran (DAS) sebagian akan menjadi limpasan langsung dan sebagian akan
masuk tanah sebagai air infiltrasi, kemudian jika kapasitas menampung
lengas tanah sudah terlampaui, maka air akan mengalir ke bawah akibat
gaya gravitasi
3.2.1 Metode Penman Modifikasi
Data terukur yang dibutuhkan yaitu letak lintang (LL), suhu udara
(t), kecerahan matahari (n/M), kecepatan angin (u) dan kelembaban
relatif (RH) dengan rumus :
Eto = c x Eto*
Eto* = W(0,75 x Rs – Rn1) + (1 – W) x (f(u) x (ea –ed) … (3.1)
Dimana :
c = Factor koreksi penman
w = Factor penimbangan untuk suhu dan elevasi daerah
Rs = Jumlah radiasi gelombang pendek
Rs = (0,25 + 0,54 n/M) x Ra ………………………….. (3.2)
Ra = Radiasi gelombang pendek yang memenuhi batas luar
Atmosfer (mm/hr)
n =Rata-rata cahaya matahari sebenarnya dalam satu hari (jam)
N = Lama cahaya matahari maksimum yang mungkin dalam
satu hari
Rn = Radiasi bersih gelombang panjang (mm/hr)
Rn = f(t) x f(ed) x f(n/N)……………………………… (3.3)
f(t) = fungsi suhu
f(ed) = fungsi tekanan uap
f(n/N) = fungsi kecerahan matahari
f(u) = 0,27 (1 + u x 0,864) ............................................ (3.4)
f(u) = fungsi kecepatan angin
f(n/N) = 0,1 + 0,9 n/N ....................................................... (3.5)
17
ea-e = defisit tekanan uap yaitu selisih antara tekanan uap jenuh
(ea) pada T rata-rata dalam (mbar) dan tekanan uap
sebenarnya (ed) dalam (mbar)
ea=ed = ea x RH/100.......................................................... (3.6)
18
Tabel 3.3. Maksimum Penyinaran Matahari (N)
Lintang
Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sept Okt Nop Des
Utara
Lintang
Jul Aug Sep Okt Nop Des Jan Peb Mar Apr Mei Jun
Selatan
10 11,60 11,80 12,00 12,30 12,60 12,70 12,60 12,40 12,10 11,80 11,60 11,50
5 11,80 11,90 12,00 12,00 12,30 12,30 12,40 12,30 12,10 12,00 11,90 11,80
0 12,00 12,00 12,00 12,00 12,00 12,00 12,00 12,00 12,00 12,00 12,00 12,00
19
E = Eto x d/30 x m …………..……………. (3.7)
E = Eto x (m / 20) x (18-n) ……….………………. (3.8)
Ea = Eto – E ………………………… (3.9)
Dimana :
Ea = Evapotranspirasi aktual (mm)
Eto = Evapotranspirasi potensial (mm)
d = 27 – (3/2) x n
n = jumlah hari hujan dalam sebulan
m = Perbandingan permukaan tanah tanah yang tidak
tertutup dengan tumbuh-tumbuhan penahan hujan koefisien
yang tergantung jenis areal dan musiman dalam % )
m = 0 untuk lahan dengan hutan lebat.
m = Untuk lahan dengan hutan sekunder pada akhir musim
dan bertambah 10 % setiap bulan berikutnya.
m = 10 – 40% untuk lahan yang erosi
m = 30 –50 % untuk lahan pertanian yang diolah ( sawah )
3. Keseimbangan air dipermukaan tanah (S)
a. Air hujan yang mencapai permukaan tanah dapat dirumuskan
sebagai berikut :
S = R – Ea ……………………….…… (3.10)
Dimana :
S = Keseimbangan air dipermukaan tanah
R = Hujan Bulanan
Ea = Evapotranspirasi Aktual
Bila harga positif (R > Ea) maka air akan masuk ke dalam
tanah bila kapasitas kelembapan tanah belum terpenuhi.
Sebaliknya bila kondisi kelembapan tanah sudah tercapai
maka akan terjadi limpasan permukaan (surface runoff).
Bila harga tanah S negatif ( R > Ea ) , air hujan tidak dapat
masuk kedalam tanah (infltrasi) tetapi air tanah akan keluar
dan tanah akan kekurangan air (defisit)
20
b. Perubahan kandungan air tanah (soil storage) tergantung dari
harga S. Bila S negatif maka kapasitas kelembapan tanah
akan kekurangan dan bila harga S positif akan menambah
kekurangan kapasitas kelembapan tanah bulan sebelumnya.
c. Kapasitas kelembapan tanah (soil moisture capacity). Didalam
memperkirakan kapasitas kelembapan tanah awal diperlukan
pada saat dimulainya perhitungan dan besarnya tergantung
dari kondisi porositas lapisan tanah atas dari daerah
pengaliran. Biasanya diambil 50 s/d 250 mm, yaitu kapasitas
kandungan air didalam tanah per m3. semakin besar porositas
tanah maka kelembapan tanah akan besar pula.
d. Kelebihan Air (water surplus)
Besarnya air lebih dapat mengikuti formula sbb :
WS = S - Tampungan tanah ...………… (3.11)
Dimana :
WS = water surplus
S = R- Ea
Tampungan Tanah = Perbedaan Kelembapan tanah.
4. Limpasan dan penyimpanan air tanah (Run off dan Ground
Water storage ).
a. Infiltrasi (i)
Infiltrasi ditaksir berdasarkan kondisi porositas
tanah dan kemiringan daerah pengaliran. Daya infiltrasi
ditentukan oleh permukaan lapisan atas dari tanah. Misalnya
kerikil mempuyai daya infiltrasi yang lebih tinggi
dibandingkan dengan tanah liat yang kedap air. Untuk lahan
yang terjal dimana air sangat cepat menikis diatas permukaan
tanah sehingga air tidak dapat sempat berinfltrasi yang
menyebabkan daya infiltrasi lebih kecil. Formula dari
infiltrasi ini adalah sebagai berikut :
21
i = Koefisien Infiltrasi x WS ……………...… (3.12)
Dimana :
i = Infiltrasi (Koefisien Infiltrasi (i) = 0 s/d 1,0 )
WS = kelebihan air
b. Penyimpanan air tanah (ground water storage)
Pada permulaan perhitungan yang telah ditentukan
penyimpanan air awal yang besarnya tergantung dari kondisi
geologi setempat dan waktu.Persamaan yang digunakan
adalah (sumber : PT. Tricon Jaya, Sistim Planing Irigasi
Ongka Persatuan Kab. Donggala Hal V-4)
Vn = k. (Vn – 1) + ½ (1 + k ) i n …………….. (3.13)
Dimana :
Vn = Volume simpanan ait tanah periode n ( m3)
Vn – 1 = Volume simpanan air tanah periode n – 1 (m3)
K = qt/qo = Faktor resesi aliran air tanah (catchment
are recession factor ). Faktor resesi aliran tanah (k)
berkisar antara 0 s/d 1
qt = Aliran tanah pada waktu t (bulan ke t)
qo = Aliran tanah pada awal (bulan ke 0)
in = Infiltrasi bulan ke n (mm)
Untuk mendapatkan perubahan volume aliran air dalam tanah
mengikuti persamaan : Vn = Vn - Vn – 1 …. (3.14)
c. Limpasan (Run off )
Air hujan atau presipitasi akan menempuh tiga jalur menuju
kesungai. Satu bagian akan mengalir sebagai limpasan
permukaan dan masuk kedalam tanah lalu mengalir ke kiri
dan kananya membentuk aliran antara. Bagian ketiga akan
berperkolasi jauh kedalam tanah hingga mencapai lapisan air
tanah. Aliran permukaan tanah serta aliran antara sering
digabungkan sebagai limpasan langsung (direc runoff)
22
Untuk memperoleh limpasan, maka persamaan yang
digunakan adalah :
BF = I - ( Vn ) ………………....................... (3.15)
Dro = WS – I …………………………........ (3.16)
Ron = BF +Dro ……….…………………….. (3.17)
Dimana :
BF = Aliran dasar (M3 /dtk/km)
I = Infltrasi (mm)
Vn = Perubahan volume aliran tanah (M3)
Dro = Limpasan Langsung (mm)
WS = Kelebihan air
Ron = Limpasan periode n (M3/dtk/km2)
23
Dimana :
P = Tenaga yang dikeluarkan secara teoritis
H = Tinggi air jatuh efektif (m)
Q = Debit Pembangkit (m3/det)
9,8 = Percepatan grafitasi = 9,81m/s2
Sebagaimana dapat dipahami dari rumus tersebut di atas,
daya yang dihasilkan adalah hasil kali dari tinggi jatuh dan debit
air, oleh karena itu berhasilnya pembangkitan tenaga air tergantung
dari pada usaha untuk mendapatkan tinggi jatuh air dan debit yang
besar secara efektif dan ekonomis. Pada umumnya debit yang besar
membutuhkan fasilitas dengan ukuran yang besar misalnya,
bangunan ambil air (intake), saluran air dan turbin (Arismunandar
dan Kuwahara, 1991).
3.3.2 Penentuan Tinggi jatuh Efektif
1. Jenis saluran air
Tinggi jatuh efektif dapat diperoleh dengan mengurangi
tinggi jatuh total (dari permukaan air pada pengambilan sampai
permukaan air saluran bawah) dengan kehilangan tinggi pada
saluran air (Arismunandar dan Kuwahara, 1991). Tinggi jatuh
penuh (Full head) adalah tinggi air yang bekerja efektif pada
turbin yang sedang berjalan. Untuk jenis saluran air, bila
diketahui permukaan air pada bangunan pengambilan dan
saluran bawah serta debit air, maka tinggi jatuh efektif
kemudian dapat ditentukan, dengan dasar pertimbangan
ekonomis. Misalnya, bila kehilangan tinggi jatuh air dapat
dikurangi dengan memperbesar penampang saluran air atau
memperkecil kemiringannya, maka tinggi jatuh dapat digunakan
dengan efektif (Arismunandar dan Kuwahara, 1991).
2. Jenis waduk atau waduk pengatur
Jika naik turunnya permukaan air waduk sudah dapat
ditentukan, maka tinggi jatuh efektif maksimum dan minimum
24
dapat ditentukan seperti diuraikan diatas, sesuai dengan
permukaan air waduk dalam keadaan maksimum dan minimum.
Namun apanila naik turunnya permukaan air yang ada sangat
besar, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a) Tinggi jatuh normal
Ini adalah tinggi jatuh efektif yang dipakai sebagai dasar
untuk menentukan tenaga yang dihasilkan atau efisiensi dari
turbin. Pada umumnya turbin dapat bekerja dengan efisiensi
maksimal pada tinggi jatuh ini.
b) Perubahan tinggi jatuh
Kapasitas efektif waduk dan naik turunnya permukaan air
waduk ditentukan berdasarkan atas daya puncak yang
dihasilkan dan lamanya hal ini berlangsung ; hal ini
disesuaikan dengan hubungan antara penyediaan dan
kebutuhan tenaga, rencana penyediaan tenaga pada musim
kemarau, pemanfaatan air banjir, dan lain-lain.
3.3.3 Penentuan Debit Turbin
1. Debit maksimum
Debit maksimum turbin ditentukan sedemikian rupa
sehingga biaya konstruksinya menjadi minimum berdasarkan
lengkung debit sepuluh tahun terakhir atau lebih. Nilainya pada
umumnya dua kali debit dalam musim kemarau (Arismunandar
dan Kuwahara, 1991).
2. Jumlah air pasti
Jumlah air pasti (firm water quantity) adalah jumlah air
yang pasti dapat dimanfaatkan sepanjang tahun. Ini diperoleh
dari jumlah air dalam musim kering dikurangi dengan jumlah air
yang dialirkan dibagian hilir untuk keperluan pengairan,
perikanan, pariwisata, dan lain-lain (Arismunandar dan
Kuwahara, 1991).
25
3.4 Klasifikasi PLTA
3.4.1 Penggolongan Berdasarkan Tinggi Terjunan (Arismunandar
dan Kuwahara, 1997).
Pusat listrik jenis terusan air (water way) adalah pusat
listrik yang mempunyai tempat ambil air (intake) dihulu sungai,
dan mengalirkan air ke hilir melalui terusan air dengan kemiringan
(gradient) yang agak kecil. Tenaga listrik dibangkitkan dengan
memanfaatkan tinggi terjun dengan kemiringan sungai tersebut.
Jenis bendungan (dam) adalah jenis pusat listrik dengan
bendungan yang melintang sungai guna menaikan permukaan air
dibagian hulu bendungan dan membangkitkan tenaga listrik
dengan memanfaatkan tinggi terjun yang diperoleh antara
disebelah hulu dan hilir sungai.
Pusat listrik jenis bendungan dan terusan air merupakan
jenis gabungan dari kedua jenis tersebut diatas. Jenis ini
membengkitkan tenaga listrik dengan menggunakan tinggi terjun
yang didapat dari bendung dan terusan.
3.4.2 Penggolongan Menurut Aliran Air
Pusat listrik jenis aliran sungai langsung (run of river)
kerap kali dipakai pada pusat listrik jenis saluran air. Jenis ini
membangkitkan tenaga listrik dengan memanfatkan aliran air
sungai itu sendiri secara alamiah.
Pusat listrik dengan kolam pengatur (regulating pond)
mengatur aliran sungai setiap hari atau setiap minggu dengan
menggunakan kolam pengatur yang dibangun melintang sungai dan
membangkitkan tenaga listrik sesuai dengan perubahan beban.
Pusat listrik jenis waduk (reservoir) mempunyai sebuah
bendungan besar yang dibangun melintang. Dengan demikian
terjadi sebuah danau buatan, kadang-kadang sebuah danau asli
dipakai sebagai waduk. Air yang dihimpun dalam musim hujan
26
dikeluarkan pada musim kemarau, jadi pusat listrik jenis ini sangat
berguna untuk pemakaian sepanjang tahun.
Pusat listrik jenis pompa (pumped storage) adalah jenis
PLTA yang memanfaatkan tenaga listrik yang berlebihan pada
musim hujan atau pada saat pemakaian tenaga listrik berkurang
pada tengah malam. Pada waktu itu air dipompa ke atas dan
disimpan dalam waduk. Jadi pusat listrik jenis ini memanfaatkan
kembali air yang didapat untuk membangkitkan tenaga listrik pada
beban puncak pada siang hari.
3.5 Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH)
3.5.1 Perkembangan Pusat Listrik Tenaga Air
Akhir-akhir ini di dunia termasuk negara-negara maju,
memperhatikan pembangunan PLTA berkapasitas kecil. Pembagian
PLTA dengan kapasitas kecil pada umumnya adalah sebagai
berikut (Patty, 1995) :
1. PLTA mikro < 100 kW
2. PLTA mini 100 - 999 kW
3. PLTA kecil 1000 - 10000 kW
Dengan kemajuan teknis, tinggi = 1 – 1,5 m dapat
digunakan dan kapasitas turbin dapat dibuat 4 – 5 kW. Salah satu
sebab bagi negara-negara maju membangun PLTA berkapasitas
kecil ini adalah harga minyak OPEC yang terus meningkat
sekarang ini, di samping bertambahnya kebutuhan listrik (Patty,
1995).
Di Indonesia salah satu program pemerintah adalah listrik
masuk desa terpencil di daerah pegunungan, pembangunan PLTA
menghubungkan desa ini dengan hantaran tegangan tinggi tidaklah
ekonomis. Berdasarkan pertimbangan diambil langkah-langkah
berikut dalam perencanaan PLTA mikro hidro untuk suatu daerah
pedesaan (Patty, 1995) :
27
1. Mempelajari bangunan air irigasi (irigasi, drainase dan lain-
lain) yang sudah ada di desa tersebut.
2. Meneliti bahan bangunan yang terdapat di tempat serta
pendidikan masyarakat desa.
3. Meneliti mesin yang hendak dipakai, lebih baik digunakan
mesin yang lebih mahal tetapi memerlukan biaya yang lebih
sedikit dan waktu yang lebih singkat untuk reparasi.
3.5.2 Penerapan Teknologi Mikro Hidro
Sekarang ini masih menghadapi berbagai kendala,
sehingga baru sebagian kecil dari potensi tenaga air yang ada di
daerah irigasi dan sungai-sungai kecil diseluruh Indonesia yang
sudah dimanfaatkan untuk pembangkit tenaga mikro hidro.
Kendala utama yang perlu diatasi dengan sebaik-baiknya adalah
bahwa sampai sekarang teknologi mikro hidro belum dapat
mencapai nilai komersial yang baik. Mikro hidro masih disebut
secara pesanan, sehingga mikro hidro dengan kehandalan tinggi
yang disebut dengan teknologi maju membutuhkan biaya investasi
awal yang besar. Sebaliknya, mikro hidro yang dibuat dengan
menggunakan teknologi sederhana, walaupun tidak membutuhkan
biaya investasi awal yang besar, pada umumnya mempunyai
kehandalan rendah dan masih memerlukan biaya pemeliharaan
yang tinggi untuk menjamin kelangsungan operasinya. Selain itu,
mikro hidro yang kehandalannya rendah sering mengalami
gangguan pengopersaian yang dapat merugikan konsumen
(Endardjo, et all, 1998).
Pengembangan rancang bangun mikro hidro standar PU
dimaksudkan sebagai upaya standarisasi untuk mengembangkan
mikro hidro standar yang mempunyai kehandalan tinggi dengan
biaya investasi awal yang layak (Endardjo, et all, 1998).
28
3.5.3 Rancangan Konsep Rancang Bangun Mikrohidro
Dari hasil studi awal telah dapat disiapkan rancangan
konsep rancang standar PU yang masih bersifat sementara dan
akan terus disempurnakan (Endardjo,et,all,1998).
1. Konstruksi bangunan sipil
Saluran kolam tandon dan bagian-bagiannya dibuat dari
komponen-komponen modular saluran terbuka (U-Ditch)
beton pracetak yang diproduksi secara pabrikasi.
Pipa pesat dan bagian-bagiannya dibuat dari komponen-
komponen modular pipa beton pracetak yang diproduksi
secara pabrikasi.
Bak penampung belakang, untuk menampung aliran air
dari turbin, dibuat dari komponen modular beton pracetak
yang diproduksi secara pabrikasi.
Rumah pembangkit merupakan rumah sederhana dengan
dinding dari pasangan bata/batako atau papan dan atap dari
seng gelombang yang secara keseluruhan dibangun
ditempat.
2. Konstruksi peralatan elektro-mekanik
a. Turbin cross flow berikut adaptor pipa pesat dan bagian-
bagian lainnya dibuat dari konstruksi besi plat, besi profil
dan besi cor secara pabrikasi.
b. Generator lengkap dengan pengatur tegangan otomatis
(AVR) menggunakan produk yang tersedia di pasar.
c. Penyelaras daya (kontrol beban) sedang dikaji apakah
akan menggunakan sistem pengontrol kecepatan turbin
atau sistem pembuang kelebihan daya.
d. Panel kontrol (panel daya) menggunakan produk yang
tersedia dipasar.
29
Berikut ini dikemukakam beberapa hal pokok yang menjadi
fokus perhatian dalam pengembangan rancang bangun mikrohidro
standar PU (Endardjo, et, all, 1998) :
1. Sistem Konstruksi
Pemilihan sistem konstruksi dengan komponen-
komponen modular yang dibuat secara pabrikasi didasarkan
pada pertimbangan bahwa biaya konstruksi akan dapat ditekan
serendah mungkin apabila sebagian besar elemen
bangunan/peralatan dibuat secara massal.
2. Kapasitas Daya Mikrohidro
Penetapan kapasitas daya maksimum mikrohidro
sebesar 50 kW didasarkan pada perkiraan sementara (belum
dilakukan studi) bahwa harga komersial mikrohidro yang dapat
diterima oleh pasar tidak lebih dari Rp 150.000.000,- dan harga
per kW mikrohidro untuk kapasitas daya 50 kW maksimum Rp
3.000.000,- perkiraan kasar harga per kW mikrohidro bersifat
sangat sementara karena dalam komponen mikrohidro masih
ada kandungan impor.
3. Kapasitas Tinggi Terjun dan Debit Mikrohidro
Kapasitas tinggi terjun mikrohidro ditetapkan
maksimum 50 m didasarkan pada kemampuan memikul beban
tekanan dari komponen-komponen mikrohidro yang sedang
dikembangkan. Sedangkan kapasitas tinggi terjun minimum
ditetapkan 4 m dimaksudkan untuk membatasi besar debit
mikrohidro agar pada kapasitas daya minimum 10 kW debit
mikrohidro tidak lebih dari 500 liter/det.
3.5.4 Komponen Pokok Mikro Hidro
Merupakan komponen yang paling dominan di dalam
pembanguan PLTM. Komponen ini mempengaruhi besarnya biaya
pembangunan dan perlu diketahui di setiap daerah Indonesia biaya
30
yang diperlukan sangatlah bervariasi. Skema dari sistem PLTMH
dapat dilihat pada gambar d bawah ini :
31
terhadap banjir, dapat dipilih lokasi untuk bendung (Weir) dan
intake.
Tujuan dari intake adalah untuk memisahkan air dari sungai
atau kolam untuk dialirkan ke dalam saluran, penstock atau bak
penampungan. Tantangan utama dari bangunan intake adalah
ketersediaan debit air yang penuh dari kondisi debit rendah
sampai banjir. Juga sering kali adanya lumpur, pasir dan kerikil
atau puing-puing dedaunan pohon sekitar sungai yang terbawa
aliran sungai.
Beberapa hal yang menjadi pertimbangan dalam memilih
lokasi Bendung (Weir) dan Intake, antara lain :
a. Jalur daerah aliran sungai
Lokasi bendung (Weir) dan intake dipilih pada daerah aliran
sungai dimana terjamin ketersediaan airnya, alirannya
stabil, terhindar banjir dan pengikisan air sungai.
b. Stabilitas lereng yang curam
Oleh karena pemilihan lokasi PLTMH sangat
mempertimbangkan head, sudah tentu pada lokasi lereng
atau bukit yang curam. Dalam mempertimbangkan lokasi
bangunan Bendung (Weir) dan Intake hendaknya
mempertimbangkan stabilitas sedimen atau struktur
tanahnya yang stabil.
c. Memanfaatkan fasilitas saluran irigasi yang ada di pedesaan
Pemanfaatan ini dapat dipertimbangkan untuk efisiensi
biaya konstruksi, karena sudah banyak sungai di pedesaan
telah dibangun konstruksi sipil untuk saluran irigasi.
d. Memanfaatkan topografi alami seperti kolam dan lain-lain
Penggunaan kealamian kolam untuk intake air dapat
memberikan keefektifan yang cukup tinggi untuk
mengurangi biaya, disamping itu juga membantu menjaga
kelestarian alam, tata ruang sungai dan ekosistem sungai.
32
Yang perlu diperhatikan adalah keberlanjutan kolam dan
pergerakan sedimen.
e. Level olume yang diambil (Tinggi Dam) dan level banjir
Karena pembangunan bendung/dam inatek pada bagian
yang sempit dekat sungai, maka level banjir pada daerah itu
lebih tinggi sehingga diperlukan daerah bagian melintang
dam yang diperbesar untuk kestabilan.
f. Perletakan Intake selalu pada posisi terluar dari lengkungan
sungai.
Pertimbangan ini dilakukan untuk memperkecil sedimen
didalam saluran pembawa. Dan sering kali dibuat pintu air
intake untuk melakukan pembilasan sedimen yang terendap
dari intake
g. Keberadaan penggunaan air sungai yang mempengaruhi
keluaran/debit air.
Jika intake untuk pertanian atau tujuan lain yang mengambil
air maka akan mempengaruhi debit sungai.
2. Bak Pengendap (Settling Basin)
Fungsi banguan ini adalah untuk :
a. Penyalur yang menghubungkan intake dengan bak
pengendap sehingga panjangnya harus dibatasi.
b. Mengatur aliran air dari saluran penyalur sehingga harus
mencegah terjadinya kolam pusaran dan aliran turbulen
serta mengurangi kecepatan aliran masuk ke bak pengendap
sehingga perlu bagian melebar.
c. Sbagai bak pengendap adalah untuk mengendapkan
sedimen dimana untuk detil desainnya perlu dihitung
dengan formulasi hubungan panjang bak, kedalaman bak,
antara kecepatan pengendap, dan kecepatan aliran.
d. Sebagai penimbunan sedimen, sehingga harus didesain
mudah dalam pembuangan sedimen.
33
e. Sebagai spillway yang mengalirkan aliran masuk ke bagian
bawah dimana mengalir dari intake.
3. Saluran Pembawa (Channel/headrace)
Saluran pembawa mengikuti kontur permukaan bukit untuk
menjaga energi dari aliran air yang disalurkan.
4. Bak Penenang (Headtank)
Fungsi dari bak penenang adalah sebagai penyaring terakhir
seperti settling basin untuk menyaring benda-benda yang
masih tersisa dalam aliran air, dan merupakan tempat
permulaan pipa pesat (penstock) yang mengendalikan aliran
menjadi minimum sebagai antisipasi aliran yang cepat pada
turbin tanpa menurunkan elevasi muka air yang berlebihan dan
menyebabkan arus baik pada saluran
Pemilihan lokasi bak penenang untuk pembangkit listrik
sakal kecil seringkali berada pada punggung yang lebih tinggi,
beberapa yang dapat dipertimbangkan antara lain :
a. Keadaan topografi dan geologi sungai
Sedapat mungkin dipilih lokasi dimana bagian tanahnya
relative stabil. Dan jika umumnya terdiri dari batuan keras
maka sedapat mungkin dapat mengurangi jumlah pekerjaan
penggalian.
b. Walaupun ditempatkan pada punggung gunung, dipilih
tempat yang relative datar.
c. Mengurangi hubungan dengan muka air tanah yamg lebih
tinggi.
5. Pipa Pesat (Penstock)
Penstock dihubungkan pada sebuah elevasi yang lebih
rendah ke sebuah turbin air. Kondisi topografi dan pemilihan
skema PLTMH mempengaruhi tipe pipa pesat (penstock).
Umumnya sebagai saluran ini harus didesain/dirancang secara
benar sesuai kemiringan (head) sistem PLTMH.
34
Pipa penstock merupakan salah satu komponen yang mahal
dalam pekerjaan PLTMH, oleh karena itu desainnya perlu
dipertimbangkan terhadap keseimbangan antara kehilangan
energi dan biaya yang diperlukan. Parameter yang penting
dalam desain pipa penstock terdiri dari material yang
digunakan, diameter dan ketebalan pipa serta jenis sambungan
yang digunakan.
Berdasarkan kondisi topografi yang ada pada lokasi skema
sistem PLTMH, beberapa pertimbangan pemilihan lokasi pipa
pesat (penstock) antara lain adalah :
a. Topografi yang dilewati memiliki tingkat kemiringan yang
memenuhi persyaratan dimana rute pipa pesat harus berada
di bawah minimum garis kemiringan hidraulik.
b. Stabilitas tanah dari daerah yang dilewati
c. Pemanfaatan jalan yang telah ada atau tersedia
6. Rumah Pembangkit (Power House)
Sesuai posisinya, rumah pembangkit ini dapat
diklasifikasikan kedalam tipe di atas tanah, semi di bawah
tanah, di bawah tanah. Sebagian besara rumah pembangkit
PLTMH adalah di atas tanah. Untuk pertimbangan desain
rumah pembangkit, perlu dipertimbangkan :
a. Lantai rumah pembangkit dimana peralatan PLTMH
ditempatkan, perlu memperhatikan kenyamanan selama
operasi, mengelola, melakukan perawatan dimana terjadi
pekerjaan pembongkaran dan pemasangan peralatan.
b. Memiliki cukup cahaya masuk untuk penerangan di siang
hari dan adanya ventilasi udara.
c. Kenyamanan jika operator berada didalamnya seperti untuk
melakukan pengendalian ataupun pencatatan secara manual
Konstruksi untuk desain rumah pembangkit PLTMH juga
tidak terlepas dari skema system PLTMH yang bergantung
35
pada jenis dan tipe turbin yang digunakan, dan sirkulasi air
yang dikeluarkan setelah menggerakkan turbin. Karena itu ada
beberapa pertimbangan tipe desain rumah pembangkit sesuai
jenis turbin yang digunakan, sebagai berikut :
a. Rumah pembangkit menggunakan turbin jenis “Turbin
Implus”
Desain konstruksi rumah pembangkit ini perlu
mempertimbangkan jarak bebas antara dasar rumah
pembangkit dengan permukaan air buangan turbin
(afterbay). Pada kasus turbin implus (turbin pelton, turgo
dan crossflow), air yang dilepas oleh runner turbin secara
langsung dikeluarkan kedalam udara di tailrace. Permukaan
air di bawah turbin akan bergelombang. Oleh karena itu
jarak bebas antara rumah pembangkit dengan permukaan air
afterbay harus dijaga paling tidak 30-50 cm. kedalaman air
di afterbay harus dihitung berdasarkan suatu formulasi
antara desain debit dan lebar saluran di tailrace. Kemudian
air di afterbay harus ditentukan lebih tinggi dari pada
estimasi air banjir. Juga head antarapusat turbin dan level
air pada outlet harus menjadi headloss.
b. Rumah turbin menggunakan turbin jenis “Turbin Reaction”
Hal yang sama dalam desain konstruksi rumah turbin
menggunakan jenis reaction (Francais, Propeller), adalah
prilaku air afterbay. Pada kasus menggunakan turbin tipe
reaction, air dikeluarkan kedalam afterbay melalui turbin.
Head antara turbin dan level air dapat digunakan untuk
membangkitkan tenaga. Dengan demikan desain
konstruksinya memperbolehkan posisi tempat pemasangan
turbin berada di bawah level air banjir, dan pada desain
konstruksinya perlu disediakan tempat untuk menempatkan
peralatan seperti pintu tailrace, dan pompa.
36
7. Saluran Pembuang Akhir (Tail Race)
Saluran pembuang akhir (tail race) direncanakan berbentuk
persegi empat dari pasangan batu.
A = b x h ……………………………………..……….. (3.20)
V = Q / A ……………………………………..………. (3.21)
P = b + 2h ……………………………………...……... (3.22)
R = A / P ……………………………………………… (3.23)
1
Rumus Manning : V = x S1/2 x R 2/3 ………………… (3.24)
𝑛
37
3. High head powerplant dengan tinggi jatuhan air yang memenuhi
persamaan
38
3. Kecepatan (Putaran) turbin yang akan ditransmisikan ke
generator. Seabagi contoh untuk sistem transmisi direct couple
antara generator dengan turbin pada head rendah, sebuah
turbin reaksi (propeller) dapat mencapai putaran yang
diinginkan, sementara turbin pelton dan crossflow berputar
sangat lambat (low speed) yang akan menyebabkan sistem
tidak beroperasi.
Ketiga faktor di atas seringkali diekspresikan sebagai ”kecepatan
spesifik, Ns”, yang didefenisikan dengan formula :
Ns = N x P0,51 x H0,21 ........................................................ (3.27)
Dimana :
N = Kecepatan putaran turbin ( rpm)
P = Maksimum turbin output (kW)
H = Head efektif (m)
Output turbin dihitung dengan formula :
P = 9,81 x Q x H x qt ............................................................ (3.28)
Dimana :
Q = Debit air (m3/dtk)
H = Head efektif (m)
qt = Efisiensi turbin
39
Turin Pelton 12 ≤ Ns 25
Turbin Francis 60 ≤ Ns 300
Turbin Crossflow 40 ≤ Ns 200
Turbin Propeller 250 ≤ Ns 1000
Dengan mengetahui kecepatan spesifik turbin maka perencanaan
dan pemilihan jenis turbin akan menjadi lebih mudah. Beberapa
formula yang dikembangkan dari data eksperimental berbagai jenis
turbin dapat digunakan untuk melakukan estimasi perhitungan
kecepatan spesifik turbin, yaitu :
Turin Pelton Ns = 85.49 / H0.243
(Siervo & Lugaresi, 1978)
Turbin Francis Ns = 3763 / H0.854
(Schweiger & Gregory, 1989)
Turbin Kaplan Ns = 2283 / H0.486
(Schweiger & Gregory, 1989)
Turbin Crossflow Ns = 513.25 / H0.505
(Kpordze & Wamick, 1983)
Turbin Propeller Ns = 2702 / H0.5
(USBR, 1983)
Dengan mengetahui besaran kecepatan spesifik maka dimensi dasar
turbin dapat diestimasi (diperkirakan).
40
Gambar 3.2. Diagram Aplikasi Berbagai Jenis Turbin (Head Vs Debit)
Dimana :
P = Tenaga yang dihasilkan secara teoritis (kW)
Q = Debit pembangkit (m³/det)
H eff = Tinggi jatuh efektif (m)
41
dan debit yang besar secara efektif dan ekonomis. Selain itu pembangkitan
tenaga air juga tergantung pada kondisi geografis, keadaan curah hujan
dan area pengaliran (catchment area) (Arismunandar dan Kuwahara,
1991).
Penentuan tinggi jatuh efektif dapat diperoleh dengan mengurangi
tinggi jatuh total (dari permukaan air sampai permukaan air saluran
bawah) dengan kehilangan tinggi pada saluran air. Tinggi jatuh penuh
adalah tinggi air yang kerja efektif saat turbin air berjalan (Arismunandar
dan Kuwahara, 1991).
Adapun debit yang digunakan dalam pembangkit adalah debit
andalan yang terletak tepat setinggi mercu yaitu debit minimum. Karena
pembangkit ini direncanakan beroperasi selama 24 jam sehari semalam
(Arismunandar dan Kuwahara, 1991).
42
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
43
f. Menentukan bahan dan dimensi pipa yang akan digunakan.
g. Mengukur tinggi terjunan dan jarak lintasan pipa dari bak penenang
sampai ke power house.
2. Persamaaan
Menggunakan persamaan Daya dan Metode Geometrik yang akan
digunkan dalam perhitungan.
3. Perhitungan
Menghitung daya yang dihasilkan oleh PLTMH
4. Pembahasan
Data yang telah diolah kemudian dibahas untuk mendapatkan hasil dari
penulisan penelitian ini.
4.4 Pengumpulan Data
Untuk merencanakan PLTMH diperlukan data antara lain catatan
curah hujan yang dapat mewakili kondisi curah hujan pada daerah
tangkapan Sungai Marimpa, dimana PLTMH tersebut direncanakan untuk
perencanaan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro Pinembani.
1. Survey Pendahuluan
Survey pendahuluan dimaksudkan untuk mengetahui sampai sejauh
mana survey dapat diterapkan dan untuk mengetahui gambaran awal
kondisi di lapangan.
2. Pengumpulan Data
Adapun data yang digunakan dalam penulisan ini adalah data primer,
dan data sekunder. Data-data yang dikumpulkan terdiri atas:
a. Data Primer, yaitu data yang diperoleh dengan melakukan
observasi langsung di lokasi perencanaan serta Tanya Jawab
dengan stekholder terkait. Data ini berupa :
- Data dimensi sungai
- Data kondisi sungai, seperti : Kedalaman sungai, tinggi
terjunan (head)
44
b. Data sekunder,
Data sekunder merupakan data yang diambil dari instansi terkait
seperti kantor Balai Wilayah Sungai 3 Sulawesi Tengah dan Badan
Pembangunan Daerah Sulawesi Tengah. Adapun data sekunder
meliputi :
- Peta Lokasi Perencanaan.
- Data Curah Hujan.
- Peta Cathment Area.
- Peta Topografi.
45
Mulai
TIDAK
Memenuhi
YA
Perhitungan Daya
Penyusunan Laporan
(Menyimpulkan)
Mulai
46
BAB V
47
Langkah 1 :
Dengan data T = 27,52o C (Tabel 2.2), didapat :
5. Tekanan uap jenuh (Ea), melalui interpolasi didapat :
T 27C ea 35,70 T 28C ea 37.80
37,8 35,7
T 27,52 ea 35,7 x (27,52 27)
28 27
ea 36,79 m.bar
6. Faktor penimbang suhu dan elevasi daerah (W)
T 27C 0.76 T 27.52C W 0.77
T 28C 0.77
7. (1 – W) = 1 – 0,77 = 0,23
8. Fungsi suhu, f(T)
T 27C 16,10
16,30 16,10
T 27,52 ea 16,10 x (27,52 27)
28 27
T 28C 16.30 f (T ) 16,20 m.bar
Langkah 2
Dengan data : RH = 72,09% (Tabel 2.1)
ea = 36.79 m.bar
9. Tekanan uap aktual
ed ea RH 100
36.79 72.09 %
26.52 m.bar
10. Perbedaan tekanan uap jenuh dengan tekanan uap sebenarnya :
ea ed 36 .79 26 .52
10.27 m.bar
11. Fungsi tekanan uap, f(ed)
f ed 0.34 0.044 ed
48
0.113
Langkah 3 :
Dengan data :
- Koordinat 0o 10’ 31”LU
- Rasio keawanan , n/N = Penyinaran matahari = 44.8 %
Didapat besaran :
12. Radiasi ekstra matahari, Ra didapat melalui interpolasi:
0 LU Ra 15 .00
Januari,
2 LU Ra 14 ,70
14,70 15.00 o
0LU Ra 15.00 (0 10' 31" 0 o )
20
Ra 14.97 mm/hari
13. Radiasi yang diterima matahari, Rs diperoleh dari
Rs (0.25 0.5 n N ) Ra
0.1 0.90.45
0.51
Langkah 4 :
Dengan data : Kecepatan angin, u = 55.1 km/hari = 0.64 m/det
Didapat besaran :
15. Fungsi kecepatan angin pada ketinggian 2.00 m di atas
permukaan tanah (km/hari) = f(u) didapat melalui persamaan :
f(u) = 0.27 ( 1 + u . 0.864)
= 0.27 ( 1 + 0,64 x 0.864)
0.42 m/det
49
Langkah 5 :
16. Menghitung besaran radiasi bersih gelombang panjang (Rn1)
mm/hari dengan persamaan :
Rn1 f(T) f(ed) f(n/N)
16.2 x 0,113 x 0.51
0.93 mm/hari
Langkah 6 :
17. Menghitung faktor koreksi c berdasarkan perkiraan
perbandingan kecepatan angin siang/malam di Indonesia.
Data : RH = 72.09 %
U = 55,1 km/hari = 0.64 m/det
Rs = 7.38 mm/hari
Asumsi U siang/U malam = 1
Melalui interpolasi tabel. Di peroleh c = 1,10
Rns (1 a) Rs a 0.25
(1 0.25)7.38 5.53 mm/hari
Rn Rns Rn1
Rn 5.53 0.93
= 4.6 mm/hari
Langkah 7 :
18. Menghitung ETo dengan persamaan :
ETo = C [W . Rn + (1 – W) x (f(u) x (ea –ed)]
= 1.1 [ 0.77 (4.6) + (0.23)(0.42)(10.27)
= 4.98 mm/hari
ETo bulanan = 4.98 x 31 hr = 154.50 mm/bulan
Perhitungan evapotransrasi potensial langkah 1 sampai dengan
langkah 7 bulan Januari dan bulan selanjutnya disajikan pada tabel
5.1.
50
Tabel 5.1. Perhitungan Evapotranspirasi Bulanan dengan Metode Penmann Modifikasi
1. Data Meteorologi
a. Curah hujan bulanan (R) = 363.0 mm/bln
b. Jumlah hari hujan (n) = 11 hari
2. Evapotranspirasi aktual (Ea) :
a. Evapotranspirasi potensial (ETo) = 154.50 mm/bln (tabel
5.11)
b. Permukaan lahan terbuka (m) = 10 %
c. ETo / Ea (m / 20) (18 n)
(10 / 20) (18 11)
3,5 %
d. Evapotranspirasi terbatas (Ee)
Ee (m / 20) (18 n) ETo
0,035154,50
5.408 mm/bulan
52
e. Evapotrapirasi aktual (Ea)
Ea ETo Ee
154.500 5.408
149.093 mm/bulan
3. Keseimbangan air
a. S R Ea
363.00 149,093
213.907 mm/bulan
b. Limpasan Badai (PF = 5 %)
Jika : S 0, maka PF = 0
S 0, Hujan Bulanan (R) 0,05
PF = 0
c. Kandungan air tanah (SS)
Jika : R > Ea maka, SS = 0
R < Ea maka, SS = S - PF
SS = 0
d. Kapasitas kelembaban tanah akhir
Jika : SS = 0 maka Kapasitas kelembaban air tanah = 200
SS 0 maka Kapasitas kelembaban air tanah = kandungan
air tanah
e. Kelebihan air (WS)
WS S SS
213.907 0.00
213.907 mm/bulan
Karena air hujan dapat masuk ke dalam tanah, sehingga
terjadi kelebihan air sebanyak 213.907 mm/bulan.
4. Limpasan dan Penyimpangan Air
a. Faktor infiltrasi (i) diambil 0,4
b. Faktor resesi air tanah (k) diambil 0,6
c. Infiltrasi (I)
53
I i WS
0,4 x213.907
85.563 mm/bulan
d. Volume air tanah (G)
G 0.50(1 k ) I
0.50(1 0.60) 85.563
68.45 mm/bulan
e. Penyimpanan volume air tanah awal terkoreksi (L)
L k (Vn1 ) Vn1 100
0.60 100
60.00 mm/bulan
f. Total volume penyimpanan air tanah (Vn)
Vn 0.50 1 k I k Vn 1
68.45 60.00
128.45 mm/bln
g. Perubahan volume aliran dalam tanah (∆Vn)
Vn Vn Vn 1
128.45 100
28.45 mm/bln
h. Aliran dasar (BF)
BF I Vn
85.563 28.450
57.113 mm/bln
i. Limpasan langsung (DR)
DR WS I PF
213.907 85.563 0
128.344 mm/hari
54
j. Total limpasan (TRo)
TRo BF DR
57.113 128.344
185.457 mm/hari
k. Debit Sungai (Q)
Diketahui data-data sebagai berikut :
- Luasan Cathmen area, A = 7.76 km2 = 7.76 x 106 m2
- Jumlah hari dalam bulan januari = 31 hari
Maka untuk debit tersedia dapat dihitung sabagai berikut :
Debit tersedia bulan n (Qn)
Qn TRo A
55
Tabel 5.2.Analisa Debit Andalan dengan Metode F.J.Mock Sungai Marimpa Thn.2000
56
56
Tabel 5.3.Analisa Debit Andalan dengan Metode F.J.Mock Sungai Marimpa Thn.2001
57
57
Tabel 5.4.Analisa Debit Andalan dengan Metode F.J.Mock Sungai Marimpa Thn.2002
58
58
Tabel 5.5.Analisa Debit Andalan dengan Metode F.J.Mock Sungai Marimpa Thn.2003
59
59
Tabel 5.6.Analisa Debit Andalan dengan Metode F.J.Mock Sungai Marimpa Thn.2004
60
60
Tabel 5.7.Analisa Debit Andalan dengan Metode F.J.Mock Sungai Marimpa Thn.2005
63
63
Tabel 5.10.Analisa Debit Andalan dengan Metode F.J.Mock Sungai Marimpa Thn.2008
64
64
Tabel 5.11.Analisa Debit Andalan dengan Metode F.J.Mock Sungai Marimpa Thn.2009
65
65
Tabel 5.12. Debit Andalan Sungai Marimpa (m3/det)
Berdasarkan debit pada tabel 5.12 diatas, disusunlah kurva durasi aliran (flow
duration curve) seperti pada gambar 5.1.
Kejadia Debit
0% 0,856 Kurva Prosentase Durasi Debit
5% 0,774 0,900
10% 0,616
15% 0,483 0,800
20% 0,349
0,700
25% 0,290
30% 0,256 0,600
35% 0,188
40% 0,155 0,500
Debit
45% 0,144 (m3/det)
50% 0,126 0,400
55% 0,108
0,300
60% 0,095
65% 0,087 0,200
70% 0,064
75% 0,051 0,100
80% 0,039
0,000
85% 0,034
90% 0,026
95% 0,022
Prosentae (%)
100% 0,009
66
Tabel 5.13 Hasil Perhitungan Debit Andalan “Metode F.J.Mock”
Debit Anadalan
Bulan Metode F.J.Mock
m3/det
Jan 0,128
Feb 0,087
Mar 0,066
Apr 0,053
Mei 0,032
Jun 0,026
Jul 0,029
Agust 0,016
Sep 0,014
Okt 0,007
Nop 0,023
Des 0,017
Jumlah 0,50
Rata-rata 0.296
0,120
Debit Andalan (m3/det)
0,100
0,080
0,060
0,040
0,020
0,000
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des
Metode F.J.Mock
(m3/det) 0,128 0,087 0,066 0,053 0,032 0,026 0,029 0,016 0,014 0,007 0,023 0,017
Bulan
67
5.2 Debit Banjir
200,00
Curah Hujan (mm)
150,00
100,00
50,00
0,00
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Curah Hujan Max (mm) 234,67 197,58 210,30 75,59 122,63 89,24 55,09 98,71 112,31 52,17
Tahun
68
1. Uji Konsistensi Data
Sebelum data hujan ini dipakai terlebih dahulu harus
melewati pengujian untuk kekonsistenan data tersebut. Metode yang
digunakan adalah metode RAPS (Rescaled Adjusted Partial Sums)
(Buishand,1982).
S*0 = 0
k
S
k Y Y
i [Sk*] = 109,84
i 1
= 234,67 – 124,83
= 109,84
R= maks S
k - min S k
Dengan melihat nilai statistik diatas maka dapat dicari nilai Q/n dan
R/n. Hasil yang di dapat dibandingkan dengan nilai Q/n syarat dan
69
R/n syarat, jika lebih kecil maka data masih dalam batasan
konsisten.
2. Perhitungan Distribusi
70
( X - X )2
S1 =
n -1
S
Cv =
X
Xi - X
n
3
n
i =1
Cs =
(n - 1) (n - 2) S3
Xi - X
n
4
n2
i =1
Ck =
(n - 1) (n - 2) (n - 3) S4
dimana :
S1 = standar deviasi
Cv = koefisien keragaman
Cs = koefisien kepencengan
Ck = koefisien kurtosis
“Metode Gumbel”
Contoh Perhitungan :
Diketahui data sebagai berikut :
- Curah Hujan (Ri) = 234,667
- Jumlah data (n) = 10
- Periode Ulang (T) = 100 tahun
- Rata-rata (R) = 124,83
71
1. Menghitung (Ri - R)
(Ri - R) = 234,667 – 124,83
= 109,838
2. Menghitung (Ri - R)2
(Ri - R)2 = (109,838)2
= 12064,459
3. Menghitung reduced variate (Yt)
Yt = -In (-In ((T - 1) / T))
= -In (-In ((100 - 1) / 100))
= 4,600
4. Menentukan nilai reduced mean (Yn)
Yn = 0,495 (Dari Tabel Lampiran J)
5. Menentukan nilai reduced standard deviation (Sn)
Sn = 0,950 (Dari Tabel Lampiran K)
6. Menghitung nilai faktor frekuensi (K)
K = (Yt - Yn) / Sn
= ( 4,600 - 0,495) / 0,950
= 4,323
7. Menghitung standar deviasi (S)
𝑅𝑖−𝑅 2
S =
𝑛 −1
39340,595
=
10−1
= 66,115
8. Menghitung Hujan Rancangan (RT) untuk Kala Ulang 100 thn
RT = Rrata-rata + (S x K)
= 124,83 + (66,155 x 4,323)
= 410,631
72
Tabel 5.16 Analisis Frekuensi Metode Gumbel
450,000
400,000
350,000
CH.Rancangan (mm)
300,000
250,000
200,000
150,000
100,000
50,000
0,000
2,000 5,000 10,000 25,000 50,000 100,000 200,000
Analisis Frekuensi Dengan Metode Gumbell 115,869 194,782 247,030 313,045 362,019 410,631 459,066
73
1. Menentukan harga C, misalnya C = 0,3
2. Menentukan waktu banjir (Pers. Bayem)
W = 72 (H/L)0,6
= 72. (7,85/125)0,6
= 13,681 m/jam
Tc = L/W
= 125/13,681
= 9,046
3. Menentukan intensitas hujan, Mononobe
I = R24/24 . (24/T c)2/3
= 410,631/24 . (24/9,046)2/3
= 32,791 mm/jam
4. Menghitung debit banjir rancangan dengan kala ulang 100 tahun
Q = 0,278 . C . I . A
= 0,278 . 0,3 . 32,791 . 7,76
= 21,222 m3/det
Tabel 5.17 Analisis banjir Metode Rational berdasarkan analisis
frekuensi Metode Gumbel
74
Garfik Banjir Rancangan Metode Rational Gumbel
25,000
15,000
10,000
5,000
0,000
2 5 10 25 50 100 200
DEBIT BANJIR RANCANGAN METODE
RASIOAL 5,988 10,067 12,767 16,179 18,710 21,222 23,725
75
1. Data Sungai
Sungai di sekitar bendung
- lebar normal sungai = 10 meter
- lebar rata-rata dasar sungai = 7 meter
- kemiringan talud =1:1
- kemiringan rata-rata dasar sungai di sekitar lokasi bendung
16%
- Elevasi dasar sungai di sekitar rencana bendung +660,00 m
- Elevasi di sekitar bak penenang / pengendap +659,50 m
- Elevasi di sekitar rumah turbin (power house) +651,65 m
- H gross = 8,35 m
2. Hidrologi:
Debit rencana Qdesain = 0,064m3/s
Tinggi muka air pada saat banjir maksimum h= 1,1 0 m
Material sungai di hilir rencana lokasibendung berupa pasir, kerikil
hingga batu berukuran 10 – 50 cm sedangkan di sekitar lokasi
bendung berupa batu masif.
Tahap 1:
Pelaksanaan pembangunan konstruksi bendung dimulai dari bagian
hulu dari rencana bendung utama. Pada bagian hulu ini terdapat
76
bangunan pembilas dan intake. Bangunan cofferdam untuk
mengarahkan aliran sungai ke sisi lainnya. Setelah pekerjaan
konstruksi bendung dan pembilas selesai maka cofferdam
dibongkar.
Tahap 2:
Pembangunan konstruksi bendung dilaksanakan pada sisi lainnya.
Cofferdam dibangun untuk melindungi areal kerja pada sisi ini,
dimana aliran sungai diarahkan melalui bangunan bendung yang
sudah jadi. Elevasi/tinggi cofferdam disarankan seekonomis
mungkin dengan pertimbangan faktor resiko yang kemungkinan
muncul.
5.5.2 Bendung
77
a. Lokasi Bendung
V= C R.S
78
3. Keliling Basah : P = b + 2h 1 m2
P =7+2x1 1 12
= 10,1 m
4. Jari-jari hidrolis : R =A/P
R = 0,88 m
5. Koefisien Pengalira : Cd = 87 /(1 100 / 0,88)
Cd = 0,81
6. Kecepatan aliran su ngai :V = Cd R.S
= 0.30 m/det
7. Debit sungai (Debit Banjir 100 thn) Q = 21,22 m3 /det
d. Lebar Bendung
79
atau B = 1,2 Bn (Soenarno, Konstruksi Bendung Tetap,
Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik). Dengan
pertimbangan kodisi geologis lokasi sekitar bendung yang
merupakan tebing batu masif maka lebar bendung diambil
sama dengan lebar sungai.
e. Mercu Bendung
80
Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan dimensi
bendung adalah sebagai berikut:
Panjang bendung L = 10,00 m
Tinggi bendung dari elevasi dasar sungai h = 1,00 m
Lebar mercu bendung b mercu = 1,00 m
Lebar dasar bendung b dasar = 1,50 m
Q Cd 2 / 3 2 / 3g b H11 / 6
81
Elv. Tinggi Talud + 662,00 m
82
penenang (forebay). Debit air tersebut kemudian diteruskan ke
rumah pembangkit melalui pipa pesat (penstock). Desain bangunan
intake dibuat dengan harus memperhatikan tingkat permukaan air
pada saat debit minimum. Berdasarkan kondisi topografi sungai
Marimpa, maka bangunan pengambilan ditempatkan di sebelah
kanan aliran sungai.
Dimana:
83
a b
0,077 b a 2 g z
b = 0,343 m
V=Q/A
2 1
1 Q
R3 S 2
n A
dimana:
S = kemiringan saluran
2
1 0,343 x 0,40 3
1 0,064
x xS 2
0,018 2 x 0,40 0,343 0,343 x 0,4
S = 0,001
84
5.5.4 Saluran Pembawa (Headrace)
Parameter desain:
Debit desain Q = 0,064 m3/s
Kemiringan dasar saluran diambil S = 0,001
Koefisien manning n = 0,018
Panjang saluran L = ± 9,50 m
Tampang saluran = Segi Empat
Hasil perhitungan penampang saluran adalah sebagai berikut:
b = 0,7 m h = 0,7 m R = 0,233 m
2;
P = 2,10 m A = 0,49 m
Menghitung kecepatan rata rata aliran dalam saluran pembawa
Q=vA v = Q/A = 0,064/0,49 = 0,130 m/det
Tinggi jagaan hw = 0,3 m
85
Tinggi Permukaan Tanah Bendung PLTMH
di Sekitar bendung Sungai Marimpa
Saluran pembawa
Lebar Terjunan
Pipa Pesat
hw = 0,3 m
H= 0,7 m
s = 0,001
b= 0,7 m
86
5.5.5 Bangunan pengendap sedimen (sediment trap)
A v
w v
w
H L Q
dengan v
v v HB
dimana :
H = kedalaman aliran, m
w = kecepatan endap butiran sedimen, m/det
L = Panjang bangunan pengendap sedimen
v = kecepatan aliran air, m/det
Q = debit air di saluran, m3/det
B = Lebar kantong lumpur, m
87
Persamaan di atas dapat di sederhanakan LB = Q/w.
Persamaan untuk bangunan pengendap sedimen tersebut sangat
sederhana, sehingga Velikanov, 1971, membuat faktor koreksi
dengan dasar pemikiran adanya perubahan aliran air akibat,
turbulensi air, pengendapan butiran sedimen yang terhalang,
banyaknya sedimen melayang. Persamaan untuk faktor koreksi
sebagai berikut :
LB
Q v H0,5 0,2
2
w 7.51 w H
L 1,5
0,064 1,2 0,036 1,2 0,5 0,2
2
Q 0,064
LB
L 1,5
w 0,028
88
dalam empat hari atau pada saat banjir besar. Dari tingkat
kejernihan air hulu Sungai Marimpa maka di perkirakan
konsentrasi sedimen pada air hulu Sungai Marimpa tersebut adalah
0,15 kg/m3 dan semuanya diendapkan dalam kantong pasir maka:
B B' 1
Panjang transisi 1 = L`
2 tan 3
1,5 0,25
= 0,625 m 1/3 (2,7) = 0,83 m
2 tan 45 0
89
0,7 m 1,5m
2,7 m
2,0 m 0,60 m
0,7 m 0,70 m
0,50 m
90
dipertimbangkan terhadap keseimbangan antara kehilangan energi
dan biaya yang diperlukan. Parameter yang penting dalam desain
pipa penstock terdiri dari material yang digunakan, diameter dan
ketebalan pipa serta jenis sambungan yang digunakan. Dengan
pertimbangan head yang relatif rendah, ketersediaan material, maka
digunakan pipa beton bertulang.
=
2.9,81.7,85
= 12,4 m/det
4A
Diameter pipa D [ ] 0,5 0,079 m, dipakai D = 0,40 m.
8f L 8 0,033 56,90
hf Q2 = 0,0642
g D
2 5
9,81 3,14 2 0,2 5
hf = 0,098 m
91
b. Perhitungan Tebal Pipa Penstock.
Tebal minimum pipa penstock dihitung dengan rumus berikut:
Dengan tinggi head 7,85 m maka tekanan pada dinding pipa
adalah sebesar 7850 kg/m2 atau 0,785 kg/ cm2 . Sehingga
dengan tekanan tersebut direncanakan menggunakan pipa
beton bertulang dengan ketebalan 8 cm
(v v )2
H 0,1
a 1
masuk
masuk 2g
v a
0,13 m / det
v a
1,50 m / det
92
v1 = kecepatan aliran dalam penstock, m/det
g = percepatan gravitasi = 9,81 m/det2
Kehilangan energi akibat bengkokan pipa
Nilai koefisien kehilangan energi akibat bengkokan pipa seperti di
bawah ini
Tabel 5.18. Koefisien Kehilangan Tenaga Berdasarkan Bengkokan Pipa
5 10 15 30 45 50 90
Sumber : Buku utama Pedoman Studi Kelayakan PLTMH (Departeman Energi dan
Sumber Daya Mineral 2008)
Persamaan Energi :
93
1. Koefisien akibat perubahan bentuk tampang (titik L)
ΔH = 0,092
V2 8Q 2 8 K 2
he K K 2 4 Q
2g g D g 2 D 4
he he M he N he O
8 k M k N kO 2
he Q
g 2 D14 D14 D14
8 0,02 0,02 0,04 2
he 2
Q
g 0,331 0,331 0,3314
4 4
he = 0,01
94
dalam bentuk persamaan total kehilangan tenaga sebagai
berikut :
S = [ (n x V ) / R2/3 ]2
= 0,0023
95
5.6 Kapasitas Daya Dan Produksi Energi
Dimana :
P = daya (KW),
Q = debit rencana (m3/det),
H = Head netto (m)
η = koefisien efisiensi turbin dan generator.
Setiap jenis turbin dan pabrik pembuat memiliki tingkat efisiensi yang
berbeda.
96
Tabel 5.21. Kapasitas Bangkitan Energi PLTMH Marimpa
150
Energi KWH
100
50
0
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%
Persen Kejadian
97
BAB VI
PENUTUP
6.1. Kesimpulan
Dari hasil tinjauan dan pembahasan yang telah diuraikan, maka penulis dapat
menyimpulkan hal-hal sebagai berikut :
2. Dengan asumsi efisiensi turbin dan generator sebesar 75%, maka Daya
listrik yang dapat dibangkitkan sebesar 3,708 kW.
6.2 Saran
98
DAFTAR PUSTAKA
99
100
101
`
0.3m
1.2 m
Intake FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TADULAKO
+651,65 Pipa Pesat (Penstock) 16"
+660,50 KEGIATAN
Saluran Pembuang Rumah Turbin
TUGAS AKHIR
Bendung
10 m
PEKERJAAN
PEKERJAAN MIKROHIDRO
LOKASI
LAY OUT PLTMH
SUNGAI MARIMPA
Skala 1 : 150 DESA DANGRAA
KECAMATAN PINEMBANI
Pengambilan (Intake)
7m +660.00 +660.00
Talud Bendung
Talud bendung
+662.00
+662.00
DIPERIKSA T. TANGAN
+660.50
Penguras DOSEN PEMBIMBING I
Bendung
ALIFI YUNAR, ST. MT
Kolam Olak
DOSEN PEMBIMBING II
Riprap
Jalan Inspeksi TOTOK HARICAHYONO, ST. MT
+659.00
DIGAMBAR
+661,00
RAMLI KADIR
F 111 05 090
GAMBAR SKALA
Talud Bendung
Talud bendung
LAY OUT PLTMH 1 : 150
+662.00 1 : 100
+662.00 POT. BENDUNG
Pot. Bendung
Skala 1 : 75 1 5
102
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TADULAKO
KEGIATAN
TUGAS AKHIR
PEKERJAAN
PEKERJAAN MIKROHIDRO
Pintu Penguras
64 m
Angker Blok
SUNGAI MARIMPA
m
56,35 +660,0 +660,0 DESA DANGRAA
Penstock 16"
50cm KECAMATAN PINEMBANI
+659,5 50cm
50cm
50cm
300cm
+659,0
KETERANGAN
50cm
50 cm Bak Penenang
DIPERIKSA T. TANGAN
Penyangga Penstock
DOSEN PEMBIMBING I
Angker Blok
ALIFI YUNAR, ST. MT
Turbin
DOSEN PEMBIMBING II
Generator
Saluran Pembuang TOTOK HARICAHYONO, ST. MT
Skala 1 : 100
RAMLI KADIR
F 111 05 090
GAMBAR SKALA
POTONGAN 1 : 100
MEMANJANG
2 5
103
25 70 25
Bak Penenang
B
30
KEGIATAN
25
25
150
60 TUGAS AKHIR
+659,5 100 +660,0 70
A 25 A PEKERJAAN
POT. B - B
(DETAIL SALURAN PEMBAWA)
30
Skala 1 : 30
B
PEKERJAAN MIKROHIDRO
KETERANGAN
50
Pintu Penguras
20
DIGAMBAR
70
+660,0
120
25
15 30 15 RAMLI KADIR
+659,5 F 111 05 090
30 GAMBAR SKALA
30 1. BAK PENENANG 1: 50
Penstock 16" 2. POT. BAK PENENANG 1: 50
15 3. DET. SAL. PEMBAWA 1: 30
POT. A - A (BAK PENENANG) 4. DET. SAL. PEMBUANG 1: 30
Skala 1 : 50 5. DET. SAL. PELIMPAH 1: 30
DETAIL SALURAN PELIMBAH
NO. LEMBAR JML. GAMBAR TANGGAL
Skala 1 : 30
3 5
104
300
± 0.00
PEKERJAAN
PEKERJAAN MIKROHIDRO
300
LOKASI
B
SUNGAI MARIMPA
DESA DANGRAA
KECAMATAN PINEMBANI
KETERANGAN
DIPERIKSA T. TANGAN
DOSEN PEMBIMBING I
ALIFI YUNAR, ST. MT
DOSEN PEMBIMBING II
TOTOK HARICAHYONO, ST. MT
DIGAMBAR
80
45
70
4 5
105
515 FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TADULAKO
0
10 KEGIATAN
435,00
0
10
Atap Seng BJLS 28 TUGAS AKHIR
93
PEKERJAAN
300,00
LOKASI
SUNGAI MARIMPA
DESA DANGRAA
Penstock 16" KECAMATAN PINEMBANI
Generator KETERANGAN
0,00
60,00
DIPERIKSA T. TANGAN
100,00 15
MAN DOSEN PEMBIMBING I
MAN
Angker Blok Penyangga Penstock ALIFI YUNAR, ST. MT
Campuran Beton DOSEN PEMBIMBING II
Campuran Beton
200,00 Pas. Batu Kali 1 : 2 TOTOK HARICAHYONO, ST. MT
Lantai Kerja
50 DIGAMBAR
Urugan Pasir 80
300
RAMLI KADIR
F 111 05 090
POTONGAN A - A POTONGAN B - B
GAMBAR SKALA
Skala 1 : 50 Skala 1 : 50
1. POTONGAN A-A 1 : 50
2. POTONGAN B-B 1 : 50
5 5
106
99
Lampiran A Tabel PN.1 Hubungan Suhu (T) dengan nilai ea (mbar), W, (1-W)
dan f (t)
100
Lampiran B. Tabel PN.2 Besaran Nilai Anggota (Ra) dalam Evaporasi Ekivalen
(mm/hari) dalam hubungannya dengan letak lintang (untuk daerah
Indonesia, antara 5 LU sampai 10 LS)
101
Lampiran C. Tabel PN.3 Hubungan nilai (Rs) dengan (Ra) dan (n/N) Rs = (0,25 +
0,54 n/N). Ra
102
Lampiran D. Tabel PN.4 Hubungan antara (ea) dan (ed) untuk berbagai keadaan
(RH) guna penggunaan rumus Penman.
103
Lampiran E. Tabel PN.5 Besaran f (ed), f (ed) = 0,34 – 0,044 √𝑒𝑑 , guna
perhitungan rumus Penman.
104
Lampiran F. Tabel PN.6 Besaran f (n/N)
f (n/N) = 0,1 + 0,9 n/N, guna perhitungan rumus Penman.
105
Lampiran H. Tabel PN.8 Besaran angka koreksi (c) bulanan untuk rumus Penman
(berdasarkan perkiraan perbandingan kecepatan angin siang/malam
di daerah Indonesia).
106
Lampiran J. Tabel Hubungan Reduksi Data Rata-rata (Yn) dengan Jumlah Data
(n)
107
Lampiran K. Tabel Hubungan antara Deviasi Standar (Sn) dan Reduksi Data
dengan Jumlah Data (n)
108
Lampiran L-1 : Data Curah Hujan Harian Tahun 2000
109
Lampiran L-2 : Data Curah Hujan Harian Tahun 2001
110
Lampiran L-3 : Data Curah Hujan Harian Tahun 2002
111
Lampiran L-4 : Data Curah Hujan Harian Tahun 2003
112
Lampiran L-5 : Data Curah Hujan Harian Tahun 2004
113
Lampiran L-6 : Data Curah Hujan Harian Tahun 2005
114
Lampiran L-7 : Data Curah Hujan Harian Tahun 2006
115
Lampiran L-8 : Data Curah Hujan Harian Tahun 2007
116
Lampiran L-9 : Data Curah Hujan Harian Tahun 2008
117
Lampiran L-10 : Data Curah Hujan Harian Tahun 2009
118
Lampiran M : Dokumentasi Lokasi Penelitian
119
Gambar 3 : Lokasi Pengukuran Kecepatan Air
120
Gambar 5 : Lokasi Penelitian
121
Gambar 7 : Daerah Penelitian
122