You are on page 1of 8

Beberapa bulan yang lalu, masyarakat kecamatan Glamaya, Kabupaten Karawang

Jawa Barat dikejutkan oleh mewabahnya penyakti baru yang menyerang lebih dari
100 orang warga dengan gejala yang sama. Penyakit ini diawali dengan demam
disertai rasa sakit pada seluruh anggota gerak yang dirasakan sampai ke tulang, dan
penyakit ini menyerang semua kelompok umur warga desa tersebut. Pihak Dinas
Kesehatan Kabupaten mengidentifikasi penyakit tersebut sebagai Penyakit Demam
Chikunguya (Chicunguya Fever) yang disebabkan oleh sejenis virus dan ditularkan
melalui gigitan nyamuk Aedes aegipty (yang juga menularkan Dengue Haemorrhagic
Fever).1
Lain lagi kejadiannya di negara tetangga Malaysia. Pada tahun 1998 - 2000 telah
pula dihebohkan oleh berjangkitnya penyakit Meningitis yang ditularkan melalui
Babi. Lebih dari seratus orang meninggal pada saat wabah, terutama orang-orang
yang berhubungan langsung dengan babi pada daerah peternakan babi di daerah
Klang Malaysia. Penyakit ini juga disebabkan oleh virus, yang semula diduga
ditularkan oleh nyamuk (Japanese Encephalitis), namun belakangan diketahui
ditularkan melalui air liur babi yang menderita penyakit ini. Virus penyebab penyakit
ini kemudian diberi nama Virus Nipah (Nipah, nama sebuah desa tempat kasus
pertama kali ditemukan). Para ahli mikrobiologi menyelidiki, bahwa virus Nipah ini
punya persamaan dengan virus lain yang bernama Hendra (Hendra-like virus).2,3
Kejadian diatas adalah merupakan contoh problema penyakit infeksi yang terjadi di
Indonesia maupun negara-negara lain di dunia ini pada saat sekarang. Penyakit
infeksi yang dulunya diramalkan dan diharapkan oleh para pakar kesehatan dunia
akan dapat diatasi pada abad ke 20, dengan ditemukannya berbagai obat-obatan
anti biotika dan anti mikrobial lainnya, ternyata kini adalah sebaliknya. Ternyata
perkembangan teknologi umat manusia, diimbangi pula oleh perkembangan
“teknologi” mikroorganisme. Penyakit infeksi yang dulunya sudah dapat dilenyapkan
dari suatu daerah atau suatu negara, malah kembali muncul setelah puluhan tahun
dengan problema yang makin rumit dan kompleks. Sebagai contoh adalah penyakit
Tuberkulosis Paru. Sampai tahun 1980, negara-negara maju seperti Amerika dan
negara-negara Eropah, sudah merasa aman karena penyakit ini tidak lagi menjadi
problem kesehatan masyarakat, seperti di negara-negara berkembang. Tapi sejak
awal tahun 80 an, setelah ditemukannya penyakit/virus HIV/AIDS ; bersamaan
dengan itu, muncul kuman tuberkulosa yang menyertai infeksi HIV/AIDS yang
memperburuk dan malah menyebabkan kematian penderita AIDS. Imunisasi BCG
yang sudah sejak lama digunakan, ternyata tidak mutlak dapat mencegah penyakit
klasik ini. Disamping itu, kuman Mikobakterium tuberkulosis ini, ternyata kebal
terhadap beberapa macam Obat Anti Tuberkulosa (OAT) yang selama ini ampuh
untuk mengobati tuberkulosa. Fenomena ini dikenal dengan : Tuberkulosis yang
Multiresisten terhadap Obat (Multi Drugs Resistance Tuberculosis).
Di Thailand, pada beberapa kasus AIDS ditemukan infeksi oleh kuman "baru"
golongan jamur : Penicillium marneffei yang menimbulkan kelainan kulit seperti
Molluscum contagiosum yang disebut : Penicilliosis yang dapat menyebar secara
sistemik, dan juga kelainan kulit Cryptococcosis.4 Disamping itu, dengan
menurunnya imunitas pada penderita AIDS, beberapa penyakit lain yang tergolong

2002 Digitzed by digital library


terbukti dengan telah di eliminasinya berbagai jenis penyakit infeksi menular,
seperti Cacar (Smallpox / Variola) dengan program vaksinasi cacar, dihilangkannya
penyakit Frambusia (Puru), sudah dapat ditekan penularan Malaria, Poliomielitis,
serta beberapa penyakit infeksi lainnya yang dulunya menimbulkan angka kematian
dan kesakitan yang tinggi. Sebagai gantinya, akan muncul kepermukaan penyakit-
penyakit yang bukan disebabkan oleh infeksi atau kuman, seperti Penyakit Jantung
Koroner, Obesitas, Penyakit Kanker, dan Penyakit Gangguan Kejiwaan.
Kenyataannya, sebelum memasuki abad ke III, timbul berbagai ledakan penyakit
infeksi diberbagai belahan dunia antara lain :
1. Jumlah kasus HIV/AIDS kian hari kian hari bertambah dan tersebar di lebih
dari 150 negara, dengan jumlah kasus terinfeksi 16.000 orang perhari,
termasuk 1.600 anak dibawah umur 15 tahun. Kira-kira 7.000 orang
meninggal akibat komplikasi AIDS setiap hari diseluruh dunia. Lebih dari 70%
kasus bertempat tinggal di sekitar Subsahara Afrika dan lebih dari 20%
terdapat di Asia, termasuk Asia Tenggara dimana Indonesia termasuk
didalamnya. Jumlah penderita HIV/AIDS saat ini didunia ditaksir 40 juta
orang, yang terdiri dari orang dewasa dan anak-anak.6 Sementara obat untuk
menyembuhkan penyakit ini yang baik dan tepat, serta mudah diperoleh
masih terus dicari oleh para ahli diseluruh dunia. Di Indonesia, dilaporkan
hampir 120 ribu penderita HIV/AIDS. Sementara jumlah sebenarnya pengidap
HIV belum diketahui, karena belum ada pemeriksaan skrening untuk itu.
2. Dalam bulan Desember tahun 2000, tercatat merebaknya wabah penyakit
menular di beberapa negara dengan munculnya penyakit baru ataupun
penyakit lama yang muncul kembali setelah puluhan tahun dapat
dilenyapkan. Ini yang acapkali disebut sebagai EMERGING & REEMERGING
DISEASES. Penyakit tersebut antara lain : Anthrax di Zimbabwe, Cholera di
Marshal Island, Ebola Virus di Uganda, Listeriosis di USA, Malaria di Burundi,
Meningococcal infeksi di Namibia, Measles atau Campak di India, dan Yellow
Fever (Demam Kuning) di Guinea, Liberia.7 Di Indonesia sendiri, di beberapa
Provinsi dan Kabupaten telah terjadi beberapa wabah, seperti : Demam
Berdarah, Malaria, Anthrax, Diare, dan Demam Chikunguya seperti yang
disebutkan pada awal tulisan ini.
3. Sebelum tahun 2000, beberapa wabah Emerging & Reemerging Diseases di
belahan dunia adalah :3,7,8
• Tahun 1991 wabah Cholera di Peru
• Tahun 1997 wabah Influenza di Hongkong yang dikenal dengan Bird Flu (Flu
Burung) dengan jenis virus yang baru (sero type H5N1), sehingga pada waktu
itu untuk memutuskan rantai penularannya, ribuan ternak
unggas/burung/ayam yang dicurigai menderita Flu dimusnahkan.
• Tahun 1995 wabah Plaque di India, yaitu penyakit yang ditularkan melalui
gigitan Flea (kutu tikus) spesies Xenopsilla cheopis yang menularkan kuman
penyakit tersebut (Yersinia pestis) kepada manusia dan dapat berakibat
kematian.
• Tahun 1998 wabah Cholera di UR Tanzania.8

2
terkontaminasi kuman penyebab (Water-borne/Food-borne), atau melalui peralatan
yang digunakan. Tetapi banyak jenis penyakit menular memerlukan makhluk hidup
lainnya untuk dapat menularkannya kepada manusia, bahkan acap pula memerlukan
lebih dari satu jenis makhluk hidup sebagai perantara sebelum memasuki tubuh
manusia. Makhluk hidup itu dapat berupa serangga, seperti nyamuk dengan
berbagai jenis dan ragamnya, kutu binatang dan manusia, yang tergolong dalam :
Tick, Mite, Lice, Flea, berbagai jenis tikus, mammalia yang dikonsumsi oleh manusia
seperti sapi, kerbau, babi, hewan piaraan di rumah seperi : anjing, kucing, ayam,
dan lain-lain, berbagai jenis siput/keong (Snail) yang dibeberapa daerah tertentu
banyak dikonsumsi penduduk, secara mentah ataupun setengah matang , berbagai
jenis ikan dan makanan laut (Seafood). Mikroorganismme penyebab penyakit
tersebut ada yang "berdiam" di tubuh hewan perantara tersebut, dan ada juga yang
berkembang dan menjalani siklus hidupnya di dalam tubuh binatang perantara
tersebut untuk selanjutnya berpindah lagi ke hewan lain atau ke manusia. Hewan-
hewan tersebut dikenal sebagai : Intermediate Host (sebagai perantara dan tempat
berlangsungnya siklus hidup parasit), Definitive Host (tempat berlangsungnya siklus
seksual parasit), Paratenic Host (hanya sebagai perantara, tidak terjadi proses
siklus hidup parasit), atau sebagai Accidental Host (tempat yang tidak lazim bagi
parasit).
Selagi mahkluk hidup manusia hidup satu alam dengan makhluk hidup lainnya
seperti hewan perantara atau vektor penyakit, mikro-organismme penyebab
penyakit, maka keseimbangan ekologi tidak akan dapat jauh bergeser. Masing-
masing makhluk hidup tersebut secara alamiah ingin tetap survive dengan berbagai
upaya. Penekanan terhadap satu jenis makhluk hidup akan berakibat perubahan
pada populasi makhluk hidup jenis lainnya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi Emerging dan Reemerging Diseases :7,10


1. Pertumbuhan dan perkembangan penduduk dunia yang tidak dapat di
prediksi.
2. Meningkatnya mobilitas penduduk antar negara melalui travel internasional
yang semakin mudah.
4. Meningkatnya impor-ekspor berbagai jenis produk makanan dan hewan antar
negara.
5. Perubahan dan perkembangan pada proses pengolahan bahan makanan serta
pendistribusiannya keseluruh pelosok dunia.
6. Perubahan atau perkembangan dari kebiasaan hidup manusia (Human
behaviour).
7. Meningkatnya perdagangan seks di berbagai Negara, bertambahnya Pekerja
Seks Komersil, akan mempermudah meluasnya Penyakit Menular Seksual
atau Sexual Transmitted Diseases (STD).
8. Perubahan lingkungan yang dilakukan manusia menyebabkan perubahan
habitat dari makhluk hidup lain, termasuk hewan sebagai vektor penyakit dan
mikroorganisme sebagai penyebab penyakit.

3
suasana konflik dan perpecahan yang menimbulkan perang. Perang terjadi
dimana-mana dibelahan bumi ini, sepertinya tiada hari tanpa pertumpahan
darah. Perang terjadi antar negara, antar agama, antar suku, antar golongan.
Kematian manusia akibat korban perang masih belum berarti dibandingkan
dengan kematian manusia yang tidak terlibat perang, tetapi harus mengungsi
menghindari konflik yang terjadi dan terpaksa mendiami kamp-kamp
pengungsi dengan kepadatan tinggi dan sanitasi yang jelek, dan akhirnya
menimbulkan problema kesehatan, terutama penyakit infeksi menular.
Negara-negara yang kuat dengan mudahnya menyerang negara yang lemah
dengan senjata yang canggih dan ancaman senjata nuklir yang
menghancurkan kehidupan. Ancaman yang lebih mengerikan dari senjata
nuklir adalah senjata biologi (Biological Weapon) yang telah mulai diteliti di
Amerika sejak berkecamuknnya Perang Dunia II (1943-1944) dengan
menggunakan bakteri : Burkholderia mallei yang menyebabkan penyakit
Melioidosis yang mematikan, meskipun belum sempat digunakan.11,12 Senjata
biologi yang berupa kuman penyakit ini kalau digunakan oleh manusia untuk
menyerang seterunya, akan menimbulkan malapetaka besar bagi umat
manusia. Pada tahun 1979, secara tidak sengaja, spora dari Bacillus anthracis
yang menyebabkan penyakit Anthrax yang disimpan di Sverdiosh, Rusia
untuk senjata biologi ter "lepas" keluar dan menimbulkan wabah. Ancaman
serangan senjata biologi terakhir cukup mencemaskan negara Amerika pada
tahun 2001 yang dilancarkan oleh terorisme, ketika diketahui tepung yang
berisi spora Anthrax didalam amplop surat yang dikirim oleh orang tak
dikenal melalui mailling system. Satu gram tepung tersebut mengandung
seikitarn 100 triliun spora anthrax.13. Spora anthrax ini, bila disebarkan
melalui udara dan terhirup oleh orang yang sehat, maka dalam waktu kurang
dari satu minggu akan menyebabkan kerusakan yang berat pada paru dan
perdarahan dan akhirnya kematian.
Manajemen Emerging dan Reemerging Diseases :7

Manajemen terpadu dibutuhkan untuk penanganan penyakit infeksi menular,


termasuk Emerging dan Reemerging Diseases disetiap negara. Pada prinsipnya
manajemen mencakup :
1. Survaillance :
Diperlukan survey kesehatan, tidak saja kesehatan masyarakat, tetapi juga
kesehatan hewan, terutama hewan ternak yang lazim dikonsumsi masyarakat
dan hewan piaraan yang dapat menularkan penyakit zoonosis. Dengan
surveillance yang baik akan dapat menemukan kasus dini penyakit infeksi
menular, sehingga penangannya dapat dilakukan dengan lebih mudah dan
murah. Untuk ini mutlak dibutuhkan sarana Laboratorium diagnostik yang
menunjang. Selanjutnya, terhadap kasus-kasus yang ditemukan dilakukan
pengobatan yang tepat dan cepat dengan obat-obatan yang tersedia dengan
baik dan cukup. Selanjutnya dilakukan pengamatan lingkungan dan behaviour
untuk melakukan tindakan kontrol dan pencegahan.

4
3. Research :
Dalam pelaksanaan program penanggulangan penyakit infeksi di masyarakat,
peranan penelitian/research sangat penting artinya dalam mencari tahu
setiap akar permasalahan yang dihadapai serta mencari solusi
penyelesaiannya. Penelitian terhadap masyarakat tidak terbatas hanya pada
penelitian bidang kesehatan, seperti aspek klinis, diagnostik, pengobatan,
vaksin, ataupun biomedik, tetapi juga penting dilakukan penelitian aspek
Antropologi, budaya, sosial, lingkungan, dan behaviour, yang kesemuanya ini
mempunyai peranan dalam memahami epidemiologi penyakit menular. Dari
hasil penelitian ini nantinya dapat disusun langkah-langkah upaya
pencegahan dan perencanaan tindakan selanjutnya.
4. Case Management :
Mencakup diagnosa akurat dan pengobatan yang adekwat. Disini penting
ketrampilan klinis dari petugas kesehatan yang menangani langsung kasus
penyakit infeksi dan ketersediaan fasilitas penanganan kasus, terutama untuk
kasus-kasus infeksi berat dengan komplikasi. Juga diperlukan sistim rujukan
yang mudah dan segera. Dengan Case Management yang baik, akan
menurunkan angka morbiditas dan mortalitas.
4. Man Power :
Mencakup kualitas dan kuantitas dari sumber daya manusia serta pembinaan
displin. Dibutuhkan tenaga trampil dibidangnya yang mempunyai kemampuan
dan kemauan dalam mensukseskan program penanggulangan penyakit infeksi
di masyarakat. Untuk itu, diperlukan pendidikan dan pelatihan yang
berkesinambungan terhadap personil yang bekerja di bidang penyakit infeksi.
Dibutuhkan pengkaderan tenaga ahli secara kontinu, dengan mengirim
personil yang terlibat di bidang penyakit tropik dan infeksi untuk
belajar di sentra- sentra yang lebih maju, baik di dalam negeri maupun
luar negeri.

5. Prevention & Control :


Ini dilaksanakan berdasarkan hasil surveillance dan research yang dilakukan.
Kegiatan dilakukan secara sistematis dengan kebijaksanaan dan strategi yang
baik dengan memanfaatkan teknologi baru yang tersedia.
Dalam upaya Prevention & Control ini dilibatkan peran serta masyarakat serta
perluasan informasi dan penyuluhan kesehatan serta promosi kesehatan
melalui berbagai jenis mass media.

Problema di Indonesia :
Departemen Kesehatan Indonesia menilai program pemberantasan penyakit menular
oleh jajaran kesehatan bersama dengan sektor terkait selama tahun 2001 masih
belum optimal, sehingga menurut Menteri Kesehatan, ini perlu ditingkatkan pada
tahun 2002. Berbagai penyakit infeksi di Indonesia yang menjadi prioritas adalah :14
1. Tuberkulosis

5
Yang pernah kita dengar antara lain, wabah Diare, Rabies, Anthrax, Campak,
Leptospirosis, Demam Tifoid, Varicella, Influenza, dan Infeksi Cacing.
Tahun 2002 telah ditetapkan sebagai tahun pemberantasan penyakit menular dan
pemerintah akan mangangkat sekitar 66 ribu petugas Pemberantasan Penyakit
Menular (PPM) yang akan bertugas disetiap desa/kelurahan guna membantu
menurunkan jumlah penderita penyakit infeksi menular.
Pada April tahun 2002 pemerintah Indonesia melalui Menteri Koordinator Bidang
Kesejahteraan Rakyat dan Menteri Kesehatan meluncurkan Gerakan Nasional
Penanggulangan HIV/AIDS. Menurut Menkes, faktor penyebab tingginya prevalensi
HIV/AIDS di Indonesia, antara lain karena kemiskinan, tingginya mobilitas
pendududk, rendahnya tingkat pendidikan, perilaku tidak sehat, suburnya industri
seks, kurangnya kesadaran dan tanggung jawab pria yang berperilaku risiko tinggi,
penggunaan bersama jarum suntik dikalangan pecandu narkotika, kurangnya akses
pelayanan kesehatan, serta lemahnya aturan dan penegakan hukum.15
Meskipun pemerintah telah memiliki Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) dan Komisi
Penanggulangan AIDS Daerah (KPAD), namun dirasakan kinerjanya masih kurang.
Oleh karena itu penanggulangan HIV/AIDS ini harus mengajak semua pihak di
masyarakat, termasuk swasta dan LSM. Berdasarkan data yang dimiliki pemerintah,
penderita HIV/AIDS di Indonesia mencapai 120.000 orang, meskipun angka ini
bukan angka yang pasti.16. Mengenai penyakit Tuberkulosis (TB) yang masih tinggi di
Indonesia, Menkes mengemukakan, jika semua provinsi dan kabupaten mempunyai
rencana strategi penanggulangan tuberkulosis disertai dukungan dana, Indonesia
akan keluar dari kelompok 22 negara dengan ebab berat penyakit TB pada tahun
2005. Indonesia dapat mencapai tingkat penemuan kasus TB menular lebih dari 70
persen dengan tingkat kesembuhan lebih dari 85%. Strategi ini dituangkan dalam
Gerakan Terpadu Nasional Penanggulangan Tuberkulosis (Gerdunas TB) dengan
pembentukan Komite Nasional (Komnas) dan Komite Ahli (Komli). Masalah pertama
yang dihadapi oleh Gerdunas adalah pelaksanaan desentralisasi, termasuk aloksi
anggaran, masalah kedua, kaitan penderita TB dengan kemiskinan. Enam puluh
persen penderita TB adalah miskin, bahkan sangat miskin.17
Program penanggulangan penyakit infeksi di Indonesia haruslah dilakukan dengan
serius, jujur, terbuka, dan bebas dari korupsi. Data jumlah kasus haruslah yang
akurat dan tidak di tutup-tutupi karena merasa malu atau merasa pemerintah
daerah kurang berhasil bila jumlah kasus penyakit menular didaerahnya meningkat.
Di masa Orde Baru hal ini acapkali dialami oleh petugas kesehatan di lapangan.
Angka-angka dibuat dan direkayasa sesuai dengan target yang telah ditetapkan oleh
pemerintah pusat. Sudah saatnya kita menyampaikan apa adanya tentang kasus
penyakit menular di Indonesia, agar perencanaan manajemennya tepat dan terarah.
Untuk itu dibutuhkan sistim pencatatan dan pelaporan yang sistematis serta sarana
diagnostik yang akurat, dan kolaborasi yang baik antar disiplin ilmu kedokteran yang
terkait. Untuk ini dirasa perlu dibentuk semacam Pusat Pelayanan Penyakit Tropik
dan Infeksi di setiap provinsi yang dapat berlokasi di Rumah Sakit Rujukan
Pemerintah. Negara Indonesia yang merupakan Negara kepulauan yang luas,
mempunyai problem kesehatan yang berbeda disetiap daerah/provinsi, sehingga

6
“ledakan” penyakit infeksi yang tentunya akan menelan banyak korban serta
membutuhkan lebih banyak dana.
Program Departemen Kesehatan Republik Indonesia sejak dahulu sudah cukup baik,
karena disusun oleh para pakar dibidangnya. Namun dalam pelaksanaan di lapangan
banyak ditemukan penyimpangan-penyimpangan yang dapat dirasakan oleh setiap
tenaga kesehatan yang bertugas, walau acapkali sulit dibuktikan. Seluruh jajaran
Depkes harus mulai bekerja dengan penuh pengabdian yang sesunguhnya agar
bangsa kita tidak lebih jauh ketinggalan dalam segala hal di bidang penanggulangan
penyakit infeksi dari negara-negara tetangga kita, seperti Malaysia, Thailand, dan
lainnya.
Kepada masyarakat diharapkan turut berperan aktif dalam upaya pencegahan
penyakit, penyuluhan kesehatan, kebersihan diri dan lingkungan, dan tidak hanya
dapat menyalahkan pihak pemerintah dan petugas kesehatan dalam memberikan
pelayanan kepada masyarakat.

Penutup :
Issue terbaru saat ini yang mendapat perhatian luas oleh para pakar kesehatan
diseluruh dunia adalah : Emerging & Reemerging Infectious Diseases.
Penyakit infeksi menular sampai saat ini masih tetap menjadi masalah kesehatan
nasional maupun internasional, bahkan cenderung menimbulkan problema baru
dalam hal kuman penyebab, patogenesis penyakit, dan pengendaliannya. Hal ini
memerlukan kerjasama interdisiplin baik di bidang kesehatan maupun teknologi,
serta perlu mendapatkan dukungan yang kuat dari infra struktur. Bahkan diperlukan
net working antar daerah/wilayah dimana untuk negara Indonesia, masing-masing
daerah/wilayah berbeda pola penyakit infeksi dan mikro-organisme penyebab dan
vektornya. Juga sangat dibutuhkan International link untuk teknologi biomolekuler
yang sangat penting dalam segi diagnostik, patogenensis, maupun pengobatan.
Disamping itu juga, data dan sistim pelaporan yang akurat dan cepat mutlak
diperlukan.

==========

7
York, 2001, 203 - 19.
6. Zavaski, DM , Gerberding, JL , Sande, MA : Patients with AIDS, In : Wilson,
WR , Sande, MA , Draw, WL, et al (Eds) : Current Diagnosis & Treatment in
Infectious Diseases, Lange Medical Books/McGraw-Hill, Medical Publishing
Division, New York, 2001, 315 - 27.
7. Kingnate, D : Epidemiology of Emerging and Reemerging Infectious Diseases,
DTM&H Course Lecture, 2002, Faculty of Tropical Medicine, Bangkok,
Thailand.
8. Drasar, BS : Cholera, In : Cox, FEG (Ed) : The Well come Trust Illustrated History
of Tropical Diseases, The Well come Trust, London, 1996, 13 - 23.
9. Geografical Distribution of Arthropod-borne Diseases and Their Principal Vector,
WHO, Vector Biology and Control Division, 1989.
10. Penyakit Tropis, http://satumed,com/index.html/pria/60/0.2598.0/
11. DBMD - Melioidosis (Burkholderia pseudomallei) - General Information,
http://www.cdc.gov/ncidod/dbmd/diseaseinfo/melioidosis_g.htm
12. Dance, DAB , White, NJ : Meiloidosis, In : Cox, FEG (Ed) : The Well come Trust :
Illustrated History of Tropical Diseases, The Well come Trust, London, 1996, 73 -
81
13. Anthrax as Biological Weapon, JAMA, 2002 ; 287 (17) : 2236 - 52.
14. Penyakit Menular Masih Perlu Penanganan,
http://satumed.com/index.html/anekamedika/0.6304.0
15. Dicanangkan, Gerakan Nasional Penanggulangan HIV/AIDS,
http://www.kompas.com/kesehatan/news/0204/24/0159.htm.
16. Pemerintah Bentuk Gerakan Nasional Penanggulangan AIDS,
http://www.kompas.com/berita-terbaru/0203/28/headline/018.htm.
17. Perlu Strategi Tanggulangi Tuberkulosis, Kompas, Sabtu, 23 Maret 2002.

*************

You might also like