Professional Documents
Culture Documents
Siti,20 tahun mengalami demam sejak 6 hari yang lalu dan saat demam didahului
menggigil selama 20 menit.setelah menggigil,demamnya turun sampai suhu normal lalu
pasien berkeringat sampai terasa basah seluruh tubuhnya. Demam bersifat intermiten. Iya
juga mengeluh nyeri kepala terutama di daerah dahi dan nyeri seiktar bola mata. Kira-kira
satu bulan sebelumnya Siti beekunjung ke Papua selama satu minggu. Dari pemeriksaan fisik
di dapatkan kesadaran samnolen, tekanan darah 100/70, nadi 120x/menit, frekwensi nafas
30x/menit, suhu 400C, kunjungtiva anemis +/+, sklera ikterik +/+, pemeriksaan rongga toraks
dalam batas normal, pada pemeriksaan abdomen didapatkan hepar teraba 1cm bawah proc.
Xipoid serta lien teraba pada schufner 1. Rumple leed menimbulkan 7 ptekie. Hasil
pemmeriksaan lab adalah Hb 8 gr%, leukosit 4000/mm 3. Preparat darah tebal dan tipis
didapatkan plasmodium. Keluarga pasien menanyakan penyakit yang diderita ini masih dapat
kambuh bila sudah minum obat. Apa yang terjadi pada Siti?
KLARIFIKASI ISTILAH:
1. Siti,20 tahun mengalami demam sejak 6 hari yang lalu senjang ****
dan saat demam didahului menggigil selama 20
menit.setelah menggigil,demamnya turun sampai suhu
normal lalu pasien berkeringat sampai terasa basah
seluruh tubuhnya. Demam bersifat intermiten
ANALISIS MASALAH
I. Siti,20 tahun mengalami demam sejak 6 hari yang lalu dan saat demam didahului
menggigil selama 20 menit.setelah menggigil,demamnya turun sampai suhu
normal lalu pasien berkeringat sampai terasa basah seluruh tubuhnya. Demam
bersifat intermiten
1. Penyebab demam 6 hari?
Jawab:
Demam karena infeksi yang suhunya bisa mencapai . 380 C.penyebabnya
beragam, yakni infeksi virus :seperti flu, cacar, campak, SARS,flu burung
demam berdarah dan lain-lain dan bakteri : tifus, radang tenggorokan ,
dan lain-lain
Demam noninfeksi seperti kanker, tumor, atau adanya penyakit autoimun
seseorang ( rematik, lupus dan lain-lain
Demama fisiologis seperti kekurangan cairan (dehidrasi), suhu udara yang
terlalu panas, dan lain-lain
2. Bagaimana mekanisme demam?
Jawab: infeksi atau peradangan nutrophil pirogen endogen prostaglandin
↑ titik patokan di hipothalamus mengawali respons dingin ↑produksi panas ;↓
pengurangan panas ↑suhu tubuh ke set point baru = demam
3. Kenapa demam didahului menggigil?
Jawab:
Aktifitas pirogen endogen
↑ pelepasan PGE 2
Produksi panas↑
↓ Panas pada
Set Point Baru
ekstremitas persarafan
otonom konstriksi
Aliran darah ↑ perifer
perifer
Berkeringat
Pasien merasa
sembuh
Jawab:
Jenis-jenis demam
1. Demam septik : tipe demam ini berangsur naik ke tingkat yang tinggi sekali pada
malam hari dan turun kembali ke tingkat di atas normal pada pagi hari. Sering
disertai keluhan menggigil dan berkeringat.
2. Demam hektik : bila demam yang tinggi tersebut turun ke tingkat yang normal.
3. Demam intermiten : pada tipe demam ini suhu badan turun ke tingkat yang normal
selama beberapa jam dalam satu hari. Bila demam seperti ini terjadi setiap dua hari
7. Kenapa setelah suhu normal pasien lalu berkeringat sampai membasahi tubuhnya?
Jawab:
Berkeringat (selama 2-4 jam), timbul setelah demam, akibat gangguan metabolisme
tubuh sehingga produksi keringat bertambah. Kadang-kadang dalam keadaan berat,
keringat sampai membasahi tubuh seperti orang mandi. Biasanya setelah berkeringat,
penderita merasa sehat kembali.
Jelas ada, dari anamnesis dokter terhadap Siti, didapatkan keterangan bahwa Siti
pernah bepergian ke Papua kira-kira sebulan yang lalu, diketahui bahwa Papua
merupakan salah satu daerah endemis malaria di Indonesia, daerah endemik malaria
lainnya di Indonesia yaitu: kawasan Indonesia timur, mulai dari kalimantan , Sulawesi
Tengah sampai Utara, Maluku, Papua, dan Lombok sampai Nusa Tenggara Timur
serta Timor Timur merupakan daerah endemis malaria dengan plasmodium
falcifarum dan plasmodium vivax. beberapa daerah sumatera (Lampung, Riau, Jambi,
Sumatra utara & barat serta Batam),dan sebagian kecil pulau Jawa (Jepara,sekitar
Jogja & Jawa barat).
Jawab:
SKLERA IKTERIK
Ketika parasit Plasmodium berhasil berkembang biak dalam hati & sel darah
merah,parasit ini akan menyerang hemoglobin,akibatnya banyak sel darah merah
yang pecah sehingga terjadi banyak pembentukan bilirubin.Hiperbilirubinea akan
menyebabkan sclera ikterik karena pada sclera terdapat banyak pembuluh darah.
Ikterik dapat terlihat paling mudah pada bagian sklera. Adapun mekanisme
terjadinya ikterus dalam kasus ini adalah karena banyaknnya plasmodium yang
menginfeksi tubuh siti. Plasmodium ini menyebabkan terjadinya peningkatan proses
hemolisis. Pecahnya sel darah ini akan menyebabkan hemoglobin di fagosit oleh
makrofag ( sistem retikuloendotelial ) seluruh tubuh. Hemoglobin ini kemudian akan
dipecah menjadi molekul heme dan globin. Ketika ikatan dari cincin heme di buka
maka akan menghasilkan pigmen empedu. Pigmen yang pertama terbentuk adalah
biliverdin. Namun, pigmen ini akan dengan cepat di ubah menjadi bilirubin, yang
akan dilepaskan dengan cepat ke dalam plasma. Peningkatan jumlah bilirubin di
dalam plasma ini lah yang menyebabkan tubuh menjadi berwarna kekuningan. Karena
pada dasarnya bilirubin merupakan suatu pigmen berwarna kuning-kehijauan
Jawab:
PEMERIKSAAN LIMPA
Teknik palpasi limpa tidak berbeda dengan palpasi hati. Pada keadaan normal limpa
tidak teraba. Limpa membesar mulai dari bawah lengkung iga kiri, melewati
umbilikus sampai regio iliaka kanan. Seperti halnya hati, limpa juga bergerak sesuai
inspirasi.
Palpasi dimulai dari regio iliaka kanan, melewati umbilikus di garis tengah abdomen,
menuu ke lengkung iga kiri. Pembesaran limpa diukur dengan menggunakan garis
Schuffner, yaitu garis yang dimulai dan diteruskan sampai di spina iliaka anterior
superior (SIAS) kanan. Garis tersebut dibagi menjadi 8 bagian yang sama.
Palpasi limpa juga dapat dipermudah dengan memiringkan pasien 45 ke arah kanan
(ke arah pemeriksa).
Setelah tepi bawah limpa teraba, maka dilakukan deskripsi sebagai berikut :
Berapa jauh dari lengkung iga kiri pada garis Schuffner (S-I sampai dengan S-
VIII)?
Untuk meyakinkan bahwa yang teraba adalah limpa, harus diusahakan meraba
insisuranya.
Manual
Bimanual
Modifikasi bimanual
CARA MANUAL
Tangan kanan pemeriksa diletakkan di RLQ dekat dengan SIAS, palpasi dengan sisi
radial jari
Ketika pasien ekspirasi, tangan pemeriksa menekan mulai dari daerah RLQ secara
ringan
Waktu inspirasi, lien akan terdorong ke bawah oleh diafragma, pada saat itu tangan
pemeriksa mendorong ke arah kranial sambil mencoba merasakan apakah teraba
ujung dari lien
Bila tidak teraba, tangan pemeriksa sedikit digeser ke kranial, mulai lagi pemeriksaan
sesuai langkah sebelumnya
BIMANUAL
Modifikasi Bimanual
miringkan pasien pada sisi kanan badannya, pemeriksaan dilakukan seperti teknik
bimanual
pasien diminta agar berdiri. Pemeriksaan dilakukan sama seperti cara manual
TEKNIK MIDDLETON
Penilaian hasil :
Normal : bila dalam waktu 10 menit tak tampak perdrahan pada area pembacaan atau
timbul petachie kurang dari 5 buah.
Negative : dalam waktu 10 menit atau lebih tidak timbul petachie atau kurang dari 10
buah.
1. Bila dalam waktu kurang dari 10 menit sudah tampak lebih dari 10 petacchie
percobaan dihentikan.
2. Bila dalam 10 menit tak tampak petachie atau timbul bercakkurang dari 10 buah
percobaan dihentikan, tunggu 5 menit dan ulangi pembacaannya . bila tak ada
perubahan penilaian negative.
3. Sebelum percobaan perhatikan apakah ada bekas gigitan nyamuk pada daerah
volar lengan bawah/noda hitam yang memungkinkan hasil menjadi positif palsu.
4. Bila rata-rata tekanan darah lebih dari 100 mmHglakukan bendungan vena
maksimal tekanan 90mmHg
Arti klinis :
Tetesan preparat darah tebal dan tipis : + plasmodium ( tidak normal) , sementara nilai
normal Hb menurut Dacie adalah :
Berbagai macam sel darah dapat jelas dibedakan dengan pewarna Pappenheim
pada film darah (pewarna May-Grunwald dan pewarna Giemsa). Struktur
nukleus lebih kurang bersifat sangat basofil dibandingkan sitoplasma, dengan
cara tersebut granula dapat diperhatikan dengan baik (Martoprawiro 1986).
Sel darah putih (leukosit) warnanya bening, bentuknya lebih besar bila
dibandingkan dengan sel darah merah (eritrosit), tetapi jumlahnya lebih
sedikit. Dalam setiap 1mm3 darah terdapat 6000-9000 sel darah putih. Sel ini
berisi sebuah inti yang berbelah banyak dan protoplasmanya berbulir
(granulosit) (Irianto 2004).
Limfosit membentuk 25% dari seluruh jumlah sel darah putih. Sel ini dibentuk
didalam kelenjar limpa dan dalam sum-sum tulang. Sel limfosit ini non
granuler dan tidak mempunyai kemampuan bergerak seperti Amoeba sel
(Irianto 2004).
Tujuan
Percobaan ini bertujuan membuat sediaan olesan dari substansi berupa cairan.
Alat-alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah kaca preparat, cover
glass, tisu, pinset, batang pengaduk dan mikroskop. Bahan-bahan yang
digunakan diantaranya yaitu, darah katak, usus rayap dan stok usus katak, serta
Paramaecium sp. larutan NaCl fisiologis, metanol, pewarna Giemsa, pewarna
Hematoksilin, pewarna Eosin, alkohol dengan konsentrasi 30%, 50%, 70%,
80%, 95% dan 100%, air, Xylol, dan perekat ‘entellan’.
Metode
Pada percobaan sediaan apus, dilakukan dua macam percobaan, yaitu
pembuatan preparat sediaan apus tipis dan preparat sediaan apus tebal. Pada
pembuatan preparat sediaan apus tipis, sebanyak satu tetes darah katak
diteteskan di atas kaca objek. Setelah itu, diapus satu kali dengan kaca objek
yang lain dan dikeringkan. Fiksasi dilakukan dengan metanol selama dua
menit dan dikeringkan, kemudian dicelupkan ke dalam giemsa selama 30
Pada pembuatan preparat sediaan apus tebal, digunakan tiga jenis objek
dengan metode yang sama. Objek yang digunakan diantaranya yaitu : Protozoa
pada usus rayap, pada usus katak dan Paramaecium sp.. Usus rayap,
dihancurkan bagian ususnya, kemudian ditetesi NaCl fisiologis, kemudian
diamati dengan mikroskop apakah terlihat atau tidak, jika terlihat, maka
keringkan. Setelah kering, preparat dicelupkan satu kali pada alkohol 70%,
kemudian dcelupkan lagi kedalam hematoksilin selama 1 menit. Cuci preparat
dengan air, kemudian celupkan kedalam eosin selama lima menit. Cuci
kembali dengan air, kemudian dilakukan proses dehidrasi dengan dicelupkan
kedalam alkohol bertingkat (30 %, 50 %, 70%, 80%, 95%, 100 %). Setelah itu
Preparat diseka dengan tisu. Preparat kemudian dicelupkan ke dalam xylol I
selama 5 menit, dan dilanjutkan dengan celupan kedalam xylol II selama lima
menit. Setelah itu preparat kemudian dilap kembali dengan tisu, kemudian
spesimen ditetesi dengan lem. Tutupi dengan cover glass dan tunggu hingga
kering. Amati spesimen dengan mikroskop. Pada Paramaecium sp dan
Protozoa pada usus katak, digunakan metode yang sama dengan pada
pembuatan sediaan apus protozoa pada usus rayap. Akan tetapi, preparat tidak
diberi perlakuan penetesan dengan larutan NaCl fisiologis.
Jawab: Bila pemeriksaan darah pertama menunjukkan negatif, maka perlu diperiksa ulang
setiap 6 jam sampai 3 hari berturut-turut.
Jawab: Penyakit malaria tidak bisa disembuhkan sepenuhnya, sebab sebagian parasit
yang telah menginfeksi sel parenkim di hat, selanjutnya membentuk hipnozoid yang
dapat bertahan sampai bertahun-tahun, dan bentuk ini yang akan menyebabkan
terjadinya relaps (timbulnya gejala infeksi setelah serangan pertama) pada
malaria.apalagi saat kondisi tubuh kita lemah, maka hipnozoid malaria yang
tersimpan di sel parenkim hati kita akan tumbuh dan timbul kembali, oleh karena itu,
kita harus menjaga tubuh kita agar tetap fit setiap saat dan jangan sampai kelelahan
Penatalaksanaan
PENGOBATAN SPESIFIK
Jenis obat yang dipakai :
1. Kina: merupakan obat terpilih untuk malaria berat ( life saving, bekerja cepat).
1. Malaria Falciparum:
Klorokuin + Primakuin
Kina + Primakuin
Klorokuin + Primakuin
2. Obat Alternatif:
Klorokuin :
- Sizontosid darah
SP :
- Sizontosid darah
- Sporontosidal
Kina :
- Sizontosid darah
Primaquin :
- Anti gametosid
- Anti hipnosoit,
Artesunat :
- Sizontosid darah,
Amodiakuin :
- Struktur dan aktivitas sama dgn klorokuin
Tetracyclin :
- Sizontosid darah
*Artesunate 1 2 3 4
H1 **Amodiaquine 1 2 3 4
Primaquin ¾ 1½ 2 2–3
*Artesunate 1 2 3 4
H2
**Amodiaquine 1 2 3 4
*Artesunate 1 2 3 4
H3
**Amodiaquine 1 2 3 4
Klorokuin ¼ ½ 1 2 3 3–4
H1
Primakuin - - ¼ ½ ¾ 1
Klorokuin ¼ ½ 1 2 3 3–4
H2
Primakuin - - ¼ ½ ¾ 1
H3 Klorokuin 1/8 ¼ ½ 1 1½ 2
H4 -
Primakuin - - ¼ ½ ¾ 1
14
Efektif: sampai hari ke 28 klinis sembuh (sejak hari ke 4) dan tidak ditemukan parasit
stadium aseksual sejak hari ke 7
Tidak efektif: dalam 28 hari setelah pemberian obat
- klinis memburuk, dan parasit aseksual positip,
Hari Jenis obat JUmlah tablet per hari menurut kelompok umur
H1-
Primakuin - - ¼ ½ ¾ 1
14
Klorokuin ¼ ½ 1 2 3 3–4
H1
Primakuin - - ¾ 1½ 2 2–3
H2 Klorokuin ¼ ½ 1 2 3 3–4
H3 Klorokuin 1/8 ¼ ½ 1 1½ 2
H1 Primakuin - - ¾ 1½ 2 2-3
*) Apabila pada hari ke 4 setelah pengobatan lini pertama penderita tetap demam, tidak
memburuk (tidak berkembang menjadi malaria berat), di daerah yang sulit mendapatkan
pemeriksaan laboratorium maka pengobatan malaria klinis diulangi dengan kina selama 7
hari dan primakuin 1 hari (pengobatan lini kedua)
- primakuin 0,75 mg/KgBB, dosis tunggal (tidak diberikan pd bumil dan bayi).
Lini 2:
Kina injeksi 10 mg/Kg BB/8 jam atau 30 mg/Kg BB/24 jam untuk anak.
Artesunat:
KERANGKA KONSEP
Kesadaran samnolen
T. Darah 100/70
Nadi 120x/menit Darah tepi
Menggigil : 20 menit (Hapusan darah tebal
RR 30x/menit
Pemeriksaan fisik Pemeriksaan
dan tipis)
Demam
ANAMNESIS Suhu 400C laboratorium
Tes Serologi
Berkeringat
Konjungtiva anemis ( Enzyme Linked
Nyeri kepala & sekitar Monocional Antibody )
Sklera ikterik
bola mata Pemeriksaan PCR
Rongga toraks normal
Riwayat bepergian ke ( Polymerase Chain
Abdomen : hepar 1 cm Reaction )
daerah endemik
teraba 1cm bawah proc. Fluorescent Assay
Skenario 1 tutorial 2 blok 7 Page 27
Xipoid DNA hybridization
Lien teraba pd schuffner 1 Quantitative Buffy
Coat ( QBC, Becton
Dickinson )
MALARIA
TATALAKSANA
HIPOTESIS
Siti menderita penyakit malaria karena infeksi plasmodium falcifarum karena ditemukan
adanya sklera ikterik, konjungtiva anemis, splenomegali.
VII. SINTESIS
MALARIA
DEFINISI MALARIA
ETIOLOGI
Penyebab infeksi malaria ialah plasmodium, yang selain menginfeksi manusia juag
menginfeksi binatang seperti golongan burung, reptil dan mamalia. Termasuk genus
plasmodium dari famili plasmodidae. Plasmodium ini pada manusia menginfeksi eritrosit
dan mengalami pembiakan asexual di jaringan hati dan eritrosit. Pembiakan sexual terjadi
pada tubuh nyamuk yaitu Anopheles betina. Secara keseluruhan ada lebih dari 100
plasmodium yang menginfeksi binatang. Plasmodium malaria yang sering dijumpai
diIndonesia ialah plasmodium vivax yang menyebabkan malaria tertiana (Benign
Malaria) dan plasmodium falciparum yang menyebabkan malaria tropika (Malignan
Malaria).Plasmodium malariae pernah juga dijumpai tetapi kasusnya sangat
jarang.Plasmodium ovale pernah dijumpai di Irian Jaya, pulau Timor, & pulau Owi.
EPIDEMIOLOGI
Infeksi parasit malaria pada manusia mulai bila nyamuk anopheles betina menggigit
manusia dan nyamuk akan melepaskan sporozoit ke dalam pembuluh darah dimana
sebagian besar dalam waktu 45 menit akan menuju ke hati dan sebagian kecil sisanya
akan mati di darah. Di dalam sel parenkim hati mulailah perkembangan aseksual.
Perkembangan ini memerlukan waktu 5,5 hari untuk plasmodium falciparum dan 15 hari
untuk plasmodium malariae. Setelah sel parenkim hati terinfeksi, terbentuk sizont hati
yang apabila pecah akan mengeluarkan banyak merozoid ke sirkulasi darah. Pada P.
Vivax dan ovale, sebagian parasit di dalam sel hati membentuk hipnozoit yang dapat
bertahan samapi bertahun-tahun.
Setelah berada dalam sirkulasi darah merozoit akan menyerang eritrosit dan
masuk melalui reseptor permukaan eritrosit. Setelah 36 jam invasi ke dlam eritrosit,
Di dalam darah sebagian parasit akan membentuk gamet jantan dan betina, dan
bila nyamuk menghisap darah manusia yang sakit akan terjadi siklus seksual dalam tubuh
nyamuk. Setelah terjadi perkawinan akan terbentuk ookinet lalu oocyst yang akan
menjadi masak dan mengeluarkan sporozoit.
Didalam darah sebagian parasit akan membentuk gamet jantan dan betina dan bila
nyamuk menghisap darah manusia yang sakit akan terjadi siklus seksual di dalam
tubuh nyamuk. Setelah terjadinya perkawinan akan membentuk zygote dan menjadi
ookinet yang akam menembus dinding perut nyamuk dan akan membentuk oocyst
yang akan masak dan mengelurakan sporozoit yang akan bermigrasi ke kelenjar ludah
dan siap menginfeksi manusia.
Perkembangan aseksual dalam hati hanya menyangkut fase preritrosit saja; tidak ada
fase ekso-eritrosit. Bentuk dini yang dapat dilihat dalam hati adalah skizom yang
berukuran ± 30 µ pada hari keempat setelah infeksi.
Jumlah morozoit pada skizon matang (matur) kira-kira 40.000 bentuk cacing stadium
trofosoit muda plasmodium falciparum sangat kecil dan halus dengan ukuran ±1/6
diameter eritrosit. Pada bentuk cincin dapat dilihat dua butir kromatin; bentuk pinggir
(marginal) dan bentuk accole sering ditemukan. Beberapa bentuk cincin dapat
ditemukan dalam satu eritrosit (infeksi multipel). Walaupun bentuk marginal, accole,
cincin dengan kromatin ganda dan infeksi multiple dapat juga ditemukan dalam eritrosit
yang di infeksi oleh species plasmodium lain pada manisia, kelainan-kelainan ini lebih
sering ditemukan pada Plasmodium Falciparum dan keadaan ini penting untuk
membantu diagnosis species.
Bentuk cincin Plasmodium falciparum kemudian menjadi lebih besar, berukuran
seperempat dan kadang-kadang setengah diameter eitrosit dan mungkin dapat disangka
Masa tunas intrinsic malaria falciparum berlangsung antara 9-14 hari. Penyakitnya mulai
dengan sakit kepala, punggung dan ekstremitas, perasaan dingin, mual, muntah atau
diare ringan. Demam mungkin tidak ada atau ringan dan penderita tidak tampak sakit;
diagnosis pada stadium ini tergantung dari anamosis tentang kepergian penderita ke
daerah endemic malaria sebelumnya. Penyakit berlangsung terus, sakit kepala, punggung
dan ekstremitas lebih hebat dan keadaan umum memburuk. Pada stadium ini penderita
tampak gelisah, pikau mental (mentral cunfuncion). Demam tidak teratur dan tidak
menunjukkan perodiditas yang jelas.
Ada anemia ringan dan leucopenia dengan monositosis. Pada stadium dini penyakit
penyakit dapat didiagnosis dan diobati dengan baik, maka infeksi dapat segera diatasi.
Bila pengobatan tidak sempurna, gejala malaria pernisiosa dapat timbul secara
PATOGENESIS
Selain itu lepasnya pirogen endogen oleh makrofag juga menyebabkan badan
yang terasa ngilu. Itu terjadi karena pirogen endogen akan menyusun famili sitokin
dan famili sitokin ini yang akan menyebabkan nyeri tubuh.
Adanya infeksi plasmodium ke dalam sel darah merah tadi akan mengalami
sitoadherensi pada permukaan endotel vaskuler sehingga menimbulkan
mikrotrombus. Akibatnya sirkulasi darah terganggu dan suplai darah ke saraf
terdekatpun jadi terganggu termasuk di otak. Hal inilah yang dapat menyebabkan
nyeri kepala. Selanjutnya mikrotrombus ini juga bisa terjadi di sistem pencernaan
yang dapat menimbulkan mual.
1. Masa inkubasi
Masa inkubasi bervariasi pada masing-masing plasmodium pada
P. Vivax masa inkubasi 12-17 hari
P. Falciparum masa inkubasi 9-14 hari
P. Ovale masa inkubasi 16-18 hari
P. Malariae masa inkubasinya 18-40 hari
2. Keluahan-keluhan prodormal
Keluhan prodormal dapat terjadi sebelum terjadinya demam seperti : kelesuan,
malaise, sakit belakang , nyeri pada tulang atau otot, anorexia, perut tak enak, diare
ringan dan kadang-kadang merasa dingin dipunggung. Keluhan prodormal sering
terjadi pada P.Vivax dan P.Ovale, sedangkan pada P.falciparum dan P.malariae
keluhan prodormal tidak jelas bahkan gejala dapat mendadak.
3. Gejala-gejala umum
Gejala klasik yaitu terjadinya “ trias malaria” secara berurutan
Periode dingin 15-60 menit
Mulai menggigil, kulit dingin dan kering pada saat menggigil sering seluruh
badan bergetar dan gigi sering terantuk, pucat sampai sianosis diikuti dengan
meningkatnya temperatur
Periode panas
Penderita muka merah, kulit panas dan kering, nadi cepat dan panas badan
tetap tinggi dapat sampai 40°C atau lebih, respirasi meningkat , nyeri
kepala,nyeri retro-orbital,muntah-muntah , dapat terjadi syok, kesadaran
derilium sampai terjadi kejang. Periode ini lebih lama dapat sampai 2
jam,diikuti berkeringat.
Periode berkeringat
Penderita berkeringat mulai temporal, diikuti seluruh tubuh , sampai basah,
temperature turun, penderita merasa capek dan sering tertidur. Bila penderita
bangun akan merasa sehat dan dapat melakukan pekerjaan biasa.
Keadaan anemia merupakan gejala yang sering dijumpai mekanisme
terjadinya anemia:
Splenomegali juga sering dijumpai, limpa akan teraba tiga hari seranagan
infeksi akut, limpa menjadi bengkak dan hiperemis hal ini disebabkan karena
limpa menghapuskan eritrosit yang terinfeksi melalui perubahan metabolism,
antigenic, dan rheological dari eritrosit yang terinfeksi.
Demam merupakan gejala malaria yang menonjol, yang juga dijumpaiu pada hampir semua
penyakit infeksi seperti infeksi virus pada sistem respiratorius, influenza, bruselosis, demam
tifoid, demam dengue dan infeksi bacterial lainnya seperti pneumonia ,infeksi saluran
kencing,tuberculosis. Pada daerah hiper-endemik sering dijumpai penderita dengan imunitas
yang tinggi sehingga penderita dengan infeksi malaria tetapi tidak menunjukkan gejala klinis
malaria. Pada malaria berat diagnose banding tergantung manifestasi malaria beratnya.
Pada malaria dengan ikterus diagnosis bandingnya adalah demam tifoid dengan
hepatitits, kolesistitis,abses hati, dan leptosirosis. Hepatitis pada saat timbul ikterus
biasanya tidak dijumpai demam lagi.
PEMERIKSAAN
FISIK
I. Pemeriksaan Penunjang
Fluorescent Assay
Cara ini digunakan untuk mendeteksi adanya antibody terhadap malaria. Cara ini
bukan merupakan cara yang biasa di pakai di klinik, tetapi banyak di gunakan dalam
penelitian.
TATALAKSANA
Pengobatan ACT
Walaupun resistensi terhadap obat-obat standar golongan non ACT telah dilaporkan
dari seluruh propinsi di Indonesia, beberapa daerah masih cukup efektif baik terhadap
klorokuin maupun sulfadoksin pirimetamin.
II. Pencegahan
Pencegahan tanpa obat, yaitu dengan menghindari gigitan nyamuk dapat
dilakukan dengan cara :
PROGNOSIS
Prognosis :
Pada infeksi malaria hanya terjadi mortalitas bila mengalami malaria berat. Pada malaria
berat mortalitas tergantung pada kecepatan penderita tiba di RS, kecepatan diagnose dan
penanganan yang cepat. Walaupun demikian mortalitas penderita malaria berat didunia masih
cukup tinggi bervariasi 15 %-60 % tergantung fasilitas pemberi pelayanan. Makin banyak
jumlah komplikasi akan diikuti dengan peningkatan mortalitas, misalnya penderita dengan
malaria cerebral dengan hipokglikemi, peningkatan kreatinin, dan peningkatan bilirubin
mortalitasnya lebih tinggi dari pada malaria cerebral saja.
DAFTAR PUSTAKA
Guyton dan Hall. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta:EGC
Robbins,dkk.2007.Buku ajar Patologi edisi 7.Jakarta:EGC
Sylvia,dkk.2006.Patofisiologi vol.1.Jakarta:EGC