You are on page 1of 10

Hari/tanggal: Sabtu, 31 Mei 2008

Asisten : Arbain J. pamungkas


Andy Larry D. Simanjutak
Asri Sutanti
Dyah Keswara M.
Haryo Bayu
Ima Lesmana
Martha Aulia Mamora
Rino Kusuma Ardani
Rizki Abdillah
Yudhi Amrial
Yuli Aini

PENGGUNAAN SILASE LIMBAH IKAN LELE (Clarias sp.) SEBAGAI


BAHAN SUBSTITUSI TEPUNG IKAN DALAM PAKAN IKAN NILA
Oreochromis niloticus

Disusun oleh:
Kelompok III/A
1. Citra Fibrina C14060390
2. Hasan Abidin C14060407
3. Ulfi Yunida Ardiana C14060446
4. Yuliyanti C14061431
5. Panji Irawan C14062325
5. Handika Gilang P. P C14062575
6. Dadang Kurniawan C14062625
7. Purwanto C14063499

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Tujuan utama dari kegiatan akuakultur adalah meningkatkan produktivitas
perairan. Ada empat kegiatan utama dalam akuakultur, yaitu pembenihan,
pembesaran, pendederan, dan kegiatan off farm. Dari semua kegiatan tersebut,
proses yang paling menentukan besarnya produktivitas akuakultur adalah kegiatan
pembesaran. Ada dua faktor yang mempengaruhi kegiatan pembesaran yaitu
faktor internal (genetik) dan faktor eksternal (lingkungan). Kedua faktor tersebut
tidak dapat dipisahkan peranannya dalam menentukan produktivitas ikan, yang
dalam kegiatan pembesaran, produktivitas yang dimaksud adalah pertumbuhan
ikan. Faktor eksternal yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ikan adalah
kualitas air dan nutrisi.
Syarat utama agar suatu makhluk hidup dapat tumbuh dengan baik adalah
nutrisi yang tepat. Ikan akan tumbuh dengan baik jika diberi asupan nutrisi yang
sesuai dengan kebutuhannya. Formulasi pakan yang lengkap dan seimbang serta
ketersediaan yang cukup sangat penting untuk keberhasilan budidaya ikan. Untuk
mengetahui kandungan nutrien dalam pakan yang baik bagi ikan, maka perlu
dilakukan uji terhadap pengaruh berbagai bahan pakan terhadap pertumbuhan
ikan. Tepung silase merupakan bahan yang potensial untuk digunakan sebagai
bahan baku pakan ikan. Oleh karena itu pengetahuan mengenai pengaruh tepung
silase dalam pakan terhadap pertumbuhan ikan sangat diperlukan.

2.1. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui pengaruh berbagai
kadar tepung silase dalam pakan terhadap pertumbuhan ikan, sehingga dapat
digunakan untuk menentukan kadar tepung silase yang tepat sebagai upaya
menggantikan tepung ikan dalam bahan baku pakan..
II. Metodologi

2.1 Waktu dan Tempat


Praktikum tentang penggunaan silase limbah ikan lele sebagai pengganti
tepung ikan pada ikan nila dilaksanakan tanggal 5 April 2008 sampai 16 Mei 2008
bertempat di laboratorium pakan kering, basah, dan pembuatan pakan.
2.2 Pembuatan Silase
Pembuatan silase diawali dengan limbah jeroan ikan dicuci bersih,
ditimbang, dipotong, dicacah dan dimasukkan ke dalam toples kaca serta
ditambahkan BHT 250 ppm. Lalu dimasukkan asam formiat dan cuka masing-
masing 15% dari bobot jeroan serta diaduk sampai rata. Wadah ditutup rapat.
Bahan tersebut diaduk 3 kali sehari @ 10 menit selama 5 hari.
2.3 Komposisi Pakan
Berikut ini merupakan formulasi pakan silase (% / 1000 gram) :
No. Bahan Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4
1 Tepung ikan 25,35 17,75 10,14 2,54
2 Silase 0 7,61 15,21 22,82
3 Bungkil kedelai 12 10 8 5,1
4 Tepung pollard 36,55 33,5 3,2 34,99
5 Minyak jagung 4,55 6,5 7,5 7,5
6 Minyak ikan 4,55 6,5 6,5 6,5
7 Minyak kelapa 5,55 5,5 6,55 6,55
8 Vitamin mix 2 2 2 2
9 Mineral mix 4,1 4,1 4,1 4,1
10 BHT 2,35 2,35 3,45 3,345
11 Sagu 3 3 3 4,55
12 NaOH 3,65 3,65 3,65 3,65
2.4 Pembuatan Pakan
Bahan-bahan ditimbang sesuai dengan formulasi pakan yang telah
ditentukan. Bahan dicampurkan dari komposisi terkecil hingga komposisi
terbesar. Prosedur selengkapnya dilampirkan dalam bentuk bagan alir.
2.5 Persiapan Wadah
Akuarium dicuci dan dibilas dengan bersih. Setelah kering, akuarium diisi
air ¾ dari tinggi akuarium. Air tersebut diberikan aerasi dan dipasangkan sistem
resirkulasi.
2.6 Penebaran Ikan Awal
Penebaran ikan dilakukan sebanyak dua kali. Penebaran pertama
dilakukan penimbangan bobot kering dengan metode pembiusan. Penebaran
kedua dilakukan penimbangan dengan bobot basah. Ikan yang telah ditimbang
kemudian dimasukkan ke dalam akuarium masing-masing ulangan.
2.7 Pemeliharaan Ikan
Pakan ditimbang sesuai dengan bobot massa ikan masing-masing ulangan.
Ikan diberikan pakan perlakuan tiga kali sehari at satiation. Akuarium disipon dua
kali sehari yaitu pagi dan sore. Ikan yang mati ditimbang bobotnya dan diukur
panjangnya.
2.8 Panen
Ikan diambil dari akuarium kemudian ditimbang bobot dan panjangnya.
Kemudian dimasukkan di dalam freezer untuk dianalisa ditahap selanjutnya.
Selain itu jumlah pakan sisa ditimbang. Akuarium dibersihkan kembali dan
diletakkan ditempat semula.
Analisa Data
Laju Pertumbuhan Harian = Wt = Wo (1 + 0,01α )t
Wt = bobot rata-rata ikan pada waktu t (g)
Wo = bobot rata-rata ikan pada waktu awal (g)
α = laju pertumbuhan harian individu (%)
t = waktu pemeliharaan (hari)
{(Wt + D ) − Wo}
Efisiensi Pakan = EP = x100 %
F
Wt = bobot rata-rata ikan pada waktu t (g)
Wo= bobot rata-rata ikan pada waktu awal (g)
D = bobot ikan mati selama pemeliharaan (g)
F = jumlah pakan yang diberikan (g)
(F − I )
Retensi Protein = RP = x100 %
P
F = Jumlah protein tubuh ikan pada waktu akhir pemeliharaan (g)
I = Jumlah protein tubuh ikan pada waktu awal pemeliharaan(g)
P = Jumlah protein yang dikonsumsi ikan selama pemeliharaan (g)
(F − I )
Retensi Lemak = RP = x100 %
P
F = Jumlah lemak tubuh ikan pada waktu akhir pemeliharaan (g)
I = Jumlah lemak tubuh ikan pada waktu awal pemeliharaan (g)
P = Jumlah lemak yang dikonsumsi ikan selama pemeliharaan (g)

III. Hasil

3.1 Hasil
Tabel 3.1 Laju Pertumbuhan Harian dan Efisiensi Pakan
Parameter Perlakuan
Silase 0% Silase 30% Silase 60% Silase 90%
Laju pertumbuhan Harian 0,40 0.36 0,19 0,10
Efisiensi Pakan (%) 3,79 6,17 0,06 0,93

Tabel 3.2 Pertambahan Bobot


Minggu ke- Bobot Biomassa (gram)
Silase 0% Silase 30% Silase 60% Silase 90%
I 61,33 64,00 60,67 64,00
IV 72,00 74,00 65,67 66,67

GRAFIK PERTAMBAHAN BOBOT

80
BOBOT BIOMASSA (gram)

70
60
50
Minggu I
40
Minggu IV
30
20
10
0
Silase 0% Silase 30% Silase 60% Silase 90%

Grafik JENIS
3.1 PERLAKUAN Bobot
Pertambahan

Tabel 3.3 Jumlah Protein ikan awal dan ikan akhir


Perlakuan Kadar Bobot Kadar Bobot Kadar Σ pakan Retensi
protein ikan protein ikan protein selama protein
ikan awal ikan akhir pakan pemeliharaan (%)
awal (gram) akhir (gram) (%) (gram)
(%) (%)
Silase 0% 8,2911 61,33 55,25 72,00 21,98 280,93 56,19
Silase 30% 8,2911 64,00 9,573 74,00 21,18 162 5,18
Silase 60% 8,2911 60,67 50,15 65,67 20,76 248,43 54,10
Silase 90% 8,2911 64,00 46,232 66,67 22,67 288 39,08
GRAFIK RETENSI PROTEIN

NILAI RETENSI PROTEIN (%)


60,00

50,00

40,00

30,00

20,00

10,00

0,00
silase 0% Silase 30% Silase 60% Silase 90%
Grafik 3.2 Retensi Protein
JENIS PERLAKUAN

Tabel 3.4 Jumlah lemak ikan awal dan akhir


Perlakuan Kadar Bobot Kadar Bobot Kadar Σ pakan Retensi
lemak ikan lemak ikan lemak selama lemak
ikan awal awal (g) ikan akhir akhir pakan pemeliharaan (%)
(%) (%) (g) (%) (g)
Silase 0% 23,6075 61,33 3,27 72 24,77 280,93 -17,42
Silase 30% 23,6075 64 26,37 74 27,85 162 9,76
Silase 60% 23,6075 60,67 308,63 65,67 25,77 248,43 294,21
Silase 90% 23,6075 64 24,28 66,67 32,27 288 1,16

GRAFIK RETENSI LEMAK

350,00
NILAI RETENSI LEMAK (%)

300,00
250,00
200,00
150,00
100,00
50,00
0,00
-50,00 1 2 3 4

JENIS
Grafik Retensi PERLAKUAN
Lemak

Tabel 3.5 SR Pada Ikan Nila


Perlakuan Survival Rate (%)

Silase 0% 66,67 – 100

Silase 30% 33,33 - 66,67

Silase 60% 0,00 – 66,67

Silase 90% 66,67 – 100


IV. Pembahasan

Berdasarkan tabel 3.1 didapatkan hasil bahwa laju pertumbuhan harian


tertinggi ditunjukkan pada perlakuan silase 0% sedangkan untuk efisiensi pakan
terbaik ditunjukkan pada perlakuan silase 30%. Hal ini terjadi karena pada
perlakuan silase 0%, komposisi tepung ikan lebih banyak daripada perlakuan
silase yang lain. Tepung ikan memiliki kadandungan asam amino yang tinggi.
Menurut Cowey dan Sargent (1979) dalam Purba (2001), asam amino dapat
mempengaruhi laju pertumbuhan, kekurangan asam amino dapat menyebabkan
penurunan pertumbuhan, oleh karena itu asam amino harus slalu tersedia di dalam
pakan. Sedangkan efesiensi pakan terjadi pada perlakuan silase 30% karena
komposisi pemeberian protein pada pakan sesuai, sehingga seluruh protein pada
pakan dapat terserap sempurna. Pemberian protein pakan harus pada batas tertentu
sehingga memberikan efisiensi pakan yang tinggi (Adelina, 1999 dalam Purba,
2001).
Berdasarkan tabel 3.2 didapatkan bahwa kenaikkan bobot biomassa pada
arus pada minggu terakhir terjadi pada perlakuan silase 0%. Hal ini terjadi karena
laju pertumbuhan tertinggi terdapat pada perlakuan silase 0%. Tingginya laju
pertumbuhan mengidentifikasikan bahwa seluruh komponen dalam pakan terserap
dengan baik.
Berdasarkan tabel 3.3 didapatkan hasil bahwa retensi protein pada ikan
yang memliki retensi protein paling tinggi adalah ikan dengan perlakuan silase
0%. Hal ini dikarenakan pemberian tepung ikan tertinggi dimiliki oleh pakan
perluakn silase 0%, sedangkan pemberian minyak pada perlakuan pakan tersebut
rendah. Protein dapat dimanfaatkan sebaga sumber energi jika kebuhtuhan energi
dari lemak dan karbohidrat tidak memenuhi (Cowey dan Sargent, 1972 dalam
Purba, 2001). Berdasarkan komposisi pada silase 0%, penggunaan protein pada
perlakuan ini adalah yang paling tinggi karena di dalam pakan tersebut, komposisi
dari pakan tersebut yang mendominasi adalah protein.
Berdasarkan tabel 3.4 didapatkan hasil bahwa retensi lemak tertinggi
terdapat pada perlakuan silase 60%. Pelakuan silase 60% lebih tinggi dari silase
90% . Padahal pakan perlakuan silase 90% memiliki kadar lemak yang paling
tinggi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Murtidjo (2001) yang menyatakan
makanan ikan dalam jumlah tertentu memerluka lemak, tetapi jika kandungan
lemak yang tinggi tidak efisien sebab ikan yang mengkonsumsi banyak lemak
cenderung makan dengan jumlah yang lebih sedikit. Hal ini dikarenakan getah
pencernaan pada ikan membutuhkan waktu untuk mencerna lemak sehingga ikan
lebih lama kenyang.
Berdasarkan tabel 3.5 mengenai SR ikan nila didapatkan hasil bahwa
persentasi kelangsungan hidup tertinggi terjadi pada perlakuan silase 0% dan
silase 90%. Pembuatan pakan tidak terlalu berpengaruh dengan tingkat SR.
Pemberian pakan yang mengandung protein dapat memungkinkan terjadinya sisa
sehingga kandungan protein dalam perairan dapat menjadikan amonia. Pemberian
pakan yang berlebihan memeberikan kekeruhan terhadap air sehingga dapat
menyebabkan sress pada ikan.
Menurut hasil di atas perlakuan yang paling baik dalam pembuatan pakan
adalah silase 0% dikarenakan retensi protein paling tinggi sehingga berpengaruh
terhadap pertumbuhannya yaitu penambahan biomassa. Pakan 0% menunjukkan
efisiensi pakan cukup berimbang terhadap kandungan protein sehingga lebih
menguntungkan dilihat dari kualitas pakan.
V. Kesimpulan dan Saran

5.1 Kesimpulan
Praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa pemberian pakan yang baik
ditunjukkan pada perlakuan silase 0% dan yang kurang baik adalah perlakuan
silase 90%.
5.2 Saran
Pembuatan suatu pakan harus mempertimbangkan komposisi bahan pakan
yang sesuai dengan kebutuhan jenis ikan agar diperoleh nilai pertumbuhan yang
tinggi dan efisiensi pakan.
DAFTAR PUSTAKA

Murtidjo, BA. 2001. Pedoman Meramu Pakan Ikan. Yogyakarta: Kanisius.


Purba, RM. 2001. Pemanfaatan Silase Limbah Jeroan Ikan Nila Sebagai Bahan
Subtitusi Tepung Ikan Dalam Pakan Ikan Nila Gift (Oreochromis sp.).
[Skripsi]. Program Studi Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

You might also like