Professional Documents
Culture Documents
Peol meningkatkan staminanya dengan cara berlari mengelilingi lapangan bola. Setelah satu
jam berlari, badannya terasa lebih panas dan banyak mengeluarkan keringat. Satu jam
kemudian, peol merasakan keletihan dan kehausan sehingga ia beristirahat sejenak. Apa yang
terjadi pada Peol ?
KLARIFIKASI ISTILAH
1. Stamina : kekuatan dan energi fisik dari seseorang yang memungkinkan dia
IDENTIFIKASI MASALAH
2. Setelah satu jam berlari, badannya terasa lebih panas dan banyak mengeluarkan
keringat.
3. Satu jam kemudian, peol merasakan keletihan dan kehausan sehingga ia beristirahat
sejenak.
1
TABEL IDENTIFIKASI MASALAH
ANALISIS MASALAH
Jawab :
2
b. Jenis aktivitas apa yang termasuk metabolisme aerob dan anaerob ?
Jawab :
- anaerob :
Jawab :
1. Sistem PCr
3
ATP yang terbentuk dapat digunakan untuk aktivitas fisik selama 6-8
detik.
ATP yang terbentuk dapat digunakan untuk aktivitas fisik selama 45-
120 detik.
ATP yang terbentuk dapat digunakan untuk aktivitas fisik dalam waktu
relatif lama.
Metabolisme karbohidrat :
5. Glikogenolisis
4
2. Setelah satu jam berlari, badannya terasa lebih panas dan banyak mengeluarkan
keringat.
Jawab :
Peol berlari
5
Hipofisis
Hipofisis Posterior
posterior
Keringat
dikeluarkan
Jawab :
Aktivitas otot
Faktor Laju
Pembentukan Hormon - hormon
Panas
Perangsangan simpatis
Meningkatnya Aktivitas
6
c. Bagaimana mekanisme peningkatan suhu tubuh pada Peol ?
Jawab :
a. Vasodilatasi
Vasodilatasi pembuluh darah perifer hampir dilakukan pada semua area tubuh.
Vasodilatasi ini disebabkan oleh hambatan dari pusat simpatis pada
hipotalamus posterior yang menyebabkan vasokontriksi sehingga terjadi
vasodilatasi yang kuat pada kulit, yang memungkinkan percepatan
pemindahan panas dari tubuh ke kulit hingga delapan kali lipat lebih banyak.
b. Berkeringat
Pengeluaran keringat melalui kulit terjadi sebagai efek peningkatan suhu yang
melewati batas kritis, yaitu 37°C. pengeluaran keringat menyebabkan
peningkatan pengeluaran panas melalui evaporasi. Peningkatan suhu tubuh
sebesar 1°C akan menyebabkan pengeluaran keringat yang cukup banyak
sehingga mampu membuang panas tubuh yang dihasilkan dari metabolisme
basal 10 kali lebih besar. Pengeluaran keringat merupakan salh satu
mekanisme tubuh ketika suhu meningkat melampaui ambang kritis.
Pengeluaran keringat dirangsang oleh pengeluaran impuls di area preoptik
anterior hipotalamus melalui jaras saraf simpatis ke seluruh kulit tubuh
kemudian menyebabkan rangsangan pada saraf kolinergic kelenjar keringat,
yang merangsang produksi keringat. Kelenjar keringat juga dapat
mengeluarkan keringat karena rangsangan dari epinefrin dan norefineprin.
Jawab :
7
1. Kecepatan metabolisme basal
3. Hormone pertumbuhan
4. Hormone tiroid
5. Hormone kelamin
8
6. Demam ( peradangan )
7. Status gizi
8. Aktivitas
9. Gangguan organ
10. Lingkungan
9
Perpindahan suhu antara manusia dan lingkungan terjadi sebagian besar
melalui kulit.
Jawab :
Kandungan utama dalam keringat adalah sodium klorida (bahan utama garam
dapur) selain bahan lain (yang mengeluarkan aroma) seperti 2-metilfenol (o-
kresol) dan 4-metilfenol (p-kresol). Tiga mineral utama yaitu natrium, kalium &
klorida
Jawab :
a. Interstitial fluid
b. Plasma
- synovial fluid
- peritonel fluid
- pericardial fluid
- Cerebrospinal fluid
- Sel darah
10
- Sel-sel lain
Jawab :
11
i. Bagaimana mekanisme keseimbangan cairan tubuh ?
Jawab :
12
j. Berapa jumlah kebutuhan input dan output air dalam kondisi normal bagi tubuh ?
Jawab :
13
Jawab :
- K+ 4 4,3 4 156
- HCO3- 28 30,1 31 8
Jawab :
• Insulin
• Glucagon
• Cortisol
• Epinephrine
Jawab :
14
Suhu Kulit Suhu Inti
PUSAT INTEGRASI
PENGATURAN SUHU HIPOTHALAMUS
S. S. Simpatis S. S. Simpatis
3. Satu jam kemudian, peol merasakan keletihan dan kehausan sehingga ia beristirahat
sejenak.
15
a. Bagaimana mekanisme haus ?
16
Jawab :
17
Suhu Tubuh Meningkat
Sekresi ADH
Merasa HAUS
Jawab :
b. Piloereksi
18
Rangsangan simpatis menyebabkan otot erektor pili yang melekat pada folikel
rambut berdiri. Mekanisme ini tidak penting pada manusia, tetapi pada
binatang tingkat rendah, berdirinya bulu ini akan berfungsi sebagai isolator
panas terhadap lingkungan.
KERANGKA KONSEP
Peol Berlari
Peol beristirahat
HIPOTESIS
19
Peol merasa suhu tubuhnya meningkat dan berkeringat karena berlari mengelilingi lapangan
sehingga mengalami keletihan dan kehausan.
20
SINTESIS
Daerah yang sama disepanjang dinding anteroventral dari ventrikel ketiga yang
meningkatkan pelepasan ADH juga merangsang rasa haus. Terdapat suatu daerah kecil yang
terletak anterolateral dari nukleus proptik, yang bila distimulasi secara listrik, menyebabkan
kegiatan minum dengan segera dan berlanjut selama rangsangan berlangsung. Semua daerah
ini bersama-sama disebut pusat rasa haus.
21
STIMULUS TERHADAP RASA HAUS
Beberapa stimulus rasa haus yang diketahui. Salah satu yang terpenting adalah
b. Penurunan volume cairan ekstrasel dan tekanan arteri juga merangsang rasa haus
melalui suatu jalur yang tidak bergantung pada jalur yang distimulasi oleh peningkatan
osmolaritas plasma. Jadi, kehilangan volume darah melalui perdarahan akan merangsang
rasa haus walaupun mungkin tidak terjadi perubahan osmolaritas plasma. Hal ini
mungkin terjadi akibat input netral dari baroreseptor kardoipulmonal dan baroreseptor
arteri sistemik disirkulasi.
22
Peningkatan rasa haus Pengurangan rasa haus
↑ Osmolarotas ↓ Osmolaritas
↑ Angiotensin ↓ Angiotensin II
c. Stimulus rasa haus ketiga yang penting adalah angiotensin II. Penelitian menunjukan
bahwa angiotensin II bekerja pada organ subfornikal dan pada organum
vaskulosumlamina terminalis. Daerah-daerah ini berada disisi luar sawar darah otak, dan
peptida-peptida seperti angiostensinII berdifusi kedalam jaringan. Karena angiotensin II
juga distimulasi oleh faktor-faktor yang berhubungan dengan hipovolemia dan tekanan
darah rendah, pengaruhnya pada rasa haus membantu memulihkan volume darah dan
tekanan darah kembali normal, bersama dengan kerja lain dari angiotensin II pada ginjal
untuk menurunkan ekskresi cairan.
d. Kekeringan pada mulut dan membran mukosa esopagus dapat mendatangkan sensi haus.
Akibatnya, seseorang yang kehausan dapat segera melepaskan rasa dahaga nya setelah
dia minum air, walaupun air tersebut belum diabsorbsi dari saluran pencernaan dan
belum memberi efek terhadap osmolaritas cairan ekstra sel.
23
RESPONS OSMORESEPTOR-ADH DAN MEKANISME RASA HAUS YANG
TERINTEGRASI DALAM PENGATURAN OSMOLARITAS CAIRAN EKSTRA SEL
DAN KONSENTRASI NATRIUM
Pada seseorang yang sehat mekanisme osmoresptor-ADH dan rasa haus bekerja secara
paralel untuk mengatur osmolaritas ekstra sel dan konsentrasi natrium dengan tepat,
walaupun rangsangan dehidrasi bersifat konstan. Bila mekanisme ADH atau mekanisme rasa
haus gagal, mekanisme yang lain biasanya masih dapat mengatur osmolaritas ekstra sel dan
konsentrasi natriun dengan efektifitas yang memadai, selama tersedia asupan cairan yang
cukup untuk mengimbangi volume urin harian dan kehilangan air melalui pernapasan,
keringat,atau saluran pencernaan. Akan tetapi, bila mekanisme ADH dan rasa haus gagal
secara bersamaan konsentrasi natrium dan osmolaritas plasma tidak dapat dikontrol dengan
baik. Jadi, bila asupan natrium meningkat setelah menghambat sistem ADH rasa haus, terjadi
perubahan konsentrasi natrium plasma yang relatif besar. Dalam keadaan tidak adanya
mekanisme ADH rasa haus, tidak ada mekanisme umpan balik lain yang mampu mengatur
konsentrasi natrium dan osmolaritas plasma secara adekuat.
Angiostensin II dan aldosteron memainkan peran penting dalam mengatur reabsorbsi natrium
oleh tubulus ginjal. Bila asupan rendah, peningkatan kadar kedua hormon ini akan
merangsang reabsorbsi natrium oleh ginjal. oleh karena itu, akan mencegah kehilangan
natrium yang besar walaupun asupan natrium mungkin menurun ssampai serendah 10% dari
normal dan sebaliknya.
Akibat pentingnya angiostensin II dan aldosteron dalam mengatur ekskresi natrium oleh
ginjal, sesorang dapat salah menduga bahwa kedua hormon tersebut memainkan peran
penting dalam mengatur konsetrasi natrium cairan ekstrasel. Walaupun hormon-hormon ini
meningkatkan jumlah natrium dalam cairan ekstrasel, hormon itu juga meningkatkan volume
cairan ekstrasel dengan meningkatkan reabsorbsi bersam,a dangan natrium. Oleh karena itu
angiostensinII dan aldosteron mempunyai pengaruh yang kecil terhadap konsentrasi natrium,
kecuali dalam kondisi-kondisi ekstrem.
Ada dua alasan utama mengapa perubahan angiostensin II dan aldosteron tdak memberi
pengaruh besar terhadap konsentrasi natrium plasma. Pertama,Angiotensin II dan aldosteron
24
meningkatkan reabsorbsi natrium dan air oleh tubulus ginjal yang menghasilkan peningkatan
volume cairan ekstrasel dan kuantitas natrium tetapi sedikit perubahan pada konsentrasi
natrium. Ke Dua, selama mekanisma ADH rasa haus berfungsi, kecendrungan apa saja yang
mengarah pada peningkatan konsentrasi natrium plasma akan dikompensasi oleh peningkatan
asupan air atau peningkatan sekresi ADH plasma, yang cenderung mengencerkan cairan
ekstrasel kembali normal.sistem ADH rasa haus mengalihkan lebih jauh sistem angiostensin
II dan aldosteron dalam mengatur konsentrasi natrium pada keadaan normal.
Bila laju pembentukan panas di dalam tubuh lebih besar dari pada laju hilangnya panas,
panas akan timbul di dalam tubuh dan suhu tubuh akan meningkat dan sebaliknya.
PEMBENTUKAN PANAS
Pembentukan panas adalah produk utama metabolisme. Faktor-faktor yang paling penting
dalam penbebtukan panas adalah (1) laju metabolisme basal semua sel tubuh (2) laju
metabolisme tambahan yang disebabkan oleh aktifitas otot, termasuk kontraksi otot yang
disebabkan oleh menggigil (3) metabolisme tanbahan yang disebabkan olehpengaruh tiroksin
(ada sebagian kecil hormon lain, seperti hormon pertumbuhan dan testosteron ) terhadap sel
(4) metabolisme tambahan yang disebabkan oleh pengaruh epnefrin, norepinefrin dan
perangsangan simpatis rehadap sel (5) metabolisme tambahan yang disebabkan oleh
meningkatnya aktivitas kimiawi didalam sel sendiri, terutama bila suhu didalam sel
meningkat (6) metabolisme tambahan yang diperlukan untuk pencernaan, absorbsi dan
penyimpanan makanan (efek termogenik makanan).
KEHILANGAN PANAS
Sebagian besar pembentukan panas da dalam tubuh dihasilkan di organ dalam, terutama
dihati, otak, jantung, dan otot rangka selama berolahraga. Kemudian panas ini di hantarkan
25
dari organ dan jaringan yang lebih dalam ke kulit,yang kemudian di buang ke udara dan
lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, laju hilangnya panas hampir seluruhnya di tentukan
oleh dua faktor : (1) seberapa cepat panas yang dapat di konduksi dari tempat sasal panas di
hasilkan yakn in dari dalamm intin tubuh ke dalam kulit ((2). Seberapa cepat panas
kemudian dapat di hantarkan dari kulit ke lingkungan.
Kulit, jaringan subkutan , dan terutama lemak di jaringan subkutan bekerja secara bersama
sama sebagai insulator panas tubuh. Lemak penting karena penyaluran panas hanya seperiga
dibandingkan jaringan lain. Bila tidak ada darah yang mengalir dari oragan dalam panas ke
kulit.
Aliran darah ke kulit dari inti tubuh mrnyediakan terjadinnya perpindahan panas.
Pembuluh darah tersebar sangat luas di bawah kulit. Bagian yang paling penting adalah
pleksus venosum yang di suplai oleh aliran darah dari kapiler kulit. Pada daerah tubuh yang
palinhg banyak terpajan – tangan kaki, dan telinga – darah juga disuplai langsung ke pleksum
dari arteri kecil melalui anastomosis arteriovenosa yang memiliki lapisan otot yang tebal.
Kecepatan aliran darah ke dalam pleksum venosum di kulit dapat sangat berbeda –
diawali dari sedikit di atas 0-30 % dari total curah jantung. Kecepatan aliran darah yang
tinggi di kulit menyebabkan kondisi panas yang disalurkan dari inti tubuh kekulit jadi sangat
efisien, sedangkan kecepatan penurunan aliran darah akan sedikit menurunkan konduksi
panas dari inti tubuh.
Kulit merupakan sistem pengatur radiator panasyang efektif, dan aliran darah kekulit
adalah mekanisme penyaluran panas yang paling efektif dari inti tubuh ke kulit.
Kondisi panas dikulit oleh darah di atur oleh derajat vasokonstriksi arteriol dan anastomosis
arteriovenosa yang menyuplai darah ke pleksus venosus kulit. vasokonstriksi ini hampir
seluruhnya dikontrol oleh sistem saraf simpatis yang memberikan respons terhadap
perubahan suhu inti tubuh dan peranan suhu lingkungan.
26
Mekanisme kehilangan panas dari permukaan kulit
1. Radiasi. Orang yang sedang duduk di suhu kamar yang normal sekitar 60% dari
kehilangan panas total adalah melalui radiasi.Kehilangan panas melalui radiasi berarti
kehilangan dalam bentuk gelombang panas infra merah. Bila suhu tubuh lebih besar dari
pada suhu lingkungan, jumlah panas yang lebih besar akan dipancarkan keluar dari tubuh
dari pada yang dipancarkan ke tubuh.
2. Konduksi. Hanya sejumlah kecil panas, yakni sekitar 3% yang biasanya hilang dari
tubuh melalui konduksi langsung dari permukaan tubuh ke benda-benda padat.
Sebaliknya kehilangan panas melalui konduksi ke udara mencerminkan kehilangan panas
tubuh yang cukup besar (kurang lebih 15%) walaupun dalam keadaan normal.
Sebagaian besar energi dari gerakan ini dapat dipindahkan ke udara bila suhu udara
lebih dingin dari kulit, sehingga meningkatkan kecepatan gerakan molekul-molekul
udara. Sekali suhu udara yang berlekatan dengan kulit menjadi sama dengan suhu kulit,
tidak terjadi lagi kehingan panas dari tubuh ke udara, karena sekarang jumlah panas yang
dikonduksikan dari udara ke tubuh berada dalam keadaan seimbang
3. Konveksi. Perpindahan panas dari tubuh melalui aliran udara konveksi secara umum
disebut kehilangan panas melalui konveksi. Sebenarnya panas pertama-tama harus
dikonduksi ke udara dan kemudian di bawa melalui aliran udara konveksi.
4. Evaporasi. Penguapan air dari kulit dapat memfasilitasi perpindahan panas tubuh. Setiap
satu gram air yang mengalami evaporasi akan menyebabkan kehilangan panas tubuh
sebesar 0,58 kilokalori. Pada kondisi tidak berkeringat, mekanisme evaporasi
berlangsung sekitar 450-600 ml/hari.
27
CAIRAN TUBUH DAN ELEKTROLIT
28
Dalam komposisi air keringat, tiga mineral utama yaitu natrium, kalium &
klorida merupakan mineral dengan konsentrasi terbesar yang terdapat di dalamnya.
Sehingga dengan semakin besar laju pengeluaran keringat, maka laju kehilangan
natrium , kalium dan klorida dari dalam tubuh juga akan semakin besar. Diantara
ketiganya, natrium dan klorida merupakan mineral dengan konsentrasi tertinggi yang
terbawa keluar tubuh melalui kelenjar keringat (sweat glands).
Di dalam tubuh kalium akan mempunyai fungsi dalam menjaga keseimbangan
cairan-elektrolit dan keseimbangan asam basa. Selain itu, bersama dengan kalsium
(Ca ) dan natrium (Na ), kalium akan berperan dalam transmisi saraf, pengaturan
enzim dan kontraksi otot. Hampir sama dengan natrium, kalium juga merupakan
garam yang dapat secara cepat diserap oleh tubuh. Setiap kelebihan kalium yang
terdapat di dalam tubuh akan dikeluarkan melalui urin serta keringat.
Clorida (Cl)
Elektrolit utama yang berada di dalam cairan ekstraselular (ECF) adalah
elektrolit bermuatan negative yaitu klorida (Cl ). Jumlah ion klorida (Cl ) yang
terdapat di dalam jaringan tubuh diperkirakan sebanyak 1.1 g/Kg berat badan dengan
konsentrasi antara 98-106 mmol / L. Konsentrasi ion klorida tertinggi terdapat pada
cairan serebrospinal seperti otak atau sumsum tulang belakang, lambung dan juga
pankreas.
Sebagai anion utama dalam cairan ekstraselullar, ion klorida juga akan
berperan dalam menjaga keseimbangan cairan-elektrolit. Selain itu, ion klorida juga
mempunyai fungsi fisiologis penting yaitu sebagai pengatur derajat keasaman
lambung dan ikut berperan dalam menjaga keseimbangan asam basa tubuh. Bersama
dengan ion natrium (Na ), ion klorida juga merupakan ion dengan konsentrasi terbesar
yang keluar melalui keringat.
Metabolisme Energi
Inti dari semua proses metabolisme energi di dalam tubuh adalah untuk menresintesis
molekul ATP dimana prosesnya akan dapat berjalan secara aerobik maupun anearobik.
Proses hidrolisis ATP yang akan menghasilkan energi ini dapat dituliskan melalui persamaan
reaksi kimia sederhana sebagai berikut:
ATP + H2O ---> ADP + H+ + Pi -31 kJ per 1 mol ATP
29
Di dalam jaringan otot, hidrolisis 1 mol ATP akan menghasilkan energi sebesar 31 kJ
(7.3 kkal) serta akan menghasilkan produk lain berupa ADP (adenosine diphospate) dan Pi
(inorganik fosfat). Pada saat berolahraga, terdapat 3 jalur metabolisme energi yang dapat
digunakan oleh tubuh untuk menghasilkan ATP yaitu hidrolisis phosphocreatine (PCr),
glikolisis anaerobik glukosa serta pembakaran simpanan karbohidrat, lemak dan juga protein.
Pada kegiatan olahraga dengan aktivitas aerobik yang dominan, metabolisme energi
akan berjalan melalui pembakaran simpanan karbohdrat, lemak dan sebagian kecil (±5%) dari
pemecahan simpanan protein yang terdapat di dalam tubuh untuk menghasilkan ATP
(adenosine triphospate). Proses metabolisme ketiga sumber energi ini akan berjalan dengan
kehadiran oksigen (O ) yang 2 diperoleh melalui proses pernafasan.
Sedangkan pada aktivitas yang bersifat anaerobik, energi yang akan digunakan oleh
tubuh untuk melakukan aktivitas yang membutuhkan energi secara cepat ini akan diperoleh
melalui hidrolisis phosphocreatine (PCr) serta melalui glikolisis glukosa secara anaerobik.
Proses metabolisme energi secara anaerobik ini dapat berjalan tanpa kehadiran oksigen
(O2).orts Science Brief
Proses metabolisme energi secara anaerobik dapat menghasilkan ATP dengan laju
yang lebih cepat jika dibandingkan dengan metabolisme energi secara aerobik. Sehingga
untuk gerakan-gerakan dalam olahraga yang membutuhkan tenaga yang besar dalam waktu
yang singkat, proses metabolisme energi secara anaerobik dapat menyediakan ATP dengan
cepat namun hanya untuk waktu yang terbatas yaitu hanya sekitar ±90 detik. Walaupun
prosesnya dapat berjalan secara cepat, namun metabolisme energi secara anaerobik ini hanya
menghasilkan molekul ATP yang lebih sedikit jika dibandingkan dengan metabolisme energi
secara aerobik (2 ATP vs 36 ATP per 1 molekul glukosa).
Proses metabolisme energi secara aerobik juga dikatakan merupakan proses yang
bersih karena selain akan menghasilkan energi, proses tersebut hanya akan menghasilkan
produk samping berupa karbondioksida (CO2) dan air (H2O). Hal ini berbeda dengan proses
metabolisme secara anaerobik yang juga akan menghasilkan produk samping berupa asam
laktat yang apabila terakumulasi dapat menghambat kontraksi otot dan menyebabkan rasa
nyeri pada otot. Hal inilah yang menyebabkan mengapa gerakangerakan bertenaga saat
berolahraga tidak dapat dilakukan secara kontinu dalam waktu yang panjang dan harus
diselingi dengan interval istirahat.
30
1. Proses metabolisme energi secara aerobik
Glikolisis
Deaminasi atau
Transaminasi
β-oksidasi
Asam Piruvat
Asetil Ko-A
Siklus
Asam
Sitrat
a. Pembakaran karbohidrat
Reaksi-reaksi yang terjadi dalam proses yang telah disebutkan dapat dituliskan
melalui persamaan reaksi sederhana sebagai berikut:
Asetil-KoA + ADP + Pi + 3 NAD + FAD + 3H2O
31
. Persamaan reaksi sederhana untuk mengambarkan proses tersebut dapat
dituliskan sebagai berikut :
Glukosa + 6O2 +38 ADP + 38Pi ---> 6 CO2 + 6 H2O + 38 ATP
b. Pembakaran lemak
Langkah awal dari metabolisme energi lemak adalah melalui proses
pemecahan simpanan lemak yang terdapat di dalam tubuh yaitu trigeliserida.
Trigeliserida di dalam tubuh ini akan tersimpan di dalam jaringan adipose
(adipose tissue) serta di dalam sel-sel otot (intramuscular triglycerides). Melalui
proses yang dinamakan lipolisis, trigeliserida yang tersimpan ini akan dikonversi
menjadi asam lemak (fatty acid) dan gliserol. Pada proses ini, untuk setiap 1
molekul trigeliserida akan terbentuk 3 molekul asam lemak dan 1 molekul gliserol
.
Kedua molekul yang dihasilkan melalu proses ini kemudian akan mengalami
jalur metabolisme yang berbeda di dalam tubuh. Gliserol yang terbentuk akan
masuk ke dalam siklus metabolisme untuk diubah menjadi glukosa atau juga asam
piruvat. Sedangkan asam lemak yang terbentuk akan dipecah menjadi unitunit
kecil melalui proses yang dinamakan ß-oksidasi untuk kemudian menghasilkan
energi (ATP) di dalam mitokondria sel.
Proses ß-oksidasi berjalan dengan kehadiran oksigen serta membutuhkan
adanya karbohidrat untuk menyempurnakan pembakaran asam lemak. Pada proses
ini, asam lemak yang pada umumnya berbentuk rantai panjang yang terdiri dari ±
16 atom karbon akan dipecah menjadi unit-unit kecil yang terbentuk dari 2 atom
karbon. Tiap unit 2 atom karbon yang terbentuk ini kemudian dapat mengikat
kepada 1 molekul KoA untuk membentuk asetil KoA. Molekul asetil-KoA yang
terbentuk ini kemudian akan masuk ke dalam siklus asam sitrat dan diproses untuk
menghasilkan energi seperti halnya dengan molekul asetil-KoA yang dihasil
melalui proses metabolisme energi dari glukosa/glikogen.
32
33
c. Pembakaran protein
34
yang bertenaga. Namun karena terbatasnya simpanan PCr yang terdapat di dalam
jaringan otot yaitu hanya sekitar 14-24 mmol ATP/ kg berat basah maka energi
yang dihasilkan melalui proses hidrolisis ini hanya dapat bertahan untuk
mendukung aktivitas anaerobik selama 5-10 detik.
35
DAFTAR PUSTAKA
36