You are on page 1of 37

SKENARIO 2

Peol meningkatkan staminanya dengan cara berlari mengelilingi lapangan bola. Setelah satu
jam berlari, badannya terasa lebih panas dan banyak mengeluarkan keringat. Satu jam
kemudian, peol merasakan keletihan dan kehausan sehingga ia beristirahat sejenak. Apa yang
terjadi pada Peol ?

KLARIFIKASI ISTILAH

1. Stamina : kekuatan dan energi fisik dari seseorang yang memungkinkan dia

dapat bertahan dalam bekerja atau dalam kesehatan tubuh.

2. Berlari : berjalan kencang

3. Panas : suhu badan lebih tinggi daripada biasa

4. Keringat : barang cair yang keluar melalui pori-pori tubuh(karena panas).

5. Keletihan : dalam keadaan letih dan kehilangan tenaga.

6. Kehausan : menderita dahaga, berasa kering kerongkongan dan ingin minum

7. Beristirahat : berhenti sebentar untuk melepaskan lelah.

IDENTIFIKASI MASALAH

1. Peol meningkatkan staminanya dengan cara berlari mengelilingi lapangan bola.

2. Setelah satu jam berlari, badannya terasa lebih panas dan banyak mengeluarkan
keringat.

3. Satu jam kemudian, peol merasakan keletihan dan kehausan sehingga ia beristirahat
sejenak.

1
TABEL IDENTIFIKASI MASALAH

NO. OBSERVED EXPECTED CONCERN

1. Peol meningkatkan staminanya


dengan cara berlari mengelilingi Senjang *
lapangan bola.
2. Setelah satu jam berlari, badannya Senjang
terasa lebih panas dan banyak ***
mengeluarkan keringat.
3. Satu jam kemudian, peol merasakan Senjang
keletihan dan kehausan sehingga ia **
beristirahat sejenak.

ANALISIS MASALAH

1. Peol meningkatkan staminanya dengan cara berlari mengelilingi lapangan bola.

a. Bagaimana metabolisme energi yang terjadi pada Peol ?

Jawab :

Metabolisme energi Peol saat mengelilingi lapangan

- secara anaerob : hidrolisis fosfokreatinin dan glikolisis anaerob.

- secara aerob : pembakaran simpanan karbohidrat, lemak, dan protein melalui


glikolisis

2
b. Jenis aktivitas apa yang termasuk metabolisme aerob dan anaerob ?

Jawab :

- anaerob :

Kegiatan/jenis olahraga yang bersifat ketahanan , membutuhkan energy besar


dan berkangsung cepat seperti angkat berat, push-up, sprint atau juga loncat
jauh
- aerob :
aktivitas yang bergantung terhadap ketersediaan oksigen untuk membantu
proses pembakaran sumber energy biasanya berupa aktivitas olahraga dengan
intensitas rendah-sedang yang dapat dilakukan secara kontinu dalam waktu
cukup lama seperti jogging, marathon, dan juga bersepeda jarak jauh.

c. bagaimana metabolisme energi yang berlangsung secara aerob dan anaerob ?

Jawab :

 Metabolisme energy anaerob :

1. Sistem PCr

Fosfokreatin (PCr) + ADP  Cr + PO3- + ATP

3
ATP yang terbentuk dapat digunakan untuk aktivitas fisik selama 6-8
detik.

2. Glikolis anaerob,berlangsung tanpa O2

Glukosa/glikogen + 2 ADP + 2Pi 2 asam laktat + 2 ATP + 2 H2O

ATP yang terbentuk dapat digunakan untuk aktivitas fisik selama 45-
120 detik.

 Metabolisme energy aerob :

Glikogen/asam lemak + Pi + ADP + O2 à CO2 + H2O + ATP

ATP yang terbentuk dapat digunakan untuk aktivitas fisik dalam waktu
relatif lama.

Metabolisme karbohidrat :

1. Glikolisis aerob, berlangsung di sitosol.

1 mol glukosa + NAD+ + ADP + ATP + Pi  2 mol asam piruvat + 2


NADH + 4 mol ATP

2. Oksidasi piruvat, berlangsung di mitokondria.

2 mol asam piruvat + NAD+ +KoA  2 asetil KoA + NADH + CO2

3. Siklus krebs, berlangsung di mitokondria.

Asetil KoA + NAD+ + FAD + ADP + Pi + H2O  NADH + FADH2


+ CO2 + ATP

4. Transpor elektron, berlangsung di mitokondria.

NADH + FADH2 + O2 + ADP + Pi  ATP + H2O + NAD+ +FAD

5. Glikogenolisis

4
2. Setelah satu jam berlari, badannya terasa lebih panas dan banyak mengeluarkan
keringat.

a. Bagaimana mekanisme sekresi keringat ?

Jawab :
Peol berlari

Merangsang area preoptik

Merangsang di bagian anterior hipothalamus oleh


panas yang berlebihan

Impuls saraf dihantarkan melalaui jaras


ototnom ke medulla spinalis

Melalui Jaras simpatis mengalir


ke kulit di seluruh tubuh

Merangsang kelenjar keringat

Melalui saraf kolinergik

Menyekresi sekret prekursor


(primer)

Dialirkan melalui duktus

Terjadi reabsorbsi ion Na+ dan ion Cl-

Keluar lewat pori-pori

5
Hipofisis
Hipofisis Posterior
posterior

Meningkatkan sekresi ADH

ADH akan meningkatkan reabsorbsi air oleh


ginjal dan menimbulkan vasokonstriksi

Mempengaruhi kelenjar suprarenalis untuk mengeluarkan


aldosteron dan angiotensin I dan II sehingga sistem RAA
diaktifkan

Keringat
dikeluarkan

b. Apa faktor-faktor yang menentukan laju pembentukan panas ?

Jawab :

Laju metabolisme basal

Aktivitas otot

Faktor Laju
Pembentukan Hormon - hormon
Panas

Perangsangan simpatis

Meningkatnya Aktivitas

Efek termogenik makanan

6
c. Bagaimana mekanisme peningkatan suhu tubuh pada Peol ?

Jawab :

a. Vasodilatasi

Vasodilatasi pembuluh darah perifer hampir dilakukan pada semua area tubuh.
Vasodilatasi ini disebabkan oleh hambatan dari pusat simpatis pada
hipotalamus posterior yang menyebabkan vasokontriksi sehingga terjadi
vasodilatasi yang kuat pada kulit, yang memungkinkan percepatan
pemindahan panas dari tubuh ke kulit hingga delapan kali lipat lebih banyak.

b. Berkeringat

Pengeluaran keringat melalui kulit terjadi sebagai efek peningkatan suhu yang
melewati batas kritis, yaitu 37°C. pengeluaran keringat menyebabkan
peningkatan pengeluaran panas melalui evaporasi. Peningkatan suhu tubuh
sebesar 1°C akan menyebabkan pengeluaran keringat yang cukup banyak
sehingga mampu membuang panas tubuh yang dihasilkan dari metabolisme
basal 10 kali lebih besar. Pengeluaran keringat merupakan salh satu
mekanisme tubuh ketika suhu meningkat melampaui ambang kritis.
Pengeluaran keringat dirangsang oleh pengeluaran impuls di area preoptik
anterior hipotalamus melalui jaras saraf simpatis ke seluruh kulit tubuh
kemudian menyebabkan rangsangan pada saraf kolinergic kelenjar keringat,
yang merangsang produksi keringat. Kelenjar keringat juga dapat
mengeluarkan keringat karena rangsangan dari epinefrin dan norefineprin.

c. Penurunan pembentukan panas

Beberapa mekanisme pembentukan panas, seperti termogenesis kimia dan


menggigil dihambat dengan kuat.

d. Apa faktor yang mempengaruhi suhu tubuh ?

Jawab :

7
1. Kecepatan metabolisme basal

Kecepatan metabolisme basal tiap individu berbeda-beda. Hal ini memberi


dampak jumlah panas yang diproduksi tubuh menjadi berbeda pula.
Sebagaimana disebutkan pada uraian sebelumnya, sangat terkait dengan laju
metabolisme.

2. Rangsangan saraf simpatis

Rangsangan saraf simpatis dapat menyebabkan kecepatan metabolisme


menjadi 100% lebih cepat. Disamping itu, rangsangan saraf simpatis dapat
mencegah lemak coklat yang tertimbun dalam jaringan untuk dimetabolisme.
Hamper seluruh metabolisme lemak coklat adalah produksi panas. Umumnya,
rangsangan saraf simpatis ini dipengaruhi stress individu yang menyebabkan
peningkatan produksi epineprin dan norepineprin yang meningkatkan
metabolisme.

3. Hormone pertumbuhan

Hormone pertumbuhan ( growth hormone ) dapat menyebabkan peningkatan


kecepatan metabolisme sebesar 15-20%. Akibatnya, produksi panas tubuh
juga meningkat.

4. Hormone tiroid

Fungsi tiroksin adalah meningkatkan aktivitas hamper semua reaksi kimia


dalam tubuh sehingga peningkatan kadar tiroksin dapat mempengaruhi laju
metabolisme menjadi 50-100% diatas normal.

5. Hormone kelamin

Hormone kelamin pria dapat meningkatkan kecepatan metabolisme basal


kira-kira 10-15% kecepatan normal, menyebabkan peningkatan produksi
panas. Pada perempuan, fluktuasi suhu lebih bervariasi dari pada laki-laki
karena pengeluaran hormone progesterone pada masa ovulasi meningkatkan
suhu tubuh sekitar 0,3 – 0,6°C di atas suhu basal.

8
6. Demam ( peradangan )

Proses peradangan dan demam dapat menyebabkan peningkatan metabolisme


sebesar 120% untuk tiap peningkatan suhu 10°C.

7. Status gizi

Malnutrisi yang cukup lama dapat menurunkan kecepatan metabolisme 20 –


30%. Hal ini terjadi karena di dalam sel tidak ada zat makanan yang
dibutuhkan untuk mengadakan metabolisme. Dengan demikian, orang yang
mengalami mal nutrisi mudah mengalami penurunan suhu tubuh (hipotermia).
Selain itu, individu dengan lapisan lemak tebal cenderung tidak mudah
mengalami hipotermia karena lemak merupakan isolator yang cukup baik,
dalam arti lemak menyalurkan panas dengan kecepatan sepertiga kecepatan
jaringan yang lain.

8. Aktivitas

Aktivitas selain merangsang peningkatan laju metabolisme, mengakibatkan


gesekan antar komponen otot / organ yang menghasilkan energi termal.
Latihan (aktivitas) dapat meningkatkan suhu tubuh hingga 38,3 – 40,0 °C.

9. Gangguan organ

Kerusakan organ seperti trauma atau keganasan pada hipotalamus, dapat


menyebabkan mekanisme regulasi suhu tubuh mengalami gangguan. Berbagai
zat pirogen yang dikeluarkan pada saai terjadi infeksi dapat merangsang
peningkatan suhu tubuh. Kelainan kulit berupa jumlah kelenjar keringat yang
sedikit juga dapat menyebabkan mekanisme pengaturan suhu tubuh
terganggu.

10. Lingkungan

Suhu tubuh dapat mengalami pertukaran dengan lingkungan, artinya panas


tubuh dapat hilang atau berkurang akibat lingkungan yang lebih dingin.
Begitu juga sebaliknya, lingkungan dapat mempengaruhi suhu tubuh manusia.

9
Perpindahan suhu antara manusia dan lingkungan terjadi sebagian besar
melalui kulit.

e. Apa saja komposisi yang terkandung dalam keringat ?

Jawab :

Kandungan utama dalam keringat adalah sodium klorida (bahan utama garam
dapur) selain bahan lain (yang mengeluarkan aroma) seperti 2-metilfenol (o-
kresol) dan 4-metilfenol (p-kresol). Tiga mineral utama yaitu natrium, kalium &
klorida

f. Apa saja kompertemen yang terdapat dalam cairan tubuh ?

Jawab :

1. Extra cellular fluids (EFC)

a. Interstitial fluid

b. Plasma

c. Trans cellular fluid (1-2 liters)

- synovial fluid

- peritonel fluid

- pericardial fluid

- Intra ocular fluid

- Cerebrospinal fluid

2.Cairan Intraseluler(ICW)= Intracelluler Cell Water)

- Sel darah

- Sel endotel dan

10
- Sel-sel lain

g. Apa fungsi air bagi tubuh ?

Jawab :

 sebagai pembawa zat-zat nutrisi seperti karbohidrat, vitamin dan mineral


 berfungsi sebagai pembawa oksigen (O ) ke dalam 2 sel-sel tubuh.
 air di dalam tubuh juga akan berfungsi untuk mengeluarkan produk samping
hasil metabolisme seperti karbon dioksida (CO ) dan juga senyawa nitrat.
 Selain berperan dalam proses metabolisme, air yang terdapat di dalam tubuh
juga akan memiliki berbagai fungsi penting antara lain sebagai pelembab
jaringan-jaringan tubuh seperti mata, mulut & hidung, pelumas dalam cairan
sendi tubuh, katalisator reaksi biologik sel, pelindung organ dan jaringan tubuh
serta juga akan membantu dalam menjaga tekanan darah & konsentrasi zat
terlarut.
 air di dalam tubuh juga akan berfungsi sebagai pengatur panas untuk menjaga
agar suhu tubuh tetapo berada pada kondisi ideal yaitu ± 37 C.

h. Bagaimana mekanisme pergerakan cairan tubuh?


Jawab:
Pergerakan cairan tubuh dikontrol oleh dua faktor,yaitu:
1. Tekanan Hydrostatic adalah tekanan yang diperlukan cairan untuk melawan
dinding permukaan cairan.
2. Tekanan Osmotik adalah tekanan yang diberikan pada larutan yang dapat
menghentikan perpindahan molekul-molekul pelarut ke dalam larutan melalui
membran semipermeabel.

11
i. Bagaimana mekanisme keseimbangan cairan tubuh ?

Jawab :

12
j. Berapa jumlah kebutuhan input dan output air dalam kondisi normal bagi tubuh ?

Jawab :

Intake (ml/day) Output (ml/day)


Hot Stenous Norma Hot Stenous
l
Environme Work Environment Work
nt

Drinki 2200 3400 Urine 1400 1200 500


ng
Insensib
water
le
Water
Water:
from 1000 1500
food - Skin
400 400 400
Water - Lungs
300 450 400 300 600
of
Sweat
oxidati 100 1400 3300
on Stool
200 200 200

Total 3500 5000 2500 3500 5000

k. Apa saja elektrolit yang terkandung dalam cairan tubuh ?

13
Jawab :

Plasma Air Cairan Cairan Intraseluler


(mEq/L Plasma Interstitial (mEq/L)
) (mEq/L) (mEq/L)
Kation: 153 164,6 153 195

- Na+ 142 152,7 145 10

- K+ 4 4,3 4 156

- Ca++ 5 5,4 2-3 3,2

- Mg++ 2 2,2 1-2 26

Anion: 153 164,6 153 195

- HCO3- 28 30,1 31 8

- Cl- 103 110,8 116 2

- HP04- 2,1 2,3 2,5 125

l. Apa hormon yang mempengaruhi sekresi keringat ?

Jawab :

Hormones regulate metabolism

• Insulin

• Glucagon

• Cortisol

• Epinephrine

m. Bagaimana pengaturan suhu tubuh ?

Jawab :

14
Suhu Kulit Suhu Inti

Termoreseptor perifer Termoreseptor Pusat


(kulit, membran mukosa) (Hipothalamus,med.spinalis)

PUSAT INTEGRASI
PENGATURAN SUHU HIPOTHALAMUS

S. S. Simpatis S. S. Simpatis

P. Darah Kulit Kelenjar Keringat

Vasokontriksi dan Vasodilatasi Berkeringat

Pengendalian Pengeluaran Panas Pengendalian Pengeluaran Panas

3. Satu jam kemudian, peol merasakan keletihan dan kehausan sehingga ia beristirahat
sejenak.

15
a. Bagaimana mekanisme haus ?

16
Jawab :

17
Suhu Tubuh Meningkat

Osmolaritas cairan ekstrasel meningkat (>280mOsm

Stimuli Osmoreseptor Hypothalamus

Pusat Haus Hypothalamus

Sekresi ADH

Pengeluaran urin berkurang

Sistem RAA aktif

(mengaktifkan angiostensin, merangsang aldosteron, mengaktifkan renin)

Merasa HAUS

b. Bagaimana mekanisme penurunan suhu tubuh Peol saat beristirahat ?

Jawab :

a. Vasokontriksi kulit di seluruh tubuh

Vasokontriksi terjadi karena rangsangan pada pusat simpatis hipotalamus


posterior.

b. Piloereksi

18
Rangsangan simpatis menyebabkan otot erektor pili yang melekat pada folikel
rambut berdiri. Mekanisme ini tidak penting pada manusia, tetapi pada
binatang tingkat rendah, berdirinya bulu ini akan berfungsi sebagai isolator
panas terhadap lingkungan.

c. Peningkatan pembentukan panas

Pembentukan panas oleh sistem metabolisme meningkat melalui mekanisme


menggigil, pembentukan panas akibat rangsangan simpatis, serta peningkatan
sekresi tiroksin.

KERANGKA KONSEP

Peol Berlari

1 jam Lebih dari 1 jam

Badan Panas Berkeringat Letih Lesu

Peol beristirahat

HIPOTESIS

19
Peol merasa suhu tubuhnya meningkat dan berkeringat karena berlari mengelilingi lapangan
sehingga mengalami keletihan dan kehausan.

Tabel Learning Issue

N POKOK WHAT I WHAT I WHAT I HOW I WILL


O BAHASAN KNOW DON’T HAVE TO LEARN
KNOW PROVE
1 Metabolisme Metabolism Pembentukan   Text book
karbohidrat, Energi  Internet
lemak, dan  Pakar
protein
2 Suhu tubuh Mekanisme Regulasi 
dan yang suhu
mempengaruh
i suhu tubuh

20
SINTESIS

PERANAN RASA HAUS DALAM PENGATURAN OSMOLARITAS CAIRAN


EKSTRASEL DAN KONSENTRASI NATRIUM

Ginjal meminimalkan kehilangan kehilangan cairan selama terjadi kekurangan air,


melalui sistem umpan balik osmoreseptor-ADH. Akan tetapi, asupan cairan yang adekuat
diperlukan untuk mengimbangi kehilangan cairan yang terjadi melalui keringat dan panas
serta melalui saluran pencernaan. Asupan cairan di atur oleh mekasinme rasa haus, yang
bersama dengan mekanisme osmoreseptor-ADH, mepertahankan kontrol osmoreseptor cairan
ekstrasel dan konsentrasi natrium secara tepat.

PUSAT RASA HAUS DI SISTEM SARAF PUSAT

Daerah yang sama disepanjang dinding anteroventral dari ventrikel ketiga yang
meningkatkan pelepasan ADH juga merangsang rasa haus. Terdapat suatu daerah kecil yang
terletak anterolateral dari nukleus proptik, yang bila distimulasi secara listrik, menyebabkan
kegiatan minum dengan segera dan berlanjut selama rangsangan berlangsung. Semua daerah
ini bersama-sama disebut pusat rasa haus.

Neuron-neuron di pusat rasa haus memberi respon terhadap penyuntikan larutan


garam hipertonik dengan cara merangsang prilaku minum. Sel-sel ini hampir berfungsi
sebagai osmoreseptor untuk mengaktivasi mekanisme rasa haus, dengan cara yang sama saat
osmoreseptor merangsang pelepasan ADH.

Peningkatan osmolaritas cairan serebrospinal diventrikel ketiga memberi pengaruh


yang pada dasarnya sama, yaitu menimbulkan keinginan minum. Organum vaskulosum
lamina terminalis yang terletak tepat dibawah permukaan ventrikel pada ujung inferior
daerah AV3V, agaknya ikut memperantarai respons tersebut.

21
STIMULUS TERHADAP RASA HAUS

Beberapa stimulus rasa haus yang diketahui. Salah satu yang terpenting adalah

a. peningkatan cairan osmolaritas ekstrasel, yang menyebabkan dehidrasi intrasel dipusat


rasa haus, yang akan merangsang sensasi rasa haus. Kegunaan reseptor ini sangat jelas:
membantu mengencerkan cairan ekstrasel dan mengembalikan osmolaritas ke keadaan
normal.

b. Penurunan volume cairan ekstrasel dan tekanan arteri juga merangsang rasa haus
melalui suatu jalur yang tidak bergantung pada jalur yang distimulasi oleh peningkatan
osmolaritas plasma. Jadi, kehilangan volume darah melalui perdarahan akan merangsang
rasa haus walaupun mungkin tidak terjadi perubahan osmolaritas plasma. Hal ini
mungkin terjadi akibat input netral dari baroreseptor kardoipulmonal dan baroreseptor
arteri sistemik disirkulasi.

22
Peningkatan rasa haus Pengurangan rasa haus

↑ Osmolarotas ↓ Osmolaritas

↓ Volume darah ↑ Volume darah

↓ Tekanan darah ↑ Tekanan darah

↑ Angiotensin ↓ Angiotensin II

Kekeringan mulut Dintensi lambung

c. Stimulus rasa haus ketiga yang penting adalah angiotensin II. Penelitian menunjukan
bahwa angiotensin II bekerja pada organ subfornikal dan pada organum
vaskulosumlamina terminalis. Daerah-daerah ini berada disisi luar sawar darah otak, dan
peptida-peptida seperti angiostensinII berdifusi kedalam jaringan. Karena angiotensin II
juga distimulasi oleh faktor-faktor yang berhubungan dengan hipovolemia dan tekanan
darah rendah, pengaruhnya pada rasa haus membantu memulihkan volume darah dan
tekanan darah kembali normal, bersama dengan kerja lain dari angiotensin II pada ginjal
untuk menurunkan ekskresi cairan.

d. Kekeringan pada mulut dan membran mukosa esopagus dapat mendatangkan sensi haus.
Akibatnya, seseorang yang kehausan dapat segera melepaskan rasa dahaga nya setelah
dia minum air, walaupun air tersebut belum diabsorbsi dari saluran pencernaan dan
belum memberi efek terhadap osmolaritas cairan ekstra sel.

e. Stimulus gastrointestinal dan faring mempengaruhi timbulnya rasa haus.distensi saluran


pencernaan juga dapat sedikit mengurangi rasa haus. Akan tetapi, penurunan sensasi rasa
haus melalui mekanisme gastrointestinal atau faringeal hanya bertahan singkat.
Keinginan untuk minum hanya dapat dipuaskan sepenuhnya bila osmolaritas plasma dan
atau volume darah kembali normal.

23
RESPONS OSMORESEPTOR-ADH DAN MEKANISME RASA HAUS YANG
TERINTEGRASI DALAM PENGATURAN OSMOLARITAS CAIRAN EKSTRA SEL
DAN KONSENTRASI NATRIUM

Pada seseorang yang sehat mekanisme osmoresptor-ADH dan rasa haus bekerja secara
paralel untuk mengatur osmolaritas ekstra sel dan konsentrasi natrium dengan tepat,
walaupun rangsangan dehidrasi bersifat konstan. Bila mekanisme ADH atau mekanisme rasa
haus gagal, mekanisme yang lain biasanya masih dapat mengatur osmolaritas ekstra sel dan
konsentrasi natriun dengan efektifitas yang memadai, selama tersedia asupan cairan yang
cukup untuk mengimbangi volume urin harian dan kehilangan air melalui pernapasan,
keringat,atau saluran pencernaan. Akan tetapi, bila mekanisme ADH dan rasa haus gagal
secara bersamaan konsentrasi natrium dan osmolaritas plasma tidak dapat dikontrol dengan
baik. Jadi, bila asupan natrium meningkat setelah menghambat sistem ADH rasa haus, terjadi
perubahan konsentrasi natrium plasma yang relatif besar. Dalam keadaan tidak adanya
mekanisme ADH rasa haus, tidak ada mekanisme umpan balik lain yang mampu mengatur
konsentrasi natrium dan osmolaritas plasma secara adekuat.

PERANAN ANGIOSTENSIN II DAN ALDOSTERON DALAM MENGATUR


OSMOLARITAS CAIRAN EKSTRASEL DAN KONSENTRASI NATRIUM

Angiostensin II dan aldosteron memainkan peran penting dalam mengatur reabsorbsi natrium
oleh tubulus ginjal. Bila asupan rendah, peningkatan kadar kedua hormon ini akan
merangsang reabsorbsi natrium oleh ginjal. oleh karena itu, akan mencegah kehilangan
natrium yang besar walaupun asupan natrium mungkin menurun ssampai serendah 10% dari
normal dan sebaliknya.

Akibat pentingnya angiostensin II dan aldosteron dalam mengatur ekskresi natrium oleh
ginjal, sesorang dapat salah menduga bahwa kedua hormon tersebut memainkan peran
penting dalam mengatur konsetrasi natrium cairan ekstrasel. Walaupun hormon-hormon ini
meningkatkan jumlah natrium dalam cairan ekstrasel, hormon itu juga meningkatkan volume
cairan ekstrasel dengan meningkatkan reabsorbsi bersam,a dangan natrium. Oleh karena itu
angiostensinII dan aldosteron mempunyai pengaruh yang kecil terhadap konsentrasi natrium,
kecuali dalam kondisi-kondisi ekstrem.

Ada dua alasan utama mengapa perubahan angiostensin II dan aldosteron tdak memberi
pengaruh besar terhadap konsentrasi natrium plasma. Pertama,Angiotensin II dan aldosteron

24
meningkatkan reabsorbsi natrium dan air oleh tubulus ginjal yang menghasilkan peningkatan
volume cairan ekstrasel dan kuantitas natrium tetapi sedikit perubahan pada konsentrasi
natrium. Ke Dua, selama mekanisma ADH rasa haus berfungsi, kecendrungan apa saja yang
mengarah pada peningkatan konsentrasi natrium plasma akan dikompensasi oleh peningkatan
asupan air atau peningkatan sekresi ADH plasma, yang cenderung mengencerkan cairan
ekstrasel kembali normal.sistem ADH rasa haus mengalihkan lebih jauh sistem angiostensin
II dan aldosteron dalam mengatur konsentrasi natrium pada keadaan normal.

Jadi, terdapat keadaan-keadaan ekstrim yang memungkinkan menyebabkan perubahan


konsentrasi natrium plasma secara bermakna, bahkan dengan mekanisme ADH rasa haus
yang fungsional. Walaupun demikian, mekanisme ADH rasa haus merupakan ssistem umpan
balik yang terbaik ditubuh untuk mengatur osmolaritas cairan ekstrasel dan konsentrasi
natrium.

PENGATURAN SUHU DIKENDALIKAN OLEH KESEIMBANGAN ANTARA


PEMBENTUKAN PANAS DAN KEHILANGAN PANAS

Bila laju pembentukan panas di dalam tubuh lebih besar dari pada laju hilangnya panas,
panas akan timbul di dalam tubuh dan suhu tubuh akan meningkat dan sebaliknya.

PEMBENTUKAN PANAS

Pembentukan panas adalah produk utama metabolisme. Faktor-faktor yang paling penting
dalam penbebtukan panas adalah (1) laju metabolisme basal semua sel tubuh (2) laju
metabolisme tambahan yang disebabkan oleh aktifitas otot, termasuk kontraksi otot yang
disebabkan oleh menggigil (3) metabolisme tanbahan yang disebabkan olehpengaruh tiroksin
(ada sebagian kecil hormon lain, seperti hormon pertumbuhan dan testosteron ) terhadap sel
(4) metabolisme tambahan yang disebabkan oleh pengaruh epnefrin, norepinefrin dan
perangsangan simpatis rehadap sel (5) metabolisme tambahan yang disebabkan oleh
meningkatnya aktivitas kimiawi didalam sel sendiri, terutama bila suhu didalam sel
meningkat (6) metabolisme tambahan yang diperlukan untuk pencernaan, absorbsi dan
penyimpanan makanan (efek termogenik makanan).

KEHILANGAN PANAS

Sebagian besar pembentukan panas da dalam tubuh dihasilkan di organ dalam, terutama
dihati, otak, jantung, dan otot rangka selama berolahraga. Kemudian panas ini di hantarkan

25
dari organ dan jaringan yang lebih dalam ke kulit,yang kemudian di buang ke udara dan
lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, laju hilangnya panas hampir seluruhnya di tentukan
oleh dua faktor : (1) seberapa cepat panas yang dapat di konduksi dari tempat sasal panas di
hasilkan yakn in dari dalamm intin tubuh ke dalam kulit ((2). Seberapa cepat panas
kemudian dapat di hantarkan dari kulit ke lingkungan.

Sistem insulator tubuh

Kulit, jaringan subkutan , dan terutama lemak di jaringan subkutan bekerja secara bersama
sama sebagai insulator panas tubuh. Lemak penting karena penyaluran panas hanya seperiga
dibandingkan jaringan lain. Bila tidak ada darah yang mengalir dari oragan dalam panas ke
kulit.

Aliran darah ke kulit dari inti tubuh mrnyediakan terjadinnya perpindahan panas.

Pembuluh darah tersebar sangat luas di bawah kulit. Bagian yang paling penting adalah
pleksus venosum yang di suplai oleh aliran darah dari kapiler kulit. Pada daerah tubuh yang
palinhg banyak terpajan – tangan kaki, dan telinga – darah juga disuplai langsung ke pleksum
dari arteri kecil melalui anastomosis arteriovenosa yang memiliki lapisan otot yang tebal.

Kecepatan aliran darah ke dalam pleksum venosum di kulit dapat sangat berbeda –
diawali dari sedikit di atas 0-30 % dari total curah jantung. Kecepatan aliran darah yang
tinggi di kulit menyebabkan kondisi panas yang disalurkan dari inti tubuh kekulit jadi sangat
efisien, sedangkan kecepatan penurunan aliran darah akan sedikit menurunkan konduksi
panas dari inti tubuh.

Kulit merupakan sistem pengatur radiator panasyang efektif, dan aliran darah kekulit
adalah mekanisme penyaluran panas yang paling efektif dari inti tubuh ke kulit.

PENGATURAN KONDUKSI PANAS KE KULIT OLEH SISTEM SARAF SIMPATIS

Kondisi panas dikulit oleh darah di atur oleh derajat vasokonstriksi arteriol dan anastomosis
arteriovenosa yang menyuplai darah ke pleksus venosus kulit. vasokonstriksi ini hampir
seluruhnya dikontrol oleh sistem saraf simpatis yang memberikan respons terhadap
perubahan suhu inti tubuh dan peranan suhu lingkungan.

26
Mekanisme kehilangan panas dari permukaan kulit

1. Radiasi. Orang yang sedang duduk di suhu kamar yang normal sekitar 60% dari
kehilangan panas total adalah melalui radiasi.Kehilangan panas melalui radiasi berarti
kehilangan dalam bentuk gelombang panas infra merah. Bila suhu tubuh lebih besar dari
pada suhu lingkungan, jumlah panas yang lebih besar akan dipancarkan keluar dari tubuh
dari pada yang dipancarkan ke tubuh.

2. Konduksi. Hanya sejumlah kecil panas, yakni sekitar 3% yang biasanya hilang dari
tubuh melalui konduksi langsung dari permukaan tubuh ke benda-benda padat.
Sebaliknya kehilangan panas melalui konduksi ke udara mencerminkan kehilangan panas
tubuh yang cukup besar (kurang lebih 15%) walaupun dalam keadaan normal.

Sebagaian besar energi dari gerakan ini dapat dipindahkan ke udara bila suhu udara
lebih dingin dari kulit, sehingga meningkatkan kecepatan gerakan molekul-molekul
udara. Sekali suhu udara yang berlekatan dengan kulit menjadi sama dengan suhu kulit,
tidak terjadi lagi kehingan panas dari tubuh ke udara, karena sekarang jumlah panas yang
dikonduksikan dari udara ke tubuh berada dalam keadaan seimbang

3. Konveksi. Perpindahan panas dari tubuh melalui aliran udara konveksi secara umum
disebut kehilangan panas melalui konveksi. Sebenarnya panas pertama-tama harus
dikonduksi ke udara dan kemudian di bawa melalui aliran udara konveksi.

4. Evaporasi. Penguapan air dari kulit dapat memfasilitasi perpindahan panas tubuh. Setiap
satu gram air yang mengalami evaporasi akan menyebabkan kehilangan panas tubuh
sebesar 0,58 kilokalori. Pada kondisi tidak berkeringat, mekanisme evaporasi
berlangsung sekitar 450-600 ml/hari.

27
CAIRAN TUBUH DAN ELEKTROLIT

Distribusi Cairan Tubuh


Di dalam tubuh manusia, cairan akan terdistribusi ke dalam 2 kompartemen utama
yaitu
1. cairan intraselular (ICF) : cairan yang terdapat di dalam sel
Air yang berada di dalam cairan ekstrasellular ini kemudian akan terdistribusi
kembali kedalam 2 Sub-Kompartemen yaitu pada cairan interstisial (ISF) dan
cairan intravaskular (plasma darah). 75% dari air pada kompartemen cairan
ekstraselular ini akan terdapat pada sela-sela sel (cairan interstisial)dan 25%-
nya akan berada pada plasma darah (cairan intravaskular).
2. cairan ekstrasellular (ECF) : cairan yang terdapat di luar sel.
Hampir 67% dari total badan air (Body’s Water) tubuh manusia terdapat di
dalam cairan intrasellular dan 33% sisanya akan berada pada cairan
ekstrasellular.
Pendistribusian air di dalam 2 kompartemen utama (Cairan Intrasellular dan
Cairan Ekstrasellular) ini sangat bergantung pada jumlah elektrolit dan
makromolekul yang terdapat dalam kedua kompartemen tersebut. Karena sel membran
yang memisahkan kedua kompartemen ini memiliki permeabilitas yang berbeda untuk
tiap zat, maka konsentrasi larutan (osmolality) pada kedua kompartemen juga akan
berbeda.
ELEKTROLIT
Elektrolit yang terdapat pada cairan tubuh akan berada dalam bentuk ion bebas (free
ions). Secara umum elektrolit dapat diklasifikasikan menjadi 2 jenis yaitu kation dan anion.
Jika elektrolit mempunyai muatan positif (+) maka elektrolit tersebut disebut sebagai kation
sedangkan jika elektrolit tersebut mempunyai muatan negatif (-) maka elektrolit tersebut
disebut sebagai anion.
Pada tubuh manusia, elektrolit-elektrolit ini akan memiliki fungsi antara lain
1. dalam menjaga tekanan osmotik tubuh
2. mengatur pendistribusian cairan ke dalam kompartemen badan air (body’s fluid
compartement)
3. menjaga pH tubuh dan juga akan terlibat dalam setiap reaksi oksidasi dan reduksi
4. ikut berperan dalam setiap proses metabolisme.

28
Dalam komposisi air keringat, tiga mineral utama yaitu natrium, kalium &
klorida merupakan mineral dengan konsentrasi terbesar yang terdapat di dalamnya.
Sehingga dengan semakin besar laju pengeluaran keringat, maka laju kehilangan
natrium , kalium dan klorida dari dalam tubuh juga akan semakin besar. Diantara
ketiganya, natrium dan klorida merupakan mineral dengan konsentrasi tertinggi yang
terbawa keluar tubuh melalui kelenjar keringat (sweat glands).
Di dalam tubuh kalium akan mempunyai fungsi dalam menjaga keseimbangan
cairan-elektrolit dan keseimbangan asam basa. Selain itu, bersama dengan kalsium
(Ca ) dan natrium (Na ), kalium akan berperan dalam transmisi saraf, pengaturan
enzim dan kontraksi otot. Hampir sama dengan natrium, kalium juga merupakan
garam yang dapat secara cepat diserap oleh tubuh. Setiap kelebihan kalium yang
terdapat di dalam tubuh akan dikeluarkan melalui urin serta keringat.

Clorida (Cl)
Elektrolit utama yang berada di dalam cairan ekstraselular (ECF) adalah
elektrolit bermuatan negative yaitu klorida (Cl ). Jumlah ion klorida (Cl ) yang
terdapat di dalam jaringan tubuh diperkirakan sebanyak 1.1 g/Kg berat badan dengan
konsentrasi antara 98-106 mmol / L. Konsentrasi ion klorida tertinggi terdapat pada
cairan serebrospinal seperti otak atau sumsum tulang belakang, lambung dan juga
pankreas.
Sebagai anion utama dalam cairan ekstraselullar, ion klorida juga akan
berperan dalam menjaga keseimbangan cairan-elektrolit. Selain itu, ion klorida juga
mempunyai fungsi fisiologis penting yaitu sebagai pengatur derajat keasaman
lambung dan ikut berperan dalam menjaga keseimbangan asam basa tubuh. Bersama
dengan ion natrium (Na ), ion klorida juga merupakan ion dengan konsentrasi terbesar
yang keluar melalui keringat.

Metabolisme Energi
Inti dari semua proses metabolisme energi di dalam tubuh adalah untuk menresintesis
molekul ATP dimana prosesnya akan dapat berjalan secara aerobik maupun anearobik.
Proses hidrolisis ATP yang akan menghasilkan energi ini dapat dituliskan melalui persamaan
reaksi kimia sederhana sebagai berikut:
ATP + H2O ---> ADP + H+ + Pi -31 kJ per 1 mol ATP

29
Di dalam jaringan otot, hidrolisis 1 mol ATP akan menghasilkan energi sebesar 31 kJ
(7.3 kkal) serta akan menghasilkan produk lain berupa ADP (adenosine diphospate) dan Pi
(inorganik fosfat). Pada saat berolahraga, terdapat 3 jalur metabolisme energi yang dapat
digunakan oleh tubuh untuk menghasilkan ATP yaitu hidrolisis phosphocreatine (PCr),
glikolisis anaerobik glukosa serta pembakaran simpanan karbohidrat, lemak dan juga protein.

Pada kegiatan olahraga dengan aktivitas aerobik yang dominan, metabolisme energi
akan berjalan melalui pembakaran simpanan karbohdrat, lemak dan sebagian kecil (±5%) dari
pemecahan simpanan protein yang terdapat di dalam tubuh untuk menghasilkan ATP
(adenosine triphospate). Proses metabolisme ketiga sumber energi ini akan berjalan dengan
kehadiran oksigen (O ) yang 2 diperoleh melalui proses pernafasan.
Sedangkan pada aktivitas yang bersifat anaerobik, energi yang akan digunakan oleh
tubuh untuk melakukan aktivitas yang membutuhkan energi secara cepat ini akan diperoleh
melalui hidrolisis phosphocreatine (PCr) serta melalui glikolisis glukosa secara anaerobik.
Proses metabolisme energi secara anaerobik ini dapat berjalan tanpa kehadiran oksigen
(O2).orts Science Brief
Proses metabolisme energi secara anaerobik dapat menghasilkan ATP dengan laju
yang lebih cepat jika dibandingkan dengan metabolisme energi secara aerobik. Sehingga
untuk gerakan-gerakan dalam olahraga yang membutuhkan tenaga yang besar dalam waktu
yang singkat, proses metabolisme energi secara anaerobik dapat menyediakan ATP dengan
cepat namun hanya untuk waktu yang terbatas yaitu hanya sekitar ±90 detik. Walaupun
prosesnya dapat berjalan secara cepat, namun metabolisme energi secara anaerobik ini hanya
menghasilkan molekul ATP yang lebih sedikit jika dibandingkan dengan metabolisme energi
secara aerobik (2 ATP vs 36 ATP per 1 molekul glukosa).
Proses metabolisme energi secara aerobik juga dikatakan merupakan proses yang
bersih karena selain akan menghasilkan energi, proses tersebut hanya akan menghasilkan
produk samping berupa karbondioksida (CO2) dan air (H2O). Hal ini berbeda dengan proses
metabolisme secara anaerobik yang juga akan menghasilkan produk samping berupa asam
laktat yang apabila terakumulasi dapat menghambat kontraksi otot dan menyebabkan rasa
nyeri pada otot. Hal inilah yang menyebabkan mengapa gerakangerakan bertenaga saat
berolahraga tidak dapat dilakukan secara kontinu dalam waktu yang panjang dan harus
diselingi dengan interval istirahat.

30
1. Proses metabolisme energi secara aerobik

Lemak Karbohidrat Protein

Asam lemak & gliserol Glikogen / Glukosa Asam Amino

Glikolisis
Deaminasi atau
Transaminasi

β-oksidasi
Asam Piruvat

Asetil Ko-A

Siklus
Asam
Sitrat

a. Pembakaran karbohidrat
Reaksi-reaksi yang terjadi dalam proses yang telah disebutkan dapat dituliskan
melalui persamaan reaksi sederhana sebagai berikut:
Asetil-KoA + ADP + Pi + 3 NAD + FAD + 3H2O

2CO2 + CoA + ATP + 3 NADH + 3H+ + FADH2

31
. Persamaan reaksi sederhana untuk mengambarkan proses tersebut dapat
dituliskan sebagai berikut :
Glukosa + 6O2 +38 ADP + 38Pi ---> 6 CO2 + 6 H2O + 38 ATP

b. Pembakaran lemak
Langkah awal dari metabolisme energi lemak adalah melalui proses
pemecahan simpanan lemak yang terdapat di dalam tubuh yaitu trigeliserida.
Trigeliserida di dalam tubuh ini akan tersimpan di dalam jaringan adipose
(adipose tissue) serta di dalam sel-sel otot (intramuscular triglycerides). Melalui
proses yang dinamakan lipolisis, trigeliserida yang tersimpan ini akan dikonversi
menjadi asam lemak (fatty acid) dan gliserol. Pada proses ini, untuk setiap 1
molekul trigeliserida akan terbentuk 3 molekul asam lemak dan 1 molekul gliserol
.
Kedua molekul yang dihasilkan melalu proses ini kemudian akan mengalami
jalur metabolisme yang berbeda di dalam tubuh. Gliserol yang terbentuk akan
masuk ke dalam siklus metabolisme untuk diubah menjadi glukosa atau juga asam
piruvat. Sedangkan asam lemak yang terbentuk akan dipecah menjadi unitunit
kecil melalui proses yang dinamakan ß-oksidasi untuk kemudian menghasilkan
energi (ATP) di dalam mitokondria sel.
Proses ß-oksidasi berjalan dengan kehadiran oksigen serta membutuhkan
adanya karbohidrat untuk menyempurnakan pembakaran asam lemak. Pada proses
ini, asam lemak yang pada umumnya berbentuk rantai panjang yang terdiri dari ±
16 atom karbon akan dipecah menjadi unit-unit kecil yang terbentuk dari 2 atom
karbon. Tiap unit 2 atom karbon yang terbentuk ini kemudian dapat mengikat
kepada 1 molekul KoA untuk membentuk asetil KoA. Molekul asetil-KoA yang
terbentuk ini kemudian akan masuk ke dalam siklus asam sitrat dan diproses untuk
menghasilkan energi seperti halnya dengan molekul asetil-KoA yang dihasil
melalui proses metabolisme energi dari glukosa/glikogen.

32
33
c. Pembakaran protein

2. Proses metabolisme energi secara anaerobik


a. Sistem PCr
Creatine (Cr) merupakan jenis asam amino yang tersimpam di dalam otot
sebagai sumber energi. Di dalam otot, bentuk creatine yang sudah ter-fosforilasi
yaitu phosphocreatine (PCr) akan mempunyai peranan penting dalam proses
metabolisme energi secara anaerobik di dalam otot untuk menghasilkan ATP.
Dengan bantuan enzim creatine kinase, phosphocreatine (PCr) yang tersimpan
di dalam otot akan dipecah menjadi Pi (inorganik fosfat) dan creatine dimana
proses ini juga akan disertai dengan pelepasan energi sebesar 43 kJ (10.3 kkal)
untuk tiap 1 mol PCr. Inorganik fosfat (Pi) yang dihasilkan melalui proses
pemecahan PCr ini melalui proses fosforilasi dapat mengikat kepada molekul
ADP (adenosine diphospate) untuk kemudian kembali membentuk molekul ATP
(adenosine triphospate). Melalui proses hidrolisis PCr, energi dalam jumlah besar
(2.3 mmol ATP/kg berat basah otot per detiknya) dapat dihasilkan secara instant
untuk memenuhi kebutuhan energi pada saat berolahraga dengan intensitas tinggi

34
yang bertenaga. Namun karena terbatasnya simpanan PCr yang terdapat di dalam
jaringan otot yaitu hanya sekitar 14-24 mmol ATP/ kg berat basah maka energi
yang dihasilkan melalui proses hidrolisis ini hanya dapat bertahan untuk
mendukung aktivitas anaerobik selama 5-10 detik.

b. Glikolisis (sistem glikolitik)


Glikolisis merupakan salah satu bentuk metabolisme energi yang dapat
berjalan secara anaerobik tanpa kehadiran oksigen. Proses metabolisme energi ini
mengunakan simpanan glukosa yang sebagian besar akan diperoleh dari glikogen
otot atau juga dari glukosa yang terdapat di dalam aliran darah untuk
menghasilkan ATP.. Jumlah ATP yang dapat dihasilkan oleh proses glikolisis ini
akan berbeda bergantung berdasarkan asal molekul glukosa. Jika molekul glukosa
berasal dari dalam darah maka 2 buah ATP akan dihasilkan namun jika molekul
glukosa berasal dari glikogen otot maka sebanyak 3 buah ATP akan dapat
dihasilkan.
Mokelul asam piruvat yang terbentuk dari proses glikolisis ini dapat
mengalami proses metabolisme lanjut baik secara aerobik maupun secara
anaerobik bergantung terhadap ketersediaan oksigen di dalam tubuh. Pada saat
berolahraga dengan intensitas rendah dimana ketersediaan oksigen di dalam tubuh
cukup besar, molekul asam piruvat yang terbentuk ini dapat diubah menjadi CO2
dan H2O di dalam mitokondria sel. Dan jika ketersediaan oksigen terbatas di
dalam tubuh atau saat pembentukan asam piruvat terjadi secara cepat seperti saat
melakukan sprint, maka asam piruvat tersebut akan terkonversi menjadi asam
laktat.

35
DAFTAR PUSTAKA

Guyton,Arthur c.2007.Buku Ajar Fisiolagi Kedokteran.Jakarta:EGC

Sherwood,Lauralee.2001.Fisiologi Manusia:dari sel ke sistem.Jakarta :EGC

F. Ganong, William. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC.

Utama,Hendra Sp.FK.Gangguan Keseimbangan Air-Elektrolit Dan Asam-Basa.Jakarta: Balai


Penerbit FKUI

36

You might also like