You are on page 1of 9

ALDNP / Anak Langit di Negeri Pelangi 25

NOW POWERED BY:

Mereka lalu meninggalkan tempat itu menuju markas Sontoloyo


menerobos hutan dan lembah. Setelah melalui berbagai kesulitan
akhirnya mereka tiba di pintu gua akar gantung itu. Disana telah
menunggu kakek Bulesak yang dengan ramah menyambut rombongan
yang lelah jasmani dan rohaninya. Setelah berbasa-basi sebentar, kakek
Bulesak mempersilakan mereka untuk beristirahat. Keluarga Paldrino
menempati sebuah ruang khusus yang telah dipersiapkan sebelumnya
oleh Andragi dan Loyo sebelum mereka
berangkat ke Buntung.
SUPPORTED BY:

Kita ikuti lagi sepak terjang Pangeran Muda


Jaira dan Tamakir.
Seusai pertemuan yang menggemparkan di
kawedanan Buntung itu, secara terpisah Tamakir
segera mengundang Jaira dan Sukadu ke tempat
perjudiannya, pada saat yang agak berbeda. Jaira
diminta datang lebih awal.
“Selamat Pangeran Muda! Pangeran
sekarang sudah menjadi Pahlawan masyarakat
Buntung!” sapa Tamakir setelah keduanya duduk
di ruang khususnya itu.
“Ah, terima kasih. Itu kan berkat
kepandaian Ki Lurah,” jawab Jaira.
“Langkah pertama telah dijalankan dengan
bagus, tetapi belum selesai. Masih ada pekerjaan
yang perlu dibereskan, Pangeran.”

Publisher may contact andraldri@reborn.com to publish this ALDNP


great story.
ALDNP / Anak Langit di Negeri Pelangi 25

“Maksud Ki Lurah, mengamankan si


tersangka itu?”
POWERED BY:
“Betul, Pangeran. Tapi itu yang yang kedua.
Yang pertama kita harus mengamankan
penyelidikan yang dilakukan oleh Pamong Negeri
serta para saksi mata,” kata Tamakir.
“Soal saksi mata, saya jamin tidak ada Ki
Lurah. Rumah Wedana kan agak terpisah dari
rumah-rumah penduduk, dan saat melihat kami
menyerang mereka semua ketakutan dan masuk
rumah masing-masing. Tidak ada yang berani
mendekat. Lalu soal bukti-bukti juga sudah aman.
Kedua mayat pembakar sudah dibuat tak mungkin
dikenali. Sedangkan mayat Paldrino dan
keluarganya sudah hancur menjadi abu,” jawab
Jaira.
“Yah, syukurlah. Tetapi ada yang
mengganggu pikiran saya. Kenapa Bedul Brewok
tidak ada diantara mayat-mayat itu, Pangeran?”
tanya Tamakir.
“Kami memang tidak melihatnya disana.
Karena itu saya perintah anak buah saya utnuk
mencarinya, tetapi tidak ketemu. Mungkin saja saat melihat kedua
temannya kami bunuh, dia segera melarikan diri.”
“Ya..ya.., bisa saja demikian,” kata Tamakir sambil berpikir keras.
“Tetapi saya khawatir kalau dia telah berkhianat. Buktinya sampai
saat ini pun dia belum kembali. Mungkin saja dia mencuri dengar
pembicaraan kita lalu melarikan diri. Tetapi bisa juga dia memang dari
semula berniat untuk mengkhianati saya.”
“Kenapa Ki Lurah menduga begitu?”

Publisher may contact andraldri@reborn.com to publish this ALDNP


great story.
ALDNP / Anak Langit di Negeri Pelangi 25

“Soalnya sehari sebelumnya, setelah anak setan itu membakar air,


dia menghilang entah kemana. Waktu kembali dia bilang dia menguntit
perginya anak setan itu untuk membunuhnya dari belakang. Tetapi bisa
juga dia punya motif lain. Brewok itu sebenarnya seorang pengembara
yang selalu mencari ilmu kesaktian yang lebih tinggi. Saya kira dia pergi
menemui anak muda itu dan minta menjadi muridnya. Sebagai bukti
ketulusannya dia membocorkan rahasia rencana membunuh Wedana itu
dan bersedia mengkhianati saya.”
“Wah, kalau benar begitu, bisa jadi lain ceritanya!” sahut Jaira.
“Nah, kalau itu yang terjadi, bisa saja dia telah menyelamatkan
Wedana dan menghilang bersama mereka,” kata Tamakir.
“Tetapi saat kebakaran tercium bau daging terbakar dengan kerasnya
dan saya melarang anak buah saya menyelamatkan mereka dengan
alasan sudah terlambat. Karena tubuh-tubuh mereka sudah terbakar
hancur, saya tidak perlu repot-repot memeriksanya. Atau...,”
Kata-kata Jaira terputus karena tiba-tiba dia menyadari
keteledorannya.
“Mungkinkah....?” lanjutnya sambil mengangguk-angguk.
“Ya,.. mungkin saja yang hangus itu hanya kerbau atau sapi yang
sengaja dimasukkan ke rumah untuk mengelabui,” sahut Tamakir
menebak tepat pikiran Jaira.
“Kalau begitu saya akan perintahkan anak buah saya untuk
menghilangkan sisa-sisa yang ada,” kata Jaira.
“Jangan, Pangeran. Itu justru akan mengundang tanda tanya. Lagi
pula sekarang sudah menjadi urusan Pamong Negeri. Tentu Pangeran
tidak ingin melihat anak buah Pangeran bertengkar dengan anak buah
Sukadu, bukan?”

“Lantas, bagaimana Ki Lurah?”

Publisher may contact andraldri@reborn.com to publish this ALDNP


great story.
ALDNP / Anak Langit di Negeri Pelangi 25

“Jangan khawatir. Saya sudah memikirkan jalan keluarnya. Saya


sudah mengundang Sukadu kesini. Sebentar lagi tentu dia datang.
Pangeran tahu kan kalau dia itu suka duit, sama seperti kita..ha
ha..haha..!”
“Ha..ha..ha...!” sambung Jaira.
“Kita akan suap dia dan anak buahnya untuk menyatakan kalau sisa-
sisa tubuh yang terbakar itu memang tubuh manusia. Jumlahnya sama
dengan anggota keluarga Wedana. Saya sudah menyiapkan sejumlah
uang untuk itu,” kata lurah licik itu.
“Tetapi, itu berarti dia akan tahu kalau kita berkomplot, Ki Lurah!”
“Memang, tetapi tidak menjadi masalah. Sekalian kita perangkap dia
menjadi komplotan kita, he...he..he..!” kata Tamakir tertawa gembira
memuji kelihaian dirinya
“Nah, untuk itu Pangeran Muda harus mengiming-imingnya dengan
jabatan Kepala Pamong Negeri Kadipaten Megalung kalau Pangeran
Muda berhasil menjadi Adipatinya.”
“Ki Lurah memang berpikiran jauh,” pujinya.
Pada saat itu seorang anak buah Tamakir memberitahu kedatangan
Sukadu. Lurah Brangin menyuruhnya mempersilakan Sukadu masuk.
“Ah, Pak Sukadu. Terima kasih atas kedatangannya. Silakan masuk,”
sapa tuan rumah.

“Terima kasih kembali,” jawab Sukadu. “Oh, rupanya disini ada


tamu istimewa, Pahlawan kita,” kata Sukadu dengan ramah.
Keramahan yang berselimut rasa jengkel dan iri karena semestinya
dialah yang bertugas menangkap para penjahat. Bukan tentara!

Publisher may contact andraldri@reborn.com to publish this ALDNP


great story.
ALDNP / Anak Langit di Negeri Pelangi 25

“Ah, Pak Sukadu bisa saja. Kebetulan kami sedang dalam


perjalanan mau menangkap Anak Langit yang katanya pernah dilihat
orang di Padepokan Kalbusih, ketika kami melihat rumah Wedana
terbakar. Kami segera bertempur melawan pelakunya tanpa sempat
memberi tahu Pak Sukadu terlebih dahulu,” jelasnya membela diri.
“Oh, tidak apa-apa. Sama saja, siapapun yang menangkapnya. Yang
penting negeri kita menjadi aman, bukan? Saya justru berterima kasih
kepada Pangeran Muda karena telah meringankan tugas saya,” kata
Sukadu diplomatis.
Kentara sekali hawa kepura-puraan diantara mereka. Suasananya
dapat dikatakan sebagai keramah-tamahan yang kaku atau kekakuan
dalam keramah-tamahan. Yang pasti keramah-tamahan yang tidak tulus,
tidak berasal dari nurani yang terdalam.
Sebenarnya, suasana persaingan yang dibungkus dalam keramah-
tamahan palsu seperti itu sudah menjadi bagian dari kehidupan para
pejabat negeri Klapa Getir yang sangat korup ini. Semua orang menjaga
kepentingannya masing-masing dengan berpura-pura ramah, sementara
otak mereka mencari cara menjatuhkan sesama mereka atas nama
kepentingan rakyat, bangsa dan tanah air.
Sebagai tuan rumah, Tamakir segera mencairkan suasana yang tidak
nyaman itu.
“Begini, Pak Sukadu. Saya bicara terus terang saja. Saya baru dengar
kalau pak Sukadu menginginkan sawah dibilangan Winong, sebelah
barat desa Buntung itu,” kata Tamakir.

“Yah, tadinya begitu. Tapi sudah kedahuluan jadi milik Ki Lurah,


kan?” jawab Sukadu.

Publisher may contact andraldri@reborn.com to publish this ALDNP


great story.
ALDNP / Anak Langit di Negeri Pelangi 25

“Saya minta maaf, karena saya tidak tahu


SPONSORED BY:
waktu membeli dulu.Karena itu saya bermaksud
menyerahkannya kepada pak Sukadu,” pancing
Tamakir.
“Wah, tentu harganya sudah jauh lebih mahal
dari yang dulu setelah di tangan Ki Lurah. Mana
kuat saya membayarnya,” balas Supadu balik
memancing.
“Tidak, tidak lebih mahal. Bahkan saya
berikan secara cuma-cuma. Tidak perlu
membayar!” jawab Tamakir mantap.
“Maksud Ki Lurah?” tanya Sukadu curiga.
Tamakir lalu menceritakan tentang
persekongkolannya dengan Jaira menyingkirkan
Wedana Buntung, tetapi tampaknya Paldrino dan
keluarganya telah lolos akibat pengkhianatan
Bedul Brewok. Sedangkan tubuh-tubuh yang
hangus di rumah itu kemungkinan besar hanya
anak kerbau atau sapi.
Juga diceritakannya tentang ambisi Jaira
untuk menjadi Adipati di Megalung.
“Jadi, kami berdua minta supaya pak Sukadu
memberikan laporan kalau Paldrino dan seluruh
anggota keluarganya benar-benar tewas dalam
peristiwa itu,” kata Lurah Tamakir mengakhiri
ceritanya.

“Selain itu,” sambung Jaira, “Pak Sukadu sebagai teman dekat kami
akan saya angkat sebagai Kepala Pamong Negeri Kadipaten Megalung
kalau kita berhasil nanti.”

Publisher may contact andraldri@reborn.com to publish this ALDNP


great story.
ALDNP / Anak Langit di Negeri Pelangi 25

Dalam hati Sukadi tersenyum. Sebenarnya dia telah curiga terhadap


Jaira atas peristiwa itu, sehingga orang ini muncul sebagai pahlawan.

Tadinya Sukadu bermaksud memeras Jaira setelah menyelidiki bukti-


bukti yang ada. Tetapi hal itu sekarang tidak perlu lagi. Bahkan tawaran
Ki Lurah jauh lebih besar dari yang dia bayangkan jika hanya memeras
Jaira. Belum lagi janji Jaira untuk memberinya jabatan yang lebih tinggi.
Sungguh nasib baik, pikirnya.
“Tetapi anak buah saya harus di sumpal juga, Ki Lurah,” kata
Sukadu semakin rakus.
“Jangan kuatir. Untuk mereka sudah saya sediakan juga. Ini..!
Tentunya sebagian untuk pak Sukadu sendiri,” jawab Tamakir sambil
menyodorkan segepok uang.
“Ah, baiklah kalau begitu. Saya akan segera mengamankan barang
bukti itu sebelum anak buah saya buka mulut,” kata Sukadu.
Sukadu lalu segera pamit menuju tempat kejadian perkara dengan
hati yang berbunga-bunga.
“Dengan uang ini aku bisa kawin lagi,” pikirnya senang.
Selepas Sukadu pergi, Tamakir dan Jaira meneruskan pembicaraan
mereka soal pengamanan lelaki yang dijadikan tersangka itu.
“Soal tersangka itu, apa rencana Pangeran Muda?” tanya Tamakir.
“Saya berencana menghabisinya agar tidak buka mulut,” jawab Jaira.
“Dia memang harus tutup mulut, tetapi jangan membunuhnya. Itu
terlalu kasar. Orang akan menduga kalau di lingkungan aparat
pemerintah telah ada kaki tangan pemberontak atau bahkan curiga akan
adanya persekongkolan. Pihak hakim wilayah akan menjadi tidak enak
sehingga malah akan berusaha membongkar persekongkolan kita untuk
membersihkan diri,” kata Lurah Tamakir.

Publisher may contact andraldri@reborn.com to publish this ALDNP


great story.
ALDNP / Anak Langit di Negeri Pelangi 25

“Jadi, apa yang kita lakukan, Ki Lurah?”


“Pertama, kita usahakan agar terdakwa tidak dikirim ke Kadipaten
atau Kotaraja untuk disidangkan oleh Hakim yang lebih tinggi. Biasanya
kasus pemberontakan akan dibawa ke pusat pemerintahan, kan?” jelas
Tamakir.
“Karena itu,” lanjutnya, “Saya sudah menyiapkan uang agar
Pangeran menyuap hakim wilayah Buntung untuk memutuskan terdakwa
di penjara disini saja, dengan alasan diperlukan untuk penyelidikan lebih
lanjut membongkar jaringan pemberontak pimpinan Pemuda Pembakar
Air. Nah, dengan begitu Pangeran bisa membawanya ke markas
Pangeran dan mempekerjakannya disana tanpa boleh leluasa keluar.
Supaya dia tenang dan tidak berani buka mulut, keluarganya kita jamin
kehidupannya. Lambat laun dia akan sadar untuk memilih diam dari pada
keluarganya sengsara,” papar Tamakir mantap.

(…….BERSAMBUNG……)
VIDEO INSPIRASIONAL

Sambil menanti lanjutan kisah ALDNP silakan cari inspirasi disini. Duduk
santai, dan biarkan hati dan pikiran anda mengembara melintas batas
yang selama ini mengungkung cakrawala anda.

Publisher may contact andraldri@reborn.com to publish this ALDNP


great story.
ALDNP / Anak Langit di Negeri Pelangi 25

Selamat Menikmati!

_________________________________________

T H I S W O R K I S L I C E N S E D U N D E R A C R E AT I V E C O M M O N S AT T R I B U T I O N -
N O N C O M M E R C I A L - N O D E R I VAT I V E W O R K S 3 . 0 U N P O R T E D L I C E N S E

Publisher may contact andraldri@reborn.com to publish this ALDNP


great story.

You might also like