You are on page 1of 10

c 

 
 

c  
c c




cc 





Bagi kota-kota besar di Indonesia, persoalan kemiskinan merupakan
masalah yang serius karena dikhawatirkan akan menyebabkan terjadinya kantong-
kantong kemiskinan yang kronis dan kemudian menyebabkan lahirnya berbagai
persoalan sosial di luar kontrol atau kemampuan pemerintah kota untuk
menangani dan mengawasinya. Kemiskinan merupakan salah satu masalah sosial
di Indonesia yang tidak mudah untuk diatasi. Beragam upaya dan program
dilakukan untuk mengatasinya, namun masih saja banyak kita jumpai
permukiman masyarakat miskin di hampir setiap sudut kota yang disertai dengan
ketidaktertiban dalam hidup bermasyarakat di perkotaan. Masyarakat miskin di
perkotaan itu unik dengan berbagai problematika sosialnya sehingga perlu
mengupas akar masalah dan merumuskan solusi terbaik bagi kesejahteraan
mereka.


Keluhan yang paling sering disampaikan mengenai permukiman masyarakat
miskin adalah rendahnya kualitas lingkungan yang dianggap sebagai bagian kota
yang mesti disingkirkan. Terbentuknya pemukiman kumuh, yang sering disebut
sebagai slum area sering dipandang potensial menimbulkan banyak masalah
perkotaan, karena dapat merupakan sumber timbulnya berbagai perilaku
menyimpang, seperti kejahatan, dan sumber penyakit sosial lainnya.
Kemiskinan merupakan masalah sosial yang menjadi pekerjaan rumah bagi
pemerintah sebagai organisasi tertinggi dalam suatu Negara dan kita semua
sebagai masyarakat yang berada dalam satu kesatuan, kemiskinan merupakan
masalah yang dapat mempengaruhi kestabilan bangsa.
 
c
Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi kekurangan hal-hal yang biasa
untuk dipunyai seperti makanan, pakaian , tempat berlindung dan air minum, yang
berhubungan erat dengan kualitas hidup seseorang. Istilah "negara berkembang"
biasanya digunakan untuk merujuk kepada negara-negara yang "miskin".
Kriminalitas tidak bisa dipisahkan dari kemiskinan, keduanya merupakan
mata rantai lingkaran setan yang sulit untuk diputus. Pengangguran dan
kemiskinan merupakan dua sejoli sehidup semati. Kriminalitas adalah anak
kandung yang dilahirkannya, pemukiman kumuh merupakan teman sejawat yang
hampir tak dapat dipisahkan dan ketimpangan serta kecemburuan sosial
merupakan dampak yang ditimbulkannya. Selama masalah kemiskinan belum
terentaskan, maka selama itu pula penjahat-penjahat akan tetap berkecimpung di
tengah masyarakat.
Mengacu kepada teori hierarki kebutuhan milik Abraham Maslow, maka
kebutuhan fisiologis (pangan, sandang, dan papan) merupakan kebutuhan dasariah
yang harus dipenuhi oleh setiap individu. Ketika kebutuhan dasariah belum dapat
dipenuhi, maka kebutuhan yang hierarkinya lebih tinggi seperti keamanan, sosial,
ego, dan aktualisasi diri tidak akan teraktifkan. Ketika akses untuk memenuhi
kebutuhan dasariah ini sulit untuk ditembus, maka yang bersangkutan akan
mengerahkan segala upaya untuk mendapatkannya, termasuk dengan cara-cara
yang tidak lazim seperti melakukan pelbagai tindak kejahatan. Dengan kata lain,
selama kemiskinan belum terentaskan, maka angka kriminalitas tetap akan
menjulang tinggi.
Penyebab kemiskinan yang angkanya masih demikian tinggi antara lain:
1.? Terbatasnya kesempatan berusaha, serta rendahnya kemampuan masyarakat
miskin dalam melakukan kegiatan ekonomi produktif
2.? Terbatasnya akses terhadap faktorèfaktor produksi seperti modal, pasar serta
kepemilikan aset (Akses masyarakat terhadap modal usaha dapat dicirikan dari
ketersediaan lembaga-lembaga keuangan, seperti bank-bank umum, Bank
Perkreditan Rakyat (BPR), Lembaga Keuangan Mikro (LKM) dan berbagai
bentuk koperasi simpan pinjam di tingkat kecamatan. Semakin tinggi tingkat
ketersediaan lembagaèlembaga keuangan pada suatu wilayah, maka semakin
baik pula akses terhadap modal usaha, dan demikian pula sebaliknya
3.? Rendahnya kepemilikan harta (Sekitar 11,9 % rumah tangga di pedesaan
memiliki harta tanah, kondisi ini lebih tinggi dibandingkan di perkotaan yaitu
hanya sebesar 3,4 % rumah tangga di perkotaan yang memiliki aset tanah);
4.? Rendahnya akses masyarakat terhadap fasilitas pendidikan, kesehatan, air dan
udara bersih;
5.? ketidakberdayaan masyarakat karena kurangnya partisipasi masyarakat;
6.? Lemahnya tata pemerintahan; dan
7.? Lemahnya perlindungan sosial terhadap masyarakat.

Banyak dampak yang terjadi yang disebabkan oleh kemiskinan diantaranya


adalah sebagai berikut:
1.? Kesejahteraan masyarakat sangat jauh dari sangat rendah. Ini berarti dengan
adanya tingkat kemiskinan yang tinggi banyak masyarakat Indonesia yang
tidak memiliki pendapatan yang mencukupi kebutuhan hidup masyarakat.
2.? Tingkat kematian meningkat, ini dimaksudkan bahwa masy6arakat Indonesia
banyak yang mengalami kematian akibat kelaparan atau melakukan tindakan
bunuh diri karena tidak kuat dalam menjalani kemiskinan yang di alami.
3.? Banyak penduduk Indonesia yang kelaparan karena tidak mampu untuk
membeli kebutuha akan makanan yang merka makan sehari-hari
4.? Tidak bersekolah (tingkat pendidikan yang rendah) ini menyebabkan
masyarakat si Indonesia tidak mempunyai ilmu yang cukup untuk
memperoleh pekerjaan dan tidak memiliki keterampilan yang cukup untuk
memperoleh pendapatan
5.? Tingkat kejahatan meningkat , Masyarakat Indonesia jadi terdesak untuk
memperoleh pendapatan dengan cara-cara kejahatan karena dengan cara yang
baik mereka tidak mempunyai modal yaitu ilmu dan keterampilan yang cukup.

Masalah utama mengapa kemiskinan masih menjadi momok di tengah


negeri ini adalah memang harus diakui peruntukan modal bagi masyarakat miskin
memang sangat terbatas. Selain itu pula bersamaan dengan masalah tersebut,
terbatasnya pelatihan (tidak hanya varian pelatihannya tetapi "sekolah
pelatihannya" yang selama ini masih belum terkelola dengan baik) usaha kecil dan
menengah yang dikhususkan bagi masyarakat miskin juga mendatangkan
problematika tersendiri. Oleh karena itu harus dipikirkan sebuah alur pemberian
modal atau kredit usaha kecil yang tidak bertele-tele dan menyulitkan masyarakat
miskin yang ingin membuka usaha. Selama ini proses peminjaman model usaha
hanya terbatas di bank ataupun koperasi; alangkah baiknya jika organisasi
keagamaan juga berperan aktif dalam pemberian kredit usaha.
Pemukiman kumuh merupakan satu dari sekian banyak permasalahan yang
menyertai kemiskinan. Perumahan kumuh dapat mengakibatkan berbagai dampak.
Dari segi pemerintahan, pemerintah dianggap dan dipandang tidak cakap dan
tidak peduli dalam menangani pelayanan terhadap masyarakat. Sementara pada
dampak sosial, dimana sebagian masyarakat kumuh adalah masyarakat
berpenghasilan rendah dengan kemampuan ekonomi menengah ke bawah
dianggap sebagai sumber ketidakteraturan dan ketidakpatuhan terhadap norma-
norma sosial.
Terbentuknya pemukiman kumuh, yang sering disebut sebagai slum area.
Daerah ini sering dipandang potensial menimbulkan banyak masalah perkotaan,
karena dapat merupakan sumber timbulnya berbagai perilaku menyimpang,
seperti kejahatan, dan sumber penyakit sosial lainnya
Masyarakat di permukiman kumuh memiliki persamaan, terutama dari segi
latar belakang sosial ekonomi-pendidikan yang rendah, keahlian terbatas dan
kemampuan adaptasi lingkungan (kota) yang kurang memadai. Kondisi kualitas
kehidupan yang serba marjinal ini ternyata mengakibatkan semakin banyaknya
penyimpangan perilaku penduduk penghuninya. Hal ini dapat diketahui dari
tatacara kehidupan sehari-hari, seperti mengemis, berjudi, mencopet dan
melakukan berbagai jenis penipuan. Terjadinya perilaku menyimpang ini karena
sulitnya mencari atau menciptakan pekerjaan sendiri dengan keahlian dan
kemampuan yang terbatas, selain itu juga karena menerima kenyataan bahwa
impian yang mereka harapkan mengenai kehidupan di kota tidak sesuai dan
ternyata tidak dapat memperbaiki kehidupan mereka.
Mereka pada umumnya tidak cukup memiliki kamampuan untuk
mendapatkan pekerjaan yang layak, disebabkan kurangnya keterampilan, tanpa
modal usaha, tempat tinggal tak menentu, rendahnya penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi, rendahnya daya adaptasi sosial ekonomi dan pola
kehidupan kota. Kondisi yang serba terlanjur, kekurangan dan semakin
memprihatinkan itu mendorong para penghuni pemukiman kumuh untuk hidup
seadanya, termasuk tempat tinggal yang tidak memenuhi syarat kesehatan.
Permukiman kumuh umumnya di pusat-pusat perdagangan, seperti pasar
kota, perkampungan pinggir kota, dan di sekitar bantaran sungai kota. Kepadatan
penduduk di daerah-daerah ini cenderung semakin meningkat dengan berbagai
latar belakang sosial, ekonomi, budaya dan asal daerah. Perhatian utama pada
penghuni permukiman ini adalah kerja keras mencari nafkah atau hanya sekedar
memenuhi kebutuhan sehari-hari agar tetap bertahan hidup, dan bahkan tidak
sedikit warga setempat yang menjadi pengangguran. Sehingga tanggungjawab
terhadap disiplin lingkungan, norma sosial dan hukum, kesehatan, solidaritas
sosial, tolong menolong, menjadi terabaikan dan kurang diperhatikan.
Oleh karena para pemukim pada umumnya terdiri dari golongan-golongan
yang tidak berhasil mencapai kehidupan yang layak, maka tidak sedikit menjadi
pengangguran, gelandangan, pengemis, yang sangat rentan terhadap terjadinya
perilaku menyimpang dan berbagai tindak kejahatan, baik antar penghuni itu
sendiri maupun terhadap masyarakat lingkungan sekitanya. Kondisi kehidupan
yang sedang mengalami benturan antara perkembangan teknologi dengan
keterbatasan potensi sumber daya yang tersedia, juga turut membuka celah
timbulnya perilaku menyimpang dan tindak kejahatan dari para penghuni
pemukiman kumuh tersebut. Kecenderungan terjadinya perilaku menyimpang
(deviant behaviour) ini juga diperkuat oleh pola kehidupan kota yang lebih
mementingkan diri sendiri atau kelompokya yang acapkali bertentangan dengan
nilai-nilai moral dan norma-norma sosial dalam masyarakat.
Perilaku menyimpang pada umumnya sering dijumpai pada permukiman
kumuh adalah perilaku yang bertentangan dengan norma-norma sosial, tradisi dan
kelaziman yang berlaku sebagaimana kehendak sebagian besar anggota
masyarakat. Wujud perilaku menyimpang di permukiman kumuh ini berupa
perbuatan tidak disiplin lingkungan seperti membuang sampah dan kotoran di
sembarang tempat. Kecuali itu, juga termasuk perbuatan menghindari pajak, tidak
memiliki KTP dan menghindar dari kegiatan-kegiatan kemasyarakatan, seperti
gotong-royong dan kegiatan sosial lainnya. Bagi kalangan remaja dan
pengangguran, biasanya penyimpangan perilakunya berupa mabuk-mabukan,
minum obat terlarang, pelacuran, adu ayam, bercumbu di depan umum, memutar
blue film, begadang dan berjoget di pinggir jalan dengan musik keras sampai pagi,
mencorat-coret tembok/bangunan fasilitas umum, dan lain-lain. Akibat lebih
lanjut perilaku menyimpang tersebut bisa mengarah kepada tindakan kejahatan
(kriminal) seperti pencurian, pemerkosaan, penipuan, penodongan, pembunuhan,
pengrusakan fasilitas umum, perkelahian, melakukan pungutan liar, mencopet dan
perbuatan kekerasan lainnya.
Keadaan seperti itu cenderung menimbulkan masalah-masalah baru yang
menyangkut:
1.? Masalah persediaan ruang yang semakin terbatas terutama masalah
permukiman untuk golongan ekonomi lemah dan masalah penyediaan
lapangan pekerjaan di daerah perkotaan sebagai salah satu faktor penyebab
timbulnya perilaku menyimpang,
2.? Masalah adanya kekaburan norma pada masyarakat migran di perkotaan dan
adaptasi penduduk desa di kota,
3.? Masalah perilaku menyimpang sebagai akibat dari adanya kekaburan atau
ketiadaan norma pada masyarakat migran di perkotaan. Disamping itu juga
pesatnya pertumbuhan penduduk kota dan lapangan pekerjaan di wilayah
perkotaan mengakibatkan semakin banyaknya pertumbuhan pemukiman-
pemukiman kumuh yang menyertainya dan menghiasi areal perkotaan tanpa
penataan yang berarti.
Masalah yang terjadi akibat adanya permukiman kumuh ini, khususnya di
kota-kota besar diantaranya wajah perkotaan menjadi memburuk dan kotor,
planologi penertiban bangunan sukar dijalankan, banjir, penyakit menular dan
kebakaran sering melanda permukiman ini. Di sisi lain bahwa kehidupan
penghuninya terus merosot baik kesehatannya, maupun sosial kehidupan mereka
yang terus terhimpit jauh di bawah garis kemiskinan (Sri Soewasti Susanto, 1974)
Angka kemiskinan Indonesia tahun 2004 mencapai 36,1 juta jiwa atau 16,6
% dari populasi jumlah penduduk keseluruhan. Masih tingginya angka
kemiskinan membuat pemerintah memprioritaskan upaya penanggulangan
kemiskinan pada program-program pembangunan ke depan. Hal ini sejalan
dengan kesepakatan dalarn Tujuan Pembangunan Global (Millenium
Development's Goal è MDG's) yang ikut ditandatangani oleh pemerintah pada
tahun 2000 yang lalu yang berisi delapan sasaran, salah satunya, adalah upaya
menurunkan angka kemiskinan menjadi separuh dari angka kemiskinan tahun
1990, yaitu menjadi sekitar 7,5 %.

 !c"!c!!
Mengatasi kemiskinan bukanlah perkara yang mudah. Pemerintah selalu
berusaha mengatasi berbagai masalah sosial dengan melibatkan peran serta tokoh
masyarakat, pengusaha, pemuka agama, tetua adat, lembaga-lembaga sosial dan
lain-lainnya. Beberapa contoh upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah dalam
mengatasi kemiskinan antara lain:
1.? Mengembangkan sistem sosial yang responsif
Dalam penanganan ini sistem sosial di masyarakat harus dikembangkan
karena sistem sosial yang ada di masyarakat memiliki pengaruh yang cukup
besar terhadap kasus kemiskinan yang terjadi di sekitar kita. Tanggapan dari
sistem sosial yang responsif akan membantu mengurangi kasus kemiskinan
yang terjadi. Contoh :
Pemerintah mengadakan program BLT (Bantuan Langsung Tunai) untuk
masyarakat miskin, program tersebut tidak langsung diberikan kepada
masyarakat miskin namun di distribusikan melalui kecamatan di setiap
wilayah di seluruh Indonesia yang disalurkan ke kelurahan, lalu melalui
kelurahan diberikan kepada masyarakat miskin tersebut.
Disini kecamatan dan kelurahan memiliki tanggapan yang responsif terhadap
masyarakat miskin yang berada di ruang lingkup kecamatan dan kelurahan.
2.? Pemanfaatan modal sosial
Pemanfaatan modal sosial sangat bermanfaat dalam mengurangi tingkat
kemiskinan yang terjadi di masyarakat. Dengan pemberian modal kepada
masyarakat kalangan bawah (miskin) terutama yang memiliki keterampilan
khusus di bidangnya tingkat perekonomian mereka akan naik. Bagi yang tidak
memiliki keterampilan modal sosial dapat digunakan untuk pembangunan
yayasan ± yayasan yang di dalamnya terdapat pengajaran pendidikan
keterampilan sehingga masyarakat miskin mendapatkan pendidikan
keterampilan yang sesuai dengan bakat dan kemampuannya, setelah itu
dengan bekal keterampilan tersebut mereka dapat membuka usaha
3.? Pemberian kartu askes
Kartu Askes (Asuransi Kesehatan) diberikan kepada keluarga miskin. Kartu
Askes kadang disebut Askeskin (Asuransi Kesehatan Keluarga Miskin).
Dengan kartu Askes. keluarga miskin dapat berobat di rumah sakit yang
ditunjuk dengan biaya ringan atau gratis.
4.? Pemberian beras untuk masyarakat miskin (Raskin)
Raskin merupakan program pemberian bantuan pangan dari pemerintah
berupa beras dengan harga yang sangat murah. Dengan raskin diharapkan
masyarakat yang termasuk keluarga miskin dapat memenuhi kebutuhan
pangannya.
5.? Pemberian Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
BOS diberikan kepada siswa-siswi sekolah mulai dari sekolah dasar sampai
tingkat SLTA. Tujuannya untuk meringankan biaya pendidikan. Sekarang
juga sudah dilakukan program BOS buku. Yakni program penyediaan buku
pelajaran bagi siswa sekolah. Dengan BOS buku diharapkan orang tua tidak
lagi dibebani biaya membeli buku pelajaran untuk anaknya yang sekolah.
6.? Sekolah terbuka
Sekolah terbuka merupakan sekolah yang waktu belajarnya tidak terlalu padat
dan terikat. Sekolah terbuka diperuntukkan bagai siswa yang kurang mampu.
Dengan sekolah terbuka siswanya dapat sekolah meskipun sudah bekerja.
7.? Program pendidikan luar sekolah
Pendidikan luar sekolah biasanya berupa kursus-kursus seperti menjahit,
perbengkelan ataupun komputer. Pemerintah mengadakan program pendidikan
luar sekolah agar anak-anak yang tidak sekolah atau putus sekolah dapat tetap
memiliki ilmu dan ketrampilan.
8.? Pemberian Bantuan Tunai Langsung (BTL)
BTL diberikan kepada masyarakat miskin yang tidak berpenghasilan. BTL
merupakan dana kompensasi/pengganti kenaikan harga Bahan Bakar Minyak
(BBM).
9.? Pemberian bantuan modal usaha
Bantuan modal usaha diberikan kepada masyarakat miskin yang akan
mengembangkan atau memulai suatu usaha. Biasanya untuk usaha kecil dan
menengah. Bantuan modal usaha ini adalah dalam rangka mengurangi angka
pengangguran dan kemiskinan.

Selain berbagai bantuan dari pemerintah, ada juga pihak-pihak lain yang
juga turut membantu mengatasi masalah sosial, antara lain:
1.? Menjadi orang tua asuh bagi anak sekolah yang kurang mampu.
2.? Para tokoh agama memberikan penyuluhan tentang keimanan dan moral
dalam menghadapi masalah sosial.
3.? Para pengusaha dan lembaga-lembaga sosial kemasyarakatan lain memberikan
bantuan, beasiswa, modal usaha, penyuluhan, dan pendidikan.
4.? Lembaga-lembaga dari PBB seperti UNESCO, UNICEF dan WHO
memberikan bantuan kepada pemerintah Indonesia untuk mengatasi masalah
sosial.
5.? Organisasi pemuda seperti karang taruna dan remaja masjid mendidik dan
mengarahkan para pemuda putus sekolah untuk berkarya. Sehingga ikut
mengatasi masalah pengangguran.
6.? Perguruan tinggi melakukan pengabdian kepada masyarakat dengan
memberikan berbagai penyuluhan, bakti sosial ataupun melatih keterampilan.

Dalam mengatasi masalah kemiskinan ternyata terdapat banyak hambatan.


Beberapa contoh hambatan dalam upaya mengatasi masalah kemiskinan, antara
lain:
1.? Berbagai bantuan dari pemerintah kadang-kadang tidak tepat sasaran.
Contohnya orang yang mampu mendapat bantuan sedangkan yang miskin
tidak mendapat bantuan.
2.? Program yang dilakukan tidak merata ke seluruh daerah.
3.? Kurang disiplinnya petugas dalam menyalurkan bantuan pemerintah.
4.? Terdapat pihak-pihak yang menyalahgunakan bantuan dari pemerintah
maupun luar negeri.
5.? Kurang kerja sama dari masyarakat yang mengalami masalah sosial terhadap
pemerintah.
6.? Penyuluhan maupun pelatihan keterampilan yang diberikan kepada
masyarakat kadang-kadang tidak ditanggapi sebagaimana mestinya.
7.? Ada pihak-pihak yang kurang peduli dalam masalah-masalah bantuan sosial.

!
†1] http://iwansulistyo.wordpress.com/tag/pembangunan-kemiskinan/
†2] http://community.gunadarma.ac.id/blog/view/id_11337/title_11337/
†3] http://indonesiancommunity.multiply.com/journal/item/970
†4] http://catatan-orang-biasa.blogspot.com/2008/12/kejahatan-kemiskinan.html
†5] http://zuryawanisvandiarzoebir.wordpress.com/2008/08/09/perilaku-
menyimpang-masyarakat-migran-pemukiman-kumuh-di-perkotaan/
†6] http://pou-pout.blogspot.com/2010/03/makalah-permukiman-kumuh-dan-
upaya.html

You might also like