You are on page 1of 117

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Perseroan terbatas yang sahamnya dimiliki oleh masyarakat

melalui bursa saham memiliki pemisahan yang jelas antara pemilik modal

dengan pengelola atau manajemen perusahaan. Masing – masing pihak

mempunyai fungsi yang berbeda yaitu sebagai pemilik modal dan pihak

yang memanfaatkan modal untuk menjalankan kegiatan ekonomi

perusahaan.

Dalam teori agensi, hubungan agensi muncul ketika satu orang atau

lebih principal mempekerjakan orang lain (agent) untuk memberikan

suatu jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan

keputusan kepada agen tersebut. Masalah agensi timbul karena adanya

konflik kepentingan antara principal dan agen, karena tidak bertemunya

utilitas yang maksimal antara mereka. Sebagai agen, manajer secara moral

bertanggung jawab untuk mengoptimalkan keuntungan para pemilik

(principal), namun di sisi lain manajer juga mempunyai kepentingan

memaksimumkan kesejahteraan mereka. Sehingga agen tidak selalu

bertindak demi kepentingan terbaik (Jensen dan Meckilng, 1976)

Manajer sebagai pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui

informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang

dibandingkan pemilik. Oleh karena itu sebagai pengelola, manajer

1
2

berkewajiban memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada

pemilik. Akan tetapi informasi yang disampaikan terkadang tidak sesuai

dengan kondisi perusahaan yang sebenarnya. Kondisi ini dikenal sebagai

informasi yang tidak simetris atau asimetri informasi (Ujiyantho, 2007 ).

Adanya asimetri informasi antara manajemen (agent) dan pemilik

(principal) memberikan kesempatan kepada manajer untuk bertindak

opportunis dengan cara melakukan manajemen laba dalam hal pelaporan

keuangan. Tindakan manajemen laba telah memunculkan beberapa kasus

skandal keuangan di perusahaan publik di Indonesia seperti yang terjadi

pada PT.Lippo Tbk, dan PT. Kimia Farma yang melibatkan pelaporan

keuangan yang berawal dari terdeteksi adanya manipulasi (Boediono,

2005).

Laporan keuangan merupakan sarana untuk mengomunikasikan

informasi mengenai kondisi perusahaan kepada pihak internal maupun

eksternal yang membutuhkan informasi tersebut. Laporan keuangan yang

disusun berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) terdiri dari

neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, laporan perubahan ekuitas dan

catatan atas laporan keuangan digunakan sebagai sumber informasi

penting mengenai keberadaaan sumber daya ekonomi perusahaan untuk

pengambilan keputusan pihak internal maupun eksternal perusahaan.

Salah satu informasi yang terdapat di dalam laporan keuangan

adalah informasi mengenai laba perusahaan. Menurut PSAK Nomor 1

informasi laba diperlukan untuk menilai perubahan potensi sumberdaya


3

ekonomis yang mungkin dapat dikendalikan di masa depan, menghasilkan

arus kas dari sumber daya yang ada, dan untuk perumusan pertimbangan

tentang efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan tambahan sumber

daya (IAI, 2004). Adanya tindakan opportunis manajer yang berupa

manajemen laba dapat mengakibatkan para pengguna laporan keuangan

tidak dapat membuat keputusan dengan tepat karena informasi yang

diperolehnya bias sehingga mungkin dapat menyesatkan.

Perilaku manipulasi oleh manajer yang berawal dari konflik

kepentingan dapat diminimumkan melalui suatu mekanisme yang

bertujuan untuk menyelaraskan kepentingan agent dengan principal adalah

dengan melalui mekanisme Good Corporate Governance (Midiastuty,

2003). Mekanisme tersebut antara lain dengan ;

1.Memperbesar kepemilikan saham perusahaan oleh manajemen (Jensen

dan Meckling, 1976) sehingga kepentingan pemilik atau pemegang saham

akan dapat disejajarkan dengan kepentingan manajer, 2.Kepemilikan

saham oleh investor institusional karena investor institusional merupakan

pihak yang dapat momonitor agen dengan kepemilikannya yang besar dan

professional sehingga motivasi untuk melakukan manipulasi menjadi

berkurang, 3.Melalui peran monitoring oleh dewan komisaris dan komite

audit (Beasley,1996 dalam Ujiyantho, 2007) dan Suranta (2005).

Dua hal yang ditekankan dalam konsep good corporate

governance, yaitu ; pentingnya hak pemegang saham untuk memperoleh

informasi dengan benar (akurat) dan tepat pada waktunya dan kewajiban
4

perusahaan untuk melakukan pengungkapan (disclosure) secara akurat,

tepat waktu, dan transparan terhadap semua informasi kinerja perusahaan,

kepemilikan, dan pemegang kepentingan (stakeholder).

Mekanisme good corporate governance yang dicerminkan dari

adanya kepemilikan manajeral, kepemilikan institusional, ukuran dewan

komisaris independen dan komite audit mampu menghambat aktivitas

manajemen laba. Penelitian – penelitian tentang mekanisme good

corporate governance terhadap manajemen laba telah dilakukan di dalam

negeri maupun di luar negeri antara lain ; Chtorou (2001), Midiastuty

(2003), Bachtiar (2004), Veronica (2005),Ujiyantho (2007). Namun

mekanisme good corporate governance terhadap manajemen laba tetap

menarik untuk diteliti mengingat tidak konsistennya hasil – hasil

penelitian sebelumnya. Oleh sebab itu peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian kembali tentang hubungan antara mekanisme good corporate

governance dengan aktivitas manajemen laba pada perusahaan go public

yang bergerak di sektor manufaktur.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas,

maka penulis dapat menentukan perumusan masalah sebagai berikut :

“ Apakah mekanisme good corporate governance, yaitu

kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, proporsi dewan


5

komisaris independen, komite audit mempunyai pengaruh terhadap praktik

manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI ? “

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris

bahwa mekanisme good corporate governance yang terdiri dari

kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, proporsi dewan

komisaris independen, komite audit mempunyai pengaruh terhadap praktik

manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan melalui penelitian ini adalah :

1. Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi, informasi dan

wawasan teoritis khususnya berkaitan dengan implementasi dari

konsep good corporate governance

2. Sebagai bahan masukan untuk menambah informasi bagi investor dan

pihak eksternal pemakai laporan keuangan untuk dijadikan bahan

pertimbangan dalam pengambilan keputusan ekonomis.


6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Teori Agensi dan Asimetri Informasi

Konsep teori agensi menurut Anthony dan Govindarajan

(1995:569) dalam Widyaningdyah (2001) adalah hubungan atau kontrak

anatara principal dan agent. Principal mempekerjakan agen untuk

melakukan tugas untuk kepentingan principal, termasuk pendelegasian

otoritas pengambilan keputusan dari principal kepada agent. Pada

perusahaan yang modalnya terdiri atas saham, pemegang saham bertindak

sebagai principal dan manajer sebagai agent mereka. Pemegang saham

mempekerjaan manager untuk bertindak sesuai keinginan principal.

Teori agensi memiliki asumsi bahwa masing – masing individu

semata – mata termotivasi oleh kepentingan dirinya sendiri sehingga

menimbulkan konflik kepentingan antara principal dan agent (Jensen dan

Meckling, 1976). Pihak principal termotivasi mengadakan kontrak untuk

menyejahterahkan dirinya dengan profitabilitas yang selalu meningkat.

Agen termotivasi untuk memaksimalkan pemenuhan kebutuhan ekonomi

dan psikologisnya, antara lain dalam hal memperoleh investasi, pinjaman,

maupun kontrak investasi (Widyaningdyah, 2001). Adanya kepentingan

yang berbeda tersebut dapat menyebabkan munculnya masalah keagenan

dimana principal kesulitan memastikan bahwa agen bertindak untuk

memaksimumkan kesejahteraan principl.

6
7

Agent sebagai pihak yang bertugas untuk mengelola perusahaan

mempunyai lebih banyak informasi mengenai kapasitas diri, lingkungan

kerja, dan perusahaan secara keseluruhan. Sedangkan principal tidak

memiliki informasi yang cukup tentang kinerja agen. Hal inilah yang

mengakibatkan adanya ketidakseimbangan informasi antara principal dan

agen. Ketidakseimbangan informasi inilah yang disebut dengan asimetri

informasi (Ujiyantho, 2007).

Menurut teori keagenan, pengawasan yang secara luas digunakan

dan diharapkan dapat mengurangi masalah keagenan antara principal dan

agen adalah mekanisme pelaporan keuangan. Melalui laporan keuangan

yang merupakan sarana pertanggungjawaban agen, principal dapat

mengukur dan menilai sekaligus mengawasi kinerja agen serta sejauh

mana agen telah bertindak untuk meningkatkan kesejahteraan principal.

Selain itu, pemilik/pemegang saham dapat memberikan kompensasi

kepada agen berdasarkan laporan keuangan, kreditur dapat memberikan

pinjaman dengan mempertimbangkan laporan keuangan, pemerintah dapat

menetapkan regulasi berdasarkan laporan keuangan tersebut

(Wedari,2004). Ketergantungan pihak – pihak eksternal pada laporan

keuangan, kecenderungan manajer untuk mencari keuntungan sendiri

(moral hazard) dan adanya asimetri informasi yang tinggi menyebabkan

keinginan besar bagi manajer untuk memanipulasi kinerja yang dilaporkan

dengan menggunakan komponen – komponen yang terdapat dalam laporan

keuangan
8

B. Laporan Keuangan dan Informasi Laba

Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang

secara formal wajib dipublikasikan sebagai sarana pertanggungjawaban

pihak manajemen terhadap pengelolaan sumber daya pemilik. Menurut

Munawir (2002: 2) laporan keuangan hakekatnya merupakan suatu hasil

dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk

berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan

dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas

perusahaan tersebut. Oleh sebab itulah laporan keuangan diperlukan untuk

memenuhi kebutuhan pihak – pihak eksternal maupun internal perusahaan

mengenai kondisi perusahaan. Laporan keuangan yang disusun

berdasarkan standar akuntansi keuangan terdiri dari neraca, laporan laba

rugi, laporan arus kas, laporan perubahan ekuitas dan catatan atas laporan

keuangan.

Pada dasarnya pengguna laporan keuangan dapat dibedakan

menjadi dua kelompok yaitu pihak internal meliputi manajemen dan pihak

eksternal perusahaan yang meliputi pemegang saham, kreditor,

pemerintah, karyawan, konsumen serta masyarakat. Bagi pemegang saham

laporan keuangan berfungsi untuk membantu mereka dalam pengambilan

keputusan yang berkaitan dengan investasi yang mereka lakukan terhadap

perusahaan. Bagi karyawan, laporan keuangan dapat memberikan

informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan

perusahaan dalam memberikan balas jasa, manfaat pensiun dan


9

kesempatan kerja. Bagi kreditor, laporan keuangan dapat memberikan

informasi bagaimana prospek perusahaan dalam membayar kembali

pinjaman pada saat jatuh tempo. Bagi konsumen serta masyarakat, laporan

keuangan dapat memberikan informasi mengenai trend, kemakmuran

perusahaan, rangkaian aktivitasnya serta kelangsungan hidup perusahaan.

Bagi manajemen, laporan keuangan berfungsi untuk membantu dalam

melaksanakan tanggung jawab perencanaan dan pengendalian serta

pengambilan keputusan. Laporan keuangan diakui oleh investor, kreditur,

supplier, organisasi buruh, bursa efek, dan para analisis keuangan sebagai

sumber informasi penting mengenai sumber daya ekonomi perusahaan

yang diharapkan berguna untuk pengambilan keputusan. Informasi

tersebut juga diharapkan menjadi pedoman untuk pemegang saham dan

investor potensial untuk menentukan kepentingan investasi mereka

terhadap saham emiten.

Dalam penyusunan laporan keuangan, dasar akrrual dipilih karena

lebih rasional dan adil dalam mencerminkan kondisi perusahaan secara riil

namun disisi yang lain penggunaan dasar akrrual dapat memberikan

keleluasaan kepada pihak manajemen dalam memilih metode akuntansi

selama tidak menyimpang dari aturan Standar Akuntansi Keuangan yang

berlaku (Halim, 2005).

Salah satu informasi yang terdapat dalam laporan keuangan adalah

informasi mengenai laba perusahaan. Menurut PSAK Nomor 1, informasi

laba diperlukan diperlukan untuk menilai perubahan potensi sumber daya


10

ekonomis yang mungkin dapat dikendalikan dimasa depan, menghasilkan

arus kas dari sumber daya yang ada, dan untuk perumusan pertimbangan

tentang efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan tambahan sumber

daya (IAI, 2004). Bagi pemilik saham dan investor, laba berarti

peningkatan nilai ekonomis yang akan diterima melalui pembagian

deviden. Laba juga digunakan sebagai alat untuk mengukur kinerja

manajemen atas pertanggungjawaban manajemen dalam pengelolaan

sumber daya yang dipercayakan kepada mereka, serta dapat dipergunakan

untuk memperkirakan prospeknya dimasa yang akan datang (Boediono,

2005). Pentingnya informasi laba ini disadari oleh manajer, sehingga jika

pada suatu kondisi dimana manajer tidak berhasil mencapai target laba

yang ditentukan maka manajer akan memanfaatkan fleksibilitas yang

diperbolehkan oleh standar akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan

untuk memodifikasi laba yang dilaporkan.

C. Manajeman Laba

Manajemen laba dilakukan sebagai perilaku opportunis manajer

dan efficient contracting. Sebagai perilaku opportunis manajer yakni

dalam memaksimalkan utilitasnya dalam menghadapi kontrak kompensasi,

hutang, dan political cost (Scott, 2000:343). Sikap opportunis ini

direfleksikan dengan melakukan rekayasa keuangan dengan menerapkan

income increasing discretionary accruals. Sedangkan sebagai efficient

contracting, manajemen laba memberikan manajer suatu fleksibilitas


11

untuk melindungi diri mereka dan perusahaan dalam mengantisipasi

kejadian yang tidak terduga untuk keuntungan pihak yang terlibat dalam

kontrak.

Dalam keadaan informasi asimetri yang tinggi, maka pemegang

saham tidak mempunyai informasi yang cukup untuk mengetahui apakah

laporan keuangan khususnya laba telah dimanipulasi. Adanya informasi

asimetri yang tinggi membuka peluang window dressing melalui

pengaturan kebijakan akrual. Teori agensi mendukung hal tersebut, dengan

menyatakan bahwa kontrak antara agent dengan principal akan

menghasilkan konflik, mengingat keterlibatan dan pihak yang sama –

sama menginginkan keuntungan. Agar laba perusahaan mencapai nilai

yang diinginkan, maka manajer akan mengatur laba tersebut karena

terdapat peluang untuk melakukannya. Peluang tersebut muncul karena

adanya kelemahan dalam akuntansi itu sendiri dan informasi asimetri

antara manajer dengan stakeholder.

Laporan keuangan yang disusun berdasarkan akuntansi akrrual

mengharuskan pencatatan pendapatan dan beban berdasarkan saat

terjadinya hak dan kewajiban, bukan saat penerimaan dan pengeluaran kas

(Achmad,2007). Dalam penerapan akuntansi akrual, prinsip akuntansi

yang diterima umum memberikan fleksibilitas dengan memberikan

keleluasaan kepada manajer untuk memilih kebijakan akuntansi dalam

pelaporan laba. Namun fleksibilitas prinsip akuntansi tersebut

menimbulkan peluang bagi manajer untuk mengelola laba.


12

Manajemen laba adalah campur tangan dalam proses pelaporan

keuangan eksternal dengan tujuan untuk menguntungkan diri sendiri.

Manajemen laba merupakan salah satu faktor yang dapat mengurangi

kredibilitas laporan keuangan, manajemen laba menambah bias dalam

laporan keuangan dan dapat mengganggu pemakai laporan keuangan yang

mempercayai angka laba hasil rekayasa tersebut sebagai angka laba tanpa

rekayasa (Setiawati dan Na’im, 2000 dalam Rahmawati, 2006 ).

Sugiri (1998) dalam Suharli (2005 ) membagi manajemen laba menjadi

dua yaitu :

a. Definisi sempit
“ Earning management adalah perilaku manajer untuk bermain
dengan komponen discretionary accruals dalam menentukan
besarnya earning “ . Dalam hal ini Earning management hanya
berkaitan dengan metode akuntansi.
b. Definisi Luas
“ Earning management adalah tindakan manajer untuk
meningkatkan ( mengurangi ) laba yang dilaporkan saat ini
atas suatu unit di mana manajer bertanggung jawab, tanpa
mengakibatkan peningkatan (penurunan) profitabilitas
ekonomis jangka panjang unit tersebut.”.

Definisi – definisi manajemen laba tersebut menggambarkan

manajemen laba sebagai suatu tindakan opportunis manajer sehingga dapat

memanage earnings pada tingkat yang diinginkan dengan maksud untuk

mendapatkan keuntungan atau manfaat tertentu melalui tindakan

intervensi manajer terhadap proses penyusunan laporan keuangan.

Terdapat beberapa bentuk manajemen laba yang dipilih oleh manajemen,

hal tersebut tergantung tujuan mereka melakukan manajemen laba.


13

Menurut Suharli (2005) bentuk manajemen laba yang dapat

dilakukan oleh manajer adalah:

a. Taking a Bath, pola ini terjadi pada saat reorganisasi


termasuk pengangkatan CEO baru dengan melaporkan
kerugian dalam jumlah besar. Tindakan ini diharapkan dapat
meningkatkan laba di masa datang.
b. Income Minimization, dilakukan pada saat perusahaan
mengalami tingkat profitabilitas yang tinggi sehingga jika
laba pada periode mendatang diperkirakan turun drastis dapat
diatasi dengan mengambil laba periode sebelumnya.
c. Income Maximization, dilakukan pada saat laba menurun.
Tindakan atas income maximization bertujuan untuk
melaporkan net income yang tinggi untuk tujuan bonus yang
lebih besar. Pola ini dilakukan oleh perusahaan yang
melakukan pelanggaran perjanjian hutang.
d. Income Smoothing, dilakukan perusahaan dengan cara
meratakan laba yang dilaporkan sehingga dapat mengurangi
fluktuasi laba yang terlalu besar karena pada umumnya
investor lebih menyukai laba yang relatif stabil.
1
Beberapa hal yang memotivasi manajer untuk melakukan

manajemen laba adalah :

1. Motif kontrak bonus

Perusahaan yang memberikan bonus/kompensasi kepada

manajer berdasarkan kinerja mereka yang didasarkan pada laba

perusahaan yang dicapai maka hal tersebut akan mendorong

manajer untuk malakukan manajemen laba. Manajer

perusahaan yang memperoleh laba dibawah target laba akan

melakukan manipulasi laba agar memperoleh bonus yang

maksimal di masa yang akan datang. Healy (1985) menemukan

bahwa manajer akan cenderung memilih penurunan laba ketika


14

informasi laba tidak mencapai target bonus minimal atau

melewati target bonus maksimal.

2. Motif kontrak hutang

Hipotesis debt covenant menyatakan bahwa manajer

termotivasi melakukan manajemen laba untuk menghindari

pelanggaran perjanjian utang. Sweeney dalam Achmad (2004)

mengindikasikan bahwa perusahaan pelanggar perjanjian

utang menggunakan akrual untuk meningkatkan laba tahun

sebelumnya. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Defond dan

Jiambalvo (1994) dalam Wulandari (2004) konsisten dengan

penelitian yang dilakukan oleh Sweeney dimana mereka

menemukan bahwa pada satu periode sebelum pelanggaran

perjanjian hutang, perusahaan akan merekayasa akrual yaitu

dengan memilih metode akuntansi yang dapat meningkatkan

laba untuk meminimalkan kerugian akibat pelanggaran

perjanjian kredit.

3. Motif politik

Motivasi politik timbul karena manajemen memanfaatkan

kelemahan akuntansi yang menggunakan estimasi akrual serta

pemilihan metode akuntansi dalam rangka menghadapi

berbagai regulasi yang dikeluarkan pemerintah. Jones (1991)

menemukan bukti bahwa produsen domestik cenderung

menurunkan laba dengan menggunakan teknik discretionary


15

accruals untuk mempengaruhi keputusan regulasi impor.

Sedangkan Naim dan Hartono (1996) dalam Sugiarto (2003)

menemukan bahwa perusahaan yang diduga melakukan praktik

monopoli melakukan manajemen laba untuk menghindari

undang – undang anti trust.

4. Motif perpajakan

Motivasi penghematan pajak menjadi motivasi yang paling

nyata. Berbagai metode akuntansi digunakan dengan tujuan

penghematan pajak pendapatan. Wulandari (2004) melakukan

penelitian tentang indikasi manajemen laba menjelang UUP

2000 pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ. Hasil

yang diperoleh menunjukkan bahwa discretionary accrual

periode setelah perubahan undang-undang lebih tinggi daripada

periode sebelumnya. Hal ini berarti bahwa dengan adanya

perubahan undang-undang perpajakan, praktik manajemen laba

tetap dilakukan. Pihak manajemen perusahaan cenderung untuk

mentransfer labanya pada periode setelah undang-undang

perpajakan karena pada periode ini tarif pajak penghasilannya

telah menurun sehingga perusahaan dapat memperoleh

penghematan pajak.

5. Pergantian CEO

Bonus plan hipotesis mempredikasi bahwa semakin mendekati

periode pensiun seorang CEO akan cenderung melakukan


16

strategi income maximization untuk meningkatkan bonus

mereka. De Angelo dan Skinner (1994) dalam Wedari (2004)

menemukan bahwa CEO akan melakukan take a bath untuk

meningkatkan probabilitas peningkatan laba dimasa

mendatang.

6. Penawaran saham perdana (IPO)

Perusahaan yang akan go public belum memiliki nilai pasar,

dan menyebabkan manajer perusahaan yang akan go public

melakukan manajemen laba dalam prospectus mereka dengan

harapan dapat menaikkan harga saham perusahaan. Sutanto

(2000) dalam wulandari (2004) menemukan bahwa perusahaan

yang melakukan IPO menggunakan discretionary accruals

untuk meningkatkan laba akuntansi yang dilaporkan pada

laporan keuangan prospektus.

Akuntansi akrual terdiri dari discretionary accruals (DA) dan non

discretionary accruals (NDA). Discretionary accruals merupakan akkrual

yang ditentukan manajemen, dimana manajer dapat memilih kebijakan

dalam hal metode dan estimasi akuntansi. Manajemen laba dapat diukur

dengan model Discretioanry accruals, karena model ini menjelaskan

bahwa manajer memiliki diskresi untuk menggunakan akuntansi akrual

sebagai alat pengelolaan laba (Jones, 1991).

Praktik manajemen laba yang dilakukan manajer melalui rekayasa

komponen akrrual yang terdapat dalam laporan keuangan perusahaan


17

dapat mengakibatkan terjadinya kesalahan dalam pengambilan keputusan

yang dapat merugikan pihak lain karena dengan adanya manajemen laba,

laporan keuangan perusahaan tidak lagi mencerminkan nilai fundamental

perusahaan.

D. Good Corporate Governance

Konsep mengenai good coorporate governance bukanlah sesuatu

yang baru, karena konsep ini telah ada dan berkembang sejak konsep

korporasi mulai diperkenalkan di Inggris sekitar pertengahan abad XIX

(Salomon, 2007). Agency Theory yang menjelaskan bagaimana hubungan

kontraktual antara pihak pemilik perusahaan (principal) yang

mendelegasikan pengambilan keputusan tertentu guna meningkatkan

kesejahteraannya dengan pihak manajemen/pengelola (agent) yang

menerima pendelegasian tersebut. Agency Theory inilah yang kemudian

memberikan landasan model teoritis yang sangat berpengaruh terhadap

konsep good corporate governance di berbagai perusahaan di seluruh

dunia. Konsep ini dirasakan menjadi sangat penting terutama dengan

semakin berkembang dan mengglobalnya bursa efek di sekitar tahun 1990-

an. Kemudian konsep ini menjadi sangat populer dan bahkan dapat

dikatakan telah menjadi isu sentral bagi kalangan pelaku usaha,

pemerintah dan juga pihak-pihak lainnya (Maksum,2005).

Good corporate governance kembali menjadi isu hangat di negara

maju terutama Amerika Serikat dan negara-negara Eropa, dengan


18

terjadinya peristiwa bangkrutnya Enron Corporation (satu dari sepuluh

perusahaan terbesar di Amerika) di tahun 2001. Keruntuhan perusahaan

tersebut dikarenakan oleh kegagalan strategi maupun praktek dari

manajemen puncak yang berlangsung tanpa terdeteksi dalam waktu yang

cukup lama karena lemahnya pengawasan yang independen dari corporate

boards (Kaihatu, 2005). Sedangkan di Asia konsep ini menjadi masalah

yang hangat dan menarik untuk dibicarakan sejak terjadinya peristiwa

penting dalam dunia ekonomi dan bisnis, antara lain peristiwa krisis

keuangan di Asia tahun 1997 – 1998. Krisis ekonomi yang terjadi

dibeberapa negara Asia tersebut salah satu penyebabnya adalah lemahnya

tata kelola perusahaan (Lastanti, 2003).

Di negara Amerika pengembangan dan realisasi konsep ini yang

ditandai dengan dipublikasikannya berbagai prinsip good corporate

governance oleh Organization for Economic Cooperation and

Development (OECD) dan diikuti pula dengan penyebarannya dengan

bekerjasama dengan Bank Dunia. Prinsip-prinsip dimaksud terdiri dari:

Fairness, Transparency, Accountability, dan Responsibility. Sedangkan di

Indonesia gerakan ke arah pembenahan kondisi corporate governance

baru dimulai di tahun 1999 dengan terbentuknya Komite Nasional

Kebijakan Corporate Governance (KNKCG atau NCCG). Namun momen

penting yang amat menentukan perjalanan konsep corporate governance

di Indonesia lebih lanjut baru terjadi di tahun 2001, yaitu dengan

tersusunnya sebuah pedoman Good Corporate Governance (Indonesian


19

Code) oleh NCCG bersama para pelaku bisnis (Maksum, 2005). Selain itu

untuk mendukung hal tersebut berbagai regulasi telah ditetapkan oleh

Bapepam dan Bursa efek yang berkaitan dengan good corporate

governance

Pandangan teori keagenan dimana terdapat pemisahan antara pihak

agen dan principal yang mengakibatkan munculnya potensi konflik

kepentingan dapat mempengaruhi kualitas laba yang dilaporkan. Pihak

manajemen yang mempunyai kepentingan tertentu akan cenderung

menyusun laporan keuangan yang sesuai dengan tujuannya dan bukan

demi kepentingan principal. Dalam kondisi ini diperlukan suatu

mekanisme pengendalian yang dapat menyejajarkan perbedaan

kepentingan antara kedua belah pihak. Mekanisme good corporate

governance memiliki kemampuan dalam kaitannya menghasilkan suatu

laporan keuangan yang memiliki kandungan informasi laba ( Boediono,

2005 ).

Menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia (2001)

corporate governance yaitu seperangkat peraturan yang mengatur

hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan,

pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan

intern dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban

mereka, atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan

mengendalikan perusahaan. Dimana tujuan dari corporate governance


20

ialah untuk mencipatakan nilai tambah bagi semua pihak yang

berkepentingan ( stakeholder ).

Definisi lain corporate governance menurut Tunggal (2002; 1)

yaitu hubungan antara stakeholder yang digunakan untuk menentukan

arah dan pengendalian kinerja suatu perusahaan. Bagaimana perusahaan

untuk memonitor dan mengendalikan keputusan dan tindakan manajer

puncak, yang disebut governance mechanism, mempengaruhi

implementasi strategi. Corporate governance yang efektif menyelaraskan

kepentingan manajer dengan pemegang saham, dapat menghasilkan nilai

yang kompetitif bagi perusahaan.

Berdasarkan pengertian – pengertian tersebut maka dapat

disimpulkan bahwa corporate governance merupakan suatu bentuk

mekanisme untuk mengatur hubungan dan meyelaraskan kepentingan

antara manajer dengan stakeholder. Mekanisme ini sangat dibutuhkan oleh

stakeholder karena dengan adanya mekanisme tersebut kepentingan

stakeholder akan terjamin karena manajemen bertindak yang terbaik untuk

kepentingan stakeholder. Selain itu corporate governance dikatakan

sebagai suatu sistem bagaimana suatu organisasi dikelola dan dikendalikan

yang antara lain mengatur mekanisme pengambilan keputusan pada

tingkat organisasi. Corporate governance mengatur pola hubungan antara

komisaris, direksi, dan manajemen agar terjadi keseimbangan dalam

pengelolaan organisasi untuk mendorong terciptanya kinerja yang

kompetitif dalam mencapai tujuan utama perusahaan.


21

Berbagai keuntungan yang diperoleh dengan penerapan good

corporate governance dapat disebut antara lain:

1) Dengan good corporate governance proses pengambilan keputusan

akan berlangsung secara lebih baik sehingga akan menghasilkan keputusan

yang optimal, dapat meningkatkan efisiensi serta terciptanya budaya kerja

yang lebih sehat. Ketiga hal ini jelas akan sangat berpengaruh positif

terhadap kinerja perusahaan, sehingga kinerja perusahaan akan mengalami

peningkatan. Berbagai penelitian telah membuktikan secara empiris bahwa

penerapan good corporate governance akan mempengaruhi kinerja

perusahaan secara positif (Jang Black dan Kim, 2003 dalam Maksum,

2005).

2) Good corporate governance akan memungkinkan dihindarinya atau

sekurang-kurangnya dapat diminimalkannya tindakan penyalahgunaan

wewenang oleh pihak direksi dalam pengelolaan perusahaan. Hal ini tentu

akan menekan kemungkinan kerugian bagi perusahaan maupun pihak

berkepentingan lainnya sebagai akibat tindakan tersebut. Chotrou (2001)

menyatakan bahwa penerapan prinsip-prinsip good corporate governance

yang konsisten akan menghalangi kemungkinan dilakukannya manajemen

laba (earnings management) yang mengakibatkan nilai fundamental

perusahaan tidak tergambar dalam laporan keuangan.


22

E. Hubungan Mekanisme Good Corporate Governance dengan Manajemen

Laba

Good Corporate Governance dikenal sebagai suatu bentuk

mekanisme yang menjamin bahwa manajemen bertindak yang terbaik bagi

kepentingan stakeholder. Dalam mekanisme corporate governance

terdapat aturan main, prosedur dan hubungan yang jelas antara pihak yang

mengambil keputusan dengan pihak yang melakukan control

(pengawasan) terhadap keputusan yang diambil (Syakhroza, 2005:27). Hal

tersebut menunjukkan bahwa corporate governance mengatur pola

hubungan antara komisaris, direksi dan manajemen agar terjadi chek and

balances dalam pengelolaan organisasi dan dengan adanya corporate

governance yang baik maka keputusan – keputusan penting perusahaan

tidak lagi hanya ditetapkan oleh satu pihak yang dominan misalnya

direksi, tetapi ditetapkan setelah mendapat masukan dari dan dengan

mempertimbangkan kepentingan berbagai pihak yang berkepentingan

(stakeholder). Dengan adanya mekanisme good corporate governance

maka dapat mengurangi tindakan opportunis manajer dalam melakukan

manajemen laba, karena adanya pengawasan dan pengendalian yang

menjadi esensi utama dari mekanisme good corporate governance.

Beberapa proksi yang sering digunakan dalam mekanisme good

corporate governance adalah kepemilikan isntitusional, kepemilikan

manajerial, komisaris independen, dan komite audit.


23

1. Kepemilikan Institusional

Institusi merupakan lembaga yang memiliki kepentingan besar

terhadap investasi yang dilakukan termasuk investasi saham. Sehingga

biasanya institusi menyerahkan tanggung jawab kepada divisi tertentu

untuk mengelola investasi perusahaan. Keberadaan institusi yang

memantau secara profesional perkembangan investasinya menyebabkan

tingkat pengendalian terhadap tindakan manajemen sangat tinggi sehingga

potensi kecurangan dapat ditekan (Lastanti, 2005)

Kepemilikan institusional memiliki kemampuan untuk mengendalikan

pihak manajemen melalui proses monitoring secara efektif sehingga dapat

mengurangi tindakan manajer dalam melakukan manajemen laba. Hal

tersebut dikarenakan investor institusional merupakan investor yang

bepengalaman dan memiliki informasi yang memadai tentang perusahaan

sehingga manipulasi laba yang disebabkan oleh adanya asimetri informasi

dapat dikurangi. Selain itu biasanya investor institusional lebih

mementingkan kinerja perusahaan jangka panjang sehingga manajer tidak

akan mempunyai insentif untuk mengatur laba sekarang. Kepemilikan

saham oleh investor instiusional dapat menjadi kendala bagi perilaku

opportunis manajemen yang memanfaatkan manajemen laba untuk

kepentingan pribadinya, yang mungkin mengakibatkan kepentingan pihak

lain terabaikan (Midiastuty, 2003). Dengan adanya kepemilikan saham

oleh investor institusional maka proses monitoring akan berjalan lebih

efektif sehingga dapat mengurangi tindakan manajer dalam hal manajemen


24

laba yang dapat merugikan kepentingan pihak lain (stakeholder). Dengan

demikan kepemilikan institusional merupakan mekanisme good corporate

governance, karena fungsi monitoring yang diberikan oleh investor

institusional dapat memastikan bahwa manajer akan bertindak yang

terbaik bagi kepentingan stakeholder.

Darmawati (2003), Veronica (2005), dan Ujiyantho (2007),

menemukan bahwa kepemilikan isntitusional tidak berpengaruh terhadap

manajemen laba. Hasil penelitian mereka sejalan dengan pandangan atau

konsep yang mengatakan bahwa institusional adalah pemilik yang lebih

memfokuskan pada current earnings (Porter, 1992 dalam Pranata dan

Mas’ud 2003). Akibatnya manajer merasa terikat untuk memenuhi target

laba dari para investor, sehingga mereka akan tetap cenderung terlibat dalam

tindakan manipulasi laba. Manajer terpaksa untuk melakukan tindakan yang

dapat meningkatkan laba jangka pendek, misalnya dengan melakukan

manipulasi laba.

Namun beberapa penelitian yang lain menunjukkan bahwa

kepemilikan institusional memiliki kemampuan untuk mempengaruhi

tindakan manajemen laba. Penelitian - penelitian tersebut telah dilakukan

oleh Cornett (2006) dalam Ujiyantho (2007), yang menyatakan bahwa

kepemilikan institusional yang besar mempunyai kesempatan,

pengetahuan dan kemampuan untuk memonitor serta mempengaruhi

manajer dalam membuat keputusan. Pengawasan perusahaan yang

dilakukan oleh investor institusional dapat mendorong manajer untuk lebih


25

fokus pada kinerja perusahaan dan mengurangi kesempatan manajer untuk

mengutamakan kepentingan pribadinya. Begitu pula penelitian yang

dilakukan oleh Midiastuty (2003), dan Suranta (2005) mereka menemukan

bahwa kepemilikan institusional mempunyai pengaruh yang negatif

signifikan terhadap manajemen laba dikarenakan investor institusional

lebih berpengalaman dibandingkan dengan investor individual. Dari

beberapa penelitian diatas maka dapat disimpulkan bahwa kepemilikan

institusional dapat menjadi mekanisme dalam mengurangi praktik

manajemen laba yang dilakukan oleh manajer karena kepemilikan

institusional memiliki kemampuan untuk mengendalikan pihak

manajemen melalui proses monitoring secara efektif sehingga dapat

mengurangi tindakan manajer dalam melakukan manajemen laba.

2.Kepemilikan Manajerial

Motivasi manajer perusahaan sangat menentukan bagaimana

tindakan manajemen laba. Motivasi yang berbeda akan menghasilkan

besaran manajemen laba yang berbeda, seperti antara manajer yang

sekaligus sebagai pemegang saham dan manajer yang tidak sebagai

pemegang saham. Dua hal tersebut akan mempengaruhi manajemen laba,

sebab kepemilikan seorang manajer akan ikut menentukan kebijakan dan

pengambilan keputusan terhadap metode akuntansi yang diterapkan pada

perusahaan yang mereka kelola (Boediono, 2005). Dengan demikian,

tindakan manajer dalam melakukan manajemen laba dapat dikurangi

karena manajer akan ikut menanggung baik dan buruknya akibat dari
26

setiap keputusan yang mereka ambil. Kepemilikan saham perusahaan oleh

manajemen dapat menyejajarkan kepentingan pemilik atau pemegang

saham dengan kepentingan manajer sehingga dapat mengurangi konflik

kepentingan yang dapat mendorong manajer melakukan manipulasi

(Jensen dan Meckling,1976). Oleh karena itu, dengan adanya kepemilikan

manajerial, maka semakin rendah kecenderungan manajer melakukan

manajemen laba. Penelitian yang dilakukan oleh Midiastuty (2003) dan

Ujiyantho (2007) mendukung hasil penelitian Jensen dan Meckling

(1976). Mereka menemukan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh

negatif terhadap manajemen laba. Kepemilikan manajerial merupakan

mekanisme corporate governance yang baik karena kepemilikan

manajerial dapat membatasi perilaku opportunistic manajer dalam bentuk

manajemen laba yang dapat merugikan kepentingan pihak lain

(stakeholder) (Suranta, 2005). Namun penelitian yang dilakukan oleh

Gabrielsen (1997) dalam Ujiyantho (2007) menemukan hasil yang positif

tetapi tidak signifikan antara kepemilikan manajerial dengan manajemen laba.

Hal tersebut disebabkan karakteristik struktur kepemilikan yang berbeda

dimana struktur kepemilikan yang diteliti oleh Gabrielsen cenderung lebih

banyak dimiliki oleh institusi. Emiten yang dianalisis termasuk

memiliki struktur kepemilikan yang terkonsentrasi pada suatu

institusi yang biasanya memiliki saham yang cukup besar yang

mencerminkan kekuasaan, sehingga mempunyai kemampuan

untuk melakukan intervensi terhadap jalannya perusahaan dan

mengatur proses penyusunan laporan keuangan. Akibatnya


27

manajer terpaksa melakukan tindakan berupa manajemen laba

demi untuk memenuhi keinginan pihak-pihak tertentu

diantaranya pemilik.

Dari beberapa penelitian diatas maka dapat disimpulkan bahwa

kepemilikan manajerial dapat mengurangi praktik manajemen laba karena

dengan adanya kepemilikan manajerial maka dapat menyejajarkan

kepentingan antara agent dan principal.

3. Komisaris Independen

Dewan komisaris merupakan organ perseroan yang bertugas

melakukan pengawasan secara umum dan atau khusus serta memberikan

nasihat kepada dewan direksi dalam menjalankan perseroan. Institusi

pengatur pihak yang berkepentingan (stakeholder) khususnya pemegang

saham adalah diwakili oleh dewan komisaris (Tunggal, 2002:33). Dewan

komisaris merupakan komponen yang penting sebagai pihak yang dapat

memecahkan masalah keagenan yang terjadi antara principal atau

pemegang saham dengan agen atau manajer.

Praktik good corporate governance mengharuskan adanya

komisaris independen dalam perusahaan yang diharapkan mampu

mendorong dan menciptakan ilkim yang lebih independen, objektif dan

menempatkan kesetaraan sebagai prinsip utama dalam memperhatikan

kepentingan pemegang saham minoritas dan stakeholder lainnya. Dengan

two tiers system yang dianut oleh sistem korporasi di Indonesia, maka

peranan para pemegang saham akan dilaksanakan oleh dewan komisaris

yang menjalankan fungsi pengendalian. Komisaris independen merupakan


28

posisi terbaik untuk melaksanakan fungsi monitoring agar tercipta

perusahaan yang good corporate governance (Ujiyantho,2007).

Keberadaan komisaris independen telah diatur Bursa Efek Jakarta

melalui peraturan BEJ tanggal 1 Juli 2000. Dikemukakan bahwa

perusahaan yang listed di Bursa harus mempunyai komisaris independen

yang secara proposional sama dengan jumlah saham yang dimiliki

pemegang saham yang minoritas (bukan controlling shareholders). Dalam

peraturan ini, persyaratan jumlah minimal komisaris independen adalah

30% dari seluruh anggota dewan komisaris. Karakteristik dewan komisaris

secara umum dan khususnya dapat menjadi suatu mekanisme yang

menentukan tindakan manajemen laba melalui peranan dewan komisaris

dalam melakukan fungsi pengawasan terhadap operasional perusahaan

oleh pihak manajemen. Komposisi dewan komisaris dapat memberikan

kontribusi yang efektif terhadap hasil dari proses penyusunan laporan

keuangan yang berkualitas atau kemungkinan terhindar dari kecurangan

laporan keuangan. Sehingga dapat dikatakan bahwa komposisi dewan

komisaris yang terdiri dari anggota luar perusahaan mempunyai

kecenderungan mempengaruhi manajemen laba (Boediono, 2005).

Penelitian yang dilakukan oleh Wedari (2004) menemukan

proporsi dewan komisaris independen mempunyai pengaruh negatif

terhadap aktivitas manajemen laba. Hasil penelitian ini juga didukung oleh

hasil penelitian Chtourou (2001), yang memberikan kesimpulan bahwa

perusahaan yang memiliki proporsi anggota dewan komisaris yang berasal


29

dari luar perusahaan atau outside director dapat mempengaruhi tindakan

manajemen laba. Sehingga, jika anggota dewan komisaris dari luar

meningkatkan tindakan pengawasan, hal ini juga akan berhubungan

dengan makin rendahnya aktivitas manajemen laba (Cornett, 2006).

Namun hasil penelitian tersebut tidak sama dengan hasil penelitian yang

didapatkan oleh Veronica (2005) yang meneliti pengaruh praktik corporate

governance terhadap manajemen laba. Praktik corporate governance yang

diteliti yaitu proporsi dewan komisaris independen. Hasil

dari penelitian ini bahwa proporsi dewan komisaris

independen tidak terbukti berpengaruh terhadap

manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan. Hal

tersebut dikarenakan pengangkatan komisaris independen

hanya dilakukan untuk pemenuhan regulasi saja tapi tidak

dimaksudkan untuk menegakkan good corporate

governance. Selain itu ketentuan minimum dewan

komisaris independen sebesar 30% mungkin belum cukup

tinggi untuk para komisaris independen dapat

mendominasi kebijakan yang diambil oleh dewan

komisaris. Suranta (2005) juga menemukan bahwa

proporsi komisaris independen tidak mempunyai pengaruh

terhadap manajemen laba. Hal tersebut mengindikasikan

bahwa komisaris independen masih dipertanyakan tingkat

independensinya.
30

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa proporsi

komisaris independen mempunyai pengaruh terhadap

praktek manajemen laba karena dengan adanya komisaris

independen maka tingkat pengawasan dapat semakin

meningkat karena independen yang dimiliki oleh dewan

komisaris.

4. Komite Audit

Pengertian komite adalah sekelompok orang yang dipilih oleh

kelompok yang lebih besar, untuk mengerjakan pekerjaan tertentu atau

untuk melakukan tugas – tugas khusus (Wedari, 2004). Komite audit

adalah subpanitia dari board of directors yang terdiri atas direktur

inpenden dari luar. Komite audit mempunyai tanggungjawab atas

pengawasan (atas nama board of directors dan pemegang saham), untuk

pelaporan luar perusahaan (mencakup laporan keuangan tahunan),

pemonitoran resiko dan proses pengendalian dan baik fungsi audit internal

maupun eksternal. Komite audit melakukan pengecekan independent atas

manajemen dan sebagai penyokong untuk pemakai luar dalam meyakinkan

bahwa laporan keuangan secara tepat menggambarkan aktivitas ekonomi

perusahaan (Tunggal, 2002:16).

Menurut Mayangsari (2003) “ Komite audit berfungsi untuk

memberikan pandangan mengenai masalah – masalah yang yang dengan

kebijakan keuangan akuntansi dan pengendalian intern “. Sedangkan

tujuan pembentukan komite audit adalah :


31

1. memastikan laporan keuangan dikeluarkan tidak menyesatkan

dan sesuai dengan praktik akuntansi yang berlaku secara umum

2. memastikan bahwa kontrol internalnya memadai

3. menindaklanjuti terhadap dugaan adanya penyimpangan yang

material dibidang keuangan dan implikasi hukumnya

4. merekomendasikan auditor eksternal

Melalui uraian diatas dapat disimpulkan bahwa komite audit

meningkatkan kredibilitas dan akuntanbilitas perusahaan melalui

pengawasan atau proses pengendalian internal, mengawasi proses audit

secara keseluruhan. Sehingga adanya komite audit memiliki konsekuensi

pada laporan keuangan yaitu berkurangnya pengungkapan akuntansi yang

tidak tepat dan berkurangnya tindakan kecurangan manajemen dan

tindakan ilegal.

Veronica (2005) menguji pengaruh keberadaan komite audit dalam

perusahaan terhadap aktivitas manajemen laba. Dari penelitian tersebut

ditemukan bahwa variabel keberadaan komite audit tidak berpengaruh

terhadap manajemen laba perusahaan. Artinya keberadaan komite audit

tidak mampu mengurangi manajemen laba yang terjadi di perusahaan. Hal

tersebut dikarenakan pengangkatan komite audit oleh perusahaan hanya

untuk pemenuhan regulasi saja tetapi tidak dimaksudkan untuk

menegakkan good corporate governance. Penelitian yang dilakukan oleh

Bachtiar (2004) menemukan bahwa komite audit memiliki hubungan yang

signifikan terhadap aktivitas manajemen laba perusahaan manufaktur di


32

Indonesia khususnya untuk periode 2001- 2002, artinya kehadiran komite

audit secara efektif menghalangi peningkatan manajemen laba di

perusahaan tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Wedari (2004)

menemukan bahwa manajemen laba pada perusahaan yang tidak

mempunyai komite audit signifikan lebih tinggi daripada perusahaan yang

tidak mempunyai komite audit. Hasil penelitian – penelitian tersebut juga

didukung oleh penemuan yang dilakukan oleh Suranta (2005), bahwa

keberadaan komite audit dapat mengurangi perilaku manajemen laba

karena komite audit berperan sebagai salah satu mekanisme good

corporate governace dalam membatasi praktik manajemen laba melalui

fungsi pengawasan yang dilakukan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa keberadaan komite

audit mempunyai pengaruh terhadap manajemen laba karena dengan

keberadaan komite audit komite audit meningkatkan kredibilitas dan

akuntanbilitas perusahaan melalui pengawasan atau proses pengendalian

internal, mengawasi proses audit secara keseluruhan. Sehingga adanya

komite audit memiliki konsekuensi pada laporan keuangan yaitu

berkurangnya pengungkapan akuntansi yang tidak tepat dan berkurangnya

tindakan kecurangan manajemen dan tindakan ilegal.


33

F. Peneltian sebelumnya.

NO Peneliti Variabel Hipotesis Hasil


1. Pratana Puspa Variabel dependen : H1a : Kepemilikan manajerial 1. Kepemilikan manajerial
Midiastuty, 1. Manajemen laba, berpengaruh terhadap manajemen berpengaruh negatif terhadap
Mas’ud Machfoedz 2. ERC ( Earning Respon laba manajemen laba
Coeficient ) H1b: Kepemilikan institusional 2. Kepemilikan institusional
Variabel independen : berpengaruh terhadap manajemen berpengaruh negatif terhadap
1. Kepemilikan laba manajemen laba
manajerial H1c : Ukuran dewan dierksi
2. Ukuran dewan direksi berpengaruh terhadap manajemen
3. Ukuran dewan direksi
3. Kepemilikan laba berpengaruh positif terhadap
institusional H2a : Kepemilikan manajerial manajemen laba
berpengaruh terhadap kualitas laba 4. Kepemilikan manajerial
H2b : Kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap
berpengaruh terhadap kualitas laba ERC
H2c : Ukuran dewan direksi 5. Kepemilikan institusional
berpengaruh terhadap kualitas laba berpengaruh positif terhadap
ERC
6. Ukuran dewan direksi tidak
berpengaruh terhadap ERC

2. Muh. Arief Ujiyanto, Variabel dependen : H1 : Kepemilikan institusional 1. Kepemilikan institusional tidak
Bambang Agus 1. Manajemen laba berpengaruh negative signifikan berpengaruh terhadap
Pramuka 2. Kinerja perusahaan terhadap manajemen laba manajemen laba
Variabel independen : H2 : Kepemilikan manajerial 2. Kepemilikan manajerial
1. Kepemilikan berpengaruh negative terhadap berpengaruh negatif tehadap
institusional manajemen laba manajemen laba
2. Kepemilikan H3 : Proporsi dewan komisaris
manajerial independen berpengaruh negative
3. Jumlah dewan komisaris
3. Jumlah dewan terhadap manajemen laba mempunai pengaruh positif
komisaris independen H4 : Ukuran dewan komisaris terhadap manajemen laba
4. Ukuran dewan berpengaruh positif terhadap 4. Ukuran dewan direksi tidak
34

komisaris manajemen laba berpengaruh terhadap


H5 : Manajemen laba berpengaruh manajemen laba
terhadap kinerja keuangan 5. Secara bersama – sama
mekanisme GCG berpengaruh
terhadap manajemen laba
6. manajemen laba tidak
berpengaruh terhadap kinerja
keuangan

3. Dr. Sylvia Veronica , Variabel dependen : H1a : Rata- rata akrual 1. Rata – rata pengelolaan laba
Dr. Sidhrata Utama 1. Manajemen laba diskresioner pada perusahaan pada perusahaan dengan
Variabel independen : dengan kepemilikan keluarga kepemilikan keluarga tinggi dan
1. Kepemilikan keluarga tinggi dan bukan perusahaan bukan perusahaan konglomerasi
2. Kepemilikan konglomerasi berbeda secara signifikan lebih tinggi
institusional dibandingkan rata – rata akrual daripada rata – rata pengelolaan
3. Ukuran perusahaan diskressioner pada perusahaan lain laba pada perusahaan lain
4. Kualitas audit H1b : Kepemilikan institusional 2. Kepemilikan institusional tidak
5. Ukuran dewan mempunyai pengaruh terhadap berpengaruh terhadap
komisaris independen akrual deskresioner manajemen laba
6. ada atau tidaknya H1c : Kapitalisasi pasar 3. Ukuran perusahaan berpengaruh
komite audit mempunyai pengaruh terhadap negatif terhadap manajemen
akrual diskresioner laba
H1d : rata – rata diskresioner
perusahaan yang diaudit oleh KAP
4. Ukuran KAP tidak berpengaruh
Big 4 berbeda dengan rata – rata terhadap manajemen laba
akrual diskresioner perusahaan 5. Proporsi dewan komisaris
yang diaudit oleh KAP Non Big 4 independen tidak berpengaruh
H1e : Proporsi dewan komisaris terhadap manajemen laba
independen mempunyai pengaruh 6. Keberadaan komite audit tidak
terhadap akrual deskresioner berpengaruh terhadap
H1f : Rata – rata akrual manajemen laba
diskresioner perusahaan yang
mempunyai komite audit berbeda
dengan rata – rata akrual
35

diskresioner perusahaan yang tidak


mempunyai komite audit
4. Deni Darmawati Variabel dependen : H1 : Terdapat hubungan yang 1. Komitmen perseroan terhadap
1. Manajemen laba negatif antara komitmen perseroan corporate governance tidak
Variabel independen : terhadap corporate governance berpengaruh terhadap
1. Komitmen Terhadap CG dengan manajemen laba manajemen laba
2. RUPS dan minority H2 : Terdapat hubungan yang 2. Kualitas pelaksanaan RUPS dan
shareholder begatif antara kualitas pelaksanaan perlakuan terhadap minority
3. Dewan komisaris RUPS dan perlakuan terhadap shareholder tidak berpengaruh
4. Struktur direksi minority shareholder dengan terhadap manajemen laba
5. Hubungan dengan manajemen laba
stakeholder H3 : Terdapat hubungan yang
3. Kualitas dewan komisaris tidak
- Transpransi dan akuntabilitas negatif antara kualitas dewan berpengaruh terhadap
- Kepemilikan institusional komisaris dengan manajemen laba manajemen laba
- Leverage ( V.Kontrol ) H4 : Terdapat hubungan yang 4. Kualitas dewan direksi tidak
- Ukuran perusahaan negatif antara kualitas dewan berpengaruh terhadap
( V.Kontrol ) direksi dengan manajemen laba manajemen laba
H5 : Terdapat hubungan negatif 5. Kualitas hubungan perusahaan
antara kualitas hubungan dengan stakeholder berpengaruh
perusahaan dengan stakeholder terhadap manajemen laba
dengan manajemen laba 6. Transparansi dan akuntanbilitas
H6 : Terdapat hubungan negative tida berpengaruh terhadap
antara transparansi dan manajemen laba
akuntanbilitas dengan manajemen 7. Kepemilikan institusional tidak
laba berpengaruh terhadap
H7 : Terdapat hubungan negative manajemen laba
antara kepemilikan investor
institusional dengan manajemen
laba
5. Dr. Sylvia Veronica , Variabel dependen : H1a : Asimetri informasi 1. Asimetri informasi mempunyai
Yanivi.S.Bachtiar 1. Manajemen laba mempunyai koefesien yang koefisien yang signifikan
2. Nilai Perusahaan signifikan 2. Kepemilikan institusional
Variabel independent : H1b : Kepemilikan institusional mempuyai koefisien yang tidak
1. Asimetri informasi mempunyai koefisien yang
36

2. institusioanl ownership H1c : Kualitas audit mempunyai signifikan


3. Ukuran komisaris koefisien yang signifikan 3. Kualitas audit mempunyai
independent H1d : Komisaris independen koefisien yang tidak signifikan
4. ada / tidak nya komite mempunyai koefisien yang 4. Komisaris independen
audit signifikan mempunyai koefisien yang
5. Debt H1e : Keberadaan komite audit tidak signifikan
6. Growth mempunyai koefisien yang 5. Keberadaan komite audit
signifikan mempunyai koefisien yang
H2a : Manajemn laba mempunyai signifikan
koefisien yang signifikan 6. Kepemilikan institusional tidak
H2b : Kualitas audit mempunyai mempunyai pengaruh terhadap
pengaruh yang signifikan terhadap manajemen laba
manajemen laba 7. Kualitas audit mempunyai
H2c : Kepemilikan institusional pengaruh yang tidak signifikan
mempunyai pengaruh yang positif tehadap manajemen laba
dan signifikan terhadap 8. Proporsi komisaris independen
manajemen laba mempunyai pengaruh yang tidak
H2d : Komisaris independent signifikan terhadap manajemen
mempunyai pengaruh yang positif laba
dan signifikan terhadap 9. Keberadaan komite audit
manajemen laba mempunyai pengaruh yang
H2e : Keberadaan komite audit signifikan terhadap manajemen
mempunyai pengaruh yang positif laba.
dan signifikan terhadap 10. Debt dan Growth, asymetry
manajemen laba information berpengaruh
signifikan terhadap manajemen
laba

6. Hamonangan Siagian, Variabel dependen : H1 : Kepemilikan manajerial 1. kepemilikan manajerial


Mas’ud Machfoedz 1. Manajemen laba secara positif berpengaruh berpengaruh negatif terhadap
2. Nilai perusahaan terhadap kualitas laba mnajemen laba
Variabel independen : H2 : Proporsi jumlah anggota 2. ukuran dewan komisaris
1. Kepemilikan dewan komisaris independent
37

manajerial secara positif berpengaruh berpengaruh negatif terhadap


2. Ukuran dewan terhadap kualitas laba manajemen laba
komisaris H3 : Keberadaan komite audit 3. Keberadaan komite audit
3. Ada atau tidaknya secara positif berpengaruh mempunyai pengaruh yang
komite audit terhadap kualitas laba negatif terhadap manajemen
4. Ukuran KAP H4 : Kualitas laba secara positif laba
berpengaruh terhadap nilai 4. ukuran KAP mempunyai
perusahaan pengaruh positif namun tidak
H5 : Mekanisme corporate signifikan
governance berpengaruh terhadap 5. kualitas laba berpengaruh positif
nilai perusahaan terhadap nilai perusahaan.

7. Gideon SB.Boediono Variabel Endogen : H1 : Mekanisme corporate 1. Kepemilikan Institusional


1. Manajemen laba governance, dalam hal ini mempunyai pengaruh yang
2. Kualitas laba kepemilikan institusioanl, positif terhadap manajemen laba
Variabel Eksogen : kepemilikan manajerial dan 2. Kepemilikan manajerial
1. Kepemilikan komposisi dewan komisaris mempunayi pengaruh yang
institusional berpengaruh baik secara bersama – postif terhadap manajemen laba
2. Kepemilikan sama mapun individual terhadap 3. Komposisi dewan komisaris
manajerial manajemen laba mempunyai pengaruh yang
3. Komposisi dewan H2 : Mekanisme corporate positif terhadap manajemen
komisaris governance, dalam hal ini laba.
kepemilikan institusioanl, 4. Kepemilikan isntitusional,
kepemilikan manajerial dan manajerial dan komposisi dewan
komposisi dewan komisaris serta komisaris mempunnyai
manajemen laba berpengaruh baik pengaruh yang positif tehadap
secara bersama – sama mapun kualitas laba.
individual terhadap kualitas laba 5. Manajemen laba mempunayi
hubungan yang positif terhadap
kualitas laba.
38

8. Edy Suranta, Pratana Variabel dependen : H1 : Komite audit berpengaruh 1. Komite audit berpengaruh
Puspa Midiastuty 1. Manajemen laba negatif dan signifikan terhadap negatif terhadap manajemen
Variabel independent : praktek manajemen laba laba
1. Komite audit H2 : Proporsi komisaris 2. Proporsi komisaris independen
2. Proporsi Komisaris independen yang semakin besar tidak berpengaruh terhadap
independen akan berpengaruh negative dan manajemen laba
3. Ukuran dewan direksi signifikan terhadap praktek
yang semakin besar manajemen laba
3. Ukuran dewan direksi
berpengaruh positif H3 : Ukuran dewan direksi yang berpengaruh positif terhadap
dan signifikan terhadap semakin besar berpengaruh positif manajemen laba
manajemen laba dan signifikan terhadap 4. Kepemilikan isntitusional
4. Kepemilikan manajemen laba berpengaruh negatif terhadap
institusional H4 : Kepemilikan institusional manajemen laba
berpengaruh negatif berpengaruh negatif dan signifikan 5. Kepemilikan manajerial
dan signifikan terhadap terhadap manajemen laba berpengaruh positif terhadap
manajemen laba H5 : Kepemilikan manajerial manajemen laba
5. Kepemilikan berpengaruh negatif dan signifikan
manajerial terhadap praktek manajemen laba
berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap
praktek manajemen
laba
9. Marihot Nasution, Variabel dependen : H1 : Komposisi dewan komisaris 1. Komposisi dewan
Doddy Setiawan 1. Manajemen laba berpengaruh terhadap manajemen komisaris berpengaruh negatif
Variabel independen : laba terhadap manajemen laba
1. Komposisi dewan H2 : Ukuran dewan komisaris 2. Ukuran dewan komisaris
komisaris berpengaruh terhadap manajemen berpengaruh positif terhadap
2. Ukuran dewan laba manajemen laba
komisaris H3: Keberadaan komite audit
3. Keberdaan komite independent berpengaruh terhadap
3. Keberadaan komite audit
audit manajemen laba berpengaruh negatif terhadap
4. Ukuran perusahaan H4 : Ukuran perusahaan manajemen laba
berpengaruh terhadap manajemen 4. ukuran perusahaan tidak
laba berpengaruh terhadap
39

manajemen laba
40

G. Kerangka Berpikir

Teori Agensi

Manajer / Agen Shareholder / Principal

Agency Problem dan Asimetri Informasi

Laporan Keuangan

Manajemen Laba

Mekanisme Good Corporate Governance


41

H. Hipotesis

Mekanisme good corporate governance yang terdiri dari kepemilikan

institusional, kepemilikan manajerial, proporsi komisaris independen, dan

keberadaan komite audit mempunyai pengaruh terhadap praktik manajemen laba

baik secara parsial maupun secara serentak.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini maka pendekatan penelitian

yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif. Dalam meneliti pengaruh

penerapan mekanisme good corporate governance terhadap akitivitas manajemen

laba perusahaan, akan dilakukan dengan alat uji statistik untuk menguji hubungan

antara variabel – variabel yang diteliti dan membuat kesimpulan berdasarkan hasil

perhitungan tersebut.

Untuk menguji beberapa variabel, yaitu proporsi komisaris independen,

komite audit, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial yang

diindikasikan mempengaruhi praktik manajemen laba maka akan digunakan

analisis regresi berganda (multiple regression analysis) yang terdapat dalam

program SPSS.

B.Populasi

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan go

public sektor manufaktur yang terdaftar di BEI sejak awal tahun 2005 dan masih

tercatat hingga akhir tahun 2006. Penelitian ini menggunakan semua populasi

yang memenuhi syarat yang ditentukan yaitu menggunakan satuan mata uang

rupiah dalam penyajian laporan keuangan serta tidak mengalami penghentian

operasi selama tahun penelitian.

41
42

Alasan memilih perusahaan manufaktur adalah karena metode untuk memisahkan

proksi tingkat akrual yang normal dari yang tidak normal kurang tepat jika

diterapkan untuk perusahaan non manufaktur karena memiliki karakteristik yang

berbeda (Dewi, 2005). Periode pengamatan diambil dari tahun 2005 karena tahun

2000 – 2004 merupakan tahun sosialisasi penerapan good corporate governance,

yaitu dengan adanya peraturan dari Bapepam yang mengharuskan perusahaan

tercatat menerapkan good corporate governance melalui surat edaran dengan

nomor SE-03/PM/2000. Sedangkan BEJ mengeluarkan peraturan yang sama

melalui surat keputusan direksi Kep 339/BEJ/07-2001 dan keputusan direksi BEJ

Nomor Kep – 305/BEJ/07-2004 yang mengatur tentang kriteria komisaris

independen.

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Manajemen laba yang merupakan suatu bentuk intervensi manajamen dalam

proses penyusunan laporan keuangan eksternal diproksikan dengan discretionary

accruals. Model yang digunakan untuk mengukur manajemen laba dalam

penelitian ini adalah modifikasi model Jones karena model ini dianggap lebih baik

diantara model yang lain untuk mengukur manajemen laba karena model ini

memisahkan antara non discretionary accrual dengan discretionray accruals.

Penggunaan discretionary accruals sebagai proksi manajemen laba dihitung

dengan menggunakan Modified Jones Model Dechow (1995) dalam Ujiyantho

(2007).
43

TAC=Nit–CFOit.……………………………………………….…....…...(1)

Nilai total accrual (TA) yang diestimasi dengan persaman regresi OLS

sebagai berikut:

TAit/Ait-1 = β1 (1 / Ait-1) + β2(ΔRevt / Ait-1 - ΔRect/ Ait-1) + β3 (PPEt / Ait)..(2)

Dengan menggunakan koefisien regresi diatas nilai non discretionary

accruals (NDA) dapat dihitung dengan rumus :

NDAit = β1 (1 / Ait-1) + β2 (ΔRevt / Ait-1 - ΔRect/ Ait-1) + β3 (PPEt / Ait-1)...(3)

Selanjutnya discretionary accrual (DA) dapat dihitung sebagai berikut:

DAit = TAit / Ait-1 – NDAit..…………….…..……..……………....(4)

Keterangan :

DAit = Discretionary Accruals perusahaan i pada periode ke t

NDAit = Non Discretionary Accruals perusahaan i pada periode ke t

TAit = Total akrual perusahaan i pada periode ke t

Nit = Laba bersih perusahaan i pada periode ke-t

CFOit = Aliran kas dari aktivitas operasi perusahaan i pada periode ke t

Ait-1 = Total aktiva perusahaan i pada periode ke t-1

ΔRevt = Perubahan pendapatan perusahaan i pada periode ke t

PPEt = Aktiva tetap perusahaan pada periode ke t

ΔRect = Perubahan piutang perusahaan i pada periode ke t

e = error

2. Kepemilikan institusional merupakan jumlah dari persentase saham yang

dimiliki oleh investor institusional. Semakin besar kepemilikan institusonal, maka


44

semakin rendah kecenderungan manajer malakukan aktivitas manajemen laba

karena adanya fungsi pengawasan yang lebih baik dari investor institusional.

3. Kepemilikan manajerial yaitu persentase saham yang dimiliki oleh manajemen

yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan (direksi dan

komisaris). Semakin besar kepemilikan manajerial semakin kecil kecenderungan

untuk melakukan manajemen laba karena adanya kesejajaran kepentingan dan

tujuan.

4. Komisaris independen adalah komisaris yang bukan merupakan anggota

manajemen, pemegang saham mayoritas, pejabat atau dengan cara lain yang

berhubungan langsung atau tidak langsung dengan pemegang saham mayoritas

dari suatu perusahaan yang mengawasi pengelolaan perusahan. Proporsi komisaris

independen merupakan perbandingan jumlah komisaris independen yang dimiliki

suatu perusahaan terhadap jumlah seluruh anggota dewan komisaris yang

dinyatakan dalam persentase. Semakin tinggi proporsi komisaris independen

maka semakin baik fungsi pengawasan terhadap manajemen, sehingga dapat

menghambat praktek manajemen laba.

5. Komite audit adalah sutau komite yang beranggotakan satu atau dua kebih

anggota komisaris independen. Keberadaan komite audit ditentukan dari ada

tidaknya komite audit dalam perusahaan. Variabel ini merupakan variabel

dummy, yaitu dengan menggunakan skala 1 untuk perusahaan yang memiliki

komite audit yang sesuai dengan peraturan BEI, sedangkan skala 0 untuk

perusahaan yang tidak memiliki komite audit yang tidak sesuai dengan peraturan

BEI.
45

D. Jenis dan sumber data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dengan rincian

sebagai berikut :

1. Untuk menghitung manajemen laba yang diproksikan dengan

discretionary accruals, data yang diperlukan adalah laporan laba rugi (laba

bersih perusahaan), laporan arus kas (arus kas bersih dari kativitas

operasi), neraca (total aktiva, perubahan pendapatan dan piutang dan

jumlah aktiva tetap).

2. Untuk menghitung variabel independen, data – data yang digunakan

adalah :

a. Kepemilikan institusional : persentase saham yang dimiliki oleh investor

institusional yang terdapat dalam laporan keuangan yaitu catatan atas

laporan keuangan

b. Kepemilikan manajerial : persentase saham yang dimiliki secara langsung

oleh manajer yang terlibat langsung dalam pengambilan keputusan

perusahaan (direksi dan komisaris).

c. Proporsi komisaris independen : jumlah komisaris independen perusahaan

yang terdapat dalam laporan keuangan perusahaan yaitu catatan atas

laporan keuangan

d. Komite audit : informasi tentang keberadaan komite audit perusahaan

yang tercantum dalam laporan keuangan perusahaan yaitu catatan atas

laporan keuangan
46

Semua data laporan keuangan dan annual report perusahaan tahun 2005 –

2006 diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD), Bursa

efek Indonesia serta website BEI yaitu www.jsx.co.id, dan website

bapepam.

E. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji

statistik untuk mengetahui adanya pengaruh mekanisme good corporate

governance terhadap manajemen laba. Pengujian terhadap hipotesis dilakukan

dengan analisis regresi linier berganda untuk mengetahui besarnya perubahan

nilai variabel terikat jika variabel bebas naik sebesar satu satuan.

Berikut ini adalah runus regresi linier berganda yang dipergunakan :

Y = a + b1X1 +b2X2+b3X3+b4X4+e

Keterangan :

Y = manejemen laba

X1 = kepemilikan institusional

X2 = kepemilikan manajerial

X3 = proporsi komisaris independen

X4 = keberadaan komite audit

e = error term

Langkah – langkah yang dilakukan dalam menganalisis data untuk

membuktikan hipotesis adalah sebagai berikut :

1. Menghitung besarnya masing – masing variabel yang dianalisis yaitu :


47

a. Menghitung besarnya tingkat total accrual, discretionary accrual, dan non

discretionary accruals dengan modifikasi model Jones yang diukur

dengan analisis Ordinary Least square (OLS)

b. Menghitung besarnya komulatif persentase saham yang dimiliki oleh

investor institusional yang memiliki saham paling sedikit sebesar 5%

c. Menghitung besarnya komulatif persentase saham yang dimiliki

manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan

perusahaan

d. Menghitung jumlah komisaris independen di sebuah perusahaan tiap tahun

dan membandingkannya dengan jumlah total dari dewan komisaris

e. Menggolongkan dan memberi nilai atas keberadaan komite audit pada

setiap perusahaan dengan ketentuan :

memiliki komite audit yang sesuai dengan peraturan BEJ =1

tidak memiliki komite audit yang sesuai dengan peraturan BEJ = 0

2. Pengujian gejala penyimpangan model regresi klasik

Dalam persamaa regresi linier berganda terdapat beberapa asumsi –

asumsi yang harus dipenuhi diantaranya :

a. Uji Normalitas

Asumsi normalitas gangguan atau error term penting sekali sebab

uji eksistensi model (Uji F) maupun uji validitas pengaruh variabel

independen dan estimasi nilai variabel dependen harus memenuhi syarat

normalitas.Apabila asumsi ini tidak terpenuhi, baik uji F maupun uji t dan

estimasi nilai variabel dependen menjadi tidak valid. Pengujian dilakukan


48

dengan melihat penyebaran titik – titik pada sumbu diagonal pada grafik.

Dasar pengambilan keputusannya jika titik – titik menyebar disekitar garis

diagonal dan mengikuti arah garis diagonal dan mengikuti arah garis

diagonal maka memenuhi asumsi normalitas. Sebaliknya jika titik – titik

menyebar menjauhi garis diagonal dan tidak mengikuti arah garis diagonal

maka persamaan regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

b. Uji multikolinieritas

Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah dalam model regresi

terdapat korelasi atau hubungan diantara variabel – variabel bebas atau

tidak Adanya multikolinearitas akan menyebabkan koefisien regresi tidak

dapat diestimasi dan interpretasi menjadi bias. Salah satu cara untuk

mendeteksi ada tidaknya masalah multikolinieritas adalah dengan melihat

VIF bila nilai VIF kurang dari 10 maka tidak terdapat gejala

multikolinieritas dan begitu pula sebaliknya.

c.Uji autokorelasi

Autokorelasi menunjukkan bahwa variabel pengganggu pada suatu

observasi tertentu berkorelasi dengan variabel pengganggu pada observasi

lainnya. Adanya autokorelasi menyebabkan penaksir tidak lagi efisien.

Salah satu pengujian terhadap gejala autokorelasi dilakukan dengan uji

Durbin-Watson, apabila Du < Dw < (4 – Du) maka tidak terjadi

autokorelasi.
49

d. Uji heterokedastisitas

Uji ini dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi

terdapat varian yang tidak sama dalam kesalahan pengganggu. Satu asumsi

penting dari model regresi linier klasik adalah bahwa gangguan yang

muncul dalam fungsi regresi adalah homokedastisitas, yaitu jika semua

kesalahan pengganggu mempunyai varians yang sama. Cara yang

digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya heterokedastisitas adalah uji

Glejser yaitu dengan meregresikan nilai absolut residual. Jika t hitung

berada diantara ± t tabel, maka tidak terjadi heterokedastisitas.

3. Melakukan Uji Hipotesis

Untuk menguji hipotesis penelitian, maka dilakukan pengujian dengan

menggunakan Uji F dan Uji t. Langkah – langkah pengujian yang dilakukan

adalah sebagai berikut :

a. Pengujian koefisien regresi serentak ( Uji F )

Uji F ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui signifikasi

pengaruh variabel independent terhadap variabel dependen secara bersama

– sama. Tahapan yang dilakukan dalam uji F ini adalah :

1. menentukan null hypothesis (Ho), yaitu :

Ho = β1 = β2 = β3 = β4 = 0

Berarti tidak ada pengaruh kepemilikan institusional, kepemilikan

manajerial, proporsi komisaris independent, keberadaan komite audit

secara simultan terhadap aktivitas manajemen laba.


50

2. menentukan besarnya level of signifikan

tingkat signifikansi (α) yang digunakan yaitu sebesar 5%

3. Menentukan signifikan tidaknya uji F

Karena pengujian ini dilakukan dengan menggunakan spss, maka

signifikan tidaknya uji F dapat dilihat dari angka signifikasi uji F. Jika

angka signifikansi uji F lebih kecil dari tingkat signifikasi pada level yang

digunakan, maka Ho ditolak sehingga H1 diterima. Artinya dengan tingkat

signifikasi tertentu, secara statistic variabel independent secara bersama –

sama memberikan pengaruh yang signifikan terhadap manajemen laba.

b. Uji t ( Uji Parsial )

Uji t digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh secara

parsial yang signifikan antara variabel bebas terhadap variabel terikat.

Tahapan yang dilakukan dalam uji t ini adalah sebagai berikut :

1. menentukan null hypothesis (Ho), yaitu :

Ho : β1 = 0

Menunjukkan bahwa kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial,

proporsi komisaris independent, keberadaan komite audit secara parsial

tidak berpengaruh terhadap aktivitas manajemen laba.

H1 : β1 ≠ 0

Menunjukkan bahwa kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial,

proporsi komisaris independent, kebradaan komite audit berpengaruh

secara parsial terhadap aktivitas manajemen laba


51

2. menentukan besarnya level of signifikan

tingkat signifikansi (α ) yang digunakan yaitu sebesar 5%

3. Menentukan signifikan tidaknya uji t

Jika angka signifikansi uji t lebih kecil dari tingkat signifikasi pada level

yang digunakan, maka Ho ditolak sehingga H1 diterima. Artinya dengan

tingkat signifikasi tertentu, secara statistic variabel independent secara

parsial memberikan pengaruh yang signifikan terhadap manajemen laba.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Populasi

1. Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia

Karaketristik utama kegiatan industri manufaktur adalah mengolah sumber

daya menjadi barang jadi melalui suatu proses pabrikasi. Oleh karena itu, aktivitas

perusahaan yang tergolong dalam kelompok industri manufaktur sekurang –

kurangnya mempunyai tiga kegiatan utama yaitu kegiatan untuk memperoleh atau

menyimpan input atau bahan baku, kegiatan pengolahan atau pabrikasi maupun

perakitan atas bahan baku menjadi barang jadi, dan kegiatan menyimpan atau

memasarkan barang jadi. Ketiga kegiatan utama tersebut harus tercermin dalam

laporan keuangan perusahaan manufaktur.

Dari segi produk yang dihasilkan, aktivitas industri manufaktur dewasa ini

mencakup berbagai jenis usaha antara lain yaitu industri dasar dan kimia yang

meliputi industri semen, industri keramik, industri porselen, industri logam,

industri kimia, industri plastic dan kemasan, industri pakan ternak. Aneka industri

yang terdiri atas industri mesin dan alat berat, industri otomotif dan

komponennya, industri perakitan, indsutri tekstil dan garmen, indsutri sepatu dan

alas kaki, dan industri barang elektronika. Industri makanan dan minuman yang

terdiri dari industri rokok, industri farmasi, dan indsutri kosmetika.

Jumlah keseluruhan perusahaan manufaktur yang go public di Indonesia

sampai dengan tahun 2007 adalah sebanyak 142 perusahaan. Jumlah emiten yang

52
53

terdaftar di Bursa Efek Indonesia sampai saat ini kurang lebih berjumlah 354

perusahaan. Sebelum tahun 2007 Bursa Efek di Indonesia belum bernama Bursa

Efek Indonesia melainkan Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya. Bursa

Efek Indonesia itu sendiri merupakan penggabungan antara Bursa Efek Jakarta

dengan Bursa Efek Surabaya.

2. Populasi Penelitian

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan go

public sektor manufaktur yang terdaftar di BEI sejak awal tahun 2005 dan masih

tercatat hingga akhir tahun 2006. Penelitian ini menggunakan semua populasi

yang memenuhi syarat yang ditentukan yaitu menggunakan satuan mata uang

rupiah dalam penyajian laporan keuangan serta tidak mengalami penghentian

operasi selama tahun penelitian. Setelah melakukan penelitian maka perusahaan

yang menjadi populasi dalam penelitian ini terdiri dari 126 perusahaan.

Perusahaan – perusahaan tersebut dapat dilihat pada lampiran 1.

B. Deskripsi Hasil Penelitian

Analisis terhadap hasil penelitian akan dilakukan terhadap variabel –

variabel penelitian ini, meliputi Discretionary Acrruals yang merupakan proxy

dari manajemen laba sebagai variabel independen, serta kepemilikan institusional,

kepemilikan manajerial, proporsi komisaris independent, serta keberadaan komite

audit yang merupakan variabel dependen. Gambaran tentang nilai discretionary

accruals, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, proporsi komisaris

independen dan keberadaan komite audit selama periode penelitian dapat dilihat
54

pada lampiran. Berdasarkan tabel perhitungan discretionary accruals seperti yang

dapat dilihat pada lampiran dapat diketahui bahwa kebanyakan dari populasi

dalam penelitian ini melakukan manajemen laba dengan pola income decreasing,

dimana terdapat 79 perusahaan yang mempunyai rata – rata discretionary accruals

bertanda negatif yang berarti bahwa perusahaan tersebut telah melakukan

manajemen laba dengan cara menurunkan laba. Sedangkan 47 perusahaan yang

mempunyai rata – rata discretionary accruals bertanda positif yang berarti

perusahaan – perusahaan tersebut telah melakukan manajemen laba dengan cara

menaikkan labanya.

C. Analisis dan Pengujian Hipotesis

1. Pengujian Asumsi Klasik

Pada model regresi linier berganda perlu dilakukan beberapa pengujian

terhadap asumsi model klasik yang meliputi uji normalitas, multikolneritas, uji

autokorelasi dan uji heterokedastisitas

a. Uji Normalitas

Asumsi normalitas gangguan atau error term penting sekali sebab uji

eksistensi model (Uji F) maupun uji validitas pengaruh variabel independen dan

estimasi nilai variabel dependen harus memenuhi syarat normalitas.Apabila

asumsi ini tidak terpenuhi, baik uji F maupun uji t dan estimasi nilai variabel

dependen menjadi tidak valid. Pengujian dilakukan dengan melihat penyebaran

titik – titik pada sumbu diagonal pada grafik. Dasar pengambilan keputusannya

jika titik – titik menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
55

diagonal dan mengikuti arah garis diagonal maka memenuhi asumsi normalitas.

Sebaliknya jika titik – titik menyebar menjauhi garis diagonal dan tidak mengikuti

arah garis diagonal maka persamaan regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

Grafik 4.1

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Dependent Variable: DTAC

1.0
Expected Cum Prob

0.8

0.6

0.4

0.2

0.0
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0
Observed Cum Prob

Dari hasil grafik normal probability plot diatas menunjukkan penyebaran

data yang berada disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal.Sehingga

dapat disimpulkan variabel berdistribusi normal.

b. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinearitas digunakan untuk menguji adanya korelasi antar

variabel independen. Metode yang digunakan untuk mendeteksi adanya

multikolinieritas dengan menggunakan nilai VIF (variance inflation factor), nilai VIF
56

lebih kecil dari angka 10 menunjukkan tidak terdapat gejala multikolinieritas antar

variabel independen. Hasil uji multikolinieritas disajikan pada tabel 4.1 berikut ini

Tabel 4.1
Hasil uji multikolinieritas
Variabel VIF Keterangan
Kepemilikan institusional 1,174 Tidak terjadi
multikolinieritas
Kepemilikan manajerial 1,181 Tidak terjadi
multikolinieritas
Proporsi Komisaris Independen 1,007 Tidak terjadi
multikolneritas
Komite Audit 1,017 Tidak terjadi
multikolinieritas

Sumber : Lampiran 18

Berdasarkan hasil pengujian pada Tabel 4.1 di atas, keempat variabel

independen yang digunakan menghasilkan VIF lebih kecil dari 10. Berdasarkan hasil

tersebut maka dapat disimpulkan tidak terdapat gejala multikolinieritas antar variabel

independen dalam model regresi yang digunakan.

c. Uji Autokorelasi

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah dalam suatu model regresi

linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t, dengan kesalahan

pada periode t-1. Jika terjadi korelasi, berarti terjadi autokorelasi. Dengan jumlah

obsevasi (n) sebanyak 252 dan variabel independen (k) sebanyak 4 variabel, pada

tabel Durbin-Watson akan diperoleh nilai batas atas (dU) = 1,810 dan batas bawah

(dL) = 1,728. Berdasarkan hasil pengujian terhadap gejala autokorelasi (lihat

lampiran), diperoleh nilai DW-hitung sebesar 1,768. Karena dihasilkan nilai

dU<DW-hitung<4-dU maka dapat disimpulkan tidak terjadi autokorelasi positif

ataupun negatif pada model regresi yang digunakan.

d. Uji Heterokedastisitas
57

Uji ini dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi terdapat

varian yang tidak sama dalam kesalahan pengganggu dan cara yang digunakan

untuk mendeteksi ada tidaknya heterokedastisitas adalah dengan uji Glejser.

Tabel 4.2
Hasil Uji Heterokedastisitas
Variabel t hitung T tabel Keterangan
Kepemilikan institusional 0,781 ± 1,96 Tidak terjadi heterokedastisitas
Kepemilikan manajerial -1,072 ± 1,96 Tidak terjadi heterokedastisitas
Proporsi komisaris independent -1,703 ± 1,96 Tidak terjadi heterokedastisitas
Komite audit -0,660 ± 1,96 Tidak terjadi heterokedastisitas
Sumber : Lampiran 18

Berdasarkan tabel 4.2 dapat dibandingkan t hitung dengan t tabel. Masing

– masing variabel memiliki t hitung yang berada diantara ± t tabel (-1.96< t

tabel<1.96). Hal ini berararti bahwa tidak terjadi heterokedastisitas dalam model

yang digunakan.

2. Pengujian Hipotesis

a. Pengujian Hipoetsis Secara Simultan (Uji F)

Uji F dilakukan untuk mengetahui signifikansi pengaruh variabel

independent terhadap variabel dependen secara bersama – sama.

Tabel 4.3
Hasil Uji F
F Hitung Sig Ho
1,310 0,267 Diterima
Sumber : Lampiran 18

Berdasarkan tabel hasil uji F diatas, dapat dilihat bahwa tingkat

signifikansi adalah sebesar 0.267 lebih besar dibadingkan dengan 0.05 maka H0

diterima dan H1a ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel independen

yang terdiri dari kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, proporsi


58

komisaris independen, dan komite audit tidak mempunyai pengaruh terhadap

aktivitas praktik manajemen laba perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.

b. Pengujian Hipotesis Secara Parsial ( Uji t )

Uji t dilakukan untuk mengetahui signifikansi variabel independen

terhadap variabel dependen secara parsial.

Tabel 4.4
Hasil Uji t
Variabel Sig Keterangan
Kepemilikan Institusional 0,621 Tidak mempunyai pengaruh

Kepemilikan Manajerial 0,111 Tidak mempunyai pengaruh


Proporsi Komisaris Independen 0,129 Tidak mempunyai pengaruh
KomiteAudit 0,889 Tidak mempunyai pengaruh
Sumber : Lampiran 18

Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa variabel kepemilikan

institusional memiliki angka signifikansi diatas 0,05 yaitu sebesar 0,621.Hal ini

berarti variabel kepemilikan institusional tidak mempunyai pengaruh terhadap

manajemen laba.Variabel kepemilikan manajerial memiliki angka signifikansi

diatas 0.05 yaitu sebesar 0,111. Hal ini berarti variabel kepemilikan manajerial

tidak mempunyai pengaruh terhadap manajemen laba.Variabel kepemilikan

institusional memiliki angka signifikansi diatas 0,05 yaitu sebesar 0,129. Hal ini

berarti variabel kepemilikan institusional tidak mempunyai pengaruh terhadap

manajemen laba.Variabel komite audit memiliki angka signifikansi diatas 0,05

yaitu sebesar 0,889. Hal ini berarti variabel kepemilikan institusional tidak

mempunyai pengaruh terhadap manajemen laba.

D. Pembahasan Hasil Penelitian


59

1. Kepemilikan Institusional

Berdasarkan hasil penelitian, rata – rata perusahaan sampel memiliki

persentase kepemilikan institusional sebesar 71,70 %. Pengujian terhadap variabel

kepemilikan isntitusional menunjukkan hasil yang tidak signifikan. Dengan

demikian kepemilikan institusional tidak mempunyai pengaruh terhadap

manajemen laba. Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan

Jensen (1976), dan Pranata dan Mas’ud (2003) yang menemukan adanya

pengaruh negatif signifikan. Namun hasil penelitian ini mendukung hasil

penelitian yang dilakukan oleh Darmawati (2003), Veronica (2005), dan

Ujiyantho (2007). Hasil penelitian ini sejalan dengan pandangan atau konsep yang

mengatakan bahwa institusional adalah pemilik yang lebih memfokuskan pada

current earnings (Porter, 1992 dalam Pranata dan Mas’ud 2003). Akibatnya

manajer terpaksa untuk melakukan tindakan yang dapat meningkatkan laba jangka

pendek, misalnya dengan melakukan manipulasi laba. Pandangan yang sama juga

dikemukakan oleh Cornett (2006) dalam Ujiyantho (2007) yang menyatakan

bahwa kepemilikan institusional akan membuat manajer merasa terikat untuk

memenuhi target laba dari para investor, sehingga mereka akan tetap cenderung

terlibat dalam tindakan manipulasi laba. Emiten yang dianalisis termasuk

memiliki struktur kepemilikan yang terkonsentrasi pada suatu

institusi yang biasanya memiliki saham yang cukup besar yang

mencerminkan kekuasaan, sehingga mempunyai kemampuan

untuk melakukan intervensi terhadap jalannya perusahaan dan

mengatur proses penyusunan laporan keuangan. Akibatnya


60

manajer terpaksa melakukan tindakan berupa manajemen laba

demi untuk memenuhi keinginan pihak-pihak tertentu.

2. Kepemilikan Manajerial

Kepemilikan manajerial diindikasi dapat mengatasi masalah keagenan

karena kepemilikan saham oleh pihak manajemen perusahaan dapat

menyejajarkan kepentingan antara manajemen dengan pemegang saham. Hal ini

dapat mengurangi konflik kepentingan yang mendorong manajemen melakukan

manipulasi, sehingga dengan adanya kepemilikan manajerial maka semakin kecil

kecenderungan manajemen melakukan manajemen laba. Namun dalam penelitian

ini tidak ditemukan cukup bukti bahwa kepemilikan manajerial mempunyai

pengaruh terhadap manajemen laba, karena memiliki angka signifikansi lebih

besar dari 0,05. Hal ini mungkin disebabkan jumlah kepemilikan manajerial untuk

perusahaan yang listing di BEI relatif lebih sedikit dengan kepemilikan

institusional. Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh

Midiastuty (2003) dan Ujiyantho (2007). Namun hasil penelitian ini mendukung

hasil penelitian yang dilakukan oleh Gabrielsen (1997) dalam Ujiyantho (2007)

menemukan hasil yang positif tetapi tidak signifikan antara kepemilikan manajerial

dengan manajemen laba. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pada

praktiknya meskipun kompensasi yang diberikan kepada manajer melalui

kepemilikan saham bukan berarti tidak mungkin terjadi manipulasi yang berupa

manajemen laba. Selain itu hasil penelitin ini menunjukkan suatu indikasi bahwa

kepemilikan manajerial memiliki kepentingan tersendiri dengan praktek manajemen

laba yang dilakukan oleh perusahaan dan kepentingan tersebut kemungkinan sejalan

dengan kepentingan para manajer. Menurut Scott (2003), manajer juga perlu
61

melakukan manajemen laba karena tindakan tersebut dapat meningkatkan utilitas dan

fleksibilitas manajer dalam menghadapi kontrak kompensasi yang tidak sempurna

dengan pemilik perusahaan, kontrak kompensasi yang efisien dengan karyawan atau

tenaga kerja. Selain itu dengan manajemen laba maka kepentingan manajemen akan

terlindungi dari perilaku oportunistik pemilik ( principal ), dan juga menguntungkan

perusahaan dalam melakukan kontrak – kontrak efisien dengan kreditor.Misalnya jika

pada suatu saat perusahaan melaporkan laba negatif atau menurun para kreditor bisa

saja menghentikan pinjamannya, tidak memberikan tambahan pinjaman, atau

membiarkan modal kerja dan ekuitas perusahaan jatuh pada level terendah sehingga

mereka bisa mengakuisisinya dengan nilai yang rendah. Untuk menghindarinya

manajer perlu melakukan manajemen laba yaitu dengan menaikkan laba. Namun

tindakan manajemen laba harus dilakukan sesuai dengan pilihan metode – metode

akuntansi yang diperkenankan dan tidak dilakukan secara agresif (Lako, 1997; 70).

3. Proporsi Komisaris Independen

Berdasarkan perhitungan statistik deskriptif, diketahui bahwa rata – rata

proporsi komisaris independen yang dimiliki oleh perusahaan dalam peneitian ini

adalah sebesar 38,05%. Jika dibandingkan dengan peraturan BEI yang

menetapkan batas minimal proporsi komisaris independen sebesar 30% dapat

disimpulkan cukup tingginya komisaris independen rata – rata perusahaan yang

menjadi populasi dalam penelitian ini.

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa proporsi komisaris

independen memiliki tingkat signifikansi yang lebih besar dari 0,05 maka proporsi

komisaris independen tidak mempunyai pengaruh terhadap manajemen laba. Hasil

penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Wedari
62

(2004) dan Suranta (2005) yang menemukan hasil proporsi komisaris independen

mempunyai pengaruh terhadap manajemen laba. Namun hasil penelitian ini

mendukung hasil penelitian Veronica (2005) yang juga menemukan bahwa

proporsi komisaris independen tidak mempunyai pengaruh terhadap manajemen

laba. Hal tersebut mungkin dikarenakan bahwa pengangkatan komisaris

independen oleh perusahaan mungkin hanya untuk pemenuhan regulasi saja,

selain itu ketentuan minimum dewan komisaris independen sebesar 30% mungkin

belum cukup tinggi untuk menyebabkan para komisaris independen tersebut dapat

mendominasi kebijakan yang diambil oleh dewan komisaris dan mungkin dapat

lebih efektif dalam menjalankan peran monitoring perusahaan. Kondisi ini

didukung oleh survai Asian Development Bank bahwa kuatnya kendali

pendiri perusahaan dan kepemilikan saham mayoritas menjadikan

dewan komisaris tidak independen dan fungsi pengawasan yang

seharusnya menjadi tanggung jawabnya menjadi tidak efektif. Ada

kemungkinan penempatan atau penambahan anggota dewan dari luar

perusahaan hanya sekedar memenuhi ketentuan formal, sementara

pemegang saham mayoritas (pengendali/ founders) masih memegang

peranan penting sehingga kinerja dewan tidak meningkat bahkan bisa

menurun.Hal tersebut dapat juga terjadi karena kondisi pasar modal Indonesia

yang memiliki ciri utama terkonsentrasi pada kelompok tertentu mengakibatkan

pemegang saham mayoritas memiliki akses yang besar untuk mempengaruhi

keputusan manajerial (Surya, 2008:57).

4 . Komite Audit
63

Sebagai sub komite dari dewan komisaris, komite audit bertanggung

jawab memberikan evaluasi yang independen terhadap pelaporan keuangan

perusahaan. Mekanisme pengawasan yang dilakukan terhadap manajemen ini

diindikasikan mampu menghambat praktek manajemen laba. Namun dalam

penelitian ini tidak ditemukan cukup bukti bahwa komite audit memiliki pengaruh

terhadap manajemen laba karena variabel ini memiliki angka signifikansi yang

lebih besar dari 0,05. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian dari

Veronica ( 2005) yang juga menemukan bahwa komite audit tidak mempunyai

pengaruh terhadap manajemen laba.

Hal tersebut menurut Veronica (2005), keberadaan komite audit oleh

perusahaan mungkin hanya dilakukan untuk pemenuhan regulasi saja tetapi tidak

dimaksudkan untuk menegakkan good corporate governance dalam perusahaan.

Hal tersebut didukung oleh sebuah riset yang dilakukan oleh The Indonesian

Institute for Corporate Governance terhadap 52 perusahaan publik, dimana

sekitar 65% perusahaan publik menyatakan menerapkan corporate governance

karena memang regulasi mengharuskannya (Surya, 2008:61). Selain itu

keberadaan saja tidak cukup untuk mengukur efektivitas pengawasan komite audit

terhadap pihak manajemen, karena terdapat beberapa karakteristik yang

mempengaruhi efektivitas komite audit dalam menjalankan fungsi monitoring

seperti ukuran atau jumlah anggota, independensi, dan frekuensi pertemuan

komite audit, dan kompetensi dari komite audit itu sendiri (Sulistyanto,

2008;157).
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis secara parsial diketahui bahwa

kepemilikan institusional tidak mempunyai pengaruh terhadap manajemen laba

2. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis secara parsial diketahu bahwa

kepemilikan manajerial tidak mempunyai pengaruh terhadap manajemen laba

3. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis secara parsial diketahu bahwa proporsi

komisaris independen tidak mempunyai pengaruh terhadap manajemen laba

4. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis secara parsial diketahu bahwa komite

audit tidak mempunyai pengaruh terhadap manajemen laba

B. Saran

Untuk mengembangkan dan menyempurnakan penelitian tentang pengaruh

penerapan mekanisme good corporate governance terhadap praktik manajemen

laba, maka penulis mengajukan beberapa saran yaitu :

1. Penelitian selanjutnya bisa dilakukan dengan menggunakan sampel dari berbagai

kategori industri, dimana model perhitungan akrual tetap bisa dilakukan. Dengan

pengambilan sampel yang berasal dari berbagai ketegori industri diharapkan hasil

analisis akan memiliki tingkat generalisasi yang lebih besar.

2. Penelitian selanutnya juga diharapkan untuk memperpanjang periode atau

rentang waktu penelitian. Dengan adanya penggunaan periode yang lebih

diharapkan pengukuran terhadap trend manajemen laba oleh perusahaan bisa lebih

akurat.

65
DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Komaruddin, dkk. 2007. Investigasi Motivasi dan Strategi Manajemen


Laba pada Perusahaan Piblik di Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi
X. UnhasMakasar : 26 – 27 Juli 2007

Bachtiar, Yanivi dan Veronica, Sylvia. 2005. Corporate Governance, Information


Asymetri and Earning Management. Jurnal Akuntansi Dan Keuangan

Boediono, Gideon SB. Kualitas Laba : Studi Pengaruh Mekanisme Corporate


Governance dan Dampak Manajemen Laba dengan Menggunakan Analisis
Jalur. Makalah Simposium Akuntansi Nasional VIII. Solo: 15 – 16
September 2005.

Chtourou, SM, J, Berdar, dan L, Corteau. 2001. Corportae Governance and


Earning Management. Working Paper. Http : // ssrn. Pp 1- 35

Darmawati, Deni. 2003. Corporate Governance dan Manajemen Laba : Suatu


Studi Empiris. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol 5, No 1

Dewi, Rosiyana. 2003. Dampak Manajemen Laba terhadap Kualitas Laba dan
Reakasi Pasar. Konferensi Nasional Akuntansi

FCGI. 2001. Peranan Dewan Komisaris dan Komite Audit dalam Pelaksanaan
Corporate Governance. Jakarta: Forum for Corporate Governance in
Indonesia.

Healy, P.M. 1985. The Effect of Bonus Schemes on Accounting Decisions.


Journal of Accounting and Economics 7, pp. 85 – 107.

Halim, Julia . dkk. 2005. Pengaruh Manajemen Laba Pada Tingkat Pengungkapan
Laporan Keuangan Pada Perusahaan Manufaktur yang termasuk dalam LQ-
45. Makalah Simposium Nasional Akuntansi VIII. Solo: 15 – 16 September
2005.
Ikatan Akuntansi Indonesia. 2004. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta :
Salemba Empat

Jensen, Michael C, dan Meckling, William. Theory of the Firm: Managerial


Behavior,Agency Costs and Ownership Structure. Journal of Financial
Economics, October, 1976, V. 3, No. 4, pp. 305-360.

Jones, Jennifer J. 1991. Earning Management During Import Relief investigations.


Journal of Accounting Research, Vol 29 No 2 Autum

66
67

Kaihatu, Thomas S. 2005. Good Corporate Governance dan Penerapannya di


Indonesia. http://www.petra.ac.id/puslit/journals/dir.php (diakses 22
Februari 2008)

Lako, Andreas.2007. Laporan Keuangan dan Konflik Kepentingan. Jakarta :


Amara Books

Lastanti, Hexana Sri. 2005. Hubungan Struktur Corporate Governance dengan


Kinerja Perusahaan dan Reaksi Pasar. Konferensi Nasional Akuntansi

Maksum, Azhar. 2005. Tinjauan atas Good Corporate Governance di Indonesia.


Pidato pengukuhan Guru Besar Tetap Bidang Akuntansi FEUSU.Medan 17
November 2005.

Midiastuty, Pratana dan M. Machfoedz. 2003. Analisis Hubungan Mekanisme


Corporate Governannce dan Indikasi Manajemen Laba. Makalah Simposium
Nasional Akuntansi VI. Surabaya

Mayangsari, Sekar. 2003. Analisis Pengaruh Independensi, Kualitas Audit, serta


Mekanisme Corporate Governance terhadap Integritas Laporan Keuangan.
Makalah Simposium Nasional Akuntansi VI. Surabaya : 16 – 17 Oktober
2003.

Munawir. 1983. Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta : Liberty

Rahmawati, dkk. 2006. Pengaruh Asimetri Informasi terhadap Praktek


Manajemen Laba pada perusahaan Perbankan Publik yang terdaftar di Bursa
Efek Jakarta. Makalah Simposium Nasional Akuntansi IX. Padang: 23 -26
Agustus 2006.

Scott, R. 2000. Financial Accounting Theory. Prentice Hall Canada Inc: Second
Edition

Sulistyanto, Sri.2008. Manajemen Laba : Teori dan Model Empiris. Jakarta :


Grasindo

Surya, Indra dan Yustiavandana, Ivan. 2008. Penerapan Good Corporate


Governance. Jakarta : Kencana Prenada Media Group

Sugiarto, Sopa. 2003. Perataan Laba dalam Mengantisipasi Laba Masa Depan
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Simposium
Nasional Akuntansi VI. Surabaya : 16 – 17 Oktober 2007
68

Solomon, J., dan Solomon, A. 2004. Corporate Governance and Accountability,


John Wiley & Sons, Ltd.

Syakhroza, Akhmad. 2005. Corporate Governance; sejarah dan perkembangan,


Teori, Model dan Sistem Governance serta aplkasinya pada perusahaan
BUMN. Pidato pengukuhan Guru Besar Tetap Bidang Akuntnasi
FEUI.Depok 5 Maret 2005.

Suharli. Michell. 2005. Earning Management: Konsep, Penelitian, dan


Implikasinya terhadap Praktek Akuntansi. Balance, Vol 2 Maret 2005

Suranta, Edy dan Midiastuty, Pratana Puspa. 2005. Pengaruh Good Corporate
Governance Terhadap Praktek Manajemen Laba. Konferensi Nasional
Akuntansi.

Trihendardi, Cornelius. 2006. Kupas Tuntas Analisis Regresi. Yogyakarta : Andi

Tunggal, Syahputra Iman dan Tunggal, Wijdaja Amin. 2002. Memahami Konsep
Corporate Governance. Jakarta: Hervarindo

Utomo, Yuni Prihadi. 2007. Eksplorasi Data dan Analisi Regresi dengan SPSS.
Surakarta: Universitas Muhammadiyah Press

Ujiyantho, Arief dan Pramuka, Bambang Agus. 2007. Mekanisme Corporate


Governance, Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan. Makalah Simposium
Nasional Akuntansi X. Unhas Makasar: 26 – 28 Juli 2007.

Veronica, Sylvia Dr dan Utama, Sidharta Dr. 2005. Pengaruh Struktur


kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan Praktek Corporate Governance
terhadap Pengelolaan Laba (Earning Management). Makalah Simposium
Nasional Akuntansi VIII. Solo: 15 – 16 September 2005

Wulandari, Deni dan Kumalahadi, Prasetyo, Januar Eko.2004. Indikasi


Manajemen Laba Menjelang Undang – Undang Perpajakan 2000 Pada
Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta. Simposium
Nasional Akuntansi VII, Denpasar

Wedari, Linda Kusumaning. 2004. Analisis Pengaruh Proporsi Dewan Komisaris


dan Keberadaan Komite Audit terhadap Aktivitas Manajemen Laba.
Makalah Simposium Nasional Akuntansi VII. Bali:2-3 Desember 2004.
69

Widyaningdyah, Agnes Utari. 2001. Analisis Faktor – Faktor yang Berpengaruh


terhadap Earning Management pada Perusahaan Go Public di Indonesia.
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol 3, No 2, November
70

Lampiran 1
45 PT.Surya Dumai Industri
No Nama Perusahaan 46 PT.Tirta Mahakam Resources
1 PT.Ades Waters Indonesia 47 PT.Fajar Surya Wisesa
2 PT.Aqua Golden Missisipi 48 PT.Surabaya Agung Industry Pulp
3 PT.Cahaya Kalbar 49 PT.AKR Corporindo
4 PT.Davomas Abadi 50 PT.Budi Acid Jaya
5 PT.Delta Djakarta 51 PT.Colorpack Indonesia
6 PT.Fast Food Indonesia 52 PT.Eterindo Wahanatama
7 PT.Indofood Sukses Makmur 53 PT.Lautan Luas
8 PT.Mayora Indah 54 PT.Polysindo Eka Perkasa
9 PT.Multi Bintang Indonesia 55 PT.Duta Pertiwi Nusantara
10 PT.Pionerindo Gourmet Internasional 56 PT.Intanwijaya Internasional
11 PT.Prasidha Aneka Niaga 57 PT.Resources Alam Indonesia
12 PT.Sekar Laut 58 PT.Aneka Kemasindo
13 PT.Siantar Top 59 PT.Argha Karya Prima Industri
14 PT.Sieerad Produce 60 PT.Asahimas Flat Glass
15 PT.SMART 61 PT.Asiaplast Industries
16 PT.Suba Indah 62 PT.Berlina
17 PT.Tiga Pilar Sejahtera 63 PT.Dynaplast
18 PT.Tunas Baru Lampung 64 PT.Fatrapolindo Nusa Industri
19 PT.Ultra Jaya Milk 65 PT.Kageo Igar Jaya
20 PT.BAT 66 PT.Langgeng Makmur Plastik
21 PT.Bentoel Internasional Investama 67 PT.Lapindo International
22 PT.Gudang Garam 68 PT.Siwani Makmur
23 PT.HM Sampoerna 69 PT.Tria Sentosa
24 PT.Argo Pantes 70 PT.Holcim Indonesia
25 PT.Eratex Djaja 71 PT.Indocement Tunggal Perkasa
26 PT.Panasia Filament Inti 72 PT.Semen Gresik
27 PT.Panasia Indosyntec 73 PT.Betonjaya Manunggal
28 PT.Roda Vivatex 74 PT.Indal Alumunium Industry
29 PT.Sunson Textile Manufacture 75 PT.Jakarta Kyoei Steel Works
PT.Textile Manufacturing Company 76 PT.Jaya Pari Steel Works
30 Jaya
77 PT.Lion Mesh Prima
31 PT.APAC Citra Contertex
78 PT.Lioan Metal Works
32 PT.Delta Dunia Petroindo
79 PT.Pelangi Indah Canindo
33 PT.Ever Shine Textile Industry
80 PT.Tembaga Mulia Semanan
34 PT.Fortune Mate Indonesia
81 PT.Tira Austenite
35 PT.Hanson International
82 PT.Kedawung Indah Can
36 PT.Karwell Indonesia
83 PT.Kedawung Setia Industrial
37 PT.Pan Brothres Tex
84 PT.Arwana Citramulia
38 PT.Primarindo Asia Infrastructure
85 PT.Intikeramik Alamasri Industry
39 PT.Ricky Putra Globalindo
86 PT.Mulia Industrindo
40 PT.Sepatu Bata
87 PT.Surya Toto Indonesia
41 PT.Surya Intrindo Makmur
88 PT.GT Kabel Indonesia
42 PT.Barito Pasific Timber
89 PT.Jembo Cable Company
43 PT.Daya Sakti Unggul Corporation
90 PT.Kabelindo Murni
44 PT.Sumalindo Lestari Jaya
91 PT.Sucaco
71

92 PT.Sumi Indo Kabel


93 PT.Astra Graphia
94 PT.Metrodata Electronics
95 PT.Multipolar Corporation
96 PT.Astra International
97 PT.Astra Otoparts
98 PT.Branta Mulia
99 PT.Gajah Tunggal
100 PT.Goodyear Indonesia
101 PT.Hexindo Adiperkasa
102 PT.Indomobil Sukses International
103 PT.Indospring
104 PT.Intraco Penta
105 PT.Multi Prima Sejahtera
106 PT.Nippress
107 PT.Polychem Indonesia
108 PT.Prima Alloy Steel
109 PT.Selamat Sempurna
110 PT.Sugi Samapersada
111 PT.Tunas Ridean
112 PT.United Tractors
113 PT.Interdelta
114 PT.Modern Foto Film Company
115 PT.Perdana Bangun Pusaka
116 PT.Bristol Myers Squibb Indonesia
117 PT.Darya Varia Laboratoria
118 PT.Indofarma
119 PT.Kimia Farma
120 PT.Merck
121 PT.Pyridam Farma
122 PT.Schering Plough Indonesia
123 PT.Tempo scan pasific
124 PT.Mandom Indonesia
125 PT.Mustika Ratu
126 PT.Unilever Indonesia
72

Lampiran 2
Net Income
( dalam jutaan rupiah )

No Nama Perusahaan 2,005 2,006


1 PT.Ades Waters Indonesia (119,256) (128,794)
2 PT.Aqua Golden Missisipi 64,350 48,854
3 PT.Cahaya Kalbar (21,594) 15,291
4 PT.Davomas Abadi 90,069 196,277
5 PT.Delta Djakarta 56,405 43,284
6 PT.Fast Food Indonesia 41,291 68,929
7 PT.Indofood Sukses Makmur 124,018 661,210
8 PT.Mayora Indah 45,730 93,576
9 PT.Multi Bintang Indonesia 87,014 73,581
10 PT.Pionerindo Gourmet Internasional 4,658 (1,851)
11 PT.Prasidha Aneka Niaga 118,433 11,847
12 PT.Sekar Laut 91,602 4,637
13 PT.Siantar Top 10,637 14,426
14 PT.Sieerad Produce (122,480) 40,954
15 PT.SMART 304,203 628,005
16 PT.Suba Indah (328,969) (51,925)
17 PT.Tiga Pilar Sejahtera 35 130
18 PT.Tunas Baru Lampung 6,219 52,884
19 PT.Ultra Jaya Milk 4,528 14,732
20 PT.BAT 19,082 (62,123)
21 PT.Bentoel Internasional Investama 108,166 145,510
22 PT.Gudang Garam 1,889,646 1,007,822
23 PT.HM Sampoerna 2,383,066 3,530,490
24 PT.Argo Pantes (214,141) (17,823)
25 PT.Eratex Djaja (16,412) (6,050)
26 PT.Panasia Filament Inti (34,179) (42,785)
27 PT.Panasia Indosyntec 87,003 345
28 PT.Roda Vivatex 21,134 34,578
29 PT.Sunson Textile Manufacture (50,369) (15,509)
30 PT.Textile Manufacturing Company Jaya (143,668) (32,651)
31 PT.APAC Citra Contertex (94,912) 3,951
32 PT.Delta Dunia Petroindo 3,427 2,231
33 PT.Ever Shine Textile Industry (9,205) (51,483)
34 PT.Fortune Mate Indonesia (4,566) 2,658
35 PT.Hanson International (14,427) (92,107)
36 PT.Karwell Indonesia 1,361 (74,430)
37 PT.Pan Brothres Tex 10,301 9,748
38 PT.Primarindo Asia Infrastructure (12,604) 4,946
39 PT.Ricky Putra Globalindo 37,461 38,226
40 PT.Sepatu Bata 25,086 20,161
41 PT.Surya Intrindo Makmur (14,775) (10,526)
42 PT.Barito Pasific Timber 686,842 7,191
43 PT.Daya Sakti Unggul Corporation (50,726) (24,069)
44 PT.Sumalindo Lestari Jaya 12,847 (53,109)
45 PT.Surya Dumai Industri (130,746) (59,014)
73

46 PT.Tirta Mahakam Resources 10,110 1,286


47 PT.Fajar Surya Wisesa 5,828 101,728
48 PT.Surabaya Agung Industry Pulp (601,188) 18,260
49 PT.AKR Corporindo 119,289 128,084
50 PT.Budi Acid Jaya 2,281 20,678
51 PT.Colorpack Indonesia 7,865 7,670
52 PT.Eterindo Wahanatama (2,098) 9,990
53 PT.Lautan Luas 52,425 29,677
54 PT.Polysindo Eka Perkasa (841,805) (25,430)
55 PT.Duta Pertiwi Nusantara 4,477 (2,625)
56 PT.Intanwijaya Internasional 11,590 (4,630)
57 PT.Resources Alam Indonesia (3,971) (26,791)
58 PT.Aneka Kemasindo 1,485 121
59 PT.Argha Karya Prima Industri 11,276 14,582
60 PT.Asahimas Flat Glass 212,553 (17,220)
61 PT.Asiaplast Industries (4,346) 66
62 PT.Berlina 3,222 (5,447)
63 PT.Dynaplast 20,610 (6,678)
64 PT.Fatrapolindo Nusa Industri (57,135) (32,039)
65 PT.Kageo Igar Jaya 13,778 9,964
66 PT.Langgeng Makmur Plastik 130,314 3,313
67 PT.Lapindo International (3,479) 1,105
68 PT.Siwani Makmur 2,204 1,090
69 PT.Tria Sentosa 16,429 25,942
70 PT.Holcim Indonesia (334,081) 175,945
71 PT.Indocement Tunggal Perkasa 739,686 592,802
72 PT.Semen Gresik 1,002 1,296
73 PT.Betonjaya Manunggal 1,750 818
74 PT.Indal Alumunium Industry (20,774) 12,539
75 PT.Jakarta Kyoei Steel Works 10,621 5,563
76 PT.Jaya Pari Steel Works 34,084 26,796
77 PT.Lion Mesh Prima 4,107 2,667
78 PT.Lioan Metal Works 19,023 20,642
79 PT.Pelangi Indah Canindo 1,774 1,880
80 PT.Tembaga Mulia Semanan (17,211) 24,477
81 PT.Tira Austenite 2,963 6,319
82 PT.Kedawung Indah Can (10,164) (14,819)
83 PT.Kedawung Setia Industrial (7,398) 1,815
84 PT.Arwana Citramulia 35,419 28,254
85 PT.Intikeramik Alamasri Industry 6,855 2,763
86 PT.Mulia Industrindo (792,946) (509,864)
87 PT.Surya Toto Indonesia 62,884 79,705
88 PT.GT Kabel Indonesia 25,608 50,382
89 PT.Jembo Cable Company (2,044) 593
90 PT.Kabelindo Murni 14,127 10,508
91 PT.Sucaco 56,798 51,643
92 PT.Sumi Indo Kabel 23,749 44,374
93 PT.Astra Graphia 36,067 55,565
94 PT.Metrodata Electronics 16,307 20,776
95 PT.Multipolar Corporation 60,718 45,159
74

96 PT.Astra International 5,457,285 3,712,097


97 PT.Astra Otoparts 279,027 282,058
98 PT.Branta Mulia 119,496 18,314
99 PT.Gajah Tunggal 346,835 118,401
100 PT.Goodyear Indonesia (6,690) 25,397
101 PT.Hexindo Adiperkasa 97,771 39,428
102 PT.Indomobil Sukses International 38,358 1,248
103 PT.Indospring (5,837) 2,172
104 PT.Intraco Penta 17,998 7,066
105 PT.Multi Prima Sejahtera (11,305) (939)
106 PT.Nippress 3,069 8,039
107 PT.Polychem Indonesia 41,937 (266,964)
108 PT.Prima Alloy Steel 4,600 (2,761)
109 PT.Selamat Sempurna 65,737 66,175
110 PT.Sugi Samapersada (8,499) 344
111 PT.Tunas Ridean 142,732 22,211
112 PT.United Tractors 1,050,729 930,372
113 PT.Interdelta (1,432) 501
114 PT.Modern Foto Film Company (37,027) 1,555
115 PT.Perdana Bangun Pusaka (698) (830)
116 PT.Bristol Myers Squibb Indonesia 9,048 43,172
117 PT.Darya Varia Laboratoria 71,576 52,509
118 PT.Indofarma 9,550 15,241
119 PT.Kimia Farma 52,827 43,990
120 PT.Merck 57,700 86,538
121 PT.Pyridam Farma 1,328 1,729
122 PT.Schering Plough Indonesia (854) (2,493)
123 PT.Tempo scan pasific 296,825 272,584
124 PT.Mandom Indonesia 92,865 101,118
125 PT.Mustika Ratu 8,510 9,096
126 PT.Unilever Indonesia 1,440,485 1,721,595

Lampiran 3

Arusk Kas Operasi


75

( dalam jutaan rupiah )

No Nama Perusahaan 2005 2006


1 PT.Ades Waters Indonesia (132,642) (129,172)
2 PT.Aqua Golden Missisipi 98,105 56,660
3 PT.Cahaya Kalbar 276 53,339
4 PT.Davomas Abadi 322,540 59,577
5 PT.Delta Djakarta 39,588 18,106
6 PT.Fast Food Indonesia 96,808 165,957
7 PT.Indofood Sukses Makmur 800,678 1,486,053
8 PT.Mayora Indah 157,011 24,389
9 PT.Multi Bintang Indonesia 144,525 166,742
10 PT.Pionerindo Gourmet Internasional 9,906 5,873
11 PT.Prasidha Aneka Niaga 8,590 5,132
12 PT.Sekar Laut 2,525 3,416
13 PT.Siantar Top 5,096 13,927
14 PT.Sieerad Produce (18,265) (2,789)
15 PT.SMART 150,007 375,602
16 PT.Suba Indah (44,939) (15,046)
17 PT.Tiga Pilar Sejahtera (15,656) (1,877)
18 PT.Tunas Baru Lampung 219,646 364,181
19 PT.Ultra Jaya Milk 35,661 106,878
20 PT.BAT 78,796 (85,162)
21 PT.Bentoel Internasional Investama 121,744 (115,043)
22 PT.Gudang Garam 1,582,618 1,905,618
23 PT.HM Sampoerna 2,058,731 3,538,693
24 PT.Argo Pantes 39,274 2,536
25 PT.Eratex Djaja 48,743 37,729
26 PT.Panasia Filament Inti 340 3,643
27 PT.Panasia Indosyntec 30,540 12,398
28 PT.Roda Vivatex 63,179 40,361
29 PT.Sunson Textile Manufacture (14,327) 16,743
PT.Textile Manufacturing Company
30 Jaya (3,379) 58,636
31 PT.APAC Citra Contertex 88,972 116,870
32 PT.Delta Dunia Petroindo (147,280) 16,331
33 PT.Ever Shine Textile Industry (19,087) (2,395)
34 PT.Fortune Mate Indonesia (18,000) 2,900
35 PT.Hanson International 103,448 104,960
36 PT.Karwell Indonesia (20,053) 29,082
37 PT.Pan Brothres Tex (16,648) (76,926)
38 PT.Primarindo Asia Infrastructure (4,900) 3,393
39 PT.Ricky Putra Globalindo 10,306 11,540
40 PT.Sepatu Bata 52,278 86,644
41 PT.Surya Intrindo Makmur 639 1,940
42 PT.Barito Pasific Timber (308,806) (244,016)
43 PT.Daya Sakti Unggul Corporation 7,639 31,298
44 PT.Sumalindo Lestari Jaya 52,616 (69,477)
45 PT.Surya Dumai Industri 21,943 (35,337)
46 PT.Tirta Mahakam Resources (132,819) 71,851
76

47 PT.Fajar Surya Wisesa 100,367 88,767


48 PT.Surabaya Agung Industry Pulp 5,014 (4,544)
49 PT.AKR Corporindo 60,050 237,284
50 PT.Budi Acid Jaya 64,066 166,584
51 PT.Colorpack Indonesia (18,345) (15,190)
52 PT.Eterindo Wahanatama (1,444) (16)
53 PT.Lautan Luas (64,582) 43,467
54 PT.Polysindo Eka Perkasa (99,503) (881,327)
55 PT.Duta Pertiwi Nusantara 5,297 7,568
56 PT.Intanwijaya Internasional (10,051) 19,858
57 PT.Resources Alam Indonesia 5,401 5,408
58 PT.Aneka Kemasindo 5,160 (4,328)
59 PT.Argha Karya Prima Industri 146,142 102,950
60 PT.Asahimas Flat Glass 222,832 52,449
61 PT.Asiaplast Industries 2,854 19,216
62 PT.Berlina 20,635 21,961
63 PT.Dynaplast 92,682 82,348
64 PT.Fatrapolindo Nusa Industri (11,647) (3,949)
65 PT.Kageo Igar Jaya 30,283 28,197
66 PT.Langgeng Makmur Plastik 47 6,106
67 PT.Lapindo International (3,758) 501
68 PT.Siwani Makmur 6,905 361
69 PT.Tria Sentosa (27,805) 149,346
70 PT.Holcim Indonesia 210,438 452,822
71 PT.Indocement Tunggal Perkasa 1,321,765 1,195,325
72 PT.Semen Gresik 1,223,051 1,594,060
73 PT.Betonjaya Manunggal 1,940 (322)
74 PT.Indal Alumunium Industry (33,879) (83,399)
75 PT.Jakarta Kyoei Steel Works 20,810 14,765
76 PT.Jaya Pari Steel Works 62,839 (47,642)
77 PT.Lion Mesh Prima (547) 979
78 PT.Lioan Metal Works 15,645 26,486
79 PT.Pelangi Indah Canindo 15,454 (33,956)
80 PT.Tembaga Mulia Semanan 46,887 (292,797)
81 PT.Tira Austenite 901 24,377
82 PT.Kedawung Indah Can 1,242 (3,620)
83 PT.Kedawung Setia Industrial 18,272 28,783
84 PT.Arwana Citramulia 58,622 39,030
85 PT.Intikeramik Alamasri Industry 46,998 23,732
86 PT.Mulia Industrindo 181,293 114,912
87 PT.Surya Toto Indonesia 45,675 99,309
88 PT.GT Kabel Indonesia 6,687 16,255
89 PT.Jembo Cable Company 24,018 (2,409)
90 PT.Kabelindo Murni 11,599 3,846
91 PT.Sucaco 14,931 132,142
92 PT.Sumi Indo Kabel 15,097 50,034
93 PT.Astra Graphia 109,560 135,003
94 PT.Metrodata Electronics 74,039 11,796
95 PT.Multipolar Corporation 431,306 509,294
96 PT.Astra International (2,221,958) 9,020,067
77

97 PT.Astra Otoparts 189,883 268,303


98 PT.Branta Mulia 136,744 189,866
99 PT.Gajah Tunggal 247,324 298,192
100 PT.Goodyear Indonesia 41,770 61,169
101 PT.Hexindo Adiperkasa (245,242) 122,953
102 PT.Indomobil Sukses International (955,992) (51,934)
103 PT.Indospring 6,407 (64,567)
104 PT.Intraco Penta (1,320) (54,476)
105 PT.Multi Prima Sejahtera (7,270) (2,592)
106 PT.Nippress 17,509 (544)
107 PT.Polychem Indonesia 288,952 (93,693)
108 PT.Prima Alloy Steel 34,063 57,253
109 PT.Selamat Sempurna 153,724 74,242
110 PT.Sugi Samapersada 1,237 7,944
111 PT.Tunas Ridean (429,847) 284,614
112 PT.United Tractors 997,022 1,721,743
113 PT.Interdelta (2,765) 1,688
114 PT.Modern Foto Film Company 84,289 99,174
115 PT.Perdana Bangun Pusaka 4,424 (3,268)
116 PT.Bristol Myers Squibb Indonesia (1,253) 45,718
117 PT.Darya Varia Laboratoria 74,205 59,093
118 PT.Indofarma (54,871) 73,152
119 PT.Kimia Farma 30,596 140,243
120 PT.Merck 38,992 91,417
121 PT.Pyridam Farma 1,574 (2,704)
122 PT.Schering Plough Indonesia (11,640) (13,580)
123 PT.Tempo scan pasific 297,704 234,893
124 PT.Mandom Indonesia 92,357 90,108
125 PT.Mustika Ratu 11,720 2,333
126 PT.Unilever Indonesia 1,664,158 2,174,808

Lampiran 4

Perubahan pendapatan

( dalam jutaan rupiah )

No Nama Perusahaan 2005 2006


78

1 PT.Ades Waters Indonesia 18,197 (8,708)


2 PT.Aqua Golden Missisipi 230,009 102,459
3 PT.Cahaya Kalbar 73,101 150,349
4 PT.Davomas Abadi 88,715 535,691
5 PT.Delta Djakarta 79,248 (35,996)
6 PT.Fast Food Indonesia 138,970 248,023
7 PT.Indofood Sukses Makmur 846,122 3,176,908
8 PT.Mayora Indah 328,058 265,329
9 PT.Multi Bintang Indonesia 141,702 38,388
10 PT.Pionerindo Gourmet Internasional (6,445) (6,729)
11 PT.Prasidha Aneka Niaga 117,840 132,020
12 PT.Sekar Laut 29,529 26,645
13 PT.Siantar Top (70,860) (86,491)
14 PT.Sieerad Produce 71,601 (313,981)
15 PT.SMART 382,105 51,576
16 PT.Suba Indah (210,504) (181,215)
17 PT.Tiga Pilar Sejahtera 1,536 103,483
18 PT.Tunas Baru Lampung 29,626 (26,637)
19 PT.Ultra Jaya Milk 165,407 123,498
20 PT.BAT 146,087 (138,284)
21 PT.Bentoel Internasional Investama (2,049,957) 820,336
22 PT.Gudang Garam 555,653 1,491,952
23 PT.HM Sampoerna 7,013,344 4,885,045
24 PT.Argo Pantes (49,836) (4,185)
25 PT.Eratex Djaja 102,025 52,754
26 PT.Panasia Filament Inti 35,444 (83,615)
27 PT.Panasia Indosyntec (226,822) (77,184)
28 PT.Roda Vivatex (20,225) (17,688)
29 PT.Sunson Textile Manufacture 19,479 (30,294)
PT.Textile Manufacturing Company
30 Jaya (91,509) (4,493)
31 PT.APAC Citra Contertex 137,036 (86,422)
32 PT.Delta Dunia Petroindo 202,432 92,482
33 PT.Ever Shine Textile Industry (8,519) (1,074)
34 PT.Fortune Mate Indonesia (40,934) 21,927
35 PT.Hanson International 31,560 (4,890)
36 PT.Karwell Indonesia 136,756 (446,973)
37 PT.Pan Brothres Tex 793,794 325,107
38 PT.Primarindo Asia Infrastructure 12,069 96,040
39 PT.Ricky Putra Globalindo 91,142 104,411
40 PT.Sepatu Bata (6,009) (6,287)
41 PT.Surya Intrindo Makmur (16,947) 61,436
42 PT.Barito Pasific Timber (460,030) (367,002)
43 PT.Daya Sakti Unggul Corporation (35,863) (88,589)
44 PT.Sumalindo Lestari Jaya 55,545 (125,112)
45 PT.Surya Dumai Industri (20,660) (190,271)
46 PT.Tirta Mahakam Resources 179,276 (225,005)
47 PT.Fajar Surya Wisesa 79,459 186,590
48 PT.Surabaya Agung Industry Pulp 119,525 25,683
49 PT.AKR Corporindo 640,329 1,142,501
79

50 PT.Budi Acid Jaya 95,073 48,287


51 PT.Colorpack Indonesia 94,970 79,631
52 PT.Eterindo Wahanatama 300,594 (11,164)
53 PT.Lautan Luas 460,942 246,731
54 PT.Polysindo Eka Perkasa 1,110,926 75,283
55 PT.Duta Pertiwi Nusantara 3,412 5,532
56 PT.Intanwijaya Internasional (1,462) (40,463)
57 PT.Resources Alam Indonesia (56,769) (51,533)
58 PT.Aneka Kemasindo 3,181 (3,159)
59 PT.Argha Karya Prima Industri 102,201 112,769
60 PT.Asahimas Flat Glass 262,053 (177,769)
61 PT.Asiaplast Industries 22,660 (102,900)
62 PT.Berlina 12,597 26,509
63 PT.Dynaplast 144,746 116,593
64 PT.Fatrapolindo Nusa Industri 39,658 24,641
65 PT.Kageo Igar Jaya 64,027 (27,655)
66 PT.Langgeng Makmur Plastik 25,117 8,270
67 PT.Lapindo International (9,233) 2,376
68 PT.Siwani Makmur 12,851 1,726
69 PT.Tria Sentosa 177,586 126,377
70 PT.Holcim Indonesia 649,110 (24,402)
71 PT.Indocement Tunggal Perkasa 976,847 732,975
72 PT.Semen Gresik 1,464,648 1,195,651
73 PT.Betonjaya Manunggal 8,589 2,853
74 PT.Indal Alumunium Industry 2,963 84,077
75 PT.Jakarta Kyoei Steel Works 22,852 15,668
76 PT.Jaya Pari Steel Works (2,269) (37,448)
77 PT.Lion Mesh Prima 14,964 (24,860)
78 PT.Lioan Metal Works 17,728 14,429
79 PT.Pelangi Indah Canindo 57,538 16,273
80 PT.Tembaga Mulia Semanan 1,045,936 1,044,128
81 PT.Tira Austenite 55,354 27,814
82 PT.Kedawung Indah Can 5,223 (18,052)
83 PT.Kedawung Setia Industrial 88,324 (457,179)
84 PT.Arwana Citramulia 92,241 35,671
85 PT.Intikeramik Alamasri Industry 36,215 (20,799)
86 PT.Mulia Industrindo 146,816 (253,939)
87 PT.Surya Toto Indonesia 143,009 114,292
88 PT.GT Kabel Indonesia 450,965 267,451
89 PT.Jembo Cable Company 67,208 19,898
90 PT.Kabelindo Murni 154,898 4,958
91 PT.Sucaco 368,539 122,840
92 PT.Sumi Indo Kabel 447,859 490,416
93 PT.Astra Graphia 73,196 73,577
94 PT.Metrodata Electronics 243,136 332,376
95 PT.Multipolar Corporation 4,983,799 1,609,645
96 PT.Astra International 16,807,726 (6,223,500)
97 PT.Astra Otoparts 1,558,417 (481,100)
98 PT.Branta Mulia 292,318 (264,162)
99 PT.Gajah Tunggal (1,964,576) 627,727
80

100 PT.Goodyear Indonesia 107,156 107,381


101 PT.Hexindo Adiperkasa 427,741 (27,581)
102 PT.Indomobil Sukses International 292,713 (1,620,581)
103 PT.Indospring 127,395 (41,307)
104 PT.Intraco Penta 142,505 (160,190)
105 PT.Multi Prima Sejahtera 4,567 (14,095)
106 PT.Nippress 50,627 41,325
107 PT.Polychem Indonesia (523,281) (699,409)
108 PT.Prima Alloy Steel 146,858 57,558
109 PT.Selamat Sempurna 130,669 19,485
110 PT.Sugi Samapersada (16,183) (5,663)
111 PT.Tunas Ridean 1,449,567 (932,881)
112 PT.United Tractors 4,385,269 438,321
113 PT.Interdelta 1,723 281
114 PT.Modern Foto Film Company (107,243) (341,985)
115 PT.Perdana Bangun Pusaka 2,830 (3,202)
116 PT.Bristol Myers Squibb Indonesia (54,779) 76,960
117 PT.Darya Varia Laboratoria 113,641 36,233
118 PT.Indofarma (5,482) 342,636
119 PT.Kimia Farma (109,556) 373,282
120 PT.Merck 13,005 101,255
121 PT.Pyridam Farma 5,671 21,697
122 PT.Schering Plough Indonesia 20,724 (8,971)
123 PT.Tempo scan pasific 126,421 231,249
124 PT.Mandom Indonesia 104,152 46,867
125 PT.Mustika Ratu (35,782) 18,289
126 PT.Unilever Indonesia 1,007,313 1,343,106

Lampiran 5

Perubahan piutang

( dalam jutaan rupiah )

No Nama Perusahaan 2005 2006


1 PT.Ades Waters Indonesia 10,844 (1,324)
2 PT.Aqua Golden Missisipi 47,870 90,637
3 PT.Cahaya Kalbar 7,263 6,342
81

4 PT.Davomas Abadi (982) 49,712


5 PT.Delta Djakarta 47,787 34,378
6 PT.Fast Food Indonesia 577 569
7 PT.Indofood Sukses Makmur 198,388 (79,189)
8 PT.Mayora Indah 11,009 110,834
9 PT.Multi Bintang Indonesia 17,773 (13,674)
10 PT.Pionerindo Gourmet Internasional 1,317 (1,326)
11 PT.Prasidha Aneka Niaga 4,570 483
12 PT.Sekar Laut 1,230 (61)
13 PT.Siantar Top (13,633) (820)
14 PT.Sieerad Produce 7,302 4,638
15 PT.SMART 74,856 15,676
16 PT.Suba Indah (16,938) (3,013)
17 PT.Tiga Pilar Sejahtera 20,401 3,939
18 PT.Tunas Baru Lampung (90,421) 38,201
19 PT.Ultra Jaya Milk 18,441 4,362
20 PT.BAT 10,298 9,501
21 PT.Bentoel Internasional Investama (43,616) 28,366
22 PT.Gudang Garam 229,642 490,303
23 PT.HM Sampoerna 158,043 (105,117)
24 PT.Argo Pantes 28,338 9,383
25 PT.Eratex Djaja 5,362 4,254
26 PT.Panasia Filament Inti (3,955) (17,044)
27 PT.Panasia Indosyntec 9,154 6,066
28 PT.Roda Vivatex (4,975) (6,371)
29 PT.Sunson Textile Manufacture 23,897 (13,649)
PT.Textile Manufacturing Company
30 Jaya (11,109) 285
31 PT.APAC Citra Contertex (62,058) 50,857
32 PT.Delta Dunia Petroindo (11,618) 24,695
33 PT.Ever Shine Textile Industry (2,151) (4,143)
34 PT.Fortune Mate Indonesia (4,288) 4,878
35 PT.Hanson International (2,226) (2,195)
36 PT.Karwell Indonesia 18,187 (42,878)
37 PT.Pan Brothres Tex 97,391 62,021
38 PT.Primarindo Asia Infrastructure 3,609 3,874
39 PT.Ricky Putra Globalindo 26,175 8,543
40 PT.Sepatu Bata (40) (8,740)
41 PT.Surya Intrindo Makmur (12,392) 18,742
42 PT.Barito Pasific Timber (1,459) (27,263)
43 PT.Daya Sakti Unggul Corporation (221) (11,611)
44 PT.Sumalindo Lestari Jaya (6,054) 38,334
45 PT.Surya Dumai Industri 4,880 (3,721)
46 PT.Tirta Mahakam Resources 43,462 (82,904)
47 PT.Fajar Surya Wisesa 22,819 45,919
48 PT.Surabaya Agung Industry Pulp 28,825 (17,111)
49 PT.AKR Corporindo 425,398 41,515
50 PT.Budi Acid Jaya 23,452 (61,286)
51 PT.Colorpack Indonesia 17,903 22,963
52 PT.Eterindo Wahanatama (30,667) 16,185
82

53 PT.Lautan Luas 98,547 102,418


54 PT.Polysindo Eka Perkasa 20,714 147,967
55 PT.Duta Pertiwi Nusantara (17,156) (2,705)
56 PT.Intanwijaya Internasional (2,778) (13,898)
57 PT.Resources Alam Indonesia (14,104) (35,897)
58 PT.Aneka Kemasindo (616) 4,104
59 PT.Argha Karya Prima Industri 8,182 9,282
60 PT.Asahimas Flat Glass (30,250) 8,712
61 PT.Asiaplast Industries (2,135) (2,952)
62 PT.Berlina 856 4,068
63 PT.Dynaplast 20,625 33,679
64 PT.Fatrapolindo Nusa Industri (23,836) 14,827
65 PT.Kageo Igar Jaya 4,574 (517)
66 PT.Langgeng Makmur Plastik 37,675 16,079
67 PT.Lapindo International 7,715 (1,816)
68 PT.Siwani Makmur 4,910 (4,042)
69 PT.Tria Sentosa 90,401 (37,528)
70 PT.Holcim Indonesia 29,332 38,587
71 PT.Indocement Tunggal Perkasa 111,028 63,395
72 PT.Semen Gresik 226,112 (51,468)
73 PT.Betonjaya Manunggal (2,891) 6,242
74 PT.Indal Alumunium Industry 29,949 17,500
75 PT.Jakarta Kyoei Steel Works (15,615) 2,353
76 PT.Jaya Pari Steel Works (45,015) 62,957
77 PT.Lion Mesh Prima 811 1,334
78 PT.Lioan Metal Works (1,134) 2,061
79 PT.Pelangi Indah Canindo (5,370) 3,519
80 PT.Tembaga Mulia Semanan 115,509 87,514
81 PT.Tira Austenite 7,902 5,586
82 PT.Kedawung Indah Can 1,541 (2,254)
83 PT.Kedawung Setia Industrial 11,202 20,956
84 PT.Arwana Citramulia 22,679 30,626
85 PT.Intikeramik Alamasri Industry (13,751) 1,211
86 PT.Mulia Industrindo (44,167) (75,994)
87 PT.Surya Toto Indonesia 28,387 30,864
88 PT.GT Kabel Indonesia 57,053 63,606
89 PT.Jembo Cable Company 7,994 43,734
90 PT.Kabelindo Murni 29,887 (6,613)
91 PT.Sucaco 79,361 (81,436)
92 PT.Sumi Indo Kabel 97,547 (20,509)
93 PT.Astra Graphia 12,441 16,578
94 PT.Metrodata Electronics 97,406 (2,616)
95 PT.Multipolar Corporation (27,756) 123,512
96 PT.Astra International 1,438,666 (643,311)
97 PT.Astra Otoparts 107,065 (28,813)
98 PT.Branta Mulia 4,295 (81,591)
99 PT.Gajah Tunggal 100,213 (26,478)
100 PT.Goodyear Indonesia (7,981) 15,459
101 PT.Hexindo Adiperkasa 5,627 61,907
102 PT.Indomobil Sukses International 2,647 16,408
83

103 PT.Indospring 18,991 (7,124)


104 PT.Intraco Penta (4,568) 446
105 PT.Multi Prima Sejahtera 285 1,132
106 PT.Nippress 7,522 12,031
107 PT.Polychem Indonesia (136,420) (11,763)
108 PT.Prima Alloy Steel 69,334 41,493
109 PT.Selamat Sempurna 8,348 34,228
110 PT.Sugi Samapersada (3,633) (7,142)
111 PT.Tunas Ridean 452,289 26,427
112 PT.United Tractors 940,120 (317,524)
113 PT.Interdelta (769) (8)
114 PT.Modern Foto Film Company (55,042) 17,039
115 PT.Perdana Bangun Pusaka (1,063) 2,217
116 PT.Bristol Myers Squibb Indonesia (6,252) 8,602
117 PT.Darya Varia Laboratoria 31,144 13,397
118 PT.Indofarma 41,945 69,419
119 PT.Kimia Farma 18,913 (13,313)
120 PT.Merck 2,221 11,359
121 PT.Pyridam Farma 2,709 4,618
122 PT.Schering Plough Indonesia 10,149 (15,779)
123 PT.Tempo scan pasific 37,915 24,288
124 PT.Mandom Indonesia 11,924 18,179
125 PT.Mustika Ratu (6,639) 6,105
126 PT.Unilever Indonesia (37,900) 196,120

Lampiran 6

Aktiva tetap

( dalam jutaan rupiah )

No Nama Perusahaan 2005 2006


1 PT.Ades Waters Indonesia 147,330 180,112
2 PT.Aqua Golden Missisipi 287,735 259,610
3 PT.Cahaya Kalbar 131,396 83,649
4 PT.Davomas Abadi 1,109,255 1,592,619
5 PT.Delta Djakarta 129,736 121,275
6 PT.Fast Food Indonesia 86,949 112,205
7 PT.Indofood Sukses Makmur 6,041,763 6,440,524
8 PT.Mayora Indah 732,053 738,125
84

9 PT.Multi Bintang Indonesia 340,460 376,774


10 PT.Pionerindo Gourmet Internasional 22,300 20,026
11 PT.Prasidha Aneka Niaga 145,729 135,784
12 PT.Sekar Laut 28,580 25,853
13 PT.Siantar Top 240,075 239,295
14 PT.Sieerad Produce 548,958 447,080
15 PT.SMART 1,335,673 1,642,346
16 PT.Suba Indah 110,795 103,868
17 PT.Tiga Pilar Sejahtera 207,028 186,448
18 PT.Tunas Baru Lampung 570,464 787,451
19 PT.Ultra Jaya Milk 786,798 790,208
20 PT.BAT 143,408 138,494
21 PT.Bentoel Internasional Investama 360,124 560,160
22 PT.Gudang Garam 7,314,532 6,841,100
23 PT.HM Sampoerna 2,399,467 2,390,868
24 PT.Argo Pantes 1,411,050 1,421,908
25 PT.Eratex Djaja 108,921 112,940
26 PT.Panasia Filament Inti 392,295 450,187
27 PT.Panasia Indosyntec 686,762 656,882
28 PT.Roda Vivatex 296,512 470,755
29 PT.Sunson Textile Manufacture 516,929 494,741
PT.Textile Manufacturing Company
30 Jaya 270,126 201,622
31 PT.APAC Citra Contertex 1,668,629 1,576,771
32 PT.Delta Dunia Petroindo 517,977 488,734
33 PT.Ever Shine Textile Industry 220,741 176,117
34 PT.Fortune Mate Indonesia 37,358 31,459
35 PT.Hanson International 410,873 449,689
36 PT.Karwell Indonesia 50,155 34,254
37 PT.Pan Brothres Tex 61,089 125,050
38 PT.Primarindo Asia Infrastructure 28,780 24,289
39 PT.Ricky Putra Globalindo 134,819 190,185
40 PT.Sepatu Bata 68,446 68,222
41 PT.Surya Intrindo Makmur 57,947 52,994
42 PT.Barito Pasific Timber 314,736 236,096
43 PT.Daya Sakti Unggul Corporation 176,221 158,363
44 PT.Sumalindo Lestari Jaya 745,356 910,953
45 PT.Surya Dumai Industri 405,742 363,067
46 PT.Tirta Mahakam Resources 349,871 158,544
47 PT.Fajar Surya Wisesa 2,345,404 2,765,224
48 PT.Surabaya Agung Industry Pulp 1,921,961 2,002,059
49 PT.AKR Corporindo 803,553 1,002,838
50 PT.Budi Acid Jaya 575,210 630,731
51 PT.Colorpack Indonesia 10,835 10,144
52 PT.Eterindo Wahanatama 1,265 1,134
53 PT.Lautan Luas 475,495 527,490
54 PT.Polysindo Eka Perkasa 4,433,969 3,865,702
55 PT.Duta Pertiwi Nusantara 16,911 15,167
56 PT.Intanwijaya Internasional 42,585 36,746
57 PT.Resources Alam Indonesia 10,397 11,592
85

58 PT.Aneka Kemasindo 24,440 31,583


59 PT.Argha Karya Prima Industri 836,956 814,395
60 PT.Asahimas Flat Glass 843,019 849,066
61 PT.Asiaplast Industries 209,356 204,967
62 PT.Berlina 188,294 202,438
63 PT.Dynaplast 698,914 716,984
64 PT.Fatrapolindo Nusa Industri 239,865 210,323
65 PT.Kageo Igar Jaya 85,997 75,557
66 PT.Langgeng Makmur Plastik 171,454 158,086
67 PT.Lapindo International 19,143 19,273
68 PT.Siwani Makmur 19,531 19,866
69 PT.Tria Sentosa 1,413,514 1,422,393
70 PT.Holcim Indonesia 6,085,542 5,906,379
71 PT.Indocement Tunggal Perkasa 7,811,939 7,679,069
72 PT.Semen Gresik 3,419,589 3,162,919
73 PT.Betonjaya Manunggal 14,435 12,755
74 PT.Indal Alumunium Industry 71,982 62,818
75 PT.Jakarta Kyoei Steel Works 48,125 47,523
76 PT.Jaya Pari Steel Works 24,070 21,896
77 PT.Lion Mesh Prima 10,757 11,200
78 PT.Lioan Metal Works 17,433 16,516
79 PT.Pelangi Indah Canindo 106,047 95,239
80 PT.Tembaga Mulia Semanan 129,761 111,937
81 PT.Tira Austenite 50,996 84,067
82 PT.Kedawung Indah Can 83,944 72,622
83 PT.Kedawung Setia Industrial 141,759 199,822
84 PT.Arwana Citramulia 263,014 347,865
85 PT.Intikeramik Alamasri Industry 459,489 304,455
86 PT.Mulia Industrindo 2,403,795 2,264,489
87 PT.Surya Toto Indonesia 468,248 449,408
88 PT.GT Kabel Indonesia 88,535 70,283
89 PT.Jembo Cable Company 95,055 99,688
90 PT.Kabelindo Murni 164,882 169,852
91 PT.Sucaco 175,024 162,069
92 PT.Sumi Indo Kabel 169,853 146,120
93 PT.Astra Graphia 140,887 137,308
94 PT.Metrodata Electronics 35,124 31,382
95 PT.Multipolar Corporation 1,932,840 2,150,230
96 PT.Astra International 11,495,558 13,030,347
97 PT.Astra Otoparts 798,249 719,140
98 PT.Branta Mulia 742,770 687,877
99 PT.Gajah Tunggal 3,178,874 3,185,429
100 PT.Goodyear Indonesia 111,855 115,196
101 PT.Hexindo Adiperkasa 200,104 352,771
102 PT.Indomobil Sukses International 507,424 578,595
103 PT.Indospring 149,028 216,490
104 PT.Intraco Penta 57,703 49,143
105 PT.Multi Prima Sejahtera 2,370 1,796
106 PT.Nippress 110,692 118,008
107 PT.Polychem Indonesia 2,704,451 2,573,588
86

108 PT.Prima Alloy Steel 125,698 120,964


109 PT.Selamat Sempurna 246,071 259,035
110 PT.Sugi Samapersada 12,929 13,454
111 PT.Tunas Ridean 484,406 507,645
112 PT.United Tractors 4,307,775 5,191,454
113 PT.Interdelta 5,240 3,896
114 PT.Modern Foto Film Company 264,281 237,031
115 PT.Perdana Bangun Pusaka 27,944 26,503
116 PT.Bristol Myers Squibb Indonesia 47,782 56,060
117 PT.Darya Varia Laboratoria 107,466 104,042
118 PT.Indofarma 98,435 89,495
119 PT.Kimia Farma 411,316 403,826
120 PT.Merck 47,022 46,284
121 PT.Pyridam Farma 58,544 59,526
122 PT.Schering Plough Indonesia 23,302 30,375
123 PT.Tempo scan pasific 592,773 615,316
124 PT.Mandom Indonesia 240,982 303,087
125 PT.Mustika Ratu 53,034 52,281
126 PT.Unilever Indonesia 1,495,659 1,724,663

Lampiran 7

Total Aktiva tahun sebelumnya

(dalam jutaan rupiah)

No Nama Perusahaan 2004 2005


1 PT.Ades Waters Indonesia 106,554 210,052
2 PT.Aqua Golden Missisipi 671,109 732,354
3 PT.Cahaya Kalbar 289,741 328,249
4 PT.Davomas Abadi 1,577,951 1,746,895
5 PT.Delta Djakarta 455,244 537,785
6 PT.Fast Food Indonesia 321,984 377,905
7 PT.Indofood Sukses Makmur 15,673,356 14,786,084
8 PT.Mayora Indah 1,280,645 1,459,969
9 PT.Multi Bintang Indonesia 553,081 575,385
10 PT.Pionerindo Gourmet Internasional 84,440 76,412
11 PT.Prasidha Aneka Niaga 179,603 284,336
87

12 PT.Sekar Laut 112,336 94,436


13 PT.Siantar Top 470,177 477,444
14 PT.Sieerad Produce 1,254,009 1,157,773
15 PT.SMART 3,972,684 4,597,227
16 PT.Suba Indah 1,008,292 838,121
17 PT.Tiga Pilar Sejahtera 342,438 357,786
18 PT.Tunas Baru Lampung 1,352,092 1,451,439
19 PT.Ultra Jaya Milk 1,300,240 1,254,444
20 PT.BAT 699,607 681,787
21 PT.Bentoel Internasional Investama 1,956,823 1,842,317
22 PT.Gudang Garam 20,591,389 22,128,851
23 PT.HM Sampoerna 11,699,265 11,934,600
24 PT.Argo Pantes 1,759,150 1,954,646
25 PT.Eratex Djaja 297,188 298,199
26 PT.Panasia Filament Inti 709,778 693,615
27 PT.Panasia Indosyntec 1,113,478 1,036,533
28 PT.Roda Vivatex 321,769 364,828
29 PT.Sunson Textile Manufacture 923,895 898,039
PT.Textile Manufacturing Company
30 Jaya 598,619 525,499
31 PT.APAC Citra Contertex 2,581,651 2,399,773
32 PT.Delta Dunia Petroindo 830,457 924,454
33 PT.Ever Shine Textile Industry 543,566 589,887
34 PT.Fortune Mate Indonesia 98,992 146,994
35 PT.Hanson International 713,330 753,108
36 PT.Karwell Indonesia 514,619 492,063
37 PT.Pan Brothres Tex 127,785 390,216
38 PT.Primarindo Asia Infrastructure 80,841 86,678
39 PT.Ricky Putra Globalindo 297,377 417,333
40 PT.Sepatu Bata 260,735 305,779
41 PT.Surya Intrindo Makmur 135,141 130,829
42 PT.Barito Pasific Timber 3,339,810 2,290,291
43 PT.Daya Sakti Unggul Corporation 415,115 396,039
44 PT.Sumalindo Lestari Jaya 1,163,351 1,242,449
45 PT.Surya Dumai Industri 771,294 676,689
46 PT.Tirta Mahakam Resources 808,567 856,924
47 PT.Fajar Surya Wisesa 2,628,415 2,881,808
48 PT.Surabaya Agung Industry Pulp 2,225,462 2,121,633
49 PT.AKR Corporindo 1,692,907 1,979,763
50 PT.Budi Acid Jaya 940,653 978,597
51 PT.Colorpack Indonesia 82,470 107,668
52 PT.Eterindo Wahanatama 489,392 469,923
53 PT.Lautan Luas 1,426,798 1,608,866
54 PT.Polysindo Eka Perkasa 6,555,484 6,093,780
55 PT.Duta Pertiwi Nusantara 150,358 143,512
56 PT.Intanwijaya Internasional 179,910 179,211
57 PT.Resources Alam Indonesia 224,727 231,505
58 PT.Aneka Kemasindo 37,628 41,378
59 PT.Argha Karya Prima Industri 1,425,757 1,463,009
60 PT.Asahimas Flat Glass 1,564,031 1,565,679
88

61 PT.Asiaplast Industries 309,088 292,309


62 PT.Berlina 406,984 398,392
63 PT.Dynaplast 998,118 1,073,712
64 PT.Fatrapolindo Nusa Industri 365,693 332,417
65 PT.Kageo Igar Jaya 283,712 274,804
66 PT.Langgeng Makmur Plastik 509,105 505,172
67 PT.Lapindo International 44,659 46,793
68 PT.Siwani Makmur 56,765 65,112
69 PT.Tria Sentosa 1,911,757 2,104,464
70 PT.Holcim Indonesia 7,520,403 7,324,210
71 PT.Indocement Tunggal Perkasa 9,771,012 10,536,380
72 PT.Semen Gresik 6,665,831 7,297,860
73 PT.Betonjaya Manunggal 28,780 27,721
74 PT.Indal Alumunium Industry 406,708 476,734
75 PT.Jakarta Kyoei Steel Works 310,674 289,447
76 PT.Jaya Pari Steel Works 245,437 204,990
77 PT.Lion Mesh Prima 42,748 42,145
78 PT.Lioan Metal Works 146,703 165,030
79 PT.Pelangi Indah Canindo 243,302 251,143
80 PT.Tembaga Mulia Semanan 710,414 835,562
81 PT.Tira Austenite 180,602 180,277
82 PT.Kedawung Indah Can 169,918 161,454
83 PT.Kedawung Setia Industrial 378,220 384,928
84 PT.Arwana Citramulia 295,971 364,794
85 PT.Intikeramik Alamasri Industry 751,317 703,629
86 PT.Mulia Industrindo 4,411,869 4,115,989
87 PT.Surya Toto Indonesia 708,561 847,605
88 PT.GT Kabel Indonesia 365,436 489,802
89 PT.Jembo Cable Company 302,022 322,662
90 PT.Kabelindo Murni 233,535 259,800
91 PT.Sucaco 610,572 694,151
92 PT.Sumi Indo Kabel 445,154 548,245
93 PT.Astra Graphia 571,015 518,804
94 PT.Metrodata Electronics 611,042 666,604
95 PT.Multipolar Corporation 4,872,881 5,480,658
96 PT.Astra International 39,145,053 61,166,666
97 PT.Astra Otoparts 2,436,481 3,028,465
98 PT.Branta Mulia 1,710,352 1,709,355
99 PT.Gajah Tunggal 6,341,117 7,479,373
100 PT.Goodyear Indonesia 440,841 458,737
101 PT.Hexindo Adiperkasa 636,109 1,069,514
102 PT.Indomobil Sukses International 3,361,173 4,606,194
103 PT.Indospring 350,971 459,703
104 PT.Intraco Penta 780,041 869,208
105 PT.Multi Prima Sejahtera 129,580 117,059
106 PT.Nippress 189,087 190,225
107 PT.Polychem Indonesia 4,549,288 4,431,915
108 PT.Prima Alloy Steel 438,201 561,115
109 PT.Selamat Sempurna 650,930 663,138
110 PT.Sugi Samapersada 65,215 49,729
89

111 PT.Tunas Ridean 2,002,792 3,011,591


112 PT.United Tractors 6,769,367 10,633,839
113 PT.Interdelta 33,435 31,328
114 PT.Modern Foto Film Company 992,230 876,523
115 PT.Perdana Bangun Pusaka 66,850 66,232
116 PT.Bristol Myers Squibb Indonesia 193,719 165,022
117 PT.Darya Varia Laboratoria 431,174 550,629
118 PT.Indofarma 523,923 518,824
119 PT.Kimia Farma 1,173,438 1,177,603
120 PT.Merck 200,466 218,034
121 PT.Pyridam Farma 70,430 76,551
122 PT.Schering Plough Indonesia 58,504 74,023
123 PT.Tempo scan pasific 2,148,839 2,345,760
124 PT.Mandom Indonesia 472,364 545,695
125 PT.Mustika Ratu 294,415 290,646
126 PT.Unilever Indonesia 3,647,098 3,842,351

Lampiran 8

Tac / At – 1

No Nama Perusahaan 2005 2006


1 PT.Ades Waters Indonesia 0.12563 0.00180
2 PT.Aqua Golden Missisipi (0.05030) (0.01066)
3 PT.Cahaya Kalbar (0.07548) (0.11591)
4 PT.Davomas Abadi (0.14732) 0.07825
5 PT.Delta Djakarta 0.03694 0.04682
6 PT.Fast Food Indonesia (0.17242) (0.25675)
7 PT.Indofood Sukses Makmur (0.04317) (0.05579)
8 PT.Mayora Indah (0.08689) 0.04739
9 PT.Multi Bintang Indonesia (0.10398) (0.16191)
10 PT.Pionerindo Gourmet Internasional (0.06215) (0.10108)
11 PT.Prasidha Aneka Niaga 0.61159 0.02362
12 PT.Sekar Laut 0.79295 0.01293
13 PT.Siantar Top 0.01178 0.00104
14 PT.Sieerad Produce (0.08311) 0.03778
15 PT.SMART 0.03881 0.05490
16 PT.Suba Indah (0.28169) (0.04400)
17 PT.Tiga Pilar Sejahtera 0.04582 0.00561
18 PT.Tunas Baru Lampung (0.15785) (0.21447)
90

19 PT.Ultra Jaya Milk (0.02394) (0.07346)


20 PT.BAT (0.08535) 0.03379
21 PT.Bentoel Internasional Investama (0.00694) 0.14143
22 PT.Gudang Garam 0.01491 (0.04057)
23 PT.HM Sampoerna 0.02772 (0.00069)
24 PT.Argo Pantes (0.14406) (0.01042)
25 PT.Eratex Djaja (0.21924) (0.14681)
26 PT.Panasia Filament Inti (0.04863) (0.06694)
27 PT.Panasia Indosyntec 0.05071 (0.01163)
28 PT.Roda Vivatex (0.13067) (0.01585)
29 PT.Sunson Textile Manufacture (0.03901) (0.03591)
PT.Textile Manufacturing Company
30 Jaya (0.23436) (0.17371)
31 PT.APAC Citra Contertex (0.07123) (0.04705)
32 PT.Delta Dunia Petroindo 0.18147 (0.01525)
33 PT.Ever Shine Textile Industry 0.01818 (0.08322)
34 PT.Fortune Mate Indonesia 0.13571 (0.00165)
35 PT.Hanson International (0.16525) (0.26167)
36 PT.Karwell Indonesia 0.04161 (0.21036)
37 PT.Pan Brothres Tex 0.21090 0.22212
38 PT.Primarindo Asia Infrastructure (0.09530) 0.01791
39 PT.Ricky Putra Globalindo 0.09132 0.06394
40 PT.Sepatu Bata (0.10429) (0.21742)
41 PT.Surya Intrindo Makmur (0.11406) (0.09528)
42 PT.Barito Pasific Timber 0.29812 0.10968
43 PT.Daya Sakti Unggul Corporation (0.14060) (0.13980)
44 PT.Sumalindo Lestari Jaya (0.03418) 0.01317
45 PT.Surya Dumai Industri (0.19796) (0.03499)
46 PT.Tirta Mahakam Resources 0.17677 (0.08235)
47 PT.Fajar Surya Wisesa (0.03597) 0.00450
48 PT.Surabaya Agung Industry Pulp (0.27239) 0.01075
49 PT.AKR Corporindo 0.03499 (0.05516)
50 PT.Budi Acid Jaya (0.06568) (0.14910)
51 PT.Colorpack Indonesia 0.31780 0.21231
52 PT.Eterindo Wahanatama (0.00134) 0.02129
53 PT.Lautan Luas 0.08201 (0.00857)
54 PT.Polysindo Eka Perkasa (0.11323) 0.14045
55 PT.Duta Pertiwi Nusantara (0.00545) (0.07102)
56 PT.Intanwijaya Internasional 0.12029 (0.13664)
57 PT.Resources Alam Indonesia (0.04171) (0.13908)
58 PT.Aneka Kemasindo (0.09767) 0.10751
59 PT.Argha Karya Prima Industri (0.09459) (0.06040)
60 PT.Asahimas Flat Glass (0.00657) (0.04450)
61 PT.Asiaplast Industries (0.02329) (0.06551)
62 PT.Berlina (0.04278) (0.06880)
63 PT.Dynaplast (0.07221) (0.08291)
64 PT.Fatrapolindo Nusa Industri (0.12439) (0.08450)
65 PT.Kageo Igar Jaya (0.05818) (0.06635)
66 PT.Langgeng Makmur Plastik 0.25587 (0.00553)
67 PT.Lapindo International 0.00626 0.01292
91

68 PT.Siwani Makmur (0.08281) 0.01121


69 PT.Tria Sentosa 0.02314 (0.05864)
70 PT.Holcim Indonesia (0.07241) (0.03780)
71 PT.Indocement Tunggal Perkasa (0.05957) (0.05718)
72 PT.Semen Gresik (0.18333) (0.21825)
73 PT.Betonjaya Manunggal (0.00662) 0.04114
74 PT.Indal Alumunium Industry 0.03222 0.20124
75 PT.Jakarta Kyoei Steel Works (0.03280) (0.03179)
76 PT.Jaya Pari Steel Works (0.11716) 0.36313
77 PT.Lion Mesh Prima 0.10889 0.04007
78 PT.Lioan Metal Works 0.02302 (0.03541)
79 PT.Pelangi Indah Canindo (0.05623) 0.14269
80 PT.Tembaga Mulia Semanan (0.09023) 0.37971
81 PT.Tira Austenite 0.01142 (0.10017)
82 PT.Kedawung Indah Can (0.06713) (0.06936)
83 PT.Kedawung Setia Industrial (0.06787) (0.07006)
84 PT.Arwana Citramulia (0.07840) (0.02954)
85 PT.Intikeramik Alamasri Industry (0.05343) (0.02980)
86 PT.Mulia Industrindo (0.22082) (0.15179)
87 PT.Surya Toto Indonesia 0.02429 (0.02313)
88 PT.GT Kabel Indonesia 0.05178 0.06967
89 PT.Jembo Cable Company (0.08629) 0.00930
90 PT.Kabelindo Murni 0.01082 0.02564
91 PT.Sucaco 0.06857 (0.11597)
92 PT.Sumi Indo Kabel 0.01944 (0.01032)
93 PT.Astra Graphia (0.12871) (0.15312)
94 PT.Metrodata Electronics (0.09448) 0.01347
95 PT.Multipolar Corporation (0.07605) (0.08469)
96 PT.Astra International 0.19617 (0.08678)
97 PT.Astra Otoparts 0.03659 0.00454
98 PT.Branta Mulia (0.01008) (0.10036)
99 PT.Gajah Tunggal 0.01569 (0.02404)
100 PT.Goodyear Indonesia (0.10993) (0.07798)
101 PT.Hexindo Adiperkasa 0.53924 (0.07810)
102 PT.Indomobil Sukses International 0.29583 0.01155
103 PT.Indospring (0.03489) 0.14518
104 PT.Intraco Penta 0.02476 0.07080
105 PT.Multi Prima Sejahtera (0.03114) 0.01412
106 PT.Nippress (0.07637) 0.04512
107 PT.Polychem Indonesia (0.05430) (0.03910)
108 PT.Prima Alloy Steel (0.06724) (0.10695)
109 PT.Selamat Sempurna (0.13517) (0.01217)
110 PT.Sugi Samapersada (0.14929) (0.15283)
111 PT.Tunas Ridean 0.28589 (0.08713)
112 PT.United Tractors 0.00793 (0.07442)
113 PT.Interdelta 0.03988 (0.03790)
114 PT.Modern Foto Film Company (0.12227) (0.11137)
115 PT.Perdana Bangun Pusaka (0.07662) 0.03681
116 PT.Bristol Myers Squibb Indonesia 0.05317 (0.01542)
117 PT.Darya Varia Laboratoria (0.00610) (0.01196)
92

118 PT.Indofarma 0.12296 (0.11162)


119 PT.Kimia Farma 0.01894 (0.08174)
120 PT.Merck 0.09332 (0.02238)
121 PT.Pyridam Farma (0.00349) 0.05792
122 PT.Schering Plough Indonesia 0.18435 0.14979
123 PT.Tempo scan pasific (0.00041) 0.01607
124 PT.Mandom Indonesia 0.00108 0.02018
125 PT.Mustika Ratu (0.01090) 0.02327
126 PT.Unilever Indonesia (0.06133) (0.11795)

Lampiran 9

1/ At- 1

No Nama Perusahaan 2005 2006


1 PT.Ades Waters Indonesia 0.0000094 0.0000048
2 PT.Aqua Golden Missisipi 0.0000015 0.0000014
3 PT.Cahaya Kalbar 0.0000035 0.0000030
4 PT.Davomas Abadi 0.0000006 0.0000006
5 PT.Delta Djakarta 0.0000022 0.0000019
6 PT.Fast Food Indonesia 0.0000031 0.0000026
7 PT.Indofood Sukses Makmur 0.0000001 0.0000001
8 PT.Mayora Indah 0.0000008 0.0000007
9 PT.Multi Bintang Indonesia 0.0000018 0.0000017
10 PT.Pionerindo Gourmet Internasional 0.0000118 0.0000131
11 PT.Prasidha Aneka Niaga 0.0000056 0.0000035
12 PT.Sekar Laut 0.0000089 0.0000106
13 PT.Siantar Top 0.0000021 0.0000021
14 PT.Sieerad Produce 0.0000008 0.0000009
15 PT.SMART 0.0000003 0.0000002
16 PT.Suba Indah 0.0000010 0.0000012
17 PT.Tiga Pilar Sejahtera 0.0000029 0.0000028
18 PT.Tunas Baru Lampung 0.0000007 0.0000007
19 PT.Ultra Jaya Milk 0.0000008 0.0000008
20 PT.BAT 0.0000014 0.0000015
21 PT.Bentoel Internasional Investama 0.0000005 0.0000005
93

22 PT.Gudang Garam 0.0000000 0.0000000


23 PT.HM Sampoerna 0.0000001 0.0000001
24 PT.Argo Pantes 0.0000006 0.0000005
25 PT.Eratex Djaja 0.0000034 0.0000034
26 PT.Panasia Filament Inti 0.0000014 0.0000014
27 PT.Panasia Indosyntec 0.0000009 0.0000010
28 PT.Roda Vivatex 0.0000031 0.0000027
29 PT.Sunson Textile Manufacture 0.0000011 0.0000011
30 PT.Textile Manufacturing Company Jaya 0.0000017 0.0000019
31 PT.APAC Citra Contertex 0.0000004 0.0000004
32 PT.Delta Dunia Petroindo 0.0000012 0.0000011
33 PT.Ever Shine Textile Industry 0.0000018 0.0000017
34 PT.Fortune Mate Indonesia 0.0000101 0.0000068
35 PT.Hanson International 0.0000014 0.0000013
36 PT.Karwell Indonesia 0.0000019 0.0000020
37 PT.Pan Brothres Tex 0.0000078 0.0000026
38 PT.Primarindo Asia Infrastructure 0.0000124 0.0000115
39 PT.Ricky Putra Globalindo 0.0000034 0.0000024
40 PT.Sepatu Bata 0.0000038 0.0000033
41 PT.Surya Intrindo Makmur 0.0000074 0.0000076
42 PT.Barito Pasific Timber 0.0000003 0.0000004
43 PT.Daya Sakti Unggul Corporation 0.0000024 0.0000025
44 PT.Sumalindo Lestari Jaya 0.0000009 0.0000008
45 PT.Surya Dumai Industri 0.0000013 0.0000015
46 PT.Tirta Mahakam Resources 0.0000012 0.0000012
47 PT.Fajar Surya Wisesa 0.0000004 0.0000003
48 PT.Surabaya Agung Industry Pulp 0.0000004 0.0000005
49 PT.AKR Corporindo 0.0000006 0.0000005
50 PT.Budi Acid Jaya 0.0000011 0.0000010
51 PT.Colorpack Indonesia 0.0000121 0.0000093
52 PT.Eterindo Wahanatama 0.0000020 0.0000021
53 PT.Lautan Luas 0.0000007 0.0000006
54 PT.Polysindo Eka Perkasa 0.0000002 0.0000002
55 PT.Duta Pertiwi Nusantara 0.0000067 0.0000070
56 PT.Intanwijaya Internasional 0.0000056 0.0000056
57 PT.Resources Alam Indonesia 0.0000044 0.0000043
58 PT.Aneka Kemasindo 0.0000266 0.0000242
59 PT.Argha Karya Prima Industri 0.0000007 0.0000007
60 PT.Asahimas Flat Glass 0.0000006 0.0000006
61 PT.Asiaplast Industries 0.0000032 0.0000034
62 PT.Berlina 0.0000025 0.0000025
63 PT.Dynaplast 0.0000010 0.0000009
64 PT.Fatrapolindo Nusa Industri 0.0000027 0.0000030
65 PT.Kageo Igar Jaya 0.0000035 0.0000036
66 PT.Langgeng Makmur Plastik 0.0000020 0.0000020
67 PT.Lapindo International 0.0000224 0.0000214
68 PT.Siwani Makmur 0.0000176 0.0000154
69 PT.Tria Sentosa 0.0000005 0.0000005
70 PT.Holcim Indonesia 0.0000001 0.0000001
71 PT.Indocement Tunggal Perkasa 0.0000001 0.0000001
94

72 PT.Semen Gresik 0.0000002 0.0000001


73 PT.Betonjaya Manunggal 0.0000347 0.0000361
74 PT.Indal Alumunium Industry 0.0000025 0.0000021
75 PT.Jakarta Kyoei Steel Works 0.0000032 0.0000035
76 PT.Jaya Pari Steel Works 0.0000041 0.0000049
77 PT.Lion Mesh Prima 0.0000234 0.0000237
78 PT.Lioan Metal Works 0.0000068 0.0000061
79 PT.Pelangi Indah Canindo 0.0000041 0.0000040
80 PT.Tembaga Mulia Semanan 0.0000014 0.0000012
81 PT.Tira Austenite 0.0000055 0.0000055
82 PT.Kedawung Indah Can 0.0000059 0.0000062
83 PT.Kedawung Setia Industrial 0.0000026 0.0000026
84 PT.Arwana Citramulia 0.0000034 0.0000027
85 PT.Intikeramik Alamasri Industry 0.0000013 0.0000014
86 PT.Mulia Industrindo 0.0000002 0.0000002
87 PT.Surya Toto Indonesia 0.0000014 0.0000012
88 PT.GT Kabel Indonesia 0.0000027 0.0000020
89 PT.Jembo Cable Company 0.0000033 0.0000031
90 PT.Kabelindo Murni 0.0000043 0.0000038
91 PT.Sucaco 0.0000016 0.0000014
92 PT.Sumi Indo Kabel 0.0000022 0.0000018
93 PT.Astra Graphia 0.0000018 0.0000019
94 PT.Metrodata Electronics 0.0000016 0.0000015
95 PT.Multipolar Corporation 0.0000002 0.0000002
96 PT.Astra International 0.0000000 0.0000000
97 PT.Astra Otoparts 0.0000004 0.0000003
98 PT.Branta Mulia 0.0000006 0.0000006
99 PT.Gajah Tunggal 0.0000002 0.0000001
100 PT.Goodyear Indonesia 0.0000023 0.0000022
101 PT.Hexindo Adiperkasa 0.0000016 0.0000009
102 PT.Indomobil Sukses International 0.0000003 0.0000002
103 PT.Indospring 0.0000028 0.0000022
104 PT.Intraco Penta 0.0000013 0.0000012
105 PT.Multi Prima Sejahtera 0.0000077 0.0000085
106 PT.Nippress 0.0000053 0.0000053
107 PT.Polychem Indonesia 0.0000002 0.0000002
108 PT.Prima Alloy Steel 0.0000023 0.0000018
109 PT.Selamat Sempurna 0.0000015 0.0000015
110 PT.Sugi Samapersada 0.0000153 0.0000201
111 PT.Tunas Ridean 0.0000005 0.0000003
112 PT.United Tractors 0.0000001 0.0000001
113 PT.Interdelta 0.0000299 0.0000319
114 PT.Modern Foto Film Company 0.0000010 0.0000011
115 PT.Perdana Bangun Pusaka 0.0000150 0.0000151
116 PT.Bristol Myers Squibb Indonesia 0.0000052 0.0000061
117 PT.Darya Varia Laboratoria 0.0000023 0.0000018
118 PT.Indofarma 0.0000019 0.0000019
119 PT.Kimia Farma 0.0000009 0.0000008
120 PT.Merck 0.0000050 0.0000046
121 PT.Pyridam Farma 0.0000142 0.0000131
95

122 PT.Schering Plough Indonesia 0.0000171 0.0000135


123 PT.Tempo scan pasific 0.0000005 0.0000004
124 PT.Mandom Indonesia 0.0000021 0.0000018
125 PT.Mustika Ratu 0.0000034 0.0000034
126 PT.Unilever Indonesia 0.0000003 0.0000003

Lampiran 10

Δ rec – Δ rev / at – 1

No Nama Perusahaan 2005 2006


1 PT.Ades Waters Indonesia 0.0690073 -0.0351532
2 PT.Aqua Golden Missisipi 0.2713999 0.0161424
3 PT.Cahaya Kalbar 0.2272318 0.4387122
4 PT.Davomas Abadi 0.0568438 0.278196
5 PT.Delta Djakarta 0.0691091 -0.1308587
6 PT.Fast Food Indonesia 0.4298137 0.6548053
7 PT.Indofood Sukses Makmur 0.0413271 0.2202136
8 PT.Mayora Indah 0.2475697 0.1058207
9 PT.Multi Bintang Indonesia 0.2240703 0.090482
10 PT.Pionerindo Gourmet Internasional -0.0919237 -0.0707138
11 PT.Prasidha Aneka Niaga 0.6306659 0.4626087
12 PT.Sekar Laut 0.2519117 0.2828056
13 PT.Siantar Top -0.1217128 -0.1794364
14 PT.Sieerad Produce 0.0512747 -0.2751992
15 PT.SMART 0.0773404 0.0078092
16 PT.Suba Indah -0.1919744 -0.2126209
17 PT.Tiga Pilar Sejahtera -0.0550922 0.2782221
18 PT.Tunas Baru Lampung 0.0887857 -0.0446712
19 PT.Ultra Jaya Milk 0.1130296 0.0949709
20 PT.BAT 0.1940933 -0.2167612
21 PT.Bentoel Internasional Investama -1.0253053 0.4298769
22 PT.Gudang Garam 0.0158324 0.0452644
23 PT.HM Sampoerna 0.58596 0.4181256
24 PT.Argo Pantes -0.0444384 -0.0069414
25 PT.Eratex Djaja 0.3252596 0.1626466
26 PT.Panasia Filament Inti 0.0555087 -0.0959762
27 PT.Panasia Indosyntec -0.2119268 -0.0803155
28 PT.Roda Vivatex -0.0473942 -0.0310198
29 PT.Sunson Textile Manufacture -0.0047825 -0.0185351
96

30 PT.Textile Manufacturing Company Jaya -0.1343104 -0.0090932


31 PT.APAC Citra Contertex 0.077119 -0.0572049
32 PT.Delta Dunia Petroindo 0.257749 0.0733268
33 PT.Ever Shine Textile Industry -0.0117156 0.0052035
34 PT.Fortune Mate Indonesia -0.3701922 0.1159808
35 PT.Hanson International 0.0473638 -0.0035789
36 PT.Karwell Indonesia 0.2304025 -0.8212277
37 PT.Pan Brothres Tex 5.4498126 0.6742062
38 PT.Primarindo Asia Infrastructure 0.1046429 1.0633203
39 PT.Ricky Putra Globalindo 0.2184676 0.2297166
40 PT.Sepatu Bata -0.0228918 0.0080223
41 PT.Surya Intrindo Makmur -0.0337069 0.3263281
42 PT.Barito Pasific Timber -0.1373044 -0.1483386
43 PT.Daya Sakti Unggul Corporation -0.0858623 -0.1943712
44 PT.Sumalindo Lestari Jaya 0.052949 -0.1315514
45 PT.Surya Dumai Industri -0.0331132 -0.2756799
46 PT.Tirta Mahakam Resources 0.1679684 -0.1658276
47 PT.Fajar Surya Wisesa 0.0215494 0.0488134
48 PT.Surabaya Agung Industry Pulp 0.0407556 0.0201703
49 PT.AKR Corporindo 0.12696 0.5561201
50 PT.Budi Acid Jaya 0.0761397 0.1119695
51 PT.Colorpack Indonesia 0.9344774 0.5263202
52 PT.Eterindo Wahanatama 0.676882 -0.0581975
53 PT.Lautan Luas 0.2539918 0.0896986
54 PT.Polysindo Eka Perkasa 0.1663053 -0.0119276
55 PT.Duta Pertiwi Nusantara 0.1367988 0.0573926
56 PT.Intanwijaya Internasional 0.0073126 -0.1482288
57 PT.Resources Alam Indonesia -0.1898523 -0.0675432
58 PT.Aneka Kemasindo 0.1009154 -0.1755396
59 PT.Argha Karya Prima Industri 0.0659428 0.0707352
60 PT.Asahimas Flat Glass 0.1868911 -0.1191058
61 PT.Asiaplast Industries 0.0802181 -0.3419248
62 PT.Berlina 0.02885 0.0563279
63 PT.Dynaplast 0.1243548 0.0772222
64 PT.Fatrapolindo Nusa Industri 0.1736253 0.0295217
65 PT.Kageo Igar Jaya 0.2095538 -0.0987558
66 PT.Langgeng Makmur Plastik -0.0246672 -0.0154583
67 PT.Lapindo International -0.3795164 0.0895828
68 PT.Siwani Makmur 0.1399065 0.0885911
69 PT.Tria Sentosa 0.0456042 0.0778847
70 PT.Holcim Indonesia 0.0824129 -0.0086001
71 PT.Indocement Tunggal Perkasa 0.0886109 0.0635494
72 PT.Semen Gresik 0.1858037 0.1708883
73 PT.Betonjaya Manunggal 0.3988721 -0.122249
74 PT.Indal Alumunium Industry -0.0663506 0.1396521
75 PT.Jakarta Kyoei Steel Works 0.1238177 0.0460019
76 PT.Jaya Pari Steel Works 0.1741629 -0.4898078
77 PT.Lion Mesh Prima 0.3310918 -0.6215071
78 PT.Lioan Metal Works 0.1285762 0.0749438
79 PT.Pelangi Indah Canindo 0.2585554 0.0507837
80 PT.Tembaga Mulia Semanan 1.3096972 1.1448752
81 PT.Tira Austenite 0.2627447 0.1233009
97

82 PT.Kedawung Indah Can 0.0216694 -0.097848


83 PT.Kedawung Setia Industrial 0.2039088 -1.2421413
84 PT.Arwana Citramulia 0.2350279 0.01383
85 PT.Intikeramik Alamasri Industry 0.066505 -0.0312807
86 PT.Mulia Industrindo 0.0432884 -0.0432326
87 PT.Surya Toto Indonesia 0.161768 0.0984283
88 PT.GT Kabel Indonesia 1.0779239 0.4161788
89 PT.Jembo Cable Company 0.1960561 -0.0738744
90 PT.Kabelindo Murni 0.5352989 0.0445416
91 PT.Sucaco 0.4736179 0.2942817
92 PT.Sumi Indo Kabel 0.7869439 0.9319289
93 PT.Astra Graphia 0.106397 0.1098653
94 PT.Metrodata Electronics 0.2384952 0.5025348
95 PT.Multipolar Corporation 1.0284583 0.2711596
96 PT.Astra International 0.3926182 -0.0912292
97 PT.Astra Otoparts 0.5956755 -0.1493453
98 PT.Branta Mulia 0.1684003 -0.1068071
99 PT.Gajah Tunggal -0.3256191 0.0874679
100 PT.Goodyear Indonesia 0.2611775 0.2003798
101 PT.Hexindo Adiperkasa 0.6635881 -0.0836716
102 PT.Indomobil Sukses International 0.0862988 -0.3553886
103 PT.Indospring 0.308868 -0.0743585
104 PT.Intraco Penta 0.1885451 -0.1848071
105 PT.Multi Prima Sejahtera 0.0330493 -0.1300766
106 PT.Nippress 0.2279665 0.153999
107 PT.Polychem Indonesia -0.0850378 -0.1551577
108 PT.Prima Alloy Steel 0.1769137 0.0286302
109 PT.Selamat Sempurna 0.1879177 -0.0222324
110 PT.Sugi Samapersada -0.1924355 0.0297408
111 PT.Tunas Ridean 0.4979439 -0.3185386
112 PT.United Tractors 0.5089322 0.0710792
113 PT.Interdelta 0.0745234 0.0092062
114 PT.Modern Foto Film Company -0.0526105 -0.4095995
115 PT.Perdana Bangun Pusaka 0.0582368 -0.0818206
116 PT.Bristol Myers Squibb Indonesia -0.2505022 0.4142349
117 PT.Darya Varia Laboratoria 0.1913311 0.0414722
118 PT.Indofarma -0.0905227 0.5266083
119 PT.Kimia Farma -0.1094809 0.3282893
120 PT.Merck 0.0537927 0.4123029
121 PT.Pyridam Farma 0.0420546 0.2231113
122 PT.Schering Plough Indonesia 0.1807504 0.0919658
123 PT.Tempo scan pasific 0.0411877 0.0882279
124 PT.Mandom Indonesia 0.1952474 0.0525711
125 PT.Mustika Ratu -0.0989876 0.0419215
126 PT.Unilever Indonesia 0.2865876 0.2985115
98

Lampiran 11

PPE/At-1

No Nama Perusahaan 2005 2006


1 PT.Ades Waters Indonesia 1.382679 0.857464
2 PT.Aqua Golden Missisipi 0.428746 0.354488
3 PT.Cahaya Kalbar 0.453493 0.254834
4 PT.Davomas Abadi 0.702972 0.911686
5 PT.Delta Djakarta 0.284982 0.225509
6 PT.Fast Food Indonesia 0.270042 0.296913
7 PT.Indofood Sukses Makmur 0.38548 0.43558
8 PT.Mayora Indah 0.571628 0.505576
9 PT.Multi Bintang Indonesia 0.61557 0.654821
10 PT.Pionerindo Gourmet Internasional 0.264091 0.26208
11 PT.Prasidha Aneka Niaga 0.811393 0.477545
12 PT.Sekar Laut 0.254412 0.273761
13 PT.Siantar Top 0.510606 0.501201
14 PT.Sieerad Produce 0.437762 0.386155
15 PT.SMART 0.336214 0.357247
16 PT.Suba Indah 0.109883 0.12393
17 PT.Tiga Pilar Sejahtera 0.604571 0.521115
18 PT.Tunas Baru Lampung 0.421912 0.542531
19 PT.Ultra Jaya Milk 0.605118 0.629927
20 PT.BAT 0.204984 0.203134
21 PT.Bentoel Internasional Investama 0.184035 0.304052
22 PT.Gudang Garam 0.355223 0.309148
23 PT.HM Sampoerna 0.205096 0.200331
24 PT.Argo Pantes 0.80212 0.72745
25 PT.Eratex Djaja 0.366505 0.378742
26 PT.Panasia Filament Inti 0.552701 0.649044
27 PT.Panasia Indosyntec 0.616772 0.63373
28 PT.Roda Vivatex 0.921504 1.29035
29 PT.Sunson Textile Manufacture 0.55951 0.550913
30 PT.Textile Manufacturing Company Jaya 0.451249 0.383678
31 PT.APAC Citra Contertex 0.646342 0.65705
32 PT.Delta Dunia Petroindo 0.623725 0.528674
33 PT.Ever Shine Textile Industry 0.406098 0.29856
34 PT.Fortune Mate Indonesia 0.377383 0.214018
35 PT.Hanson International 0.575993 0.597112
36 PT.Karwell Indonesia 0.09746 0.069613
37 PT.Pan Brothres Tex 0.478061 0.320463
99

38 PT.Primarindo Asia Infrastructure 0.356002 0.280221


39 PT.Ricky Putra Globalindo 0.45336 0.455714
40 PT.Sepatu Bata 0.262512 0.223107
41 PT.Surya Intrindo Makmur 0.428789 0.40506
42 PT.Barito Pasific Timber 0.094238 0.103085
43 PT.Daya Sakti Unggul Corporation 0.42451 0.399867
44 PT.Sumalindo Lestari Jaya 0.640698 0.733191
45 PT.Surya Dumai Industri 0.526054 0.536535
46 PT.Tirta Mahakam Resources 0.432704 0.185015
47 PT.Fajar Surya Wisesa 0.892327 0.959545
48 PT.Surabaya Agung Industry Pulp 0.863624 0.94364
49 PT.AKR Corporindo 0.474659 0.506545
50 PT.Budi Acid Jaya 0.611501 0.644526
51 PT.Colorpack Indonesia 0.13138 0.094211
52 PT.Eterindo Wahanatama 0.002586 0.002412
53 PT.Lautan Luas 0.33326 0.327864
54 PT.Polysindo Eka Perkasa 0.676375 0.634369
55 PT.Duta Pertiwi Nusantara 0.112474 0.105682
56 PT.Intanwijaya Internasional 0.2367 0.205046
57 PT.Resources Alam Indonesia 0.046264 0.050073
58 PT.Aneka Kemasindo 0.64952 0.763278
59 PT.Argha Karya Prima Industri 0.587026 0.556658
60 PT.Asahimas Flat Glass 0.539004 0.542299
61 PT.Asiaplast Industries 0.677336 0.701198
62 PT.Berlina 0.462656 0.508136
63 PT.Dynaplast 0.700232 0.667762
64 PT.Fatrapolindo Nusa Industri 0.655919 0.632708
65 PT.Kageo Igar Jaya 0.303114 0.274949
66 PT.Langgeng Makmur Plastik 0.336775 0.312934
67 PT.Lapindo International 0.428645 0.411878
68 PT.Siwani Makmur 0.34407 0.30511
69 PT.Tria Sentosa 0.73938 0.675893
70 PT.Holcim Indonesia 0.809204 0.806419
71 PT.Indocement Tunggal Perkasa 0.799502 0.728815
72 PT.Semen Gresik 0.513003 0.433404
73 PT.Betonjaya Manunggal 0.501558 0.460135
74 PT.Indal Alumunium Industry 0.176988 0.131767
75 PT.Jakarta Kyoei Steel Works 0.154906 0.164187
76 PT.Jaya Pari Steel Works 0.098071 0.106816
77 PT.Lion Mesh Prima 0.251649 0.265756
78 PT.Lioan Metal Works 0.118834 0.100082
79 PT.Pelangi Indah Canindo 0.435865 0.379221
80 PT.Tembaga Mulia Semanan 0.182655 0.133966
81 PT.Tira Austenite 0.282367 0.466324
82 PT.Kedawung Indah Can 0.494026 0.449802
83 PT.Kedawung Setia Industrial 0.374805 0.519115
84 PT.Arwana Citramulia 0.888646 0.953592
85 PT.Intikeramik Alamasri Industry 0.611577 0.432692
86 PT.Mulia Industrindo 0.544847 0.550169
87 PT.Surya Toto Indonesia 0.660844 0.530209
88 PT.GT Kabel Indonesia 0.242273 0.143493
89 PT.Jembo Cable Company 0.314728 0.308955
100

90 PT.Kabelindo Murni 0.706024 0.65378


91 PT.Sucaco 0.286655 0.233478
92 PT.Sumi Indo Kabel 0.38156 0.266523
93 PT.Astra Graphia 0.246731 0.264663
94 PT.Metrodata Electronics 0.057482 0.047077
95 PT.Multipolar Corporation 0.396652 0.392331
96 PT.Astra International 0.293666 0.21303
97 PT.Astra Otoparts 0.327624 0.23746
98 PT.Branta Mulia 0.434279 0.402419
99 PT.Gajah Tunggal 0.501311 0.425895
100 PT.Goodyear Indonesia 0.253732 0.251115
101 PT.Hexindo Adiperkasa 0.314575 0.329843
102 PT.Indomobil Sukses International 0.150966 0.125612
103 PT.Indospring 0.424615 0.470935
104 PT.Intraco Penta 0.073974 0.056538
105 PT.Multi Prima Sejahtera 0.018291 0.015342
106 PT.Nippress 0.585405 0.620362
107 PT.Polychem Indonesia 0.594478 0.580694
108 PT.Prima Alloy Steel 0.286851 0.215577
109 PT.Selamat Sempurna 0.378029 0.390621
110 PT.Sugi Samapersada 0.198252 0.270546
111 PT.Tunas Ridean 0.241865 0.168564
112 PT.United Tractors 0.636363 0.488201
113 PT.Interdelta 0.156728 0.124378
114 PT.Modern Foto Film Company 0.266351 0.270422
115 PT.Perdana Bangun Pusaka 0.418009 0.400157
116 PT.Bristol Myers Squibb Indonesia 0.246655 0.339713
117 PT.Darya Varia Laboratoria 0.24924 0.188952
118 PT.Indofarma 0.18788 0.172496
119 PT.Kimia Farma 0.350522 0.342922
120 PT.Merck 0.234565 0.212281
121 PT.Pyridam Farma 0.831233 0.777606
122 PT.Schering Plough Indonesia 0.398294 0.410346
123 PT.Tempo scan pasific 0.275857 0.26231
124 PT.Mandom Indonesia 0.510161 0.555414
125 PT.Mustika Ratu 0.180133 0.179879
126 PT.Unilever Indonesia 0.410096 0.448856
101

Lampiran 12

NDTAC

No Nama Perusahaan 2005 2006


1 PT.Ades Waters Indonesia -0.04256 -0.0336
2 PT.Aqua Golden Missisipi -0.00159 -0.01349
3 PT.Cahaya Kalbar -0.00079 0.020863
4 PT.Davomas Abadi -0.03022 -0.02752
5 PT.Delta Djakarta -0.00485 -0.01468
6 PT.Fast Food Indonesia 0.01971 0.030768
7 PT.Indofood Sukses Makmur -0.01664 -0.0084
8 PT.Mayora Indah -0.01186 -0.01729
9 PT.Multi Bintang Indonesia -0.01301 -0.02316
10 PT.Pionerindo Gourmet Internasional 0.009587 0.013934
11 PT.Prasidha Aneka Niaga 0.010579 0.012285
12 PT.Sekar Laut 0.023671 0.028591
13 PT.Siantar Top -0.02775 -0.03082
14 PT.Sieerad Produce -0.01691 -0.03376
15 PT.SMART -0.01157 -0.01687
16 PT.Suba Indah -0.01464 -0.0161
17 PT.Tiga Pilar Sejahtera -0.02655 -0.00268
18 PT.Tunas Baru Lampung -0.014 -0.02816
19 PT.Ultra Jaya Milk -0.02164 -0.02389
20 PT.BAT 0.004813 -0.01966
21 PT.Bentoel Internasional Investama -0.0695 0.011887
22 PT.Gudang Garam -0.0167 -0.01263
23 PT.HM Sampoerna 0.025107 0.015271
24 PT.Argo Pantes -0.04141 -0.03557
25 PT.Eratex Djaja 0.009233 -0.00116
26 PT.Panasia Filament Inti -0.02094 -0.03476
27 PT.Panasia Indosyntec -0.04141 -0.0342
28 PT.Roda Vivatex -0.04149 -0.05983
29 PT.Sunson Textile Manufacture -0.02568 -0.026
30 PT.Textile Manufacturing Company Jaya -0.02663 -0.01518
31 PT.APAC Citra Contertex -0.02676 -0.03529
32 PT.Delta Dunia Petroindo -0.01284 -0.01945
33 PT.Ever Shine Textile Industry -0.01661 -0.01056
34 PT.Fortune Mate Indonesia -0.01694 0.012518
35 PT.Hanson International -0.02261 -0.0269
36 PT.Karwell Indonesia 0.013596 -0.0479
37 PT.Pan Brothres Tex 0.321791 0.030555
38 PT.Primarindo Asia Infrastructure 0.018045 0.077364
39 PT.Ricky Putra Globalindo -0.00152 -0.00328
40 PT.Sepatu Bata -0.00533 -0.00286
41 PT.Surya Intrindo Makmur -0.00578 0.017596
42 PT.Barito Pasific Timber -0.01223 -0.01301
43 PT.Daya Sakti Unggul Corporation -0.02062 -0.02562
44 PT.Sumalindo Lestari Jaya -0.0268 -0.04263
45 PT.Surya Dumai Industri -0.02519 -0.03984
102

46 PT.Tirta Mahakam Resources -0.0086 -0.01641


47 PT.Fajar Surya Wisesa -0.04241 -0.04422
48 PT.Surabaya Agung Industry Pulp -0.03966 -0.04485
49 PT.AKR Corporindo -0.0147 0.009247
50 PT.Budi Acid Jaya -0.02347 -0.02307
51 PT.Colorpack Indonesia 0.078482 0.049068
52 PT.Eterindo Wahanatama 0.045368 0.001474
53 PT.Lautan Luas 0.000252 -0.00953
54 PT.Polysindo Eka Perkasa -0.02348 -0.03204
55 PT.Duta Pertiwi Nusantara 0.018481 0.014815
56 PT.Intanwijaya Internasional 0.001889 -0.00581
57 PT.Resources Alam Indonesia -0.00307 0.003768
58 PT.Aneka Kemasindo 0.0371 0.009069
59 PT.Argha Karya Prima Industri -0.02372 -0.02196
60 PT.Asahimas Flat Glass -0.01421 -0.03273
61 PT.Asiaplast Industries -0.02132 -0.0474
62 PT.Berlina -0.01553 -0.01603
63 PT.Dynaplast -0.02516 -0.02653
64 PT.Fatrapolindo Nusa Industri -0.01584 -0.02267
65 PT.Kageo Igar Jaya 0.005842 -0.01097
66 PT.Langgeng Makmur Plastik -0.01362 -0.01184
67 PT.Lapindo International 0.009318 0.035862
68 PT.Siwani Makmur 0.033298 0.026769
69 PT.Tria Sentosa -0.03298 -0.02799
70 PT.Holcim Indonesia -0.0352 -0.04051
71 PT.Indocement Tunggal Perkasa -0.03441 -0.0324
72 PT.Semen Gresik -0.01414 -0.01109
73 PT.Betonjaya Manunggal 0.081905 0.055882
74 PT.Indal Alumunium Industry -0.00695 0.006804
75 PT.Jakarta Kyoei Steel Works 0.007377 0.002809
76 PT.Jaya Pari Steel Works 0.015285 -0.02307
77 PT.Lion Mesh Prima 0.063197 0.006135
78 PT.Lioan Metal Works 0.018066 0.013976
79 PT.Pelangi Indah Canindo 0.003544 -0.0064
80 PT.Tembaga Mulia Semanan 0.072814 0.064855
81 PT.Tira Austenite 0.014881 -0.00266
82 PT.Kedawung Indah Can -0.00933 -0.01356
83 PT.Kedawung Setia Industrial -0.00019 -0.09427
84 PT.Arwana Citramulia -0.02225 -0.0403
85 PT.Intikeramik Alamasri Industry -0.02341 -0.02011
86 PT.Mulia Industrindo -0.0241 -0.02952
87 PT.Surya Toto Indonesia -0.01996 -0.01778
88 PT.GT Kabel Indonesia 0.059102 0.022676
89 PT.Jembo Cable Company 0.003941 -0.01247
90 PT.Kabelindo Murni 0.007052 -0.02082
91 PT.Sucaco 0.017999 0.009426
92 PT.Sumi Indo Kabel 0.033508 0.046949
93 PT.Astra Graphia -0.00177 -0.00203
94 PT.Metrodata Electronics 0.015347 0.031384
95 PT.Multipolar Corporation 0.042365 -0.00291
96 PT.Astra International 0.008935 -0.01609
97 PT.Astra Otoparts 0.02034 -0.02004
103

98 PT.Branta Mulia -0.01021 -0.02513


99 PT.Gajah Tunggal -0.04423 -0.01573
100 PT.Goodyear Indonesia 0.008406 0.004677
101 PT.Hexindo Adiperkasa 0.027844 -0.01928
102 PT.Indomobil Sukses International -0.00166 -0.02709
103 PT.Indospring 0.004112 -0.02281
104 PT.Intraco Penta 0.010678 -0.01117
105 PT.Multi Prima Sejahtera 0.019514 0.011847
106 PT.Nippress -0.00295 -0.00921
107 PT.Polychem Indonesia -0.0343 -0.0378
108 PT.Prima Alloy Steel 0.001727 -0.0048
109 PT.Selamat Sempurna -0.00395 -0.01726
110 PT.Sugi Samapersada 0.015193 0.036322
111 PT.Tunas Ridean 0.018977 -0.02675
112 PT.United Tractors -0.00093 -0.01992
113 PT.Interdelta 0.068124 0.070631
114 PT.Modern Foto Film Company -0.01407 -0.03537
115 PT.Perdana Bangun Pusaka 0.018349 0.011171
116 PT.Bristol Myers Squibb Indonesia -0.01502 0.022353
117 PT.Darya Varia Laboratoria 0.004561 -0.00262
118 PT.Indofarma -0.01026 0.027579
119 PT.Kimia Farma -0.02206 0.004581
120 PT.Merck 0.003422 0.025087
121 PT.Pyridam Farma -0.0051 0.00573
122 PT.Schering Plough Indonesia 0.031786 0.017291
123 PT.Tempo scan pasific -0.01021 -0.0068
124 PT.Mandom Indonesia -0.00873 -0.02024
125 PT.Mustika Ratu -0.00683 0.001745
126 PT.Unilever Indonesia -0.00265 -0.00391

Lampiran 13

DTAC

No Nama Perusahaan 2005 2006 rata - rata


1 PT.Ades Waters Indonesia 0.16819 0.03540 0.18589
104

2 PT.Aqua Golden Missisipi (0.04871) 0.00283 -0.04729


3 PT.Cahaya Kalbar (0.07469) (0.13677) -0.14308
4 PT.Davomas Abadi (0.11710) 0.10578 -0.06421
5 PT.Delta Djakarta 0.04179 0.06150 0.072543
6 PT.Fast Food Indonesia (0.19213) (0.28752) -0.33589
7 PT.Indofood Sukses Makmur (0.02653) (0.04738) -0.05022
8 PT.Mayora Indah (0.07503) 0.06468 -0.04269
9 PT.Multi Bintang Indonesia (0.09097) (0.13875) -0.16035
10 PT.Pionerindo Gourmet Internasional (0.07174) (0.11501) -0.12925
11 PT.Prasidha Aneka Niaga 0.60101 0.01133 0.606674
12 PT.Sekar Laut 0.76927 (0.01566) 0.761444
13 PT.Siantar Top 0.03953 0.03186 0.055466
14 PT.Sieerad Produce (0.06620) 0.07154 -0.03043
15 PT.SMART 0.05038 0.07178 0.086271
16 PT.Suba Indah (0.26705) (0.02790) -0.281
17 PT.Tiga Pilar Sejahtera 0.07237 0.00829 0.076518
18 PT.Tunas Baru Lampung (0.14385) (0.18631) -0.23701
19 PT.Ultra Jaya Milk (0.00231) (0.04956) -0.02709
20 PT.BAT (0.09017) 0.05345 -0.06344
21 PT.Bentoel Internasional Investama 0.06256 0.12954 0.127329
22 PT.Gudang Garam 0.03161 (0.02794) 0.017637
23 PT.HM Sampoerna 0.00262 (0.01596) -0.00536
24 PT.Argo Pantes (0.10264) 0.02515 -0.09007
25 PT.Eratex Djaja (0.22847) (0.14565) -0.30129
26 PT.Panasia Filament Inti (0.02770) (0.03217) -0.04378
27 PT.Panasia Indosyntec 0.09212 0.02257 0.103402
28 PT.Roda Vivatex (0.08918) 0.04397 -0.06719
29 PT.Sunson Textile Manufacture (0.01334) (0.00992) -0.0183
30 PT.Textile Manufacturing Company Jaya (0.20773) (0.15853) -0.28699
31 PT.APAC Citra Contertex (0.04446) (0.01177) -0.05035
32 PT.Delta Dunia Petroindo 0.19432 0.00420 0.196416
33 PT.Ever Shine Textile Industry 0.03479 (0.07265) -0.00153
34 PT.Fortune Mate Indonesia 0.15264 (0.01417) 0.14556
35 PT.Hanson International (0.14264) (0.23478) -0.26003
36 PT.Karwell Indonesia 0.02801 (0.16247) -0.05322
37 PT.Pan Brothres Tex (0.11089) 0.19156 -0.01511
38 PT.Primarindo Asia Infrastructure (0.11335) (0.05945) -0.14307
39 PT.Ricky Putra Globalindo 0.09284 0.06722 0.126448
40 PT.Sepatu Bata (0.09896) (0.21456) -0.20624
41 PT.Surya Intrindo Makmur (0.10828) (0.11288) -0.16472
42 PT.Barito Pasific Timber 0.31035 0.12269 0.371697
43 PT.Daya Sakti Unggul Corporation (0.11998) (0.11418) -0.17707
44 PT.Sumalindo Lestari Jaya (0.00738) 0.05580 0.02052
45 PT.Surya Dumai Industri (0.17277) 0.00485 -0.17035
46 PT.Tirta Mahakam Resources 0.18537 (0.06594) 0.152401
47 PT.Fajar Surya Wisesa 0.00645 0.04872 0.030804
48 PT.Surabaya Agung Industry Pulp (0.23273) 0.05559 -0.20494
49 PT.AKR Corporindo 0.04970 (0.06441) 0.017494
50 PT.Budi Acid Jaya (0.04222) (0.12603) -0.10523
51 PT.Colorpack Indonesia 0.23932 0.16324 0.320944
52 PT.Eterindo Wahanatama (0.04670) 0.01982 -0.03679
53 PT.Lautan Luas 0.08175 0.00095 0.082232
105

54 PT.Polysindo Eka Perkasa (0.08976) 0.17250 -0.00351


55 PT.Duta Pertiwi Nusantara (0.02393) (0.08584) -0.06685
56 PT.Intanwijaya Internasional 0.11840 (0.13083) 0.052981
57 PT.Resources Alam Indonesia (0.03864) (0.14285) -0.11006
58 PT.Aneka Kemasindo (0.13477) 0.09844 -0.08555
59 PT.Argha Karya Prima Industri (0.07087) (0.03845) -0.0901
60 PT.Asahimas Flat Glass 0.00764 (0.01176) 0.001755
61 PT.Asiaplast Industries (0.00197) (0.01811) -0.01103
62 PT.Berlina (0.02726) (0.05277) -0.05364
63 PT.Dynaplast (0.04705) (0.05639) -0.07525
64 PT.Fatrapolindo Nusa Industri (0.10855) (0.06183) -0.13946
65 PT.Kageo Igar Jaya (0.06402) (0.05537) -0.09171
66 PT.Langgeng Makmur Plastik 0.26950 0.00631 0.272655
67 PT.Lapindo International (0.00306) (0.02295) -0.01453
68 PT.Siwani Makmur (0.11611) (0.01556) -0.12389
69 PT.Tria Sentosa 0.05612 (0.03065) 0.040794
70 PT.Holcim Indonesia (0.03721) 0.00271 -0.03585
71 PT.Indocement Tunggal Perkasa (0.02516) (0.02478) -0.03755
72 PT.Semen Gresik (0.16919) (0.20716) -0.27277
73 PT.Betonjaya Manunggal (0.08852) (0.01474) -0.0959
74 PT.Indal Alumunium Industry 0.03918 0.19444 0.136393
75 PT.Jakarta Kyoei Steel Works (0.04017) (0.03460) -0.05747
76 PT.Jaya Pari Steel Works (0.13244) 0.38620 0.060659
77 PT.Lion Mesh Prima 0.04569 0.03393 0.062655
78 PT.Lioan Metal Works 0.00496 (0.04939) -0.01973
79 PT.Pelangi Indah Canindo (0.05977) 0.14909 0.014774
80 PT.Tembaga Mulia Semanan (0.16304) 0.31486 -0.00561
81 PT.Tira Austenite (0.00346) (0.09751) -0.05222
82 PT.Kedawung Indah Can (0.05779) (0.05581) -0.08569
83 PT.Kedawung Setia Industrial (0.06769) 0.02421 -0.05558
84 PT.Arwana Citramulia (0.05614) 0.01076 -0.05076
85 PT.Intikeramik Alamasri Industry (0.03002) (0.00969) -0.03487
86 PT.Mulia Industrindo (0.19672) (0.12227) -0.25785
87 PT.Surya Toto Indonesia 0.04425 (0.00534) 0.041578
88 PT.GT Kabel Indonesia (0.00733) 0.04700 0.016173
89 PT.Jembo Cable Company (0.09023) 0.02178 -0.07935
90 PT.Kabelindo Murni 0.00377 0.04646 0.027
91 PT.Sucaco 0.05057 (0.12539) -0.01213
92 PT.Sumi Indo Kabel (0.01407) (0.05727) -0.04271
93 PT.Astra Graphia (0.12694) (0.15108) -0.20248
94 PT.Metrodata Electronics (0.10983) (0.01791) -0.11879
95 PT.Multipolar Corporation (0.11842) (0.08178) -0.1593
96 PT.Astra International 0.18724 (0.07069) 0.151893
97 PT.Astra Otoparts 0.01625 0.02459 0.02854
98 PT.Branta Mulia 0.00013 (0.07523) -0.03749
99 PT.Gajah Tunggal 0.05992 (0.00831) 0.055763
100 PT.Goodyear Indonesia (0.11833) (0.08266) -0.15966
101 PT.Hexindo Adiperkasa 0.51139 (0.05882) 0.481983
102 PT.Indomobil Sukses International 0.29749 0.03863 0.316809
103 PT.Indospring (0.03900) 0.16799 0.044995
104 PT.Intraco Penta 0.01409 0.08197 0.055071
105 PT.Multi Prima Sejahtera (0.05066) 0.00227 -0.04952
106

106 PT.Nippress (0.07342) 0.05433 -0.04625


107 PT.Polychem Indonesia (0.02000) (0.00129) -0.02064
108 PT.Prima Alloy Steel (0.06896) (0.10215) -0.12004
109 PT.Selamat Sempurna (0.13122) 0.00509 -0.12867
110 PT.Sugi Samapersada (0.16448) (0.18915) -0.25906
111 PT.Tunas Ridean 0.26691 (0.06038) 0.236722
112 PT.United Tractors 0.00886 (0.05450) -0.01839
113 PT.Interdelta (0.02825) (0.10853) -0.08251
114 PT.Modern Foto Film Company (0.10820) (0.07600) -0.1462
115 PT.Perdana Bangun Pusaka (0.09497) 0.02564 -0.08215
116 PT.Bristol Myers Squibb Indonesia 0.06820 (0.03778) 0.049308
117 PT.Darya Varia Laboratoria (0.01066) (0.00934) -0.01533
118 PT.Indofarma 0.13322 (0.13920) 0.063622
119 PT.Kimia Farma 0.04100 (0.08632) -0.00216
120 PT.Merck 0.08990 (0.04747) 0.066165
121 PT.Pyridam Farma 0.00161 0.05219 0.027706
122 PT.Schering Plough Indonesia 0.15257 0.13250 0.218815
123 PT.Tempo scan pasific 0.00980 0.02287 0.021235
124 PT.Mandom Indonesia 0.00981 0.04041 0.030015
125 PT.Mustika Ratu (0.00408) 0.02152 0.006687
126 PT.Unilever Indonesia (0.05867) (0.11404) -0.1157

Lampiran 14

Kepemilikan Institusional

No Nama Perusahaan 2005 2006


1 PT.Ades Waters Indonesia 84.06 84.49
2 PT.Aqua Golden Missisipi 93.6 93.6
3 PT.Cahaya Kalbar 84.6 84.6
4 PT.Davomas Abadi 90.4670 90.621
5 PT.Delta Djakarta 84.6 84.6
6 PT.Fast Food Indonesia 80 80
7 PT.Indofood Sukses Makmur 51.53 51.53
8 PT.Mayora Indah 33.07 33.07
9 PT.Multi Bintang Indonesia 83.370 83.37
107

10 PT.Pionerindo Gourmet Internasional 97.33 97.33


11 PT.Prasidha Aneka Niaga 92.396 92.396
12 PT.Sekar Laut 96.3 96.3
13 PT.Siantar Top 66.140 66.14
14 PT.Sieerad Produce 91.66 91.66
15 PT.SMART 74.630 72.19
16 PT.Suba Indah 36.98 36.98
17 PT.Tiga Pilar Sejahtera 92.27 92.27
18 PT.Tunas Baru Lampung 78.22 78.22
19 PT.Ultra Jaya Milk 21.40 21.4
20 PT.BAT 86 86
21 PT.Bentoel Internasional Investama 16.34 50.77
22 PT.Gudang Garam 72.12 72.12
23 PT.HM Sampoerna 97.95 97.95
24 PT.Argo Pantes 44.46 60.21
25 PT.Eratex Djaja 69.61 69.61
26 PT.Panasia Filament Inti 94.29 96.9
27 PT.Panasia Indosyntec 77.4 84.37
28 PT.Roda Vivatex 77.53 83.96
29 PT.Sunson Textile Manufacture 57.37 57.37
30 PT.Textile Manufacturing Company Jaya 92 92
31 PT.APAC Citra Contertex 79.65 79.65
32 PT.Delta Dunia Petroindo 81.94 81.94
33 PT.Ever Shine Textile Industry 72.88 72.88
34 PT.Fortune Mate Indonesia 79.37 79.37
35 PT.Hanson International 66.68 66.68
36 PT.Karwell Indonesia 56.48 61.19
37 PT.Pan Brothres Tex 41.98 40.23
38 PT.Primarindo Asia Infrastructure 74.19 74.19
39 PT.Ricky Putra Globalindo 69.12 70.62
40 PT.Sepatu Bata 84.1 83.9
41 PT.Surya Intrindo Makmur 68.6 68.6
42 PT.Barito Pasific Timber 53.77 53.64
43 PT.Daya Sakti Unggul Corporation 59.39 59.39
44 PT.Sumalindo Lestari Jaya 60.71 60.71
45 PT.Surya Dumai Industri 71.52 71.52
46 PT.Tirta Mahakam Resources 94.9 94.9
47 PT.Fajar Surya Wisesa 77.7 77.7
48 PT.Surabaya Agung Industry Pulp 72.8 72.8
49 PT.AKR Corporindo 71.24 71.24
50 PT.Budi Acid Jaya 62.46 59.42
51 PT.Colorpack Indonesia 84 84
52 PT.Eterindo Wahanatama 73.78 73.78
53 PT.Lautan Luas 63.03 68.18
54 PT.Polysindo Eka Perkasa 59.81 59.81
55 PT.Duta Pertiwi Nusantara 85.65 85.65
56 PT.Intanwijaya Internasional 52.36 52.35
57 PT.Resources Alam Indonesia 39.854 39.85
58 PT.Aneka Kemasindo 64.57 71.56
59 PT.Argha Karya Prima Industri 95.03 93.81
60 PT.Asahimas Flat Glass 84.937 84.94
61 PT.Asiaplast Industries 46.44 46.44
108

62 PT.Berlina 51.42 51.42


63 PT.Dynaplast 71.993 71.99
64 PT.Fatrapolindo Nusa Industri 48.15 48.15
65 PT.Kageo Igar Jaya 63.1 63.1
66 PT.Langgeng Makmur Plastik 77.53 77.53
67 PT.Lapindo International 80.62 80.62
68 PT.Siwani Makmur 64.89 64.89
69 PT.Tria Sentosa 42.2 42.2
70 PT.Holcim Indonesia 89.66 92.16
71 PT.Indocement Tunggal Perkasa 78.17 78.17
72 PT.Semen Gresik 75.91 75.91
73 PT.Betonjaya Manunggal 54.31 54.31
74 PT.Indal Alumunium Industry 65.86 65.86
75 PT.Jakarta Kyoei Steel Works 59.23 59.23
76 PT.Jaya Pari Steel Works 32.18 47.68
77 PT.Lion Mesh Prima 37.62 37.62
78 PT.Lioan Metal Works 57.7 57.7
79 PT.Pelangi Indah Canindo 94.17 94.17
80 PT.Tembaga Mulia Semanan 86.27 86.27
81 PT.Tira Austenite 96.43 96.43
82 PT.Kedawung Indah Can 75.02 75.02
83 PT.Kedawung Setia Industrial 66.11 66.11
84 PT.Arwana Citramulia 86.32 86.32
85 PT.Intikeramik Alamasri Industry 72.44 81.04
86 PT.Mulia Industrindo 67.25 67.25
87 PT.Surya Toto Indonesia 94.3 94.3
88 PT.GT Kabel Indonesia 93.79 93.79
89 PT.Jembo Cable Company 90.15 87.5
90 PT.Kabelindo Murni 61.65 72.64
91 PT.Sucaco 67.26 67.26
92 PT.Sumi Indo Kabel 93.06 93.06
93 PT.Astra Graphia 76.87 76.87
94 PT.Metrodata Electronics 13.07 13.07
95 PT.Multipolar Corporation 51.15 49.35
96 PT.Astra International 50.11 50.11
97 PT.Astra Otoparts 86.72 86.72
98 PT.Branta Mulia 50.51 51.29
99 PT.Gajah Tunggal 64.75 61.57
100 PT.Goodyear Indonesia 91.61 91.61
101 PT.Hexindo Adiperkasa 76.21 76.21
102 PT.Indomobil Sukses International 96.08 95.81
103 PT.Indospring 87.46 87.46
104 PT.Intraco Penta 86.51 86.51
105 PT.Multi Prima Sejahtera 29.710 29.71
106 PT.Nippress 37.11 37.11
107 PT.Polychem Indonesia 83.08 83.08
108 PT.Prima Alloy Steel 87.43 89.45
109 PT.Selamat Sempurna 68.02 61.36
110 PT.Sugi Samapersada 84 84
111 PT.Tunas Ridean 85.85 85.85
112 PT.United Tractors 58.13 58.45
113 PT.Interdelta 60.7 22.45
109

114 PT.Modern Foto Film Company 46.93 75.42


115 PT.Perdana Bangun Pusaka 72.36 72.36
116 PT.Bristol Myers Squibb Indonesia 91 91
117 PT.Darya Varia Laboratoria 89.5 92.66
118 PT.Indofarma 80.66 80.66
119 PT.Kimia Farma 90.03 90.03
120 PT.Merck 74 74
121 PT.Pyridam Farma 53.85 53.85
122 PT.Schering Plough Indonesia 89.2 89.2
123 PT.Tempo scan pasific 66.33 68.56
124 PT.Mandom Indonesia 79.22 79.50
125 PT.Mustika Ratu 80.48 80.48
126 PT.Unilever Indonesia 85 85

Lampiran 15

Kepemilikan Manajerial

No Nama Perusahaan 2005 2006


1 PT.Ades Waters Indonesia 0 0
2 PT.Aqua Golden Missisipi 0 0
3 PT.Cahaya Kalbar 0 0
4 PT.Davomas Abadi 0 0
5 PT.Delta Djakarta 0 0
6 PT.Fast Food Indonesia 0 0
7 PT.Indofood Sukses Makmur 0.05 0.05
8 PT.Mayora Indah 0 0
9 PT.Multi Bintang Indonesia 0 0
10 PT.Pionerindo Gourmet Internasional 0 0
11 PT.Prasidha Aneka Niaga 0.259 0.304
12 PT.Sekar Laut 0.1 0.1
13 PT.Siantar Top 6.28 6.51
14 PT.Sieerad Produce 0 0
15 PT.SMART 0 0
16 PT.Suba Indah 0 0
17 PT.Tiga Pilar Sejahtera 0 0
110

18 PT.Tunas Baru Lampung 0.08 0.1


19 PT.Ultra Jaya Milk 0 0
20 PT.BAT 0 0
21 PT.Bentoel Internasional Investama 0 0
22 PT.Gudang Garam 2.06 2.06
23 PT.HM Sampoerna 0 0
24 PT.Argo Pantes 0 0
25 PT.Eratex Djaja 0 0
26 PT.Panasia Filament Inti 0 0
27 PT.Panasia Indosyntec 2.9 3.66
28 PT.Roda Vivatex 0 0
29 PT.Sunson Textile Manufacture 10.4 10.4
30 PT.Textile Manufacturing Company Jaya 0 0
31 PT.APAC Citra Contertex 0.00001 0.00001
32 PT.Delta Dunia Petroindo 0 0
33 PT.Ever Shine Textile Industry 0 0
34 PT.Fortune Mate Indonesia 0 0
35 PT.Hanson International 0 2.03
36 PT.Karwell Indonesia 0 0
37 PT.Pan Brothres Tex 0 5.14
38 PT.Primarindo Asia Infrastructure 0 0
39 PT.Ricky Putra Globalindo 0 0
40 PT.Sepatu Bata 1.223 1.223
41 PT.Surya Intrindo Makmur 1.40 1.4
42 PT.Barito Pasific Timber 2.74 0.77
43 PT.Daya Sakti Unggul Corporation 0.12 0.12
44 PT.Sumalindo Lestari Jaya 0 0
45 PT.Surya Dumai Industri 4.67 4.67
46 PT.Tirta Mahakam Resources 0 0
47 PT.Fajar Surya Wisesa 0 0
48 PT.Surabaya Agung Industry Pulp 0 0
49 PT.AKR Corporindo 0.13 0.13
50 PT.Budi Acid Jaya 0.94 9.62
51 PT.Colorpack Indonesia 0 0
52 PT.Eterindo Wahanatama 0.06 0.06
53 PT.Lautan Luas 3.66 3.66
54 PT.Polysindo Eka Perkasa 0 0
55 PT.Duta Pertiwi Nusantara 0 1.9
56 PT.Intanwijaya Internasional 9.62 9.62
57 PT.Resources Alam Indonesia 0 0
58 PT.Aneka Kemasindo 0.65 0.65
59 PT.Argha Karya Prima Industri 0 0.73
60 PT.Asahimas Flat Glass 0.025 0.023
61 PT.Asiaplast Industries 7.69 7.69
62 PT.Berlina 10.51 10.51
63 PT.Dynaplast 0.467 0.467
64 PT.Fatrapolindo Nusa Industri 19.58 19.58
65 PT.Kageo Igar Jaya 0 0
66 PT.Langgeng Makmur Plastik 0.02 0.02
67 PT.Lapindo International 0 0.45
68 PT.Siwani Makmur 0 0
69 PT.Tria Sentosa 0 0
111

70 PT.Holcim Indonesia 0 0
71 PT.Indocement Tunggal Perkasa 0 0
72 PT.Semen Gresik 0 0
73 PT.Betonjaya Manunggal 9.58 9.58
74 PT.Indal Alumunium Industry 0 0
75 PT.Jakarta Kyoei Steel Works 0 0
76 PT.Jaya Pari Steel Works 2.2 2.20
77 PT.Lion Mesh Prima 25.61 25.58
78 PT.Lioan Metal Works 0.18 0.18
79 PT.Pelangi Indah Canindo 0.13 0.13
80 PT.Tembaga Mulia Semanan 0 0
81 PT.Tira Austenite 0.3 0.24
82 PT.Kedawung Indah Can 4.6 4.6
83 PT.Kedawung Setia Industrial 0 0
84 PT.Arwana Citramulia 0 0
85 PT.Intikeramik Alamasri Industry 5.33 3.67
86 PT.Mulia Industrindo 0 0
87 PT.Surya Toto Indonesia 0 0
88 PT.GT Kabel Indonesia 0 0
89 PT.Jembo Cable Company 0 0
90 PT.Kabelindo Murni 0 8.92
91 PT.Sucaco 0 0
92 PT.Sumi Indo Kabel 0.09 0.09
93 PT.Astra Graphia 0.001 0.001
94 PT.Metrodata Electronics 0.41 1.7
95 PT.Multipolar Corporation 0.007 0.002
96 PT.Astra International 0.04 0.02
97 PT.Astra Otoparts 0.09 0.05
98 PT.Branta Mulia 17.31 23.52
99 PT.Gajah Tunggal 0.08 0.08
100 PT.Goodyear Indonesia 0 6.64
101 PT.Hexindo Adiperkasa 0.01 0.01
102 PT.Indomobil Sukses International 0 0
103 PT.Indospring 0 0
104 PT.Intraco Penta 1.33 1.33
105 PT.Multi Prima Sejahtera 0 0
106 PT.Nippress 18.35 18.35
107 PT.Polychem Indonesia 0.0011 0.0011
108 PT.Prima Alloy Steel 6.27 6.27
109 PT.Selamat Sempurna 0 0
110 PT.Sugi Samapersada 0 0
111 PT.Tunas Ridean 0 0
112 PT.United Tractors 0.04 0.01
113 PT.Interdelta 4.64 21.47
114 PT.Modern Foto Film Company 0 0
115 PT.Perdana Bangun Pusaka 5.58 5.58
116 PT.Bristol Myers Squibb Indonesia 0 0
117 PT.Darya Varia Laboratoria 0 0
118 PT.Indofarma 0.02 0.02
119 PT.Kimia Farma 0.4 0.39
120 PT.Merck 0 0
121 PT.Pyridam Farma 23.08 23.08
112

122 PT.Schering Plough Indonesia 0 0


123 PT.Tempo scan pasific 0.11 0.1
124 PT.Mandom Indonesia 1.79 0.875
125 PT.Mustika Ratu 0 0
126 PT.Unilever Indonesia 0 0

Lampiran 16

Proporsi Komisaris Independen

No Nama Perusahaan 2005 2006


1 PT.Ades Waters Indonesia 33.33333 0
2 PT.Aqua Golden Missisipi 33.33333 33.33333
3 PT.Cahaya Kalbar 33.33333 33.33333
4 PT.Davomas Abadi 33.33333 33.33333
5 PT.Delta Djakarta 20 20
6 PT.Fast Food Indonesia 33.33333 33.33333
7 PT.Indofood Sukses Makmur 30 30
8 PT.Mayora Indah 33.33333 33.33333
9 PT.Multi Bintang Indonesia 28.57143 28.57143
10 PT.Pionerindo Gourmet Internasional 33.33333 50
11 PT.Prasidha Aneka Niaga 20 20
12 PT.Sekar Laut 33.33333 33.33333
13 PT.Siantar Top 50 50
14 PT.Sieerad Produce 50 20
15 PT.SMART 42.85714 42.85714
16 PT.Suba Indah 66.66666 66.66666
17 PT.Tiga Pilar Sejahtera 33.33333 33.33333
18 PT.Tunas Baru Lampung 33.33333 33.33333
19 PT.Ultra Jaya Milk 33.33333 33.33333
20 PT.BAT 50 33.33333
21 PT.Bentoel Internasional Investama 33.33333 33.33333
22 PT.Gudang Garam 60 60
23 PT.HM Sampoerna 40 40
24 PT.Argo Pantes 50 50
113

25 PT.Eratex Djaja 50 33.33333


26 PT.Panasia Filament Inti 33.33333 33.33333
27 PT.Panasia Indosyntec 33.33333 33.33333
28 PT.Roda Vivatex 33.33333 33.33333
29 PT.Sunson Textile Manufacture 28.57143 28.57143
30 PT.Textile Manufacturing Company Jaya 33.33333 33.33333
31 PT.APAC Citra Contertex 33.33333 33.33333
32 PT.Delta Dunia Petroindo 50 50
33 PT.Ever Shine Textile Industry 50 50
34 PT.Fortune Mate Indonesia 33.33333 33.33333
35 PT.Hanson International 33.33333 33.33333
36 PT.Karwell Indonesia 25 25
37 PT.Pan Brothres Tex 33.33333 33.33333
38 PT.Primarindo Asia Infrastructure 40 40
39 PT.Ricky Putra Globalindo 33.33333 33.33333
40 PT.Sepatu Bata 40 40
41 PT.Surya Intrindo Makmur 33.33333 33.33333
42 PT.Barito Pasific Timber 40 25
43 PT.Daya Sakti Unggul Corporation 25 25
44 PT.Sumalindo Lestari Jaya 40 40
45 PT.Surya Dumai Industri 40 40
46 PT.Tirta Mahakam Resources 25 25
47 PT.Fajar Surya Wisesa 33.33333 33.33333
48 PT.Surabaya Agung Industry Pulp 25 25
49 PT.AKR Corporindo 33.33333 33.33333
50 PT.Budi Acid Jaya 33.33333 33.33333
51 PT.Colorpack Indonesia 33.33333 33.33333
52 PT.Eterindo Wahanatama 33.33333 33.33333
53 PT.Lautan Luas 33.33333 33.33333
54 PT.Polysindo Eka Perkasa 33.33333 33.33333
55 PT.Duta Pertiwi Nusantara 28.57143 28.57143
56 PT.Intanwijaya Internasional 33.33333 33.33333
57 PT.Resources Alam Indonesia 33.33333 33.33333
58 PT.Aneka Kemasindo 50 50
59 PT.Argha Karya Prima Industri 33.33333 33.33333
60 PT.Asahimas Flat Glass 33.33333 33.33333
61 PT.Asiaplast Industries 33.33333 33.33333
62 PT.Berlina 33.33333 33.33333
63 PT.Dynaplast 50 50
64 PT.Fatrapolindo Nusa Industri 33.33333 33.33333
65 PT.Kageo Igar Jaya 66.66667 66.66667
66 PT.Langgeng Makmur Plastik 33.33333 33.33333
67 PT.Lapindo International 66.66667 66.66667
68 PT.Siwani Makmur 33.33333 33.33333
69 PT.Tria Sentosa 50 50
70 PT.Holcim Indonesia 33.33333 33.33333
71 PT.Indocement Tunggal Perkasa 42.85714 42.85714
72 PT.Semen Gresik 25 50
73 PT.Betonjaya Manunggal 50 50
74 PT.Indal Alumunium Industry 20 20
75 PT.Jakarta Kyoei Steel Works 50 50
76 PT.Jaya Pari Steel Works 33.33333 33.33333
114

77 PT.Lion Mesh Prima 33.33333 33.33333


78 PT.Lioan Metal Works 33.33333 33.33333
79 PT.Pelangi Indah Canindo 33.33333 33.33333
80 PT.Tembaga Mulia Semanan 40 40
81 PT.Tira Austenite 33.33333 33.33333
82 PT.Kedawung Indah Can 33.33333 33.33333
83 PT.Kedawung Setia Industrial 33.33333 33.33333
84 PT.Arwana Citramulia 50 50
85 PT.Intikeramik Alamasri Industry 50 50
86 PT.Mulia Industrindo 33.33333 33.33333
87 PT.Surya Toto Indonesia 33.33333 33.33333
88 PT.GT Kabel Indonesia 40 40
89 PT.Jembo Cable Company 66.66667 66.66667
90 PT.Kabelindo Murni 80 33.33333
91 PT.Sucaco 50 50
92 PT.Sumi Indo Kabel 40 40
93 PT.Astra Graphia 50 33.33333
94 PT.Metrodata Electronics 33.33333 33.33333
95 PT.Multipolar Corporation 50 50
96 PT.Astra International 30 44.44444
97 PT.Astra Otoparts 40 40
98 PT.Branta Mulia 33.33333 40
99 PT.Gajah Tunggal 42.85714 42.85714
100 PT.Goodyear Indonesia 66.66667 66.66667
101 PT.Hexindo Adiperkasa 33.33333 33.33333
102 PT.Indomobil Sukses International 42.85714 42.85714
103 PT.Indospring 33.33333 33.33333
104 PT.Intraco Penta 33.33333 33.33333
105 PT.Multi Prima Sejahtera 33.33333 33.33333
106 PT.Nippress 66.66667 66.66667
107 PT.Polychem Indonesia 40 40
108 PT.Prima Alloy Steel 33.33333 33.33333
109 PT.Selamat Sempurna 33.33333 33.33333
110 PT.Sugi Samapersada 50 50
111 PT.Tunas Ridean 50 50
112 PT.United Tractors 42.85714 33.33333
113 PT.Interdelta 33.33333 33.33333
114 PT.Modern Foto Film Company 33.33333 33.33333
115 PT.Perdana Bangun Pusaka 33.33333 33.33333
116 PT.Bristol Myers Squibb Indonesia 33.33333 33.33333
117 PT.Darya Varia Laboratoria 33.33333 33.33333
118 PT.Indofarma 33.33333 25
119 PT.Kimia Farma 50 60
120 PT.Merck 33.33333 33.33333
121 PT.Pyridam Farma 33.33333 33.33333
122 PT.Schering Plough Indonesia 33.33333 33.33333
123 PT.Tempo scan pasific 50 50
124 PT.Mandom Indonesia 60 60
125 PT.Mustika Ratu 33.33333 33.33333
126 PT.Unilever Indonesia 20 20
115

Lampiran 17

Keberadaan komite audit

No Nama Perusahaan 2005 2006


1 PT.Ades Waters Indonesia 0 0
2 PT.Aqua Golden Missisipi 0 0
3 PT.Cahaya Kalbar 0 0
4 PT.Davomas Abadi 0 0
5 PT.Delta Djakarta 1 1
6 PT.Fast Food Indonesia 1 1
7 PT.Indofood Sukses Makmur 1 1
8 PT.Mayora Indah 1 1
9 PT.Multi Bintang Indonesia 1 1
10 PT.Pionerindo Gourmet Internasional 1 1
11 PT.Prasidha Aneka Niaga 1 1
12 PT.Sekar Laut 0 0
13 PT.Siantar Top 1 1
14 PT.Sieerad Produce 1 1
15 PT.SMART 1 1
16 PT.Suba Indah 0 0
17 PT.Tiga Pilar Sejahtera 0 0
18 PT.Tunas Baru Lampung 1 1
19 PT.Ultra Jaya Milk 1 1
20 PT.BAT 1 1
21 PT.Bentoel Internasional Investama 1 1
22 PT.Gudang Garam 1 1
23 PT.HM Sampoerna 1 1
24 PT.Argo Pantes 0 0
25 PT.Eratex Djaja 1 1
26 PT.Panasia Filament Inti 1 1
27 PT.Panasia Indosyntec 1 1
28 PT.Roda Vivatex 1 1
29 PT.Sunson Textile Manufacture 1 1
30 PT.Textile Manufacturing Company Jaya 0 0
116

31 PT.APAC Citra Contertex 0 0


32 PT.Delta Dunia Petroindo 0 0
33 PT.Ever Shine Textile Industry 0 0
34 PT.Fortune Mate Indonesia 0 0
35 PT.Hanson International 0 0
36 PT.Karwell Indonesia 0 0
37 PT.Pan Brothres Tex 1 1
38 PT.Primarindo Asia Infrastructure 0 0
39 PT.Ricky Putra Globalindo 1 1
40 PT.Sepatu Bata 1 1
41 PT.Surya Intrindo Makmur 0 0
42 PT.Barito Pasific Timber 1 1
43 PT.Daya Sakti Unggul Corporation 1 1
44 PT.Sumalindo Lestari Jaya 1 1
45 PT.Surya Dumai Industri 1 1
46 PT.Tirta Mahakam Resources 1 1
47 PT.Fajar Surya Wisesa 1 1
48 PT.Surabaya Agung Industry Pulp 1 1
49 PT.AKR Corporindo 1 1
50 PT.Budi Acid Jaya 0 0
51 PT.Colorpack Indonesia 0 0
52 PT.Eterindo Wahanatama 1 1
53 PT.Lautan Luas 1 1
54 PT.Polysindo Eka Perkasa 0 0
55 PT.Duta Pertiwi Nusantara 1 1
56 PT.Intanwijaya Internasional 1 1
57 PT.Resources Alam Indonesia 0 0
58 PT.Aneka Kemasindo 1 1
59 PT.Argha Karya Prima Industri 1 1
60 PT.Asahimas Flat Glass 1 1
61 PT.Asiaplast Industries 1 1
62 PT.Berlina 0 0
63 PT.Dynaplast 1 1
64 PT.Fatrapolindo Nusa Industri 1 1
65 PT.Kageo Igar Jaya 1 1
66 PT.Langgeng Makmur Plastik 1 1
67 PT.Lapindo International 1 1
68 PT.Siwani Makmur 1 1
69 PT.Tria Sentosa 1 1
70 PT.Holcim Indonesia 1 1
71 PT.Indocement Tunggal Perkasa 1 1
72 PT.Semen Gresik 1 1
73 PT.Betonjaya Manunggal 1 1
74 PT.Indal Alumunium Industry 1 1
75 PT.Jakarta Kyoei Steel Works 1 1
76 PT.Jaya Pari Steel Works 1 1
77 PT.Lion Mesh Prima 1 1
78 PT.Lioan Metal Works 1 1
79 PT.Pelangi Indah Canindo 1 1
80 PT.Tembaga Mulia Semanan 1 1
81 PT.Tira Austenite 1 1
82 PT.Kedawung Indah Can 0 0
117

83 PT.Kedawung Setia Industrial 0 0


84 PT.Arwana Citramulia 1 1
85 PT.Intikeramik Alamasri Industry 0 0
86 PT.Mulia Industrindo 1 1
87 PT.Surya Toto Indonesia 1 1
88 PT.GT Kabel Indonesia 1 1
89 PT.Jembo Cable Company 1 1
90 PT.Kabelindo Murni 1 1
91 PT.Sucaco 1 1
92 PT.Sumi Indo Kabel 1 1
93 PT.Astra Graphia 1 1
94 PT.Metrodata Electronics 1 1
95 PT.Multipolar Corporation 1 1
96 PT.Astra International 1 1
97 PT.Astra Otoparts 1 1
98 PT.Branta Mulia 1 1
99 PT.Gajah Tunggal 1 1
100 PT.Goodyear Indonesia 1 1
101 PT.Hexindo Adiperkasa 1 1
102 PT.Indomobil Sukses International 1 1
103 PT.Indospring 0 0
104 PT.Intraco Penta 1 1
105 PT.Multi Prima Sejahtera 1 1
106 PT.Nippress 1 1
107 PT.Polychem Indonesia 1 1
108 PT.Prima Alloy Steel 1 1
109 PT.Selamat Sempurna 1 1
110 PT.Sugi Samapersada 1 1
111 PT.Tunas Ridean 1 1
112 PT.United Tractors 1 1
113 PT.Interdelta 1 1
114 PT.Modern Foto Film Company 1 1
115 PT.Perdana Bangun Pusaka 1 1
116 PT.Bristol Myers Squibb Indonesia 0 0
117 PT.Darya Varia Laboratoria 1 1
118 PT.Indofarma 1 1
119 PT.Kimia Farma 1 1
120 PT.Merck 0 0
121 PT.Pyridam Farma 1 1
122 PT.Schering Plough Indonesia 1 1
123 PT.Tempo scan pasific 0 0
124 PT.Mandom Indonesia 1 1
125 PT.Mustika Ratu 1 1
126 PT.Unilever Indonesia 1 1

You might also like