Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
melalui bursa saham memiliki pemisahan yang jelas antara pemilik modal
mempunyai fungsi yang berbeda yaitu sebagai pemilik modal dan pihak
perusahaan.
Dalam teori agensi, hubungan agensi muncul ketika satu orang atau
utilitas yang maksimal antara mereka. Sebagai agen, manajer secara moral
1
2
pada PT.Lippo Tbk, dan PT. Kimia Farma yang melibatkan pelaporan
2005).
neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, laporan perubahan ekuitas dan
arus kas dari sumber daya yang ada, dan untuk perumusan pertimbangan
pihak yang dapat momonitor agen dengan kepemilikannya yang besar dan
informasi dengan benar (akurat) dan tepat pada waktunya dan kewajiban
4
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
6
7
memiliki informasi yang cukup tentang kinerja agen. Hal inilah yang
keuangan
8
rugi, laporan arus kas, laporan perubahan ekuitas dan catatan atas laporan
keuangan.
menjadi dua kelompok yaitu pihak internal meliputi manajemen dan pihak
pinjaman pada saat jatuh tempo. Bagi konsumen serta masyarakat, laporan
supplier, organisasi buruh, bursa efek, dan para analisis keuangan sebagai
lebih rasional dan adil dalam mencerminkan kondisi perusahaan secara riil
arus kas dari sumber daya yang ada, dan untuk perumusan pertimbangan
daya (IAI, 2004). Bagi pemilik saham dan investor, laba berarti
2005). Pentingnya informasi laba ini disadari oleh manajer, sehingga jika
pada suatu kondisi dimana manajer tidak berhasil mencapai target laba
C. Manajeman Laba
kejadian yang tidak terduga untuk keuntungan pihak yang terlibat dalam
kontrak.
terjadinya hak dan kewajiban, bukan saat penerimaan dan pengeluaran kas
mempercayai angka laba hasil rekayasa tersebut sebagai angka laba tanpa
dua yaitu :
a. Definisi sempit
“ Earning management adalah perilaku manajer untuk bermain
dengan komponen discretionary accruals dalam menentukan
besarnya earning “ . Dalam hal ini Earning management hanya
berkaitan dengan metode akuntansi.
b. Definisi Luas
“ Earning management adalah tindakan manajer untuk
meningkatkan ( mengurangi ) laba yang dilaporkan saat ini
atas suatu unit di mana manajer bertanggung jawab, tanpa
mengakibatkan peningkatan (penurunan) profitabilitas
ekonomis jangka panjang unit tersebut.”.
perjanjian kredit.
3. Motif politik
4. Motif perpajakan
penghematan pajak.
5. Pergantian CEO
mendatang.
dalam hal metode dan estimasi akuntansi. Manajemen laba dapat diukur
yang dapat merugikan pihak lain karena dengan adanya manajemen laba,
perusahaan.
yang baru, karena konsep ini telah ada dan berkembang sejak konsep
an. Kemudian konsep ini menjadi sangat populer dan bahkan dapat
penting dalam dunia ekonomi dan bisnis, antara lain peristiwa krisis
Code) oleh NCCG bersama para pelaku bisnis (Maksum, 2005). Selain itu
governance
2005 ).
intern dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban
mereka, atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan
berkepentingan ( stakeholder ).
yang lebih sehat. Ketiga hal ini jelas akan sangat berpengaruh positif
perusahaan secara positif (Jang Black dan Kim, 2003 dalam Maksum,
2005).
wewenang oleh pihak direksi dalam pengelolaan perusahaan. Hal ini tentu
Laba
terdapat aturan main, prosedur dan hubungan yang jelas antara pihak yang
hubungan antara komisaris, direksi dan manajemen agar terjadi chek and
tidak lagi hanya ditetapkan oleh satu pihak yang dominan misalnya
1. Kepemilikan Institusional
laba dari para investor, sehingga mereka akan tetap cenderung terlibat dalam
manipulasi laba.
2.Kepemilikan Manajerial
karena manajer akan ikut menanggung baik dan buruknya akibat dari
26
diantaranya pemilik.
3. Komisaris Independen
two tiers system yang dianut oleh sistem korporasi di Indonesia, maka
terhadap aktivitas manajemen laba. Hasil penelitian ini juga didukung oleh
Namun hasil penelitian tersebut tidak sama dengan hasil penelitian yang
independensinya.
30
komisaris.
4. Komite Audit
pemonitoran resiko dan proses pengendalian dan baik fungsi audit internal
tindakan ilegal.
F. Peneltian sebelumnya.
2. Muh. Arief Ujiyanto, Variabel dependen : H1 : Kepemilikan institusional 1. Kepemilikan institusional tidak
Bambang Agus 1. Manajemen laba berpengaruh negative signifikan berpengaruh terhadap
Pramuka 2. Kinerja perusahaan terhadap manajemen laba manajemen laba
Variabel independen : H2 : Kepemilikan manajerial 2. Kepemilikan manajerial
1. Kepemilikan berpengaruh negative terhadap berpengaruh negatif tehadap
institusional manajemen laba manajemen laba
2. Kepemilikan H3 : Proporsi dewan komisaris
manajerial independen berpengaruh negative
3. Jumlah dewan komisaris
3. Jumlah dewan terhadap manajemen laba mempunai pengaruh positif
komisaris independen H4 : Ukuran dewan komisaris terhadap manajemen laba
4. Ukuran dewan berpengaruh positif terhadap 4. Ukuran dewan direksi tidak
34
3. Dr. Sylvia Veronica , Variabel dependen : H1a : Rata- rata akrual 1. Rata – rata pengelolaan laba
Dr. Sidhrata Utama 1. Manajemen laba diskresioner pada perusahaan pada perusahaan dengan
Variabel independen : dengan kepemilikan keluarga kepemilikan keluarga tinggi dan
1. Kepemilikan keluarga tinggi dan bukan perusahaan bukan perusahaan konglomerasi
2. Kepemilikan konglomerasi berbeda secara signifikan lebih tinggi
institusional dibandingkan rata – rata akrual daripada rata – rata pengelolaan
3. Ukuran perusahaan diskressioner pada perusahaan lain laba pada perusahaan lain
4. Kualitas audit H1b : Kepemilikan institusional 2. Kepemilikan institusional tidak
5. Ukuran dewan mempunyai pengaruh terhadap berpengaruh terhadap
komisaris independen akrual deskresioner manajemen laba
6. ada atau tidaknya H1c : Kapitalisasi pasar 3. Ukuran perusahaan berpengaruh
komite audit mempunyai pengaruh terhadap negatif terhadap manajemen
akrual diskresioner laba
H1d : rata – rata diskresioner
perusahaan yang diaudit oleh KAP
4. Ukuran KAP tidak berpengaruh
Big 4 berbeda dengan rata – rata terhadap manajemen laba
akrual diskresioner perusahaan 5. Proporsi dewan komisaris
yang diaudit oleh KAP Non Big 4 independen tidak berpengaruh
H1e : Proporsi dewan komisaris terhadap manajemen laba
independen mempunyai pengaruh 6. Keberadaan komite audit tidak
terhadap akrual deskresioner berpengaruh terhadap
H1f : Rata – rata akrual manajemen laba
diskresioner perusahaan yang
mempunyai komite audit berbeda
dengan rata – rata akrual
35
8. Edy Suranta, Pratana Variabel dependen : H1 : Komite audit berpengaruh 1. Komite audit berpengaruh
Puspa Midiastuty 1. Manajemen laba negatif dan signifikan terhadap negatif terhadap manajemen
Variabel independent : praktek manajemen laba laba
1. Komite audit H2 : Proporsi komisaris 2. Proporsi komisaris independen
2. Proporsi Komisaris independen yang semakin besar tidak berpengaruh terhadap
independen akan berpengaruh negative dan manajemen laba
3. Ukuran dewan direksi signifikan terhadap praktek
yang semakin besar manajemen laba
3. Ukuran dewan direksi
berpengaruh positif H3 : Ukuran dewan direksi yang berpengaruh positif terhadap
dan signifikan terhadap semakin besar berpengaruh positif manajemen laba
manajemen laba dan signifikan terhadap 4. Kepemilikan isntitusional
4. Kepemilikan manajemen laba berpengaruh negatif terhadap
institusional H4 : Kepemilikan institusional manajemen laba
berpengaruh negatif berpengaruh negatif dan signifikan 5. Kepemilikan manajerial
dan signifikan terhadap terhadap manajemen laba berpengaruh positif terhadap
manajemen laba H5 : Kepemilikan manajerial manajemen laba
5. Kepemilikan berpengaruh negatif dan signifikan
manajerial terhadap praktek manajemen laba
berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap
praktek manajemen
laba
9. Marihot Nasution, Variabel dependen : H1 : Komposisi dewan komisaris 1. Komposisi dewan
Doddy Setiawan 1. Manajemen laba berpengaruh terhadap manajemen komisaris berpengaruh negatif
Variabel independen : laba terhadap manajemen laba
1. Komposisi dewan H2 : Ukuran dewan komisaris 2. Ukuran dewan komisaris
komisaris berpengaruh terhadap manajemen berpengaruh positif terhadap
2. Ukuran dewan laba manajemen laba
komisaris H3: Keberadaan komite audit
3. Keberdaan komite independent berpengaruh terhadap
3. Keberadaan komite audit
audit manajemen laba berpengaruh negatif terhadap
4. Ukuran perusahaan H4 : Ukuran perusahaan manajemen laba
berpengaruh terhadap manajemen 4. ukuran perusahaan tidak
laba berpengaruh terhadap
39
manajemen laba
40
G. Kerangka Berpikir
Teori Agensi
Laporan Keuangan
Manajemen Laba
H. Hipotesis
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
laba perusahaan, akan dilakukan dengan alat uji statistik untuk menguji hubungan
antara variabel – variabel yang diteliti dan membuat kesimpulan berdasarkan hasil
perhitungan tersebut.
program SPSS.
B.Populasi
public sektor manufaktur yang terdaftar di BEI sejak awal tahun 2005 dan masih
tercatat hingga akhir tahun 2006. Penelitian ini menggunakan semua populasi
yang memenuhi syarat yang ditentukan yaitu menggunakan satuan mata uang
41
42
proksi tingkat akrual yang normal dari yang tidak normal kurang tepat jika
berbeda (Dewi, 2005). Periode pengamatan diambil dari tahun 2005 karena tahun
melalui surat keputusan direksi Kep 339/BEJ/07-2001 dan keputusan direksi BEJ
independen.
penelitian ini adalah modifikasi model Jones karena model ini dianggap lebih baik
diantara model yang lain untuk mengukur manajemen laba karena model ini
(2007).
43
TAC=Nit–CFOit.……………………………………………….…....…...(1)
Nilai total accrual (TA) yang diestimasi dengan persaman regresi OLS
sebagai berikut:
Keterangan :
e = error
karena adanya fungsi pengawasan yang lebih baik dari investor institusional.
yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan (direksi dan
tujuan.
manajemen, pemegang saham mayoritas, pejabat atau dengan cara lain yang
5. Komite audit adalah sutau komite yang beranggotakan satu atau dua kebih
komite audit yang sesuai dengan peraturan BEI, sedangkan skala 0 untuk
perusahaan yang tidak memiliki komite audit yang tidak sesuai dengan peraturan
BEI.
45
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dengan rincian
sebagai berikut :
discretionary accruals, data yang diperlukan adalah laporan laba rugi (laba
bersih perusahaan), laporan arus kas (arus kas bersih dari kativitas
adalah :
laporan keuangan
laporan keuangan
laporan keuangan
46
Semua data laporan keuangan dan annual report perusahaan tahun 2005 –
bapepam.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji
nilai variabel terikat jika variabel bebas naik sebesar satu satuan.
Y = a + b1X1 +b2X2+b3X3+b4X4+e
Keterangan :
Y = manejemen laba
X1 = kepemilikan institusional
X2 = kepemilikan manajerial
e = error term
perusahaan
a. Uji Normalitas
normalitas.Apabila asumsi ini tidak terpenuhi, baik uji F maupun uji t dan
dengan melihat penyebaran titik – titik pada sumbu diagonal pada grafik.
diagonal dan mengikuti arah garis diagonal dan mengikuti arah garis
menyebar menjauhi garis diagonal dan tidak mengikuti arah garis diagonal
b. Uji multikolinieritas
dapat diestimasi dan interpretasi menjadi bias. Salah satu cara untuk
VIF bila nilai VIF kurang dari 10 maka tidak terdapat gejala
c.Uji autokorelasi
autokorelasi.
49
d. Uji heterokedastisitas
terdapat varian yang tidak sama dalam kesalahan pengganggu. Satu asumsi
penting dari model regresi linier klasik adalah bahwa gangguan yang
Ho = β1 = β2 = β3 = β4 = 0
signifikan tidaknya uji F dapat dilihat dari angka signifikasi uji F. Jika
angka signifikansi uji F lebih kecil dari tingkat signifikasi pada level yang
Ho : β1 = 0
H1 : β1 ≠ 0
Jika angka signifikansi uji t lebih kecil dari tingkat signifikasi pada level
daya menjadi barang jadi melalui suatu proses pabrikasi. Oleh karena itu, aktivitas
kurangnya mempunyai tiga kegiatan utama yaitu kegiatan untuk memperoleh atau
menyimpan input atau bahan baku, kegiatan pengolahan atau pabrikasi maupun
perakitan atas bahan baku menjadi barang jadi, dan kegiatan menyimpan atau
memasarkan barang jadi. Ketiga kegiatan utama tersebut harus tercermin dalam
Dari segi produk yang dihasilkan, aktivitas industri manufaktur dewasa ini
mencakup berbagai jenis usaha antara lain yaitu industri dasar dan kimia yang
industri kimia, industri plastic dan kemasan, industri pakan ternak. Aneka industri
yang terdiri atas industri mesin dan alat berat, industri otomotif dan
komponennya, industri perakitan, indsutri tekstil dan garmen, indsutri sepatu dan
alas kaki, dan industri barang elektronika. Industri makanan dan minuman yang
sampai dengan tahun 2007 adalah sebanyak 142 perusahaan. Jumlah emiten yang
52
53
terdaftar di Bursa Efek Indonesia sampai saat ini kurang lebih berjumlah 354
perusahaan. Sebelum tahun 2007 Bursa Efek di Indonesia belum bernama Bursa
Efek Indonesia melainkan Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya. Bursa
Efek Indonesia itu sendiri merupakan penggabungan antara Bursa Efek Jakarta
2. Populasi Penelitian
public sektor manufaktur yang terdaftar di BEI sejak awal tahun 2005 dan masih
tercatat hingga akhir tahun 2006. Penelitian ini menggunakan semua populasi
yang memenuhi syarat yang ditentukan yaitu menggunakan satuan mata uang
yang menjadi populasi dalam penelitian ini terdiri dari 126 perusahaan.
independen dan keberadaan komite audit selama periode penelitian dapat dilihat
54
dapat dilihat pada lampiran dapat diketahui bahwa kebanyakan dari populasi
dalam penelitian ini melakukan manajemen laba dengan pola income decreasing,
menaikkan labanya.
terhadap asumsi model klasik yang meliputi uji normalitas, multikolneritas, uji
a. Uji Normalitas
Asumsi normalitas gangguan atau error term penting sekali sebab uji
eksistensi model (Uji F) maupun uji validitas pengaruh variabel independen dan
asumsi ini tidak terpenuhi, baik uji F maupun uji t dan estimasi nilai variabel
titik – titik pada sumbu diagonal pada grafik. Dasar pengambilan keputusannya
jika titik – titik menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
55
diagonal dan mengikuti arah garis diagonal maka memenuhi asumsi normalitas.
Sebaliknya jika titik – titik menyebar menjauhi garis diagonal dan tidak mengikuti
arah garis diagonal maka persamaan regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
Grafik 4.1
1.0
Expected Cum Prob
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0
Observed Cum Prob
data yang berada disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal.Sehingga
b. Uji Multikolinieritas
multikolinieritas dengan menggunakan nilai VIF (variance inflation factor), nilai VIF
56
lebih kecil dari angka 10 menunjukkan tidak terdapat gejala multikolinieritas antar
variabel independen. Hasil uji multikolinieritas disajikan pada tabel 4.1 berikut ini
Tabel 4.1
Hasil uji multikolinieritas
Variabel VIF Keterangan
Kepemilikan institusional 1,174 Tidak terjadi
multikolinieritas
Kepemilikan manajerial 1,181 Tidak terjadi
multikolinieritas
Proporsi Komisaris Independen 1,007 Tidak terjadi
multikolneritas
Komite Audit 1,017 Tidak terjadi
multikolinieritas
Sumber : Lampiran 18
independen yang digunakan menghasilkan VIF lebih kecil dari 10. Berdasarkan hasil
tersebut maka dapat disimpulkan tidak terdapat gejala multikolinieritas antar variabel
c. Uji Autokorelasi
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah dalam suatu model regresi
linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t, dengan kesalahan
pada periode t-1. Jika terjadi korelasi, berarti terjadi autokorelasi. Dengan jumlah
obsevasi (n) sebanyak 252 dan variabel independen (k) sebanyak 4 variabel, pada
tabel Durbin-Watson akan diperoleh nilai batas atas (dU) = 1,810 dan batas bawah
d. Uji Heterokedastisitas
57
Uji ini dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi terdapat
varian yang tidak sama dalam kesalahan pengganggu dan cara yang digunakan
Tabel 4.2
Hasil Uji Heterokedastisitas
Variabel t hitung T tabel Keterangan
Kepemilikan institusional 0,781 ± 1,96 Tidak terjadi heterokedastisitas
Kepemilikan manajerial -1,072 ± 1,96 Tidak terjadi heterokedastisitas
Proporsi komisaris independent -1,703 ± 1,96 Tidak terjadi heterokedastisitas
Komite audit -0,660 ± 1,96 Tidak terjadi heterokedastisitas
Sumber : Lampiran 18
tabel<1.96). Hal ini berararti bahwa tidak terjadi heterokedastisitas dalam model
yang digunakan.
2. Pengujian Hipotesis
Tabel 4.3
Hasil Uji F
F Hitung Sig Ho
1,310 0,267 Diterima
Sumber : Lampiran 18
signifikansi adalah sebesar 0.267 lebih besar dibadingkan dengan 0.05 maka H0
diterima dan H1a ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel independen
Tabel 4.4
Hasil Uji t
Variabel Sig Keterangan
Kepemilikan Institusional 0,621 Tidak mempunyai pengaruh
institusional memiliki angka signifikansi diatas 0,05 yaitu sebesar 0,621.Hal ini
diatas 0.05 yaitu sebesar 0,111. Hal ini berarti variabel kepemilikan manajerial
institusional memiliki angka signifikansi diatas 0,05 yaitu sebesar 0,129. Hal ini
yaitu sebesar 0,889. Hal ini berarti variabel kepemilikan institusional tidak
1. Kepemilikan Institusional
manajemen laba. Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan
Jensen (1976), dan Pranata dan Mas’ud (2003) yang menemukan adanya
Ujiyantho (2007). Hasil penelitian ini sejalan dengan pandangan atau konsep yang
current earnings (Porter, 1992 dalam Pranata dan Mas’ud 2003). Akibatnya
manajer terpaksa untuk melakukan tindakan yang dapat meningkatkan laba jangka
pendek, misalnya dengan melakukan manipulasi laba. Pandangan yang sama juga
memenuhi target laba dari para investor, sehingga mereka akan tetap cenderung
2. Kepemilikan Manajerial
besar dari 0,05. Hal ini mungkin disebabkan jumlah kepemilikan manajerial untuk
institusional. Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh
Midiastuty (2003) dan Ujiyantho (2007). Namun hasil penelitian ini mendukung
hasil penelitian yang dilakukan oleh Gabrielsen (1997) dalam Ujiyantho (2007)
menemukan hasil yang positif tetapi tidak signifikan antara kepemilikan manajerial
dengan manajemen laba. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pada
kepemilikan saham bukan berarti tidak mungkin terjadi manipulasi yang berupa
manajemen laba. Selain itu hasil penelitin ini menunjukkan suatu indikasi bahwa
laba yang dilakukan oleh perusahaan dan kepentingan tersebut kemungkinan sejalan
dengan kepentingan para manajer. Menurut Scott (2003), manajer juga perlu
61
melakukan manajemen laba karena tindakan tersebut dapat meningkatkan utilitas dan
dengan pemilik perusahaan, kontrak kompensasi yang efisien dengan karyawan atau
tenaga kerja. Selain itu dengan manajemen laba maka kepentingan manajemen akan
pada suatu saat perusahaan melaporkan laba negatif atau menurun para kreditor bisa
membiarkan modal kerja dan ekuitas perusahaan jatuh pada level terendah sehingga
manajer perlu melakukan manajemen laba yaitu dengan menaikkan laba. Namun
tindakan manajemen laba harus dilakukan sesuai dengan pilihan metode – metode
akuntansi yang diperkenankan dan tidak dilakukan secara agresif (Lako, 1997; 70).
proporsi komisaris independen yang dimiliki oleh perusahaan dalam peneitian ini
independen memiliki tingkat signifikansi yang lebih besar dari 0,05 maka proporsi
penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Wedari
62
(2004) dan Suranta (2005) yang menemukan hasil proporsi komisaris independen
selain itu ketentuan minimum dewan komisaris independen sebesar 30% mungkin
belum cukup tinggi untuk menyebabkan para komisaris independen tersebut dapat
mendominasi kebijakan yang diambil oleh dewan komisaris dan mungkin dapat
menurun.Hal tersebut dapat juga terjadi karena kondisi pasar modal Indonesia
4 . Komite Audit
63
penelitian ini tidak ditemukan cukup bukti bahwa komite audit memiliki pengaruh
terhadap manajemen laba karena variabel ini memiliki angka signifikansi yang
lebih besar dari 0,05. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian dari
Veronica ( 2005) yang juga menemukan bahwa komite audit tidak mempunyai
perusahaan mungkin hanya dilakukan untuk pemenuhan regulasi saja tetapi tidak
Hal tersebut didukung oleh sebuah riset yang dilakukan oleh The Indonesian
keberadaan saja tidak cukup untuk mengukur efektivitas pengawasan komite audit
komite audit, dan kompetensi dari komite audit itu sendiri (Sulistyanto,
2008;157).
BAB V
A. Kesimpulan
B. Saran
kategori industri, dimana model perhitungan akrual tetap bisa dilakukan. Dengan
pengambilan sampel yang berasal dari berbagai ketegori industri diharapkan hasil
diharapkan pengukuran terhadap trend manajemen laba oleh perusahaan bisa lebih
akurat.
65
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, Rosiyana. 2003. Dampak Manajemen Laba terhadap Kualitas Laba dan
Reakasi Pasar. Konferensi Nasional Akuntansi
FCGI. 2001. Peranan Dewan Komisaris dan Komite Audit dalam Pelaksanaan
Corporate Governance. Jakarta: Forum for Corporate Governance in
Indonesia.
Halim, Julia . dkk. 2005. Pengaruh Manajemen Laba Pada Tingkat Pengungkapan
Laporan Keuangan Pada Perusahaan Manufaktur yang termasuk dalam LQ-
45. Makalah Simposium Nasional Akuntansi VIII. Solo: 15 – 16 September
2005.
Ikatan Akuntansi Indonesia. 2004. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta :
Salemba Empat
66
67
Scott, R. 2000. Financial Accounting Theory. Prentice Hall Canada Inc: Second
Edition
Sugiarto, Sopa. 2003. Perataan Laba dalam Mengantisipasi Laba Masa Depan
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Simposium
Nasional Akuntansi VI. Surabaya : 16 – 17 Oktober 2007
68
Suranta, Edy dan Midiastuty, Pratana Puspa. 2005. Pengaruh Good Corporate
Governance Terhadap Praktek Manajemen Laba. Konferensi Nasional
Akuntansi.
Tunggal, Syahputra Iman dan Tunggal, Wijdaja Amin. 2002. Memahami Konsep
Corporate Governance. Jakarta: Hervarindo
Utomo, Yuni Prihadi. 2007. Eksplorasi Data dan Analisi Regresi dengan SPSS.
Surakarta: Universitas Muhammadiyah Press
Lampiran 1
45 PT.Surya Dumai Industri
No Nama Perusahaan 46 PT.Tirta Mahakam Resources
1 PT.Ades Waters Indonesia 47 PT.Fajar Surya Wisesa
2 PT.Aqua Golden Missisipi 48 PT.Surabaya Agung Industry Pulp
3 PT.Cahaya Kalbar 49 PT.AKR Corporindo
4 PT.Davomas Abadi 50 PT.Budi Acid Jaya
5 PT.Delta Djakarta 51 PT.Colorpack Indonesia
6 PT.Fast Food Indonesia 52 PT.Eterindo Wahanatama
7 PT.Indofood Sukses Makmur 53 PT.Lautan Luas
8 PT.Mayora Indah 54 PT.Polysindo Eka Perkasa
9 PT.Multi Bintang Indonesia 55 PT.Duta Pertiwi Nusantara
10 PT.Pionerindo Gourmet Internasional 56 PT.Intanwijaya Internasional
11 PT.Prasidha Aneka Niaga 57 PT.Resources Alam Indonesia
12 PT.Sekar Laut 58 PT.Aneka Kemasindo
13 PT.Siantar Top 59 PT.Argha Karya Prima Industri
14 PT.Sieerad Produce 60 PT.Asahimas Flat Glass
15 PT.SMART 61 PT.Asiaplast Industries
16 PT.Suba Indah 62 PT.Berlina
17 PT.Tiga Pilar Sejahtera 63 PT.Dynaplast
18 PT.Tunas Baru Lampung 64 PT.Fatrapolindo Nusa Industri
19 PT.Ultra Jaya Milk 65 PT.Kageo Igar Jaya
20 PT.BAT 66 PT.Langgeng Makmur Plastik
21 PT.Bentoel Internasional Investama 67 PT.Lapindo International
22 PT.Gudang Garam 68 PT.Siwani Makmur
23 PT.HM Sampoerna 69 PT.Tria Sentosa
24 PT.Argo Pantes 70 PT.Holcim Indonesia
25 PT.Eratex Djaja 71 PT.Indocement Tunggal Perkasa
26 PT.Panasia Filament Inti 72 PT.Semen Gresik
27 PT.Panasia Indosyntec 73 PT.Betonjaya Manunggal
28 PT.Roda Vivatex 74 PT.Indal Alumunium Industry
29 PT.Sunson Textile Manufacture 75 PT.Jakarta Kyoei Steel Works
PT.Textile Manufacturing Company 76 PT.Jaya Pari Steel Works
30 Jaya
77 PT.Lion Mesh Prima
31 PT.APAC Citra Contertex
78 PT.Lioan Metal Works
32 PT.Delta Dunia Petroindo
79 PT.Pelangi Indah Canindo
33 PT.Ever Shine Textile Industry
80 PT.Tembaga Mulia Semanan
34 PT.Fortune Mate Indonesia
81 PT.Tira Austenite
35 PT.Hanson International
82 PT.Kedawung Indah Can
36 PT.Karwell Indonesia
83 PT.Kedawung Setia Industrial
37 PT.Pan Brothres Tex
84 PT.Arwana Citramulia
38 PT.Primarindo Asia Infrastructure
85 PT.Intikeramik Alamasri Industry
39 PT.Ricky Putra Globalindo
86 PT.Mulia Industrindo
40 PT.Sepatu Bata
87 PT.Surya Toto Indonesia
41 PT.Surya Intrindo Makmur
88 PT.GT Kabel Indonesia
42 PT.Barito Pasific Timber
89 PT.Jembo Cable Company
43 PT.Daya Sakti Unggul Corporation
90 PT.Kabelindo Murni
44 PT.Sumalindo Lestari Jaya
91 PT.Sucaco
71
Lampiran 2
Net Income
( dalam jutaan rupiah )
Lampiran 3
Lampiran 4
Perubahan pendapatan
Lampiran 5
Perubahan piutang
Lampiran 6
Aktiva tetap
Lampiran 7
Lampiran 8
Tac / At – 1
Lampiran 9
1/ At- 1
Lampiran 10
Δ rec – Δ rev / at – 1
Lampiran 11
PPE/At-1
Lampiran 12
NDTAC
Lampiran 13
DTAC
Lampiran 14
Kepemilikan Institusional
Lampiran 15
Kepemilikan Manajerial
70 PT.Holcim Indonesia 0 0
71 PT.Indocement Tunggal Perkasa 0 0
72 PT.Semen Gresik 0 0
73 PT.Betonjaya Manunggal 9.58 9.58
74 PT.Indal Alumunium Industry 0 0
75 PT.Jakarta Kyoei Steel Works 0 0
76 PT.Jaya Pari Steel Works 2.2 2.20
77 PT.Lion Mesh Prima 25.61 25.58
78 PT.Lioan Metal Works 0.18 0.18
79 PT.Pelangi Indah Canindo 0.13 0.13
80 PT.Tembaga Mulia Semanan 0 0
81 PT.Tira Austenite 0.3 0.24
82 PT.Kedawung Indah Can 4.6 4.6
83 PT.Kedawung Setia Industrial 0 0
84 PT.Arwana Citramulia 0 0
85 PT.Intikeramik Alamasri Industry 5.33 3.67
86 PT.Mulia Industrindo 0 0
87 PT.Surya Toto Indonesia 0 0
88 PT.GT Kabel Indonesia 0 0
89 PT.Jembo Cable Company 0 0
90 PT.Kabelindo Murni 0 8.92
91 PT.Sucaco 0 0
92 PT.Sumi Indo Kabel 0.09 0.09
93 PT.Astra Graphia 0.001 0.001
94 PT.Metrodata Electronics 0.41 1.7
95 PT.Multipolar Corporation 0.007 0.002
96 PT.Astra International 0.04 0.02
97 PT.Astra Otoparts 0.09 0.05
98 PT.Branta Mulia 17.31 23.52
99 PT.Gajah Tunggal 0.08 0.08
100 PT.Goodyear Indonesia 0 6.64
101 PT.Hexindo Adiperkasa 0.01 0.01
102 PT.Indomobil Sukses International 0 0
103 PT.Indospring 0 0
104 PT.Intraco Penta 1.33 1.33
105 PT.Multi Prima Sejahtera 0 0
106 PT.Nippress 18.35 18.35
107 PT.Polychem Indonesia 0.0011 0.0011
108 PT.Prima Alloy Steel 6.27 6.27
109 PT.Selamat Sempurna 0 0
110 PT.Sugi Samapersada 0 0
111 PT.Tunas Ridean 0 0
112 PT.United Tractors 0.04 0.01
113 PT.Interdelta 4.64 21.47
114 PT.Modern Foto Film Company 0 0
115 PT.Perdana Bangun Pusaka 5.58 5.58
116 PT.Bristol Myers Squibb Indonesia 0 0
117 PT.Darya Varia Laboratoria 0 0
118 PT.Indofarma 0.02 0.02
119 PT.Kimia Farma 0.4 0.39
120 PT.Merck 0 0
121 PT.Pyridam Farma 23.08 23.08
112
Lampiran 16
Lampiran 17