Professional Documents
Culture Documents
SKRIPSI
Diajukan Kepada
Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik ( STISIP ) Muhammadiyah Sidenreng
Rappang Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program
Sarjana Politik (S1) Pada Program Studi Ilmu Pemerintahan
OLEH
SKRIPSI
Program Studi
Ilmu Pemerintahan
Kepada
2007
i
HALAMAN PENGESAHAN
SKRIPSI
Menyetujui / Mengesahkan
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui
An. Ketua STISIP Muhammadiyah Sidrap
Ketua Prodi Ilmu Pemerintahan
MULIANI. S, S.IP,M.Si
ii
PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Diterima oleh Panitia Ujian Skripsi Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
(STISIP) Muhammadiyah Kabupaten Sidenreng Rappang, sebagai salah satu
persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan pada Program Studi
Ilmu Pemerintahan, Pada Hari ……………….. tanggal ……… Desember 2007.
Tim Penguji :
1. K e t u a : ……………………………….
2. Sekretaris : ……………………………….
3. Anggota :
3.1 : ………………………………
3.2 : ………………………………
3.3 : ………………………………
Disahkan oleh
iii
PRAKATA
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas Berkah, Rahmat dan Karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini untuk memenuhi persyaratan
penyelesaian studi pada Sekolah Tinggi Ilmu sosial dan Ilmu Politik ( STISIP )
menuangkan ide dan konsep pemikiran sangat terbatas, sehingga tidak menutup
penulis mengalami banyak kendala. Namun oleh karena motivasi dan sumbangan
pemikiran serta sumbangan yang berupa material, maka karya ilmiah ini dapat
2. Ibu Muliani, S, S.IP, M.Si selaku pembimbing sekaligus ketua program study
3. Ibu Dra. Hj. Nurjannah Nonci, M.Si selaku pembimbing yang sangat baik.
5. Bapak serta Ibu Dosen STISIP Muhammadiyah Sidrap yang telah banyak
iv
6. Rekan-rekan sekalian yang senantiasa memberikan ide dan masukan selama
8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang secara langsung
maupun tidak langsung telah membantu dalam proses penyusunan skripsi ini.
Penulis
v
ABSTRAK
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN ii
PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI iii
KATA PENGANTAR iv
ABSTRAK vi
DAFTAR ISI vii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 4
C. Tujuan Penelitian 5
D. Manfaat Penelitian 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7
A. Kerangka Teori 7
1. Tingkat Pendidikan 7
2. Kinerja 15
3. Kepala Desa 23
B. Kerangka Pikir 28
C. Hipotesis 30
BAB III METODE PENELITIAN 31
A. Lokasi Penelitian 31
B. Jenis Penelitian 31
C. Populasi dan Sampel 31
D. Jenis dan Sumber Data 32
E. Teknik Pengumpulan Data 33
F. Definisi Operasional Variabel 34
G. Teknik Analisis Data 36
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 40
A. Gambaran Umum Kabupaten Sidenreng Rappang 40
B. Karakteristik Responden 42
vii
C. Deskripsi Penelitian 46
D. Pengujian Hipotesis 49
E. Pembahasan Hasil Analisis 52
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 54
A. Kesimpulan 54
B. Saran 55
DAFTAR PUSTAKA 56
viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
sebagai kunci pokok tercapainya cita-cita bangsa yang merdeka dan berkembang.
pada tingkat pemerintahan yang paling bawah, dalam hal ini dimulai pada tingkat
manusianya.
Peraturan Daerah Kab. Sidenreng Rappang Nomor 1 s/d 10 Tahun 2007 tentang
Desa.
1
Dalam Perda Nomor 1 Tahun 2007 tentang Desa, pada Pasal 5 dan Pasal 6
mengemukakan bahwa tugas dan kewajiban yang paling utama untuk Kepala Desa
dengan baik, maka tugas dan kewajiban yang lainnya sudah dapat terlaksana dengan
baik pula. Sebab dalam Pemerintahan telah mencakup dan mengatur semua bidang,
baik itu Bidang Sosial Kemasyarakatan, Bidang Ekonomi, Bidang Politik dan
Pemerintahan dengan baik, maka Kepala Desa dituntut untuk menguasai bidang ilmu
pemerintahan.
( persyaratan bakal calon kepala desa ) pada huruf “c” menyatakan “ berpendidikan
Ilmu Pemerintahan yang dipelajari di bangku SLTP atau sederajat ada pada
mata pelajaran PPKN, namun pembahasannya baru pada tahap dasarnya saja.
Kemudian di tingkat SMU yaitu pada mata pelajaran PPKN dan Tata Negara baru
pada tingkat pengantar. Lebih lanjut secara spesifik Ilmu Pemerintahan dibahas pada
banyak mata kuliah di perguruan tinggi yang memiliki jurusan ilmu sosial dan ilmu
politik.
Oleh karena Perda Nomor 5 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pencalonan
“ Setiap warga masyarakat berhak memilih dan dipilih dalam pemilihan kepala desa,
sesuai dengan ketentuan sebagaimana diatur didalam pasal 12 dan pasal 14 Peraturan
2
daerah ini. ” , sehingga orang yang menjadi Kepala Desa adalah yang telah
Desa itu. Warga yang memilih Kepala Desa memiliki dasar dan berbagai alasan yang
atau tingkat pendidikan yang berbeda-beda, mulai dari yang berpendidikan akhir
SLTP atau sederajat sampai yang berpendidikan akhir Sarjana. Serta yang tidak dapat
dibantah pula bahwa disamping itu, kepala desa di Kab. Sidrap juga menghasilkan
kantor desa, sering kita dapati kantor desa masih lengang di pagi hari, masih untung
kalau kita dapati satu atau dua orang, bahkan dibeberapa tempat tidak ada sama
sekali, padahal jam kerja sudah dimulai. Pegawai desa akan mulai berdatangan baru
pelayanan lalu datang di pagi hari, mereka harus bersabar menunggu untuk dilayani
hingga pukul 09.30 pagi. Keadaan ini sangat berbeda dengan yang terjadi di kantor
sudah dimulai hanya beberapa saat setelah apel pagi dilaksanakan, yaitu sekitar pukul
3
Berbicara soal kinerja kepala desa, mungkin masih kita ragukan, hal ini
tidak seluruhnya demikian bagi kepala desa, namun sebagian besar hal tersebut
desa menjadi sangat sulit. Padahal laporan pertanggung jawaban inilah menjadi salah
aparat desa agar memiliki kinerja yang lebih baik, akan tetapi hal ini tidak bisa
desa).
B. Rumusan Masalah
4
2. Apakah ada perbedaan kinerja antara Kepala Desa yang berpendidikan SLTP
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
berpendidikan SLTP kebawah dengan Kepala Desa yang berpendidikan di atas SLTP.
D. Manfaat Penelitian.
memberi manfaat :
a. Manfaat Teoritis
b. Manfaat Praktis
5
1. Memberikan sumbangan pemikiran bagi pemerintah Kabupaten
di masa mendatang.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori
1. Tingkat Pendidikan
a. Tingkat.
Kata “tingkat” dapat juga dimaknai sebagai susunan dan urutan dari sesuatu
yang dilalui atau berupa pengalaman yang telah menghasilkan sebuah proses. Dalam
sebuah proses tersebut adalah pendidikan yang merupakan urutan dari bentuk-bentuk
tidak diketahuinya atau ingin mengetahuinya lebih mendalam lagi. Kata “tingkat”
7
mendalam dan berkelanjutan ini berlangsung pada proses belajar mengajar yang
disusun sedemikian rupa menjadi sebuah sistem untuk belajar secara umum.
b. Pendidikan.
yaitu :
1. Pendidikan Informal
2. Pendidikan Formal
seseorang yang dimulai dari Pendidikan Dasar atau lebih dikenal dengan
8
sebutan Sekolah Dasar atau sekolah yang mengajarkan pelajaran dalam
biasa disebut Sekolah Tinggi, Universitas, atau Akademi yang di beri gelar
Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) yang biasa juga disebut Sekolah
II), kemudian Diploma (D III), kemudian Sarjana Strata Satu ( Sarjana S1),
tertinggi adalah Sarjana Strata Tiga (Sarjana S3). Untuk lebih jelasnya dapat
9
Dalam buku “ Sidrap dalam Angka Tahun 2007 “ di kemukakan
Satu (S1), Sarjana Strata Dua (S2), Sarjana Strata Tiga (S3). Begitu juga
10
berpendidikan sedang apabila menyelesaikan pendidikan Sekolah Lanjutan
Tingkat Atas (SLTA) atau yang sederajat, Diploma Satu (DI), Diploma Dua
(DII), dan Diploma Tiga (DIII). Dan seseorang dapat dikatakan memiliki
Makanya dalam perekrutan tenaga kerja atau Calon Pegawai Negeri Sipil
11
3. Pendidikan Nonformal
yang erat antara jenis yang satu dengan jenis yang lainnya. Jenis kecerdasan tersebut
1. Kecerdasan Otak
2. Kecerdasan Emosi
kepercayaan; dan penguasaan diri atau sinergi. Kecerdasan emosi ini telah
12
Robert K. Cooper Ph.D. seorang cendikiawan peneliti sistem
mengubahnya dari sesuatu yang kita pikir menjadi sesuatu yang kita jalani.
Hati tahu hal-hal yang tidak, atau tidak dapat, diketahui oleh pikiran. Hati
adalah sumber energi dan perasaan mendalam yang menuntut kita belajar,
murni kognitif relatif tidak berubah (IQ), maka kecakapan emosi dapat
dipelajari kapan saja. Tidak peduli orang itu peka atau tidak, pemalu,
pemarah atau sulit bergaul dengan orang lain sekalipun, dengan motivasi
dan usaha yang benar, kita dapat mempelajari dan menguasai kecakapan
emosi tersebut.
3. Kecerdasan Spiritual
temuan terkini secara ilmiah, pertama kali digagas oleh Danah Zohar dan
13
diantaranya adalah : Pertama, riset ahli psikologi/syaraf , Michael Persinger
pada awal tahun 1990-an, dan lebih mutakhir lagi tahun 1997 oleh ahli
syaraf V.S. Ramachandran dan tim nya dari California University, yang
Singer pada era 1990-an atas The Binding Problem, yang menunjukkan ada
proses syaraf dalam otak manusia yang berkonsentrasi pada usaha yang
tinggi memadukan kecerdasan emosi (EQ) dan kecerdasan otak (IQ), dan tidak hanya
14
2. Kinerja
Pendidikan dan Kebudayaan, penerbit Balai Pustaka, Jakarta Tahun 2003, Kinerja
(Efektif dan efisien) serta berkualitas berupa pengendalian terus menerus dari
mengemukakan bahwa Kinerja atau prestasi kerja adalah suatu yang dikerjakan atau
jasa yang dihasilkan atau diberikan oleh seseorang atau kelompok orang. Kinerja
tersebut dapat diukur atau dinilai pada manusia pekerja atau keadaan suatu organisasi.
Untuk mengukur keefektifan kinerja dari manusia sukar, karena manusia merupakan
makhluk yang selalu berubah dan penuh keterbatasan. Oileh karena itu, prestasi yang
ditunjukkan sekarang ini akan berbeda dengan prestasi yang dicapai pada masa yang
akan datang. Dengan demikian keefektifan manusia dalam hal ini kepala desa akan
15
sebagai berikut : “penelitian yang kita buat sehubungan dengan prestasi individu,
kelompok, organisasi, makin dekat dengan prestasi kerja terhadap prestasi yang
diharapkan, makin efektif kita menilai mereka.” Dari pengertian diatas, dapat
masalah kinerja aparatur pada pokoknya menyangkut prestasi dan keefektifan kerja.
Prestasi dan keefektifan kerja ini intinya adalah pada prestasi dan keefektifan
individu.
sebagai berikut : ‘”prestasi kerja atau kinerja adalah kemampuan seseorang dalam
usaha mencapai hasil kerja yang lebih baik, yang lebih menonjol kearah tercapainya
tujuan organisasi.” Prestasi kerja atau kinerja itu hanya dapat dimiliki oleh orang-
orang yang berkemauan keras atau memiliki jiwa serta merupakan type manusia
unggul yakni orang-orang yang memiliki etos kerja yang maksimal dan menjadikan
dirinya sebagai orang yang selalu mempersepsi pekerjaannya agar mempunyai makna
(1990 ; 20 ) bahwa : ‘Orang-orang yang berprestasi, serta memiliki etos kerja yang
tinggi, adalah tipe manusia yang selalu ingin menjadi orang yang lebih unggul, secara
dunia maupun prestasi batin. Dia tidak pernah puas untuk hanya sekedar kelas
menengah, ada ambisi, ada dorongan untuk selalu berkompetisi.” Menurut Tasmara
bahwa ciri-ciri orang yang mempunyai etos kerja dan menghayati akan tampak dalam
16
sikap dan tingkah laku seseorang yang dilandasi pada suatu keyakinan bahwa
pekerjaan itu merupakan ibadah yakni suatu panggilan dan perintah Allah yang akan
pilihan yang memiliki jiwa kepemimpinan (leadership) yaitu orang yang mempunyai
personalitas yang tinggi dan mau menerima kritik yang bersifat membangun demi
Dari beberapa defenisi di atas dapat ditarik suatu kesimpulan umum bahwa
kinerja adalah :
berbagai cara yang dianggap baik sesuai dengan nilai-nilai agama, adat istiadat dan
organisasi yang ditempati bekerja sesuai dengan kemampuan dan keterampilan serta
dalam bentuk kinerja atau pelaksanaan tugas dari tugas-tugas rutin. Kemampuan
Kemampuan itu hanya dapat dimiliki bila mana kepala desa mempunyai
pendidikan yang tinggi, pengalaman, mental yang baik, dan moral yang baik. Akan
17
tetapi bila kesanggupan dalam memangku jabatan tidak ada, walaupun tempat
kerjanya sudah tepat, maka hal itu tidak akan menghasilkan atau mencapai kinerja
Dalam pembahasan ini, kinerja dimaksudkan sebagai hasil dari usaha yang
telah dilakukan oleh seseorang, dapat juga dikatakan sebagai prestasi kerja, atau
wujud usaha seseorang dalam mencapai tujuannya. Kinerja bersumber dari kecakapan
kebiasaan yang terkoordinasi, apa yang kita pikirkan, rasakan dan kerjakan, agar
suatu tugas terlaksana. Pendapat ini sekiranya bisa menegaskan bahwa hakikat dari
Ada suatu pandangan tentang penciptaan karakter menurut buku Stephen R. Covey
yang bisa dijadikan acuan, dalam buku tersebut diungkapkan bahwa: “Taburlah
harus dimulai dari pengetahuan yang akan menghasilkan sebuah ide atau gagasan.
18
Bagan diatas menunjukkan bagaimana kinerja seseorang tercipta dari dalam
informal, kemudian pengetahuan itu akan menghasilkan Ide-ide atau gagasan, tentang
apa yang kita pikirkan atau bagaimana pola pikir kita, lalu dari gagasan tersebut
Dengan lebih spesifik lagi, menurut Amin Wijaya (1995 : 48) kinerja adalah
prestasi kerja pegawai dan profesi pengembangan dimasa datang dilakukan dengan
19
gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan / program /
program peningkatan kualitas sumber daya aparatur, melalui pendidikan formal dan
fungsional, dan kegiatan pengembangan melalui promosi dan mutasi pegawai, secara
mereka. Hubungan antara variabel peningkatan kualitas sumber daya aparatur dengan
pelaksanaan tugas pokok mereka, dalam kajian ini juga dipengaruhi oleh sikap
pegawai , tingkat motivasi, dan etos kerja mereka. Pengukuran kedua variabel terkait
hanyalah dilihat dari aspek pelaksanaan pendidikan bagi aparatur, program pelatihan
tugas pokok ada pengaruhnya terhadap kinerja aparatur ( hasil penelitian Luther
Taruk, 2004: 39 ).
kegagalan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi serta misi organisasi. Sedangkan
20
laporan penilaian terhadap kinerja instansi pemerintahan adalah media
masyarakat.
lingkungannya.
pemerintahan.
21
Adapun prinsip-prinsip pelaksanaan akuntabilitas kinerja instansi
a. Harus ada dari pimpinan dan seluruh staf instansi pemerintah yang
bersangkutan.
telah ditetapkan.
d. Harus berorientasi pada pencapaian pada pencapaian visi dan misi serta
Instansi Pemerintah disini termasuk juga pemerintahan desa yang dijalankan oleh
seorang kepala desa. Kinerja Pemerintahan Desa tidak dapat terlepas dari kinerja
22
3. Kepala Desa
Desa atau yang disebut dengan nama lain ; selanjutnya disebut desa adalah
usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan
Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan mengurus
yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Pemerintah Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah Kepala Desa
- Pasal 14.
23
peraturan desa, pembentukan lembaga kemasyarakatan, pembentukan Badan
BPD.
24
pelaksanaan, pemanfaatan, pengembangan, dan pelestarian
pembangunan di desa.
perundang-undangan.
undangan.
- Pasal 15
Republik Indonesia.
desa.
25
i) Melaksanakan dan mempertanggungjawabkan pengelolaan keuangan
desa.
adat istiadat.
lingkungan hidup.
26
Yang dimaksud dengan “ memberikan keterangan pertanggungjawaban”
pokok-pokok kegiatan.
disampaikan kepada Bupati / Walikota melalui Camat 1 (satu) kali dalam satu
tahun.
dimaksud pada ayat (2) disampaikan 1 (satu) kali dalam satu tahun dalam
musyawarah BPD.
penanggung jawaban Kepala Desa tetapi tidak dalam kapasitas menolak atau
menerima.
lainnya.
27
Yang dimaksud pembinaan dapat berupa pemberian sanksi dan / atau
penghargaan.
masa jabatan.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa kepala desa yang dimaksudkan dalam tulisan
ini adalah orang yang terpilih untuk memimpin dalam kesatuan masyarakat hukum
yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat
yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik
B. Kerangka Pikir
dipastikan seberapa besar peranannya. Hal ini melahirkan sebuah teori bahwa
menjelaskan bagaimana teori ini lahir, dapat kita gambarkan melalui bagan sebagai
berikut :
28
Bagan Kerangka Teori
yang dimiliki seorang Kepala Desa berupa pendidikan informal, pendidikan formal
ilmu.
dapat digolongkan kedalam kecerdasan otak (IQ), kecerdasan emosi (EQ) dan
29
akan mendorong seseorang untuk melakukan perbuatan/tindakan, perbuatan yang
kinerja seseorang misalnya berupa disiplin kerja, etos kerja, semangat kerja, dan
produktifitas.
C. Hipotesis
perumusan masalah yang didukung dengan kajian teoritis yang dilengkapi juga
2. Bahwa ada perbedaan Kinerja antara Kepala Desa yang berpendidikan SLTP
30
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
B. Jenis Penelitian
dan berasumsi. Penelitian ini menjelaskan hubungan casual antara variabel tertentu
Populasi adalah jumlah keseluruhan subjek, objek, atau sesuatu yang ada,
bisa orang, benda hidup, benda mati, jajaran kartu catalog, huruf-huruf di surat kabar,
dsb. Yang berupa orang misalnya jumlah penduduk yang ada di suatu tempat pada
suatu saat, sedangkan untuk barang berupa jumlah koleksi suatu perpustakaan,
ilmiah pada jurnal, dsb ( Pawit M. Yusup, 2007: XIV: 1 ). Populasi dalam penelitian
31
ini adalah semua kepala desa di Kabupaten Sidenreng Rappang yang berjumlah 67
orang.
Idealnya kita meneliti semua unit analisis dalam populasi. Namun itu sering
tidak mungkin dilaksanakan, terutama jika populasinya sangat besar, misalnya jumlah
penduduk satu kabupaten, satu provinsi, atau bahkan satu negara. Untuk itu dilakukan
sampling, yakni metode atau teknik pengambilan unit analisis dari populasi untuk
dijadikan bahan studi lebih lanjut. Meskipun hanya diambil sebagian, diharapkan
jumlah atau besarnya ukuran sampel yang ditetapkan, akan bisa mewakili semua
unsur dalam populasi. Oleh karena populasi dalam penelitian ini tidak terlampau
besar, maka sampel yang akan digunakan adalah sampel total, artinya jumlah sampel
sebanding dengan jumlah populasi. Jadi sampel dalam penelitian ini berjumlah 67
Jenis dan sumber data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Data Primer yaitu data yang dihimpun secara langsung di kumpulkan melalui
adalah :
32
2. Data sekunder yaitu, data yang diperoleh dari penelusuran kepustakaan yang
relevan, dan informasi dari pejabat atau instansi yang terkait dengan obyek yang
diteliti.
Untuk memperoleh data yang valid dalam penelitian ini, maka teknik
informan yang berasal dari instansi yang terkait dengan obyek penelitian.
33
data dari para responden Kepala Desa yang ada di kabupaten Sidenreng
Rappang.
4. Library Research, yaitu pengumpulan data yang bersumber dari kajian pustaka
1. Variabel tergantung atau dependent variabel (Y) adalah Kinerja Kepala Desa di
3. Variabel perancu yaitu variabel yang ikut mempengaruhi Kinerja, namun dalam
hal ini tidak diteliti, yang terdiri dari : desain pekerjaan, gaya kepemimpinan,
penelitian ini perlu didefinisikan dengan jelas penggunaannya secara rinci serta
berikut :
1. Variabel tergantung (Y) yaitu jumlah rata-rata prestasi kerja (Kinerja) Kepala
Desa yang diukur selama 1 tahun terakhir dari masa kerjanya. Variabel ini
34
dinyatakan dalam bentuk skor kinerja Kepala Desa yang sudah dicapai.
Desa (Y.1)
Untuk mendapatkan nilai total Prestasi kerja atau kinerja Kepala Desa,
dicari dengan menghitung rata-rata skor indikator yang akan digunakan dengan
yang menjadi objek penelitian. Adapun kriteria penilaian yang dilakukan oleh setiap
Camat di Kecamatan terhadap Kinerja Kepala Desa yang ada dalam lingkungannya
35
adalah diamati dan dinilai langsung oleh Camat yang bersangkutan. Dari masing-
masing indikator tersebut di atas diberi skor nilai dalam kategori sebagai berikut :
menjadi Kepala Desa. Misalnya tamat SMP atau yang setara dengan itu, tamat
dengan kinerja kades, maka digunakan model analisis korelasi linear sederhana
(Simply Correlate Linear). Model ini dipilih karena ingin mengetahui besarnya
kontribusi pengaruh variabel independen terhadap dependen. Setelah data diolah dan
36
Korelasi merupakan angka yang menunjukkan arah dan kuatnya hubungan
antar dua variabel (atau lebih). Arah dinyatakan dalam bentuk hubungan positif (+)
atau negatif (-), sedangkan kuatnya hubungan dinyatakan dengan besarnya koefisien
korelasi.
ditingkatkan maka akan meningkatkan nilai variabel lainnya, sebaliknya jika nilai
variabel tersebut diturunkan maka akan menurunkan nilai variabel yang lain. Sebagai
contoh adalah hubungan tingkat pendidikan dengan kinerja. Semakin tinggi tingkat
semakin rendah tingkat pendidikan, maka kinerja yang dihasilkan semakin menurun.
ditingkatkan maka akan menurunkan nilai variabel lainnya, sebaliknya jika nilai
variabel tersebut diturunkan maka akan menaikkan nilai variabel yang lain. Sebagai
contoh adalah hubungan tingkat serangan hama dengan produksi. Semakin tinggi
tingkat serangan hama maka produksinya akan semakin kecil, sebaliknya semakin
korelasi. Koefisien korelasi memiliki rentang nilai antara -1 sampai 1. Jika hubungan
antara 2 variabel memiliki korelasi -1 atau 1 berarti kedua variabel tersebut memiliki
37
Koefisien korelasi linier (Pearson product moment correlation coefficient)
Keterangan :
Y = Variabel Kinerja
Apabila hasil perhitungan koefisien korelasi diperoleh interval koefisien bernilai 0,00
koefisien nya bernilai 0,20 - 0,399, maka tingkat hubungannya dinyatakan rendah,
apabila interval koefisien nya bernilai 0,40 - 0,599, maka tingkat hubungannya
dinyatakan sedang, apabila interval koefisien nya bernilai 0,60 s/d 0,799, maka
38
tingkat hubungannya dinyatakan kuat, dan apabila interval koefisien nya bernilai 0,80
perolehan kineja secara parsial (terpisah) antara Kades yang berpendidikan SLTP
dengan Kades yang berpendidikan diatas SLTP yang dinyatakan dalam α. Hasil
selisih antara rata-rata perolehan kinerja kades akan menunjukkan tingkat perbedaan
39
BAB IV
bagian selatan, berbatasan dengan Kabupaten Soppeng dan Barru. Di bagian Sebelah
Barat, berbatasan dengan wilayah Pare-Pare dan Pinrang. Dan di bagian sebelah
1200 101 Bujur Timur dan 40 091 derajat Lintang Selatan – lintas menuju Kabupaten
jarak ke Makassar ibu kota Provinsi Sulawesi Selatan sepanjang 182 km. Jarak ini
Kelurahan, 65 (enam puluh lima) Desa dan terdapat 2 (dua) Desa Persiapan. Fasilitas
perkantoran umumnya berada di pusat-pusat kota. Sarana dan prasarana umum juga
tak ketinggalan, seperti telepon, listrik, air bersih, rumah sakit, gedung olahraga,
40
Adapun jumlah Desa yang berstatus Pemerintah menurut Kecamatan di
Kabupaten Sidenreng Rappang ini adalah sebanyak 150 yaitu terdiri dari 143 Desa
dan 7 Kelurahan. Untuk lebih jelasnya jumlah Desa/Kelurahan tersebut dapat dilihat
1. MaritengngaE 5
2. Tellu LimpoE 3
3. Panca Lautang 7
4. Watang Sidenreng 5
5. Pitu Riawa 10
6. Dua PituE 7
7. Pitu Riase 11
8. Panca Rijang 4
9. Kulo 6
10. Baranti 4
11. Wattang Pulu 5
Jumlah 67
Dari tabel IVb.1 di atas terlihat bahwa Kecamatan yang mempunyai Desa
terbanyak adalah Kecamatan Pitu Riase yaitu 11 Desa. Kemudian disusul oleh
mempunyai jumlah Desa terkecil adalah Kecamatan Tellu LimpoE sebanyak 3 Desa.
Total penduduk Kab. Sidenreng Rappang sesuai data Badan Pusat Statistik
tahun 2007 mencapai 245.067 jiwa. Jumlah tersebut terbagi atas 117.149 jiwa
berjenis kelamin laki-laki dan 127.918 jiwa berjenis kelamin perempuan. Angka
41
pertumbuhan penduduk pada periode 5 tahun terakhir tergolong kecil, rata-rata hanya
berkisar 0,11 % per tahun. Sedangkan kepadatan penduduk rata-rata 128 jiwa / km2 .
paling padat penduduknya berada di Kec. MaritengngaE dan Kec. Panca Rijang yang
mencapai antara 500 sampai 700 jiwa / km2 . daerah yang berpenduduk jarang berada
di Kec. Pitu Riawa, Pitu Riase, Panca Lautang, Tellu LimpoE, Wattang Pulu, dan
Kulo. Rata-rata penduduknya hanya didiami antara 101 sampai 200 / km2 .
mencapai 717 jiwa / km2 . Sedang terendah ditempati Kec. Pitu Riase dengan
Kondisi alam yang dominan tanahnya datar ditunjang irigasi tehnis yang
kecil diantaranya adalah PNS, pedagang, pekerja sektor jasa bangunan dan pegawai
swasta.
B. Karakteristik Responden
tingkat umur, tingkat pendidikan, dan lama bertugas/masa kerja Kepala Desa yang
dapat dijadikan masukan bagi beberapa variabel yang diteliti dalam penelitian ini.
42
Data responden ini diperoleh dari data primer yang dapat dideskripsikan sebagai
berikut :
Sidenreng Rappang yang berumur 27 s/d 60 tahun ke atas dirincikan dalam tabel
Dilihat dari tabel diatas menurut Kecamatan nya bahwa rata-rata yang
menjabat sebagai Kepala Desa di Kabupaten Sidenreng Rappang adalah mereka yang
didominasi oleh orang yang sudah lanjut usia yaitu 35 orang atau 52,2% dari 67
Kades di 11 Kecamatan. Sementara dari mereka yang tergolong berumur muda hanya
43
sebanyak 32 orang atau 47,7% dari 67 Kades di 11 Kecamatan Kabupaten Sidenreng
Rappang.
tingkat pendidikan yang bervariasi yaitu dari tingkat SLTP sampai ke tingkat
Perguruan Tinggi. Rincian data tingkat pendidikan responden (Kades) tersebut dapat
Tingkat Pendidikan
No. Kecamatan Jumlah
SLTP SMA Diploma Sarjana
1. MaritengngaE 2 3 5
2. Tellu LimpoE 3 3
3. Panca Lautang 2 4 1 7
4. Watang Sidenreng 4 1 5
5. Pitu Riawa 1 9 10
6. Dua PituE 1 4 2 7
7. Pitu Riase 1 6 1 3 11
8. Panca Rijang 4 4
9. Kulo 3 1 2 6
10. Baranti 2 2 4
11. Wattang Pulu 3 1 1 5
Jumlah 5 44 4 14 67
Dari data pada tabel IVb.2 diatas ternyata bahwa jumlah responden yang
berpendidikan Sarjana adalah sebanyak 14 orang dari 67 responden atau 20,9%, dan
yang berpendidikan Diploma adalah sebanyak 4 orang dari 67 responden atau 5,9%,
sementara yang berpendidikan SLTP dan SMA masing-masing 5 orang atau 7,4%
44
dan 44 orang atau 45,7%. Jadi para Kades di Kabupaten Sidenreng Rappang menurut
Dilihat dari masa kerja Kades di Kabupaten Sidenreng Rappang ini sangat
bervariasi, mulai dari 3 tahun kebawah sampai kepada 16 tahun keatas. Masa kerja
responden menurut Kecamatan tempat ia bekerja terdapat datanya seperti pada tabel
Dilihat dari tabel IVb.3 diatas ternyata bahwa jumlah Kades yang
mempunyai masa kerja < 3 tahun adalah sebanyak 10 orang dari total 67 responden
atau 14,9% dan jumlah responden yang bekerja selama 4 sampai 6 tahun adalah
45
sebesar 53 orang atau 79,1%, serta yang bekerja diatas 7 tahun hanya 4 orang atau
5,9% saja.
C. Deskripsi Penelitian
bulan dari bulan Agustus s/d September 2007 telah diperoleh data primer dan data
sekunder yang diperlukan sebagai informasi yang akurat dan faktual tentang variabel
kinerja (prestasi kerja) adalah rata-rata hasil kerja yang dicapai oleh Kades selama
satu tahun terakhir yaitu Agustus 2006 s/d Juli 2007 dibandingkan dengan perkiraan
harapan pemerintah Desa. Berdasarkan data lapangan yang diperoleh peneliti, maka
46
TABEL IVc.1 : Klasifikasi Kinerja Kepala Desa di Kab. Sidrap
Kategori
No. Indikator Jumlah
SM M CM KM SKM
1. Kepemimpinan - 36 24 7 - 67
2. Tanggung Jawab - 43 19 5 - 67
3. Kesetiaan - 38 27 2 - 67
4. Ketaatan - 22 36 3 - 67
5. Kejujuran - 39 23 5 - 67
6. Inisiatif / Prakarsa - 37 28 2 - 67
7. Kerjasama 2 17 38 10 - 67
Dari tabel IVc.1 diatas terlihat bahwa kepemimpinan seorang kades adalah 53,7%
jawab seorang kades adalah 64,1% memuaskan, 28,3% cukup memuaskan, dan
53,7% cukup memuaskan, dan kurang memuaskan 4,4%,. Kejujuran adalah 58,2%
55,2% memuaskan, 41,7% cukup memuaskan, 2,9% kurang memuaskan. Kerja sama
Tingkat pendidikan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah mulai dari
tingkat pendidikan yang pernah ditempuh oleh responden berdasarkan standar formal
47
yang telah ditetapkan oleh pemerintah adalah SD/sederajat, SLTP/sederajat,
berpendidikan setingkat SLTP, SLTA, Diploma dan Sarjana cukup bervariasi, dan
untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel IVc.2 berikut ini :
SLTP 5 7,6
SMA 44 65,6
Diploma 4 6
Sarjana 14 20,8
Jumlah 67 100,0
Dari tabel IVc.2 diketahui bahwa responden penelitian yang berpendidikan SLTP
sejumlah 5 orang atau 7,67% dari jumlah responden yang ada; yang berpendidikan
SMA sejumlah 44 orang atau 65,6% dari 67 responden; yang berpendidikan Diploma
Sarjana 14 orang atau 20,8%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam
penelitian ini, mayoritas responden adalah mereka yang berpendidikan SMA dan
48
D. Pengujian Hipotesis
digunakan model analisis korelasi linear sederhana untuk hipotesis pertama serta uji
sampai 1.
2 2
n Xi Yi Xi.Yi Xi Yi
49
Dengan menggunakan formula :
dimana
Y = Variabel Kinerja
(165.2857)2]}0,5
Rxy = 0.950675619821896
Rxy = 0.9506
Untuk memberikan penafsiran terhadap koefisien korelasi yang didapat, maka dapat
Tabel IVd.1b : Tolak Ukur Koefisien korelasi antara tingkat pendidikan dengan
kinerja kepala desa di Kab. Sidenreng Rappang
50
Jadi hubungan antara tingkat pendidikan dengan kinerja kades bernilai positif (+)
dengan tingkat peranan yang sangat kuat. Dengan demikian maka hipotesis pertama
terbukti benar.
Untuk mengetahui ada atau tidak adanya perbedaan kinerja antara kades
yang berpendidikan SLTP dengan kades yang berpendidikan diatas SLTP, maka
Tabel IVd.1 : Hasil perhitungan kinerja antara Kades pendidikan SLTP dan Kades
yang pendidikan diatas SLTP di Kabupaten Sidenreng Rappang
Tahun 2007.
Dari tabel IVd.1 diatas menunjukkan bahwa rata-rata prestasi kerja (kinerja)
Kades yang berpendidikan SLTP adalah sebesar 2,4192 dan kinerja Kades yang
berpendidikan diatas SLTP sebesar 2,4708 serta hasil beda rata-rata kinerja (α) adalah
-0,0516. sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis kedua yang mengatakan ada
51
perbedaan Kinerja antara Kades yang berpendidikan SLTP kebawah dengan Kades
Rxy = 0.9506, nilai ini berada pada level interval penafsiran 0,80 – 1,000 yang berarti
peranannya sangat kuat.. Disamping itu pula, koefisien korelasi antara tingkat
(+), hal ini berarti semakin tinggi tingkat pendidikannya, maka kinerja yang dapat
Teori yang mengatakan bahwa kinerja karyawan itu merupakan hasil kerja
secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan
2000:7).
misalnya dengan memberikan bantuan dana kepada yang ingin meningkatkan mutu
SDM baik dalam implementasi pendidikan maupun pelatihan. Hal ini apa yang harus
dihadapi dan dijawab oleh organisasi bukanlah apakah akan melakukan investasi bagi
52
pengembangan SDM yang dimiliki acuan atau rangsangan kerja yang tinggi.
Pemberian Reward misalnya berupa kenaikan upah atau gaji, insentif atau sejenis
lainnya yang bisa mendatangkan hasrat kerja yang tinggi bagi karyawan. Khususnya
bagi para Kepala Desa yang ada di lingkungan Kabupaten Sidenreng Rappang yang
Jika dilihat dari luasnya wilayah Desa, jauhnya jarak tempuh dari
pendidikan terhadap kemampuan kerja masih lemah. Oleh karenanya perlu dilakukan
3. Hasil uji parsial kinerja Kades yang berpendidikan SLTP kebawah dengan
Menurut hasil uji secara parsial yang ditunjukkan pada Tabel IVd.1 diatas,
bahwa Kades yang berpendidikan SLTP kebawah dengan Kades yang berpendidikan
diatas SLTP mempunyai beda rata-ratanya sebesar = -0,0516. < α = 0,000 yang
berarti bahwa kepala desa yang berpendidikan diatas SLTP memiliki kinerja yang
53
BAB V
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada Bab terdahulu, maka dapat
Koefisien Korelasi (Rxy) = 0.9506, nilai ini berada pada level interval
penafsiran 0,80 – 1,000 yang berarti peranannya sangat kuat.. Disamping itu
Kabupaten Sidenreng Rappang bernilai positif (+), hal ini berarti semakin
ini diterima.
Kades yang berpendidikan diatas SLTP, hal ini ditunjukkan oleh nilai beda
rata-rata = -0,0516 lebih kecil dari nilai α = 0,000. Dengan demikian hipotesis
ketiga diterima.
54
B. Saran
95,06% yang berarti masih bersisa 4,94% lagi dipengaruhi oleh faktor lain
diluar model, dan untuk itu kepada para peneliti disarankan untuk
kepemerintahan Desa.
dalam penelitian ini untuk memberikan kritik, sumbang saran yang dapat
55
DAFTAR PUSTAKA
Aris Asnawi. H. dan Usman Nukma. , Mengapa Sidrap ?, Pelita Pustaka, Makassar,
2005.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa dan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 2005
tentang Kelurahan.
56
Peraturan Daerah Kabupaten Sidenreng Rappang Nomor 1-10 Tahun 2007 tentang
Pengaturan Desa.
Pawit M. Yusup, Drs. M.S. populasi dan sampling.pdf, Modul kuliah MPS, Modul
14, http://bdg.centrin.net.id/pawitmy/, 2007.
Sondang P.Siagian, Prof. Dr. MPA, Manajemen Sumber Daya Manusia, Bumi
Aksara, Jakarta, 1994.
Sumadi Suryabrata, BA, Drs., MA., Ed.S., Ph.D, Metodologi Penelitian, Universitas
Gadjah Mada, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, 1983.
57