You are on page 1of 2

Nama : Tiara Delia Madyani

NIM : 0800931
Tugas : Teori Subjective Well-being
Mata Kuliah : Psikologi Konseling
Subjective well-being didefinisikan sebagai suatu evaluasi positif mengenai kehidupan
seseorang yang diasosiasikan dengan diperolehnya perasaan menyenangkan. (Stock, et al,
1986; Pinquart & Sorenson, 2000). Indikator untuk menilai subjective well-being antara lain:
kepuasan hidup, keseimbangan emosi positif dan negatif, kebahagiaan.
Kebermaknaan hidup adalah keadaan penghayatan hidup yang penuh makna yang membuat
individu merasakan hidupnya lebih bahagia, lebih berharga, dan memiliki tujuan yang mulia
untuk dipenuhinya (Frankl, 1977; Koeswara, 1992; Bastaman, 1996 dalam Jurnal Humanitas
vol.5 no.1 Januari 2008).
Menurut Frankl (1977) gejala-gejala dari orang yang kehilangan makna hidupnya,
ditunjukkan dengan perasaan hampa, merasa hidup tek berarti, merasa tak memiliki tujuan
hidup yang jelas, adanya kebosanan dan apatis.
Jika keadaaan hidup tanpa makna ini terjadi pada diri individu secara berlarut-larut, maka
akan memunculkan gangguan psikis, atau symptom yang dinamakan sebagai neurosis
noogenik (Frankl, 1977; Koeswara, 1992; Bastaman, 1996).
Gangguan ini dapat anda pahami dengan menyadari gejala-gejalanya seperti timbulnya
keluhan-keluhan bosan, perasaan hampa, dan penuh keputusasaan. Individu juga akan
kehilangan minat terhadap kegiatan yang sebelumnyamenraik bagi anda, hilangnya inisiatif,
merasa hidup tidak ada artinya, menjalani hidup seperti tanpa tujuan. Keadaan ini selintas
seperti gangguan depresif, tetapi pengobatan dengan anti-depresan tidak mampu
menghapusnya.
Frankl (Koeswara, 1987) juga mengemukakan bahwa manusia bisa menemukan makna
melalui realisasi nilai-nilai manusiawi yang mencakup nilai kreatif, nilai estetis, nilai etis dan
nilai pengalaman (experiential value). Ini berarti bahwa manusia, di samping melalui
kehidupan keagamaan, bisa menemukan atau menciptakan makna hidup melalui kerja,
melalui pertemuan dengan keindahan dan kebenaran, melalui pertemuan dan cinta dengan
sesama, dan melalui pengalaman-pengalaman.
Menurut Bastaman (dalam Kitab, 1998) dalam menemukan kebermaknaan hidup sebagai
upaya untuk menemukan kembali kesadaran akan makna dan orientasi hidup, diantaranya:

a. Pemahaman pribadi dan pengubahan sikap. Manfaat dari metode ini adalah untuk (1)
mengenali keunggulan-keunggulan dan kelemahan-kelemahan pribadi, (2) menyadari
keinginan dari mesa kecil hingga sekarang serta memahami kebutuhan-kebutuhan apa yang
mendasari keinginan-keinginan itu, (3) merumuskan secara lebih jelas dan nyata hal-hal yang
diinginkan untuk masa mendatangkan dan menyusun rencana secara realistis untuk
mencapainya.
b. Bertindak positif, yakni menerapkan hal-hal yang baik dan positif dalam berperilaku dan
tindakan nyata sehari-hari.
c. Pengakraban hubungan, yakni hubungan akrab seorang pribadi dengan pribadi yang lain
sedemikian rupa sehingga dihayati sebagai hubungan yang dekat, mendalam, saling percaya
dan saling memahami. Jadi terdapat semacam dukungan sosial. Dengan cara ini seseorang
merasa dirinya berharga dan bermakna, baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain,
karena hal ini merupakan salah satu sumber makna bagi manusia.
d. Pendalaman tri nilai. Tri nilai di sini adalah (1) pendalaman nilai-nilai kreatif, yaitu dengan
memberikan sesuatu yang berharga bagi kehidupan, (2) pendalaman nilai-nilai penghayatan,
dimana individu mencoba memahami, meyakini dan mengahayati berbagai nilai yang ada
dalam kehidupan, seperti keindahan, kebijakan, keimanan, kebajikan dan cinta kasih, (3)
pendalaman nilai-nilai bersikap, yakni memberi kesempatan kepada seseorang untuk
mengambil sikap yang tepat terhadap kondisi dan peristiwa yang hadir dalam kehidupannya.
Dengan mengambil sikap yang tepat maka beban pengalaman tragis akan berkurang, bahkan
mungkin peristiwa itu dapat memberikan pengalaman yang berharga dan menimbulkan
makna tertentu, yang dalam sehari-hari disebut dengan hikmah.
e. Ibadah. Dalam pengertian umum ibadah adalah segala kegiatan melaksanakan apa yang
diperintahkan Tuhan, dan mencegah diri dari hal-hal yang dilarang-Nya menurut ketentuan
agama. Sedangkan dalam pengertian khusus ibadah adalah ritual untuk mendekatkan diri
kepada Allah melaui cara yang diajarkan dalam agama.
Daftar Pustaka:
_____, 2008, Mencapai Kebermaknaan Hidup, [online],
http://www.masbow.com/2008/10/mencapai-kebermaknaan-hidup.html/,diakses
tanggal 15 Oktober 2010
Bastaman, Hanna D. (1998). Adakah Harapan di Tanah Tipis Harapan? Mengenang Viktor
Frankl Pendiri Logoterapi. Psikologika: Jurnal Pemikiran & Penelitian Psikologi, No.
5, Thn 3, Fakultas Psikologi Universitas Islam Bandung.
Mba’ Iguzt, 2009, Subjetvive well-being, [online], http://igoeszz-
catatanpsikologiku.blogspot.com/2009/11/subjective-well-being.html/,diakses tanggal
15 Oktober 2010
Safaria,Triantoro. (2008). Perbedaan Tingkat Kebermaknaan Hidup antara Kelompok
Pengguna NAPZA dengan Kelompok Non-pengguna NAPZA. Jurnal Humanitas, Vol.
5, No. 1, Januari, Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan.

You might also like