Professional Documents
Culture Documents
PENGANTAR
lebih rendah. Salah satu prinsip pemberian otonomi daerah yang dijadikan
pelaksanaan otonomi daerah yang luas dan utuh diletakkan pada daerah
dari atas : pertama, pendapatan asli daerah yang terdiri dari hasil pajak daerah,
hasil retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan
kekayaan daerah yang dipisahkan serta lain-lain pendapatan asli daerah yang
merupakan sumber keangan daerah yang digali dari dalam wilayah yang
PAD.
Bagian laba BUMD merupakan salah satu sumber penerimaan PAD yang
Tabel 1.1
Komposisi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Seluruh Propinsi
di Indonesia, 1997/1998 dan 1998/1999
(dalam miliyar rupiah)
No. Uraian 1997/1998 1998/1999
Jumlah Proporsi % Jumlah Proporsi %
1. Pajak Daerah 3,718.37 79.99 2,533.04 81.69
2. Retribusi Daerah 687.38 14.79 256.89 8.32
3. Bagian Laba BUMD 90.27 1.94 65.12 2.99
4. Penerimaan Lain-lain 152.27 3.28 245.88 5.10
Total PAD 4,648.29 100.00 3,100.93 100.00
Sumber : Departemen Keuangan, Pengantar Nota Keuangan 2000.
sehingga perusahaan milik daerah merupakan bagian yang cukup penting dalam
pemerintah daerah dalam menambah pendapatan asli daerah masih relatif kecil
bila dibandingkan dengan pajak daerah dan retribusi daerah, bahkan beberapa
satunya BUMD yang dimiliki oleh Pemerintah Kabupaten Lampung Barat. PDAM
Limau Kunci bergerak dalam penyediaan air minum bagi masyarakat yang dalam
dan sebagai salah satu sumber PAD. Sebagai unsur pelayanan masyarakat
dituntut berorientasi sosial, sedangkan sebagai sumber PAD tidak terlepas dari
aspek ekonomi, yaitu mencari keuntungan. Sejak berdirinya PDAM Limau Kunci
Barat, maka perlu diteliti kinerja dan laba PDAM Limau Kunci serta faktor-faktor
yang mempengaruhinya.
tujuan untuk mengetahui kinerja PDAM secara umum dan untuk mengetahui
Dati II Surabaya selama periode 1993 – 1996 semakin membaik. Hal ini
PDAM pada periode 1993, 1995, 1996 menunjukkan kinerja sehat (S),
sedangkan pada periode 1994 menunjukkan kinerja yang sehat sekali (SS).
keuangan yang digunakan dari dua puluh lima perusahaan air minum di Georgia,
yang terdiri dari laporan laba (rugi) dan neraca. Dengan menggunakan dua puluh
untuk mengukur kesehatan suatu perusahaan air ditentukan dari debt coverage
dengan 4 (empat) variabel bebasnya yaitu current ratio, debt to equity, interest
belum berhasil.
(tiga belas) tahun terakhir dari periode waktu 1984 sampai dengan 1996. Untuk
327 tahun 1994 tentang Pedoman Penilaian dan Pemantauan Kinerja Keuangan
kinerja keuangan dengan menggunakan alat Statistik Micro TSP Versi 6. Hasil
periode 1984, 1985, 1990, 1992 menunjukkan kinerja Kurang Sehat (KS), tetapi
untuk periode 1986 s.d. 1989, 1993 s.d. 1996 menunjukkan kinerja Sehat (S).
Dari analisis statistik disimpulkan, bahwa terdapat dua variabel yang secara
Sesuai dengan tujuan yang akan dicapai maka penelitian ini akan
Barat.
2. Sebagai bahan masukan bagi PDAM Limau Kunci Kabupaten Lampung Barat
Minum.
2. Mengkaji pengaruh jumlah air yang terjual terhadap laba kotor usaha PDAM.
4. Mengkaji pengaruh faktor jumlah air yang terjual dan PDRB perkapita secara
mencakup tinjauan pustaka, landasan teori dan alat analisis. BAB III Analisis
data yang mencakup cara penelitian, hasil analisis data dan pembahasan. BAB
BAB I
PENGANTAR
lebih rendah. Salah satu prinsip pemberian otonomi daerah yang dijadikan
pelaksanaan otonomi daerah yang luas dan utuh diletakkan pada daerah
dari atas : pertama, pendapatan asli daerah yang terdiri dari hasil pajak daerah,
hasil retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan
kekayaan daerah yang dipisahkan serta lain-lain pendapatan asli daerah yang
merupakan sumber keangan daerah yang digali dari dalam wilayah yang
PAD.
Bagian laba BUMD merupakan salah satu sumber penerimaan PAD yang
Tabel 1.1
Komposisi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Seluruh Propinsi
di Indonesia, 1997/1998 dan 1998/1999
(dalam miliyar rupiah)
No. Uraian 1997/1998 1998/1999
Jumlah Proporsi % Jumlah Proporsi %
1. Pajak Daerah 3,718.37 79.99 2,533.04 81.69
2. Retribusi Daerah 687.38 14.79 256.89 8.32
3. Bagian Laba BUMD 90.27 1.94 65.12 2.99
4. Penerimaan Lain-lain 152.27 3.28 245.88 5.10
Total PAD 4,648.29 100.00 3,100.93 100.00
Sumber : Departemen Keuangan, Pengantar Nota Keuangan 2000.
sehingga perusahaan milik daerah merupakan bagian yang cukup penting dalam
pemerintah daerah dalam menambah pendapatan asli daerah masih relatif kecil
bila dibandingkan dengan pajak daerah dan retribusi daerah, bahkan beberapa
satunya BUMD yang dimiliki oleh Pemerintah Kabupaten Lampung Barat. PDAM
Limau Kunci bergerak dalam penyediaan air minum bagi masyarakat yang dalam
dituntut berorientasi sosial, sedangkan sebagai sumber PAD tidak terlepas dari
aspek ekonomi, yaitu mencari keuntungan. Sejak berdirinya PDAM Limau Kunci
Barat, maka perlu diteliti kinerja dan laba PDAM Limau Kunci serta faktor-faktor
yang mempengaruhinya.
tujuan untuk mengetahui kinerja PDAM secara umum dan untuk mengetahui
Dati II Surabaya selama periode 1993 – 1996 semakin membaik. Hal ini
PDAM pada periode 1993, 1995, 1996 menunjukkan kinerja sehat (S),
sedangkan pada periode 1994 menunjukkan kinerja yang sehat sekali (SS).
yang terdiri dari laporan laba (rugi) dan neraca. Dengan menggunakan dua puluh
untuk mengukur kesehatan suatu perusahaan air ditentukan dari debt coverage
dengan 4 (empat) variabel bebasnya yaitu current ratio, debt to equity, interest
belum berhasil.
(tiga belas) tahun terakhir dari periode waktu 1984 sampai dengan 1996. Untuk
327 tahun 1994 tentang Pedoman Penilaian dan Pemantauan Kinerja Keuangan
kinerja keuangan dengan menggunakan alat Statistik Micro TSP Versi 6. Hasil
untuk periode 1986 s.d. 1989, 1993 s.d. 1996 menunjukkan kinerja Sehat (S).
Dari analisis statistik disimpulkan, bahwa terdapat dua variabel yang secara
perbedaan penelitian yang penulis akan bahas yaitu : lokasi penelitian, metode
Sesuai dengan tujuan yang akan dicapai maka penelitian ini akan
Barat.
4. Sebagai bahan masukan bagi PDAM Limau Kunci Kabupaten Lampung Barat
Minum.
6. Mengkaji pengaruh jumlah air yang terjual terhadap laba kotor usaha PDAM.
8. Mengkaji pengaruh faktor jumlah air yang terjual dan PDRB perkapita secara
mencakup tinjauan pustaka, landasan teori dan alat analisis. BAB III Analisis
data yang mencakup cara penelitian, hasil analisis data dan pembahasan. BAB
Kesimpulan dari studi tersebut adalah selama ini sebagian besar manajemen
yang dihadapi adalah besarnya resiko untuk melakukan apa yang disarankan
bahwa riset analitis yang digunakan lebih banyak bergeser dari konteks umum
kelompok rasio keuangan dimaksud adalah Rasio Hasil atas Investasi, Rasio
Marjin Laba, Rasio Perputaran Modal, Rasio Perputaran Piutang, Rasio Struktur
Aktiva dan Modal Sendiri, Rasio Likuiditas, Rasio Leverage, dan Rasio Arus Kas.
multinasional serta domestik di Amerika dengan mengacu hasil studi Michel dan
Shaked (1986) yang menggunakan data cross section dari 1973 – 1982.
yaitu pertama, diduga kinerja perusahaan domestik lebih baik dari kenerja
Sharpe; model Treynor dan model Jensen. Kedua, diduga bahwa rasio-rasio
pengembalian harta, rasio nilai harga pasar, rasio pembayaran deviden, rasio
keuntungan harga perlembar saham dan rasio kapitalisasi adalah tinggi untuk
e(it) ………………………………….…..(2.1)
dimana :
perusahaan i.
perusahaan i.
perusahaan i.
perusahaan i.
perusahaan i.
Market Ratio(it) adalah perubahan rasio pasar dari tahun t-I ke tahun t untuk
perusahaan i.
Tangibility(it) adalah perubahan aktiva berwujud dari tahun t-I ke tahun t
untuk perusahaan i.
teknologi baru.
adalah hasil dari semua keputusan yang dilakukan secara terus menerus. Oleh
karena itu untuk menilai kinerja perusahaan perlu menaikannya dengan kinerja
akuntansi yang lazim. Kinerja keuangan perusahaan harus diukur untuk melihat
diketahui hasil-hasil yang telah dicapai pada waktu yang lalu dan waktu yang
sedang berjalan. Selain itu dengan mengadakan analisis tahun ke tahun akan
diketahui kelemahan dan kelebihan yang telah didapatkan. Hasil analisis historis
tersebut sangat penting untuk memperbaiki rencana yang akan dilakukan di
waktu mendatang.
yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan rugi laba, laporan perubahan
posisi keuangan, catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang
sebagai dua daftar yang disusun oleh Akuntan pada akhir periode untuk suatu
perusahaan. Kedua daftar itu adalah neraca atau daftar posisi keuangan dan
daftar pendapatan atau daftar rugi laba. Pada waktu akhir-akhir ini sudah
Sedangkan menurut Halim, (1996 : 11 – 12) secara umum ada tiga bentuk
laporan keuangan yaitu neraca, laporan rugi/laba dan laporan aliran kas. Neraca
dan klaim atas aset tersebut. Laporan rugi/laba merupakan laporan prestasi
Dimana laba bersih merupakan selisih antara total pendapatan dikurangi dengan
total biaya. Pendapatan mengukur aliran masuk aset bersih (setelah dikurangi
hutang) dari penjualan barang atau jasa. Biaya mengukur aliran keluar aset
sampingan perusahaan.
Usaha Milik Daerah (BUMD) yang bergerak di bidang penyediaan air bersih
publik harus mengutamakan dimensi sosial (sosial oriented). Hal ini tercermin di
tidak terlepas dari dimensi ekonomi yaitu mencari keuntungan (profit oriented)
yang merupakan salah satu sumber pendapatan asli daerah. Keputusan Menteri
Dalam Negeri Nomor 690-069 tahun 1992, tentang Pola Petunjuk Teknis
pendapatan asli daerah. Oleh karena itu perlu penyelenggaraan dan pembinaan
kualitas dan kuantitas, PDAM harus dikelola oleh direksi yang profesional. Untuk
pencapaian tujuan perusahaan. Alat ukur untuk menilai kinerja dapat berupa
ukuran dari aspek keuangan dan non keuangan. Alat ukur yang tepat dasar
lain-lain.
umumnya BUMD yang dikelola oleh Pemda memberikan kontribusi relatif kecil
bagi daerah sebagai salah satu sumber PAD. Demikian pula terhadap analisis
kinerjanya masuk kategori kurang. Hal ini bisa dijadikan dasar untuk menilai
apakah laba BUMD khususnya PDAM merupakan sumber PAD yang potensial
dan masih perlu dikembangkan atau justru sebaliknya menjadi beban daerah.
Untuk menilai kinerja PDAM Limau Kunci Kabupaten Lampung Barat didasarkan
variabel yang dipilih sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi laba kotor usaha
PDAM Limau Kunci Kabupaten Lampung Barat adalah jumlah air yang terjual
dan PDRB perkapita. Asumsinya bahwa semakin bertambahnya jumlah air yang
dimana :
LKt adalah laba kotor PDAM Limau Kunci Kabupaten Lampung Barat
ATt adalah jumlah air yang terjual (m3) pada kuartal tertentu;
PDRBt adalah PDRB perkapita pada kuartal tertentu atas harga konstan 1993;
2.3 Hipotesis
sebagai berikut.
1. Tingkat Kinerja PDAM Limau Kunci Kabupaten Lampung Barat berdasarkan
kategori kurang.
2. Jumlah air yang terjual berpengaruh positif dan signifikan terhadap laba
usaha PDAM.
Lampung Barat baik dari aspek keuangan, aspek operasional, maupun aspek
Tahun 1999, tentang Pedoman Penilaian Kinerja Perusahaan Daerah Air Minum.
dalam Kepmendagri Nomor 47 tahun 1999 adalah pertama, rasio likuiditas yaitu
penggunaan aset dengan melihat tingkat aktivitas aset; ketiga, rasio solvabilitas
berikut.
semua pelanggan 2
3. Kontinuitas air
men- dapat aliran air
24 jam
blm semua pelanggan 1
dpt aliran air 24 jam
4. Produktifitas pemanfaatan instalasi 90% 4
produksi 80%-90% 3
Kapasitas produksi 70%-80% 2
X 100% 70% 1
Kapasitas terpasang
operasi standar, as built drawing, penilaian kerja karyawan, rencana kerja dan
sebagai berikut.
ditentukan tingkat kinerja PDAM Limau Kunci dengan formula sebagai berikut.
dimana :
PKAK adalah penilaian kinerja aspek keuangan PDAM dalam satu tahun
buku tertentu.
PKAO adalah penilaian kinerja aspek operasional PDAM dalam satu tahun
buku tertentu.
PKAA adalah penilaian kinerja aspek administrasi PDAM dalam satu tahun
buku tertentu.
berikut.
PDAM Limau Kunci Kabupaten Lampung Barat, alat analisis yang digunakan
dengan metode Ordinary Least Squares (OLS). Metode ini mempunyai sifat-sifat
yang dapat diunggulkan, yaitu secara teknis sangat akurat, mudah dalam
dimana :
LKt adalah laba kotor PDAM Limau Kunci Kabupaten Lampung Barat
0 adalah konstanta;
ATt adalah jumlah air yang terjual (m3) pada kuartal tertentu;
PDRBt adalah PDRB perkapita pada kuartal tertentu atas harga konstan 1993;
ANALISIS DATA
1. Laba PDAM dalam penelitian ini adalah laba kotor usaha yaitu selisih antara
usaha terdiri dari penjualan air dan pendapatan non air sedangkan biaya
langsung usaha terdiri dari biaya sumber air, biaya pengolahan dan biaya
2. Jumlah air yang terjual adalah jumlah penggunaan air oleh pelanggan dalam
meter kubik.
3. PDRB riil adalah seluruh barang dan jasa yang dihasilkan penduduk di suatu
tertentu. Yang dimaksud dengan PDRB perkapita dalam penelitian ini adalah
rasio antara PDRB harga konstan (tahun dasar 1993) dengan jumlah
series), dari periode waktu 1993 – 1999 dalam bentuk kuartalan yaitu 1993.1 –
1999.4. Pemilihan data mulai 1993 karena alasan Kabupaten Lampung Barat
berusia relatif masih muda yang peresmiannya tanggal 24 September 1991 dan
bernama Badan Pengelola Air Minum (BPAM) Lampung Utara. Sehingga data
yang tersedia guna penelitian ini yaitu sejak 1993 hingga 1999. Selama periode
disarikan dari berbagai literatur serta berbagai hasil penelitian sebelumnya yang
pegawai dan pelanggan PDAM Limau Kunci Kabupaten Lampung Barat. Sumber
data sekunder diperoleh dari laporan bulanan untuk data air yang terjual, air
yang hilang, pelanggan, laba kotor usaha dan karyawan PDAM serta laporan
akhir tahun untuk neraca dan laporan rugi/laba PDAM Limau Kunci Kabupaten
Lampung Barat. Data kuartalan untuk variabel laba kotor usaha dan jumlah air
yang terjual diambil dari data bulanan, sedangkan variabel PDRB perkapita
merupakan data tahunan, maka data tersebut dibuat dalam bentuk kuartalan
dimana :
Q1, Q2, Q3, Q4 adalah PDRB perkapita dalam bentuk kuartal 1,2,3,4;
1. Rasio laba terhadap aktiva produktif. Rasio laba terhadap aktiva produktif
aktiva guna menghasilkan laba bersih, rasio yang baik telah ditetapkan di atas
dilihat pada tabel 3.1. Hal ini menggambarkan bahwa pada periode 1993 angka
rasio yang diperoleh adalah –4,11%, artinya setiap Rp 1,00 aktiva yang
menjadi 4,57%, sedangkan dari 1996 hingga 1999 kerugian selalu meningkat
yaitu 1996 sebesar 8,97%, 1997 sebesar 11,10%, 1998 sebesar 13,16% dan
1999 kerugian sebesar 13,70%. Nilai kinerja yang diperoleh setiap tahunnya
setiap utang lancar Rp 1,00 dijamin oleh aktiva lancar Rp 4,63 dan untuk 1994
hingga 1999 selalu mengalami peningkatan yaitu sebesar 5,02; 6,05; 13,07;
11,54; 12,29 dan 17,28. Nilai yang diperoleh adalah 1 untuk seluruh tahun yang
diamati.
4. Rasio utang jangka panjang terhadap ekuitas. Bagian dari setiap rupiah
modal sendiri termasuk laba rugi ditahan dan laba rugi tahun berjalan yang
dijadikan jaminan untuk utang jangka panjang selama periode pengamatan 1993
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 1993 hingga 1998 PDAM Limau
melakukan pinjaman dan rasio yang diperoleh sebesar 0,20 yang berarti masih
lebih kecil dari batas penetapan rasio yang maksimal ( 0,5) maka nilai diperoleh
5. Rasio total aktiva terhadap total utang. Rasio total aktiva terhadap total
utang adalah bagian dari setiap rupiah total aktiva untuk menjamin total utang
yang digunakan untuk mendanai perusahaan, pada tabel 3.5 menunjukkan 1993
rasio yang diperoleh sebesar 60,14, artinya Rp 1,00 utang dijamin oleh Rp 60,14
aktiva, periode pengamatan 1994 hingga 1999 menunjukkan berfluktuasi yaitu
57,26; 77,09; 141,72; 115,18; 94,29 dan 5,65. Nilai yang diperoleh untuk setiap
tahun 5.
terhadap pendapatan operasi adalah biaya operasi per rupiah penjualan. Tabel
3.6 menunjukkan pada 1993 rasio yang diperoleh sebesar 2,56 artinya setiap Rp
Asumsinya, semakin tinggi rasio tersebut semakin tidak baik, rasio yang baik
adalah 0,50 atau setiap pendapatan mempunyai biaya operasi paling tinggi
50%. Untuk 1994 hingga 1999 besarnya rasio bervariasi yaitu 2,35; 1,98; 2,11;
2,68; 2,23 dan 2,42. Hal ini menggambarkan bahwa perusahaan selalu
7. Rasio laba operasi sebelum biaya penyusutan terhadap angsuran pokok dan
bunga jatuh tempo. Rasio ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat laba
operasi sebagai jaminan untuk membayar angsuran dan bunga utang jangka
panjang. Asumsinya, semakin tinggi rasio berarti semakin baik. Tabel 3.7
menunjukkan, pada 1993 hingga 1998 PDAM Limau Kunci belum pernah
melakukan pinjaman sehingga nilai rasio diperoleh pada tahun tersebut 5. Pada
sebesar 1,21 artinya laba operasi yang dihasilkan untuk menjamin angsuran dan
bunga jatuh tempo sebesar 1,21 atau setiap rupiah angsuran dan bunga utang
8. Rasio aktiva produktif terhadap penjualan air. Rasio ini digunakan untuk
perusahaan belum efisien, semakin kecil angka rasio maka semakin baik. Pada
periode pengamatan 1994 hingga 1999 menunjukkan angka rasio yang tinggi
yaitu 28,88; 30,32; 19,46; 18,68; 13,52 dan 12,67. Oleh sebab itu nilai kinerja
penagihan piutang selama satu tahun. Adapun hasil perhitungan rasio adalah
sebagai berikut.
waktu yang lama yaitu 384 hari. Asumsinya, semakin besar rasio yang diperoleh
menjadi 367 hari dan 1995 menjadi 221 hari, nilai kinerja yang diperoleh
diperoleh 3. Sejak 1997 hingga 1999 mengalami penurunan yang drastis dan
menunjukkan nilai yang sangat baik yaitu 1997 menjadi 5 hari, 1998 menjadi 11
hari dan 1999 menjadi 27 hari. Nilai kinerja yang diperoleh untuk 1997 hingga
1999 masing-masing 5.
Nilai kinerja PDAM Limau Kunci Kabupaten ditinjau dari aspek keuangan
perusahaan, tetapi pada tabel 3.11 cakupan pelayanan (rasio antara jumlah
penduduk yang terlayani dengan jumlah penduduk) selama 7 tahun relatif masih
kecil. Hal ini disebabkan kondisi mesin yang digunakan PDAM saat ini sudah tua
sehingga dalam berproduksi sangat terbatas. Di sisi lain kondisi alam yang
jangkauan pelayanan.
tahunnya bernilai 1 yang bermakna bahwa cakupan pelayanan atau rasio antara
kualitas air distribusi oleh Instansi yang berwenang. Selama periode pengamatan
belum pernah dilaksanakan uji kualitas air. Dilain pihak PDAM Limau Kunci
belum memiliki laboratorium untuk menguji kualitas air. Penyebab lain, sering
terjadinya kebocoran pipa distribusi dan transmisi serta bangunan saringan pasir
Nilai kinerja aspek operasional dari indikator kualitas air distribusi setiap
tahunnya bernilai 1 yang bermakna kualitas air distribusi tidak memenuhi syarat.
3. Kontinuitas air. Mengingat sumber air yang digunakan adalah dari air sungai
maka PDAM Limau Kunci sangat tergantung pada musim hujan. Apabila musim
kemarau maka produksi air kecil bahkan terhenti. Selama periode pengamatan,
kasus pengaduan yang terbanyak adalah masalah aliran air yang macet bahkan
1993 – 1999 dapat dilihat pada tabel 3.13. Tampak pemanfaatan instalasi
instalasi produksi selama periode pengamatan tertinggi pada 1997, 1998 dan
produksi telah optimal atau memiliki rasio >90%. Sedangkan untuk 1993, 1994,
5. Tingkat kehilangan air. Data produksi, distribusi, air terjual dan kehilangan
air selama 7 tahun dapat dilihat pada tabel 3.14. Secara keseluruhan produksi
rata-rata 272.261,57 m3. Tingkat kehilangan setiap tahunnya relatif menurun dari
53,16 % pada periode 1993 menjadi 22,52% pada 1999. Penyebab tingkat
oleh masyarakat yang tidak terdaftar dan akibat alam yaitu sering terjadi longsor.
Nilai kinerja aspek operasional dari indikator tingkat kehilangan air selama
periode pengamatan yaitu 1993, 1995 dan 1996 bernilai 1 yang bermakna rasio
tingkat kehilangan air sebesar >40%, 1994 dan 1997 bernilai 2 yang bermakna
rasio tingkat kehilangan air sebesar >30% - 40%. Sedangkan untuk 1998 dan
1999 menunjukkan arah yang lebih baik yaitu bernilai 3 yang bermakna rasio
6. Peneraan meter air. Peneraan meter air dilakukan secara berkala dan
apabila ada pengaduan dari pelanggan. Dari data yang diperoleh peneraan
meter air setiap tahunnya hanya 7%. Maka nilai kinerja aspek operasional dari
bermakna rasio jumlah pelanggan yang meter airnya ditera dengn jumlah seluruh
pengamatan umumnya dikerjakan lebih dari 6 hari kerja, hal ini terjadi karena
posisi dan lokasi calon pelanggan jauh dari saluran distribusi serta tidak
tersedianya accessiories pipa. Maka nilai kinerja aspek operasional dari indikator
sesuai dengan rekening tagihan, air tidak mengalir, air keruh dan meter air rusak.
Pengaduan yang selesai ditangani rata-rata 128 pelanggan setiap bulan. Maka
bermakna rasio jumlah pengaduan yang telah selesai ditangani dengan jumlah
10. Rasio karyawan per 1000 pelanggan. Jumlah karyawan yang memberikan
pelayanan kepada pelanggan berfluktuasi dapat dilihat pada tabel 3.15 berikut
ini. Dari tabel menunjukkan jumlah pegawai terendah pada 1993 yaitu sebanyak
karyawan per 1000 pelanggan dapat disimpulkan bahwa nilai kinerja aspek
operasional dari indikator ini yaitu untuk 1993 hingga 1996 bernilai 1 yang
Nilai kinerja PDAM Limau Kunci ditinjau dari aspek operasional yang
Nilai Bonus :
Peningkatan Cakupan 0 1 1 2 1 0 0
Pelayanan
2. Kualitas Air Distribusi 1 1 1 1 1 1 1
3. Kontinuitas Air 1 1 1 1 1 1 1
4. Produktivitas pemanfaatan 3 3 3 3 4 4 4
Instalasi Produksi
5. Tingkat Kehilangan Air 1 2 1 1 2 3 3
Nilai Bonus :
Penurunan Tingkat 0 1 0 0 0 3 1
Kehilangan Air
6. Peneraan Meter Air 1 1 1 1 1 1 1
7. Kecepatan Penyambungan 1 1 1 1 1 1 1
Baru
8. Kemampuan Penanganan 1 1 1 1 1 1 1
Pengaduan rata-rata
per bulan
Tabel 3.16 lanjutan
9. Kemudahan Pelayanan 2 2 2 2 2 2 2
10. Rasio Karyawan per 1000 1 1 1 1 2 2 2
pelanggan
Jumlah Nilai 13 16 14 15 17 20 18
Nilai Kenerja 11.06 13.62 11.91 12.77 14.47 17.02 15.32
Sumber : PDAM Limau Kunci Kabupaten Lampung Barat, data diolah.
periode pengamatan 1993, 1994, 1995, 1996, 1997 dan 1999 tingkat
Kepmendagri No. 47 tahun 1999 adalah Kurang, sedangkan pada tahun 1998
tergolong Cukup.
Model estimasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah model log-log.
Pertimbangannya adalah dari beberapa model yang telah dicoba, ternyata model
bantuan program Econometric Views in Version 3.0. Adapun model regresi yang
LnLKt adalah laba kotor PDAM Limau Kunci Kabupaten Lampung Barat
LnATt adalah jumlah air yang terjual (m3) pada kuartal tertentu;
LnPDRBt adalah PDRB perkapita pada kuartal tertentu atas harga konstan
1993;
Tabel 3.19 Estimasi OLS Laba Kotor Usaha PDAM Limau Kunci
Kabupaten Lampung Barat , 1993 - 1999
-16,17359%. Hal ini memiliki makna bahwa dalam model penelitian ini, laba kotor
usaha PDAM Limau Kunci periode pengamatan 1993 – 1999 negatif sebesar
nilai t-tabel. Apabila nilai t-statistik lebih besar dari nilai t-tabel, maka variabel
variabel terikat. Besarnya t-statistik dari hasil regresi dapat dilihat dalam tabel
0,05 maka diperoleh t-tabel = 1,708 dan hipotesis yang digunakan adalah :
H0 = 0 = 1 = 2 = 0
HA = 0 0, 1 0, 2 0
secara statistik terhadap variabel terikat. Apabila nilai F-hitung lebih besar dari
terikat.
H0 : 0 = 0,1 = 2= 0
HA : 0 1 2
hitung = 88,64855 dan F-tabel ( = 5%; 2; 25) adalah 3,39, berarti nilai F
statistik > F tabel. Dari hasil uji-F dapat disimpulkan bahwa variabel-variabel
seberapa besar proporsi variasi variabel bebas yang mampu menjelaskan variasi
0,876419, artinya bahwa 87,64 % variasi variabel terikat dapat dijelaskan oleh
Model yang dipilih tersebut, tahap selanjutnya akan diuji terhadap ada
hubungan secara nyata antara satu atau lebih variabel-variabel bebas. Gejala ini
Akan tetapi tingkat signifikan variabel bebas berdasarkan uji t-statistik sangat
kecil atau tidak ada variabel bebas yang signifikan. Gejala multikolinearitas
dalam penelitian ini diuji dengan Metode Klein, diperoleh hasil sebagai berikut.
Regresi r2 R2
LNAT C LNPDRBB 0,320424 < 0,876419
Sumber data : Lampiran 6.
menghasilkan r2 < R2, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam model
heteroskedastisitas.
3. Uji autokorelasi. Autokorelasi adalah suatu keadaan dimana terdapat korelasi
maka perlu dilakukan pengujian terhadap nilai statistik Durbin Watson (d).
Jumlah pengamatan dalam penelitian ini adalah n = 28, variabel bebas (k)
dL = 1,255 4 – dU = 2,44
dU = 1,560 4 – dL = 2,745
5. 4 – dL < d : autokorelasi
ini berarti nilai d statistik terletak pada daerah d U < d < 4 - dU. Dalam penelitian
1. Jumlah air yang terjual berpengaruh positif dan signifikan terhadap laba kotor
usaha, ceteris paribus. Koefisien pengaruh jumlah air yang terjual terhadap
laba kotor usaha adalah 8,36. Hal ini bermakna, jika jumlah air yang terjual
naik 1%, maka diharapkan (expected) akan meningkatkan laba kotor usaha
kotor usaha adalah 3,81. Hal ini bermakna, jika PDRB perkapita Lampung
Barat naik 1%, maka diharapkan (expected) akan meningkatkan laba kotor
3. Kemampuan menjelaskan variasi variabel bebas jumlah air yang terjual dan
PDRB perkapita terhadap variasi variabel terikat laba kotor usaha (R 2) adalah
87,64 %.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN-SARAN
4.1 Kesimpulan
pengamatan 1993 - 1997 dan 1999 menunjukkan nilai kurang. Hal ini berarti
nilai kinerja untuk setiap tahunnya diatas 30 sampai dengan 45. Sedangkan
periode 1998 tingkat kinerja yang diperoleh adalah cukup, yang bermakna
bahwa nilai kinerja diatas 45 sampai dengan 60. Hasil uji hipotesis tersebut
pengamatan 1993 - 1997 dan 1999 sesuai dengan hipotesis yang telah
ditetapkan. Khusus untuk 1998 hasil uji hipotesis tidak sesuai dengan
aktiva tetap sangat besar dan penjualan air yang rendah, sehingga yang
rendah, kualitas air distribusi rendah, kontinuitas air tidak merata, tingkat
kebocoran yang relatif tinggi masih di atas batas yang ditetapkan yaitu 20%,
5.1. Jumlah air yang terjual berpengaruh positif dan signifikan terhadap laba
kotor usaha, ceteris paribus. Koefisien pengaruh jumlah air yang terjual
terhadap laba kotor usaha adalah 8,36. Hal ini bermakna, jika jumlah
Lampung Barat sebesar 8,36%. Hasil uji hipotesis ini sesuai dengan
5.2. PDRB perkapita berpengaruh positif dan signifikan terhadap laba kotor
laba kotor usaha adalah 3,81. Hal ini bermakna, jika PDRB perkapita
Lampung Barat sebesar 3,81%. Hasil uji hipotesis ini sesuai dengan
5.3. Uji-F menunjukkan variabel jumlah air yang terjual dan PDRB perkapita
Kunci. Hal ini menunjukkan hasil uji hipotesis sesuai dengan hipotesis
5.4. Kemampuan menjelaskan variasi variabel bebas jumlah air yang terjual
dan PDRB perkapita terhadap variasi variabel terikat laba kotor usaha
4.2 Saran-Saran
1. Direksi dan Badan Pengawas PDAM Limau Kunci Kabupaten Lampung Barat
Kunci.
tingkat kebocoran tersebut paling tinggi 20% atau batas maksimal yang telah
ditetapkan Kepmendagri No. 47 tahun 1999. Hal ini dapat dilihat pada tabel
3.14 rerata kebocoran selama 7 tahun 37,02% atau rerata air yang hilang
20%, maka :
m3 .
c. Rerata air yang dapat diselamatkan setiap tahunnya = 272.261,57 m 3 –
3. Laba kotor usaha PDAM Limau Kunci dapat ditingkatkan melalui peningkatan
jumlah air yang terjual dan peningkatan PDRB perkapita. Oleh sebab itu
mesin pompa atau menggantikan mesin yang sudah tak layak berproduksi
Alhabsyi, T., Syamsuddin L., dan Soendjoto, A.R., 1987. Laporan Penelitian
Kedudukan dan Peranan Perusahaan Daerah dalam Pelaksanaan
yang nyata dan Bertanggung jawab, Kerjasama Bappeda Propinsi
Dati I Jatim dengan Universitas Brawijaya.
Alwi, Syarifuddin., 1994, Alat-alat Analisis dalam Pembelanjaan, Andi Offset,
Yogyakarta.
Andriyanto, W. Ari. Y.Chr., “Penilaian Tingkat Kinerja Badan Usaha Milik
Negara(BUMN) “, ANTISIPASI, 2;146-147.
Devas, Nick., Brian Binder, Anne Booth, Kenneth Davey, Roy Kelly, 1999.
Keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia, terjemahan oleh Masri
Maris, UI-Press.
Gray, Clive., Payaman Simanjuntak., Lien. K. Sabur., P.F.L. Maspaitella. Dan
R.C.G. Varley, 1997, Pengantar Evaluasi Proyek, edisi kedua,
Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Ikatan Akuntan Indonesia, 1984, Prinsip Akuntansi Indonesia, Percetakan
Negara, Jakarta.
----------------------------------, 1994, Standar Akuntansi Keuangan, Percetakan
Negara, Jakarta.
Jordan, L., Harvey J. Witt, dan James R. Wilson, “Modeling Water Utility
Financial Performance”, American Water Resources Association,
Bulletin, 32, 143.
Mangkoesoebroto, Guritno., 1993, “Ekonomi Publik”, Yogyakarta, BPFE.
Masjidi, Natsyith., 1992. “Sistem Evaluasi Kinerja BUMN Perbandingan
Indonesia dan Malaysia”, Prisma, 2;33-40.
Munawir, S., 1979. Analisa Laporan Keuangan, Liberty Yogyakarta.
Riyanto, Bambang., 1995, Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan,
Yogyakarta, BPFE.