You are on page 1of 14

MAKALAH

STRATEGI BELAJAR MENGAJAR


Makalah Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Tengah Semeter

Di Susun Oleh
Siti Nuriah
Semester IV

Dosen Pembimbing
Amsori Jayadi M. Ag

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM ALKARIMIAH


(STAISKA)
2010
PRAKATA

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan taufik dan
rahmatnyalah makalah ini dapat saya selesaikan sehingga dapat melengkapi tugas.
Secara garis besar makalah strategi dan metode belajar ini berisikan cara-cara
menyampaikan materi pelajaran dalam lingkungan tertentu.
Penyusun mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada Bapak Amsori
Jayadi M.Ag selaku dosen pembimbing, demikian pula terima kasih kepada teman-teman
yang sudah membantu untu melengkapi penulisan ini, dan juga kepada semua pihak.
Penyusun juga memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam penyusunan
makalah ini masih terdapat kesalahan-kesalahan baik kesalahan tulisan maupun
kesalahan isi dari makalah ini.

Agustus 2010
Penyusun
Daftar Isi

PRAKATA i
Daftar Isi ii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan 1

BAB II : PEMBEHASAN
A. Pengertian Strategi, Metode dan Teknik Belajar Mengajar 2
B. Klasifikasi Strategi Belajar Mengajar 3
C. Prinsip-pinsip CBSA 7
D. Pemilihan Strategi Belajar Mengajar 9

BAB III : PENUTUP


A. Kesimpulan 10
B. Saran 10

Daftar Pustaka 11

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Semua metode mengajar sama, semua mendeskripsikan kegiatan belajar mengajar
daya upaaya mencapai tujuan pembelajaran. Metode mengajar mendeskripsikan
interaksi antara guru dengan siswa dalam proses belajar. Metode mengajar
mendeskripsikan pengalaman belajar siswa yang berproses sehingga jelas
pentahappannya. Dari metode dapat kita lihat bagai mana pengalaman belajar siswa
berkembang sehingga siswa menguasai pengetahuan, meningkatkan ketrampilan dan
menguatkan sikap yang terbentuk melalui proses belajar.
Setiap metode memiliki kebermaknaan tertentu terhadap hasil belajar siswa.
Namun semua bergantung pada guru juga yang menggunakan metode. Bergantung pada
keterampilannya menggunakan metode, bergantung pada factor-faktor lain yang
mendukung kegiatan pembelajaran.
Penggunaan metode mengajar dapat dibagi dua kategori yaitu, langsung dan tak
langsung. Pengkategorian ini jika diurai lebih lanjut kelebihannya jauh sedikit rumit
dari pada yang dapat dilihat secara sepintas. Tiap metode pembelajaran memiliki
kelebihan, kekurangan, serta membutuhkan persiapan awal yang berbeda-beda.
Kelebihan dan kekurangan bias juga secara alami terkait erat pada metode yang lain.
Guru perlu memiliki keterampilan khusus untuk mengaitkan setiap metode yang
digunakan untuk memudahkan siswa menyerap materi pelajaran.

B. Tujuan
Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas ujian tengah semester dalam
mata kuliah Strategi Belajar Mengajar.

BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN STRATEGI, METODE DAN TEKNIK BELAJAR MENGAJAR
Strategi belajar-mengajar adalah cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan materi
pelajaran dalam lingkungan pengajaran tertentu, yang meliputi sifat, lingkup dan urutan
kegiatan yang dapat memberikan pengalaman belajar kepada siswa (Gerlach dan Ely).
Strategi belajar-mengajar tidak hanya terbatas pada prosedur kegiatan, melainkan juga
termasuk di dalamnya materi atau paket pengajarannya (Dick dan Carey).
Strategi belajar-mengajar terdiri atas semua komponen materi pengajaran dan
prosedur yang akan digunakan untuk membantu siswa mencapai tujuan pengajaran
tertentu dengan kata lain strategi belajar-mengajar juga merupakan pemilihan jenis
latihan tertentu yang cocok dengan tujuan yang akan dicapai (Gropper).
Setiap tingkah laku yang harus dipelajari perlu dipraktekkan. Karena setiap materi
dan tujuan pengajaran berbeda satu sama lain, maka jenis kegiatan yang harus
dipraktekkan oleh siswa memerlukan persyaratan yang berbeda pula.
Menurut Gropper sesuai dengan Ely bahwa perlu adanya kaitan antara strategi
belajar mengajar dengan tujuan pengajaran, agar diperoleh langkah-langkah kegiatan
belajar-mengajar yang efektif dan efisien. Ia mengatakan bahwa strategi belajar-mengajar
ialah suatu rencana untuk pencapaian tujuan. Strategi belajar-mengajar terdiri dari
metode dan teknik (prosedur) yang akan menjamin siswa betul-betul akan mencapai
tujuan, strategi lebih luas dari pada metode atau teknik pengajaran.
Metode, adalah cara, yang di dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai
suatu tujuan. Hal ini berlaku baik bagi guru (metode mengajar) maupun bagi siswa
(metode belajar). Semakin baik metode yang dipakai, semakin efektif pula pencapaian
tujuan (Winamo Surakhmad)
Kadang-kadang metode juga dibedakan dengan teknik. Metode bersifat prosedural,
sedangkan teknik lebih bersifat implementatif. Maksudnya merupakan pelaksanaan apa
yang sesungguhnya terjadi (dilakukan guru) untuk mencapai tujuan. Contoh: Guru A
dengan guru B sama-sama menggunakan metode ceramah. Keduanya telah mengetahui
bagaimana prosedur pelaksanaan metode ceramah yang efektif, tetapi hasilnya guru A
berbeda dengan guru B karena teknik pelaksanaannya yang berbeda. Jadi tiap guru
mungakui mempunyai teknik yang berbeda dalam melaksanakan metode yang sama.
Dapat disimpulkan bahwa strategi terdiri dari metode dan teknik atau prosedur yang
menjamin siswa mencapai tujuan. Strategi lebih luas dari metode atau teknik pengajaran.
Metode atau teknik pengajaran merupakan bagian dari strategi pengajaran. Untuk lebih
memperjelas perbedaan tersebut, ikutilah contoh berikut:
Dalam suatu Satuan Acara Perkuliahan (SAP) untuk mata kuliah Metode-metode
mengajar bagi para mahasiswa program Akta IV, terdapat suatu rumusan tujuan khusus
pengajaran sebagai benikut: ?Para mahasiswa calon guru diharapkan dapat
mengidentifikasi minimal empat jenis (bentuk) diskusi sebagai metode mengajar?.
Strategi yang dipilih untuk mencapai tujuan pengajaran tersebut misalnya:
1. Mahasiswa diminta mengemukakan empat bentuk diskusi yang pernah dilihatnya,
secara kelompok.
2. Mahasiswa diminta membaca dua buah buku tentang jenis-jenis diskusi dari Winamo
Surakhmad dan Raka Joni.
3. Mahasiswa diminta mendemonstrasikan cara-cara berdiskusi sesuai dengan jenis yang
dipelajari, sedangkan kelompok yang lain mengamati sambil mencatat kekurangan-
kekurangannya untuk didiskusikan setelah demonstrasi itu selesai.
4. Mahasiswa diharapkan mencatat hasil diskusi kelas.
Dari contoh tersebut dapat kita lihat bahwa teknik pengajaran adalah kegiatan no 3
dan 4, yaitu dengan menggunakan metode demonstrasi dan diskusi. Sedangkan seluruh
kegiatan tersebut di atas merupakan strategi yang disusun guru untuk mencapai tujuan
pengajaran. Dalam mengatur strategi, guru dapat memilih berbagai metode seperti
ceramah, tanya jawab, diskusi, demonstrasi dan sebagainya. Sedangkan berbagai media
seperti film, kaset video, kaset audio, gambar dan lain-lain dapat digunakan sebagai
bagian dan teknik teknik yang dipilih.

B. KLASIFIKASI STRATEGI BELAJAR-MENGAJAR


Klasifikasi strategi belajar-mengajar, berdasarkan bentuk dan pendekatan:
1. Expository dan Discovery/Inquiry :
Exposition? (ekspositorik) yang berarti guru hanya memberikan informasi yang
berupa teori, generalisasi, hukum atau dalil beserta bukti bukti yang mendukung. Siswa
hanya menerima saja informasi yang diberikan oleh guru. Pengajaran telah diolah oleh
guru sehingga siap disampaikan kepada siswa, dan siswa diharapkan belajar dari
informasi yang diterimanya itu, disebut ekspositorik. Hampir tidak ada unsur discovery
(penemuan). Dalam suatu pengajaran, pada umumnya guru menggunakan dua kutub
strategi serta metode mengajar yang lebih dari dua macam, bahkan menggunakan metode
campuran.
Suatu saat guru dapat menggunakan strategi ekspositorik dengan metode
ekspositorik juga. Begitu pula dengan discovery/inquiry. Sehingga suatu ketika
ekspositorik - discovery/inquiry dapat berfungsi sebagai strategi belajar-mengajar, tetapi
suatu ketika juga berfungsi sebagai metode belajar-mengajar.
2. Discovery dan Inquiry :
Discovery (penemuan) sering dipertukarkan pemakaiannya dengan inquiry
(penyelidikan). Discovery (penemuan) adalah proses mental dimana siswa
mengasimilasikan suatu konsep atau suatu prinsip. Proses mental misalnya; mengamati,
menjelaskan, mengelompokkan, membuat kesimpulan dan sebagainya. Sedangkan
konsep, misalnya; bundar, segi tiga, demokrasi, energi dan sebagai. Prinsip misalnya
“Setiap logam bila dipanaskan memuai”
Inquiry, merupakan perluasan dari discovery (discovery yang digunakan lebih
mendalam) Artinya, inquiry mengandung proses mental yang lebih tinggi tingkatannya.
Misalnya; merumuskan problema, merancang eksperi men, melaksanakan eksperimen,
melaksanakan eksperimen, mengumpulkan data, menganalisis data, membuat
kesimpulan, dan sebagainya.
Selanjutnya Sund mengatakan bahwa penggunaan discovery dalam batas-batas
tertentu adalah baik untuk kelas-kelas rendah, sedangkan inquiry adalah baik untuk
siswa-siswa di kelas yang lebih tinggi. DR. J. Richard Suchman mencoba mengalihkan
kegiatan belajar-mengajar dari situasi yang didominasi.
Guru harus ada situasi yang melibatkan siswa dalam proses mental melalui tukar
pendapat yang berwujud diskusi, seminar dan sebagainya. Salah satu bentuknya disebut
Guided Discovery Lesson, (pelajaran dengan penemuan terpimpin) yang langkah-
langkahnya sebagai berikut:
1. Adanya problema yang akan dipecahkan, yang dinyatakan dengan pernyataan atau
pertanyaan
2. Jelas tingkat/kelasnya (dinyatakan dengan jelas tingkat siswa yang akan diberi
pelajaran, misalnya SMP kelas III)
3. Konsep atau prinsip yang harus ditemukan siswa melalui keglatan tersebut perlu ditulis
dengan jelas.
4. Alat/bahan perlu disediakan sesuai dengan kebutuhan siswa dalam melaksanakan
kegiatan
5. Diskusi sebagai pengarahan sebelum siswa melaksanakan kegiatan.
6. Kegiatan metode penemuan oleh siswa berupa penyelidikan/percobaan untuk
menemukan konsep-konsep atau prinsip-prinsip yang telah ditetapkan
7. Proses berpikir kritis perlu dijelaskan untuk menunjukkan adanya mental operasional
siswa, yang diharapkan dalam kegiatan.
8. Perlu dikembangkan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat terbuka, yang mengarah
pada kegiatan yang dilakukan siswa.
9. Ada catatan guru yang meliputi penjelasan tentang hal-hal yang sulit dan faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi hasil terutama kalau penyelidikan mengalami kegagalan atau
tak berjalan Sebagaimana mestinya.
Sedangkan langkah-langkah inquiry menurut dia meliputi:
1. Menemukan masalah
2. Pengumpulan data untuk memperoleh kejelasan
3. Pengumpulan data untuk mengadakan percobaan
4. Perumusan keterangan yang diperoleh
5. Analisis proses inquiry.
3. Pendekatan konsep
Terlebih dahulu harus kita ingat bahwa istilah ”concept” (konsep) mempunyai
beberapa arti. Namun dalam hal ini kita khususkan pada pembahasan yang berkaitan
dengan kegiatan belajar-mengajar. Suatu saat seseorang dapat belajar mengenal
kesimpulan benda-benda dengan jalan membedakannya satu sama lain. Jalan lain yang
dapat ditempuh adalah memasukkan suatu benda ke dalam suatu kelompok tertentu dan
mengemukakan beberapa contoh dan kelompok itu yang dinyatakan sebagai jenis
kelompok tersebut. Jalan yang kedua inilah yang memungkinkan seseorang mengenal
suatu benda atau peristiwa sebagai suatu anggota kelompok tertentu, akibat dan suatu
hasil belajar yang dinamakan ”konsep”.
Kita harus memperhatikan pengertian yang paling mendasar dari istilah “konsep”,
yang ditunjukkan melalui tingkah laku individu dalam mengemukakan sifat-sifat suatu
obyek seperti : bundar, merah, halus, rangkap, atau obyek-obyek yang kita kenal seperti
rambut, kucing, pohon dan rumah. Semuanya itu menunjukkan pada suatu konsep yang
nyata (concrete concept). Gagne mengatakan bahwa selain konsep konkret yang bisa kita
pelajari melalui pengamatan, mungkin juga ditunjukkan melalui definisi/batasan, karena
merupakan sesuatu yang abstrak. Misalnya iklim, massa, bahasa atau konsep matematis.
Bila seseorang telah mengenal suatu konsep, maka konsep yang telah diperoleh tersebut
dapat digunakan untuk mengorganisasikan gejala-gejala yang ada di dalam kehidupan.
Proses menghubung-hubungkan dan mengorganisasikan konsep yang satu dengan yang
lain dilakukan melalui kemampuan kognitif
4. Pendekatan Cara Belajar Stswa Aktif (CBSA)
Pendekatan ini sebenamya telah ada sejak dulu, ialah bahwa di dalam kelas mesti
terdapat kegiatan belajar yang mengaktifkan siswa (melibatkan siswa secara aktif).
Hanya saja kadar (tingkat) keterlibatan siswa itulah yang berbeda. Kalau dahulu guru
lebih banyak menjejalkan fakta, informasi atau konsep kepada siswa, akan tetapi saat ini
dikembangkan suatu keterampilan untuk memproses perolehan siswa. Kegiatan belajar-
mengajar tidak lagi berpusat pada siswa (student centered).
Siswa pada hakekatnya memiliki potensi atau kemampuan yang belum terbentuk
secara jelas, maka kewajiban gurulah untuk merangsang agar mereka mampu
menampilkan potensi itu, betapapun sederhananya. Para guru dapat menumbuhkan
keterampilan-keterampilan pada iswa sesuai dengan taraf perkembangannya, sehingga
mereka memperoleh konsep. Dengan mengembangkan keterampilan keterampilan
memproses perolehan, siswa akan mampu menemukan dan mengembangkan sendin fakta
dan kosep serta mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut. Proses belajar-mengajar
seperti inilah yang dapat menciptakan siswa belajar aktif.
Hakekat dad CBSA adalah proses keterlibatan intelektual-emosional siswa dalam
kegiatan belajar mengajar yang memungkinkan terjadinya:
* Proses asimilasi/pengalaman kognitif, yaitu: yang memungkinkan terbentuknya
pengetahuan
* Proses perbuatan/pengalaman langsung, yaitu: yang memungkinkan terbentuknya
keterampilan
* Proses penghayatan dan internalisasi nilai, yaitu: yang memungkinkan terbentuknya
nilai dan sikap
Walaupun demikian, hakekat CBSA tidak saja terletak pada tingkat keterlibatan
intelektual-emosional, tetapi terutama juga terletak pada diri siswa yang memiliki
potensi, tendensi atau kemungkinan kemungkinan yang menyebabkan siswa itu selalu
aktif dan dinamis. Oleh sebab itu guru diharapkan mempunyai kemampuan profesional
sehingga ia dapat menganalisis situasi instruksional kemudian mampu merencanakan
sistem pengajaran yang efektif dan efisien.

C. PRINSIP-PRINSIP CBSA
Uraian di atas kita ketahui bahwa prinsip CBSA adalah tingkah laku belajar yang
mendasarkan pada kegiatan-kegiatan yang nampak, yang menggambarkan tingkat
keterlibatan siswa dalam proses belajar-mengajar baik intelektual-emosional maupun
fisik, Prinsip-Prinsip CBSA yang nampak pada 4 dimensi sebagai berikut:
a. Dimensi subjek didik :
* Keberanian mewujudkan minat, keinginan, pendapat serta dorongan-dorongan yang
ada pada siswa dalam proses belajar-mengajar. Keberanian tersebut terwujud karena
memang direnca nakan oleh guru, misalnya dengan format mengajar melalui diskusi
kelompok, dimana siswa tanpa ragu-ragu mengeluarkani pendapat.
* Keberanian untuk mencari kesempatan untuk berpartisipasi dalam persiapan maupun
tindak lanjut dan suatu proses belajar-mengajar maupun tindak lanjut dan suatu
proses belajar mengajar. Hal mi terwujud bila guru bersikap demokratis.
* Kreatifitas siswa dalam menyelesaikan kegiatan belajar sehingga dapat mencapai
suatu keberhasilan tertentu yang memang dirancang olch guru.
* Kreatifitas siswa dalam menyelesaikan kegiatan belajar sehingga dapat mencapai
suatu keberhasilan tertentu, yang memang dirancang oleh guru.
* Peranan bebas dalam mengerjakan sesuatu tanpa merasa ada tekanan dan siapapun
termasuk guru.
b. Dimensi Guru
* Adanya usaha dan guru untuk mendorong siswa dalam meningkatka kegairahan serta
partisipasi siswa secara aktif dalam proses belajar-mengajar.
* Kemampuan guru dalam menjalankan peranannya sebagai inovator dan motivator.
* Sikap demokratis yang ada pada guru dalam proses belajar-mengajar.
* Pemberian kesempatan kepada siswa untuk belajar sesuai dengan cara, mama serta
tingkat kemampuan masing-masing.
* Kemampuan untuk menggunakan berbagai jenis strategi belajar-mengajar serta
penggunaan multi media. Kemampuan mi akan menimbulkan lingkungan belajar
yang merangsang siswa untuk mencapai tujuan.
c. Dimensi Program
* Tujuan instruksional, konsep serta materi pelajaran yang memenuhi kebutuhan, minat
serta kemampuan siswa; merupakan suatu hal yang sangat penting diperhatikan guru.
* Program yang memungkinkan terjadinya pengembangan konsep mau pun aktivitas
siswa dalam proses belajar-mengajar.
* Program yang fleksibel (luwes); disesuaikan dengan situasi dan kondisi.
d. Dimensi situasi belajar-mengajar
* Situasi belajar yang menjelmakan komunikasi yang baik, hangat, bersahabat, antara
guru-siswa maupun antara siswa sendiri dalam proses belajar-mengajar.
* Adanya suasana gembira dan bergairah pada siswa dalam proses belajar-mengajar.
Rambu-rambu CBSA :
Yang dimaksud dengan rambu-rambu CBSA adalah perwujudan prinsip-prinsip
CBSA yang dapat diukur dan rentangan yang paling rendah sampai pada rentangan yang
paling tinggi, yang berguna untuk menentukan tingkat CBSA dan suatu proses belajar-
mengajar. Rambu-rambu tersebut dapat dilihat dari beberapa dimensi. Rambu-rambu
tersebut dapat digunakan sebagai ukuran untuk menentukan apakah suatu proses belajar-
mengajar memiliki kadar CBSA yang tinggi atau rendah. Jadi bukan menentukan ada
atau tidak adanya kadar CBSA dalam proses belajar-mengajar. Bagaimanapun lemahnya
seorang guru, namun kadar CBSA itu pasti ada, walaupun rendah.
1. Berdasarkan pengelompokan siswa : Strategi belajar-mengajar yang dipilih oleh guru
hams disesuaikan dengan tujuan pengajaran serta materi tertentu. Ada materi yang
sesuai untuk proses belajar secara individual, akan tetapi ada pula yang lebih tepat
untuk proses belajar secara kelompok. Ditinjau dari segi waktu, keterampilan, alat atau
media serta perhatian guru, pengajaran yang berorientasi pada kelompok kadang-
kadang lebih efektif.
2. Berdasarkan kecepatan nzasing-rnasing siswa : Pada saat-saat tertentu siswa dapat
diberi kebebasan untuk memilih materi pelajaran dengan media pembelajaran yang
sesuai dengan kebutuhan mereka masing-masing. Strategi ini memungkinkan siswa
untuk belajar lebih cepat bagi mereka yang mampu, sedangkan bagi mereka yang
kurang, akan belajar sesuai dengan batas kemampuannya. Contoh untuk strategi
belajar-mengajar berdasarkan kecepatan siswa adalah pengajaran modul.
3. Pengelompokan berdasarkan kemampuan : Pengelompokan yang homogin han
didasarkan pada kemampuan siswa. Bila pada pelaksanaan pengajaran untuk
pencapaian tujuan tertentu, siswa harus dijadikan satukelompok maka hal mi mudah
dilaksanakan. Siswa akan mengembangkan potensinya secara optimal bila berada
disekeliling teman yang hampir sama tingkat perkembangan intelektualnya.
4. Pengelompokkan berdasarkan persamaan minat : Pada suatu guru perlu memberi
kesempatan kepada siswa untuk berkelompok berdasarkan kesamaan minat.
Pengelompokan ini biasanya terbentuk atas kesamaan minat dan berorientasi pada suatu
tugas atau permasalahan yang akan dikerjakan.

D. PEMILIHAN STRATEGI BELAJAR-MENGAJAR


Titik tolak untuk penentuan strategi belajar-mengajar tersebut adalah perumusan
tujuan pengajaran secara jelas. Agar siswa dapat melaksanakan kegiatan belajar-mengajar
secara optimal, selanjutnya guru harus memikirkan pertanyaan berikut : “Strategi
manakah yang paling efektif dan efisien untuk membantu tiap siswa dalam pencapaian
tujuan yang telah dirumuskan?” Pertanyaan ini sangat sederhana namun sukar untuk
dijawab, karena tiap siswa mempunyai kemampuan yang berbeda.
Tetapi strategi memang harus dipilih untuk membantu siswa mencapai tujuan
secara efektif dan produktif. Langkah yang harus ditempuh adalah sebagai berikut;
Pertama menentukan tujuan dalam arti merumuskan tujuan dengan jelas sehingga dapat
diketahui apa yang diharapkan dapat dilakukan siswa, dalam kondisi yang bagaimana
serta seberapa tingkat keberhasilan yang diharapkan. Pertanyaan inipun tidak mudah
dijawab, sebab selain setiap siswa berbeda, juga tiap guru pun mempunyai kemampuan
dan kwalifikasi yang berbeda pula.
Disamping itu tujuan yang bersifat afektif seperti sikap dan perasaan, lebih sukar
untuk diuraikan (dijabarkan) dan diukur. Tujuan yang bersifat kognitif biasanya lebih
mudah. Strategi yang dipilih guru untuk aspek ini didasarkan pada perhitungan bahwa
strategi tersebut akan dapat membentuk sebagaimana besar siswa untuk mencapai hasil
yang optimal.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Strategi belajar-mengajar adalah cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan
materi pelajaran dalam lingkungan pengajaran tertentu, yang meliputi sifat, lingkup
dan urutan kegiatan yang dapat memberikan pengalaman belajar kepada siswa.
Klasifikasi strategi belajar-mengajar, berdasarkan bentuk dan pendekatan:
a. Expository dan Discovery/Inquiry
b. Discovery dan Inquiry
c. Pendekatan konsep
d. Pendekatan Cara Belajar Stswa Aktif (CBSA)
Prinsip CBSA adalah tingkah laku belajar yang mendasarkan pada kegiatan-
kegiatan yang nampak, yang menggambarkan tingkat keterlibatan siswa dalam proses
belajar-mengajar baik intelektual-emosional maupun fisik
Rambu-rambu CBSA adalah perwujudan prinsip-prinsip CBSA yang dapat diukur
dan rentangan yang paling rendah sampai pada rentangan yang paling tinggi, yang
berguna untuk menentukan tingkat CBSA dan suatu proses belajar-mengajar.
Titik tolak untuk penentuan strategi belajar-mengajar tersebut adalah perumusan
tujuan pengajaran secara jelas. Agar siswa dapat melaksanakan kegiatan belajar-
mengajar secara optimal.

B. Saran
Dalam penyusunan makalah ini penulis dengan rendah hati mengakui banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, maka dari itu penulis mengharapkan kritik
dan saran yang membangun agar dalam penyusunan makalah selanjutnya dapat lebih
sempurna.
Daftar Pustaka

WWW. Geogle. Com


http/Strategi Belajar Mengajar . com
Sri Anitah, Cs., 1994, Strategi Belajar Mengjar, Universitas Terbuka, Jakarta.

You might also like