sebuah literature agama Buddha yang sangat erat hubungannya dengan agama Buddha mazhab Tantrayana di Indonesia. Kitab Sanghyang Kamahayanikan ini seluruhnya berisi 129 ayat. Bagi sebagian besar umat Buddha. Isi dari kitab tersebut masih merupakan suatu kendala untuk dimengerti dan berada di luar kemampuan pikiran mereka. Menurut penelitian yang pernah dilakukan, kitab Sanghyang Kamahayanikan tersusun antara tahun 929-947 Masehi oleh Mpu Shri Sambhara Surya Warama dari Jawa Timur, sebagai penerus dari kerajaan Mataram yang bergeser ke Jawa Timur. Naskah tertua dari kitab Sanghyang Kamahayanikan ini diketemukan di pulau Lombok pada tahun 1900 Masehi. Naskah ini oleh prof.Yunboll kemudian dibahas pada tahun 1908.dan diterjemahkan kedalam bahasa Belanda oleh, J.deKatt pada tahun 1940. setelah itu,naskah tersebut diteliti lagi oleh Prof.Wuff. Selanjutnya, naskah tersebut diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh I Gusti Bagus Sugriwa. Kemudian oleh Tim Penerjemah Kitab Suci Agama Buddha Ditura Buddha ~Ditjen Bimas Hindu dan Buddha, Departemen Agama RI. Kitab Sanghyang Kamahayanikan ini diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan merupakan hasil yang lebih baik dari terjemahan-terjemahan sebelumnya. Menurut dr.DK.Widya, isi kitab Sanghyang Kamahayanikan ini mengajarkan bagaimana seseorang mencapai Kebuddhaan, di mana seorang siswa pertama -tama melaksanakan Paramita-paramita, kemudian dijelaskan Paramaguhya dan Mahaguhya. Selain itu dijelaskan juga falsafah Adwaya yang mengatasi dualisme"ada" dan "tidak ada". Disamping itu, dapat diperoleh tambahan informasi berupa hasil wawancara dengan dua orang tokoh Tantrayana, yakni YA. Rinpoche Zurmang Garwang dari Sikkim, India dan YA.Rinpoche Losang Ngudup dari Mysore,India. YA.Rinpoche Zurmang Garwang adalah seorang pemimpin dari Dharma Chakra Centre yang terletak di Rumtek. East Sikkim, India. Menurut keterangan, beliau diyakini telah tumimbal lahir sebanyak tiga belas kali dan penganut Tantra, baik di Sikkim dan di Tibet mengkonsumsi jenis makanan nabati (vegetarian) dan hewani. Vinaya yang berpantang makan dari bahan makanan hewani atau yang dikenal dengan 'vegetarian' hanya pada kelompok Sangha aliran Mahayana di daratan China saja. Menurut YA. Rinpoche Zurmang garwanglebih lanjut, setiap rohaniwan Tantra (sering disebut sebagai 'Lhama'), mereka harus mendalami dahulu dasar-dasar Buddha Dharma yang ada pada mazhab Theravada dan Mahayana, sebelum mereka mendalami Tantrayana. Karena semua pada Buddha Dharma baik pada Theravada, Mahayana dan Tantrayana adalah sama. Mereka hanya berbeda pada cara pengalamannya saja. YA. Rinpoche Losang Ngudup berasal dari kelompok Ge-lugpa (Yellow Hat Sect /sekte jubah kuning) adalah Ex Abbot (mantan Rektor) pada sera Mahayana Sermey Monastic University, yang terletak di Mysore, Distrik Karnanata-Southern India. Sera Mahayana Sermey Monastic University adalah lembaga pendidikan tinggi yang dikhususkan bagi para rohaniwan Tantrayana sebelum mereka di wisuda (inisiasi) sebagai "Lhama". Menurut YA. Rinpoche Losang Ngudup, setiap calon "Rinpoche" harus terlebih dahulu menjadi anggota Sangha, yang dalam Tantrayana disebut sebagai Lhama dan harus mendalami terlebih dahulu Dharma yang ada pada mazhab Tantrayana. Ini adalah informasi yang sama dengan YA. Rinpoche Zurmang Garwang. Menurut beliau lebih lanjut, kunjungan beliau dan rombongan ke Indonesia adalah dalam rangka mencari 'benang merah' dengan Tantrayana di Indonesia. Mereka berkeyakinan bahwa Tantrayana pada masa kerajaan-kerajaan dahulu adalah memiliki 'garis silsilah'(lineage) yang sama dengan mereka, yakni melalui YA. Atissa Srinyana Dipankara. YA. Atissa adalah seorang Rinpoche yang pernah menetap di Sriwijaya (P.Sumatera) dan berguru pada YA. Dharmakirti atau Dharmaphala. YA.Atissa tiba di Sriwijaya pada usia 31 tahun dan beliau menetap di sana sekitar duabelas tahun lamanya. Menurut YA. Rinpoche Losang Ngudup, YA. Rinpoche Atissa telah menanamkan semangat bagi kekuatan spiritual Tantrayana di Tibet.