You are on page 1of 7

Aliran Psikologi Tingkah Laku

1. Aliran Psikologi Tingkah Laku


Sebelum membahas psikologi tingkah laku alangkah lebih baik jika kita lebih
dahulu membahas tentang psikologi belajar mengajar,yang sifatnya masih
umum. Psikologi belajar atau disebut pula dengan teori belajar adalah teori
yang mempelajari perkembangan intelekual (mental) siswa. didalamnya
terdiri dari dua hal, yaitu:
uraian tentang apa yang terjadi dan diharapkan terjadi pada intelektual anak
uraian tentang kegiatan intelektual anak mengenai hal-hal yang bisa
dipikirkan pada usia tertentu
Psikologi mengajar atau teori mengajar berisi tentang petunjuk bagaimana
semestinya mengajar siswa pada usia tertentu,bila ia sudah siap belajar. jadi
pada teori mengajar terdapat prosedur dan tujuan mengajar.
Jadi dalam proses belajar siswa merupakan subjek dan bukan objek,
selanjutnya peristiwa belajar dan mengajar ini sesuai dengan istilah dalam
kurikulum akan disebut pembelajaran, yang berkonotasi pada proses kinerja
yang sinergi antara setiap komponennya.

2. Aliran Psikologi Tingkah Laku Menurut Para Ahli


A. Teori Thorndike
Edward l. Thorndike (1874-1949) mengemukan beberapa hukum belajar
yang dikenal dengan sebutan law of effect. Menurut hukum ini belajar akan
lebih berhasil bila respon murid terhadap suatu stimulus segera diikuti
dengan rasa senang atau kepuasan
teori belajar stimulus respon yang dikemukakan oleh thorndike ini disebut
juga koneksionisme,teori ini mengatakan bahwa pada hakikatnya belajar
merupakan proses pembentukan hubungan antara stimulus dan respon.
Terdapat beberapa dalil:
a. Hukum Kesiapan (Law Of Readiness)
Yaitu menerangkan bagaimana kesiapan seorang anak dalam melakukan
suatu kegiatan. Seorang anak yang mempunyai kecenderungan untuk
bertindak atau melakukan kegiatan tertentu dan kemudian dia benar
melakukan kegiatan tersebut, maka tindakannya akan melahirkan kepuasan
bagi dirinya. Tindakan-tindakan lain yang dia lakukan tidak menimbulkan
kepuasan bagi dirinya.

b. Hukum Latihan (Law Of Exercise) dan Hukum Akibat (Law Of Effect).


Hukum latihan menyatakan bahwa jika hubungan stimulus respon sering
terjadi, akibatnya hubungan akan semakian kuat. Sedangkan makin jarang
hubungan stimulus respon dipergunakan maka makin lemahnya hubungan
yang terjadi.
Dalam hukum akibat ini dapat disimpulkan bahwa kepuasan yang terlahir dari
adanya ganjaran dari guru akan memberikan kepuasan bagi anak, dan anak
cenderung untuk berusaha melakukan atau meningkatkan apa yang telah
dicapainya itu. Guru yang memberi senyuman wajar terhadap jawaban anak,
akan semakin menguatkan konsep yang tertanam pada diri anak. Kata-kata “
Bagus”, “Hebat” , ”Kau sangat teliti” dan semacamnya akan merupakan
hadiah bagi anak yang kelak akan meningkatkan dirinya dalam menguasai
pelajaran.
Disamping itu, Thorndike mengutamakan pula bahwa kualitas dan kuantitas
hasil belajar siswa tergantung dari kualitas dan kuantitas Stimulus-Respon
(SR) dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Makin banyak dan makin
baik kualitas S-R itu (yang diberikan guru) makin banyak dan makin baik pula
hasil belajar siswa.
Implikasi dari aliran pengaitan ini dalam kegiatan belajar mengajar sehari-hari
adalah bahwa:
Dalam menjelaskan suatu konsep tertentu, guru sebaiknya mengambil
contoh yang sekiranya sudah sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.
Alat peraga dari alam sekitar akan lebih dihayati.
Metode pemberian tugas, metode latihan (drill dan practicc) akan lebih cocok.
Karna siswa akan lebih banyak mendapatkan stimulus sehingga respons
yang diberikan pun akan lebih banyak.
Dalam kurikulum, materi disusun dari materi yang mudah, sedang, dan sukar
sesuai dengan tingkat kelas dan tingkat sekolah. Penguasaan materi yang
lebih mudah sebagai akibat untuk dapat menguasai materi yang lebih sukar.

B. Teori Skinner
Dalam bagian ini akan diuraikan teori belajar menurut skinner. Burhus
Frederic Skinner menyatakan bahwa ganjaran atau penguatan mempunyai
peranan yang amat penting dalam proses belajar. Penguatan dapat dianggap
sebagai stimulus positif, jika penguatan tersebut seiring dengan
meningkatnya perilaku anak dalam melakukan pengulangan perilakunya itu.
Untuk mengubah tingkah laku anak dari negatif menjadi positif, guru perlu
mengetahui psikologi yang dapat digunakan untuk memperkirakan dan
mengendalikan tingkah laku anak.
Skinner menambahkan bahwa jika respon siswa baik ( menunjang efektivitas
pencapaian tujuan) harus segera diberikan penguatan positif agar respon
tersebut lebih baik lagi, atau minimal perbuatan baik itu dipertahankan.

C. Teori Ausubel
Teori ini terkenal dengan belajar bermaknanya dan pentingnya pengulangan
sebelum belajar dimulai. Ia membedakan belajar menemukan dengan belajar
menerima, jadi tinggal menghafalnya. Tetapi pada belajar menemukan
konsep ditemukan oleh siswa, jadi tidak menerima pelajaran begitu saja.
Selain itu untuk dapat membedakan antara belajar menghafal dengan belajar
bermakna.
Pada belajar menghafal, siswa menghafal materi yang sudah diterimanya,
tetapi pada belajar bermakna materi yang diperoleh itu dikembangkan
dengan keadaan lain sehingga belajar lebih dimengerti. Selanjutnya bahwa
Ausubel mengemukan bahwa metode ekspositori adalah metode mengajar
yang baik dan bermakna. Hal ini dikemukan berdasarkan hasil penelitiannya.
Belajar menerima maupun menemukan sama-sama dapat berupa belajar
menghafal atau bermakna.
Misalnya dalam mempelajari konsep Pitagoras tentang segitiga siku-siku,
mungkin bentuk akhir c2= b2+a2 sudah disajikan, tetapi jika siswa memahami
rumus itu selalu dikaitkan dengan sisi-sisi sebuah segitiga siku-siku akan
lebih bermakna.

D. Teori Gagne
Menurut Gagne dalam belajar matematika ada dua objek yang dapat
diperoleh langsung oleh siswa, yaitu objek langsung dan objek tidak
langsung. Objek tak langsung antara lain kemampuan menyelidiki dan
memecahkan masalah, belajar mandiri, bersikap positif terhadap matematika
dan tahu bagaimana semestinya belajar. Sedangkan objek lansung berupa
fakta, keterampilan, konsep, dan aturan.
Fakta adalah objek matematika yang tinggal menerimanya, seperti lambang
bilangan, sudut, dan notasi-notasi matematika lainnya. Kemampuan berupa
memberikan jawaban dengan tepat dan cepat,misalnya melakukan
pembagian bilangan yang cukup besar dengan bagi kurang,menjumlahkan
pecahan,melukis sumbu sebuah ruas garis.
Konsep adalah ilmu abstrak yang memungkinkan kita dapat
mengelompokkan objek ke dalam contoh dan noncontoh misalkan konsep,
bujur sangkar, bilangan prima, himpunan, dan fektor.
Aturan adalah objek yang paling abstrak yang berupa sifat dan teorema.
Menurut Gagne, belajar dapat dikelompokkan menjadi delapan titik belajar
yaitu: belajar isyarat , stimulus respon, rangkaian gerak, rangkaian verbal,
membedakan, pembentukan konsep, pembentukan aturan, dan pemecahan
masalah.
Dalam pemecahan masalah biasanya ada 5 langkah yang harus dilakukan.
Yaitu :
Menyajikan masalah dalam bentuk yang lebih jelas.
Menyatakan masalah dalam bentuk yang lebih operasional.
Menyusun hipotesis hipotesis alternattif dan prosedur kerja yang diperkirakan
baik.
Mengetes hipotesis dan melakukan kerja untuk memperoleh hasilnya.
Mengecek kembali hasil yang sudah diperoleh.

E. Teori Pavlov
Pavlof terkenal dengan teori belajar klasik. Ia melakukan percobaan terhadap
seekor anjing, anjing itu dikurung dalam suatu kandang dalam waktu tertentu
dan diberi makan. Selanjutnya, setiap akan diberi makan Pavlov
membunyikan bel, ia memperhatikan bahwa setiap dibunyikan berl pada
waktu tertentu anjing itu mangeluarkan air liurnya, walaupun tidak diberi
makanan.
Pavlov mengemukakan konsep pembiasaan atau conditioning. Dalalm
hubugannya dalam kegiatan belajar mengajar agar siswa belajar dengan baik
maka harus dibiasakan. Misalnya, agar siswa mengerjakan soal peekerjaan
rumah dengan baik, biasakanlah dengan memeriksanya, menjelaskannya,
atau memberi nilai terhadap hasil pekerjaannya.
F. Teori Baruda
Baruda mengemukakan bahwa siswa belajar itu melalui meniru. Pengertian
meniru di sini bukan berarti menyontek, tetapi meniru hal-hal yang dilakukan
oleh orang lain, terutama guru. Jika tulisan guru baik, guru berbicara sopan
santun, tingkah laku yang terpuji, menerangkan dengan jelas dan sistematis,
maka siswa akan menirunya. Jika contoh yang dilihat kurang baik maka ia
pun akan menirunya.

F. Aliran Latihan Mental


Aliran ini berkembang sampai dengan abad 20, yang mengemukakan bahwa
struktur otak manusia terdiri atas gumpalan-gumapalan otot, agar ini kuat,
maka harus dilatih dengan beban, makin banyak latihan dan beban yang
makin berat,maka otot atau otak itu makin kuat pula, oleh karna itu jika anak
atau siswa ingin pandai, maka ia harus dilatih otaknya dengan cara banyak
berlatih memahamidan mengerjakan soal-soal yang benar, makin sukar
materi itu makin pandai pula anak tersebut.
Struktur kurikulum pada masa itu berisikan materi-materi pelajaran yang sulit,
sehingga orang sedikit yang bersekolah karna tidak kuat untuk mengikutinya.
Disamping faktor lain seperti keturunan, biaya, dan kesadaran akan
pentingya sekolah.
Sumber :
http://aanchoto.com/2010/10/aliran-psikologi-tingkah-laku/
http://www.docstoc.com/docs/13874666/TEORI-BELAJAR-ALIRAN-
PSIKOLOGI
http://ruzdeeweb.com/search/psikologi+pendidikan+behavioristik+thorndike+a
nd+skinner
http://id.wikipedia.org/wiki/Teori_Belajar_Behavioristik

You might also like