Professional Documents
Culture Documents
B. Teori Skinner
Dalam bagian ini akan diuraikan teori belajar menurut skinner. Burhus
Frederic Skinner menyatakan bahwa ganjaran atau penguatan mempunyai
peranan yang amat penting dalam proses belajar. Penguatan dapat dianggap
sebagai stimulus positif, jika penguatan tersebut seiring dengan
meningkatnya perilaku anak dalam melakukan pengulangan perilakunya itu.
Untuk mengubah tingkah laku anak dari negatif menjadi positif, guru perlu
mengetahui psikologi yang dapat digunakan untuk memperkirakan dan
mengendalikan tingkah laku anak.
Skinner menambahkan bahwa jika respon siswa baik ( menunjang efektivitas
pencapaian tujuan) harus segera diberikan penguatan positif agar respon
tersebut lebih baik lagi, atau minimal perbuatan baik itu dipertahankan.
C. Teori Ausubel
Teori ini terkenal dengan belajar bermaknanya dan pentingnya pengulangan
sebelum belajar dimulai. Ia membedakan belajar menemukan dengan belajar
menerima, jadi tinggal menghafalnya. Tetapi pada belajar menemukan
konsep ditemukan oleh siswa, jadi tidak menerima pelajaran begitu saja.
Selain itu untuk dapat membedakan antara belajar menghafal dengan belajar
bermakna.
Pada belajar menghafal, siswa menghafal materi yang sudah diterimanya,
tetapi pada belajar bermakna materi yang diperoleh itu dikembangkan
dengan keadaan lain sehingga belajar lebih dimengerti. Selanjutnya bahwa
Ausubel mengemukan bahwa metode ekspositori adalah metode mengajar
yang baik dan bermakna. Hal ini dikemukan berdasarkan hasil penelitiannya.
Belajar menerima maupun menemukan sama-sama dapat berupa belajar
menghafal atau bermakna.
Misalnya dalam mempelajari konsep Pitagoras tentang segitiga siku-siku,
mungkin bentuk akhir c2= b2+a2 sudah disajikan, tetapi jika siswa memahami
rumus itu selalu dikaitkan dengan sisi-sisi sebuah segitiga siku-siku akan
lebih bermakna.
D. Teori Gagne
Menurut Gagne dalam belajar matematika ada dua objek yang dapat
diperoleh langsung oleh siswa, yaitu objek langsung dan objek tidak
langsung. Objek tak langsung antara lain kemampuan menyelidiki dan
memecahkan masalah, belajar mandiri, bersikap positif terhadap matematika
dan tahu bagaimana semestinya belajar. Sedangkan objek lansung berupa
fakta, keterampilan, konsep, dan aturan.
Fakta adalah objek matematika yang tinggal menerimanya, seperti lambang
bilangan, sudut, dan notasi-notasi matematika lainnya. Kemampuan berupa
memberikan jawaban dengan tepat dan cepat,misalnya melakukan
pembagian bilangan yang cukup besar dengan bagi kurang,menjumlahkan
pecahan,melukis sumbu sebuah ruas garis.
Konsep adalah ilmu abstrak yang memungkinkan kita dapat
mengelompokkan objek ke dalam contoh dan noncontoh misalkan konsep,
bujur sangkar, bilangan prima, himpunan, dan fektor.
Aturan adalah objek yang paling abstrak yang berupa sifat dan teorema.
Menurut Gagne, belajar dapat dikelompokkan menjadi delapan titik belajar
yaitu: belajar isyarat , stimulus respon, rangkaian gerak, rangkaian verbal,
membedakan, pembentukan konsep, pembentukan aturan, dan pemecahan
masalah.
Dalam pemecahan masalah biasanya ada 5 langkah yang harus dilakukan.
Yaitu :
Menyajikan masalah dalam bentuk yang lebih jelas.
Menyatakan masalah dalam bentuk yang lebih operasional.
Menyusun hipotesis hipotesis alternattif dan prosedur kerja yang diperkirakan
baik.
Mengetes hipotesis dan melakukan kerja untuk memperoleh hasilnya.
Mengecek kembali hasil yang sudah diperoleh.
E. Teori Pavlov
Pavlof terkenal dengan teori belajar klasik. Ia melakukan percobaan terhadap
seekor anjing, anjing itu dikurung dalam suatu kandang dalam waktu tertentu
dan diberi makan. Selanjutnya, setiap akan diberi makan Pavlov
membunyikan bel, ia memperhatikan bahwa setiap dibunyikan berl pada
waktu tertentu anjing itu mangeluarkan air liurnya, walaupun tidak diberi
makanan.
Pavlov mengemukakan konsep pembiasaan atau conditioning. Dalalm
hubugannya dalam kegiatan belajar mengajar agar siswa belajar dengan baik
maka harus dibiasakan. Misalnya, agar siswa mengerjakan soal peekerjaan
rumah dengan baik, biasakanlah dengan memeriksanya, menjelaskannya,
atau memberi nilai terhadap hasil pekerjaannya.
F. Teori Baruda
Baruda mengemukakan bahwa siswa belajar itu melalui meniru. Pengertian
meniru di sini bukan berarti menyontek, tetapi meniru hal-hal yang dilakukan
oleh orang lain, terutama guru. Jika tulisan guru baik, guru berbicara sopan
santun, tingkah laku yang terpuji, menerangkan dengan jelas dan sistematis,
maka siswa akan menirunya. Jika contoh yang dilihat kurang baik maka ia
pun akan menirunya.