You are on page 1of 12

Rabu, 23 Desember 2009

LAJU REAKSI

Faktor yang mempengaruhi laju reaksi

Laju reaksi dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:


[sunting] Luas permukaan sentuh

Luas permukaan sentuh memiliki peranan yang sangat penting dalam banyak, sehingga
menyebabkan laju reaksi semakin cepat. Begitu juga, apabila semakin kecil luas permukaan
bidang sentuh, maka semakin kecil tumbukan yang terjadi antar partikel, sehingga laju reaksi
pun semakin kecil. Karakteristik kepingan yang direaksikan juga turut berpengaruh, yaitu
semakin halus kepingan itu, maka semakin cepat waktu yang dibutuhkan untuk bereaksi ;
sedangkan semakin kasar kepingan itu, maka semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk
bereaksi.
[sunting] Suhu

Suhu juga turut berperan dalam mempengaruhi laju reaksi. Apabila suhu pada suatu rekasi
yang berlangusng dinaikkan, maka menyebabkan partikel semakin aktif bergerak, sehingga
tumbukan yang terjadi semakin sering, menyebabkan laju reaksi semakin besar. Sebaliknya,
apabila suhu diturunkan, maka partikel semakin tak aktif, sehingga laju reaksi semakin kecil.
[sunting] Katalis

Katalis adalah suatu zat yang mempercepat laju reaksi kimia pada suhu tertentu, tanpa
mengalami perubahan atau terpakai oleh reaksi itu sendiri. Suatu katalis berperan dalam
reaksi tapi bukan sebagai pereaksi ataupun produk. Katalis memungkinkan reaksi
berlangsung lebih cepat atau memungkinkan reaksi pada suhu lebih rendah akibat perubahan
yang dipicunya terhadap pereaksi. Katalis menyediakan suatu jalur pilihan dengan energi
aktivasi yang lebih rendah. Katalis mengurangi energi yang dibutuhkan untuk
berlangsungnya reaksi.

Katalis dapat dibedakan ke dalam dua golongan utama: katalis homogen dan katalis
heterogen. Katalis heterogen adalah katalis yang ada dalam fase berbeda dengan pereaksi
dalam reaksi yang dikatalisinya, sedangkan katalis homogen berada dalam fase yang sama.
Satu contoh sederhana untuk katalisis heterogen yaitu bahwa katalis menyediakan suatu
permukaan di mana pereaksi-pereaksi (atau substrat) untuk sementara terjerat. Ikatan dalam
substrat-substrat menjadi lemah sedemikian sehingga memadai terbentuknya produk baru.
Ikatan atara produk dan katalis lebih lemah, sehingga akhirnya terlepas.

Katalis homogen umumnya bereaksi dengan satu atau lebih pereaksi untuk membentuk suatu
perantarakimia yang selanjutnya bereaksi membentuk produk akhir reaksi, dalam suatu
proses yang memulihkan katalisnya. Berikut ini merupakan skema umum reaksi katalitik, di
mana C melambangkan katalisnya:

A + C → AC (1)
B + AC → AB + C (2)
Meskipun katalis (C) termakan oleh reaksi 1, namun selanjutnya dihasilkan kembali oleh
reaksi 2, sehingga untuk reaksi keseluruhannya menjadi :

A + B + C → AB + C

Beberapa katalis yang pernah dikembangkan antara lain berupa katalis Ziegler-Natta yang
digunakan untuk produksi masal polietilen dan polipropilen. Reaksi katalitis yang paling
dikenal adalah proses Haber, yaitu sintesis amoniak menggunakan besi biasa sebagai katalis.
Konverter katalitik yang dapat menghancurkan produk emisi kendaraan yang paling sulit
diatasi, terbuat dari platina dan rodium.
[sunting] Molaritas

Molaritas adalah banyaknya mol zat terlarut tiap satuan volum zat pelarut. Hubungannya
dengan laju reaksi adalah bahwa semakin besar molaritas suatu zat, maka semakin cepat
suatu reaksi berlangsung. Dengan demikian pada molaritas yang rendah suatu reaksi akan
berjalan lebih lambat daripada molaritas yang tinggi. Hubungan antara laju reaksi dengan
molaritas adalah:

V = k [A]m [B]n

dengan:

* V = Laju reaksi
* k = Konstanta kecepatan reaksi
* m = Orde reaksi zat A
* n = Orde reaksi zat B

[sunting] Konsentrasi

Karena persamaan laju reaksi didefinisikan dalam bentuk konsentrsi reaktan maka dengan
naiknya konsentrasi maka naik pula kecepatan reaksinya. Artinya semakin tinggi konsentrasi
maka semakin banyak molekul reaktan yang tersedia denngan demikian kemungkinan
bertumbukan akan semakin banyak juga sehingga kecepatan reaksi meningkat.
Diposkan oleh tugastimtim di 20.56 0 komentar

Selasa, 08 Desember 2009


TITRASI ASAM BASA

Titrasi Asam Basa


Titrasi merupakan suatu metoda untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat
lain yang sudah dikethaui konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi
yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai contoh bila melibatan reaksi asam basa maka
disebut sebagai titrasi asam basa, titrasi redox untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi
oksidasi, titrasi kompleksometri untuk titrasi yang melibatan pembentukan reaksi kompleks
dan lain sebagainya. (disini hanya dibahas tentang titrasi asam basa)
Zat yang akan ditentukan kadarnya disebut sebagai “titrant” dan biasanya diletakan di dalam
Erlenmeyer, sedangkan zat yang telah diketahui konsentrasinya disebut sebagai “titer” dan
biasanya diletakkan di dalam “buret”. Baik titer maupun titrant biasanya berupa larutan.

Prinsip Titrasi Asam basa


Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titrant. Titrasi asam
basa berdasarkan reaksi penetralan. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan
larutan basa dan sebaliknya.
Titrant ditambahkan titer sedikit demi sedikit sampai mencapai keadaan ekuivalen ( artinya
secara stoikiometri titrant dan titer tepat habis bereaksi). Keadaan ini disebut sebagai “titik
ekuivalen”.
Pada saat titik ekuivalent ini maka proses titrasi dihentikan, kemudian kita mencatat volume
titer yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut. Dengan menggunakan data volume
titrant, volume dan konsentrasi titer maka kita bisa menghitung kadar titrant.
Cara Mengetahui Titik Ekuivalen
Ada dua cara umum untuk menentukan titik ekuivalen pada titrasi asam basa.
1. Memakai pH meter untuk memonitor perubahan pH selama titrasi dilakukan, kemudian
membuat plot antara pH dengan volume titrant untuk memperoleh kurva titrasi. Titik tengah
dari kurva titrasi tersebut adalah “titik ekuivalent”.
2. Memakai indicator asam basa. Indikator ditambahkan pada titrant sebelum proses titrasi
dilakukan. Indikator ini akan berubah warna ketika titik ekuivalen terjadi, pada saat inilah
titrasi kita hentikan.
Pada umumnya cara kedua dipilih disebabkan kemudahan pengamatan, tidak diperlukan alat
tambahan, dan sangat praktis.
Indikator yang dipakai dalam titrasi asam basa adalah indicator yang perbahan warnanya
dipengaruhi oleh pH. Penambahan indicator diusahakan sesedikit mungkin dan umumnya
adalah dua hingga tiga tetes.
Untuk memperoleh ketepatan hasil titrasi maka titik akhir titrasi dipilih sedekat mungkin
dengan titik equivalent, hal ini dapat dilakukan dengan memilih indicator yang tepat dan
sesuai dengan titrasi yang akan dilakukan.
Keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warna indicator disebut
sebagai “titik akhir titrasi”.
Rumus Umum Titrasi
Pada saat titik ekuivalen maka mol-ekuivalent asam akan sama dengan mol-ekuivalent basa,
maka hal ini dapat kita tulis sebagai berikut:
mol-ekuivalen asam = mol-ekuivalen basa
Mol-ekuivalen diperoleh dari hasil perkalian antara Normalitas dengan volume maka rumus
diatas dapat kita tulis sebagai:
NxV asam = NxV basa
Normalitas diperoleh dari hasil perkalian antara molaritas (M) dengan jumlah ion H+ pada
asam atau jumlah ion OH pada basa, sehingga rumus diatas menjadi:
nxMxV asam = nxVxM basa
keterangan :
N = Normalitas
V = Volume
M = Molaritas
n = jumlah ion H+ (pada asam) atau OH – (pada basa)
Diposkan oleh tugastimtim di 22.28 0 komentar

Pelarutan dan Pengenceran


Setiap zat padat, cair ataupun gas memiliki kemampuan melarut berbeda di dalam suatu
pelarut. Perbedaan wujud ini memberi indikasi bahwa pelarutan harus menggunakan cara-
cara tertentu. Rencana dan prosedurnyapun berkembang sesuai dengan sifat melarut dan sifat
percobaan/analisis yang diterapkan dan sifat zat yang terlibat.

. Sifat analisis atau eksperimen yang diterapkan menuntut kesediaan pereaksi tertentu agar
analisis tersebut memberikan hasil yang tepat dan teliti. Berarti jenis peralatan dan spesifikasi
zat yang dipilihpun harus memenuhi persyaratan agar diperoleh hasil sediaan yang
mendukung tujuan analisis.

. Dengan demikian, pembuatan sediaan pereaksi berupa larutan akan menuntut cara atau
teknik pembuatan dengan prosedur tersendiri bergantung pada sifat pembentukan larutan itu.
Sebagai contoh adalah pembuatan larutan antara NaCl 1M dan NaCl 0,1000M, atau antara
HCl 1M dan HCl 0,1000M. Yang pertama, melibatkan teknik pengukuran volume dan teknik
pengenceran. Proses pembuatan larutan dari suatu zat padat disebut pelarutan dan proses
pembuatan larutan suatu zat yang berasal dari cairan pekatnya disebut pengenceran.

1. Teknik Pelarutan

. Pelarutan zat padat untuk menghasilkan larutannya sering dilakukan dalam kesehrian.
Caranya, ” sejumlah zat padat dituangi sevolum pelarut” atau “sevolum pelarut dimasukkan
sejumlah zat padat”; biasanya diikuti dengan pengadukan. Pembuatan larutan dari zat padat
sebagai pereaksi itu untuk tujuan analisa kuantitatif atau untuk tujuan tertentu lainnya.

. Pembuatannya harus melakukan perencanaan (termasuk perhitungan) sesuai dengan


kebutuhan atau sifat analisis yang diterapkan (kualitatif atau kuantitatif). Bayangkan bila
terjadi kesalahan, akibatnya adalah pemborosan zat kimia yang mahal, tenaga dan waktu
hilang, data pengamatan yang tidak jelas, serta hasil analisis yang tidak tepat(salah).

Beberapa hal dan langkah tentang pembuatan larutan dari padatan dan teknik pelarutannya
yang harus diperhatikan adalah:

a. Sifat analisis: tetapkan apakah akan melakukan analisis kuantitatif atau kualitatif(sesuaikan
dengan tujuan analisis)

b. Kuantitas larutan(volum, konsentrasi): tetapkan sesuai dengan kebutuhan

c. kuantitas zat padat(rumus, kelarutan, massa): tetapkan rumus zat padat(kristal), daya larut
dan massa padatan yang akan dilarutkan(dihitung)

d. sifat zat padat: tetapkan apakah stabil, higroskopis, atau dapat bereaksi dengan air.

e. alat ukur massa(neraca): jika kualitatif gunakan neraca T atau Sa dan jika kuantitatif
gunakan neraca T dan neraca A.

f. alat ukur volum: jika kualitatif gunakan gelas ukur dan jika kuantitatif gunakan labu takar.

g. pelarutan, meliputi:
- peralatan pendukung: siapkan gelas kimia, batang pengaduk, botol timbang, corong, pipet
tetes, botol semprot, botol kemasan pereaksi.

. - pelaksanaan: jika kualitatif pindahkan padatan kedalam gelas kimia dan larutkan dengan
akuades secukupnya, lalu pindahkan kedalam gelas ukur dan tuang akuades sampai tanda
batas. sedangkan jika kualitatif pindahkan dulu seluruh padatan kedalam gelas kimia dan
larutkan dengan akuades secukupnya, lalu pindahkan seluruhnya secara kuantitatif kedalam
labu takar lewat corong; tambahkan akuades sedemikian; keringkan bagian atas skala; lalu
secara tetes per tetes sampai tanda batas volum; tutup labunya dan homogenkan.

-pengemasan: bilasi botol pereaksi hingga bersih/kering dengan sedikit larutan diatas, dan
pindahkan seluruh larutan ke botol, tutup dan beri label dengan jelas.

2. Teknik Pengenceran

. Pada umumnya asam-asam anorganik berupa cairan pekat ada yang berasap atau bersifat
korosif. Zat cair organik umumnya bersifat mudah menguap dan mudah terbakar. Asam-asam
anorganik dan beberapa cairan organik sering harus disiapkan sebagai sediaan berupa
larutannya yang lebih encer dalam suatu pelarut.

. Teknik pengenceran cairan pekat asam anorganik dan cairan pekat organik pada dasarnya
tidak begitu berbeda. Teknik pengenceran melibatkan teknik pengukuran volum dan teknik
pelarutan(teknik pencampuran). Tentang kedua teknik ini, beberapa hal harus diperhatikan
seperti diuraikan berikut ini:

a. Teknik pengenceran dari cairan pekat


pra pengenceran:
- hitung volume cairan pekat dan volume akuades yang akan diukur
- ukur volume akuades tersebut dan siapkan didalam gelas kimia

teknik pengukuran volume cairan pekat


- mengingat sifat zat cair pekat, maka pengukuran vlumenya harus dilakukan diruang asam
dan pembacaan skala volumenya harus sesegera mungkin
- sebaiknya menggunakan masker

pencampuran atau pelarutan


- segera alirkan perlahan cairan pekat lewat batang pengaduk kedalam gelas kimia berisi
akuades diatas.
- hitung balik, konsentrasi cairan hasil pengenceran; tambahkan sesuai dengan kekurangan
akuades

b. teknik pengenceran dari cairan kurang pekat


teknik pengenceran dari larutan tidak pekat menjadi larutan yang lebih encer(misal dari 3M
ke 1M) lebih mudah dilakukan dan tidak perlu diruang asam. Caranya:

ukur akuades(hasil hitung) dengan gelas ukur(berukuran sesuai dengan volume akhir larutan);
kemudian tuangkan larutan lebih pekatnya kedalam gelas ukur tersebut sampai volumenya
mendekati tanda batas; lanjutkan penambahan tetes per tetes sampai tanda batas volume akhir
yang diharapkan.
c. Perhitungan volume dan konsentrasi cairan
sebelum melakukan perhitungan volume cairan, catatlah harga kadar/konsentrasi cairan yang
akan diencerkan dari label kemasannya, dan tetapkan besarnya volume larutan encer yang
hendak dibuat. Asam-asam pekat yang diperdagangkan, pada labelnya ditemukan dari harga
molar, persen(b/b), dan massa jenisnya.

Hubungan pengenceran Molar(M)


hubungan matematis yang diterapkan:
V1 x M1 = V2 x M2
dimana: V= volume cairan(L), dan M= molaritas(mol/L)
Diposkan oleh tugastimtim di 22.26 0 komentar

Alat-Alat Laboratorium Kimia

1. Alat untuk mengekstrak (ekstraktor)

Pemisahan suatu senyawa dari campurannya atau lebih dikenal dengan istilah pemurnian
dapat dilakukan dengan berbagai metoda. Metoda yang dapat ditempuh adalah metoda
ekstraksi, distilasi, atau dengan kromatografi.

Ektraksi merupakan salah satu langkah untuk mendapatkan senyawa dari sistem campuran.
Berdasarkan fasanya, ektraksi dikelompokkan menjadi ekstraksi cair-cair dan padat-cair.
Ektraksi cair-cair dilakukan untuk mendapatkan suatu senyawa dalam campuran berfasa cair
dengan pelarut lain yang fasanya cair juga. Prinsip dasar pemisahan ini adalah pemisahan
senyawa yang memiliki perbedaan kelarutan pada dua pelarut yang berbeda. Alat yang
digunakan adalah corong pisah.

Ekstraksi padat-cair dilakukan bila ingin memisahkan suatu komponen dalam suatu padatan
dengan menggunakan suatu pelarut cair. Alat yang digunakan adalah ektraktor soxhlet.
Misalnya untuk mengekstrak minyak non-atsiri (senyawa yang terdapat pada bahan alam
yang tidak mudah menguap). Larutan pengekstrak ditempatkan pada labu alas bulat (a).
sampel yang telah dibungkus dengan kertas saring ditempatkan pada tabung ektraktor (b).
Bagian ujung atas (c) merupakan pendingin Allihn atau pendingin bola. Ekstraktor soxhlet ini
merupakan ektraktor kontinyu, pelarut pada labu (a) dipanaskan dan akan menguap,
terkondensasi pada pendingin (c), selanjutnya pelarut akan masuk pada ektraktor (c). Apabila
pelarut telah mencapai batas atas kapiler pelarut yang telah kontak dengan sampel akan
masuk pada labu (a). Begitu seterusnya.

2. Alat untuk distilasi (distiler)

Distilasi adalah metode pemisahan berdasarkan perbedaan titik didih komponen-komponen


yang ada di dalam campuran. Distilasi biasa dilakukan untuk pemisahan campuran yang
memiliki perbedaan titik didih yang cukup besar. Sedangkan distilasi uap dilakukan untuk
pemisahan campuran yang memiliki perbedaan tekanan uap jenuh yang cukup antara
komponen-komponen yang ada pada campuran. Pada distilasi uap, uap yang digunakan
biasanya berupa uap air. Selain itu distilasi juga dapat dilakukan pada tekanan di bawah
tekanan atmosfer. Metode ini dikenal sebagai distilasi pengurangan tekanan. Distilasi
pengurangan tekanan dilakukan apabila komponen akan mengalami dekomposisi pada titik
didihnya. Bila selisih titik didih komponen-komponen yang ada pada campuran kecil maka
komponen alat distilasi ditambah dengan kolom vigreux.
3. Alat untuk reflux

Reaksi kimia kadang dapat berlangsung sempurna pada suhu di atas suhu kamar atau pada
titik didih pelarut yang digunakan pada sistem reaksi. Salah satu alat yang dapat digunakan
untuk reaksi-reaksi yang berlangsung pada suhu tinggi adalah seperangkat alat refluks.
Beberapa alat refluks ditampilkan pada gambar di samping. Ada beberapa tipe alat refluks.

Alat refluks paling sederhana [1] dilengkapi dengan labu alas bulat (a) dan pendingin Liebig
(b), [2] seperangkat alat refluks dilengkapi dengan labu alas bulat (a), pendingin Liebig (b)
dan corong pisah (c), [3] seperangkat alat refluks dilengkapi dengan labu alas bulat (a),
pendingin Liebig (b), corong pisah (c), dan pengaduk atau termometer (d).

4. Penyaring buchner

Penyaring Buchner digunakan untuk proses penyaringan yang tidak dapat dilakukan dengan
penyaring biasa. Penyaringan biasa dilakukan dengan memanfaatkan gaya grafitasi,
sedangkan pada penyaring buchner, filtrat dipisahkan dari sistem campuran dengan cara
disedot atau divakum.

5. Tabung pengembang (chamber)

Alat gelas ini digunakan pada percobaan kromatografi lapis tipis (KLT). Digunakan untuk
tempat eluen (larutan pengembang) dan plat KLT yang telah dibubuhi (ditotol) sampel atau
standar.

Pengenalan alat gelas

Sebelum mulai melakukan praktikum di laboratorium, praktikan harus mengenal dan


memahami cara penggunaan semua peralatan dasar yang biasa digunakan dalam laboratorium
kimia serta menerapkan K3 di laboratorium. Berikut ini diuraikan beberapa peralatan yang
akan digunakan pada Praktikum Kimia Dasar. Gambar 1 menunjukkan contoh peralatan gelas
laboratorium.

alat gelas lab

alat gelas lab

Gambar 1. Peralatan gelas sederhana untuk praktikum kimia

1. Labu Takar

Digunakan untuk menakar volume zat kimia dalam bentuk cair pada proses preparasi larutan.
Alat ini tersedia berbagai macam ukuran.

2. Gelas Ukur

Digunakan untuk mengukur volume zat kimia dalam bentuk cair. Alat ini mempunyai skala,
tersedia bermacam-macam ukuran. Tidak boleh digunakan untuk mengukur larutan/pelarut
dalam kondisi panas. Perhatikan meniscus pada saat pembacaan skala.
3. Gelas Beker

Alat ini bukan alat pengukur (walaupun terdapat skala, namun ralatnya cukup besar).
Digunakan untuk tempat larutan dan dapat juga untuk memanaskan larutan kimia. Untuk
menguapkan solven/pelarut atau untuk memekatkan.

4. Pengaduk Gelas

Digunakan untuk mengaduk suatu campuran atau larutan kimia pada waktu melakukan reaksi
kimia. Digunakan juga untuk menolong pada waktu menuangkan/mendekantir cairan dalam
proses penyaringan.

5. Botol Pencuci

Bahan terbuat dari plastic. Merupakan botol tempat akuades, yang digunakan untuk mencuci,
atau membantu pada saat pengenceran.

6. Corong

Biasanya terbuat dari gelas namun ada juga yang terbuat dari plastic. Digunakan untuk
menolong pada saat memasukkan cairan ke dalam suatu wadah dengan mulut sempit, seperti :
botol, labu ukur, buret dan sebagainya.

7. dan 8. Erlenmeyer

Alat ini bukan alat pengukur, walaupun terdapat skala pada alat gelas tersebut (ralat cukup
besar). Digunakan untuk tempat zat yang akan dititrasi. Kadang-kadang boleh juga digunakan
untuk memanaskan larutan.

9. dan 10. Tabung Reaksi

Terbuat dari gelas. Dapat dipanaskan. Digunakan untuk mereaksikan zat zat kimia

dalam jumlah sedikit.

11. Kuvet

Bentuk serupa dengan tabung reaksi, namun ukurannya lebih kecil. Digunakan sebagai
tempat sample untuk analisis dengan spektrofotometer. Kuvet tidak boleh dipanaskan. Bahan
dapat dari silika (quartz), polistirena atau polimetakrilat.

12. dan 13. Rak Untuk tempat Tabung Reaksi

Rak terbuat dari kayu atau logam. Digunakan sebagai tempat meletakkan tabung reaksi.

14. Kaca Preparat

15. Kawat Kasa


Terbuat dari bahan logam dan digunakan untuk alas saat memanaskan alat gelas

dengan alat pemanas/kompor listrik.

16. dan 22. Penjepit

Penjepit logam, digunakan untuk menjepit tabung reaksi pada saat pemanasan, atau untuk
membantu mengambil kertas saring atau benda lain pada kondisi panas.
17. Spatula

Terbuat dari bahan logam dan digunakan untuk alat Bantu mengambil bahan padat atau
kristal.

18. Kertas Lakmus

Merupakan indikator berbentuk kertas lembaran-lembaran kecil, berwarna merah dan biru.
Indikator yang lain ada yang berbentuk cair missal indikator Phenolphtalein (PP), methyl
orange (MO) dan sebagainya. Merupakan alat untuk mengukur atau mengetahui tingkat
keasaman (pH) larutan.

19. Gelas Arloji

Terbuat dari gelas. Digunakan untuk tempat zat yang akan ditimbang.

20. Cawan Porselein

Alat ini digunakan untuk wadah suatu zat yang akan diuapkan dengan pemanasan.

21. Pipet Pasteur (Pipet Tetes)

Digunakan untuk mengambil bahan berbentuk larutan dalam jumlah yang kecil.

23 dan 24. Sikat

Sikat dipergunakan untuk membersihkan (mencuci) tabung.

25. Pipet Ukur

Adalah alat yang terbuat dari gelas, berbentuk seperti gambar di bawah ini. Pipet ini memiliki
skala. Digunakan untuk mengambil larutan dengan volume tertentu. Gunakan propipet atau
pipet pump untuk menyedot larutan, jangan dihisap dengan mulut.

26. Pipet Gondok

Pipet ini berbentuk seperti dibawah ini. Digunkan untuk mengambil larutan dengan volume
tepat sesuai dengan label yang tertera pada bagian yang menggelembung (gondok) pada
bagian tengah pipet. Gunakan propipet atau pipet pump untuk menyedot larutan.

27. Buret
Terbuat dari gelas. Mempunyai skala dank ran. Digunakan untuk melakukan titrasi. Zat yang
digunakan untuk menitrasi (titran) ditempatkan dalam buret, dan dikeluarkan sedikit demi
sedikit melalui kran. Volume dari zat yang dipakai dapat dilihat pada skala.

Pengenalan bahan kimia

Pengetahuan sifat bahan menjadi suatu keharusan sebelum bekerja di laboratorium. Sifat-sifat
bahan secara rinci dan lengkap dapat dibaca pada Material Safety Data Sheet (MSDS) di
dalam buku, CD, atau melalui internet. Pada tabel berikut disajikan sifat bahaya bahan
berdasarkan kode gambar yang ada pada kemasan bahan kimia. Peraturan pada pengepakan
dan pelabelan bahan kimia diwajibkan mencantumkan informasi bahaya berdasarkan tingkat
bahaya bahan kimia khususnya untuk bahan yang tergolong pada hazardous chemicals atau
bahan berbahaya dan beracun (B3).

Bahan berdasarkan fasa :

1. Padat
2. Cair
3. gas

Bahan berdasarkan kualitas

1. teknis
2. special grade : pro analyses (pa)
3. special grade : material referrences

pengenalan Simbol bahaya (Hazard symbol)

1. Harmful (Berbahaya).

Bahan kimia iritan menyebabkan luka bakar pada kulit, berlendir, mengganggu sistem
pernafasan. Semua bahan kimia mempunyai sifat seperti ini (harmful) khususnya bila kontak
dengan kulit, dihirup atau ditelan.

1. Toxic (beracun)

Produk ini dapat menyebabkan kematian atau sakit yang serius bila bahan kimia tersebut
masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan, menghirup uap, bau atau debu, atau penyerapan
melalui kulit.

1. Corrosive (korosif)

Produk ini dapat merusak jaringan hidup, menyebabkan iritasi pada kulit, gatal-gatal bahkan
dapat menyebabkan kulit mengelupas. Awas! Jangan sampai terpercik pada Mata.

1. Flammable (Mudah terbakar)

Senyawa ini memiliki titik nyala rendah dan bahan yang bereaksi dengan air atau membasahi
udara (berkabut) untuk menghasilkan gas yang mudah terbakar (seperti misalnya hidrogen)
dari hidrida metal. Sumber nyala dapat dari api bunsen, permukaan metal panas, loncatan
bunga api listrik, dan lain-lain.

1. Explosive (mudah meledak)

Produk ini dapat meledak dengan adanya panas, percikan bunga api, guncangan atau gesekan.
Beberapa senyawa membentuk garam yang eksplosif pada kontak (singgungan dengan
logam/metal)

1. Oxidator (Pengoksidasi)

Senyawa ini dapat menyebabkan kebakaran. Senyawa ini menghasilkan panas pada kontak
dengan bahan organik dan agen pereduksi (reduktor)
Diposkan oleh tugastimtim di 22.16 0 komentar
Beranda
Langgan: Entri (Atom)

asam sulfat, juga dieja asam Sulfat, kadang-kadang disebut Minyak Dari Vitriol, atau Hidrogen Sulfat
asam baterai, adalah padat, tidak berwarna, berminyak, korosif cair; asam sulfat lebih banyak
diproduksi daripada kimia lainnya. Hal ini bervariasi secara luas menggunakan dan memainkan
beberapa bagian dalam produksi hampir semua barang-barang manufaktur.

Murni asam sulfat dengan berat jenis 1,85. membeku pada 10,37 ° C, mendidih pada 340 ° C dan
larut dalam semua proporsi dalam air. Ketika dipanaskan, asam murni sebagian terurai ke dalam air
dan belerang trioksida. Asam sulfat merupakan asam yang sangat kuat dalam larutan air, itu adalah
sebagian besar berubah menjadi ion hidrogen (H +) dan ion sulfat (SO42-). molekul Setiap
memberikan dua ion H +, sehingga asam sulfat adalah dibasic, yang membentuk baik sulfat normal
(dengan kedua hidrogen diganti, misalnya, natrium sulfat, Na2SO4) dan asam sulfat, juga disebut
bisulfates atau sulfat hidrogen (dengan hanya satu hidrogen diganti, misalnya, natrium bisulfat,
NaHSO4).

Encerkan larutan asam sulfat menunjukkan semua karakteristik perilaku asam. Ternyata lakmus
merah biru. Ini melakukan listrik, menetralisir alkali, logam corrodes banyak aktif, melepaskan gas
hidrogen, dan membentuk sulfat. Hal ini bereaksi dengan hidroksida yang paling dan oksida, dengan
beberapa karbonat dan sulfida, dan dengan beberapa garam.

Konsentrat asam sulfat, sebelumnya disebut minyak vitriol, adalah asam lemah dan elektrolit miskin
karena relatif sedikit itu terurai menjadi ion. Saat asam sulfat pekat dipanaskan, berperilaku juga
sebagai agen oksidator melarutkan logam relatif tidak reaktif seperti tembaga, merkuri, dan
memimpin untuk menghasilkan sulfat logam, belerang dioksida, dan air. Karena asam pekat memiliki
titik didih yang cukup tinggi, dapat digunakan untuk melepaskan lebih banyak asam volatil dari
garam mereka, atau garam biasa, kapan dipanaskan dengan asam sulfat pekat, HCl gas berevolusi.
Sebagai asam sulfat pekat memiliki afinitas sangat kuat untuk air, itu adalah agen desiccating
berharga, digunakan sebagai agen pengeringan dan dapat digunakan untuk dehidrasi banyak
senyawa. Menghilangkan air dari, dan oleh karena itu karakter, kayu, kapas, gula, dan kertas. Hal ini
digunakan dalam pembuatan eter, nitrogliserin, dan pewarna atas aset sebagai sebuah pengering.
Sulfur trioksida mudah larut dalam asam sulfat pekat membentuk asam pyrosulfuric, H2S2O7, yang
juga disebut marah atau oleum asam sulfat.

Asam sulfat disiapkan industri dengan reaksi air dengan trioksida belerang, yang pada gilirannya
dibuat oleh kombinasi kimia sulfur dioksida dan oksigen baik oleh proses kontak atau proses ruang.
Proses ruang mengarah digunakan untuk menghasilkan banyak asam digunakan untuk membuat
pupuk. Ini menghasilkan relatif encer asam (62% - 78%). Proses kontak menghasilkan asam lebih
terkonsentrasi tetapi membutuhkan bahan baku yang lebih murni dan penggunaan katalis mahal.
Beberapa asam sulfat juga dibuat dari besi solusi limbah sulfat dari acar besi dan baja dan dari
lumpur asam limbah dari kilang minyak.

Menggunakan asam sulfat sangat bervariasi bahwa volume produksi memberikan perkiraan indeks
aktivitas industri yang umum. Kegunaan utamanya adalah dalam produksi pupuk fosfat, baik
superfosfat sulfat kapur dan amonium. Hal ini secara luas juga digunakan untuk memproduksi bahan
kimia, misalnya, dalam pembuatan asam klorida, asam nitrat, garam sulfat, deterjen sintetik,
pewarna dan pigmen, bahan peledak, obat-obatan, asam lain, kertas perkamen, lem dan pengawet
kayu. Hal ini digunakan dalam pemurnian minyak bumi untuk mencuci kotoran keluar dari bensin
dan asam kilang lainnya products.Sulfuric digunakan dalam pengolahan logam, misalnya, dalam
pengawetan (pembersihan) dari logam, electroplating mandi, metalurgi nonferrous. Rayon dibuat
dengan asam sulfat. Dalam salah satu aplikasi yang paling akrab, ia berfungsi sebagai elektrolit dalam
aki timbal-asam yang biasa digunakan dalam kendaraan bermotor (asam untuk menggunakan ini,
yang mengandung H2SO4% sekitar 33 dan dengan berat jenis sekitar 1,25, sering disebut asam
baterai).

Setiap senyawa kimia yang banyak terkait dengan asam sulfat, dibentuk dengan mengganti salah
satu atau kedua hidrogen dengan logam atau radikal disebut sulfat (sulfat juga dieja). Sulfat adalah
garam atau ester asam sulfat. Satu kelompok atas derivatif tersebut terdiri dari garam mengandung
ion sulfat dan ion bermuatan positif seperti natrium, magnesium, atau amonium, sebuah kelompok
kedua terdiri dari ester, di mana atom hidrogen dari asam sulfat telah digantikan oleh karbon -berisi
grup mengkombinasikan seperti metil (CH3) atau etil (C2H5). Kebanyakan sulfat logam mudah larut
dalam air, tetapi kalsium dan merkuri sulfat hanya sedikit larut, sementara barium, memimpin,
strontium, dan sulfat mercurous tidak larut. Dalam analisis kimia, ion sulfat, SO42-, biasanya
terdeteksi dengan menambahkan larutan barium klorida, barium sulfat yang terbentuk endapan
putih tidak larut dalam asam klorida. Sulfat tersebar luas di alam. Barium sulfat terjadi sebagai barit;
sulfat kalsium ditemukan sebagai gipsum, alabaster, dan Selenite, garam Epsom adalah magnesium
sulfat, natrium sulfat terjadi sebagai decahydrate nya, garam Glauber dan strontium sulfat terjadi
sebagai celestite. Beberapa sulfat yang sebelumnya dikenal sebagai vitriols; vitriol biru sulfat
tembaga, vitriol hijau sulfat besi, dan vitriol putih sulfat seng. Alum adalah sulfat padat, mengandung
dua logam yang berbeda dan dua radikal sulfat. ester sulfat organik. Mereka dapat dibentuk dengan
mereaksikan alkohol dengan asam sulfat dingin. Mereka juga terbentuk oleh reaksi asam sulfat
dengan ikatan yang solid dalam alkena, produk ini disebut alkil sulfat hidrogen. Sebuah sulfat
hidrogen alkil dapat dipecah ke alkohol dan asam sulfat dengan memanaskan dengan air (hidrolisis),
reaksi ini sering digunakan untuk mensintesis alkohol.

You might also like