Professional Documents
Culture Documents
MODUL 3
Deret Taylor dan MacLaurin
Zuhair
Jurusan Teknik Informatika
Universitas Mercu Buana
Jakarta
2008年10月19日(日)
Deret Taylor dan deret MacLaurin
f ' ( x), f " ( x), f ' ' ' ( x),..., f ( n ) ( x) kontinu dalam selang [a,b], dan x0 ∈ [a, b] , maka
( x − x0 ) ( x − x0 ) 2 ( x − x0 ) 3
f ( x) = f ( x0 ) + f ' ( x0 ) + f " ( x0 ) + f ' ' ' ( x 0 ) + ...
1! 2! 3!
( x − x0 ) m
+ f (m)
( x 0 ) + ... .......... .......... .......... .......... .( 3 .1 . 1)
m!
x
a b
x0
Gambar 3.1
sebagai,
2
h h2 h3 hm
f ( x 0 + h) = f ( x 0 ) + f ' ( x0 ) + f " ( x0 ) + f ' ' ' ( x0 ) + ... + f m)
( x0 ) + ....
1! 2! 3! m!
. ...........(3.1.2)
CONTOH 3.1.
Hampirilah fungsi f ( x) = x Sin x dengan deret Taylor di sekitar x 0 = 0,1
f ( 4) ( x) = x Sin x − 4Cos x → f ( 4)
(0,1) = 0,1 × Sin(0,1) − 4 × Cos (0,1) = −3,970033
f (5) ( x) = 5 Sin x + xCos x → f (5) (0,1) = 5 × Sin(0,1) + 0,1 × Cos (0,1) = 0,598667
…………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………..
dan seterusnya.
( x − 0,1) ( x − 0,1) 2 ( x − 0,1) 3
f ( x) = xSin x = f (0,1) + f ' (0,1) + f " (0,1) + f ' ' ' (0,1) +
1! 2! 3!
( x − 0,1) 4 ( 4) ( x − 0,1) 5 (5)
f (0,1) + . f (0,1).........................................................(3.1.1)
4! 5!
h h2 h3 h4
f ( x ) = xSin x = f ( 0 ,1) + f ' ( 0 ,1) + f " ( 0 ,1) + f ' ' ' ( 0 ,1) + f (4)
( 0 ,1) +
1! 2! 3! 4!
h5
. f (5)
( 0 ,1) + ... .......... .......... .......... .......... .......... ........( 3 .1 . 2 )
5!
3
Untuk x = 1 , maka h = 1 − 0,1 = 0,9 dan persamaan (3.1.2) dinyatakan
sebagai,
(0,9) 2 (0,9) 3
f (1) = 1 × Sin(1) ≈ 0,009983 + 0,9 × 0,199334 + × 1,980025 − × 0,399001 −
2! 3!
(0,9) 4 (0,9) 5
× 3,970033 + × 0,598667 + .... ≈ 0,837230
4! 5!
sebagai,
x x2 x3 x m (m)
f ( x ) = f (0) + f ' (0) + f " (0) + f ' ' ' ( 0 ) + ... + f ( 0 ) + ....
1! 2! 3! m!
.......... .......... .......... ( 3 . 2 . 1)
h h2 h3 h m m)
f ( h ) = f (0) + f ' (0) + f " (0) + f ' ' ' ( 0 ) + ... + f ( 0 ) + ....
1! 2! 3! m!
.......... .......... .......... .......... .......... ......( 3 . 2 . 2 )
CONTOH 3.2.
Hampirilah fungsi f ( x) = x Sin x dengan deret MacLaurin dan hitunglah
4
…………………………………………………………………………………..
dan seterusnya
x x2 x3 x 4 ( 4) x 5 ( 5)
f ( x) = xSin x = f (0) + f ' ( 0) + f " ( 0) + f ' ' ' ( 0) + f ( 0) + . f (0) + ...
1! 2! 3! 4! 5!
........................................(3.2.3)
x x2 x3 x4 x5 1
f ( x) = xSin x = 0 + ×0+ ×2+ ×0+ × −4 + . 0 + ... = x 2 − x 4 + ...
1! 2! 3! 4! 5! 6
1 1 5
f (1) = (1) 2 − (1) 4 ≈ 1 − ≈ = 0,833333
6 6 6
Fungsi f ( x) = x Sin x dapat didekati oleh deret MacLaurin dengan hasil
yang berbeda, sedikit lebih kecil dibandingkan dengan yang didekati oleh deret
Taylor.
Salah satu problema umum yang dijumpai dalam matematika dan teknik
adalah mencari akar suatu persamaan. Bila fungsi f (x) diketahui maka akan
dicari nilai x yang memenuhi persamaan yang bersangkutan. Memenuhi
persamaan didefinisikan sebagai apabila nilai x disubstitusikan ke dalam
fungsi f (x) , maka f ( x ) = 0 . Dalam hal ini berkaitan dengan menentukan titik
potong dua buah kurva apabila kurva-kurva yang dinyatakan oleh f (x) dan
f (x) - g ( x) = 0 .
pembuat nol fungsi f (x) . Secara singkat s disebut akar dari fungsi f (x) .
5
Sebagai contoh, persamaan f ( x) = x 2 − 5 x + 6 = 0 mempunyai dua akar
− b ± b 2 − 4ac
yang dapat dicari dengan rumus abc , yaitu x1, 2 = , dimana
2a
riil yang sama ( x1 = x 2 ). Bila D < 0 , maka tidak terdapat akar riil (akarnya
khayal).
Problema akan timbul ketika kita mendapati model fungsi yang tidak
dapat dicari akar-akarnya dengan rumus abc . Maka di sinilah peran metode
numerik untuk mencari solusi pendekatan atau hampiran. Sebagai contoh,
2 −2
( x + 1) 2 e x − 3 = 0 ……………………...............................…(3.3.1)
Persamaan (3.3.1) tidak dapat diselesaikan secara analitik atau kalau
memungkinkan penyelesaiannya memerlukan perhitungan yang sangat rumit.
Kalau kita amati lebih teliti, persamaan (3.3.1) dapat ditulis dalam bentuk,
2
( x + 1) 2 = 3(e 2− x ) ……………………………………………………….(3.3.2)
yang sebenarnya dapat dinyatakan dalam dua buah fungsi, yaitu
f ( x) = ( x + 1) 2 ……………………………………………………………(3.3.3)
dan
2
g ( x) = 3(e 2− x ) …………………………………………………………(3.3.4)
Akar–akar persamaan (3.3.1) sesungguhnya adalah titik potong dari
persamaan (3.3.3) dan persamaan (3.3.4).
6
3.3.2. Metode Pencarian Akar Suatu Fungsi
Dalam metode numerik, pencarian akar suatu fungsi dapat dilakukan
dengan cara melakukan iterasi. Secara umum metode pencarian akar
dikatagorikan ke dalam dua kelompok metode, yaitu:
1. Metode tertutup (metode pengurung / bracketing method)
Dalam metode ini pencarian akar dilakukan dalam interval tertutup [a, b] ,
yang didalamnya diharapkan terdapat akar, namun hal ini tergantung
pada f (a ) ∗ f (b) . Pada umumnya iterasi selalu konvergen, karena itu
metode tertutup kadang-kadang dinamakan juga metode konvergen.
Yang termasuk metode tertutup adalah metode biseksi (metode bagi
dua) dan metode regula falsi (metode titik palsu).
2. Metode terbuka.
Berbeda dengan metode tertutup, metode terbuka tidak memerlukan
interval tertutup [a, b] , yang diperlukan adalah tebakan awal akar.
Dengan prosedur iterasi kemudian diharapkan dapat kita temukan akar
hampiran. Setiap kali dilakukan iterasi, hampiran akar yang lama dipakai
untuk menghitung hampiran akar yang baru. Mungkin saja hampiran akar
yang baru mendekati akar sejati (konvergen) tetapi mungkin juga
menjauhinya (divergen). Karena itu, metode terbuka tidak selalu berhasil
menemukan akar karena kadang-kadang konvergen, kadang-kadang
pula divergen. Yang termasuk metode terbuka adalah metode iterasi titik
tetap, metode Newton-Raphson dan metode Sekan.
ganjil, paling tidak satu buah, tetapi bila f (a ) ∗ f (b) > 0 , maka jumlah akar yang
akan diperoleh adalah genap atau justru tidak mempunyai akar (lihatlah Gambar
3.2 dan 3.3)
7
a s0 s0 s2 b
b a s1
Gambar 3.2.
f (a ) ∗ f (b) < 0
Jumlah akar ganjil, paling tidak satu buah.
a b
a b s0 s1
a b
s0 s1
a b
Gambar 3.3.
f (a) ∗ f (b) > 0
Jumlah akar genap atau tak ada akar.