Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
bangun tidur hingga tiba saatnya untuk kembali tidur manusia tetap akan akrab
dengan hasil budaya yaitu bahasa. Sejalan dengan hal tersebut, Sapani, dkk.,
sesamanya, baik untuk berbagi rasa, informasi, bertukar pikiran, mencari dan
teknologi.
menguasai kata belum berarti menguasai bahasa. Bila ditelaah lebih lanjut,
dalam berbagai suasana, situasi dan lingkungan itu. Satu hal yang tidak boleh
1
2
pemakaian bahasa.
tertentu.
berupa karangan sangat penting dimiliki setiap siswa sekolah dasar. Hal ini
2
3
sajak, maupun puisi sangat penting dimiliki setiap siswa sekolah dasar sebagai
formal. Akan tetapi dalam kenyataannya masih cukup banyak siswa yang
belum mampu menuangkan ide, pikiran dan perasaannya dalam bentuk tulisan.
Hal ini juga dialami oleh sebagian siswa kelas III SD Negeri 5 Panasakkang,
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas III sekaligus guru pelajaran
perbedaan kemampuan menulis karangan yang cukup berbeda. Ada siswa yang
lancar sekali dalam berbicara, tetapi sulit menuangkan ide, pikiran dan
perasaannya dalam bentuk tulisan. Namun, kadang ada siswa yang kelihatan
3
4
maka dia memiliki kemampuan yang cukup baik dari aspek keindahan tulisan,
ejaan, maupun tata bahasa. Demikian pula, ada siswa yang memiliki karangan
yang memiliki alur cerita yang baik, namun kurang memperhatikan aspek tata
Hasil survei di atas sangat relevan dengan hasil kajian Suparno (1994:
84) bahwa ”kemampuan menulis siswa sekolah dasar sering dinyatakan masih
dalam merangsang daya pikir, imajinasi atau ide siswa dalam bentuk tulisan
4
5
satu jenis media pembelajaran yang dapat digunakan guru dalam pembelajaran
mengarang siswa.
ekspresi ide, pikiran, dan perasaan siswa, maka penulis tertarik untuk
D. Rumusan Masalah
5
6
Maros?
Kabupaten Maros?
1. Tujuan penelitian
Kabupaten Maros.
6
7
Hasil penelitian ini dapat memberi manfaat, baik manfaat teoritis maupun
a. Manfaat teoritis:
menggunakan media.
b. Manfaat praktis:
7
8
media pembelajaran.
8
9
BAB II
A. Kajian Pustaka
Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari
kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Jadi media
penerima pesan”. (Sadiman, 1996: 6). Hal ini relevan dengan pendapat
Sardiman (2001: 6) bahwa “media adalah bentuk dan saluran yang digunakan
ide atau gagasan, sehingga ide atau gagasan itu sampai pada penerima yang
mendengar atau melihat dalam batas-batas jarak, ruang dan waktu yang
9
10
Pada umumnya media dapat diklasifikasikan atas tiga jenis, yaitu; “media
Djamarah dan Zain (2002: 140). Media yang dimaksud adalah dalam kajian ini
adalah media gambar seri yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran yang
dijadikan paragraf.
yang berseri, di mana setiap gambar memiliki kaitan antara satu dengan yang
sebagaimana dikemukakan oleh Sapari (2001: 26) yaitu “sebagai alat bantu
10
11
dimungkinkan, karena gambar seri sebagai media berupa gambar yang berseri
secara sistematis, da tidak berputar-putar dengan kalimat atau konsep yang itu-
itu saja. Contohnya, cara menulis anak dengan menggunakan kata-kata transisi
Penggunaan kata-kata yang demikian akan nyata sekali bahwa pemikiran anak
hanya berkisar pada pengalaman pribadinya. Oleh karena itu, gambaran seri
konteks yang lebih luas dan sistematis, sehingga kemampuan mengarang anak
komunikasi di mana komunikasi baru akan terjadi bila ada sumber yang
memberi pesan, dan penerima pesan. Agar pesan yang disampaikan oleh
sumber pesan atau pemberi pesan tadi bisa tiba pada penerima pesan, maka
11
12
dibutuhkan adanya wadah yang disebut media. Media ini juga biasa disebut
atau informasi sudah diberikan oleh sumber dan ditujukan kepada penerima
melalui media, akan tetapi bila tidak ada umpan balik, maka proses komunikasi
itu tidak sempurna. Hal ini disebabkan karena bila tidak ada umpan balik,
maka pemberi pesan tidak mengetahui isi pesannya itu diterima atau tidak,
lingkungan belajar.
lingkungan
12
13
sangat luas dan penting, tidak terkecuali dalam dunia pendidikan, yaitu
adanya verbalisme.
13
14
proses pembelajaran, baik akan memudahkan bagi guru maupun siswa dalam
14
15
Pada umumnya media dapat diklasifikasikan atas tiga jenis, yaitu; “media
radio dan piringan hitam. Media ini tidak cocok untuk orang tuli atau
menampilkan gambar diam, foto, gambar atau lukisan, cetakan, dan ada pula
yang menampilkan gambar atau simbol yang bergerak seperti film bisu atau
Dari berbagai jenis media dan karakteristik media, maka patut menjadi
tercapai.
15
16
beberapa media yang bersifat swasaji, seperti gambar obyek berupa benda-
jenis, yaitu media jadi karena sudah merupakan komoditi perdagangan yang
terdapat di pasaran luas dan dalam keadaan siap pakai, dan media rancangan
pembelajaran tertentu.
ingin dicapai, kondisi dan keterbatasan yang ada, dan mengingat kemampuan
meskipun tujuan dan isinya sudah diketahui, faktor lain juga perlu diperhatikan
dan dipertimbangkan baik dari segi alokasi waktu dan sumber serta prosedur
penilaiannya.
16
17
satu-persatu.
1) Tujuan pemilihan
siswa, untuk informasi yang lebih luas, atau hanya sekadar hiburan saja
kelompok atau individual, apakah untuk sasaran tertentu seperti anak SD,
SMP, SMA, tuna rungu, tuna netra, dan sebagainya. Tujuan pemilihan ini
digunakan.
17
18
pembelajaran.
3) Alternatif pemilihan
pembelajaran itu hanya satu saja, maka guru tidak bisa memilih, tetapi
pembelajaran yaitu:
1) Apakah topik yang akan dibahas dalam media tersebut dapat menarik
18
19
yang sudah lama diketahui massa dan atau peristiwa yang telah lama
terjadi?
logis?
19
20
menurut Djamarah dan Zain (2002: 149), pertanyaan yang dijadikan acuan
yaitu:
olah raga?
mungkin jenis media audio, media visual, atau media audiovisual. Kemampuan
guru dalam memutuskan jenis media pembelajaran yang akan digunakan dalam
20
21
e. Pembelajaran mengarang
komponen harus saling sinergi, seperti: siswa, guru, kurikulum, dan fasilitas
di mana kedudukan guru sebagai pengajar dan siswa sebagai sasaran atau
objek yang diajar. Antara guru sebagai pengajar dan siswa sebagai obyek dan
21
22
dengan unsur manusia dan berbagai sumber daya lainnya dalam kegiatan
pendidikan kepada subjek didik. Hal yang sama dikemukakan oleh (Rohani
ataupun didikan yang ada dalam kurikulum, sumber pesannya bisa guru, siswa,
orang lain ataupun penulis buku dan media. Demikian pula kunci pokok
pembelajaran ada pada guru (pengajar), tetapi bukan berarti dalam proses
22
23
siswa hanya pasif, maka pada hakikatnya kegiatan itu hanya disebut mengajar.
Demikian pula bila pembelajaran di mana siswa yang aktif tanpa melibatkan
keaktifan guru untuk mengelolanya secara baik dan terarah, maka hanya
ide, pikiran ataupun perasaan seseorang dalam bentuk tulisan. Dengan tulisan
karangan tersebut, orang lain dapat membaca dan memahami apa yang
membuat cerita, syair, lagu dan sebagainya.”. Hal senada dikemukakan oleh
The Liang Gie (1998; 105) bahwa “mengarang adalah keseluruhan rangkaian
bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami”. Lebih lanjut The Liang Gie
(1998: 105) mengemukakan bahwa “karangan adalah sesuatu naskah apa pun
yang merupakan hasil perwujudan gagasan seseorang dalam bahasa tulis yang
23
24
sesuatu naskah yang ditulis orang lain atau pengarang. Karangan berpangkal
pada gagasan seseorang yang dituturkannya ke luar dari pikiran dengan bhasa
tulis setelah mengalami tatanan yang baik. Tatanan yang baik mengandung arti
bahwa gagasan itu diatur secara tertib, disusun secara rapi, teratur, dan
disajikan secara jelas. Jadi, suatu karangan hendaknya dapat dipahami oleh
Gagasan itu terungkap ke luar dari pikiran melalui kata jadi, sesuatu kata
gagasan itu dapat dituangkan dan dimengerti orang lain. Tanpa kata-kata
sulitlah bagi setiap orang untuk menangkap dan mengerti berbagai gagasan
24
25
diuraikan satu-persatu:
dapat memperkirakan isi cerita dari suatu karangan. Suatu judul karangan
mudah dipahami maknanya sehingga orang lain akan merasa tertarik untuk
dari pembuka, isi, dan penutup. Kerangka karangan yang dibuat harus
orang lain yang membaca karangan tersebut menjadi jengkel, karena isi
25
26
Oleh karena itu, kerangka karangan yang disusun secara sistematis harus
tersusun suatu makna yang mendalam dan mudah dipahami dalam alur
untuk karangan harus dimulai dari pendahulua, isi, dan kemudian kata
penutup. Agar orang lain tidak bosan membaca karangan yang dibuat, maka
Isi karangan yang dibuat haruslah sesuai dengan judul karangan atau tidak
melenceng dari judul, karena isi karangan akan menjelaskan apa makna
dari judul karangan tersebut. Oleh karena itu, seorang pengarang haruslah
26
27
6) Tata bahasa
ditulis indah namun mudah dibaca oleh setiap orang, penggunaan tanda
tanda baca akan dapat menimbulkan makna yang sebenarnya dari maksud
penulis. Oleh karena itu, aspek penulisan tanda baca harus benar-benar
diperhatikan agar karangan yang ditulis dapat dipahami dengan baik oleh
orang lain.
ditulis dapat melahirkan suatu kalimat yang baik, enak dibaca, mudah
27
28
2. Prestasi Belajar
a. Pengertian belajar
Belajar merupakan suatu perubaan yang terjadi dalam diri setiap manusia
sebagai hasil dari aktivitas tertentu. Misalnya perubahan yang terjadi dari tidak
tahu menjadi tahu, atau dari tidak mengerti menjadi mengerti yang terjadi pada
dilakukan individu secara sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari apa
bahwa:
28
29
sesuatu sehingga ada perubahan dalam diri seseorang yang mengarah kepada
yang berbeda dengan proses kematangan yang dicapai oleh seseorang dari
kategori belajar adalah refleks. Kegiatan belajar disini adalah peristiwa belajar
15) yaitu:
29
30
berlangsung terus-menerus dan tidak statis. Satu perubaan yang terjadi akan
dan sempurna.
banyak dan makin baik perubahan yang bersifat aktif, artinya perubaan itu
tidak terjadi dengan sendirinya melainkan karena usaha individu itu sendiri.
beberapa saat saja seperti; keluar air mata, berkeringat, bersin, menangis,
30
31
belajar. Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau
permanen.
Perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai.
belajar mengetik atau tingkat kecakapan apa yang akan dicapainya. Dengan
meliputi perubahan tingkah laku. Jika seseorang belajar sesuatu dan sebagai
Dari pendapat dan uraian di atas, maka jelas bahwa tidak semua
perubahan dapat digolongkan dalam arti belajar. Begitu pula perubahan yang
terjadi dalam diri seseorang harus ada indikator yang mendorongnya atau
31
32
dengan belajar, dengan adanya dorongan atau motivasi yang muncul dari
dalam diri individu, apakah itu karena ada stimulus atau kesadaran yang timbul
memperoleh sesuatu yang diinginkan. Hal ini menurut Sardiman (2001: 93),
mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak
ada aktivitas. Oleh karena itu, aktivitas merupakan prinsip dasar dalam
kegiatan belajar”. Hal ini berarti bahwa dalam kegiatan belajar diperlukan
manusia sebagai pencipta yang kedua setelah Tuhan. Secara alami setiap anak
memang ada dorongan untuk menciptakan dan bekerja atau berbuat. Dalam
kesatuan. Seseorang yang telah berhenti berpikir dan berbuat perlu diragukan
32
33
harus aktif sendiri dan ada aktivitas atau kegiatan, karena jika ada aktivitas
berarti proses belajar tidak dapat terjadi. Aktivitas belajar sebagai kegiatan
Dalam belajar, seseorang tidak akan dapat menghindarkan diri dari suatu
33
34
musik, pidato.
menyalin.
diagram.
keputusan.
34
35
1) Mendengarkan
Mendengarkan adalah salah satu aktivitas belajar. Setiap orang yang belajar
mendengarkan materi yang disampaikan guru. Oleh karena itu, setiap siswa
yang normal (tidak tuna rungu) harus mampu mendengarkan dengan baik
peljaran. Karena jika siswa kurang mampu dengar, maka hal itu akan
kelas.
2) Memandang
35
36
perbuatan belajar meski pandangan tertuju pada suatu objek, tetapi tidak
adanya tujuan yang ingin dicapai, maka pandangan yang demikian tidak
4) Membaca
36
37
belajar dan dalam membaca perlu konsentrasi sehingga apa yang dibaca
dapat diingat dengan baik. Bahkan dapat ditegaskan bahwa sebagian besar
sehingga apa yang dibaca hanya dilihat secara sekilas atau membca secara
dapat membantu dalam hal mengingat atau mencari kembali dalam buku
6) Mengingat
37
38
langkah tersebut, seseorang akan dapat mengingat kembali apa yang telah
7) Berpikir
taraf tertentu.
Hal senada dikemukakan Djamarah (1991: 19) sebagai “hasil dari suatu
38
39
prestasi belajar.
pengertian bahwa prestasi belajar adalah “hasil pelajaran yang diperoleh dari
kegiatan belajar di sekolah atau di perguruan tinggi yang bersifat kognitif dan
Dari pendapat di atas, prestasi belajar tidak lain adalah hasil yang dicapai
kecakapan nyata yang dapat diukur langsung dengan menggunakan tes atau
Prestasi belajar siswa dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik berasal
dari diri maupun dari luar diri siswa. Prestasi belajar pada hakikatnya
merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor tersebut. Oleh karena itu,
39
40
siswa penting sekali, di mana media merupakan salah satu faktor yang berasal
dari luar diri siswa yang dapat mempengaruhi kualitas proses pembelajaran
yang pada akhirnya berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa, seperti halnya
Insvironmental input
40
41
proses pembelajaran akan dapat terjadi perubahan keluaran (out put), baik
tercapainya keluaran atau kemampuan belajar siswa di sekolah. Hal ini relevan
prestasi belajar yaitu dari luar diri siswa yang bersumber dari sekolah berupa:
“interaksi guru dengan siswa, cara penyajian, hubungan antar siswa, standar
berupa media gambar seri pada mata pelajaran bahasa Indonesia berupa
pembelajaran mengarang narasi. Oleh karena itu, guru mata pelajaran bahasa
41
42
cara belajar siswa, karena alat pelajaran yang dipakai oleh guru pada waktu
mengajar dipakai pula oleh siswa untuk menerima bahan yang diajarkan guru”.
Hal senada dikemukakan oleh Djamarah (2002: 150) bahwa “alat peraga
(media) membuka peluang bagi guru untuk lebih kreatif mengajar. Alat peraga
membantu guru menjelaskan suatu proses atau cara kerja suatu materi yang
42
43
B. Kerangka Pikir
yang digunakan oleh guru dalam rangka berkomunikasi dengan siswa. Artinya,
mengarang narasi, siswa dapat mengerti alur cerita sehingga dapat mengarang
terfokus pada kesan yang dilihat dan pada akhirnya akan meningkatkan
43
44
Mata pelajaran
Bahasa Indonesia
Pelajaran Mengarang
Kemampuan
Mengarang
C. Hipotesis Penelitian
Panasakkang.
Panasakkang.
44
45
BAB III
METODE PENELITIAN
media gambar seri, atau mengkaji pengaruh pemanfaatan media gambar seri
media gambar seri. Model desain penelitian ini digambarkan sebagai berikut:
X1 Y X2
Di mana:
eksperimen)
kontrol)
45
46
Y = Prestasi belajar
1. Penentuan kelompok
kelas III yang terdiri atas 2 kelas yaitu kelas III-A dan III-B. Penentuan
2. Pemberian perlakuan
46
47
selama 2 x 35 menit (70 menit), dan setiap akhir pertemuan, siswa diberikan
tugas mengarang.
a. Kelompok eksperimen
gambar seri.
b. Kelompok kontrol
3. Memberikan test
47
48
48
49
2009/2010, dengan jumlah siswa sebanyak 70 orang yang terdiri atas 2 kelas
esperimen dan kelas III-B sebagai kelompok kontrol, dengan jumlah siswa
49
50
dan tes.
a. Teknik Observasi
b. Teknik Tes
dalam bentuk tugas mengarang. Kriteria penilaian hasil mengarag siswa, yaitu:
50
51
Teknik analisis data yang digunakan untuk menganalisis data hasil tes
prestasi belajar siswa dalam pembelajaran mengarang narasi antara yang diajar
menggunakan media gambar seri pada mata pelajaran bahasa Indonesia siswa
f
P = x 100 %
N (Tiro, 2002:242)
di mana:
P = Persentase
51
52
rumus:
M =
∑X
N (Hadi, 2000:37)
di mana:
M = Rata-rata
X = Nilai/harga X
N = Jumlah data
score yaitu:
Mx − My
t =
SDbm (Hadi, 2000: 268)
di mana:
52
53
Kriteria pengujian hipotesis adalah ditolak hipotesis nihil (Ho) jika nilai
thitung lebih besar daripada nilai ttabel, atau diterima hipotesis kerja (H1) apabila
nilai thitung lebih besar daripada nilai ttabel pada taraf signifikan 5 persen.
53
54
DAFTAR PUSTAKA
Amani.
Djamarah, S.B. 1991. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya: Usaha
Nasional.
54
55
Djamarah, S.B., dan Zain, A. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka
Cipta.
Pustaka.
Cipta.
Sapani, Suardi, dkk. 2007. Teori Pembelajaran Bahasa. Dep. P dan K Bagian
Proyek Penataran Guru SLTP Setara DIII.
Sardiman, A.M. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
55
56
The Liang Gie. 1998. Cara Belajar yang Efisien. Yogyakarta: Pusat belajar
Ilmu Keguruan.
56