You are on page 1of 3

Nama : Seagames Waluyo

NRP : P051100051
Jurusan : BTK

1. Dalam pengukuran protein dibaca pada panjang gelombang 280


menggunakan sepektro. Jenis protein apakah yang diukur pada
keadaan tersebut?
Enzim membantu katalis dari substrad menjadi senyawa intermediate.
Senyawa ini direaksikan dengan baffer tertentu yang menghasilkan warna
spesifik akibat dari reaksi antara buffer dengan asam amino sehingga dapat
terbaca dipanjang gelombang tertentu oleh spektrofotometer. Jenis asam amino
yang dapat terbaca pada panjang gelombang 280 nm berasal dari asam amino
aromatic tyrosine dan triptofan. Asam amino triptofan terditeksi dengan
menggunakan spektrofotometer dikarenakan pereaksi Folin–Ciocalteu reagent
yang menghasilakan karakteristik warna biru dengan pengukuran maksimal pada
panjang gelombang 750 nm seperti halnya pada percobaan lowry. Wana biru yang
nampak tergantung dari kosentrasi protein (Albenson, 2009).
Lebih lanjut Albenson (2009) berpendapat bahwa, asam nukleat mampu
menyerap dengan kuat cahaya nampak pada panjang gelombang 280 nm sehingga
diperlukan perparasi protein terlebih dahulu sebelum dilakukan pengukuran.
Sehingga pengukuran protein dilakukan pada panjang yang berbeda yaitu pada
panjang gelombang 280 nm dan 260 nm dengan mengunakan perhitungan
tertentu.
Konsentrasi protein (mg/ml) = 1,55A280 – 0,76 A269

2. Kenapa dibawah suhu optimumnya aktivitas enzim redah?


Suhu merupakan factor pembatas enzim, pada umumya suhu 00C enzim
tidak mempunyai aktifitas. Keadaan lingkungan dibawah suhu optimumnya
mempengaruhi pada sisi aktif enzim. Pada keadaan dibawah optimum enzim
mempunyai kecenderungan untuk mempertahankan bentuk konfigurasinya
sehingga interaksi antara substrad dengan enzim turun yang berakibat pada
penurunan produk. Suhu dibawah optimum menyebabkan agistasi termal sehingga
ikatan hydrogen dan ionic terganggu dan interaksi antar ikatan melemah sehingga
kemampuan enzim menurun sehingga bisa menyebabkan enzim mengalami
inaktifasi (Chambel, 2002).
Protein dalam keadaan floding akan membentuk konfigurasi protein un
floding, dalam keadaan dibawah suhu optimum sehingga kemampuan untuk
mereduksi substrad berkurang dan pergerakan protein tesebut rendah (Daniel dkk,
2008). Enzim pada keadaan normal mampu mengkatalis substrad mencapai jutaan
reaksi perdetik. Pada keadaan suhu dibawah keadaan normal enzim mempunyai
energy kinetic yang rendah yang disebabkan enzim mempunyai bentuk yang
rentan untuk putus antar ikatannya. Oleh karena itu, enzim mempunyai energy
kinetic rendah sehingga tumbukan atara enzim dengan substrad jarang sehingga
produk yang dihasilkan sedikit.

3. Bagaimanakan mengukur pH isoelektrik suatu enzim?


Isoelekrik focusing (IEF) berfungsi memisahkan protein berdasarkan
isoelektrik point yang terdapat pada ikatan protein. Waktu migrasi sampel
suhubungkan antara kalibrasi plot dengan migrasi marker waktu pI. Fisualisasi
isoelektrik pada protein dengan menggunakan elektroforesis khusus sehingga data
bersifat kuantiatif oleh sebab itu digunakan sofeware untuk mengkonversi data
kuantitatif menjadi kulitatif. Sofeware yang tersedia salah satunya adalah Melanie
soafware (Choe, 2000).
Pada pelaksanaannya elektroforesis menggunakan gel khusus berupa
akhilamide mini berbentuk seperti mie dan menggunakan buffer dengan tingkat
pH antara 3-12. Protein pada gel akan bermigrasi kearah kutup positif, negative
dan ada juga yang tetap pada posisi semula dan dihasilkan titik-titik pada gel.
Isoelektrik ditentukan dari titik protein yang diam ditengah yang nantinya secara
kualitatif dapat dihitung dengan persamaan Henderson hasselbalch: pI = ½ (pKI +
pKj), dimana pKI dan pKJ merupakan kostanta pada jenis asam karboksilik
(Andreas, 2006).
Daftar Pustaka
Abelson J,N dan Melvin I,S. 2009. Methods In Enzymology. Elsevier. UK

Andreas, M., Pamme N dan Lossifidis. 2000. Bioanalitical Chemestry. Imperal


College Press. London.

Campbell NA, Jane BR, Lawrance GM. Biologi Jilid I. Jakarta: Erlangga.

Choe, L.H. dan Kevin H.L. 2000. A Comparason of Three Comercially aviable:
Isoelectric focusing Unit for Protome Analysis: The Multiphor, the IPGphor
and Protean IEF cell. Wiley. UK

Daniel R,M., Michael, J,D., Robert E,C dan Michelle E,P. 2008. The Effect Of
Temperature On Enzyme Activity: New Insights And Their Implications.
Spinger.
http://www.springerlink.com/content/D2X417361W723634/fulltext.pdf.
Diakses pada 31 Oktober 2001.

You might also like