Professional Documents
Culture Documents
Mendapatkan makanan yang aman adalah hak 1:25 untuk negara berkembang. Jika merujuk pada
azasi setiap orang (ICN, Roma, 1992). Pada asumsi WHO di atas, kemungkinan yang terjadi
kenyataannya, belum semua orang bisa mendapatkan sesungguhnya di Indonesia pada tahun 2004 adalah
akses terhadap makanan yang aman. Hal ini ditandai sekitar 180-ribuan orang mengalami keracunan
dengan tingginya angka kematian dan kesakitan yang makanan dan seribu orang diantaranya meninggal
diakibatkan oleh Penyakit Bawaan Makanan (PBM). dunia!!!
Secara umum PBM dapat diakibatkan oleh bahaya Situasi ini sangat tidak menguntungkan bagi Indonesia,
biologi dan kimia. WHO (2004) dalam laporannya selain berdampak langsung terhadap masalah
menyebutkan bahwa angka kematian global akibat kesehatan, kondisi ini juga mempengaruhi aspek-aspek
diare selama tahun 2002 adalah sebesar 1,8 juta sosio-ekonomi lainnya, seperti produktifitas kerja,
orang. Angka kesakitan global karena PBM sulit sekali aspek perdagangan, kepariwisataan dan sebagainya.
untuk diperkirakan. Selain diare, terdapat lebih dari
250 jenis penyakit karena mengkonsumsi makanan
yang tidak aman. Terdapat tiga konsekuensi yang Keamanan Pangan dan Gizi Buruk
ditimbulkan oleh PBM: gizi buruk, dampak sosio- Diare, sebagai salah satu gejala utama PBM dapat
ekonomi di masyarakat dan penyakit sekunder yang menyebabkan gizi buruk melalui mekanisme
timbul akibat PBM. kehilangan cairan (dehidrasi) dan ketidakseimbangan
cairan elektrolit tubuh selama diare berlangsung. Selain
itu diare juga mempengaruhi proses penyerapan zat-zat
Gambar-1 Dampak masalah Keamanan pangan gizi/malabsorbsi, yang dapat menyebabkan tubuh
kekurangan zat gizi dan gangguan pertumbuhan.
Gambar-2 Dampak kumulatif kejadian diare
Penyakit
Bawaan
Makanan
Diare, Dampak
Gizi buruk, Sosio-
Penyakit lain ekonomi
Individu Masyarakat
Mengingat persoalan keamanan pangan di Indonesia memiliki implikasi yang sangat luas maka perlu segera
mendapatkan perhatian yang lebih serius. Terciptanya system keamanan yang ideal memerlukan keterlibatan
berbagai institusi untuk menjamin keamanan pangan, mulai dari hulu hingga ke hilir (from farm to fork), mulai
dari proses pemanenan, distribusi, pengolahan, hingga di meja konsumen. Terciptanya kondisi keamanan
pangan yang ideal adalah tanggung jawab bersama (Gambar 3).
MAKANAN
MAKANAN AMAN
AMAN UNTUK
UNTUK
SEMUA
SEMUA
TANGGUNG
TANGGUNG JAWAB
JAWAB BERSAMA
BERSAMA
Penyediaan
Penyediaan jasa
jasa Label
Label yg
yg Kelompok
Kelompok
yangterkait
yang terkaitdgn
dg informatif dan
informatif dan konsumen
konsumen aktif
aktif
kesehatan
kesehatan mendidik
mendidik
Pengumpulan
Pengumpulan Pengolah
Pengolah Partisipasi
Partisipasi
informasi
informasi &
& pangan
pangan yg yg masyarakat
masyarakat
pendidikan
pendidikan terlatih
terlatih
Saran,
Advokasi, Pengolahan
Pengolahan & & Konsumen
Konsumenyangnyang
pendidikan
pendidikan && teknologi
teknologi yang
yang selektif dan kritis
selektif dan kritis
pelatihan
pelatihan tepat
tepat
Undang-undang
Undang-undang Cara
Cara Penanganan
Penanganan
pangan
pangan &
& penanganan
penanganan pangan
pangan yg
yg aman
aman
pelaksanaannya
pelaksanaannya yang
yang baik
baik di rumah
di rumah
Pemerintah
Pemerintah Industri
Industri Konsumen
Konsumen
Komitmen
Komitmen keamanan
keamanan pangan
pangan nasional
nasional
KomitmenWHO
Komitmen WHOdalam
dalamkonsensus
knsensus internasional
internasionaltentang
tentangkeamanan
keamananpangan,
pangan,
kebijakan dan
kebijakan dan pelaksanaannya
pelaksanaannya
Ilmu
Ilmu pengetahuan,
pengetahuan, penelitian,
penelitian, pengembangan
pengembangan
Yang menjadi keprihatinan, sampai saat ini kita masih belum memiliki program keamanan pangan nasional
yang tertata dengan baik. Masih banyak yang harus dilakukan untuk menjawab berbagai persoalan seperti:
sistem investigasi yang efektif terhadap kasus PBM, tingkat cemaran potensi bahaya biologis dan kimiawi pada
berbagai bahan pangan, rencana aksi untuk mengatasi masalah detention dan holding terhadap produk
makanan yang diekspor, penerapan sistem HACCP di dalam negeri dan sistem pengawasannya, dan lain-lain.
Tenaga ahli kesehatan di jajaran Pemerintah Daerah (Pemda) merupakan agen penting dalam mempersiapkan
SDM di wilayahnya, diantaranya melalui perencanaan dan realisasi program keamanan pangan di masyarakat.
Untuk itu, diperlukan pengetahuan, kepekaan dan kepedulian terhadap masalah keamanan pangan dan
peranannya dalam mencegah dan menanggulangi PBM. Sehingga tenaga ahli kesehatan Pemda dapat berperan
secara optimal dalam menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat PBM.