Professional Documents
Culture Documents
Oleh : Sugiyanto
Abstrak
Penelitian ini, merupakan studi kasus wilayah perbatasan di lima propinsi
(Kepulauan Riau, Kalimatan Barat, Kalimantan Timur, Nusa Tenggara Timur dan
Papua), dengan tujuan untuk mengidentifikasi masalah, kebutuhan dan potensi
serta untuk mendapatkan konsep model pemberdayaan keluarga di wilayah
perbatasan. Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif-kuantitatif. Informan
ditentukan secara purposive dengan teknik pengumpulan data dilakukan melalui
wawancara, observasi, dokumentasi, dan focus group discussion. Data kuantitatif
dianalisis dengan menggunakan analisis distribusi frekuensi, sedangkan data
kualitatif dianalisis secara reduktif, yang diikuti penyajian data, yang akhirnya
dilakukan pengambilan kesimpulan.
Secara umum, permasalahan yang dihadapi oleh keluarga di wilayah
perbatasan adalah kemiskinan yang diakibatkan oleh rendahnya pendidikan,
keterampilan serta ketidak menentuan jenis pekerjaan yang ditekuni dan
penghasilannya. Untuk itu kebutuhan yang dibutuhkannya antara lain
memfasilitasi mereka untuk dapat mengakses sistem sumber (informasi,
pengetahun, keterampilan, Orsos, ekonomi, kesehatan, dan lainnya). Adapun
potensi (sosial, alam, dan SDM) masih sangat terbuka sekali untuk dapat
didayagunakan. Secara umum intervensi kebijakan (program pembangunan)
pemerintah dan Orsos telah dilakukan namun secara spesifik yang mengarah
terhadap pemberdayaan keluarga belum dilakukan. Karena program yang telah
dilakukan masih bersifat charity. Konsep model pemberdayaan keluarga yang
ditawarkan adalah konsep model pemberdayaan keluarga di daerah perbatasan
secara terpadu dan berkelanjutan. Konsep model tersebut masih perlu
diujicobakan dan disosialisasikan ke berbagai pihak agar dapat menjadi program
yang lebih efesien dan efektif.
Kata kunci:
Pemberdayaan Keluarga di Wilayah Perbatasan
Pendahuluan
Isolasi Kerentanan
Kemiskinan
Kelemahan
fisik
Metode Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif-kuantitatif. Informan ditentukan
secara purposive ―mereka memahami secara baik kondisi daerah perbatasan―.
Atas pertimbangan itu, informan dalam penelitian ini adalah: (a) pemuka
masyarakat setempat (formal-informal); (b) orsos/LSM; (c) perguruan tinggi; (d)
aparat instansi Pemerintah Daerah terkait. Responden ditentukan secara random
sampling - kepala keluarga di daerah berbatasan. Teknik pengumpulan data
dilakukan melalui wawancara, observasi, dokumentasi, dan focus group
discussion. Lokasi penelitian didasarkan atas pertimbangan, lokasi tersebut
berbatasan langsung dengan negara lain. Atas dasar itu, lokasi terpilih adalah: (a)
Kampung Skouw Sae (Jayapura Papua) berbatasan darat dengan PNG; (b) Desa
Pancang (Nunukan Kaltim) berbatasan darat & laut dengan Malaysia; (c) Dususn
Bungkang (Sanggau Kalbar) berbatasan darat dengan Malaysia; (d) Desa Berakit
(Bintan Kepri) berbatasan laut dengan Malaysia & Singapura; dan (e) Desa
Silawan (Belu NTT) berbatasan darat dengan Republik Demokratik Timor Leste
(RDTL). Data kuantitatif dianalisis secara distributive-frekuentif, sedangkan data
kualitatif dianalisis secara reduktif, yang diikuti penyajian data, yang akhirnya
dilakukan pengambilan kesimpulan.
Hasil Penelitian
Hasil penelitian menunjukkan, sejumlah permasalahan keluarga yang
mengedepan di daerah perbatasan ―lokasi penelitian― adalah: kemiskinan
penduduk, yang diakibatkan oleh rendahnya pendidikan serta keterampilan dan
ketidak menentuan jenis pekerjaan yang ditekuni dan penghasilannya. Masalah
tersebut terkait erat dengan kerentanan, keterisolasian, dan ketidakberdayan secara
sosial, politik, dan psikologis. Kondisi tersebut diperparah oleh berbagai
keterbatasan sarana prasarana, antara lain: jalan, transportasi, pendidikan,
kesehatan, dan ekonomi (pasar), serta belum ada program pemberdayaan secara
spesifik bagi keluarga di daerah perbatasan, baik yang dirancang oleh pemerintah
pusat maupun pemerintah daerah. Dengan demikian, kebutuhan keluarga di
daerah perbatasan adalah: memfasilitasi mereka, untuk dapat mengakses sistem
sumber (informasi, pengetahun, keterampilan, Orsos, ekonomi, kesehatan, dan
lainnya). Disamping itu, juga diperlukan sarana prasarana pendidikan, kesehatan,
fasilitas pasar, dan berbagai bantuan (kebutuhan pokok, bahan bangunan untuk
perbaikan rumah, dan bantuan usaha ekonomi).
Adapun potensi (sosial, alam, dan SDM) yang dapat didayagunakan untuk
memberdayakan keluarga di daerah perbatasan, adalah: adanya rasa kebersamaan,
kegotongroyongan, dan kesetiakawanan sosial pada keluarga di daerah
perbatasan. Disamping itu, juga adanya lembaga-lembaga (informal, non formal)
lokal, yang dapat dimanfaatkan bagi terjadinya perubahan. Demikian juga potensi
alam (laut, lahan pertanian, perkebunan) yang masih belum diolah secara
maksimal, dalam rangka meningkatkan taraf kesejahteraan keluarga di daerah
perbatasan. Adapun intervensi kebijakan (program pembangunan) pemerintah
yang telah dilakukan terhadap keluarga di daerah perbatasan. Lokasi penelitian
adalah: pembangunan sarana prasarana fisik (jalan, sekolah, kesehatan, ekonomi
(pasar) dan pemukiman, BLT/SLT, raskin, bantuan modal dari Meneg UKM dan
lainnya), masih jauh dari yang diharapkan, karena masih lebih bersifat charity,
tidak berkelanjutan, tidak ada pendampingan, dan tidak ada monitoring dan
evaluasi. Demikian halnya intervensi sosial yang dilakukan oleh Masyarakat
(Orsos/LSM: dalam, luar negeri), juga bersifat philantropy.
Intervensi:
LMS/Orsos Pelatihan, Diperolehnya
bimbingan pengetahuan,
Bantuan teknis keterampilan,
(pendampingan) bantuan Penguatan
Keluarga di Bantuan: Kebutuhan Keluarga &
daerah Kebutuhan pokok, bahan Rasa
perbatasan pokok, bahan bangunan Nasionalism
bangunan perbaikan e
perbaikan rumah, &
rumah, & bantuan UEP
UEP.
Pemuka
Masyarakat
Pengawasan
Daftar Pustaka
Chambers, Robert. (1983). Rural development: Putting the last first, Published by
Longman scientific and technical, essex, United Kingdom.
Depsos R.I., Ditjen. Pemberdayaan Sosial, D it. Pemberdayaan Peran Keluarga.
(2002). UU. R.I. Nomor: 10 Tahun 1992 Tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera.Himpunan Peraturan
Perundang-Undangan Bidang Tugas Di. Pemberdayaan Peran Keluarga
Gerungan, W.A. (1988). Psikologi Sosial. Bandung: Eresco.
Ife, Jim. (1995). Community development: Creating community alternatives-
vision, analysis and practice, Australia, Longman Pty Ltd.
Pranarka, A.M.W. & Moeljarto, Vindyandika. (1996). Pemberdayaan
(Empowerment). Pemberdayaan, konsep, dan implementasi, Jakarta: Centre
for strategic and intenational studies (CSIS).
.
.
Biodata Penulis