You are on page 1of 51

LAPORAN FIELDTRIP

SISTEMATIKA HEWAN 1
Yang Dilaksanakan Pada Tanggal 20-22 November 2009
Di Pulau Pari-Kepulauan Seribu Jakarta

; Disusun Oleh
Ani Mulyani ( 108095000021 )
Asrina ( 108095000004 )
Eva Bai Syarifah ( 1080950000
Fauziyah Hasanah ( 1080950000
Wahyu Setiawan ( 1080950000
Hermawan ( 1080950000

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

1
2008/2009
KATA PENGANTAR

‫بسم اهلل الرمحن الرحيم‬

Segala puji bagi Allah SWT. Karena hanya dengan nikmat yang telah
diberikan-Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah ini. Adanya keinginan dan semangat
menyelesaikan makalah ini tak lain dan tak luput karena adanya dukungan dari pihak –
pihak yang terkait. Selain itu, keinginan ini terpacu karena rasa ingin tahu yang tinggi.

Makalah ini kami susun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Paktikum Sistematika Hewan I yang berkenaan dengan materi Echinodermata dan
Coelenterata.

Selain itu pula, kami mengucapkan terima kasih kepada Dosen Praktikum
Sistematika Hewan I kami Ibu Narti M.si, karena atas dukungan yang telah diberikan
akhirnya kami dapat menyusun makalah ini.

Semoga Allah SWT Yang Maha Sempurna menerima segala amal dan
perbuatan karya kita yang jauh dari sempurna ini. Kepada-Nya kami kembalikan segala
niat, usaha, jerih, payah, dan kesungguhan kita dalam melakukan segala bentuk
pengabdian kepada-Nya.

Jakarta, 7 Desember 2009

Penulis

2
DAFTAR ISI

JUDUL

KATA PENGANTAR………………………………………………………..... 2

DAFTAR ISI…………………………………………………………………... 3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang……………………………………………………... 5

1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………… 6

1.3 Tujuan Praktikum Lapangan ……………………………………… 6

BAB II Tinjauan Pustaka

2.1 Ekologi Laut dan Wilayah Pesisir …………………………………… 7

2.2 Filum Echinodermata………………………………………………… 8

2.3 Filum Coelenterata ………………………………………………… 18

2.4.Keanekaragaman Jenis …………………………………………… 29

2.5 Kepadatan (Densitas) ……………………………………………… 30

2.6 Pola distribusi Populasi …………………………………………… 30

2.7 Faktor fisik ( Zonasi ) ekosistem pesisir……………………………… 31

2.8 Kerangka Berfikir ………………………………………………… 33

BAB III METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat ………………………………………………… 34

3.2 Alat dan Bahan ……………………………………………………… 35

3.3 Metode Pelaksanaan Praktikum Lapangan ………………………… 35

3.3.1. Teknik Sampling ………………………………………… 35

3
3.3.2. Cara Kerja ……………………………………………… 35

BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN

4.1 Hasil ……………………………………………………………… 37

4.1.1. Zonasi Pulau Pari ………………………………………… 37

4.1.2. Parameter Lingkungan ………………………………… 37

4.1.3. Jenis-jenis Echinodermata di Pulau Pari ………………… 37

4.1.4 Jenis-jenis Echinodermata yang ditemukan di Pulau Pari … 39

4.1.5 Jenis-jenis Coelenterata yang ditemukan di Pulau Pari…… 45

BAB V KESIMPULAN dan SARAN

5.1 Kesimpulan ………………………………………………………… 46

5.2 Saran ………………………………………………………………… 46

DAFTAR PUSTAKA

Lampiran

4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah pulau
yang sangat banyak yaitu 17.508 pulau dan memiliki wilayah pesisir yang panjang dengan
garis pantai yang terpanjang ke2 setelah Canada yaitu 81.209 Km sekitar 62% wilayah
Indonesia merupakan laut. Indonesia memiliki sekitar 6000 pulau yang telah mempunyai
nama, sedangkan yang berpenghuni sekitar 1000 pulau.
Pesisir adalah wilayah daratan sampai wilayah laut yang masih di pengaruhi sifat2
darat ( seperti angin darat, drainase air tawar, dari sungai dan desimentasi). Di wilayah
pesisir (intertidal) dapat dijumpai berbagai ekosistem, seperti hutan mangrove, rawa payau,
padang lamun, rumput laut dan terumbu karang. Ekosistem tersebut diatas berperan
sebagai penyedia berbagai sumber daya alam dan sebagai sistem penyangga kehidupan di
sekitar pantai atau pesisir. Diantara ekosistem diwilayah pesisir yang belum banyak
dikenal dan diperhatikan adalah keanekaragaman biota laut pesisir.
Keanekaragaman tertinggi biota laut pesisir yang ada di indonesia dintaranya
adalah Echinodermata dan Coelenterata. Echinodermata adalah hewan laut yang kulitnya
berduri atau berbintil. Hewan ini dibagi dalam 5 kelas utama yaitu, Tripang
( Holoturoidea), Bulu babi ( echinoidea), Bintang laut (asteroidea), Bintang ular
(ophiuroidea) dan lilia laut (crinoidea). Echinodermata dapat dijumpai pada daerah pasang
surut, daerah terumbu karang dan pada laut dalam. Di indonesia ditemukan kurang lebih
565 jenis echinodermata mulai dari kedalaman 0 sampai dengan 7000m. Kehadiran
echinodermata pada suatu ekosistem bergantung pada beberapa faktor abiotik seperti suhu,
salinitas, substrat, ketersediaan pakan, arus, pH dan kecerahan. Coelenterata adalah
invertebrata yang memiliki rongga tubuh. Rongga tubuh tersebut berfungsi sebagai alat
pencernaan (gastrovaskuler). Coelenterata disebut juga Cnidaria (dalam bahasa yunani,
cnido = penyengat) karena sesuai dengan cirinya yang memiliki sel penyengat. Sel
penyengat terletak pada tentakel yang terdapat disekitar mulutnya. Coelenterata memiliki
struktur tubuh yang lebih kompleks.Sel-sel Coelenterata sudah terorganisasi membentuk

5
jaringan dan fungsi dikoordinasi oleh saraf sederhana. Filum Coelenterta antara lain Hydra
(Hydrozoa), ubur-ubur (Schypozoa), anemon laut dan koral (Anthozoa). Coelenterata
memiliki struktur tubuh yang lebih kompleks. Sel-sel Coelenterata sudah terorganisasi
membentuk jaringan dan fungsi dikoordinasi oleh saraf sederhana. Terdapat sekitar 9.500
spesies, kebanyakan hidup di laut, dan hanya 14 spesies dari kelas Hydrozoa hidup di air
tawar. Biasanya terdapat diperairan dangkal, dan melekat pada substrat dan terumbu
karang.
Keadaan wilayah pesisir yang rusak akibat dari gangguan manusia, seperti
pembuatan jalur perahu ataupun rusaknya habitat diwilayah pesisir akibat bencana alam.
Adanya gangguan baik secara alami ataupun akibat dari gangguan manusia di suatu pulau
menyebabkan keanekaragamaan, populasi dan distribusi echinodermata dan coeleterata
terganggu.
Untuk mengetahui keanekaragamaan echinodermata dan coelenterata dalam
habitatnya maka mahasiswa harus melakukan praktikum lapangan yang tentunya
dilakukan di tempat yang merupakan habitat dari filum Echinodermata dan filum
Coelenterata. Salah satu tempatnya adalah Pulau Pari di Kepulauan Seribu. Oleh karena
itu, mahasiswa Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta melakukan Fieldtrip ke Pulau Pari. Pualu Pari dipilih sebagai tempat
untuk melakukan praktikum lapangan karena beberapa alasan yaitu: jaraknya yang tidak
terlalu jauh, keanekaragaman biota lautnya masih bisa ditemukan, dan merupakan tempat
yang pada lima tahun terakhir ini dijadikan tempat untuk praktikum lapangan sehingga
kondisi daerahnya sudah dapat diketahui.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimanakah tingkat keanekaragaman echinodermata dan coelenterata pada
habitat aslinya di daerah Pulau Pari?
2. Bagaimanakah populasi dan pola distribusi echinodermata dan coelenterata di
daerah Pulau Pari?
3. Bagaimanakah kondisi lingkungan (Suhu harian, Kelembaban, Kecepatan angin,
dll) di Pulau Pari?

1.3 Tujuan Praktikum Lapangan

6
Praktikum lapangan ini bertujuan untuk mengetahui dan mempelajari
keanekaragaman, populasi dan distribusi hewan avertrebrata pada habitat aslinya dan
dalam makalah ini dikhususkan pada filum echinodermata dan filum coelenterate.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ekologi Laut dan Wilayah Pesisir
Pada perairan lautan terbuka terdapat sub bagian yang dapat dibuat baik kearah
vertikal maupun Horizontal. Arah vertikal disebut dengan kawasan bentik, sedangkan arah
horizontal disebut dengan kawasan pelagik. Seluruh daerah perairan terbuaka di sebut
kawasan pelagik. Organisme pelagik adalah organisme yang hidup di laut terbuka lepas
dari dasar laut (Nybakken, 1988).
Secara horizontal, kawasan pelagik dapat dibagi menjadi dua daerah ( zona ), yakni
zona neritik yang mencakup masa air yang terletak di atas paparan benua dan zona oseanik
meliputi semua perairan terbuka lainnya. Sedangkan secara vertikal, kawasan pelagik
dibagi menjadi dua zona, yakni zona fotik yang merupakan bagian kawasan pelagik yang
mendapat cahaya dan zona afotik adalah massa air yang secara terus menerus berada dalam
kegelapan ( Nybakken 1988).
Kawasan bentik adalah kawasan atau zona dasar laut. Kawasan bentik terdiri dari
zona litoral, zona sub litoral atau paparan, zona batial, zona abisal dan zona hadal. Zona
hadal adalah zona bentik dan palung lautan dengan kedalaman antara 6000-10.000 m. Zona
abisal termasuk dataran yang luas dengan kedalaman antara 4000-6000m. Zona batial
adalah daerah dasar yang mencakup lereng benua dan kebawah sampai kedalaman 4000m.
Zona litoral atau intertidal adalah daerah pantai yang terletak diantara pasang tertinggi dan
surut terendah. Derah ini mewakili daerah peralihan dari kondisi lautan ke kondisi daratan.
Daerah pasang surut terdiri atas tipe litoral bagian tengah mid litoral dan bagian bawah tepi
infralitoral (Nyabakken,1988).
Zona intertidal atau pasang surut merupakan zona yang melimpah dengan
kehiduapan. Baik berupa fauna yang beragam maupun alga atau tumbuhan. Kehidupan
fauna atau tumbuhan yang ada di dalam ekoistem laut sangat beragam. Selain itu
organisme laut sangat berasosiasi dengan berbagai ekosistem laut, antara lain: ekosistem

7
terumbu karang, mangrove, bahkan ekosistem pantai. Ekosistem ini berpengaruh terhadap
biota-biota laut yang ada. (Nyabakken,1988)
Ekosistem intertidal merupakan daerah perairan yang mengalami pasang surut air
laut. Ekosistem ini memiliki keanekaragaman sangat tinggi dibandingkan dengan
ekosistem lain yang ada di wilayah bahari. Menurut Nyabakken (1988), daerah pasang
surut merupkan daerah yang relatif subur karena mendapat berbagai sumbangan zat-zat
hara yang berasal dari daratan mupun dari dasar laut dan memiliki percampuran zat hara
yang telah mengendap di dasar laut akibat adanya aliran arus air laut, yang memungkinkan
kembalinya hara tersebut ke perairan pasang surut. Luas daerah pasang surut sangat
tergantung dari wilayah topografi perairan serta pasang surutnya air laut.

2.2 Filum Echinodermata


Semua anggota Echinodermata hidup di laut, kebanyakan bersifat simetri radial.
Tubuhnya terencanakan dengan 5 buah antimer yang tersusun radial, dengan mulut di
tengah-tengahnya. Pada kulit terdapat papan-papan kapur dan sebagian besar mempunyai
duri-duri dermal. Hewan-hewan ini berselom, rongga tubuh majemuk, terdiri dari sejumlah
ruang, termasuk satu ruangperiviseral (perivisceral), satu sistem perihemal (perihaemal),
satu sistem sinus aboral, satu sistem pembuluh air, satu vesikula madreporit dan satu sinus
sumbu. (Biologi Laut, 2007 & Zoologi Dasar)
Sistem digesti lengkap dan bersifat sumbu atau tergulung dan ada yang memiliki
divertikula, walaupun anus mungkin tidak berfungsi. Bergerak lambat dengan kaki tabung,
akan tetapi awal mulanya digunakan sebagai alat indera atau pengumpul makanan.
Gerakannya diatur oleh sistem tekanan hidrostatis, yang disebut sistem vascular-air. Sistem
saraf terdiri dari cincin oral dan tali-tali saraf radier, saraf meruji dan saraf ke kaki tabung,
ke duri dan sebagainya. Alat pengindera tidak berkembang baik. Permukaan tubuh peka
terhadap sentuhan. Di sini juga terdapat sistem hemae (darah) yang terdiri dari sebuah
bejana sirkular dan 5 satuan radier. Namun, cairan dalam bejana dan saluran tersebut tidak
mengalir. Pada echinodermata tidak terdapat sistem respirasi dan sistem ekskresi secara
khusus. Fungsi ekskresi dilakukan oleh proyeksi-proyeksi (penonjolan-penonjolan) kulit
yang disebut brank atau papula yang terdapat di antara papan-papan kapur pada kulit.
Kelamin terpisah, jantan dan betina, alat perkembangbiakan sederhana dan fertilisasi
terjadi dalam air. Telur dan spermatozoa ditebar langsung keluar tanpa bantuan kelenjar-
kelenjar tambahan, penis, vesikula seminal (kandung semen) dan reseptakel seminal. Larva

8
yang terbentuk bersimetri bilateral dan berenang, kelak menjadi hewan dewasa yang
bersimetri radial. (Biologi Laut, 2007 & Zoologi Dasar)
Jika hanya berdasarkan pola perkembangan stadium, nampak jelas hubungan dekat
antara filum echinodermata dan filum chordate. Dalam kedua filum itu blastofor
merupakan lubang ke dalam, sedangkan gastrosoel merupakan anus. Dalam kedua filum
itu selom terbentuk dari kantung-kantung arkenteron (gastrosoel). Sifat-sifat embrional
seperti itu tidak ada pada garis evolusi invertebrate, termasuk Annelida, Mollusca,dan
Arthropoda, sebab pada hewan-hewan terakhir itu mulut dibentuk dari blastofor, dan selom
khas terbentuk dari pemisahan mesoderm. Meskipun demikian, karena adanya kenyataan
bahwa echinodermata dewasa bersimetri radial, sedangkan chordata bersimetri bilateral,
maka bukan penolakan mendasar buat suatu teori bahwa antara echinodermata dan
chordata itu ada hubungan garis evolusi. Simetri radial pada echinodermata merupakan hal
yang tidak penting karena dianggap sebagai sesuatu hal yang didapat, sebab sebagai larva
echinodermata itu bersimetri bilateral. (Zoologi Dasar)

1. KELAS ECHINOIDEA
Hewan-hewan echinoid antara lain bulu babi (Diadema setosum), bulu hati (heart
urchin), dan dolar pasir, berbentuk bundar pipih. Tubuh hewan ini bulat tanpa lengan, duri-
duri menutup tubuh, panjang pada bulu babi dan pendek pada dolar pasir. Tubuh
terbungkus oleh suatu struktur yang berupa cangkang (test), terdiri dari lempengan-
lempengan yang menyatu membentuk kotak seperti cangkang keras di tempat ini dia
hidup. Biasanya ada 10 deret lempeng lipat, dua dengan lima pasang lubang untuk kaki
tabung yang ramping keluar melalui cangkang. Mulut dilengkapi dengan 5 buah gigi,
terdapat pada pusat permukaan oral dan dikelilingi oleh sebuah daerah membran yang
bebas dari duri yang disebut peristom. Branki dermal berjumlah 5 pasang mengelilingi
batas peristom. Branki itu juga disebut insang. Duri-duri itu dapat bergerak pada
pangkalnya. (Biologi Laut, 2007 & Zoologi Dasar)

Pada hewan ini terdapat tabung-tabung telapak yang tersusun menjadi 5 baris.
Tabung-tabung telapak yang terdapat pada sisi oral berfungsi dalam gerakan, lainnya
berfungsi dalam pernafasan. Anus bermuara pada pusat sisi aboral, yaitu pada pusat
periprok yang berupa sekumpulan papan-papan kapur. Periprok dikelilingi oleh 5 buah
papan-papan genital. Satu di antara papan-papan genital itu adalah madreporit yaitu suatu
papan yang tersebar dan berlubang-lubang halus. Papan itu adalah papan ambulakral dan

9
lubang-lubangnya untuk tabung-tabung telapak. Baris intermedier berakhir pada papan-
papan genital. Baris-baris intermedier itu adalah papan-papan interambulakral. Di sini
terdapat 3 buah pediselaria.(Zoologi Dasar)

Bulu babi dan dolar pasir simetri meruji ketika dewasa, tetapi bulu hati mempunyai
simetri antara meruji dan bilateral. Ia mempunyai cangkang yang agak memanjang dengan
mulut pada ujung satu dan anus pada ujung lain dan bergerak pada arah mulut, sedangkan
bulu babi bergerak ke segala arah. (Biologi Laut, 2007)

Mulut bulu babi dan dolar pasir terletak di bawah dan di tengah-tengah. Bagian
mulut atau gigi merapat jadi satu yang dilekatkan oleh sederetan bagian terdiri dari bahan
kapur untuk membentuk struktur yang dinamakan lentera aristotle. Jadi lentera Aristotle ini
adalah himpunan gigi yang terdapat pada banyak jenis bulu babi. Ia tak mudah dicerna
oleh pemangsa bulu babi, sehingga tersisa dalam perut pemangsa. Sisa dari sistem
pencernaan terdiri dari usus yuang relatif panjang dengan bagian yang menggembung
sebagai perut, dan anus yang terletak di sisi atas. (Biologi Laut, 2007)

Pada bulu hati, sebagai pengecualian, anusnya terletak antara sisi atas dan sisi
bawah, di ujung berlawanan dengan mulut. Hal yang tak biasa dalam sistem pencernaan
adalah adanya sebuah tabung yang dinamakan sifon mulai dekat mulut. Ia bercabang
keluar dari usus, melintasi perut, untuk masuk kembali ke bagian usus setelah perut. Ia
berfungsi mengalirkan air melalui usus tanpa mengganggu proses pencernaan makanan
dalam perut. (Biologi Laut, 2007)

Sistem pembuluh air sama dengan bintang laut. Kaki tabung bersama duri
digunakan untuk berjalan, kelamin terpisah, telurnya dapat dimakan, terdapat pediselaria,
beberapa jenis berbisa. Contoh yang banyak ditemukan di dasar pasir dan terumbu karang
adalah Diadema setosum. Bulu babi berwarna hitam dengan duri-durinya yang panjang dan
mudah sekali patah dan terinjak kaki telanjang ujung duri akan menusuk telapak kaki.
Karena tersusun dari bahan kapur, duri itu mudah terlarut dalam darah jika dihancurkan
dengan memukul-mukul telapak kaki yang terkena dengan benda keras. (Biologi Laut,
2007)
2. KELAS CRINOIDEA

10
Hewan-hewan ini tumbuh pada pangkalnya (contoh : Metacrinus atau lili air),
melekat dengan bantuan permukaan aboral, tetapi ada juga yang berenang bebas (contoh:
Antedon sp.). jenis-jenis hewan ini lebih banyak terdapat pada zaman palaezoik dari pada
sekarang. (Zoologi Dasar)
Hewan-hewan krinoid hidup di laut sampai kedalaman 4000 meter. Tubuhnya kecil
berbentuk seperti mangkok dan disebut calyx. Melekat pada dasar laut dengan bantuan
akar (cirri). Yang berenang bebas tidak mempunyai sirus. Mulut terpisah dari anus. Dari
calyx tumbuh tangan-tangan yang dilengkapi dengan silia. Makanan terdiri dari plankton
yang di tangkap dengan tentakel dan dicengkeram dengan silia. Di sini tidak terdapat
madreporit. Dalam tiap tangan ada saraf. Selom sangat kecil. Gonad terdapat pada ujung
tangan-tangannya. Fertilisasi berlangsung internal, bahkan zigot berkembang di dalam
tubuh. Nampaknya tidak banyak hewan yang memangsa krinoid. Namun sebagian besar
jenis krinoid telah menjadi fosil. Yang masih hidup seperti lili air dan bintang bulu (father
star) membentuk taman indah di dasar laut. (Zoologi Dasar)
Hewan-hewan asteroid berdiskus (bercakram) sentral dengan penjuluran-penjuluran yang
berongga dan bercabang-cabang sebagai selon. Asteroid mempunyai kaki tabung dan
terletak pada alur sepanjang sisi oral penjuluran-penjuluran itu. Contoh: Asterias vulgaris
(bintang laut). (Zoologi Dasar)

3. KELAS ASTEROIDEA
Karakteristik
Asteroidea merupakan spesies Echinodermata yang paling banyak jumlahnya, yaitu
sekitar 1.600 spesies.Asteroidea juga sering disebut bintang laut.Contoh spesies ini adalah
Acanthaster sp., Linckia sp., dan Pentaceros sp.Tubuh Asteroidea memiliki duri tumpul
dan pendek.Duri tersebut ada yang termodifikasi menjadi bentuk seperti catut yang disebut
Pediselaria. Fungsi pediselaria adalah untuk menangkap makanan serta melindungi
permukaan tubuh dari kotoran.Pada bagian tubuh dengan mulut disebut bagian oral,
sedangkan bagian tubuh dengan lubang anus disebut aboral.Pada hewan ini, kaki
ambulakral selain untuk bergerak juga merupakan alat pengisap sehingga dapat melekat
kuat pada suatu dasar. Sistem ambulakral Asteroidea terdiri dari :
a. Medreporit adalah lempengan berpori pada permukaan cakram pusat dibagian dorsal
tubuh.
b. Saluran cincin terdapat di rongga tubuh cakram pusat
c. Saluran radial merupakan cabang saluran cincin ke setiap lengan

11
d. Kaki ambulakral merupakan juluran saluran radial yang keluar.
Hewan-hewan asteroid berdiskus (bercakram) sentral dengan penjuluran-penjuluran
yang berongga dan bercabang-cabang sebagai selon. Asteroid mempunyai kaki tabung dan
terletak pada alur sepanjang sisi oral penjuluran-penjuluran itu. Contoh: Asterias vulgaris
(bintang laut). (Zoologi Dasar)
Pada bintang laut (star fish) jelas dapat dibedakan permukaan atas (sisi aboral) dan
permukaan bawah (sisi oral). Pada sisi aboral terdapat papan berwarna yang disebut
madreporit yang letaknya pada persimpangan empat dari 2 penjuluran. (Zoologi Dasar)
Seluruh tubuhnya tertutup duri kecuali pada lekuk sisi oral yang disebut celah
ambulakral. Alat gerak berupa kaki tabung, biasanya 4 buah, terlatak dalam celah
ambulakral. Dinding selom menonjol sebagai kantong yang disebut branki atau papulae.
Branki muncul di antara papan-papan kapur, dan berfungsi sebagai alat pernafasan dan
ekskresi. Pada permukaan tubuhnya terdapat pediselariae, sebagai alat-alat tambahan dan
berbentuk seperti angkup (forsep) yang berguna untuk menghilangkan benda-benda awsing
pada permukaan tubuhnya. (Zoologi Dasar)
Sistem Digesti
Mulai dari mulut melanjut ke oesofagus yang pendek, terus ke bagian kardiak
lambung. Dari bagian ini terus ke bagian pylorus yang menerima sakuran-saluran dari 5
pasang kelenjar hepatic (yang juga disebut sekum). Dari bagian pylorus dilanjutkan
sebagai usus halus yang mempunyai 2 buah sekum rectal, terus ke anus yang terbuka pada
sisi aboral dekat pusat discus (cakram). Bagian kardiak lambung dapat ditonjolkan melalui
mulut untuk menangkap makanan dan mencernakannya, baru kemudian lambung bagian
kardiak itu ditarik kembali. Dengan demikian, usus dan anus tidak berfungsi. Makanan
terdiri dari moluska dan crustacea. Bintang laut merusak peternakan tiram dan kerang di
laut. (Zoologi Dasar)
Sistem vaskular air
Kaki tabung berbentuk cekung, berhubungan dengan saluran-saluran radier
(canalis radialis) yang ada di atap celah ambulakral. Saluran-saluran radier lalu bergabung
dengan saluran-saluran sirkular (canalis circularis) di dalam cakram. Saluran-saluran
sirkular berhubungan dengan dunia luar melalui saluran batu dan papan madreporit. Pada
dasar pada tiap kaki tabung terdapat sebuah ampila, yaitu bentukan seperti dop lampu
listrik. Bila ampula mengkeret, maka kaki tabung itu akan memanjang. Ampula itu
mempunyai cakram penghisap. (Zoologi Dasar)
Sistem saraf

12
Pada bintang laut terdapat cincin saraf dalam cakram. Pada tiap penjuluran
tubuhnya terdapat saraf radial pada sisi ventral. Saraf ini bercabang-cabang halus banyak
sekali. Tiap saraf radial berakhir sebagai sebuah mata pada tiap penjuluran tubuh. (Zoologi
Dasar)

Reproduksi
Jenis kelamin terpisah, namun pada tiap penjuluran terdapat sepasang gonad.
Masing-masing gonad berlubang pada sisi aboral di dekat pangkal penjuluran. Telur dan
sperma dicurahkan dalam satu musim, dan fertilisasi terjadi di luar tubuh (dalam air).
Embrio tumbuh menjadi larva dan berenang bebas. Larva itu bersimetri bilateral. (Zoologi
Dasar)

4. KELAS OPHIUROIDEA
Bintang ular laut atau Ophiuroide adalah hewan dari filum Echinodermata, yang
memiliki hubungan dekat dengan bintang laut. Mereka sama-sama berjalan di dasar laut
dengan menggunakan lengan fleksibel yang mereka miliki untuk bergerak. Lengannya
bersegmen-segmen dan tiap segmennya berisikan dua buah osikel berbentuk silindris yang
bergabung dan ditutupi oleh empat buah lempengan spinelet.Bintang ular umumnya
memiliki lima lengan atau kelipatannya yang berbentuk seperti cambuk yang panjangnya
bisa mencapai 60 cm (2 kaki) pada spesimen terbesar. Dari tangan yang bersifat fleksibel
itu, Ophiuroide memiliki tangan yang mudah putus sehingga ia memiliki daya regenerasi
yang sangat tinggi yang bilamana lengannya terputus, maka dengan segera tubuhnya akan
memperbaikinya.
Pada setiap lengannya, terdapat selom yang berukuran kecil, pembuluh darah, tali-
tali saraf, dan cabang system pembuluh air. Ophiuroide memliki kaki tabung yang terletak
di ventrolateral tanpa dilengkapi oleh ampula. Kaki tabung ini memiliki fungsi sebagai alat
yang membantu untuk meneruskan makanan ke mulut, sebagai alat respirasi, dan sebagai
alat sensori. Bintang ular laut atau Ophiuroide ini tidak memiliki kaki amburakral dan
pediselaria seperti pada bintang laut. Ada sekitar 1.500 spesies bintang ular yang hidup
sekarang, dan mereka kebanyakan ditemukan pada kedalaman lebih dari 500 meter (1.620
kaki).
Seperti Echinodermata lainnya, Ophiuroidea memiliki rangka yang terbuat dari
kalsium karbonat. Hewan ini memiliki kerangka dalam yang terdiri dari lempeng-lempeng
kapur. Lempeng-lempeng kapur ini bersendi satu dengan yang lainnya dan terdapat di

13
dalam kulit. Hewan ini juga umumnya mempunyai duri-duri kecil. Duri-durinya berbentuk
tumpul dan pendek. Bentuk tubuh bintang ular ini mirip dengan Asteroidea. Kelima lengan
Ophiuroide menempel pada cakram pusat yang disebut calyx. Ophiuroide memiliki lima
rahang. Di belakang rahang terdapat kerongkongan pendek dan perut yang besar, serta
buntu yang menempati setengah cakram.
Ophiuroide tidak memiliki usus maupun anus. Oleh karena itu, pencernaan terjadi
di perut. Pertukaran udara dan ekskresi terjadi pada kantong yang disebut bursae.
Umumnya ada 10 bursae. Kelamin pada Ophiuroide ini pada kebanyakan spesies terpisah.
Ophiuroide memiliki gonad. Gamet-gamet yang dibentuk disebar oleh bursal sacs.
Ophiuroide memiliki sistem saraf yang terdiri atas cincin saraf utama yang bekerja
di sekitar cakram utama. Ophiuroidea tidak memiliki mata, atau sejenisnya. Tetapi, mereka
memiliki kemampuan untuk merasakan cahaya melalui reseptor pada epidermis. Baik
Ophiurida maupun Euryalida memiliki lima lengan yang panjang, langsing, fleksibel, dan
berbentuk seperti cambuk. Mereka dibantu dengan rangka internal yang terbuat dari
kalsium karbonat.Pembuluh dari sistem vaskular air berakhir di kaki tabung. Sistem
vaskular air umumnya memiliki satu madreporit. Kaki tabung tidak memiliki penghisap
dan ampulla. Ophiuroidea memiliki kemampuan untuk meregenerasi kaki yang putus.
Ophiuroidea menggunakan kemampuan ini untuk melarikan diri dari predator, seperti
kadal, yang mampu memutuskan ekor mereka untuk membingungkan pengganggu.
Bintang ular menggunakan lengan mereka untuk bergerak. Mereka, tidak seperti
bintang laut yang memiliki kaki amburakral. Ophiuroidea bergantung pada kaki tabung.
Bintang ular laut bergerak dengan menggerakan lengan mereka yang sangat fleksibel dan
membuat mereka bergerak seperti ular. Pergerakan mereka mirip dengan hewan simetri
bilateral.
Pernapasan dilakukan oleh 5 pasang kantong kecil yang bercelah di sekitar mulut,
alat ini berhubungan dengan saluran alat reproduksi (gonad). Alat reproduksi dan alat
pencernaannya terdapat didalam lempengan utama atau bola cakram.
Alat-alat pencernaan makanan terdapat dalam bola cakram yang berada di
perutnya, dimulai dari mulut yang terletak di pusat tubuh kemudian lambung yang
berbentuk kantong. Hewan ini tidak memiliki anus. Permukaan oral Ophiuroidea ini
berada dibagian atas. Mulutnya terletak di tengah-tengah cakram yang dikelilingi oleh lima
buah keping kapur yang berfungsi sebagai rahang. Makanan dipegang dengan satu atau
lebih lengannya, kemudian dihentakkan dan dengan bantuan tentakel dimasukkan ke

14
mulut. Sesudah dicerna, bahan-bahan yang tidak tercerna dibuang ke luar melalui
mulutnya.
Jenis kelamin hewan ini terpisah. Hewan ini melepaskan sel kelamin ke air dan
hasil pembuahannya akan tumbuh menjadi larva mikroskopis yang lengannya bersillia,
disebut pluteus. Pleteus kemudian mengalami metamorfosis menjadi bentuk seperti bintang
laut dan akhirnya menjadi bintang ular.
Ciri-ciri lain yang menjadi cirri khas Ophiuroidea ini adalah hewan ini jenis
tubuhnya memiliki 5 lengan yang panjang-panjang. Kelima tangan ini juga bisa digerak-
gerakkan sehingga menyerupai ular. Mulut dan madreporitnya terdapat di permukaan oral.
Hewan ini tidak mempunyai amburakal dan anus, sehingga sisa makanan atau kotorannya
dikeluarkan dengan cara dimuntahkan melalui mulutnya. Hewan ini hidup di laut yang
dangkal atau dalam. Biasanya bersembunyi di sekitar batu karang, rumput laut, atau
mengubur diri di lumpur/pasir. Ia sangat aktif di malam hari untuk mencari makan karena
Ophiuroidea tidak memiliki mata, atau sejenisnya. Tetapi, mereka memiliki kemampuan
untuk merasakan cahaya melalui reseptor pada epidermis yang hanya dapat membedakan
terang dan gelap. Makanannya adalah udang, kerang atau serpihan organisme lain
(sampah).
Beberapa opiuran memelihara anak-anaknya dalam bursa, karena anak-anaknya
tidak dapat berenang. Contoh bintang ular, bintang rapuh (Ophiura sp.), bintang keranjang
(Gorgonocephalus sp.) (Zoologi Dasar)

5. KELAS HOLOTHUROIDEA
Karakteristik
Tubuh Holothuroidea lunak, berbentuk bulat panjang, terlindung atas osikel yang
amat halus dan tidak mempunyai lengan. Lekuk ambulakral tertutup tidak terdapat
madreporit eksternal. Kaki tabung termodifikasi menjadi tentakel oral, kaki tabung dengan
atau tanpa penghisap. Skeleton terdiri atas osikel kecil, tanpa spina dan pediselaria.
Holothuroidea memiliki daya regenerasi yang tinggi.
Pada ujung anterior terdapat mulut dekelilingi sepuluh sampai tiga puluh buah
tentakel. Fungsi tentakel ini dapat disamakan dengan kaki tabung bagian oral
echinodermata.
Fitur yang paling penting membedakan teripang Calcareous adalah cincin yang
mengelilingi faring atau tenggorokan. Cincin ini berfungsi sebagai titik lampiran operasi
otot tentakel lisan dan untuk ujung anterior otot yang lain kontrak longitudinal tubuh.

15
Teripang juga berbeda sebagai echinodermata dalam lingkaran memiliki tentakel oral. Ini
mungkin sederhana, digitate (dengan jari-seperti proyeksi), menyirip (bulu-seperti), atau
peltate (dipipihkan dan perisai-suka). Fitur utama ketiga, ditemukan dalam 90% dari
spesies hidup, adalah pengurangan kerangka untuk mikroskopis ossicles (Pada beberapa
spesies, dapat ossicles diperbesar dan seperti piring.
Seperti echinodermata lainnya, maka sistem vaskular air holothurian terdiri dari
sebuah cincin anterior kanal dari kanal yang timbul selama menjalankan posterior
Meskipun kesamaan dengan kanal radial echinodermata lainnya, struktur terakhir ini
muncul embriologis dalam cara yang sangat berbeda. Untuk alasan ini kanal di
holothurians ini telah baru-baru ini berganti nama menjadi kanal longitudinal (mooi dan
David 1997). Dalam holothurians, larva struktur yang akan membentuk radial kanal di
echinodermata lain bukan menjadi lima tentakel utama. Juga, dengan pengecualian
holothurians anggota dalam Elasipodida memiliki madrepore yang membuka ke dalam
coelom (rongga tubuh). Sebaliknya, hampir semua elasipodans dan echinodermata lainnya
memiliki madrepore yang terbuka eksternal.
Beberapa teripang memiliki organ tidak ditemukan dalam invertebrata lain. Dalam
beberapa Aspidochirotida, pohon-pohon pernapasan layar Cuvierian tubulus. Pada
sebagian besar spesies, ini tampaknya struktur defensif. Mereka dapat dikeluarkan melalui
anus, dimana mereka secara dramatis memperluas panjang dan menjadi lengket,
melibatkan atau menghalangi calon predator, seperti kepiting dan gastropods. Banyak
bentuk, dengan pengecualian anggota Elasipodida dan Apodida, memiliki pohon
pernapasan yang digunakan dalam pertukaran gas. Ini adalah dipasangkan, berat tabung
bercabang melekat pada usus di dekat anus. Jenis pernapasan ( "cloacal bernapas") juga
hadir dalam kelompok yang tidak terkait, yang echiuran cacing.
Habitat
Teripang adalah hewan yang bergerak lambat, habitat di lautan hidup pada dasar
substrat pasir, lumpur pasiran maupun dalam lingkungan terumbu. Mereka ditemukan di
hampir semua lingkungan laut, tetapi yang paling beragam di perairan dangkal tropis
terumbu karang. Teripang merupakan komponen penting dalam rantai makanan di terumbu
karang dan ekosistem asosiasinya pada berbagai tingkat struktur pakan (trophic levels).
Teripang berperan penting sebagai pemakan deposit (deposit feeder) dan pemakan suspensi
(suspensi feeder). Di wilayah Indo-Pasifik, pada daerah terumbu yang tidak mengalami
tekanan eksploitasi, kepadatan teripang bisa lebih dari 35 ekor per m2, dimana setiap
individunya bisa memproses 80 gram berat kering sedimen setiap harinya. Beberapa

16
spesies teripang yang mempunyai nilai ekonomis penting diantaranya: teripang putih
(Holothuria scabra), teripang koro (Microthele nobelis), teripang pandan (Theenota
ananas), teripang dongnga (Stichopu ssp) dan beberapa jenis teripang lainnya.

Struktur Tubuh
Dinding tubuh Holothuroidea tertutup oleh epidermis yang umumnya bersilia. Di
sebelah luar epidermis yang tidak bersilia sering dilapisi lapisan kutikula. Di sebelah dalam
epidermis terdapat otot memenjang dan melingkar yang memungkinkan tubuh teripang
dapat memanjang dan memendek seperti cacing tanah.
Kerangka terletak interna dan terdiri atas spikula kapur mirip batang, roda ataupun
jangkar. Mulut di ujung dikelilingi oleh tentakel yang berfungsi menggumpalkan
makanan(diduga kaki tabung yang sudah bermodifikasi).
Tubuh teripang sebagian besar terdiri dari jaringan ikat yg mungkin berubah
bahwa mereka dapat dengan cepat berubah dari lembut ke batu keras. Jaringan ini
dikembangkan dengan baik ditambah lapisan otot (sekitar tubuh dan sepanjang panjang)
membantu mereka untuk bergerak; mengalir ke tempat-tempat sempit untuk
menyembunyikan atau predator dari disuade menggigit dari mereka. Mereka juga memiliki
ossicles (potongan keras kalsium karbonat), tetapi ini mikroskopis dan didistribusikan
secara luas di jaringan ikat bisa berubah. Dalam beberapa teripang, mereka dapat
memberikan ossicles kulit mereka yang kaku dan kasar tekstur. Ossicles timun laut yang
menakjubkan mengambil berbagai bentuk halus dan digunakan untuk mengidentifikasi
spesies timun laut.
Sistem Pencernaan
Alat pencernaan terdiri atas esophagus, lambung, usus yang cukup panjang dan
berakhir pada usus di kloaka. Zat-zat makanan hasil pencernaan diserap oleh usus dan
diedarkan oleh sel-sel amebosit yang terdapat pada cairan tubuhnya
System pembuluh airnya terdiri atas madreporit, saluran cincin yang mengelilingi
esophagus dan saluran radial yang berhubungan dengan bagian ampula sepanjang lapisan
otot.
Sistem Reproduksi
Teripang berkembang biak secara kawin dan berkelamin terpisah. Gonadnya
berbentuk seperti sikat dilengkapi saluran-saluran halus yang dihubungkan dengan saluran
kelamin yang terletak dekat tentakel.

17
Pembuahannya bersifat eksternal. Telur yang telah dibuahi setelah menetas akan
menghasilkan larva yang disebut aurikularia. Alat reproduksi terdiri atas jumbai filamen
yang bermuara ke saluran genital.
Sebagian besar teripang memiliki jenis kelamin terpisah dan biasanya baik laki-laki
atau perempuan. Organ reproduksi mereka di dekat bagian depan tubuh mereka. Dalam
kebanyakan spesies, sperma dan sel telur dilepaskan secara bersamaan untuk fertilisasi
eksternal. Beberapa pemijahan teripang meningkatkan depan mereka berakhir dalam
kobra-seperti postur ketika merilis telur dan sperma. Pengamatan menyarankan pemijahan
adalah disinkronisasikan, kadang-kadang lebih dari satu spesies pemijahan bersama-sama.
Teripang mengalami proses metamorfosis dan larva mereka tampak tidak seperti bentuk
dewasa mereka. Bentuk larva menetas dari telur bilateral simetris dan bebas berenang,
melayang dengan plankton. Mereka akhirnya menetap dan berkembang menjadi teripang
kecil.
Sistem Pernapasan
Sebuah ciri khas beberapa teripang adalah sistem pernapasan internal percabangan
tabung sepanjang tubuh mereka. Pernafasan yang disebut pohon, teripang yang paling
besar memiliki sepasang ini, masing-masing terhubung ke pembukaan pada bagian
belakang. Untuk bernapas, mentimun laut pompa air melalui bagian belakang dan naik
melalui pohon pernapasan. Air itu kemudian memerah keluar melalui bagian belakang lagi.
Dengan ini air terus mengalir, beberapa makhluk kecil menemukan bagian belakang
sebuah seacucumber yang nyaman dan aman untuk menjadi. Ini termasuk kepiting dan
kacang polong Pearlfish. Kecil atau berdinding tipis teripang Namun, hanya bernapas
melalui kulit.

2.3 Filum Coelenterata


Coelenterata (dalam bahasa yunani, coelenteron = rongga) adalah invertebrata yang
memiliki rongga tubuh.Rongga tubuh tersebut berfungsi sebagai alat pencernaan
(gastrovaskuler).Coelenterata disebut juga Cnidaria (dalam bahasa yunani, cnido
=penyengat) karena sesuai dengan cirinya yang memiliki sel penyengat.Sel penyengat
terletak pada tentakel yang terdapat disekitar mulutnya.
Coelenterata memiliki struktur tubuh yang lebih kompleks.Sel-sel Coelenterata sudah
terorganisasi membentuk jaringan dan fungsi dikoordinasi oleh saraf sederhana.Filum
Coelenterta antara lain Hydra, ubur-ubur, anemon laut dan koral. Coelenterata memiliki
struktur tubuh yang lebih kompleks.Sel-sel Coelenterata sudah terorganisasi membentuk

18
jaringan dan fungsi dikoordinasi oleh saraf sederhana.Terdapat sekitar 9.500 spesies,
kebanyakan hidup di laut, dan hanya 14 spesies dari kelas Hydrozoa hidup di air
tawar.Biasanya terdapat diperairan dangkal, dan melekat pada substrat dan terumbu
karang.

Morfologi
Ukuran tubuh Coelenterata beraneka ragam.Ada yang penjangnya beberapa
milimeter, misal Hydra dan ada yang mencapai diameter 2 m, misalnya Cyanea.Tubuh
Coelenterata simetris radial beberapa simetri biradial. Struktur tubuh coelenterate dapat
dibedakan menjadi dua macam, yaitu polip yng hidup menetap berbentuk seperti tabung
atau seperti medusa yang memanjang dan medusa berbentuk seperti lonceng atau payung
yang dikelilingi oleh “lengan-lengan” (tentakel).
Anatomi
Coelenterata memiliki dinding tubuh yang terdiri atas tiga lapisan yaiti ektoderm
atau epidermis yang yang merupakan lapisan paling luar, mesoglea yang terletak diantara
epidermis dan gastrodermis dan endoderm (lapisan dalam atau gastrodermis) merupakan
lapisan paling dalam dan membatasi rongga pencernaan.
1. sel-sel pembentuk lapisan epidermis
Lapisan epidermis terdiri dari lima macam sel yaitu sel epitel otot (epitheliomuscle
cells), sel interstisial (interstitial cells), sel cidocyte, sel kelenjar lendir (mucos secreting
cells), dan sel saraf indera (sensory nerve cells).
Sel epitel otot berukuran besar, merupakan pelindung tubuh pada bagian dasarnya
melebar dan menempel pada mesoglea berisi myofibril yang kontrktir dn berfungsi sebagai
otot longitudinal sejajar sumbu oral-aboral
Sel interstisial berukuran kecil, agak bulat, nucleus besar,trletak diantara sel epitel otot
mampu menghasilkan tipe sel lain seperti sperma, sel telur tu cnidocyte. Cnidocyte
berukuran lebih kecil dari kedua macam sel tersebut di atas, terletak diantara atau
mendesak sel epitel otot. Di dalam Cnidocyte terdapat nematocyst yitu suatu struktur
seperti kapsul bulat semacam benang atau pipa halus atau duri melingkar-lingkar, dan
pangkalnya menempel pada dasar nematocyst. Nematocyst paling banyak terdapat di
tentakel dan ujung oral. Selain nematocyst ada bentuk ptychocyst. Yng bergun untuk
menempel dan menangkap mangs.Ptychocyst hanya terdapat pada anemon lut dariordo
Cerinthria contohnya Cerianthus.

19
Nematocyst pda coelenterata air tawar ada empat macam, yaitu penggulung ( volvent,
desmoneme), penusuk(penetrant,stenotele) dan dua macam tipe perekat
(glutinant,isorhiza). Tipe penggulung berukuran kecil yang berfungsi untuk menggulung
mangsa. Tipe penusuk berukurana gak bulat mengandung 3 buah duri besar dan 3 deret
duri-duri berfungsi menyuntikan racun ke dalam tubuh mangsa . Tipe perekt da 2 macam
yaitu holotrichous isorhiza dan atrichous isorhiza. Kedua tipe tersebut mempunyai pipa
halus yang ujngnya terbuka dan menghasilkan bahan perekat. Holotrichous isorhiza
berukuran lebih besar dan disekitar pipa halus terdapat duri-duri kecil yag berfungsi untuk
mempertahankan diri. atrichous isorhiza lebih kecil dan pada pipa halus tidak dilengkapi
duri, brfungsi untuk melekatkan tubuh pada substrat.
2. sel-sel pembentuk lapisan Mesoglea
Sistem saraf terdapat pada mesoglea.Mesoglea adalah lapisan bukan sel yang terdapat
diantara lapisan epidermis dan gastrodermis.
3. sel-sel pembentuk lapisan Gastrodermis
Gastrodermis terdiri dari beberapa macam sel, antara lain sel otot pencerna yang
berflagela, sel kelenjar enzim dan sel kelenjar lendir. Sel otot pencerna berfungsi untuk
pencernaan dan sebagai otot yang bekerja tegak lurus terhadap sumbu oral aboral,
membentuk lapisan otot melingkar.
Sel kelenjar enzim menghasilkan enzim untuk pencernaan di dalam rongga
gastrovaskuler. Kebanyakan coelenterata mempunyai nematocyst dalam gastrodermisnya,
tetapi Hydra tidak. Pada beberapa spesies Hydra, dalam gastrodermis terdapat zoochlorella
yang hidup bersimbiosis, hingga warna Hydra berwarna hijau cerah.
Fisiologi
1. Pergerakan
Coelenterata hidup bebas secara heterotrof dengan memangsa plankton dan hewan
kecil di air.Mangsa menempel pada knodosit dan ditangkap oleh tentakel untuk
dimasukkan kedalam mulut.Habitat Coelenterata seluruhnya hidup di air, baik di laut
maupun di air tawar.Sebagaian besar hidup dilaut secara soliter atau berkoloni. Ada yang
melekat pada bebatuan atau benda lain di dasar perairan dan tidak dapat berpindah untuk
bentuk polip, sedangkan bentuk medusa dapat bergerak bebas melayang di air.
Kontraksi otot berpengaruh terhadap cairan di dalm rongga gastrovaskuler yang
berlaku sebagai suatu kerangka hidrostatik, sebagaimana mesoglea. Gerakan pada polip
biasanya terbatas, merayap atau meliuk-liuk, sedang medusa dapat berenang bebas. Tubuh

20
polip seperti halnya Hydra dapat memanjang dan memendek atau melengkung ke berbagai
arah.
2. Makanan dan Cara Makan
Kebanyakan Coelenterata bersift karnivor, dan makanan utamanya adalah crustacea
dan ikan kecil. Maknan masuk ke mulut dengan bantuan tentakel kemudian makanan
masuk ke rongga gasrovaskuler. Didalam rongga tersebut sel kelenjar enzim menghasilkan
enzim semacam tripsin untuk mencerna protein. Makanan hancur menjadi partikel kecil-
kecil seperti bubur, dan dengan gerakan flagela diaduk hingga merata. Sel otot pencerna
mempunyai pseudopodia untuk menangkap dan menelan partikel makanan, dan
pencernaan dilanjutkan secara intraseluler. Hasil pencernaan di distribusikan ke seluruh
tubuh secara divusi. Sisa makanan yng tidak dapat dicerna dibuang melalui mulut.
3. Pernapasan dan Ekskresi
Alat pernapasan dan alat ekskresi khusus tidak ada. Pertukaran gas terjadi secara
difusi melalui seluruh permukaan tubuh. Sisa metabolisme biasanya dalam bentuk amonia
juga dibuang secara difusi melalui seluruh permukaan tubuh.
Reproduksi
Reproduksi Coelenterata terjadi secara aseksual dan seksual.Reproduksi aseksual
dilakukan dengan pembentukan tunas.Pembentukan tunas selalu terjadi pada Coelenterata
yang berbentuk polip.Tunas tumbuh di dekat kaki polip dan akan tetap melekat pada tubuh
induknya sehingga membentuk koloni. Reproduksi seksual dilakukan dengan pembentukan
gamet (ovum dengan sperma).Gamet dihasilakan oleh seluruh Coelenterata bentuk medusa
dan beberapa Coelenterata bentuk polip.Contoh Coelenterata berbentuk polip yang
membentuk gamet adalah hydra.
Klasifikasi
Coelenterata dibedakan dalam tiga kelas berdasarkan bentuk yang dominan dalam
siklus hidupnya, yaitu Hydrozoa, Scypozoa, dan Anthozoa :

1. Kelas Hydrozoa
Hydrozoa hidupnya ada yang soliter (terpisah) dan ada yang berkoloni
(berkelompok). Hydrozoa yang soliter mempunyai bentuk polip, sedangkan yang berkoloni
dengan bentuk polip dominan dan beberapa jenis membentuk medusa. Contoh Hydra dan
Obellia.
a. Hydra

21
Bentuk tubuh Hydra seperti polip, hidup di air tawar. Ukuran tubuh Hydra antara
10 mm–30 mm. Makanannya berupa tumbuhan kecil dan Crustacea rendah. Bagian tubuh
sebelah bawah tertutup membentuk kaki, gunanya untuk melekat pada obyek dan untuk
bergerak. Pada ujung yang berlawanan terdapat mulut yang dikelilingi oleh hypostome dan
di sekelilingnya terdapat 6–10 buah tentakel. Tentakel berfungsi sebagai alat untuk
menangkap makanan. Selanjutnya makanan dicernakan didalam rongga gastrovaskuler.
Perkembangan Hydra terjadi secara aseksual dan seksual. Perkembangbiakan
secara aseksual terjadi melalui pembentukan tunas/budding, kira-kira pada bagian samping
tengah dinding tubuh Hydra. Tunas telah memiliki epidermis, mesoglea dan rongga
gastrovaskuler. Tunas tersebut terus membesar dan akhirnya melepaskan diri dari tubuh
induknya untuk menjadi individu baru.
Perkembangbiakan secara seksual terjadi melalui peleburan sel telur (dari
ovarium) dengan sperma (dari testis). Hasil peleburan membentuk zigot yang akan
berkembang sampai stadium gastrula. Kemudian embrio ini akan berkembang
membentuk kista dengan dinding dari zat tanduk. Kista ini dapat berenang bebas dan di
tempat yang sesuai akan melekat pada obyek di dasar perairan. Kemudian bila keadaan
lingkungan membaik, inti kista pecah dan embrio tumbuh menjadi Hydra baru.

Gambar 6. Bagan perkembangbiakan seksual Hydra

Gambar 7. Bagan perkembangbiakan seksual Hydra

b. Obelia
Obelia hidup berkoloni di laut dangkal sebagai polip di batu karang atau
berenang di air sebagai medusa. Polip pada Obelia dibedakan menjadi 2 jenis polip
pada cabang-cabang yang tegak, yaitu :

22
a. Hydrant, yaitu polip yang bertugas mengambil dan mencernakan makanan.
b. Gonangium, yaitu polip yang bertugas melakukan perkembangbiakan aseksual,
menghasilkan Obelia dalam bentuk medusa.

Perkembangbiakan Obelia mengalami pergiliran keturunan (metagenesis) antara


keturunan seksual dengan keturunan aseksual.

Perkembangbiakan secara aseksual dilakukan oleh gonangium. Pada gonangium


terbentuk tunas, kemudian setelah matang tunas memisahkan diri dari induknya dan
berkembang menjadi medusa muda yang dapat berenang bebas. Selanjutnya medusa muda
berkembang menjadi medusa dewasa.

Perkembangbikan seksual terjadi pada medusa dewasa. Hewan Obelia mempunyai


dua alat kelamin (hermaprodit). Medusa dewasa akan menghasilkan sel telur / ovum dan
sperma. Pembuahan ovum oleh sperma terjadi di luar tubuh (eskternal) dan membentuk
zigot. Zigot akan berkembang menjadi larva bersilia disebut planula. Pada tempat yang
sesuai planula akan merekatkan diri menjadi polip muda, lalu polip dewasa., kemudian
tumbuh menjadi hewan Obelia. Selanjutnya, Obelia memulai melakukan pembiakan
aseksual dengan pembentukan tunas/budding, sehingga membentuk koloni Obelia yang
baru.

Gambar 9. Daur hidup Obellia

23
Sistem saraf medusa lebih tinggi daripada polip. Sel saraf pada tepi lonceng
tersususn dalam dua cincin saraf, atas dan bawah. Yang bawah berfungsi sebagai pusat
gerak berdenyut. Tepi lonceng juga dilengkapi sel-sel indera dan dua macam organ indera,
yaitu ocelli dan statocyst. Ocellus sebagai fotoreseptor dan statocyst berfungsi sebagai
organ keseimbangan.

Reproduksi pada semua medusa adalah seksual, dan kebanyakan dioceous, telur
yang telah di buahi menetas menjadi blastula, kemudian gastrula memanjang menjadi larva
planula yang bersilia. Setelah berenang bebas beberapa jam sampai beberapa hari larva
planula menempel pada benda atau substrat dan tumbuh menjadi polip. Polip tersebut
melakukan pertunasan sehingga menghasilkan polip-polip baru yang tetap menempel pada
polip induk, hingga berbentuk suatu koloni hidroid yang paling sedikit dimofrik.

B. Kelas Scypozoa (Skyphos = cawan; zoon = binatang)

Bentuk tubuh Scyphozoa menyerupai mangkuk atau cawan, sehingga sering disebut
ubur-ubur mangkuk. Contoh hewan kelas ini adalah Aurellia aurita, berupa medusa
berukuran garis tengah 7 – 10 mm, dengan pinggiran berlekuk-lekuk 8 buah. Hewan ini
banyak terdapat di sepanjang pantai.

Aurellia memiliki alat kelamin yang terpisah pada individu jantan dan betina.
Pembuahan ovum oleh sperma secara internal di dalam tubuh individu betina

Sistem saluran gastrovaskular pada scyphomedusa terdiri atas mulut , manubrium,


perut pusat yang bercabang membentuk empat kantung perut, masing-masing dibatasi
sekatan yang disebut septum. Pada ujung septa terdapat filamen yang berisi nematocyst
dan sel perekat, serta pada sisi septa terdapat gonad.

Sistem saraf tersusun seperti jala dan sinaptik. Cincin saraf seperti pada
hydromedusa hanya dimiliki oleh ordo Coronatae, sedang pada jenis yang lain gerak
berdenyaut dikendalikan oleh pusat saraf tepi lonceng, berjumlah empat sampai enam
belas. Pusat saraf terletak dalam rhopalium yamg buerbentuk seperti benjolan kecil
diantara lappet dan berisi dua buah lubang indera, sebuah statocys, adakalanya sebuah
ocellus.

24
Reproduksi pada scyphomedusa dioceus. sel telur atau sperma masuk kedalam
rongga gastrovaskular dan krluar melalui mulut. Hasil pembuahan adalah zigot yang akan
berkembang menjadi larva bersilia disebut planula. Planula akan berenang dan menempel
pada tempat yang sesuai. Setelah menempel, silia dilepaskan dan planula tumbuh menjadi
polip muda disebut skifistoma. Skifistoma kemudian membentuk tunas-tunas lateral
sehingga Aurellia tampak seperti tumpukan piring dan disebut strobilasi. Kuncup dewasa
paling atas akan melepaskan diri dan menjadi medusa muda disebut Efira. Selanjutnya
efira berkembang menjadi medusa dewasa.

Daur hidup Aurellia dapat diamati di bawah ini.

Gambar 9.Daur hidup Aurellia aurita

C. Kelas Cubozoa

Medusa cubozoa termasuk ubur-ubur sejati karena berukuran besar, pelagis dan
dominan, sedang polip kecil dan sesille. Cubomedusa mempunyai velum dan tipe
nematocyst seperti pada hydromedusa. Lonceng medusa mempunyai 4 sisi yang datar
sehingga bentuknya seperti kubus, tepi lonceng sederhana tidak berlekuk-lekuk seperti
scyphomedusa, dan dilengkapi 4 helai tentakel. Tinggi lonceng dapat mencapai 17 cm
dengan panjang tentakel sampai 2 cm.

25
Cubomedusa mampu berenang cepat secara horizontal dengan bagian aboral
sebagai anteriornya, sedangkan hydromedusa dan scyphomedusa tidak. Beberapa jenis
cubomedusa berbahaya bagi perenang di laut.

D. Kelas Anthozoa

Anthozoa berasal darikata Anthos = bunga, zoon = binatang. Anthozoa berarti


dalam daur hidupnya hanya mempunyai polip. Bila dibandingkan, polip Anthozoa berbeda
dengan polip pada Hydrozoa. Mari kita lihat perbedaannya dengan mengamati gambar di
bawah ini.

Gambar 10. (a) struktur polip Hydrozoa, (b) struktur polip Anthozo

Kelas Anthozoa meliputi Mawar Laut (Anemon Laut) dan Koral (Karang).

1. Mawar Laut (Anemon Laut)

Mawar laut menempel pada dasar perairan. Pada permukaan mulut Mawar Laut
terdapat banyak tentakel berukuran pendek. Tentakel ini berfungsi untuk mencegah agar
pasir dan kotoran lain tidak melekat sehingga Mawar Laut tetap bersih.

Kebanyakan Mawar laut adalah karnivora dan memakan berbagai jenis avertebrata,
bahkan jenis yang besar dapat menangkap ikan. Beberapa jenis yang berukuran besar
dengan tentakel pendek merupakan pemakan suspensi, plankton yang menempel pada
permukaan tubuh dan tentakel di alirkan oleh gerakan cilia ke ujung tentakel, kemudian di
bawa ke mulut.

Reproduksi dan daur hidup Mawar laut. Reproduksi aseksual pada Mawar laut
dilakukan dengan dua cara. Cara pertama yaitu pedal laceration atau pencabikan telapak
kaki, ialah meningglkan potongan-potongan kecil telapak kakinya pada waktu hawan

26
tersebut merayap. Cara kedua yaitu pembelahan longitudinal dengan fission, caranya
dengan membentuk sekatan searah sumbu oral-aboral, masing-masing potongan
melengkapi bagiannya, bila telah lengkap baru memisahkan diri hingga terbentuk dua polip
baru.

Mawar laut bersifat dioecious atau hermafrodit. Gonad dan gastrodermis. Pada
jenis hermafrodit, telur dan sperma di hasilkan oleh gonad yang sama, tetapi pada waktu
yang berbeda, biasanya disebut protandri. Pembuahan di luar terjadi di air laut dan
pembuahan didalam terjadi di rongga gastrovaskular.

2.Koral (karang)

Jika sudah mati, rangka kapurnya akan menjadi batu karang/terumbu. Ada tiga tipe
batu karang, yaitu karang pantai, karang penghalang dan karang atol.

Seperti halnya Mawar laut, polip koral adalah karnivora atau pemakan detritus.
Kegiatan makan dan mengembangakan tentakel dilakukan pada malam hari. Filamen
melebar sampai ke tengah rongga gastrovaskular, bahkan keluar dari mulut apabila
memakan mangsa yang besar.

Reproduksi dan daur hidup koral. Koloni koral bertambah besar dengan jalan
reproduksi aseksual, yaitu pembentukan polip baru tumbuh dengan jalan pertunasan.
Tergantung pada jenisnya, polip baru tumbuh secara ekstratentakular atau intertentakular.
Pada pertunasan ekstratentakular, polip baru tumbuh dari tengah bagian tubuh ke bawah,
pada intertentakular, polip baru tumbuh dari penyekatan membujur mulai dari oral disk
kearah aboral. Proses pertunasan diikuti pembentukan sklerosepta dan mangkuk karang
dari masing-masing polip baru.

Jenis-jenis koral ada yang dioecious, ada yang hermafrodit, gonad pada
gastrodermis, pembuahan didalam atau diluar. Hasil pembuahan adalah larva planula yang
berenang bebas. Larva planula menempel pada substrat dan tumbuh menjadi sebuah polip
lengkap dengan tentakel dan mangkuk karangny,dan merupakan induk dari sebuah koloni
karang yang baru dengan cara aseksual yaitu menghasilkan polip-polip baru yang tetap
bersambungan dan masing-masing polip menghasilkan mangkuk karang, hingga mangkuk
karang makin lama makin besar.

27
Klasifikasi

1. Kelas Hydrozoa

Bentuk hidroid dominan, biasanya medusa kecil dan mempunyai velum.


Ordo 1. hydroida. Generasi polip berkembang baik, soliter atau koloni. Reproduksinya
biasanya dengan pertunasan manghasilkan medusa-medusa kecil yang mempunyai ocelli
dan statocyst.
Ordo 2. milleporina. Koloni dimorfik dengan polip kecil-kecil yang menghasilkan rangka
kapur.
Ordo 3. stylasterina. Polip menghasilkan rangka kapur, dapat menjadi besar, pada pangkal
gastrozooid terdapat duri.
Ordo 4. trachylina. Generasi polip kurang berkembang atau tidak ada, medusa agak besar.
Ordo 5. syphonophora. Berbentuk koloni hidroid yang berenang bebas, sekitar mulut
Ordo 6. chandrophora. Koloni hidroid berenang bebas dengan alat pengapung mengandung
zat tanduk, di tengah koloni terdapat sebuah gastrozooid besar yang dikelilingi beberapa
ponozooid.
2. Kelas Scyphozoa
Ubur-ubur sejati, medusa kebanyakan berenang bebas, berbentuk lonceng atau
payung.
Ordo 1. stauromedusae. Bentuk seperti gelas piala, sessile dan menempel dengan tangkai
aboral pada rumput laut.
Ordo 2. peromedusa. Antara puncak aboral dan tepi lonceng terdapat lekukan seperti
pinggang dan kebanyakan hidup di laut dalam.
Ordo 3. semaeostomeae. Bentuk medusa seperti mangkuk atau piring, tepi lonceng
berlekuk-lekuk.
Ordo 4. rhizostomeae. Tepi lonceng tanpa tentakel, mulut asli di tengah lonceng tidak ada.

3. Kelas Cubozoa

Lonceng berbentuk persegi dengan 4 sisiyang datar, mempunyai velum, tentakel 4


buah atau 4 kelompok. Pantai dan lepas pantai laut tropis sampai sub tropis, terutama
memakan ikan, labah laut didaerah tropis yang sengatannya dapat menimbulkan borok atau
kematian.
4. Kelas Anthozoa

28
Semua berbentuk polip dan menempel, soliter atau koloni, berbentuk rangka kapur
atau tidak, tentakel bolong, mulut berhubungan dengan stomodeum, biasanya mempunyai
siphonoglyph, rongga gastrovaskular bersekat-sekat oleh septa vertikal yang mangandung
nematocyst gonad pada gastrodermis 6.100 spesies, semua di laut.
a. Subkelas Zoantharia (Hexacorallia)
Polip soliter atau koloni; jumlah tentakel tiap polip 6 helai atau kelipatan dari 6
sampai banyak.
Ordo 1. Actiniaria. Sea anemones. Polip soliter, ukuran kecil sampai besar,biasanya
memiliki pedal disk semacam kaki, tidak mempunyai rangka, hidup menempel tetapi tidak
melekat pada batu, pasir atau pada hewan dan dapat merayap dengan pedal disk semacam
kaki.
Ordo 2. Screlactinia dan Madreporaria. Stony coral atau karang batu. Umumnya berbentuk
koloni yang terdiri atas polip-polip kecil yang menghasilkan rangka luar dari kapur
(calcareous) berbentuk mangkuk kecil.
Ordo 3. Zoanthidae. Bentuk polip seperti anemone kecil, tetapi tidak mempunyai pedal
disk, tidak membentuk rangka luar, umumnya sebagai epizoik pada avertebrata lain.
Ordo 4. Antipatharia. Koral hitam. Bentuk rangka seperti ranting tumbuhan, terdiri dari zat
tanduk dengan polip kecil-kecil, jumlah tentakel 6, terdapat di laut dalam derah tropis.
Contohnya Antipathes.
Ordo 5. Ceriantharia. Tubuh polip seperti anemone yang panjang dan gemulai, tentakel
banyak, tersusun dalam 2 lingkaran, pedal disk tidak ada, soliter, terbungkus selubung dari
lendir dan pasir yang mengeras.
b. Subkelas Octocorallia (Alcyonaria).
Hampir semunya berbentuk koloni, rangka di dalam , polip selalu mempunyai 8
tentakel pinnate bersambung dengan 8 septa.
Ordo 1. Alcyonacea. Karang lunak (soft coral). Pangkal masing-masing polip menyatu
dalam satu jaringan yang lunak seperti karet, hanya ujung oral yang muncul keluar, rangka
dari spikula kapur, mengandung perekat sebagian besar terdapat di laut tropis.
Ordo 2. Stolonifera. Rangka terdiri dari spikula kapur yang terpisah-pisah, adakalanya
menyatu berbentuk seperti pipa (stolon). Polip muncul dari setiap stolon.
Ordo 3. Gorgonacea Horny coral, coral gorgonia. Koloni tumbuh tegak dan bercabang-
cabang seperti tanaman, sumbu rangka dari spikula kapur, zat taduk gorgonin atau
keduanya, polip pendek, 1000 spesies di laut tropis dan sub tropis. Contohnya corallium
(red coral) untuk perhiasan dan Gorgonia (karang kipas).

29
Ordo 4. Pennatulacea. Sea pen ( Pena laut). Koloni lentur, berbentuk panjang atau pipih
pada sisi-sisinya terdapat polip yang dimorfik, rangka dari spikula kapur contohnya
Stylatula dan Pennatula sulcata.

2.4.Keanekaragaman Jenis
Indeks keanekaragaman (diversity index) telah digunakan dalam kajian tentang
suatu sistem yang mengarah kepada aspek jumlah dan jenis (spesies) tertentu, dan sifat-
sifat mereka dalam berbagai fungsi ekologi. Diversitas atau keanekaragaman
membutuhkan aliran energi sehingga indeks-indeks keanekaragaman dapat digunakan
sebagai indikator dari keadaan suatu sistem dan keseimbangan antara aliran energi yang
menghasilkan keanekaragaman dan aksi negatif yang bisa menurunkan keanekaragaman.
Sebagai contoh, studi tentang populasi menunjukka bahwa penurunan indeks
keanekaragaman berkorelasi dengan aksi negatif.(Odum 1993)
Ditemukan pula oleh Odum (1993), bahwa keanekaragaman lebih tinggi pada
komunitas yang mantap dari pada komunitas-komunitas yang dipengaruhi oleh gangguan-
gangguan musiman atau secara periodik oleh manusia dan alam. Manusia dan pemangsa,
menghasilkan pengaruh dan cenderung mengurangi keanekaragaman dan mendorong
terjadinya monokultur.

2.5. Kepadatan (Densitas)


Kepadatan populasi merupakan besaran atau ukuran banyaknya individu di dalam
suatu populasi yang dihubungkan dengan satuan ruang atau tempat (Sehadi dan
Tjondronegoro 1989). Di dalam pengkajian suatu kepadatan seringkli merupakan ciri
populasi yang pertama-tama mendapat perhatian (Odum 1993). Pengaruh populasi
terhadap komunitas dan ekosistem tidak hanya tergantung kepada kepadatan populasinya
(Suhadi dan Tjondronegara, 1989).
Kepadatan populasi juga mempunyai ciri atau sifat yang berbeda-beda. Menurut
Odum (1993), kepadatan populasi mempunyai batas atas dan batas bawah pada suatu areal
titik di alam. Batas atas dan batas bawah dari kepadatan populasi ditentukan oleh arus
energi (produktivitas) dan ekosistem, ke dalam mana organisme tersebut tergolong dan
besar laju organisme tersebut. Apabila kepadatan spesies titik pada tingkat titik telah
mampu melampaui batas maka spesies itu bermigrasi dengan epat ( Nyabakken, 1988).

2.6. Pola distribusi Populasi

30
Populasi merupakan suatu kelompok individu dari spesies yang sama atau spesies
yang tidak sama pada suatu tempat dan waktu (Setiadi dan Tjondronegoro, 1989).
Penyebaran populasi terjdikarena : emigrasi, gerakan ke luar satu arah : imigrasi – gerakan
ke dalam satu arah dan migrasi berangkat ( pergi ) dan datang kembali secara periodik.
(Odum,1993),
Pola distribusi acak, dimana individu-individu menyebar dalam beberapa tempat
dan mengelompok dalam tempat lainnya. Pola distribusi mengelompok, dimana individu-

Acak Seragam Berkelompok acak


Pola distribusi populasi ( Odum, 1993 )

Penyebaran secara acak terjadi dimana lingkungan sangat seragam dan terdapat
persaingan diantara individu sangat keras dimana terdapat antagonis positif yang
mendorong pembagian ruang yang sama, sedangkan berkelompok ( Kelompok Acak )
terdapat tersebar beberapa kelompok, seperti tersebar secara acak, seragam atau
bergerombol sendiri dengan ruang yang luas yang tidak terisi. Dengan kata lain, ada lima
tipe penyebaran : seragam, secara acak, menggerombol secara acak, menggerombok
seragam, dan menggerombol berkumpul (Odum, 1993).
Pola distribusi acak dari individu anggota populasi suatu spesies menunjukkan
bahwa terdapat kesi gaya-gaya eksternal seperti arah angin, rah aliran air, intensitas
eragaman (Homogenety) dalam lingkungan hidup spesies itu atau adanaya perilaku
nonselektif dari spesies yang bersangkutan dalam lingkungan. Pola distribusi non acak atau
merata disebabkan oleh pengaruh negatif dari persaingan makanan di antara individu. Pola
distribusi mengelompok disebabkan oleh sifat spesies gregarious (bergerombol) atau
adanya keragaman (Heterogeneity) habitat sehingga terjadi pengelompokkan di tempat lain
yang terdapat banyak bahan makanan. (Tarumingkeng,1994)
Beberapa faktor penyebab adanya perbedaan pola spahal ( tata ruang ) antara lain

31
 Faktor vektoral yang timbul dari gaya-gaya eksternal seperti arah angin, aliran air,
intensitas cahaya dan salinitas.
 Faktor reprouksi yaitu faktor yang berkitan dengan cara berkembang biak.
 Faktor sosial faktor yang timbul dari berbagai sifat yang dimiliki spesies tertentu.
 Faktor stokastik yaitu faktor yang timbulkarena danya keragaman acak dalam
salah satu faktor di atas.(Ludwing dan Reynolds, 1988 dalam Taruminkeng 1994 )

2.7 Faktor fisik ( Zonasi ) ekosistem pesisir


Fauna Echinodermata dapat tersebar di berbagai ekosistem terumbu karang dan daerah
perairan lepas pantai. Kondisi substrat, habitat dan makrohabitat ikut menentukan sebaran
lokal echinodermata. (Aziz,1996)
Tipe ekosistem terumbu karang terdiri dari beberapa zona, yaitu zona rataan terumbu
yang terdiri dari zona daratan pasir, zona lamun, zona pertumbuhan algae (Thalamita-Flat)
dan zona maats. Zona tubir yan terdiri dari beting karang (Rubble rampart) dan (Acropota
rampart), kemudian diikuti oleh zona lereng terumbu yang ditempati oleh berbagai koloni
karang hidup, karang lunak, gorgonian, spons dan anti patharian.
Pembagian zona pada kawasan intertidal :
a. Lereng terumbu
Lereng terumbu merupakan zona yang ditempati oleh berbagai koloni karang
hidup, karang lunak, gorgonian, spons dan antipatharian yang berada pada zona
kemiringan terumbu karang.
b. Zona Tubir ( Puncak Terumbu )
Merupakan zona yang terdapat formasi karang hidup yang disebut Acropora
rampart. Disini didapatkan koloni karang bercabang yang sangat rapuh dan mudah
rusak jika diinjak.
c. Zona Moats dan Goba
Zona ini selalu tergenang air kedang-kadang mencapai kedalaman lebih dari 5
meter. Moats dan Goba mempunyai substrat bervariasi dari lupur sampai pecahan
karang.
d. Zoan Beting Karang
Merupakan suatu daerah yang dibangun oleh bongkah karang (boulders) dan
pecahan karang (rubbles). Sebagin besar zona ini menglmi kekeringan pda saat
surut.

32
e. Zona Lamun
Menurut Sheppard et. al, (1996) dalam Wimbaningrum (2002) zona lamun adalah
ekosistem pesisir yang ditumbuhi oleh lamun sebagai vegetasi yang dominan.
Lamun adalah kelompok tumbuhan berbiji tertutup dan berkeping tunggal yang
mampu hidup secara permanen di bawah permukaan air laut. Daerah ini pada saat
surut terendah biasanya tersisa genangan air setinggi 20-50 cm.
f. Zona Rataan Pasir ( Sand Flat )
Merupakan daerah yang ada pada tempat tertentu terdapat pecahan karang mati
(Rubbles), dan pada beberapa tempat ditumbuhi enhalus. Sebagian besar dari
daerah rataan pasir ini mengalami kekeringan pada saat air surut besar.
g. Pantai
Pantai merupakan zona yang terdiri dari rataan pasir yang terkena sebagian pasang
2.8 Kerangka Berfikir

PULAU PARI

FLORA DAN
BIOTA LAUT
FAUNA

Filum Filum
Echinodermata Coelenterata

FAKTOR FISIK FAKTOR FISIK

Keanekaragaman , Keanekaragaman,
Populasi, dan populasi dan
distribusi distribusi

33
Gambar 7. Diagram Kerangka Berfikir

Pulau Pari merupakan bagian dari Kepulauan Seribu yang termasuk ke dalam zona
pemukiman. Pulau Pari mempunyai keanekaragaman hayati yang terdiri flora, fauna dan
biota laut. Keanekaragaman, populasi dan distribusi Echinodermata dan Coelenterata di
Pulau Pari dipengaruhi oleh faktor fisik, salah satunya adalah zonasi atau substrat.

BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum lapangan ini dilaksanakan pada tanggal 20 Nopember 2009 sampai
dengan tanggal 22 Nopember 2009. Tempat praktikum lapangan dilakukan di Pulau Pari
tepatnya:
Kelurahan : Pulau Pari
Kecamatan : Kepulauan Seribu Selatan
Kabupaten : Kepulauan Seribu
Propinsi : DKI Jakarta
Luas Wilayah : 94,57 Ha

34
Sumber : Sekdin Pertanahan & Pemetaan Kab. Adm. Kep. Seribu
Analisa laboratorium dan identifikasi lebih lanjut dilakukan di Laboratorium
Terpadu Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Deskripsi Tempat
Kepulaun Seribu terdiri dari pulau-pulau karang sebanyak 105 buah dengan total
luas wilayah daratan sebesar 8,7 kilo meter persegi. Posisinya secara geografis adalah pada
5 24' - 5 45' LS dan 106 25' - 106 40' BT dengan luas 1.180,8 hetare (11,8 km). Temperatur
sepanjang tahun umumnya berkisar antara 21 C-32 C dengan kelembaban udara rata-rata
80 %.
Kepulaun Seribu merupakan sebuah Kabupaten . Hanya ada dua Kecamatan yang
terdapat di kabupaten ini yakni Kecamatan Kepulauan Seribu Utara dengan kelurahan
masing-masing yaitu Kelurahan Pulau Panggang, Kelurahan Pulau Kelapa dan Kelurahan
Pulau Harapan.Sementara di Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan terdapat kelurahan.
Kelurahan Pulau Untung Jawa, Kelurahan Pulau Tidung
dan Kelurahan Pulau Pari.
Kepulauan seribu memiliki keanekaragaman hewan yang cukup tinggi diantaranya
yaitu memiliki dua jenis penyu yang dilindungi Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun
1999 dan termasuk dalam Apendiks 1 Cites (Convention on International Trade in
Endangered Wild Flora Fauna Species), dan Red Data Book IUCN (International Union
for Conservatioan of Nature and Natural Resources), yakni Penyu Sisik (Eretmochelys
imbricata) dan Penye Hjau (Chelonia mydas), Biawak (Varanus salvator), Elang Bondol
(Haliastur indus), Roko-roko (Plegadis falcneleus), Raja udang biru kecil (Halcan chlaris),
Ular Taliwangsa atau ular cincin emas (boiga dendrophila). Ular Piton (Python spp).
Sedangkan di bawah air, terdapat keragaman species laut tropis Indo-Pasifik yang tinggi,
terutama jenis koral, moluska, echinodermata dan ikan. Jenis koral-koral yang seringkali
ditemukan adalah karang daging (Porites lobata) yang kebanyakan berwarna ungu, coklat
dan kekuningan.

3.2 Alat dan Bahan


Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain tali rafia untuk membuat
transek dan kuadrat pengamatan, meteran, penggaris untuk alat pembanding, wadah plastik
untuk sampel, kamera, patok kayu, hygrometer untuk mengukur kelembaban udara,

35
anemometer untuk mengukur kecepatan angin, termometer untuk mengukur suhu dan
luxmeter untuk mengukur intensitas cahaya.
Bahan yang diperlukan antara lain alkohol 70 %, dan formalin 4 % untuk
mengawetkan sampel yang akan diidentifikasi lebih lanjut.

3.3 Metode Pelaksanaan Praktikum Lapangan


1.1 Teknik Sampling
Metode yang digunakna dalam penelitian ini adalah metode survei. Teknik
sampling yang digunakan secara sistematik random sampling dengan menggunakan belt
transect yaitu dengan membuat bentangan jalur dengan menggunakan tali rafia sebanyak 8
belt transeck sepanjang 100 meter dengan jarak antara belt yang satu dengan yang lainnya
adalah 5 meter pada kawasan pantai Pulau Pari dengan kuadrat berukuran 1 x 1 m2,
namun yang diambil sampel hanya berasal dari 10 titik.
1.2 Cara Kerja
1. Tahap Persiapan
Dilakukan observasi untuk menentukan pantai-pantai yang perirannya surut, yaitu
pada sore hari untuk mempermudah pengambilan sampel. Karena pada sore hari air laut
mulai surut, setelah itu dilakukan persiapan alat dan bahan yaitu : tali rafia, meteran,
penggaris, wadah plastik (ember), kamera, luxmeter, higrometer, termometer, patok kayu,
anemometer, alkohol 70% formalin 40%.
Tempat pengambilan sampel ditentukan berdasarkan kondisi perairan pantai
(topografi) yang surut. Daerah yng ditetapkan sebagai lokasi pengambilan sampel adalah
bibir pantai bagian selatan Pulau Pari. Pembuatan garis transek dengan jarak 100 meter
secara vertikal dari bibir pantai sebanyak 8 garis ke arah laut dengan jarak antara garis
trnsek yang satu dengan yang lain adalah 5 meter pada setiap transek dibuat 10 kuadrat
dengan jarak antara kuadrat 1 dengan yang lainnya adalah seragam, dengan demikian akan
ditemukan berbagai populasi pada berbagai kuadrat.

2. Pengambilan sampel
Pengambilan sampel dilakukan pada sore hari dengan pengulangan 2 kali. Pengambilan
sampel dilakukan di setiap kuadarat pengamatan yang berukuran 1 x 1 m2. Spesimen
Echinoermata dan Coelenterata yang berada di dalam kuadrat diambil, kemudian
dimasukkan ke dalam kantong plastik atau ember dan diberi label, label tersebut diberi
nomor transect, waktu dan tanggal pengambilan. Di darat sampel tersebut di identifikasi

36
dan selanjutnya dilepaskan kembali ke laut.. Spesimen yang terdapat dalam kuadrat yang
tidak diketahui jenisnya diambil kemudian di foto kemudian dimasukkan ke dalam stoples
yang berisi larutan alkohol 70 % selanjutnya di bawa ke laboltorium untuk diidentifikasi

3. Pengukuran Parameter Lingkungan


Pengambiln data tentang faktor fisik kimia lingkungan dibatasi hanya pada pengukuran
suhu, intensitas cahaya, dan kecepatan angin. Untuk pengukuran parameter lingkungan,
dilakukan pengamatan 2 jam sekali untuk suhu, sedangkan untuk kelembaban udara dan
kecepatan angin hanya dilakukan satu kali yaitu hanya bertujuan untuk memperkenlkan
alat-alat ukurnya serta bagaimana cara menggunakannya. Pengukuran kedalaman
dilakukan dengan menggunakan penggaris stainles.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Zonasi Pulau Pari
Dari pengamatan yang telah dilakukan didapatkan bahwa berdasarkan tipe dasarnya
daerah rataan terumbu bagian selatan Pulau Pari dapat dibagi menjadi beberapa zonasi,
yaitu:
1. Zone Pasir
Lebar zone ini antara 280 – 300 meter dari garis pantai dengan kedalaman antara 0
–50 cm. Zone ini mempunya tipe dasar pasir karang dan menalami kekeringan pada waktu
surut. Dibeberapa tempat dari zone tersebut ditumbuhi oleh Enhalus. (Aziz ,1980).
2. Zone Pertumbuhan Algae
Lebar zone ini antara 100-120 meter dari zone pertama dengan kedalaman antara
50-70 cm pada waktu surut. Tipe dasar dari zone ini adalah campuran pasir dengan
pecahan karang. (Aziz ,1980).
3. Zone moat
Zone ini memiliki lebar antara 50-100 meter dari zone kedua dengan kedalaman
antara 70-100 cm pada waktu surut. Di daerah ini dapat dijumpai koloni karang hidup yang
tumbuh tidak merata. (Aziz ,1980).

37
Setiap zone memiliki susunan epifauba tersendiri. Jika dilihat dari kepadatan jenis
pada tiap-tiap pengamatan maka daerah zone pasir Pulau Pari didominasi oleh Archaster
typicus. (Aziz ,1980).
4.1.2 Parameter Lingkungan
Parameter Lingkungan
No Penelitian Waktu Suhu Intensitas Kecepatan angin
Cahaya
1 Awal 17.10 32 klx 9,0 m/menit 1,27
2 Akhir 18.00 31 klx 7,7 m/menit 8,3

4.1.3 Jenis-jenis Echinodermata di Pulau Pari

Dari hasil pengamatan yang dilakukan pada echinodermata didapatkan empat


kelompok kelas (Asteroidea, holothuroide, echinoidea, dan ophiuroidea) sedangkan kelas
crinoidea tidak ditemukan.
Selama pengamatan ditemukan 6 jenis spesies yang termasuk ke dalam filum
echinodermata yaitu, kelas Asteroidea diwakili oleh 3 jenis, kelas holothuroidea diwakili
oleh 2 jenis, echinoidea diwakili oleh 1 jenis dan ophiuroidea diwakili oleh 1 jenis.

Tabel. Jenis Echinodermata di Pulau Pari


Belt Transect
No Kelas/Jenis
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
I Asteroidea
1 Archaster typicus ++ +++ ++ ++ + + + - - -
2 Linckia laevigata*
3 Culcita sp.*
II Holothuroidea
1 Holothuria sp. - - - - - - + - - -
III Echinoidea
1 Diadema setosum + +
IV Ophiuroidea
1 Ophiurea sp.*
Keterangan :
+ = Dijumpai
- = Tidak dijumpai
* = Hasil Koleksi bebas
Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa dari mulai wilayah pasir hingga
sebagian padang lamun duhuni oleh Archaster typicus sedangkan yang lainnya hanya di
temukan beberapa saja.

38
4.1.4 Jenis-jenis Echinodermata yang ditemukan di Pulau pari
1. Bintang laut ( Asteroidea)
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, jumlah jenis Asteroidea di Pulau Pari yang
ditemukan adalah spesies C. novaeguineae, A. typicus dan L. Leauigata.
a. Archaster typicus

Gambar: Archaster typicus pada habitat aslinya


Sumber gambar Dokumentasi Pribadi.
Archaster typicus ditemukan melimpah pada Belt Transect 2 dengan kuadrat
tertentu. Sepesies ini memiliki pola distribusi secara acak berkelompok. Acak berkelompok
yaitu tersebar secara acak namun tetap membentuk kelompok atau bergerombol sendiri
dengan ruang yang luas dan tidak terisi.

Deskripsi
Bentuk tubuhnya seperi bintang ( simetris radial ), terdiri dari bagian oral ( yang
memiliki mulut ) dan aboral ( tidak memiliki mulut ). Memiliki lima lengan dengan bagian
dorsal berwarna kecoklat-coklatan yang berselang-seling dengan warna gelap seperti pita
disetiap lengannya. Pada bagian samping lengannya terdapat duri. Pada bagian ventral
terdapat kaki amburakral ( kaki tabung ) yang berfungsi sebagai tempat keluar masuknya

39
air. Memiliki gaya regenerasi yang tinggi. Setiap bagian lengannya dapat beregenerasi dan
bagian cakram pusat yang rusak dapat diganti. Sistem amburakralnya terdiri dari
madreporit, saluran cincin, saluran radial. Sistem reproduksinya bersifat dioseus. Memilki
sistem pencernaan yang sempurna mulai dari mulut diteruskan melalui faring ke
kerongkongan, ke lambung, lalu ke usus dan terakhir ke anus. Habitat dari Archaster
typicus adalah zona pasir dengan kedalaman 0-50 cm. ( Zoologi Dasar, 2007 )

Gambar 37. Sistem ambulakral pada Echinodermata


Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Echinodermata
Kelas : Asteroidea
Ordo :
Genus : Achaster
Spesies : Aschaster typicus
Sumber : Biologi laut, 2007
b. Linckia laevigata

c.

Gambar: Linckia laevigata


Sumber Dokumentasi Pribadi

Jenis L.leavigata yang ditemukan di Pulau Pari mempunyai ciri berwarna biru,
berlengan lima. Menurut Nonteji 2005, L.leavigata berlengan lima, berwarn sangat kontras

40
atau (berwarna biru), tiap lengannya memanjang hingga 15 cm tau lebih, hidupnya di
daerah terumbu karang. L.leavigata mudah dikenali karena warnanya, ditemukan pada
dataran karang dan daerah air laut yang dangkal (Ming, 1998). L.leavigata disebut dengan
berlian biru (Hyman 1955). Menurut Yusron (2006a), L.leavigata ditemukan pada daerah
karang. Pada daerah pertumbuhan algae, dan tubir, jenis L.leavigata dapat ditemukan
(Aziz.1981).
Distribusi L.leavigata berada di Indo Pasifik barat.(Purwati dan Lane 2004)
Jenis L.leavigata ditemukan soliter. Hal ini didukung oleh Aziz(1996b), yang
menyatakan bahwa L.leavigata cendering soliter dan menyendiri.
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Echinodermata
Kelas : Asteroidea
Ordo : Phanerozonia
Family : Linckiidae
Genus : Linckia
Spesies : Linckia Leavigata
Sumber : Hyman, L.H 1955. the invertebrates (Echinodermata)

d. Culcita novaeguineae

41
Gambar dua jenis Culcita
Sumber Gambar Dokumentasi Pribadi
Culcita novaeguineae yang ditemukan memiliki bentuk tidak seperti binyang laut
biasanya. Apabila dilihat dari abolar terlihat lengan yang menjulur berbentuk pentagonal
seperti bintang. Apabila dilihat dari arah oral, membentuk setengah membulat atau
menyerupai bola, tidak mempunyai duri, dan memiliki dua warna terang dan gelap pada
setiap individu.(Lane dan Vanderspiegel 2003). Pada bagian bawahnya terdapat lima
amburakral yang terpencar lebih menegaskan bagwa C.novaeguineae adalah bintang laut.
Lengan dewasa lebih panjang dari interadiinya yang menghabiskan bentuk yang
membulat. Hal ini menyebabkan C.novaeguineae biasa di sebut cushion star atau bantal
laut. Bagian dari dinding tubuh C.novaeguineae berkalsium tebal, ukurannya sebesar bola.
Hal ini merupakan salah satu pertahanan hidupnya agar tidak mudah dimangsa oleh
predator.(Lane dan Vandenspiegel 2003).
Distribusi dari C.novaeguineae termasuk tipel lokal Pasifik barat (Purwati dan Lane
2004). Culcita novaeguineae yang ditemukan di pulau pari berada pada substrat pasir dan
soliter. C.novaeguineae terkadang ditemukan sedang makan di koral, makanannya secara
individual dengan memakan karang. Pada daerah pertumbuhan algae dan tubir jenis spesies
ini dapat ditemukan (Aziz 1981 : 1996b)

Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Echinodermata
Kelas : Asteroidea
Ordo : Phanerozonia
Famili : Goniasteridae
Genus : Culcita
Spesies : Culcita novaeguineae
Sumber : Hyman, L.H 1955. the invertebrates (Echinodermata)

2. Teripang ( Holothuroidea)
a. Holothuria sp.

42
Gambar : Teripang ( Holothuria sp.)
Sumber Gambar Dokumentasi Pribadi
Deskripsi
Tubuh Holothuroidea lunak, berbentuk bulat panjang, terlindung atas osikel yang
amat halus dan tidak mempunyai lengan. Memiliki kanal longitudinal sebagai saluran air.
Memiliki pohon pernapasan yang digunakan dalam pertukaran gas. Di sebelah dalam
epidermis terdapat otot memenjang dan melingkar yang memungkinkan tubuh teripang
dapat memanjang dan memendek seperti cacing tanah. Tubuh teripang sebagian besar
terdiri dari jaringan ikat yg mungkin berubah bahwa mereka dapat dengan cepat berubah
dari lembut ke batu keras. Memiliki ossicles (potongan keras kalsium karbonat) yang
bersifat mikoskopis. Alat pencernaan terdiri atas esophagus, lambung, usus yang cukup
panjang dan berakhir pada usus di kloaka (sistem pencernaan sempurna). Organ reproduksi
mereka di dekat bagian depan tubuh mereka dan bersifat dioceus. Hidup pada dasar
substrat pasir, lumpur pasiran maupun dalam lingkungan terumbu.
Teripang akan mengeluarkan seluruh isi di dalam tubuhnya apabila dia di sentuh
secara kasar.
Klasifikasi
Kingdom : Animalia 
Filum : Echinodermata (Klein, 1734 )         
Kelas : Holothuroidea (de Blainville, 1834)
Ordo : Aspidochirotida (Grube, 1840)                         
Family : Holothuriidae (Ludwig, 1894 )                           
Genus : Holothuria
Spesies : Holothuria sp.
Sumber : Biologi laut 2007

3. Bulu Babi ( Echinoidea)


a. Diadema setosum

43
Gambar: Bulu Babi (Diadema setosum)
Sumber gambar Dokumentasi Pribadi

Deskripsi
Bentuk tubuhnya bulat tanpa lengan,berwarna hitam. Memiliki duri-duri yang
panjang dan mudah patah apabila terinjak. Duri-duri ini menutupi seluruh tubuhnya.
Tubuh terbungkus oleh suatu struktur yang berupa cangkang (test). Bulu babi memiliki
bentuk simetri meruji ketika dewasa. Dapat bergerak ke segala arah, mulutnya terletak di
bawah dan di tengah-tengah. Bagian mulut atau gigi merapat menjadi satu yang dilekatkan
oleh deretan bagian yang terdiri dari bahan kapur untuk membentuk struktur yang
dinamakan lentera aristotle (himpuan gigi yang terdapat pada banyak jenis bulu babi).
Sistem reproduksi bersifat dioseus. Pada hewan ini terdapat sebuah penbuluh sirkular dan 5
buah pembuluh radier. (Zoologi Dasar).
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Echinodermata (Smith, 1984)                
Kelas : Echinoidea (Leske, 1778)
Ordo : Diadematoida (Duncan, 1889)  
Family : Diadematidae (Gray, 1855 ) 
Genus : Diadema
Spesies : Diadema setosum
Sumber : P3O-LIPI

4. Bintang Ular Laut ( Ophiuroidea)


a. Ophiurea sp.

44
Gambar Ophiurea sp.
Sumber Gambar Dokumentasi Pribadi

Deskripsi
Bentuk tubuh seperti uang logam (coin), budar dan pipih dan lengan-lengan
menjulur sekeliling tubuh dan mulut di bawah. Lengan ramping dan mudah bergerak cepat
dan berenang dalam air. Karena lengannya yang tinggi dan kemampuannya untuk
bergerak, kaki tabungnya umumnya tidak digunakan untuk berjalan dan dikurangi
fungsinya menjadi alat perasa dan pernapasan akibatnya ampula-ampulanya
menghilang.Celah amburakral tidak ada, ditutupi oleh lempeng-lempeng kerangka dan
diubah menjadi saluran-saluran epineuron (epineural canal). Setiap lengan ditutupi oleh 4
baris lempeng, 1 aboral, 1 oral, dan 2 lateral. Duri-duri hanya tedapat pada lateral. Cara
makan dengan mengangkat lengan ke atas ke dalam air untuk menagkapa plankton atau
dengan mencari makanan di dasar laut. Karena tidak memiliki anus maka makanan yang
tidak dicerna dimuntahkan kembali keluar mulut. Mulut mempunyai 5 lempeng tetapi tidak
memiliki mekanisme lentera aristotle. Sistem reproduksi bersifat dioceus. Bintang ular laut
ini hidup di tempat terlindung atau air tenang, di perairan pantai pada kubangan pasut dan
di balik batu atau memendam pada dasar lunak.

Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Echinodermata                
Kelas : Ophiuroidea
Ordo :  Ophiurida
Family : Ophiothricidae
Genus : Ophiothrix
Spesies : Ophiurea sp.
Sumber : Biologi laut 2007

45
4.1.5 Jenis-jenis Coelenterata yang ditemukan di Pulau pari
Coelenterata yang banyak ditemukan di pulau Pari adalah kelas Anthozoa dari jenis
coral. Jenis koral-koral yang seringkali ditemukan adalah karang daging (Porites lobata)
yang kebanyakan berwarna ungu, coklat dan kekuningan.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1) Keanekaragaman echinodermata masih dapat ditemukan di Pulau Pari. Dalam


praktikum lapangan ini ditemukan spesies dari kelas Asteroidea, Holoturoide,
Ophiuroidea dan Echinoidea.
2) Keanekaragaman Coelenterata yang dapat ditemukan dalam praktikum ini hanya
dari kelas
3) Setiap spesies memiliki habitat tertentu yang sesuai untuk dapat menetap dan
melangsungkan hidupnya. Biasanya berdasarkan pada tempat keberadaan sumber
makanannya.
4) Filum Echinodermata dan Coelenterata, hampir semua anggota Echinodermata
dan Coelenterata hidup di laut, kebanyakan bersifat simetri radial. Tubuhnya
terencanakan dengan 5 buah antimer yang tersusun radial, dengan mulut di tengah-
tengahnya.

5.2 Saran
Laut merupakan wilayanh yang sangat luas, tentunya wilayah ini memiliki
keanekaragaman hayati yang sangat besar juga. Untuk dapat menjaga dan melestarikan
semua yang ada di dalam lautan maka patutlah bagi kita untuk terlebih dahulu mempelajari
segala hal yang berkaitan dengan laut, dan salah satunya adalah mepelajari biota laut baik
dari segi morfologi tubuhnya hingga habitatnya agar keindahan dan kelestarian laut dapat
terjaga dengan baik
Zona pesisir merupakan zona yang memiliki keanekaragaman hayati yang sangat
tinggi apabila dibandingkan dengan zona lain yang ada di wilayah bahari. Zona ini

46
merupakan salah satu habitat bagi kehidupan Echinodermata dan Coelenterata, sehingga
diperlukan perhatian khusus dalam menjaga kondisi lingkungan agar tidak rusak dan
tercemar dari kegiatan nelayan dengan kelompok masyarakat yang memanfaatkan zona
pesisir ini.
Pemanfaatan zona pesisir perlu diperhatikan karena di zona pesisir merupakan
habitat bagi hewan avertebrata laut, diantaranya adalah Echinodermata dan Coelenterata .
Dalam pembagian ruang antara nelayan dan masyarakat yang memanfaatkan zona pesisir
untuk penangkaran ikan dan sebagainya. Sedangkan pemerintah memanfaatkan untuk
Rehabilitas Mangrove secara besar-besaran terhadap habitat Echinodermata dan
Coelenterata pada khususnya perlu diperhatikan karena pada substrat tertentu terdapat
habitat bagi jenis Echinodermata dan Coelenterata.

47
DAFTAR PUSTAKA

Kiswara, Wawan. 1992. Fegetasi Lamun (Seagrass) di Rataan Terumbu Pulau


Pari, Pulau-pulau Seribu Jakarta: ISSN 0125-9830.Oseanologi di Indonesia. No 25:31-49
Journal of Indonesian Marine Sciences. ISSN 0853-7291. No. 26 Thn VII - Juni
2002
Aznam Aziz.. Kondisi Lingkungan pesisir dan laut di Indonesia. Lembaga
Oseanologi Nasional LIPI. Jakarta. LHL-38
Prapto Darsono, Aznam Aziz, dan asikin djamali. 1978. Pengamatan terhadap
populasi bintang laut Archaster Tipycus ( Muller dan Troschel) di Daerah rataan gugus
Pulau Pari, Pulau-Pulau Seribu, Jakarta. Oseanologi di Indonesia 1978. No. 10:33-41
Aznam aziz, Prapto Darsono dan Widiarsih Kastoro. Penelaahan epifuna di
daerah rataan terumbu bagian selatan pulu pari, pulau-pulau seribu. Lembaga Oseanologi
Nasional LIPI Jakarta 1980.
Aziz. A. 1981. Fauna Echinodermata dari Terumbu Karang Pulau Pari, Pulau-
pulau Seribu. Oseanologi di Indonesia. No. 14:41-50.
Darsono P.1988. Perilaku Perchinodermata : Asteroidea Osena Vol XXIII. No.3
dan 4 : 11-17.
Wibisono, M,S.2005.Pengantar Ilmu Kelautan.Jakarta;Grasindo
Romimohtarto, Kasijan.2001.Biologi Laut.Jakarta;Djambatan
Kasijan Romimohtarto, Sri Juwana, Biologi Laut : ilmu pengetahuan tentang biota
laut. Ed. Rev., cet. Ke 3. Jakarta, Djambatan, 2007
Prof. Dr. Mukayat Djarubito Brotowidjoyo, M.Sc., ZOOLOGI DASAR. Erlangga,
Jakarta, 1989
Myers, P., R. Espinosa, C. S. Parr, T. Jones, G. S. Hammond, and T. A. Dewey.
2006. The Animal Diversity Web (online). Accessed November 29, 2009 at

48
http://animaldiversity.org. Sponsored in part by the Interagency Education Research
Initiative, the Homeland Foundation and the. Museum of Zoology
Hyman, L.H. 1955. The invertebrates : Echinodermata-Volume IV. MC.Graw-Hill
book company. New York, Toronto, London.
Krebs, C.J. 1989. Ecologikal Methodology Harper Colines publisher. New York
Darsono,P. 1998. Prilaku perkawinan bintang laut Arcashter
typicus(Echinodermata : Asteroidea) oseana Vol.XXIII no.3 dan 4 : 11-17
Suwignyo,S, dkk. 2005. Avertebrata Air. Penebar swadaya. Jakarta
Setiadi D dan P.D.Tjonronegoro. 1989. Dasar-dasar ekologi.DAU-IPB.Bogor
Nyabkken, J. W. 1988. Biologi laut suatu pendekatan ekologis. Gramedia. Jakarta.
Michael P.1995. Metode ekologi untuk penyelidikan lapangan dan labolatorium.
Jakarta : UI-Press

49
LAMPIRAN

Alga Alga

Melakukan fitpoltrep

50
51

You might also like