You are on page 1of 55

Materi pltu

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP


PLTU

MATAKULIAH : SISTIM PEMBANGKIT TENAGA

PROGRAM STUDI TEKNIK ENERGI


POLITEKNIK NEGERI JAKARTA

Pengenalan PLTU Batubara Hal.1 / 55


Materi pltu

I. Pengenalan PLTU Batubara

1.1. Sistem Pembakaran Batubara

Mengingat cadangan batubara di Indonesia cukup besar, maka kian hari kian banyak PLTU
berbahan bakar batubara dibangun di Indonesia. Bila ditinjau dari keragaman sistemnya,
PLTU batubara memiliki tingkat kompleksitas yang lebih tinggi dibanding PLTU minyak.
Berkenaan dengan itu, session ini akan diulas mengenai sistem pembakaran batubara.
Lingkup pembakaran dalam session ini hanya dibatasi mulai dari bungker batubara sampai
ke burner seperti terlihat pada gambar 1.

Gambar 1: Sistem Pembakaran PLTU

Komponen-komponen dalam sistem pembakaran batubara adalah :

1.1.1. Bungker Batubara (Coal Bunker).

Merupakan sarana penampung (storage) sementara batubara untuk memasok kebutuhan


ketel. Kapasitas bungker umumnya dirancang agar dapat memasok kebutuhan ketel selama
beberapa jam, tanpa ada tambahan pemasokan batubara kebungker. Setiap Unit PLTU
umumnya memiliki beberapa buah bungker dimana setiap bungker melayani sebuah
penggiling batubara (Pulverizer / Mill).

Setiap bungker dilengkapi level indikator untuk mengetahui level batubara didalam bungker.

Pengenalan PLTU Batubara Hal.2 / 55


Materi pltu

Dimulut bagian bawah bungker dipasang “Discharge Isolation Gate/Bin Gate”, yang
berfungsi untuk memblokir aliran batubara dari bungker. Pada beberapa jenis bungker, juga
dilengkapi dengan penghembus udara atau vibrator yang berfungsi untuk mencegah
menempelnya batubara pada dinding-dinding bungker, yang lebih umum dikenal dengan
istilah “Channeling”. Channeling merupakan salah satu masalah yang sering terjadi pada
bungker. Masalah lain yang juga kerap terjadi adalah kebakaran dan penyumbatan
(blockage). Untuk menanggulangi kebakaran bungker dilengkapi dengan sistem pemadam
beruapa deluge atau CO2. Penyumbatan sering terjadi terutama ketika batubara dalam
keadaan basah. Pengoperasian vibrator yang lebih intensif cukup dapat diandalkan untuk
mengatasi masalah ini.

1.1.2.Coal Feeder.

Coal feeder memiliki dua fungsi penting yaitu untuk memberikan pasokan batubara secara
kontinyu manakala penggiling batubara (mill/pulverizer) dalam keadaan operasi serta
mengatur aliran batubara. Pada PLTU batubara, laju aliran bahan bakar untuk ketel dikontrol
oleh coal feeder. Ada beberapa jenis coal feeder namun yang bayak dipakai adalah jenis belt
feeder seperti terlihat pada gambar 2.

Gambar 2: Belt Feeder

Belt feeder dapat beroperasi dalam mode gravimetric atau volumetric yang berarti dapat
mengontrol aliran batubara dalam satuan berat atau satuan volume.

1.1.3.Penggiling Batubara (Pulverizer/Mill).

Penggiling berfungsi untuk menggiling bongkahan batubara menjadi serbuk halus (PF), agar
lebih mudah bercampur dengan udara pembakaran didalam ketel sehingga proses
pembakaran sempurna akan berlangsung lebih cepat.

Pengenalan PLTU Batubara Hal.3 / 55


Materi pltu

Seperti halnya coal feeder, Pulverizer juga memiliki banyak tipe. Sekalipun demikian, dalam
session ini hanya akan dibahas tipe yang paling banyak dipakai yaitu tipe MPS seperti yang
terlihat pada gambar 3.

Gambar 3: Pulverizer

1.2. Sistem Udara Pembakaran.

Fungsi dari sistem udara Pembakaran adalah menyediakan udara yang cukup untuk
kebutuhan proses pembakaran bahan bakar didalam ruang bakar ketel. Karena proses
pembakaran berlangsung terus selama ketel beroperasi, maka pasokan udara
pembakaranpun harus dilakukan secara terus menerus. Sementara itu, secara simultan,
produk gas hasil pembakaran juga harus dikeluarkan secara terus menerus dari cerobong.
Guna mendapatkan pasokan udara yang kontinyu, maka dibutuhkan adanya aliran. Untuk
menghasilkan aliran, dibutuhkan adanya perbedaan tekanan.

Pengenalan PLTU Batubara Hal.4 / 55


Materi pltu

Dalam sistem udara pembakaran, dikenal istilah draft (draught) yang menyatakan tekanan
statis dalam ruang bakar ketel. Ada 4 macam draft yang dikenal yaitu : Natural draft Forced
Draft , Induced Draft dan Balanced Draft, sebagaimana terlihat pada gambar 4.

Gambar 4: Sistem Udara Pembakaran

Dari keempat macam draft tersebut, yang banyak diaplikasikan untuk PLTU adalah (Forced
draft serta balanced draft).

1.2.1. Sistem Udara Pembakaran pada Forced Draft.

Dalam sistem ini, seluruh saluran udara, ruang bakar ketel hingga ke saluran gas bekas
bertekanan positif (lebih tinggi dari tekanan atmosfir). Gambar 5. merupakan ilustrasi sistem
ini. Umumnya diterapkan pada ketel - ketel berbahan bakar minyak.

Pengenalan PLTU Batubara Hal.5 / 55


Materi pltu

Gambar 5: Sistem Udara Pembakaran pada Forced Draft

Aliran udara pembakaran dan gas bekas dihasilkan oleh kipas tekan paksa (Forced draft Fan
/FDF). Pada sistem ini, tekanan yang paling tinggi berada pada sisi tekan (discharge) FDF
dan semakin mendekati cerobong tekanan semakin rendah.

FDF menghisap udara atmosfir dan mengalirkannya melalui saluran udara (air duct)
melintasi pemanas awal udara (Air preheater) yang menggunakan uap untuk memanaskan
udara . Dari sini udara terus mengalir ke pemanas udara (air heater) yang memanfaatkan
gas bekas sebagai media pemanas. Setelah melintasi air heater, udara kemudian masuk
kedalam windbox. Dari windbox, udara kemudian didistribusikan ke damper - damper atau
air register disekitar burner untuk keperluan proses pembakaran didalam ruang bakar. Pada
gambar 1.2.5, garis yang tercetak tebal merupakan sistem udara pembakaran. Sistem
umumnya dilengkapi dengan 2 buah FDF serta 2 saluran (duct) yang dihubungkan oleh
saluran penghubung (cross tie).

Umumnya kedua FDF senantiasa beroperasi secara kontinyu. Dalam keadaan darurat, ketel
dapat beroperasi hanya dengan 1 FDF. Pengaturan aliran udara dapat dilakukan melalui
pengaturan inlet vanes ataupun melalui variasi putaran fan.

1.2.2. Sistem Udara Pembakaran Pada Balanced Draft.

Pada sistem Balanced draft, FDF dipakai untuk menghembuskan udara pembakaran
sementara kipas hisap paksa (Induce Draft Fan / IDF) dipakai untuk menghisap gas bekas
hasil pembakaran dari ruang bakar ketel.

Pengenalan PLTU Batubara Hal.6 / 55


Materi pltu

Karenanya, sepanjang laluan udara dan gas bekas, ada daerah yang bertekanan positif
(lebih tinggi dari tekanan atmosfir), dan ada daerah yang bertekanan negatif (lebih rendah
dari tekanan atmosfir). Itulah sebabnya sistem ini disebut balanced draft. Ruang bakar
biasanya termasuk kedalam daerah yang bertekanan negatif. Daerah bertekanan paling
tinggi adalah disisi tekan (discharge) FDF dan secara bertahap turun menuju negatif dimana
tekanan paling rendah adalah disisi hisap IDF. Ilustrasi sistem ini terlihat seperti gambar 6
dan umumnya diaplikasikan pada ketel-ketel batubara.

Gambar 6: Sistem Udara Pembakaran Balanced Draft

Sistem udara pada ketel-ketel batubara terdiri dari 2 macam udara yaitu udara primer
(primary air) dan udara sekunder (secondary air).

a. Udara Primer (primary air).


Seperti diketahui bahwa pada ketel-ketel batubara, untuk mendapatkan efisiensi
pembakaran yang baik, bongkahan batubara harus digiling menjadi bubuk halus didalam
pulverizer. Setelah menjadi serbuk halus, baru dialirkan melaui pipa-pipa ke burner-burner
batubara. Untuk mengalirkan serbuk batubara dari pulverizer ke burner diperlukan media
transportasi. Adapun media yang digunakan adalah udara yang dihembuskan melalui
sebuah Fan. Udara ini dikenal dengan istilah udara primer (primary air) dan dihembuskan
oleh Primary Air Fan (PAF). Sistem udara primer terlihat pada gambar 7, dalam garis yang
dicetak tebal.

Pengenalan PLTU Batubara Hal.7 / 55


Materi pltu

Gambar 7: Udara Primer

Dalam gambar terlihat bahwa PAF menerima pasokan udara dari Discharge FDF. Dari PAF
udara primer dihembuskan ke Pulverizer dan setelah bercampur dengan bubuk batubara,
selanjutnya mengalir bersama bubuk batubara keburner - burner batubara.

Disamping sebagai sarana transportasi serbuk batubara, udara primer juga berfungsi untuk
mengeringkan batubara didalam Pulverizer. Guna memenuhi fungsi ini, maka temperatur
udara primer harus cukup tinggi untuk menguapkan air dari batubara. Karena itu umumnya
dilengkapi dengan pemanas udara tersendiri yang dipasang disisi hisap PA Fan. Pemanas
ini disebut Pemanas udara primer (Primary Air Heater) dan menggunakan gas bekas
sebagai media pemanas.

b. Udara Sekunder (secondary air).

Udara sekunder pada ketel batubara sama halnya dengan udara pembakaran (combustion
air) pada ketel berbahan bakar minyak. Fungsi udara sekunder adalah memasok kebutuhan
udara untuk proses pembakaran yang sempurna didalam ruang bakar.

Sistem udara sekunder terlihat gambar 8. dalam garis tercetak tebal.

Pengenalan PLTU Batubara Hal.8 / 55


Materi pltu

Gambar 8: Sistem Udara Sekunder

Pasokan udara sekunder disediakan oleh FDF yang dialirkan melintasi pemanas awal udara
(steam coil air heater) dan terus kepemanas udara (air heater) untuk selanjutnya masuk
kedalan windbox dan akhirnya didistribusikan melalui air register kedalam ruang bakar.

Didalam ruang bakar udara sekunder bertemu dengan campuran antara udara primer
dengan serbuk batubara sehingga terjadi proses pembakaran yang sempurna. Gas-gas
bekas hasil pembakaran kemudian dihisap keluar dari ruang bakar oleh IDF.

1.3. Sistem Gas Bekas.

Gas bekas (Flue gas) adalah merupakan gas-gas hasil dari proses pembakaran diruang
bakar ketel. Didalam ruang bakar, gas bekas mengalir kearah atas sambil menyerahkan
kandungan panasnya keair yang berada didalam pipa-pipa dinding ruang bakar (water wall
tube). Dari ruang bakar, gas bekas selanjutnya mengalir melintasi elemen-elemen secondary
superheater dan reheater untuk memanaskan uap.

Dari sini, gas bekas kemudian berbalik arah menuju kebawah melintasi primary superheater
dan ekonomizer. Didalam ekonomiser, sisa-sia panas yang masih terkandung dalam gas
bekas dipakai untuk memanaskan air pengisi yang akan masuk ke Boiler drum. Setelah
melintasi economizer, gas kemudian keluar meninggalkan ketel dan mengalir didalam laluan

Pengenalan PLTU Batubara Hal.9 / 55


Materi pltu

gas (gas duct) menuju pemanas udara (air heater). Air heater adalah komponen terakhir
yang memanfaatkan sissa panas dalam gas bekas untuk memanaskan udara pembakaran
dalam perjalanannya menuju winbox. Dari Air heater, gas bekas selanjutnya mengalir
kedalam pengumpul abu (Precipitator / Dust Colector) baik yang mekanik (Mechanical dust
colector) ataupun yang elektrik (Electrostatic Precipitator). Pengumpul abu berfungsi untuk
memisahkan gas bekas dari partikel abu dalam rangka mengurangi emisi pencemar padat
dari gas bekas manakala gas bekas dibuang ke atmosfir melalui cerobong.

Setelah melalui pengumpul abu, untuk ketel-ketel Forced draft, gas bekas langsung menuju
cerobong sedang untuk ketel - ketel Balanced draft, gas bekas dihisap dulu oleh IDF dan
baru dibuang ke atmosfir lewat cerobong. Gambar 9, merupakan contoh sistem gas bekas
pada ketel Balanced draft. Sedangkan garis yang tercetak tipis pada gambar 8, merupakan
sistem gas bekas untuk ketel Forced draft.

Gambar 9: Sistem Gas Bekas Pada Ketel Balanced Draft

a. Gas Recirculation.
Sistem resirkulasi gas bekas (gas recirculation) banyak diterapkan pada ketel dengan tujuan
untuk mengatur temperatur uap keluar reheater dan superheater. Prinsip dari sistem
resirkulasi gas cukup sederhana yaitu dengan mengalirkan sebagian gas bekas
bertemperatur rendah, kembali keruang bakar ketel sehingga bercampur dengan gas bekas
baru hasil proses pembakaran. Gas bekas yang akan disirkulasikan dicerat dari saluran gas
bekas keluar economizer yang dihisap oleh Gas Recirculation Fan (GRF) untuk selanjutnya
dihembuskan kembali ke bagian bawah ruang bakar ketel seperti terlihat pada gambar 10.

Pengenalan PLTU Batubara Hal.10 / 55


Materi pltu

Gambar 10: Sistem Resirkulasi Gas Dengan GRF

Karena temperatur gas yang dialirkan kembali oleh GRF lebih rendah, maka efeknya akan
menurunkan temperatur campuran kedua gas dalam ruang bakar, tetapi meningkatkan
massa gas yang akan melintasi elemen - elemen superheater dan reheater. Akibatnya gas
bekas akan membawa panas lebih banyak dari ruang bakar untuk diserahkan ke
superheater dan reheater. Hal ini akan mengakibatkan kenaikkan temperatur uap keluar
superheater maupun reheater. Ini berarti bahwa pada laju pembakaran yang tetap, semakin
banyak gas bekas yang disirkulasikan kembali ke ruang bakar, akan semakin tinggi
temperatur uap. Pengaturan aliran gas yang disirkulasikan dapat dilakukan melaui GRF inlet
damper atau memalui variasi putaran GRF.

b. Meter Kepekatan Gas Bekas (smoke opacity meter).


Umumnya dipasang pada saluran gas bekas menuju cerobong. berfungsi untuk mendeteksi
kepekatan gas bekas. Gas bekas yang jernih menandakan bahwa proses pembakaran
didalam ruang bakar berlangsung secara baik. Sedang gas bekas yang pekat, menandakan
adanya suatu ketidak beresan dalam proses pembakaran. Jadi meter kepekatan gas bekas
merupakan indikator bagi para operator untuk melakukan tindakan koreksi seperlunya. Salah
satu jenis perangkat ini adalah tipe fotocell seperti terlihat pada gambar 11.

Pengenalan PLTU Batubara Hal.11 / 55


Materi pltu

Gambar 11: Smoke Opacity

Sebuah proyektor sinar ditempatkan disatu sisi laluan gas bekas sedang pasangannya,
berupa menangkap sinar (Receiver), dipasang sisi yang berseberangan. Intensitas cahaya
yang diterima oleh receiver akan menggerakkan jarum penunjuk kepekatan asap secara
proporsional.

Bila gas asap yang lewat diantara proyektor dan receiver cukup pekat, maka sinar yang
diproyeksikan oleh proyektor akan terhalang oleh pekatnya gas. Hal ini mengakibatkan sinar
yang ditangkap receiver berkurang dan akibatnya, jarum penunjuk meter kepekatan gas
akan bergerak naik. Pada beberapa sistem, bila kepekatan gas cukup tinggi, akan
memberikan sinyal alarm sebagai peringatan bagi operator untuk melakukan tindakan
koreksi.

1.4. Sistem Bahan Bakar Minyak.

Baik PLTU berbahan bakar minyak maupun PLTU berbahan bakar batubara selalu
dilengkapi dengan sistem bahan bakar minyak. Fungsi sistem ini adalah untuk menyediakan
pasokan bahan bakar minyak bagi kebutuhan ketel. Konfigurasi sistem bahan bakar minyak
serta komponen-komponennya sangat beragam

Mengingat keterbatasan waktu, maka pada session ini hanya akan dibahas sistem bahan
bakar minyak tipikal yang umum diterapkan pada PLTU minyak maupun PLTU batubara.
Seperti diketahui bahwa bahan bakar minyak yang banyak dipakai di PLTU adalah jenis
Heavy Oil (HFO) grade 6 yang juga dikenal sebagai minyak bungker C.

Pengenalan PLTU Batubara Hal.12 / 55


Materi pltu

Selain itu juga digunakan minyak yang lebih ringan (Lighter Oil) seperti grade 2 atau minyak
diesel (Inland Diesel Oil/IDO) yang umumnya dipakai untuk penyalaan awal ketel. Contoh
tipikal untuk sistem bahan bakar minyak dapat dilihat sepeti pada gambar 12.

Gambar 12: Sistem Bahan Bakar Minyak

Sistem bahan bakar minyak mencakup pengisian, penimbunan, transfer serta pemanasan
minyak terutama untuk HFO.

Adapun komponen-komponen sistem bahan bakar minyak diantaranya adalah :

a. Tangki Penyimpan.
Berfungsi sebagai sarana penampung bahan bakar minyak. Untuk HFO terdiri dari tangki
penampung utama (Main Storage Tank) dengan kapasitas cukup besar dan tangki harian
(Day Tank) dengan kapasitas yang lebih kecil. Storage Tank umumnya diisi dari sumber
pasokan minyak diluar sistem seperti Tongkang, Truk dan lain sebagainya.

Tangki ini biasanya juga dilengkapi dengan pemanas (heater) minyak yang berfungsi untuk
memanaskan minyak guna menurunkan kekentalan agar lebih mudah dipompakan.

Pengenalan PLTU Batubara Hal.13 / 55


Materi pltu

Pemanasan dilakukan dengan metode “Trace Heating” yang dapat menggunakan media
berupa air panas atau listrik. Dari storage tank, HFO dipompakan ke day tank oleh transfer
pump melaui katup pengatur (CRV) yang dikendalikan oleh level day tank. Bila level day tank
sudah cukup maka katup akan menutup dan HFO dari pompa disirkulasikan kembali ke
storage tank. Untuk minyak diesel (IDO) umumnya hanya disediakan satu tangki dan tanpa
pemanas, minyak langsung dialirkan ke ignitor melalui katup pengurang tekanan (Pressure
Reducing Valve). Aliran minyak ke ignitor umumnya tidak variablel. Bila ignitor stop maka
minyak akan disirkulasikan kembali kedalam tangki.

Gambar 13., merupakan ilustrasi storage tank sedang gambar 14, merupakan tipikal day
tank dengan pemanas uap.

Gambar 13: Storage Tank

Gambar 14: Day Tank

b. Pompa Minyak.
Baik transfer pump, supply pump maupun booster pump memiliki fungsi yang sama yaitu
untuk mengalirkan minyak. Gambar.15, merupakan jenis-jenis pompa yang banyak dipakai.
Transfer pump maupun supply pump umumnya berupa pompa ulir yang digerakkan oleh
motor listrik pada putaran konstan dengan kapasitas untuk setiap pompa melebihi

Pengenalan PLTU Batubara Hal.14 / 55


Materi pltu

kebutuhan. Kelebihan pasokan minyak dialirkan kembali ke Tangki melalui katup pengatur 3
jalan (Three Way Control valve) lewat saluran resirkulasi.

Bagi minyak yang sudah dipanasi dengan cukup sehingga memenuhi kualifikasiuntuk
rentang atomisasi, dapat digunakan pompa centrifugal untuk mengalirkannya. Karena itu,
pompa centrifugal banyak dipakai sebagai booster pump.

Gambar 15: Pompa Minyak

Karena mengalirkan minyak bertemperatur tinggi, booster pump biasanya dilengkapi dengan
sistem pendingin dari auxiliary cooling water system.

c. Fuel Oil heater.


Fuel oil heater memiliki beberapa fungsi diantaranya untuk menaikkan temperatur minyak
disisi masuk pompa. Tujuan pemanasan ini adalah agar minyak memiliki viskositas yang
memenuhi kriteria bagi rentang pemompaan (Pumping Range). Pemanas semacam ini
umumnya dipasang didalam tangki dengan media pemanas berupa uap atau air panas.

Fungsi lain adalah untuk menjaga temperatur minyak sepanjang saluran. Untuk ini biasanya
digunakan metode “Trace Heating”, baik dengan media uap, air panas ataupun listrik.

Pengenalan PLTU Batubara Hal.15 / 55


Materi pltu

Fungsi yang paling utama dari fuel oil heater adalah untuk memanaskan minyak hingga
mencapai temperatur yang cukup tinggi sehingga viskositas minyak memenuhi kriteria untuk
kebutuhan atomisasi (Atomizing Range).

Pemanas ini umumnya menggunakan uap sebagai media pemanas dimana aliran uap ke
pemanas diatur oleh control valve dengan temperatur minyak keluar pemanas sebagai set
point. Gambar 16, merupakan contoh pemanas minyak tipe permukaan yang banyak
dipakai.

Gambar 16: Fuel Oil Heater

Karena pemanas ini menggunakan uap sebagai media pemanas, maka air kondensasi
uap umumnya dikembalikan ke kondensor. Bila terjadi kebocoran pipa-pipa pemanas,
maka air kondensasi dari fuel oil heater akan tercemar minyak. Operator harus
memperhatikan masalah ini dengan seksama.

Pengenalan PLTU Batubara Hal.16 / 55


Materi pltu

d. Saringan Minyak (Strainer).


Fungsi dari saringan adalah untuk menahan partikel-partikel padat atay semi padat dari
minyak agar tidak menimbulkan masalah pada komponen-komponen lain seperti pompa, oil
heater dan sebagainya.

Karena itu disetiap sisi hisap (suction) pompa senantiasa dipasangi saringan ini. Saringan
minyak yang dipakai umumnya bertipe dupleks sehingga memungkinkan satu saringan
dibersihkan sedang satu saringan lain aktif beroperasi. Contoh tipikal saringan dupleks
terlihat seperti gambar 17
.

Gambar 17: Stainer

Saringan dupleks biasanya dilengkapi dengan handel/tuas untuk memindahkan operasi dari
kedua saringan. Juga dilengkapi indikator untuk mengetahui saringan mana yang sedang
aktif. disamping itu, saringan umumnya dilengkapi Pressure Gauge disisi masuk dan sisi
keluar saringan sehingga perbedaan tekanan (∆ P) minyak melintas saringan dapat
diketahui. ∆ P ini merupakan indikator dari kondisi kebersihan saringan. Bila ∆ P tinggi
berarti saringan kotor dan perlu dicuci/dibersihkan. Sebelum melakukan pencucian, saringan
yang aktif harus dipindah terlebih dahulu dari yang kotor ke yang bersih.

Untuk saringan yang berukuran besar, ketika selesai dibersihkan perlu diingat bahwa ruang
saringan berisi udara dalam jumlah yang cukup besar. Bila dalam keadaan seperti ini

Pengenalan PLTU Batubara Hal.17 / 55


Materi pltu

saringan diaktifkan, maka akan timbul kejutan aliran dan bahkan mungkin dapat
mengakibatkan ketel trip. Untuk mencegah terjadinya hal ini, maka udara dalam rumah
saringan harus dibuang terlebih dahulu.

Bagi keperluan ini, saringan yang besar biasanya dilengkapi dengan saluran venting untuk
membuang udara dan saluran bypass untuk pengisian minyak. Untuk membuang udara,
buka katup saluran venting dan buka katup pengisian minyak sedikit demi sedikit sehingga
minyak akan mengisi rumah saringan sambil menekan udara keluar lewat saluran venting.
Manakala dari saluran venting sudah keluar minyak, berarti udara dalam rumah saringan
sudah habis. Tutup katup venting dan katup bypass pengisian. Dalam kondisi demikian,
saringan dinyatakan standby dan siap untuk diaktifkan.

Pengenalan PLTU Batubara Hal.18 / 55


Materi pltu

II. SIKLUS FLUIDA KERJA.

Seperti diketahui untuk merealisir terjadinya transformasi energi pada berbagai komponen
utama PLTU, diperlukan fluida perantara yang disebut fluida kerja. Fluida kerja yang dipakai
di PLTU adalah air. Sebagai perantara, fluida kerja akan mengalir melintasi beberapa
komponen utama PLTU dalam suatu siklus tertutup, seperti tampak pada gambar 18.

Energy
Added

Energy Removed
Turbine
Boiler

Exhaust
Steam
Condensed
Energy
Pump Removed

Condenser

Gambar 18: Siklus Fluida Kerja Yang Disederhanakan

Selama melewati lintasan tertutup tersebut, fluida kerja mengalami perubahan wujud yaitu
dari air menjadi uap untuk kemudian menjadi air kembali. Karena itu siklus fluida kerja dapat
dipisahkan menjadi dua sistem, yaitu sistem uap dan sistem air.

2.1. Sistem uap.

Sistem uap merupakan bagian dari siklus dimana fluida kerja berada dalam wujud uap dan
dapat dikelompokkan menjadi :

2.1.1. Sistem Uap Utama (Main Steam System).

Merupakan rangkaian pipa saluran untuk mengalirkan uap yang keluar dari ketel ke turbin.

2.1.2. Sistem Uap Panas Ulang (Reheat Steam System).

Sistem ini hanya terdapat pada pada PLTU dengan turbin reheat. Juga merupakan
rangkaian pipa saluran uap yang terdiri dari dua segmen yaitu yang menyalurkan uap bekas

Pengenalan PLTU Batubara Hal.19 / 55


Materi pltu

dari turbin tekanan tinggi kembali ke ketel (cold reheat) dan yang menyalurkan uap dari ketel
ke Turbin tekenan menengah/rendah (hot reheat).

2.1.3. Sistem Uap Ekstraksi (Extraction / Bled Steam System).

Selama melintasi turbin hingga keluar ke kondensor, uap dicerat/diekstrak di beberapa titik
dan pada umumnya uap ini dialirkan ke pemanas awal air pengisi (Feed water Heater) untuk
memanaskan air kondensat / air pengisi. Uap tersebut dinamakan uap ekstraksi.

Gambar 19, memperlihatkan ketiga sistem uap tersebut, dimana garis tebal putus-putus
menunjukkan sistem uap ekstraksi dan garis tebal menyatakan sistem uap utama serta
sistem uap reheat.

Gambar 19: Sistem Uap

2.1.4. Sistem Uap Bantu (Auxiliary Steam System).

Beberapa komponen atau alat bantu PLTU memerlukan pasokan uap untuk dapat
beroperasi. Alat-alat bantu tersebut diantaranya adalah :

 Steam Coil Air Heater (Air Pre Heater)


 Turbin untuk pompa air pengisi (BFPT)

Pengenalan PLTU Batubara Hal.20 / 55


Materi pltu

 Uap untuk pemanas minyak (Oil Heater)


 Uap untuk atomisasi minyak (Steam Atomizing)
 Sistem uap perapat poros turbin (Seal Steam)
 Desalination Plant

Kebutuhan uap bantu pada periode start unit umumnya dipasok oleh unit lain yang sudah
beroperasi terlebih dahulu atau dari boiler kecil (Package Boiler/Auxiliary Boiler) yang khusus
disediakan untuk keperluan ini. Ketika unit sudah beroprasi normal, pasokan dapat diambil
dari ketel utama sehingga auxiliary boiler dapat dimatikan.

2.2. Sistem Air Kondensat.

Sistem air kondensat merupakan sumber pasokan utama untuk sistem air pengisi ketel.
Mayoritas air kondensat berasal dari proses kondensasi uap bekas didalam kondensor.
Rentang sistem air kondensat adalah mulai dari hotwell sampai ke Dearator. Selama berada
dalam rentang sistem air kondensat, air mengalami 3 proses utama yaitu mengalami
pemanasan, mengalami pemurnian dan mengalami deaerasi.

Pada saat melintasi sistem air kondensat, air mengalami pemanasan pada berbagai
komponen antara lain di gland steam condensor, di air ejector dan dibeberapa pemanas
awal air pengisi tekanan rendah. Pemanasan ini dilakukan untuk meningkatkan efisiensi
siklus serta menghemat pemakaian bahan bakar. Bila air kondensat tidak dipanaskan,
berarti membutuhkan lebih banyak bahan bakar untuk menaikkan temperatur air didalam
ketel.

Selain itu, air kondensat juga mengalami proses pemurnian untuk mengurangi pencemar-
pencemar padat dan cair yang terkandung dalam air kondensat.

Pemurnian yang dilakukan didalam sistem air kondensat termasuk sistem pemurnian
didalam siklus (Internal Treatment) yang dapat dilakukan dengan cara mengalirkan air
kondensat melintasi penukar ion (Condensate Polishing) bila ada, maupun secara kimia
melalui penginjeksian bahan - bahan kimia. Melalui proses pemurnian internal ini, maka
pencemar yang dapat mengakibatkan deposit maupun korosi pada komponen-komponen
ketel dapat dihilangkan sehingga kualitas air kondensat menjadi lebih baik.

Terjadinya deposit di ketel yang disebabkan oleh kualitas air yang buruk, dapat
mengakibatkan terhambatnya proses perpindahan panas didalam ketel dan pada kondisi
ekstrim dapat mengakibatkan bocornya pipa-pipa ketel akibat over heating.

Deaerasi adalah proses pembuangan pencemar gas dari dalam air kondensat. Gas-gas
pencemar yang ada dalam air kondensat misalnya oksigen (O2), carbondioksida (CO2) dan
non condensable gas lainnya. Pencemar gas dapat menyebabkan korosi pada saluran dan

Pengenalan PLTU Batubara Hal.21 / 55


Materi pltu

komponen-komponen yang dilaui air kondensat. Proses deaerasi ini terjadi didalam
deaerator yang merupakan komponen paling hilir dari sistem air kondensat. Ilustarsi sistem
air kondensat terlihat seperti pada gambar 20.

Gambar 20: Sistem Air Kondensat

Komponen-komponen yang terdapat pada sistem air kondensat antara lain :

2.2.1. Hotwell.

Hotwell adalah tangki penampung yang terletak dibagian bawah kondensor dan berfungsi
untuk menampung air hasil kondensasi uap bekas didalam kondensor sebagai pemasok
utama sistem air kondensat. Tetapi perlu diketahui bahwa hasil kondensasi uap bekas tidak
selalu mencukupi kebutuhan untuk sistem kondensat. Karenanya, level air kondensat dalam
hotwell harus selalu dimonitor. Bila level hotwell terlalu rendah, maka pompa kondesat akan
trip untuk mengamankan pompa. Manakala level hotwell terlau tinggi, maka air kondensat
akan merendam pipa-pipa pendingin kondensor, sehingga dapat mengurangi proses
pendinginan dalam kondensor. Hal ini dapat mengakibatkan menurunnya laju kondensasi
uap bekas sehingga menurunkan vacum kondensor. Untuk menjaga stabilitas level hotwell,
umumnya disediakan “Hotwell Level Control” yang akan mengontrol level hotwell decara
otomatis. Bila level hotwell turun dari harga yang semestinya, maka “Hotwell Level Control”
akan memerintahkan katup air penambah (make up water) untuk membuka sehingga air

Pengenalan PLTU Batubara Hal.22 / 55


Materi pltu

penambah akan mengalir masuk kedalam hotwell akibat tarikan vacum kondensor. Ketika
level hotwell kembali ke kondisi normal, “Hotwell Level Control” akan memerintahkan katup
air penambah untuk menutup.

Bila level hotwell terlalu tinggi, maka “Hotwell Level Control” akan memerintahkan katup
pelimpah (Spill Over/Overflow Valve) untuk membuka dan mengalirkan air kondensat melaui
pompa kondensat, saluran pelimpah dan kembali ke Tangki air penambah. Ketika level
hotwell kembali normal, maka katup pelimpah akan menutup kembali.

2.2.2. Pompa Kondesat (Condensate Pump).

Berfungsi untuk mengalirkan air kondensat dari hotwell melintasi sistem air kondensat
menuju ke deaerator. Umumnya sistem kondensat memiliki 2 buah pompa kondensat yaitu 1
untuk cadangan (stand by) dan satu lagi beroperasi. Jenis pompa yang banyak dipakai
adalah pompa sentrifugal bertingkat (multy stage). Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa
sisi hisap pompa kondensat berhubungan dengan hotwell yang vakum. Untuk menjamin
kontinuitas aliran air ke sisi hisap (suction) pompa, maka tekanan pada sisi hisap pompa
paling tidak harus sama dengan tekanan kondensor. Berkaitan dengan hal tersebut, maka
sisi hisap pompa dilengkapi dengan saluran penyeimbang tekanan (Equalizing / Balancing
Line) agar tekanan pada sisi hisap pompa selalu sama dengan tekanan kondensor. Faktor
yang perlu diperhatikan oleh operator adalah bahwa katup isolasi (bila ada) pada saluran
penyeimbang ini harus selalu terbuka selama pompa beroperasi.

Pada mulut saluran hisap pompa kondensat didalam hotwell biasanya dipasang “Vortex
Eliminator” untuk mencegah terjadinya pusaran air (vortex). Bila pusaran ini sampai terjadi,
maka pompa kondensat akan mengalami kavitasi yang dapat merusak pompa.

Kavitasi ini juga dapat timbul bila temperatur air kondensat didalam hotwell terlalu tinggi.
Pompa kondensat juga dilengkapi oleh saringan (strainer) pada sisi hisapnya. Disamping itu
juga dilengkapi oleh katup isolasi yang dipasang sisi hisap dan sisi tekan pompa. Ketika
akan mencuci saringan, kedua katup isolasi ini harus ditutup rapat. Pada saat membuka
katup isolasi sisi hisap, lakukan secara hati-hati karena setelah pencucian strainer, rumah
strainer masih terisi udara. Pada sisi tekan pompa juga dipasang katup satu arah (check
valve) untuk mencegah aliran balik terhadap pompa.

2.2.3. Gland Steam Condensor.

Gland steam condensor adalah penukar panas untuk mengkondensasikan uap bekas dari
perapat poros turbin. Uap bekas ini akan memanaskan air kondensat dari pompa kondensat
yang dialirkan melintasi gland steam condensor. Karena panasnya diserap oleh air
kondensat, uap bekas dari perapat poros akan mengembun dan selanjutnya dialirkan ke

Pengenalan PLTU Batubara Hal.23 / 55


Materi pltu

hotwell hingga bercampur dengan air hotwell. Didalam gland steam condensor, air
kondensat mengalir dibagian dalam pipa sedang uap bekas perapat berada diluar pipa.
Gland Steam Condensor dilengkapi dengan Fan penghisap (exhauster Fan) yang berfungsi
untuk membuat tekanan Gland Steam Condensor sisi uap sedikit vacum. Dengan
kevacuman ini, maka uap bekas perapat turbin akan mudah mengalir kedalam gland steam
condensor. Tekanan dalam Gland Steam Condensor berkisar antara - 8 sampai - 15 inchi
kolom air.

2.2.4. Condensate Polisher (bila ada).

Merupakan perangkat penukar ion seperti demineralizer plant yang ditempatkan didalam
siklus air kondensat. Fungsinya untuk menjaga kualitas air kondensat. Condensate Polisher
akan mengikat calcium, magnesium, sodium sulphate, chlorid dan nitrat dari air kondensat
melalui penukar ion. Cara ini telah terbukti sangat efektif untuk menghilangkan garam-garam
dari air kondensat. Penukar ion yang dipakai umumnya dari jenis campuran resin penukar
kation dan resin penukar anion (mixbed). Pertama-tama, ion bermuatan positif (kation) dari
air kondesat (Calcium, magnesium dan sodium) akan ditukar oleh resin penukar kation.
Setelah itu baru ion bermuatan negatif (anion) dari air kondensat (sulphate, chloride dan
nitrate) akan ditukar oleh resin penukar anion. Setelah beroperasi beberapa lama, resin -
resin tersebut akan menjadi jenuh dan tidak mampu lagi menukar ion. Dalam kondisi seperti
ini, resin-resin tersebut harus diregenerasi agar dapat aktif kembali. Tangki mixbed dengan
resin yang sudah jenuh harus dinon aktifkan dan ditukar dengan tangki mixbed satunya lagi
(umumnya tersedia 2 tangki mixbed). Resin yang jenuh dalam tangki mixbed yang tidak aktif
kemudian harus dipindahkan ke tangki regenerasi.

Salah satu sarana transportasi yang banyak digunakan untuk memindakan resin yang jenuh
ke tangki regenerasi adalah udara bertekanan (compresed air). Dengan dihembus oleh
udara bertekanan, resin dialirkan melalui pipa ke tangki regenerasi. Setelah regenerasi
selesai dilakukan di tangki regenerasi, resin dialirkan kembali ke tangki mixbed agar dapat
dipergunakan bila kondisi membutuhkan. Condensate polisher juga dilengkapi dengan katup
pintas (bypass) untuk mengalirrkan air kondensat tanpa melewati condensate polisher.

2.2.5. Condensate Polisher Booster Pump.

Dengan adanya pompa booster ini, maka tekanan kerja pompa kondensat dapat dibuat
relatif rendah guna menjamin kondisi yang aman bagiu condensate polisher. Setelah
melewati condensate polisher, tekanan air kondesat dinaikkan oleh pompa booster
condensate polisher agar mampu mengalir hinggga sampai kedeaerator. Umumnya sistem
dilengkapi oleh 2 buah pompa booster dimana 1 buah beroperasi sedang satu lainnya stand
by. Pompa ini juga dilengkapi dengan proteksi terhadap tekanan sisi hisap rendah sehingga
bila tekanan sisi hisapnya terlalu rendah, maka pompa booster ini akan trip.

Pengenalan PLTU Batubara Hal.24 / 55


Materi pltu

2.2.6. Steam Air Ejector Condensor.

Pada PLTU yang menggunakan ejector uap untuk mempertahankan vakum kondensor,
maka uap bekas bercampur non condensable gas yang masih mengandung energi panas
dipakai untuk memanaskan air kondensat yang dialirkan lewat steam air ejector condenser.
Dengan cara ini maka panas yang terkandung dalam campuran uap tadi akan diserap oleh
air kondensat sehingga temperatur air kondensat keluar dari steam air ejector condenser
akan mengalami kenaikkan. Uap yang telah diserap panasnya akan mengembun dan airnya
dialirkan ke hotwell.

2.2.7. Saluran Resirkulasi (Condensate Recirculation Line).

Dalam sistem air kondensat, pada lokasi setelah condensate polisher terdapat saluran
simpang kembali ke kondensor / hotwell. Saluran simpang ini disebut saluran resirkulasi.
Saluran ini berfungsi sebagai proteksi terhadap komponen-komponen pompa condensat,
gland steam condenser, condensate polisher, condensate polisher booster pump dan steam
air ejector condensor. Saluran ini dilengkapi dengan katup pengatur otomatis yang mendapat
signal pengaturan dari besarnya aliran air kondensat yang menuju deaerator. Bila aliran
sangat rendah, maka katup resirkulasi ini akan membuka dan mengalirkan kembali
(meresirkulasi) sebagian air kondensat kembali kehotwell. Dengan cara ini berarti komponen
- komponen seperti tersebut diatas selalu dilewati aliran air kondensat yang senantiasa
cukup. Bila aliran air kondensat ke deaerator semakin bertambah tinggi, maka katup
resirkulasi akan menutup.

Pada beberapa PLTU, saluran ini juga disebut saluran minimum Flow karena berfungsi untuk
menjamin selalu tercapainya aliran minimum air kondensat sesuai kebutuhan dari
komponen-komponen yang disebut diatas.

2.2.8. Katup Pengatur Aliran Kondensat / Katup Pengontrol Level Deaerator.

Katup ini terpasang di saluran air kondensat menuju deaerator yang berfungsi untuk
mengontrol level deaerator. Dalam posisi pengaturan otomatis katup ini dikendalikan oleh
level deaerator. Bila level deaerator turun, pembukaan katup akan bertambah besar
sehingga aliran air kondensat menuju deaerator juga akan meningkat. Pada saat level
deaerator tinggi, pembukaan katup akan berkurang untuk mengurangi aliran air kondensat
ke deaerator. Pada beberapa PLTU, terdapat 2 macam katup pengontrol level deaerator,
yaitu katup pengontrol untuk kondisi normal operasi dan katup pengontrol untuk kondisi start
up/beban rendah. Katup yang pertama berfungsi untuk mengatur aliran air kondensat ketika
unit sudah berada dalam kondisi normal operasi pada beban yang cukup dimana aliran air
kondensat sudah cukup tinggi.

Katup yang kedua berfungsi untuk mengatur aliran air kondensat ketika unit sedang start up
atau ketika beroperasi pada beban rendah. Pada saat ini, dibutuhkan aliran yang masih

Pengenalan PLTU Batubara Hal.25 / 55


Materi pltu

relatif rendah, serta variasi perubahan aliran yang relatif kecil. Dimensi katup maupun
saluran pipa katup ini lebih kecil dibanding katup pertama sehingga memungkinkan
pengaturan aliran dengan variasi yang halus.

Pada jenis PLTU yang menggunakan variasi putaran untuk mengatur aliran air kondensat,
katup pengatur seperti tersebut tidak tersedia dalam sistem air kondensat.

2.2.9. Pemanas Awal Air Tekanan Rendah.

Pemanas awal air tekanan rendah berfungsi untuk meningkatkan efisiensi siklus dengan
cara memanaskan air kondensat yang melintasinya. Media pemanas yang digunakan adalah
uap yang dicerat / diekstrak dari turbin dan disebut uap ekstraksi (bleed steam / extraction
steam). Pemanas ini umumnya tipe permukaan (surface) dimana air mengalir dibagian
dalam pipa sedang uap ekstraksi dibagian luar pipa. Kondensasi uap ekstraksi yang
terbentuk dialirkan ke pemanas awal air tingkat yang lebih rendah atau langsung ke
kondensor. Gambar 21, memperlihatkan sebuah pemanas awal beserta kelengkapannya.

Gambar 21: Pemanas Awal Air


Perlengkapan pemanas awal antara lain :

Pengenalan PLTU Batubara Hal.26 / 55


Materi pltu

 Katup isolasi uap ekstraksi yang dipasang pada saluran uap ekstraksi serta
semuanya digerakkan oleh motor listrik. Berfungsi untuk memblokir uap ekstraksi pada
saat belum diperlukan.

 Katup satu arah ekstraksi (Extraction Line Check Valve). Berfungsi untuk mencegah
aliran balik uap dari pemanas ke turbin.

 Indikator level pemanas.


Kondensasi uap ektraksi akan terakumulasi dalam pemanas. Permukaan air kondensasi
didalam pemanas dapat dilihat secara visual melalui gelas duga. Hal yang perlu
dipahami operator adalah bahwa pemanas awal dirancang untuk beroperasi dengan
level air konedensasi tertentu. Bila level air terlalu rendah, maka Transfer panas dari uap
ke air kondensat menjadi kurang sempurna. Karena terlalu singkatnya waktu bagi proses
transfer panas, uap akan keluar meningggalkan pemanas sebelum terkondensasi. Bila
level terlalu tinggi, maka sebagian pipa akan terendam. Dengan demikian maka proses
transfer panas dari uap juga terhambat.

 Katup pengatur aliran drain kondensasi uap.


Katup ini umumnya digerakkan oleh udara (CRV) dan berfungsi untuk mengatur aliran
drain air kondensasi guna mengontrol level pemanas awal.

2.2.10. Deaerator.

Deaerator merupakan komponen paling hilir dari sistem air kondensat. Merupakan pemanas
tipe kontak langsung (direct contact heater). Memiliki 2 fungsi utama yaitu untuk
memanaskan air kondensat dan sekaligus menghilangkan gas-gas (non condensable gas)
dari air kondensat. Media pemanas yang digunakan adalah juga uap ekstraksi. Didalam
deaerator terjadi kontak langsung antara air kondesat dengan uap pemanas. Akibat
percampuran ini, maka temperatur air kondensat akan naik hingga hampir mencapai titik
didihnya. Semakin dekat temperatur air kondensat dengan titik didihnya, semakin mudah
pula proses pemisahan air dengan oksigen dan gas-gas lainnya yang terlarut dalam air
kondensat. Ada beberapa tipe deaerator, tetapi yang banyak dipakai adalah tipe “Spray &
Tray”, seperti yang terlihat pada gambar 22.

Pengenalan PLTU Batubara Hal.27 / 55


Materi pltu

Gambar 22: Deaerator Tipe “Spray & Tray”

Pada deaerator tipe ini, air kondensat yang masuk dikabutkan melalui jajaran pengabut
(spray) untuk memperluas bidang kontak antara air dengan pemanas serta menjamin
pemerataan distribusi air kondensat didalam pemanas. Air kondensat yang mengabut ini
kemudian turun kejajaran kisi-kisi (Tray). Dari bagian bawah tray, uap pemanas dari saluran
ekstraksi dihembuskan mengarah keatas dan bercampur dengan kabut air kondensat yang
menetes pada kisi-kisi.

Akibatnya terjadi pertukaran panas antara uap dengan air sekaligus terjadi pula proses
deaerasi. Oksigen dan gas-gas lain akan mengalir keatas dan keluar dari deaerator menuju
atmosfir melalui saluran venting. Proses deaerasi secara mekanis seperti ini ternyata tidak
menjamin bahwa air kondensat akan bebas 100% dari Oksigen.

Guna membantu tugas deaerator untuk menghilangkan oksigen, maka cara kimia pun
dilaksanakan juga yaitu dengan menginjeksikan Hydrazine kedalam air kondensat pada
suatu titik sebelum air kondensat masuk deaerator. Penginjeksian ini dilakukan oleh pompa
khusus injeksi bahan kimia. Air kondensat yang sudah bebas oksigen dan gas-gas lain ini
kemudian turun dan ditampung pada tangki penampung (storage tank) yang berada dibagian
bawah deaerator dan siap untuk dialirkan ke pompa air pengisi ketel.

Beberapa peralatan proteksi juga dipasang pada deaerator. Salah satunya adalah katup
pengaman tekanan lebih (Relief Valve). Bila tekanan didalam deaerator terlalu tinggi hingga
mencapai harga tertentu, maka katup pengaman akan terbuka sehinggga deaerator akan
terhubung ke atmosfir. Dalam keadaan ini, uap akan mengalir ke atmosfir dan deaerator
menjadi aman.

Pengenalan PLTU Batubara Hal.28 / 55


Materi pltu

Pada beberapa deaerator bahkan juga dilengkapi dengan vacum breaker untuk melindungi
deaerator dari kemungkinan terjadinya vacum dalam deaerator. Perangkatnya berupa
saluran yang ditutup dengan diapragma. Bila tekanan deaerator turun hingga lebih rendah
dari tekanan atmosfir, maka diapragma akan pecah dengan udara atmosfir akan masuk
guna mencegah vacum yang lebih tinggi didalam deaerator.

2.3. Sistem Air Pengisi.

Sistem air pengisi adalah merupakan kelanjutan dari sistem air kondensat. Terminal akhir
dari sistem air kondensat adalah deaerator yang merupakan pemasok air kesisi hisap pompa
air pengisi. Mulai dari sini, air yang sama berubah nama menjadi air pengisi. Perbedaan
yang mencolok antara air kondensat dengan air pengisi terletak pada tekanannya. Tekanan
air pada sistem air pengisi naik hinggga lebih tinggi dari tekanan ketel.

Fungsi dari sistem air pengisi hampir sama dengan sistem air kondensat yaitu untuk
menaikkan tekanan, menaikkan temperatur serta memurnikan air pengisi. Tekanan air
pengisi perlu dinaikkan agar air pengisi dapat mengalir kedalam ketel. Tugas ini
dilaksanakan oleh pompa air pengisi ketel (BFP). Disamping itu, selama melintasi sistem, air
pengisi mengalami beberapa tahap pemanasan sehinggga mengalami kenaikkan
temperatur. Pemanasan ini dilakukan untuk dua tujuan. Pertama, semakin dekat temperatur
air pengisi masuk ketel dengan titik didih air pada tekanan ketel, maka semakin sedikit
bahan bakar yang diperlukan untuk proses penguapan didalam ketel. Kedua, temperatur air
pengisi yang akan masuk ketel sedapat mungkin harus mendekati temperatur metal ketel
sebab perbedaaan yang besar antara keduanya dapat menimbulkan kerusakkan komponen
ketel akibat thermal stress.

Fungsi pemurnian bertujuan untuk menghilangkan zat-zat pencemar padat dari air pengisi
melalui cara kimia yaitu dengan meninjeksikan bahan kimia guna menggumpalkan zat-zat
padat yang terlarut dalam air pengisi. Gumpalan zat-zat padat ini kemudian dapat dibuang
melalui saluran blowdown pada ketel. Agar dapat melaksanakan semua tugas tersebut,
maka sistem air pengisi memiliki beberapa komponen antara lain :

2.3.1. Pompa air pengisi (BFP).

Kebanyakan berjenis pompa centrifugal bertingkat dengan putaran tetap ataupun putaran
variabel. Jumlah pompa tergantung pada kapasitas unit pembangkit. Beberapa PLTU
memiliki 2 pompa air pengisi dimana 1 pompa untuk beroperasi dan satu pompa untuk
cadangan (stand by). Beberapa PLTU lain dilengkapi dengan 3 buah pompa dengan 2 buah
pompa beroperasi (pada beban penuh) dan satu pompa stand by.

Penggerak pompa juga beberapa macam. Ada pompa air pengisi yang digerakkan oleh
motor listrik, ada juga yang digerakkan oleh turbin uap khusus yang memang dibuat hanya
untuk menggerakkan BFP. Saat ini, penggerak yang disebut terakhir semakin banyak
digunakan karena lebih efisien terutama untuk BFP berukuran besar.

Pengenalan PLTU Batubara Hal.29 / 55


Materi pltu

Kelengkapan pompa air pengisi.


Pompa air pengisi dilengkapi dengan beberapa perlengkapan lain seperti :

a. Kelengkapan sisi hisap (Suction Valve).


Sisi hisap BFP dilengkapi dengan katup isolasi baik berupa katup tangan maupun yang
digerakkan oleh motor. BFP hanya boleh beroperasi bila katup ini dalam keadaan
terbuka karena bila BFP beroperasi dalam keadaan katup hisap tertutup akan
membahayakan pompa. Karena itu, katup ini biasanya dilengkapi dengan limit switch
yang akan memberikan signal dimana signal ini merupakan salah satu syarat untuk start
pompa.

b. Saringan sisi hisap (Suction Strainer).


Pada sisi masuk, setelah katup (suction valve) dipasang pula saringan (suction strainer)
yang berfungsi untuk menyaring partikel-partikel padat dari air pengisi. Operator harus
selalu memperhatikan kondisi saringan ini. Bila sarungan kotor, dapat mengakibatkan
kavitasi pada BFP. Untuk memonitor kondisi saringan, disediakan alat untuk mengukur
perbedaan tekanan (P) antara sebelum dan sesudah saringan. Bila P tinggi, berarti
saringan kotor. Dalam kondisi seperti ini, jalankan BFP yang standby, lalu matikan BFP
yang saringannya kotor. Lakukan pengisolasian terhadap pompa dengan menutup katup
hisap dan katup sisi tekan, kemudian bersihkan saringan yang kotor.

c. Katup - katup sisi tekan.


Seperti halnya sisi hisap, sisi tekan BFP juga dilengkapi katup isolasi. Selain itu juga
dilengkapi katup searah (check valve) untuk mencegah aliran balik terhadap pompa.

d. Pengimbang gaya aksial.


Gaya aksial merupakan aspek yang perlu mendapat perhatian dalam BFP. Perbedaan
tekanan antara sisi tekan (discharge) dengan sisi hisap (suction) pada BFP sangat besar.
Perbedaan tekanan ini akan menimbulkan gaya aksial yang cenderung mendorong rotor
pompa kearah sisi tekanan rendah. Untuk mengantisipasi masalah ini, ada BFP yang
dilengkapi dengan bantalan aksial (Thrust bearing). Pada konstruksi BFP yang lain, gaya
aksial ini diantisipasi oleh piston pengimbang (balancing drum) yang dipasang diujung
poros sisi tekanan tinggi. Sebagian air dari sisi tekanan tinggi dialirkan ke piston
pengimbang sehingga menghasilkan gaya aksial yang berlawanan arah dengan arah
gaya aksial asli yang timbul pada poros pompa.

Air yang diarahkan ke piston pengimbang ini kemudian dapat dikembalikan lagi ke sisi
hisap (suction) pompa (internal) atau langsung ke deaerator (external) seperti terlihat
pada gambar 23.

Pengenalan PLTU Batubara Hal.30 / 55


Materi pltu

Gambar 23: Saluran Piston Pengimbang Pada BFP

e. Saluran pemanasan (Warming Line)


Seperti diketahui bahwa BFP beroperasi pada temperatur tinggi sehingga terjadi
perbedaan temperatur yang tinggi antara pompa yang beroperasi dengan pompa yang
standby. Manakala situasi menuntut agar pompa yang standby segera start, maka akan
terjadi thermal stress akibat perbedaan temperatur yang besar antara pompa dengan
temperatur air pengsi.

Untuk menanggulangi masalah ini, maka BFP dilengkapi dengan saluran pemanasan
(warming line). Fungsinya adalah untuk menghangatkan (warming) pompa yang standby
agar pada saat start, perbedaaan temperatur pompa dengan temperatur air pengisi tidak
terlalu besar lagi. Proses pemanasannya sendiri adalah dengan cara mengalirkan air
pengisi dengan aliran yang sangat rendah secara kontinyu kedalam pompa yang
standby. Air yang digunakan dapat berasal dari sisi tekan BFP yang beroperasi atau
dapat juga dari deaerator.

f. Saluran air pancar (Attemperator).


Beberapa ketel dilengkapi dengan peralatan pengatur uap dengan menggunakan air
pancar (Attemperator). Air yang digunakan untuk keperluan tersebut juga berasal BFP.
Saluran air pancar untuk superheater umumnya dicabangkan dari sisi tekan BFP.
Sedangkan saluran air pancar untuk Reheat, biasanya diekstrak dari tingkat tertentu
BFP.

Pengenalan PLTU Batubara Hal.31 / 55


Materi pltu

g. Sistem pelumasan.
Mengingat ukuran BFP cukup besar, maka umumnya dilengkapi dengan sistem
pelumasan sirkulasi bertekanan. Sistem terdiri dari tangki pelumas, pompa pelumas,
pendingin minyak pelumas, saringan dan katup-katup pengatur. Pada beberapa BFP
terdapat 2 pompa pelumas yaitu pompa pelumas utama dan pompa pelumas bantu.
Pompa pelumas utama digerakkan oleh poros pompa sedang pompa pelumas bantu
digerakkan oleh motor listrik. Sebelum pompa beroperasi, pelumasan dipasok oleh
pompa pelumas bantu. Setelah pompa berputar, tugas pelumasan diambil alih oleh
pompa pelumas utama. Pada BFP yang menggunakan kopling fluida, maka selain
memasok sistem pelumasan minyak yang sama juga digunakan sebagai fluida kerja
pada kopling fluida.

h. Sistem pengaturan aliran air pengisi.


Pengaturan aliran air pengisi dapat dilakukan dengan beberapa cara diantaranya :

• Pengaturan aliran dengan variasi putaran pompa melalui kopling fluida.


Dalam sistem pengaturan ini, penggerak pompa umumnya motor listrik dengan
putaran konstan. Motor dihubungkan ke BFP dengan perantaraan kopling fluida.
Dengan pengaturan kopling fluida, maka putaran BFP dapat dibuat variabel. Melalui
variasi putaran BFP ini akan diperoleh variasi aliran air pengisi. Skema sistem
pengaturan ini dapat dilihat pada gambar 24.

Gambar 24: Pengaturan Aliran Dengan Kopling Fluida

• Pengaturan aliran dengan variasi putaran turbin.


Sistem pengaturan ini ditetapkan pada BFP yang digerakkan oleh turbin uap khusus
untuk menggerakkan BFP. Dalam hal ini BFP dikopel langsung dengan turbin. Untuk
mendapatkan variasi aliran, dilakukan dengan merubah putaran BFP. Variasi
pengaturan putaran turbin dilakukan oleh governor dengan sistem pengaturan yang
mirip dengan sistem yang diterapkan pada turbin PLTU. Bila aliran uap ditambah,
maka putaran pompa akan naik. Sebaliknya bila aliran uap dikurangi, maka putaran
pompa akan turun. Dengan cara ini diperoleh variasi aliran air pengisi ke ketel.
Skema pengaturan semacam ini dapat dilihat pada gambar 25.

Pengenalan PLTU Batubara Hal.32 / 55


Materi pltu

Gambar 25: Pengaturan Aliran Air Pengisi Dengan Governor

• Pengaturan aliran dengan katup.


Pengaturan aliran dengan sistem ini dilakukan oleh katup pengatur, seperti terlihat
pada ilustrasi 26.

Gambar 26: Pengaturan Aliran Dengan Katup

Umumnya BFP dihubungkan langsung dengan motor listrik yang putarannnya tetap.
Variasi aliran diperoleh melalui variasi pembukaan katup.

i. Saluran Resirkulasi BFP.


Pada saluran sisi tekan (discharge) BFP terdapat percabangan saluran yang
dihubungkan kembali kedeaerator. Saluran ini disebut saluran Resirkulasi BFP yang
fungsinya untuk memproteksi BFP dengan cara menjamin selalu ada aliran air dari BFP
dalam kondisi apapun juga. Saluran ini kadangkala juga disebut saluran minimum Flow.

Pengenalan PLTU Batubara Hal.33 / 55


Materi pltu

Pada saluran ini dipasang katup yang hanya mengenal dua posisi yaitu posisi tertutup
penuh dan posisi buka penuh. Signal untuk membuka atau menutup katup ini biasanya
berasal dari aliran air pengisi menuju ketel (Feedwater Flow). Bila aliran menuju ketel
rendah, maka katup resirkulasi akan membuka sehingga sebagian air dari BFP akan
mengalir melintasi saluran resirkulasi dan kembali ke Deaerator. Bila aliran air pengisi
menuju ketel sudah cukup tinggi, katup resirkualsi akan menutup.

2.3.2. Pemanas awal air pengisi.

Seperti halnya pada sistem air kondensat, sistem air pengisi juga dilengkapi dengan
pemanas awal air pengisi. Fungsinya juga sama yaitu untuk menaikkan temperatur air
pengisi guna menghemat pemakaian bahan bakar dan menaikkan efisiensi siklus. Media
pemanas yang digunakan adalah juga uap ekstraksi dari turbin namun berasal dari titik-titik
ekstraksi pada daerah tekanan uap yang lebih tinggi. Tipe pemanas yang dipakai adalah tipe
permukaan (surface) dimana air pengisi mengalir dalam pipa sedang uap ekstraksi diluar
pipa.
Dalam usaha untuk mendapatkan efisiensi pemanas awal yang optimum, pemanas air
pengisi dirancang untuk terdiri dari 3 zona seperti terlihat pada gambar 27, yaitu :

• Zona desuperheating
Pada zona ini terjadi penyerapan fraksi panas Superheat dari uap ekstraksi oleh air
pengisi.

• Zona panas laten.


Merupakan area perpindahan panas yang dominan dimana fraksi panas laten dari uap
ekstraksi diserap oleh air pengisi.

• Zona Subcooling.
Merupakan area dimana sebagian fraksi panas sensibel diserap olah air pengisi
sehingga temperatur air kondensasi uap ekstraksi mengalami penurunan hingga dibawah
titik didih (subcooling), sebelum mengalir kesaluran drain.

Gambar 27: Pemanas Awal Air Pengisi

Pengenalan PLTU Batubara Hal.34 / 55


Materi pltu

Perlengkapan pemanas awal air pengisi lainnya sama seperti yang telah dibahas pada
pemanas awal air pada sistem air kondensat.

Pengenalan PLTU Batubara Hal.35 / 55


Materi pltu

III. SISTEM DRAIN DAN EKSTRAKSI UAP.

Manakala aliran uap dalam satu saluran terganggu, misalnya saat unit trip, maka sisa uap
dalam saluran akan terkondensasi. Air kondensasi yang terbentuk akan terkumpul dibagian
saluran atau dititik paling rendah dalam sistem dan dapat menimbulkan dua masalah :

 Adanya butiran ataupun genangan air didalam sistem saluran dapat meningkatkan laju
korosi.
 Pada saat unit ditart kembali, genangan air akan kontak dengan uap yang dapat
mengakibatkan terjadinya letusan air (splashing), water hammer dan bahkan dapat
terbawa oleh uap kedalam turbin sehingga menimbulkan erosi.

Karena alasan-alasan tersebut, maka air yang terbentuk dalam sistem saluran uap sedapat
mungkin harus dikeluarkan. Untuk itu maka pada sistem saluran uap maupun turbin
dilengkapi dengan banyak saluran drain yang berfungsi untuk membuang air yang
terkondensasi. Selain untuk membuang air, saluran drain juga dipakai untuk memanaskan
pipa-pipa saluran pada tahap pemanasan (warming) sebelum menjalankan unit. Proses
pemanasan (warming) yang baik akan mengurangi thermal stress dan pada akhirnya akan
memperpanjang umur dari sistem saluran maupun komponen-komponen PLTU pada
umumnya.

Adapun sistem drain mencakup :

 Main Steam Line Drain.


Main steam line drain berfungsi untuk mencegah terjadinya akumulasi kondensasi uap
disekitar Main Stop Valve, Governor Valve dan Main Steam Line pada periode start
maupun stop. Selain itu juga dipakai untuk pemanasan (warming) main steam line
terutama pada start dingin. Umumnya katup drain ini baru ditutup setelah generator
sinkron atau pada beban rendah tertentu.

 Reheat Steam Line Drain.


Juga berfungsi untuk mencegah terjadinya akumulasi kondenasi uap disekitar reheat
stop valve dan intercept valve saat start/shutdown.

 Extraction Steam Line Drain.


Saluran uap ekstraksi juga dilengkapi dengan saluran drain untuk membuang kondensasi
dalam saluran dan untuk keperluan pemanasan sacara bertahap pada saat start. Katup
drain biasanya baru ditutuip setelah ekstraksi aktif dan stabil.

Gambar 28, merupakan contoh sistem drain dan ekstraksi pada PLTU.

Pengenalan PLTU Batubara Hal.36 / 55


Materi pltu

Gambar 28: merupakan contoh sistem drain dan ekstraksi pada PLTU

Dalam gambar diatas, selain drain dari saluran uap, juga diperlihatkan sistem drain dari
kondensat uap ekstraksi didalam pemanas awal air pengisi. Seperti diketahui bahwa uap
ekstraksi dipakai untuk memanaskan air pengisi didalam pemanas awal air pengisi.
Akibatnya, uap ekstraksi akan mengalami pendinginan didalam pemanas awal dan
terkondensasi. Air kondensasi yang terbentuk akibat proses tersebut harus dialirkan keluar
dari pemanas awal secara kontinyu. Karena PLTU umumnya dilengkapi dengan beberapa
tingkat pemanas awal, maka sistem drain kondensasi uap ekstraksipun dibuat bertingkat
yang dikenal dengan sistem drain bertingkat (cascade drain system).

Yang dimaksud dengan sistem drain bertingkat adalah drain kondensasi uap ekstraksi dari
pemanas awal yang lebih tinggi dialirkan ke pemanas awal yang satu tingkat lebih rendah.
Sebagai contoh, drain dari pemanas awal air pengisi tingkat 6 akan dialirkan ke pemanas
awal tingkat 5 drain dialirkan ke pemanas awal tingkat 4 dan seterusnya. Dirancang
demikian karena drain dari pemanas awal tingkat yang lebih tinggi masih dapat
dimanfaatkan untuk memanasi air pengisi pada pemanas awal yang satu tingkat lebih
rendah. Laju aliran drain dari masing-masing pemanas dikontrol oleh level controller (LC)
pada pemanas yang bersangkutan. Selain saluran drain normal, sistem drain cascade juga
dilengkapi dengan saluran drain alternatif (alternate drain/emergen drain).

Pengenalan PLTU Batubara Hal.37 / 55


Materi pltu

Bila level kondensasi dalam pemanas awal air tinggi, maka pertama-tama katup saluran
drain normal yang menuju ke pemanas awal setingkat lebih rendah akan membuka. Bila
katup ini sudah membuka penuh tetapi level dalam pemanas masih naik terus, maka katup
drain alternatif (alternate drain) akan membuka. Bila kedua katup drain ini telah membuka
tetapi level dalam pemanas awal masih naik terus, maka pada suatu level tertentu, katup
uap ekstraksi yang menuju ke pemanas bersangkutan akan menutup.

Kondisi ini dimaksudkan sebagai proteksi untuk mencegah agar air kondensasi uap ekstraksi
tidak sampai mencapai turbin. Sistem saluran drain alternatif umumnya terbagi menjadi 2.
Sistem saluran drain alternatif dari pemanas awal tekanan tinggi (HP heater) biasanya
dialirkan menuju deaerator. Sedangkan saluran drain alternatif dari pemanas awal tekanan
rendah (LH heater) diarahkan ke kondensor.

Pengenalan PLTU Batubara Hal.38 / 55


Materi pltu

IV. SISTEM AIR.

4.1. Sistem Air Pendingin Utama.

Sistem air pendingin utama merupakan sistem yang menyediakan dan memasok air
pendingin yang diperlukan untuk mengkondensasikan uap bekas didalam kondensor dan
memasok kebutuhan untuk “Auxiliary Coolingwater heat Exchanger”. Air pendingin utama
(circulating water) merupakan media pendingin untuk menyerap panas laten uap bekas dari
turbin yang mengalir kedalam kondensor. Tanpa aliran air pendingin utama yang cukup,
vakum kondensor akan rendah dan dapat mengakibatkan unit trip.

Ada 2 macam sistem air pendingin utama yang lazim diterapkan di PLTU yaitu sistem
terbuka dan sistem tertutup.

4.1.1. Sistem air pendingin utama siklus terbuka.

Dalam sistem terbuka, air pendingin dipasok secara kontinyu dari sumber tak terbatas
seperti sungai, danau atau laut yang dipompakan ke kondensor untuk akhirnya dibuang
kembali keasalnya.

Gambar 29: Sistem Air Pendingin Utama Terbuka

Gambar 29, merupakan ilustrasi dari sistem air pendingin utama terbuka berserta
komponen-komponen utamanya yang meliputi :
a. Saringan Apung (Floating dam).
Fungsinya adalah untuk mencegah terbawanya sampah-sampah dan benda-benda yang
mengapung diatas permukaan air terutama yang berukuran besar. Fungsi lainnnya
adalah untuk menghambat aliran air dibagian permukaan yang relatif lebih hangat dan
membiarkan air yang lebih dingin dari daerah yang lebih dalam untuk mengalir.

Pengenalan PLTU Batubara Hal.39 / 55


Materi pltu

b. Bar screen / Trash Rack.


Merupakan saringan kasar yang berfungsi untuk menyaring benda-benda berukuran
sedang. Biasanya terbuat dari batang logam pipih yang dirangkai sehingga membentuk
semacam terali besi.

c. Saringan putar (Traveling screen).


Berfungsi untuk menyaring semua benda sampai yang berukuran relatif kecil. Dipasang
vertikal pada sisi masuk kanal pompa air pendingin utama (CWP) dimana sebagian
besar segmen saringan berada dibawah permukaan air. Sedang sebagian lagi diatas
permukaan air seperti terlihat pada gambar 30.

Gambar 30: Saringan Putar (Traveling Screen)

Konstruksi saringan adalah berupa kawat baja berbentuk segmen-segmen persegi


panjang yang dikaitkan pada rantai-rantai dikedua sisinya. Rantai-rantai tersebut
kemudian dikalungkan melingkari roda-roda gigi yang ditempatkan diantara 2 poros.
Salah satu poros dihubungkan ke penggerak berupa motor listrik. Dalam keadaan

Pengenalan PLTU Batubara Hal.40 / 55


Materi pltu

terpasang, rangkaian segmen-segmen kasa baja tersebut akan membentuk suatu pita
raksasa / layar (screen) dan bila motor diputar, maka layar ini akan bergerak mengelilingi
roda gigi. Sampah-sampah dalam air pendingin akan tersangkut pada saringan dan
karena saringan bergerak, maka sampah-sampah yang menempel juga akan terbawa
keatas permukaan. Pada bagian saringan yang berada diatas permukaan air dipasang
nosel-nosel penyemprot (sprayer) yang menggunakan media air bertekanan. Manakala
sampah-sampah yang tersangkut mencapai posisi nosel, maka semprotan air dari nosel
akan merontokkan sampah-sampah tersebut dan jatuh ke saluran khusus untuk
menampung sampah-sampah tersebut. Dengan cara ini maka setelah melewati posisi
nosel, saringan akan bersih kembali. Pada beberapa konstruksi juga disediakan
penyemprot ikan (Fish spray) yang posisinya berada dibawah nosel utama. Fish spray
berfungsi untuk menyemprot ikan-ikan kecil yang tersangkut disaringan dengan air
bertekanan rendah. Akibat semprotan ini ikan-ikan akan terlepas dari saringan dan
masuk ke saluran (got) yang khusus disediakan untuk selanjutnya dikembalikan ke air.

d. Pompa penyemprot saringan putar (screen wash pump).


Merupakan pemasok air bertekanan yang dialirkan ke nosel penyemprot guna
membersihkan saringan putar. Air yang digunakan adalah juga air pendingin utama.
Pompa ini dapat dioperasikan secara manual ataupun otomatis. Dalam posisi otomatis,
pompa akan start secara otomatis bila perbedaan tekanan (P) air melintasi saringan
putar tinggi. P yang tinggi mengindikasikan bahawa saringan sudah mulai tersumbat
sampah. Manakala P sudah normal kembali, maka pompa akan stop secara otomatis.

e. Penginjeksi chlor (chlorinator).


Berfungsi untuk menginjeksi chlor kedalam air pendingin yang tujuannya untuk
membunuh atau sekurangnya mencegah berkembang biaknya jasad-jasad renik (micro
organisme) yang hidup dalam air pendingin agar tidak menimbulkan gangguan dalam
sistem air pendingin utama. Sumber pasokan chlor dapat berupa tabung-tabung gas
chlor ataupun unit penghasil chlor (Chlorination plant) yang detilnya dibahas pada mata
pelajaran lain.
Metode penginjeksian chlor ada beberapa macam misalnya metode penginjeksian
kontinyu atau metode shock therapy. Pada metode shock therapy, penginjeksian tidak
dilakukan secara kontinyu melainkan secara periodik. Selang waktu antar periodenya
dapat diatur secara otomatis dengan bantuan timer. Hal yang penting diperhatikan
adalah konsentrasi chlor yang diinjeksikan harus tepat. Bila dosisnya kurang, maka
efeknya terhadap microorganisme akan berkurang. Sedang bila dosisnya terlalu besar,
dapat mempengaruhi lingkungan terutama didaerah outfall.

f. Pompa pendingin utama (CWP).


Berfungsi untuk mengalirkan air pendingin utama ke kondensor dan pada beberapa
sistem juga memasok air ke Auxiliary cooling water heat Exchanger. Umumnya bertipe
mixed flow dengan posisi vertikal seperti pada gambar 31.

Pengenalan PLTU Batubara Hal.41 / 55


Materi pltu

Gambar 31: CWP

Pada beberapa konstruksi pompa dilengkapi dengan saluran air lincir dan sekaligus juga
berfungsi sebagai perapat yang dialirkan keperapat poros pompa (Gland seal). Sebelum
pompa dijalankan, pasokan air ini harus diaktifkan terlebih dahulu.

Selain itu, beberapa pompa juga dilengkapi dengan sistem pelumasan sirkulasi yang
salah satu komponennya adalah pendingin pelumas (Oil Cooler). Pasokan air untuk oil

Pengenalan PLTU Batubara Hal.42 / 55


Materi pltu

cooler ini juga harus diaktifkan sebelum pompa dijalankan. Perlu diingat bahwa
pelumasan memegang peranan penting mengingat pada pompa vertikal, seluruh berat
pompa beserta beban lain berupa gaya-gaya aksial yang timbul praktis harus ditanggung
hanya oleh satu bantalan.

Pada sisi tekan pompa dipasang penghubung fleksibel (expansion joint) untuk meredam
getaran maupun tumbukan air (water hammer) mengingat pompa ini mengalirkan air
dalam jumlah yang sangat besar. Pada saluran tekan pompa umumnya dipasang katup
kupu-kupu (butterfly) dengan maksud agar dapat menutup dengan cepat mengingat
diameter pipa saluran yang sangat besar. Katup ini umumnya digerakkan oleh motor
listrik. Pembukaan dan penutupan katup ini berlangsung scera otomatis. Katup akan
membuka otomatis beberapa saat setelah pompa start dan akan menutup secara
otomatis pula bila pompa distop.

g. Kondensor.
Fungsi utama kondensor adalah untuk mengondensasikan uap bekas dari turbin menjadi
air kondensat untuk dapat disirkulasikan kembali. Hal ini dilaksanakan melalui proses
prndinginan uap oleh air pendingin yang mengalir dibagian dalam pipa-pipa kondensor.
Tipe dan konstruksi kondensor ada berbagai macam dan secara detil akan dibahas pada
pelajaran lain. Salah satu tipe yang akan dibahas disini sebagai contoh tipikal adalah tipe
single pass, single shell, double inlet & outlet, surface condenser, devided water boxes
seperti terlihat pada gambar 32.

Gambar 32: Single Pass Condenser

Pengenalan PLTU Batubara Hal.43 / 55


Materi pltu

Intinya merupakan sekumpulan pipa-pipa pendingin dimana uap bekas berada dibagian
luar pipa (disebut sisi uap) sedang air pendingin mengalir dibagian dalam pipa (disebut
sisi air). Akibat pendinginan ini, uap bekas disisi uap akan terkondensasi dan ditampung
dalam penampung dibagian dibawah kondensor yang disebut hotwell. Proses
kondensasi ini mengakibatkan sisi uap kondensor (termasuk hotwell) berada dalam
kondisi vacum. Bila aliran air pendingin berkurang misalnya akibat pipa-pipa kondensor
tersumbat kotoran, vacum akan turun dan pada kondisi yang ekstrim dapat
mengakibatkan unit trip karena vakum terlalu rendah. Karenanya, air pendingin utama
merupakan unsur yang cukup vital. Untuk meningkatkan keandalan kondensor, katup air
pendingin sisi masuk dan sisi keluar kondensor biasanya digerakkan oleh motor dimana
konfigurasi katup-katup tersebut dapat diatur sedemikian rupa sehingga selain posisi
normal operasi, juga memungkinkan kondensor diposisikan “Out of Service” atau
diposisikan “Back Washing”.

Posisi “Out of Service” adalah posisi me-non-aktifkan salah satu shell kondensor dengan
memblokir aliran air pendingin untuk shell tersebut sehingga shell dapat dibersihkan
dalam kondisi unit beroperasi. Tetapi karena hanya 1 shell yang beroperasi, maka dalam
kondisi out of service, biasanya unit hanya boleh beroperasi pada  50% beban.
Setelah pembersihan selesai, kondensor dapat dinormalkan kembali.

Sedangkan posisi blackwashing artinya membalik aliran air pendingin pada salah satu
shell. Back washing dilakukan bila pipa-pipa kondensor sudah mulai tersumbat oleh
kotoran. Dengan cara membalik arah aliran pada salah satu shell, maka kotoran-kotoran
yang menyumbat mulut pipa akan rontok sehingga pipa-pipa bersih kembali.

h. Sistem pembuang udara sisi air kondensor (Priming System).


Fungsi utama sistem priming adalah untuk membuang udara dari air pendingin utama
agar air pendingin dapat mengisi seluruh permukaan kondensor sehingga proses
pendinginan efektif. Saluran pembuang udara sisi air pendingin terletak pada bagian atas
water box sisi inlet dan sisi outlet kondensor. Ada 2 macam sistem priming yang banyak
dipakai yaitu sistem priming tertutup dan sistem priming terbuka. Ilustrasi sistem priming
tertutup terlihat seperti pada gambar 33.

Pengenalan PLTU Batubara Hal.44 / 55


Materi pltu

Gambar 33: Sistem Priming Tertutup

Pada sistem ini, pembuangan udara dilakukan melalui saluran dan katup venting
dibagian atas water box hanya dengan mengandalkan tekanan air pendingin. Sedangkan
pada sistem terbuka (gambar 34) udara dikeluarkan dari water box melaui saluran yang
sama tetapi dengan bantuan perangkat vacum seperti vacum pump.

Gambar 34: Sistem Priming Terbuka

i. Taproge.
Taproge adalah sistem pembersih pipa kondensor sisi air pendingin dengan
menggunakan sarana pembersih berupa bola-bola karet yang disebut bola Taproge

Pengenalan PLTU Batubara Hal.45 / 55


Materi pltu

dengan cara mensirkulasikan bola-bola tersebut bersama air pendingin seperti terlihat
pada gambar 35.

Gambar 35: Taproge

Bila pipa air pendingin dinyatakan kotor dan tidak teratasi oleh backwashing, maka
sistem Taproge dapat dioperasikan. Untuk keperluan ini, pada saluran air pendingin
keluar dipasang semacam saringan berengsel yang terdiri dari 2 bagian seperti layaknya
sepasang daun pintu teralis. Perangkat ini disebut catcher yang berfungsi untuk
menangkap bola-bola Taproge agar tidak ikut terbuang ke outfall. Sebelum
mengoperasikan sistem Taproge, catcher harus dalam posisi tertutup (catch position).
Bila menggunakan bola - bola Taproge baru, bola-bola taproge sebaiknya terlebih dahulu
direndam dalam air dan diremas-remas guna menghilangkan udara dari dalam bola. Bola
kemudian dimasukkan pada penampung (ball collector) yang dilengkapi dengan tingkap
berlubang-lubang.

Pengenalan PLTU Batubara Hal.46 / 55


Materi pltu

Bila tingkap tertutup, maka hanya air yang dapat mengalir melalui lubang-lubang tersebut
sementara bola - bola Taproge tertahan didalam collector. Bila tingkap dibuka, maka air
dan bola - bola Taproge dapat mengalir. Setelah bola Taproge dimasukkan ke collector
dengan tingkap masih posisi tertutup, jalankan pompa sirkulasi (Taproge Pump),
kemudian buka tingkap pada collector dan bola-bola Taproge akan mengalir bersama air
kesisi masuk (inlet) kondensor. Untuk selanjutnya masuk kepipa-pipa pendingin dan
akhirnya keluar sambil membawa kotoran-kotoran dari pipa kondensor. Ketika sampai
outlet, bola-bola Taproge akan tertahan pada catcher dan diarahkan kembali ke collector.
Sirkulasi ini terus dilakukan sampai selang waktu tertentu, sesuai instruksi buku manual.
Bila dirasa sudah cukup, tutup tingkap pada collector, dan biarkan sistem tetap
beroperasi beberapa saat guna memberi waktu bagi bola-bola Taproge untuk terkumpul
seluruhnya didalam collector. Bila dipandang cukup, matikan pompa dan catcher dapat
dibuka kembali.

4.1.2. Sistem air pendingin utama siklus tertutup.

Secara prinsip, sistem air pendingin utama siklus tertutup menggunakan media air pendingin
yang sama secara berulang dalam sirkulasi tertutup guna memasok kondensor seperti
terlihat pada gambar 36.

Gambar 36: Prinsip Sistem Air Pendingin Siklus Tertutup

Air pendingin dipompakan ke kondensor oleh pompa air pendingin utama (CWP) untuk
mengkondensasikan uap bekas dengan cara menyerap panas laten dari uap bekas tersebut.
Akibat proses dikondensor, temperatur air pendingin keluar kondensor akan mengalami
kenaikkan. Karena air akan disirkulasikan kembali ke kondensor, maka air pendingin ini
harus didinginkan terlebih dahulu. Proses pendinginan air dilaksanakan di Menara pendingin
(Cooling Tower). Didalam menara pendingin, air pendingin didinginkan oleh udara sehingga
temperaturnya kembali turun dan siap disirkulasikan kembali kedalam kondensor. Gambar
37, merupakan contoh aplikasi sistem air pendingin utama siklus tertutup.

Pengenalan PLTU Batubara Hal.47 / 55


Materi pltu

Gambar 37: Aplikasi Sistem Air Pendingin Utama Siklus Tertutup

Dalam contoh aplikasi sistem air pendingin utama siklus tertutup seperti gambar diatas,
fungsi sebagian besar komponennya seperti kondensor, Auxiliary Cooling water heat
Exchanger, Traveling Screen sama seperti yang telah diuraikan dalam sistem air pendingin
utama siklus terbuka pada session sebelumnya. Perbedaannya hanya terletak pada menara
pendingin (Cooling Tower) yang tidak terdapat pada sistem air pendingin siklus terbuka.

• Menara Pendingin (Cooling Tower).


Berfungsi untuk mendinginkan air pendingin utama dengan menggunakan udara sebagai
media pendingin.
Pada prinsipnya, ada dua tipe dasar cooling tower yaitu cooling tower tipe kering (Dry
Cooling Tower) berupa penukar panas tipe permukaan (Surface heat Exchanger) dan
cooling tower basah (Wet Cooling Tower) yang merupakan penukar panas tipe kontak
langsung (direct contact heat exchanger). Mengingat cooling tower yang banyak dipakai
di PLTU adalah tipe wet cooling tower, maka session ini hanya akan membahas wet
cooling tower.

Pada wet cooling tower, air pendingin utama yang akan didinginkan dialirkan dari bagian
atas cooling water dan disemprotkan pada kisi-kisi pendingin. Udara sebagai media
pendingin dihembuskan dari arah samping bagian bawah cooling tower dan mengalir
kearah atas. Selanjutnya, butiran-butiran air akan kontak langsung dengan udara
sehingga terjadi transfer panas dari air ke udara. Akibat proses ini, sebagian air akan
menguap dan terbuang bersama udara lewat bagian atas cooling tower. Manakala
didalam air pendingin terdapat zat-zat pencemar, maka ketika sebagian air menguap,

Pengenalan PLTU Batubara Hal.48 / 55


Materi pltu

konsentrasi zat pencemar semakin tinggi, sehingga dapat mengakibatkan timbulnya


berbagai masalah dalam kondensor. Untuk mengatasi masalah ini, maka secara periodik
atau secara kontinyu, air pendingin harus dibuang / didrain dari bagian bawah bak
penampung (basin). Proses ini dikenal dengan istilah “Blowdown” yang selain berfungsi
untuk menurunkan konsentrasi zat pencemar dalam air pendingin, sekaligus juga untuk
membuang endapan-endapan / lumpur-lumpur dibagian bawah bak penampung.

Akibat proses penguapan dan blowdown, maka untuk mempertahankan kuantitas air
pendingin didalam siklus, diperlukan penambahan air dari luar dengan jumlah yang
sebanding. Air pendingin yang ditambahkan dari luar siklus disebut “make up”. Ilustrasi
dari semua proses diatas dapat dilihat pada gambar 38.

Gambar 38: Tipikal Aliran Air Pendingin Pada Cooling Tower

Wet Cooling Tower sendiri juga terdiri dari dua tipe yaitu :
a. Natural draft cooling tower dan Forced draft cooling tower. Berhubung natural draft
cooling tower belum lagi dipakai di PLTU yang dimiliki PLN, maka session ini hanya
akan membahas Forced draft cooling tower.
b. Forced draft cooling tower sering juga disebut Mechanical draft cooling tower
menggunakan kipas yang digerakkan oleh motor listrik untuk mengalirkan udara
pendingin cooling tower. Dipandang dari sisi aliran udaranya, cooling tower ini
dibedakan menjadi cross flow cooling tower seperti gambar 39 dan counter flow
cooling seperti gambar 40.

Pengenalan PLTU Batubara Hal.49 / 55


Materi pltu

Gambar 39: Cross Flow Cooling Tower Gambar 40: Counter Flow Cooling Tower

Pada cross flow cooling tower, aliran udara bersilangan tegak lurus terhadap aliran udara
sedang pada counter flow cooling tower, aliran udara berlawanan dengan arah aliran air.

Gambar 41, memperlihatkan konstruksi tipikal Mechanical draft cooling tower yang
banyak dipakai pada PLTU milik PLN yang umumnya terbuat dari kayu atau beton.

Gambar 41: Konstruksi Mechanical Draft Cooling Tower

Pengenalan PLTU Batubara Hal.50 / 55


Materi pltu

Dibagian atas cooling tower dipasang beberapa kipas / Fan yang digerakkan oleh motor
listrik melalui rangkaian gigi reduksi (gearbox) untuk menurunkan putaran motor. Air
pendingin panas masuk ke header dibagian atas cooling tower dan dispraykan kebawah
menuju kisi-kisi (Fill) yang umumnya bertipe pantul (splash). Disamping bagian luar kisi-
kisi tempat udara masuk, dipasang sirip-sirip (Louvre) untuk mencegah agar cipratan air
tidak keluar dari cooling tower. Udara atmosfir masuk melalui sirip-sirip akibat hisapan
fan dan mengalir keatas menuju fan sambil mendinginkan air. Udara panas akan
dihembuskan kembali ke atmosfir oleh fan lewat bagian atas cooling tower. Air dingin
akan berkumpul di bak penampung (basin) dibagian bawah cooling tower. Dari bak
penampung ini, air selanjutnya disirkulasikan kembali ke kondensor sebagai air
pendingin utama.
Ketika unit berperasi pada beban penuh atau cuaca panas, seluruh fan pada cooling
tower mungkin harus dioperasikan. Tetapi pada beban rendah atau cuaca dingin,
sebagian fan dapat dimatikan untuk menghemat listrik.

4.2. Sistem Air Penambah.

Secara teoritis, fluida kerja didalam sikus PLTU akan terus bersirkulasi tanpa terjadi
pengurangan massa fluida kerja sehingga tidak memerlukan penambahan dari luar siklus.
Tetapi pada prakteknya, banyak terjadi kehilangan massa fluida kerja yang antara lain
disebabkan oleh adanya kebocoran - kebocoran didalam sistem.

Akibatnya diperlukan tambahan fluida kerja sejumlah tertentu dari luar siklus secara
kontinyu. Sistem air penambah berfungsi untuk memenuhi kebutuhan akan tambahan fluida
kerja tersebut. Mengingat bahwa kualitas air penambah harus sama baiknya dengan kualitas
air yang telah berada dalam siklus, maka sistem air penambah dilengkapi dengan unit
pengolah air (demineralizer plant) yang berfungsi untuk mengolah air sumber (raw water)
menjadi air penambah (make up water).

Raw water untuk PLTU dapat berasal dari berbagai sumber seperti air PAM (City water), air
tanah (well water), air sungai atau air laut yang telah diolah melalui Desalination Plant.
Desalination Plant adalah unit untuk mengolah air laut melalui proses evaporasi / penguapan
air laut. Uap air ini kemudian dikondensasikan dan akhirnya didapat air dengan kualifikasi
yang memadai sebagai Raw Water. Pembahasan lebih rinci mengenai Desalination Plant
serta demineralizer plant akan diulas pada pelajaran lain. Gambar 42, merupakan contoh
sistem air penambah dengan raw water yang berasal dari air tanah (well).

Pengenalan PLTU Batubara Hal.51 / 55


Materi pltu

Gambar 42: Well Water Supply System

Pada gambar terlihat bahwa air tanah dihisap oleh pompa (Well pump) dan dialirkan ke
Aerator yang berfungsi membuang gas-gas terlarut untuk selanjutnya dialirkan ke clarifier
reactor. Komponen ini akan menyaring partikel-partikel padat yang terlarut maupun kotoran-
kotoran lainnya. Dari sini air selanjutnya dialirkan ketangki penampung (clearwell storage).
Pada tahapan ini juga diinjeksikan bahan-bahan kimia baik untuk mempercepat proses
pemurnian maupun untuk mengurangi potensi penyebab korosi.Jenis bahan kimia yang
digunakan ada beberapa macam misalnya Hypochrorite untuk menurunkan kadar besi (iron),
koagulant untuk mempercepat proses clarifikasi, caustic untuk mencegah korosi dan lain
sebagainya. Bahan-bahan kimia ini dapat diinjeksikan di clarifier reactor ataupun di clearwell
dan disirkulasikan kembali secara kontinyu melalui saluran resirkulasi untuk mendapatkan
distribusi yang merata. Dari tangki penampung air dipompakan kesaringan (Filter) dan
sebagian lagi kesaluran Backwash serta saluran Resirkulasi. Saluran Backwash berfungsi
untuk membersihkan clarifier reactor fdari partikel-partikel padat yang menyumbat.

Filter berfungsi sebagai saringan akhir untuk menyaring partikel-partikel yang masih terlarut
dalam air. Umumnya filter tersebut berupa carbon, gravel atau pasir. Filter juga dilengkapi
saluran backwash. Lewat dari filter, air kemudian masuk ke tangki raw water (Service
Water/Treated Water Storage Tank). Dari tangki ini, air kemudian dialirkan ke Demineralizer
yaitu unit pengolah air dengan metode penukar ion ( Ion Exchanger). Mengenai
demineralizer plant akan dibahas khusus pada pelajaran tersendiri.

Keluar dari demineralizer plant, kualitas air telah menjadi air penambah (Make up water)
yang ditampung dalam tangki air penambah. (Make up water / Demineralizer Water Storage
Tank) dan siap untuk dimasukkan kedalam siklus bila diperlukan. Air penambah umumnya
masuk kedalam siklus melalui Hotwell, seperti terlihat pada gambar 43.

Pengenalan PLTU Batubara Hal.52 / 55


Materi pltu

Gambar 43: Sistem Air Penambah

Aliran air penambah yang masuk ke hotwell diatur oleh katup air penambah (make up valve).
Pembukaan katup dikendalikan oleh level Transmitter (LT) yangg menggunakan Parameter
Level Hotwell sebagai set point, karena variasi level hotwell merepresentasikan kebutuhan
air penambah. Bila level hotwell turun menjadi lebih rendah dari semestinya, maka katup air
penambah akan membuka sehingga air penambah dari tangki air penambah (Make up /
Condensate Storage Tank) akan mengalir kedalam hotwell oleh tarikan vacum. Hal yang
perlu diperhatikan oleh operator adalah bahwa jangan biarkan level tangki air penambah
terlalu rendah. Kalau sampai hal ini terjadi, maka hisapan vacum akan menimbulkan pusaran
air (vortex) dalam tangki air penambah sehingga memungkinkan udara dari tangki akan
terhisap kedalam hotwell. Hal ini dapat mengakibatkan turunnya vacum dan bahkan mungkin
dapat mengakibatkan Unit trip. Bila level hotwell tinggi, maka hotwell level transmitter (LT)
akan memerintahkan katup pelimpah (Spill Valve) untuk membuka dan sebagian air hotwell
akan mengalir melalui pompa kondensat dan kembali ke tangki air penambah.

4.3. Sistem air pendingin bantu (Auxiliary Cooling Water Sysem).

Sistem air pendingin bantu merupakan pemasok kebutuhan air pendingin untuk alat-alat
bantu PLTU seperti :

• Hydrogen Cooler (untuk generator berpendingin hidrogen)


• Turbine Lube Oil Cooler
• Instrument & Service Air Compressor
• Pompa air pengisi (BFP)
• Air Heater Lube Oil Cooler
• GRF Lube Oil Cooler
• FDF & IDF Lube Oil Cooler

Pengenalan PLTU Batubara Hal.53 / 55


Materi pltu

• dan lain sebagainya

Yang merupakan suatu sistem tertutup seperti terlihat pada gambar 4.3.1.

Gambar 44: Sistem Air Pendingin Bantu

Adapun komponen dalam sistem air pendingin bantu adalah :

• Tangki air pendingin bantu (head tank).


Merupakan sarana penampung air pendingin bantu yang diisi air demin (make up water)
dimana umumnya diletakkan pada elevasi yang cukup tinggi dari permukaan tanah
dengan maksud untuk memberikan tekanan hisap positif (positive suction head) pada
pompa air pendingin bantu. Untuk mengantisipasi kebocoran-kebocoran dalam sistem,
maka disediakan sistem kontrol otomatis untuk menjaga agar level tangki tetap konstan.
Guna memenuhi kebutuhan tersebut, pada tangki disediakan saluran untuk menambah
air yang berasal dari percabangan sisi tekan pompa air condensate. Pada saluran ini
dipasang katup pengatur (control valve) yang dikendalikan oleh level tangki (LT). Bila
level tangki turun dari semestinya, katup pengisian ini akan membuka sehingga air dari
sisi tekan pompa condensate akan mengalir mengisi tangki.

• Pompa air pendingin bantu (Auxiliary Cooling Water Pump).


Pompa ini berfungsi untuk mensirkulasikan air pendingin bantu. Biasanya disediakan dua
buah yang satunya untuk normal operasi sedang satunya untuk cadangan (stand by).
Masing-masing pompa dilengkapi dengan saringan (strainer) pada sisi hisapnya.
Operator harus memperhatikan kebersihan saringan ini. Kondisi saringan dapat
diidentifikasikan dari perbedaan tekanan (∆ P) melintasi saringan. Bila perbedaan
tekanan tinggi, berarti saringan dalam kondisi kotor dan perlu segera dibersihkan.
Sisi tekan masing-masing pompa dilengkapi katup satu arah (check valve) untuk
mencegah aliran balik manakala pompa sedang dalam keadaan stop. Ketika pompa

Pengenalan PLTU Batubara Hal.54 / 55


Materi pltu

dimatikan, operator harus memastikan bahwa katup satu arah (check valve) ini menutup
dengan baik. Kedua pompa juga dilengkapi dengan Pressure switch yang dipasang pada
saluran tekan air pendingin bantu. Pressure switch ini berfungsi untuk memberikan sinyal
start otomatis terhadap pompa. Bila tekanan saluran tekan air pendingin utama turun
hingga batas tertentu, maka Pressure switch akan memerintahkan pompa yang stand by
untuk start secara otomatis.

• Penukar panas air pendingin bantu (Auxiliary Cooling Waterheat Exchanger).


Merupakan penukar panas tipe permukaan (surface type) yang berfungsi untuk
mendinginkan air pendingin bantu dengan air pendingin utama sebagai media
pendinginnya.
Pada penukar panas ini, air pendingin bantu mengalir diluar pipa - pipa pendingin
sedangkan media pendingin mengalir didalam pipa-pipa pendingin.
Pada sisi masuk dan sisi keluar penukar panas baik untuk sisi air pendingin bantu
maupun untuk sisi media pendingin dilengkapi dengan temperatur indikator. Operator
harus memperhatikan temperatur-temperatur indikator ini. Bila temperatur air pendingin
bantu keluar heat exchanger tinggi, berarti ada yang kurang beres. Bila ternyata hal ini
disebabkan oleh tersumbatnya saluran-saluran media pendingin, lakukan back washing
terhadap penukar panas atau bila perlu lakukan pembersihan.

Pengenalan PLTU Batubara Hal.55 / 55

You might also like