You are on page 1of 39

Xlywonae's Blog

"selalu ada jalan untuk bikin kopekan"

Pengantar pendidikan
Juni 8, 2010 oleh xlywonae

HAKIKAT MANUSIA DAN DIMENSI SERTA PENGEMBANGANNYA

A. Hakikat Manusia
Menurut Bath dalam Reja (1975:14) tentang teori manusia bahwa “manusia pada saat
dilahirkan berada dalam tahapan perkembangannya yang bukannya lebih, melainkan
kurang dari hewan”. Menurut Meitzshe dalam Reja (1975:15) “manusia adalah hewan
yang belum ditetapkan”. Menurut Majid Noor (1981:21) secara pendekatan filsafat
manusia terdiri dari badan dan jiwa sebagai satu kesatuan yang utuh.
Ada 3 aliran pemikiran:
1. Aliran matrealisme yaitu aliran yang memandang bahwa yang penting adalah badan
manusia, jiwa hanya masalah yang kurang penting, jiwa hanya membonceng saja dalam
tubuh. Menurut Feurbach dalam Majid Noor (1981:22) berpendapar bahwa dibalik
manusia tidak ada makhluk lain yang misterius yang disebut jiwa.
2. Aliran spritualisme memandang bahwa yang penting adalah jiwa. Tokohnya antara lain
Plato yang berpendapat bahwa jiwa lebih agung dari pada badan, jiwa telah ada di alam
atas sebelum masuk kedalam badan.
3. Aliran dualisme menganggap bahwa badan dan jiwa sama pentingnya. Tokohnya Rene
Descartes dalam Majid Noor (1981:24) jiwa adalah substansi yang berfikir dan badan
adalah substansi yang berkeleluasaan. Dualisme terbagi atas paralelisme (badan sejajar
kedudukannya dengan jiwa) dan monoisme (antara badan dan jiwa telah terjadi
perpaduan sehingga manunggal).

B. Wujud Sifat Hakikat Manusia


Dikemukakan oleh paham eksistensialisme:
1. Kemampuan menyadari diri. Bahwa manusia menyadari dirinya memiliki ciri yang
khas atau karakteristik diri.
2. Kemampuan untuk bereksistensi. Kemampuan menempatkan diri, dapat menembus
kesana ke masa depan atau masa lampau.
3. Kata hati (Gewetwn of man). Disebut juga dengan istilah hati nurani, lubuk hati, suara
hati, pelita hati, dll.
4. Moral. Jika kata hati diartikan sebagai bentuk pengertian yang menyertai perbuatan,
maka moral (etika) adalah perbuatan itu sendiri.
5. Tanggungjawab. Adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatannya yang
disengaja (suyadi 1985).
6. Rasa kebebasan. Adalah rasa bebas tetapi yang sesuai dengan tuntutan kodrat manusia.
7. Kesediaan melaksanakan kewajiban dan menyadari hak.
8. Kemampuan menghayati kebahagiaan.
C. Kodrat, Harkat dan Martabat Manusia
Kodrat manusia merupakan keseluruhan sifat-sifat asli, kemampuan-kemampuan atau
bakat-bakat alami, kekuasaan, bekal disposisi yang melekat pada kebaradaan/eksistensi
manusia sebagai makhluk pribadi sekaligus makhluk sosial ciptaan Tuhan YME. Harkat
manusia adalah nilai manusia sebagai makhluk Tuhan yang memiliki kemampuan-
kemampuan yang disebut cipta, rasa dan karsa. Derajat manusia adalah tingkat
kedudukan atau martabat manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang memiliki bakat,
kodrat, kebebasan hak, dan kewajiban asasi.

DIMENSI KEMANUSIAAN DAN PENGEMBANGANNYA

Adapun dimensi-dimensi manusia:


1. Pengembangan dimensi Keindividuan. Menurut Langeveld (1995:16) bahwa setiap
orang memiliki individualities. Jadi, untuk perkembangan dirinya, untuk
mengaktualisasikan dirinya sebagai individu anak memerlukan pendidikan.
2. Pengembangan dimensi kesosialan. Konsep kesosialan berarti mengalami bahwa anak
manusia adalah makhluk sosial. Prinsip ini sesuai dengan pandangan Aristoteles yang
mengatakan bahwa “man is a social animal”. Menurut Kant: manusia hanya akan menjadi
manusia jika berada diantara manusia dan manusia.
3. Pengembangan dimensi kesusilaan. Susila adalah kepantasan yang lebih tinggi atau
kebaikan yang lebih.
4. Pengembangan dimensi keagamaan.

Pengembangan Dimensi Hakikat Manusia


1. Pengembangan utuh. Tingkat keutuhan perkembangan dimensi hakikat manusia
ditentukan dua faktor yaitu kualitas dimensi hakikat manusia sendiri secara potensial dan
kualitas pendidikan yang disediakan untuk memberikan pelayanan atas
perkembangannya.
2. Pengembangan tidak utuh.

HAKIKAT PENDIDIKAN

A. Makna Pendidikan
Istilah pendidikan berasal dari bahasa Yunani yaitu paedagogiek yang asal katanya Pais
berarti anak, gogos artinya membimbing/tuntutan dan iek artinya ilmu. Jadi secara
etimologi paedagogiek adalah ilmu yang membicarakan cara memberi bimbingan kepada
anak. Dalam bahasa Inggris pendidikan (education) berarti membawa keluar yang
tersimpan dalam jiwa anak untuk dituntun agar tumbuh dan berkembang. Dalam bahasa
Indonesia pendidikan berarti proses mendidik..
Dalam arti khusus, Langeveld mengemukakan bahwa pendidikan adalah bimbingan yang
diberikan oleh orang dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai
kedewasaan. Dalam arti luas pendidikan merupakan usaha manusia untuk meningkatkan
kesejahteraan hidupnya yang berlangsung sepanjang hayat.
Prinsip dasar tentang pendidikan yang akan dilaksanakan:
1. pendidikan berlangsung seumur hidup
2. tanggungjawab pendidikan merupakan tanggungjawab semua manusia: orangtua,
masyarakat, dan pemerintah.
3. bagi manusia pendidikan merupakan suatu keharusan karena dengan pendidikan
manusia akan memiliki kemampuan dan kepribadian yang berkembang yang disebut
manusia seluruhnya.

B. faktor/unsur-unsur pendidikan
1. Peserta didik. Menurut Suwarno (2006:36) peserta didik adalah anggota masyarakat
yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia
pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.
2. Pendidik. Adalah orang yang bertanggung jawab atas pelaksanaan pendidikan dengan
sasaran peserta didik. Pendidik adalah orang yang sengaja mempengaruhi orang lain
untuk mencapai tingkat kemanusiaan yang lebih tinggi.
3. Materi/isi pendidikan. Menurut Sobry (2004:56) isi atau materi pelajaran adalah segala
sesuatu yang diberikan oleh pendidik kepada peserta didik untuk mencapai tujuan
pendidikan.
4. Tujuan Pendidikan. Menurut baheram (1972:21) ada enam tujuan pendidikan :
• Tujuan umum adalah tujuan yang akan dicapai diakhir proses pendidikan yaitu
tercapainya kedewasaan jasmani dan rohani anak didik.
• Tujuan khusus adalah pengkhususan tujuan umum atas dasar usia, jenis kelamin, sifat,
bakat, intelligence, lingkungan sosial budaya, tahap-tahap perkembangan, tuntutan syarat
pekerjaan dsb.
• Tujuan tidak lengkap adalah tujuan yang menyangkut semua aspek psikologis, biologis,
atau sosiologis saja.
• Tujuan sementara
• Tujuan intermediet adalah tujuan perantara bagi tujuan lainnya yang pokok.
• Tujuan Insidental adalah tujuan yang dicapai pada saat-saat tertentu yang sifatnya
seketika dan spontan.
5. Alat pendidikan. Adalah hal yang tidak saja membuat kondisi-kondisi yang
memungkinkan terlaksananya pekerjaan mendidik, tetapi juga mewujudkan diri sebagai
perbuatan atau situasi yang membantu pencapaian tujuan pendidikan. Abu ahmadi
membedakan alat pendidikan:
• Alat pendidikan positif dan negatif. Positif dimaksudkan sebagai alat yang ditujukan
agar anak mengerjakan sesuatu yang baik. Negatif dimaksudkan agar anak tidak
mengerjakan sesuatu yang buruk.
• Alat pendidika preventif dan korektif. Preventif merupakan alat untuk mencegah anak
mengerjakan sesuatu yang tidak baik. Korektif adalah alat untuk memperbaiki kesalahan
atau kekeliruan yang telah dilakukan peserta didik.
• Alat pendidikan yang menyenangkan dan tidak menyenangkan. Yang menyenangkan
merupakan alat yang digunakan agar peserta didik menjadi senang. Tidak menyenangkan
adalah alat yang dapat membuat peserta didik merasa tidak senang.
6. Lingkungan Pendidikan.
• Lingkungan sosial adalah lingkungan masyarakat.
• Lingkungan alam adalah segala sesuatu yang ada di alam.
• Lingkungan kebudayaan bisa berupa budi daya hasi manusia yang ada disekitar
individu siswa.
PENDIDIKAN SEBAGAI SUATU SISTEM

A. Unsur-unsur Suatu Kegiatan


Masukan Proses Kegiatan Hasil

Masukan adalah bahan mentah yang hendak diolah menjadi hasil. Masukan (row input)
dalam pendidikan adalah peserta didik yang memiliki minat, bakat, kemampuan, keadaan
jasmani. Dalam proses pendidikan erat kaitannya dengan pendidik, kurikulum, gedung
sekolah, buku metode belajar dsb. Hasil pendidikan dapat mencakup hasil belajar yang
berupa pengetahuan, sikap dan keterampilan.

B. Pengertian sistem
Sistem adalah suatu kesatuan yang terdiri atas komponen-komponen yang satu sama lain
saling berkaitan secara fungsional dalam rangka mencapai tujuan. Manurut Ryans, dalam
suatu sistem terdapat:
• Elemen-elemn yang dapat anda kenali
• Elemen-elemen yang saling berkaitan dan ikatan ini adalah kaitan yang teratur tidak
sekedar acak.
• Mekanisme saling berhubungan antar elemen itu merupakan suatu kesatuan organisasi.
• Kesatuan organisasi itu berfungsi dalam mencapai suatu tujuan.
• Berfungsinya suatu organisasi itu membuahkan hasil yang dapat diamati setidak-
tidaknya dapat dikenali adanya..

1. Elemen usaha pendidikan.


Yaitu peserta didik dan pendidik yang saling berinteraksi. Dari elemen pendidik dpat
dijabarkan yaitu usia pendidik, kehadirannya, kemampuan, minat, watak, status, wibawa,
dsb. Peserta didik yaitu umurnya, tingkat perkembangannya, kemampuannya,
pembawaan nya, tingkat kesiapannya, minatnya, aspirasi, dsb. Elemen iteraksi yaitu isi
interaksi, apa yang dilakukan pendidik dan peserta didik, alat-alat yang dipakai, bahasa
yang dipakai, penampilan peserta didik sebagai hasil interaksi, dsb.

2. Saling hubungan antar elemen


Proses pendidikan dapat terjadi apabila elemen-elemen yang ada dalam usaha pendidikan
saling bergerak dan saling berkaitan secara fungsional yang merupakan suatu kesatuan
organisasi.

3. Pencapaian tujuan yang diinginkan


Keberadaan sistem adalah untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.

4. Sistem pendidikan dalam kerangka yang lebih luas


Pendidikan sbg suatu sistem dapat ditinjau secara mikro (pendidikan merupakan sistem
yang menyangkut peserta didik dan pendidik yang berikat dalam suasana pendidikan) dan
makro (sistem pendidikan menyangkut berbagai hal selain peserta didik, pendidik dan
interaksi antar keduanya).
FUNGSI LANDASAN PENDIDIKAN
A. Fungsi Lamdasan Pendidikan
Untuk menjamin supaya pendidikan itu benar arahnya dan efektif prosesnya dibutuhkan
landasan-landasan filosofis dan landasan-landasan ilmiah sebagai asas normative dan
pedoman pelaksanaan pembinaan. Landasan filosofis dan landasan ilmiah dalam
pendidikan tidak dapat dipisahkan sebab pendidikan bukanlah usaha dan aktivitas
spekulatif belaka, melainkan usaha-usaha empiris yang terus bekembang ecara dinamis.
Landasan Filosofis yaitu filsafat pendidikan berfungsi menjiwai seluruh kebijaksanaan
dan pelaksanaan pendidikan, sedangkan ilmu pendidikan sebagai ilmu merupakan
landasan ilmiah pelaksanaan pendidikan.

B. Pancasila sbg Landasan Pendidikan


Sistem pendidikan nasional Indonesia dijiwai dan didasari serta mencerminkan jati diri
Pancasila. Ciri-ciri kemanusiaan yang nampak dari Pancasila (Soeryanto
Poesporwardoyo) ialah:
1. Integral. Kemanusiaan yang diajarkan oleh Pancasila adalah kemanusiaan yang
integral yakni mengakui manusia yang seutuhnya.
2. Etis. Merupakan nilai-nilai moral yang menjadi pedoman tindakan bagi seluruh bidang
kenegaraan Pancasila. Maksudnya Pancasila mengakui keunikan subjektifitas manusia,
ini berarti menjunjung tinggi kebebasan namun tidak bebas dari seglanya spt liberalisme.
Kebebasan yang dimaksud adalah kebebasan yang bertanggungjwab.
3. Religius. Pancasila mengakui Tuhan sebgai pencipta serta sumber keberadaan dan
menghargai religius dalam masyarakat sebgai yg bermakna.

LANDASAN PENDIDIKAN

A. Landasan Pendidikan
1. Landasan Filosofis
Landasan Filosofi merupakan landasan yang berkaitan dengan makna atau hakikat
pendidikan yang berusaha menelaah masalah-masalah pokok. Landasan Filosofi adalah
landasan yang berdasarkan atau bersifat filsafat. Kata filsafat (philoshophy) bersumber
dari bahasa Yunani, philen berarti mencintai dan shopos atau shopis berarti hikmah, arif,
atau bijaksana, fisafat menelaah segala sesuatu secara radikal, menyeluruh dan
konseptual yang menghasilkan konsepsi-konsepsi mengenai kehidupan di dunia.
Konsepsi tersebut bersumber dari 2 faktor yaitu (i) religi dan etika yang bertumpu pd
keyakinan dan (ii) Ilmu pengetahuan yang mengandalkan penalaran, filsafat berada
diantara keduanya.

Penggunaan istilah filsafat dapat dalam 2 pendekatan yaitu:


• Filsafat sebagai kelanjutan dari berfikir ilmiah yang dapat dilakukan oleh setiap orang
serta sangat bermanfaat dalam memberi makna kpd ilmu pengetahuan.
• Filsafat sbg kajian khusus formal, mencakup logika, epistemologi (tentang benar dan
salah), etika (baik dan buruk), estetika (indah dan jelek), metafisika (hakikat yg ada
termasuk akal itu sendiri), serta sosial dan politik (filsafat pemerintahan).
2. Landasan Sosiologis
3. Landasan Kultural
UURI No. 2 thn 1989 Psl 1 Ayat 2 yang dimaksud dengan Sistem Pendidikan Nasional
adalah pendidikan yang berakar pd kebudayaan bangsa Indonesia yang berdasarkan pd
Pancasila dan UUD 1945.

4. Landasan Psikologis
Pada umumnya landasan psikologis dari pendidikan tertuju pd pemahaman manusia,
khususnya ttg perkembangan proses belajar. Beberapa pandangan ttg hakikat manusia
ditinjau dari segi psikologis dlm kaitannya dgn pendidikan yakni strategi dispositional
(peran faktor hereditas dlm perkembangan manusia), strategi behavioral dan strategi
phenomenologist/humanistic ditekankan faktor beljar dalam perkembangan tsb.

5. Landasan Ilmiah dan Teknologis

B. Asas-asas dan Pokok Pikiran


1. Asas Tut Wuri Handayani
Dikumandangkan oleh Ki Hajar Dewantara, Drs. R.M.P Sostrokartono (filsuf dan ahli
bahasa) menambahkan 2 semboyan untuk melengkapinya. Jadi ketiga semboyan
tersebut :
• Ing Ngarsa Sungtulada (jika di depan menjadi contoh)
• Ing Madya Mangun Karsa ( jika ditengah-tengah membangkitkan kehendak, hasrat atau
motivasi)
• Tut Wuri Handayani (jika dibelakang mengikuti dengan awas)

2. Asas Sepanjang hayat


Unesco Institute for Education menetapkan suatu defenisi kerja yakni pendidikan seumur
hidup adalah pendidikan yang harus :
• Meliputi seluruh hidup setiap individu
• Mengarah kpd pembentukan, pembaruan, peningkatan dan penyempurnaan scr
sistematis pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dpat meningkatkan kondisi
hidupnya.
• Tujuan akhirnya adalah mengembangkan penyadaran diri setiap individu.
• Mengakui semua kontribusi dari seluruh pendidikan yang mungkin termasuk yang
formal, non formal, dan informal.

3. Asas kemandirian dalam belajar


Perwujudan asas kemandirian dalam belajar akan menempatkan guru pd peran utama sbg
fasilisator dan motivator disamping peran-peran lain sbg informator, organisator, dsb.

PENGERTIAN LINGKUNGAN PENDIDIKAN DAN KONSEP TRI PUSAT


PENDIDIKAN

Lingkungan sekitar mencakup berbagai aspek :


• Tempat (lingkungan fisik) meliputi keadaan iklim, tanah, alam
• Kebudayaan (lingkungan budaya) dgn warisan budaya tertentu: bahasa, seni, ekonomi,
ilmu, pengetahuan, pandangan hidup, keagamaan.
• Lingkungan hidup bersama (lingkungan sosial/masyarakat) : keluarga, kelompok
bermain, desa, perkumpulan.

Adapun lingkungan pendidikan :


1. Lingkungan dalam keluarga.
Yaitu pendidikan lingkungan kehidupan keluarga yang disebut lingkungan primer atau
pertama. Menurut jenisnya, lingkungan pendidikan keluarga termasuk pd pendidikan
informal yaitu pendidikan yang berlangsung tidak sengaja, tidak dirumuskan tujuan
dengan menggunakan pikiran berdasarkan sistem penddikan tertentu, melainkan
berlangsung spontan dan merupakan tindkan pendidikan yang lebih bersifat seni.

Fungsi keluarga:
• Sbg suatu sitem yang mengadakan keturunan
• Sbg proses sosialisasi
• Sbg educative
• Sbg portative (lindungan)
• Sbg afeksional atau perasaan
• Sbg religius
• Fungsi ekonomis keluarga meliputi mencari nafkah, perencanaanya, dan
pembelanjaannya.
• Fungsi sbg kreatif

Peran keluarga
1. Peran Ayah
• Pemimpin keluarga
• Suami terhadap istrinya
• Bapak dari anak
• Pencari nafkah
• Teman hidup

2. Peran ibu
• Ibu dari anak-anak
• Sbg istri
• Teman hidup mendampingi suami
• Pengurus rumah tangga
• Pembantu mencari nafkah

2. Lingkungan pendidikan disekolah

Pendidikan formal ialah pendidikan yang diselenggarakan berdasarkan rencana yang


telah disusun secara sistematis oleh suatu lembaga pendidikan yang didirikan untuk
jangka waktu yang lama dengan menggunakan struktur organisasi yang teratur dan
mempunyai perlengkapan personal, finansial dan material tersendiri.
Alasan mengapa pendidikan sekolah diselenggarakan oleh pemerintah atau swasta, yaitu:
• Orang tua kurang mampu memberikan pendidikan lanjutan setelah pendidikan
dilingkungan keluarga krn pendidikan formal disekolah membentuk tenaga ahli yang
khsus di didik untuk itu.
• Pendidikan sekolah relatif lebih mahal dibandingkan dgn pendidikan keluarga
• Dgn menghimpun anak-anak dlm satu kelas, kesukaran pd no 1 dan 2 diatas dpt diatasi.
• Setelah waktu anak-anak tergolong dalam kelompok usia sekolah diberikan pendidikan
dlm kelompok
• Belajar dlm kelompok berbgai ilmu dan menyelesaikan tugas jauh lebih efisien drpd
belajar secara individual.
• Sistem sekolah terikat dgn peraturan-peratuarn dan ketertiban
• Dlm sekolah, disamping pendidikan melibatkan kepribadian anak-anak dan penekanan
pada pendidikan intelektual.

Peran Guru
• Sbg pengajar
• Sbg organisator belajar
• Pembimbing dlm kesukaran pribadi siswa
• Adminisator
• Pendidik

Menurut Brookver, peran guru dlm hubungannya dgn masyarakat


• Sbg orang hidup dlam masyarakat sekitar sekolah
• Guru diharapkan oleh masyarakat untuk tidak melakukan sejumlah kebiasaan buruk
tertentu spt miras,
• Diharapkan memuaskan semua pihak dalam masyarakat
• Diharapkan hidup menurut etik tingkah laku khusus
• Guru khusus diharapkan menunjukkan peran guru spt kesenian, olahraga, guru tari, dll.

3. Lingkungan pendidikan dalam masyarakat


Menurut Edi Suardi (1973:40) pendidikan nonformal adalah pendidikan yang teratur
dengan sadar dilakukan tapi tidak terlalu mengikuti peraturan-peraturan yang tetap dan
ketat.

Persamaan pendidikan informal dan non formal:


• Terjadi diluar pendidikan formal
• Peserta,murid diterima tidak berdasarka ijazah atau usia
• Materi pendidikan bersifat praktis
• Dpt menggunakan mengajar yang sama
• Pendidikan dapat berlangsung di dlm dan di luar sekolah

Perbedaan :
Non Formal Informal
Diselenggarakan di dalam sekolah

Pakai program tertentu


Waktu belajar tertentu
Metode lebih formal
Pakai evaluasi secara sistematis
Diselenggarakan oleh pemerintah /swasta Tidak pernah digedung sekolah secara khusus.
Tiada program secara tertentu
Waktu belajar tidak tertentu
Tidak ada metode tertentu
Tidak diadakan evaluasi
Terjadi begitu saja

Persamaan pendidikan nonformal dengan formal :


• Diadakan untuk menyelenggarakan pendidikan yang bersangkutan dan diorganisir
untuk penyelenggaraan pendidikan..
• Materi pendidikan diprogram secara tertentu dan ada kleental tertentu dan jam belajar
tertentu.
• Menyelenggarakan evaluasi, pelaksanaan program yang diselenggarakan oleh
pemerintah/swasta.

Perbedaannya:
Non formal Formal
Tidak pakai jenjang pendidikan
Program pendidikan pendek
Usia tidek perlu sama.

Berorientasi pd studi jangka pendek.


Diarahkan pada materi yang besifat praktis.

Syarat ijazah tidak penting. Pakai jenjang pendidikan


Waktu penyempurnaan pendidikan pendek
Usia relatif homogen pada setiap jenjang pendidikan.
Berorientasi pada studi jangka panjang
Pengarahan kurang berorientasi pada cepat kerja dan materinya ekonomis dan umum.
Syarat ijazah itu penting.

PERKIRAAN DAN ANTISIPASI TERHADAP MASYARAKAT MASA DEPAN

1. Kecendrungan globalisasi
Istilah globalisasi (asal kata global berarti secara umumnya, utuhnya, kebulatannya)
bermakna bumi sbg suatu keutuhan seakan-akan tanpa tapal batas administrasi negara,
dunia menjadi amat transparan, serta saling ketergantungan antar bangsa didunia semakin
besar, dengan kata lain menjadikan dunia sbg satu keutuhan, satu kesatuan.
2. Perkembangan IPTEk
3. Perkembangan arus komunikasi yang semakin pada dan cepat
4. Peningkatan layanan profesional

UPAYA PENDIDIKAN DALAM MENGATASI MASA DEPAN


1. tuntutan bagi manusia masa depan (manusia modern)
2. Upaya mengantisipasi masa depan
Tujuan pendidikan yang dicanangkan pd abad 21 (UNESCO 1996):
• Learning To Know (belajar untuk mengetahui)
• Learning To Do ( belajar untuk melakukan sesuatu)
• Learning To Be ( belajar untuk menjadi seseorang)
• Learning To Live Together ( Belajar untuk menjalani kehidupan bersama)

ALIRAN PENDIDIKAN

1. Aliran Nativisme. Termasuk kelompok filsafat idealisme yang mengemukakan bahwa


perkembangan seseorang hanya ditentukan oleh keturunan yaitu faktor alam yang bersifat
kodrat. Schopenhauer seorang tokoh nativisme beranggapan bahwa hasil perkembangan
dan pendidikan manusia ditentukan faktor pembawaan.
2. Aliran empirisme. Dipelopori oleh John Locke berkesimpulan bahwa manusia
dilahirkan spt kertas kosong yang belum ditulis atau tabularasa. Perkembangan manusia
ditentukan oleh pengaruh faktor lingkungan.
3. Aliran Konvergensi. Aliran ini menggabungkan antara faktor hereditas atau
pembawaan dengan faktor lingkungan. William Stern mengemukakan bhwa dlam
kenyataan pembawaan yang baik saja tanpa didukung oleh pendidikan atau lingkungan
yang positif tidak akan memperoleh kepribadian yang ideal.
4. Aliran Naturalisme. Dipelopori oleh JJ Rousseau yang terkenal dgn bukunya yang
berjudul Emile, Roausseau meragukan terhadap keberadaan pendidikan, ia berpendapat
semua adalah baik dari tangan pencipta, semua menjadi buruk ditangan manusia.

PERMASALAHAN PENDIDIKAN

1. Masalah pemerataan pendidikan.


2. Masalah Mutu pendidikan.
3. Masalah Efisiensi Pendidikan. Mempersoalkan bagaimana suatu sistem pendidikan
mendayagunakan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan pendidikan. Diantaranya
yaitu: (i) bagaimana tenaga pendidikan difungsikan. (ii) bagaimana sarana dan prasarana
pendidikan difungsikan. (iii) bagaimana pendidikan diselenggarakan. (iv) masalah
efisiensi dalam memfungsikan tenaga
4. Masalah relevansi pendidikan

PENDIDIKAN DAN PEMBANGUNA NASIONAL

1. Pendidikan merupakan penunjang pembangunan


2. sumbangan pendidikan terhadap SDM
3. sumbangan pendidikan terhadap pendidikan
4. peranan pendidikan dalam pembangunan

PERANAN MANUSIA DALAM PEMBANGUNAN


1. Manusia sebgai produsen
2. manusia sebgai konsumen

Ditulis dalam Uncategorized | 1 Komentar »

MODUL PT-K
Juni 3, 2010 oleh xlywonae

I.PENDAHULUAN
a.Pengertian
Etimologi: dalam bahasa Inggeris Classroom Action Research–CAR kata Penelitian
Tindakan Kelas, yaitu sebuah kegiatan penelitian yang dilakukan di dalam kelas.Karena
ada tiga kata maka ada tiga pengertian :
1).Penelitian– menunjuk kepada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan
menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data dan informasi
yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dasn penting
bagi peneliti.
2)Tindakan—menunjuk pada suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan
tertentu.Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan untuk siswa.
3) Kelas—dalam pengertian ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi juga
dalam pengertian yang lebih spesifik.yaitu sekelompok siswa yg dalam waktu yang sama
menerima pelajaran yg sama dari guru yg sama pula.
Kesimpulannya : PTK merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa
sebuah tindakan, yg dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara
bersama.Tindakan itu diberikan oleh guru atau diarahkan oleh guru yg dilakukan oleh
siswa.
b.Rasional : bahwa memepelajari PTK untuk memberikan gambaran
bagi yang mempelajari pendidikan sejarah sebagai salah satu unsur utama dalam
mendalami ilmu, khususnya ilmu sejarah diperlukan kemampuan meneliti dan ilmu
sejarah yang memiliki ciri khusus dibandingkan ilmu pengetahuan lain terutama dalam
ilmu sosial. Bagi seorang guru diperlukan pula kemampuan meneliti pembelajarannya,
terutama dalam meningkatkan pangkat / jabatan profesinya kejenjang yang lebih tinggi
sesuai dengan persyaratan dalam peraturannya. (golongan IVa keatas).Bahwa materi ini
meliputi, antara lain: Konsep umum penelitian, Prinsip – prinsip PTK, Penelitian bidang
pembelajaran, model penelitian tindakan, persyaratan PTK, proposal PTK, Pelaksanaan
PTK, contoh permasalahan PTK, Laporan penelitian.

c.Tujuan : setelah memepelajari mata kuliah ini mahasiswa mampu memahami ,mengerti,
menjelaskan, dan mampu melaksanakan penelitian (PTK) sebagai sebuah tugas akhir
kuliahnya untuk mencapai gelar sarjana pendidikan dalam hal ini pada prodi sejarah.
Konsep Umum Penelitian
Ilmu Pengetahuan, penelitian, dan kebenaran
Ilmu menemukan materi-materi alamiah serta memberikan suatu rasionalisasi sebagai
hukum alam.Ilmu membentuk kebiasaan serta meningkatkan keterampilan observasi
,percobaan (experimentasi,klasifikasi,,analisis, serta generalisasi.Dengan adanya keingin
tahuan manusia maka ilmu akan berkembang dan membantu kemampuan persepsi aert
kemampuan berpikir secara logis, yg disebut penalaran.Ilmu sebagai prose berpikir
memecahkan permasalahan mulai dari adanya rasa sangsi dan kebutuhan akan suatu hal
yg b ersifat umum.Timbul pertanyaan, dipilih suatu pemecahan tentatif untuk
penyelidikan.Penyelidikan/penelitian terhadap data yg tersedia dengan metode yg
tepat.Diperoleh suatu kesimpulan tentatif yg perlu penyelidikan kritis terus-menerus
untuk evaluasi terbuka, sampai ditemukan teori yg memp.hukum sebab-akibat, itulah
ilmu pengetahuan.Dengan demikian ilmu diperoleh merlalui penelitian dan hubungannya
seperti dua sisi mata uang yg tidak dapat dipisah satu dengan yang lainnya.
Penelitian ialah lihat Moh.Nazir hal.13-14.

Kebenaran lihat Moh.Nazir hal. 18-26: Suatu pernyataan dianggap benar jika pernyataan
tsb.koheren atau konsisten dengan pernyataan sebelumnya yang dianggap
benar.Kebenaran matematika misalnya, didasarkan atas sifat koheren karena dalil
matematika disusun berdasarkan beberapa aksioma yg telah diketahui kebenarannya lebih
dahulu.Betrand Rssul (1872-1970),suatu peryataan dianggap benar,materi pengetahuan
dalam pernyataan berhubungan atau mempunyai korespondensi dengan objek yg dituju
pernyataan tsb.Dalam berpikir secara ilmiah umumnya memp.sifat koheren dan sifat
korespondens.Berpikir secara deduktif menggunakan sifat koheren dl menentukan
kebenaran.Berpikir induktif,peneliti menggunakan sifat koresponden dalam menentukan
kebenaran.Kebenaran prgmatis mempunyai sifat fungsional dalam kehidupan
praktis.,dikemukakan oleh :Ch.S.Pierce (1839-1914),C.H.Mead ,John Dewey,C.I.Lewis.
Kebenaran non-Ilmiah :
Penemuan kebenaran secara kebetulan, Commen sense (akal sehat), melalui wahyu,,
intuitif, trial and error, spekulasi, kewibawaan..
Proposisi, Teori, dalil, dan fakta
Proposisi ialah pernyataan tentang sifat kebenaran, dapat diuji kebenarannya
Dalil ialah proposisi yang sudah mempunyai jangkauan cukup luas dan telah didukung
oleh data empiris , atau hubungan sifat-sifat tertentu.
Teori (Kellinger (1973) sebuah set konsep atau construct yg berhubungan satu dengan
lainnya, suatu set proporsi yg mengandung suatu pandangan sistimatis dari fenomina.
(ibid ,hal.9).
Fakta ialah pengamatan yang telah diverifikasikan secara empirik, fakta dapat menjadi
ilmu ( jika fakta dikumpulkan secara sistimatis),dan juga tidak.(jika fakta dikumpulkan
secara random).
Jenis penelitian :penelitian dasar, penelitian terapan, penelitian ilmu sosial dan ilmu
natura.
Jenis metode Penelitian
a.Historis ialah metode yang menggunakan catatatn observasi atau pengamatan orang
lain;ciri-ciri:menggantungkan data dari orang lain, data primer,tuntas,lebih tua,sumber
definitif,Sumber data:remain, dan dokumen,dokumen, peninggalan fisik, oral,inskripsi,
b.Deskriptif ialah meneliti sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu
sistem pemikiran, atau suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.
Ciri-ciri:membuat gambaran umum, lebih luas,sering disebut survei,menerangkan
hubungan,menguji hipotesis,membuat prediksi,wawancara dan kwesioner.
c.Experiment ialah observasi dibawah kondisi buatan (artificial condition) atau dilakukan
dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian serta adanya control.
d.grounded research ialah penelitian yg mendasarkan fakta dan menggunakan
perbandingan utk generalisasi empiris, menetapkan konsep-konsep,membuktikan teori
dan mengembangkan teori dimana pengumpulan data dan analisis data pada waktu yang
sama.
Ciri-Ciri:data sbg sumber teori,menonjolnya peranan data dalam penelitian, pengumpulan
data dikuasai oleh pengembangan analisis,
e.penelitian tindakan (action research)—tindakan kelas ialah suatu penelitian yang
dikembangkan oleh peneliti dan decision maker tentang variabel –variabel yang dapat
dimanipulasikan dan dapat segera digunakan untuk menentukan kebijakan pembangunan,
bersama-sama : menentukan masalah,membuat disein, melaksanakan program.
Ciri utama :tujuannya memperoleh yg signifikan secara operasional sehingga dapat
dilaksanakan ,observasi objektif, praktis dan aktual, fleksibel, on the spot
experimentation.
Penelitian tindakan kelas bagian dari penelitian pembelajaran.
Penelitian pembelajaran ialah ditandai dengan adanya permasalahan dalam proses belajar
dan mengajar.Penelitian tindakan kelas ialah pencermatan oleh guru,bekerjasama dengan
peneliti di kelas atau disekolah tempat ia mengajar dengan penekanan pada
penyempurnaan atau proses dan praktis pembelajaran.Dengan perkataan lain PTK ialah
yang dilakukan di kelas dengan tujuan memperbaiki / meningkatkan mutu praktek
pembelajaran.

Prinsip-Prinsip PTK
1.Kegiatan Nyata dalam situasi Rutin
PTK dilakukan tanpa mengubah situasi rutin, tidak perlu ada waktu khusus, tidak
mengubah jadwal yang sudah ada, Apabila guru melakukan penelitian beberapa kali tidak
menimbulkan kerepotan bagi kepala sekolah dalam mengelola sekolahnya., terkait
dengan profesi guru, terkait dengan tugas kepala sekolah, jika kepala sekolah yg
melakukan terkait dengan tugas pengawas, guru terkait dengan tugas pembelajaran,
kepala sekolah dan pengawas terkait dengan tugas pendidikan dan bukan pembelajaran di
kelas.

2.Adanya kesadaran diri untuk memperbaiki kinerja


PTK dilakukan karena kesadaran, sukarela, senang hati, tidak dengan paksaan, menunggu
hasil yang lebih baik dari hasil yang lalu.Menyadari kekurangan pada dirinya, pd kinerja
yg dilakukan, ingin memperbaiki.eksperimen berkesinambungan.
3.SWOT sebagai dasar berpijak (Streng,Weakneses, Oppurtunity,Thread)
Dimulai dengan melakukan analisis atas unsur-unsur : kekuatan, kelemahan, kesempatan,
dan ancaman. Kekuatan dan kelemahan yang ada pada diri peneliti dan subjek tindakan
diidentifikasi secara cermat sebelum mengidentifikasi yang lain.Unsur kesempatan dan
ancaman diidentifikasi dari yang ada di luar iri guru atau peneliti juga diluar diri siswa
atau subjek yang dikenai tindakan.Tidak mengubah situasi aslinya yang biasanya tidak
mengundang resiko.

4.Upaya empiris dan sistemik


Perinsip keempat ini merupakan penerapan dari prinsip ketiga .Denga telah dilakukannya
analisis SWOT, tentu saja apabila guru melakukan ptk, berarti sudah mengikuti perinsip
empiris(terkait dengan pengalaman) dan sistemik,berpijak pada unsur-unsur yang terkait
dengan keseluruhan sistem yang terkait dengan objek yang sedang digarap.Pembelajaran
adalah sebuah sistem, yang ketreliksanaan nya cara mengajar baru, harus juga
memikirkan tentang sarana pendukung yang berbeda, mengubah jadwal pelajaran, dan
hal-hal lain yang terkait dengan cara baru yang disusulkan tsb.
.Ikuti prinsip SMART dalam perencanaan
SMART adalah kata bahasa Inggeris yang artinya cerdas.Akan tetapi dalam proses
perencanaan kegiatan merupakan singkatan dari lima huruf bermakna.Adapun makna dari
masing-masing huruf adalah sbb.:
a.S=spesific,khusus tidak terlalu umum;
b.M=Managabel, dapat dikelola, dilaksanakan;
c.A=Acceptable,dapat diterima lingkungan, atau achievable, dapat dicapai,dijangkau;
d.R= Realistic,operasional, tidak diluar jangkauan;dan
eT=Time-bound, diikat oleh waktu, terencana.
Tindakan yang dipilih peneliti harus:
Khusus spesifik, mudah dilakukan,dapat diterima oleh subjek,tidak menyimpang dari
kenyataan dan jelas bermanfaat bagi dirinya dan subjek yg dikenai tindakan, tidakan tsb.
sudah tertentu jangka waktunya.
Dalam penilaian hasil karya ilmiah tsb yang diperhatikan sbb.:
Bukan seperti biasanya tetapi cemerlang;
Terpusat pada proses bukan semata-mata hasil
Alur penalaran Karya Tulis Ilmiah :
Identifikasi masalah
Masalah
Latar belakang atau penyebab:
Kemungkinan: bangun kesiangan,jarak anatara rumah dan sekolah jauh,susah mencari
kendaraan,lalu lintas diperjalanan macet
Tindakan yang dipilih oleh guru harus yang dilakukan oleh siswa, dengan arahan dari
guru sendiri,bukan oleh orang lain, seperti orang tuanya.Dalam contoh ini guru merubah
cara mengajar atau memberikan pancingan lain agar siswa tertarik datang tepat waktu.
Alur penalaran karya tulis ilmiah adalah sbb.:

MODEL PENELITIAN TINDAKAN


Model yang dilakukan para ahli dalam penelitian tindakan dalam bagan yang berbeda.
Secara garis besar ada empat tahap: perencanaan pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi
sbb.:
Tahap 1 : Menyusun rancangan tindakan (Planning)

Pada tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa,mengapa, kapan,di mana, oleh siapa, dan
bagaimana tindakan tsb.dilakukan.Penelitian yang ideal sebetulnya dilakukan secara
berpasangan antara pihak yang melakukan tindakan dan pihak yang mengamati proses
jalannya tindakan. Istilahnya disebut penelitian kalobarasi
Penelitian kalobarasi ini sangat disarankan kepada para guru yang belum pernah atau
masih jarang melakukan penelitian.Penelitian Tindakan yang baik apabila dilakukan
sbb.Dalam penelitian kalobarasi,pihak yang melakukan tindakan adalah guru itu sendiri,
sedangkan yang diminta melakukan pengamatan terhadap berlangsungnya proses
tindakan adalah peneliti, bukan guru yang sedang melakukan tindakan.Kolaborasi juga
dapat dilakukan oleh dua orang guru, yang dengan cara bergantian mengamati.Ketika
sedang mengajar, dia adalah seorang guru, ketika sedang mengamati , dia adalah seorang
peneliti.
Tahap 2 Pelaksanaan tindakan (acting)
Tahap 2 ini merupakan pelaksanaan yang merupakan implementasi atau penerapan isi
rancangan, yaitu mengenakan tindakan di kelas.Guru berusaha menaati apa yang
dirumuskan dalam rancangan, berlaku wajar, tidak dibuat-buat.Dalam refleksi keterkaitan
antara pelaksanaan dengan perencanaan perlu diperhatikan secara seksama agar sinkron
dengan maksud semula.Laporan harus memuat semua yang dilaksanakan secara lengkap.
Tahap 3 Pengamatan (Observing)
Tahap 3 ini kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat sesuai dengan
pelaksanaannya.Guru yang bertugas sebagai pengamat harus melakukan pengamatan
balik., hasil pengamatan dijadikan dasar untuk perbaikan siklus.
Tahap 4 Refleksi (Reflecting)
Tahap 4 inii merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah
dilakukan.Refleksi sama dengan pemantulan.Kegiatan ini dilakukan setelah pelaksana
selesai melakukan dan mendiskusiskan dengan peneliti.
Persyaratan PTK oleh Guru
PTK harus tertuju atau mengenai hal-hal yang terjadi dalam pembelajaran
PTK oleh guru memerlukan pencermatan secara terus-menerus,objektif,sistimatis,
dijadikan bahan tindak lanjut.
PTK dilakukan se-kurang-kurangnya dalam dua siklus tindakan yg berurutan.
PTK terjadi secara wajar
PTK harus betul-betul disadari oleh pemberi maupun oleh pelakunya, dapat
mengemukakan apa-apa yang telah dilakukan,Penelitian tindakan harus benar-benar
menunjukkan adanya tindakan yang dilakukan oleh sasaran, yaitu siswa yang belajar.
Sasaran atau Objek PTK:
Unsur siswa, unsur guru,unsur materi pelajaran,unsur peralatan atau sarana
pendidikan,unsur hasil pembelajaran,unsur lingkungan siswa di kelas,unsur pengelolaan.
Kaitan PTK dengan pdenelitian lain seperti dengan deskriptif dan eksperimen dan PTK
sudah merupakan tindakan jauh ke depan./

PENYUSUNAN USULAN PTK

a. Model 1
1. Apa Makna Usulan Penelitian?
Kerja penelitian dimulai dengan membuat rencana. Rencana penelitian umumnya disebut
usulan penelitian. Permohonan dana atau izin pelaksanaan penelitian selalu
mempersyaratkan adanya usulan penelitian. Usulan penelitian merupakan langkah
pertama dari kerja penelitian, sedangkan KTI yang merupakan laporan hasil penelitian
merupakan langkah terakhir.
Pada umumnya usulan PTK terdiri atas :
1. Judul PTK
2. Bab Pendahuluan yang menjelaskan tentang Latar Belakang Masalah, Perumusan
Masalah dan Cara Pemecahan Masalah, Tujuan dan Kemanfaatan Hasil Penelitian
(terutama : potensi untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas isi, proses, masukan,
atau hasil pembelajaran dan/atau pendidikan).
3. Bab Kajian / Tinjauan Pustaka yang menguraikan kajian teori dan pustaka yang
menumbuhkan gagasan yang mendasari usulan rancangan penelitian tindakan.
4. Bab Metodologi Pelaksanaan yang menjelaskan tentang Rencana dan Prosedur
Penelitian (terutama : prosedur diagnosis masalah, perencanaan tindakan, prosedur
observasi dan evaluasi, prosedur refleksi hasil penelitian).
5. Penjelasan mengenai kegiatan pendukung (terutama : jadwal penelitian, sarana
pendukung pembelajaran masing-masing anggota penelitian dalam setiap kegiatan
penelitian, dan kelayakan pembiayaan).
2. Dapatkah diperjelas Isi dari Usulan Penelitian?
Penjelasan dan contoh dari masing-masing komponen dalam usulan penelitian PTK
adalah sebagai berikut :
a. Judul Penelitian
Judul hendaknya ditulis dengan singkat dan spesifik. Hal utama yang seharusnya tertulis
didalam judul adalah gambaran dari apa yang dipermasalahkan, (misalnya : peningkatan
hasil belajar) dan bentuk tindakan yang akan dilakukan untuk mengatasi masalahnya
(misalnya penggunaan model pembelajaran kooperatif).
Umumnya dibawah judul dituliskan pula subjudul. Subjudul ditulis untuk menambahkan
keterangan lebih rinci tentang populasi, misalnya dimana penelitian dilakukan, kapan,
dikelas berapa, dan lain-lain. Berikut beberapa contoh judul PTK.
1. Meningkatkan hasil belajar melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team
Achievement Devision) pada mata pelajaran X. (Tuliskan nama mata pelajarannya atau
topik bahasan/bagian dari mata pelajarannya).
2. Peningkatan kreativitas siswa dalam proses belajar mata pelajaran X melalui penerapan
model pembelajaran generatif.
3.
Penerapan pembelajaran model Problem Based Learning untuk meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah mata pelajaran X.
4.
Meningkatkan kemampuan membaca pemahaman pada mata pelajaran X melalui
penerapan Cooperative Learning.
5.
Pembelajaran berbasis konstruktivistik dan kontekstual pada mata pelajaran X untuk
meningkatkan kemampuan siswa dalam pemahaman konsep.
6.
Penggunaan model pembelajaran Learning Cycle untuk meningkatkan keterampilan
siswa pada mata pelajaran X.
7.
Meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah pada mata pelajaran X
dengan penggunaan model pengajaran inkuiri.
8.
Pembelajaran dengan model Realistic Mathematical Education dalam meningkatkan hasil
belajar pada mata pelajaran matematika.
b. Pendahuluan
Tujuan utama PTK adalah untuk memecahkan permasalahan pembelajaran. Untuk itu,
dalam bab pendahuluan, yang intinya adalah paparan alasan atau latar belakang penelitian
hendaknya dipaparkan bahwa :
a) Masalah yang diteliti adalah benar-benar suatu masalah pembelajaran yang terjadi
disekolah. Dikarenakan hal tersebut umumnya didapat dari pengamatan dan kajian
(diagnosis) yang dilakukan oleh guru atau tenaga kependidikan lainnya disekolah, maka
jelaskan pula proses atau kondisi yang terjadi.
b) Masalah yang akan diteliti merupakan sebuah masalah penting dan mendesak untuk
dipecahkan, serta dapat dilaksanakan dilihat dari segi ketersediaan waktu, biaya, dan daya
dukung lainnya yang dapat memperlancar penelitian tersebut.
c) Dari identifikasi masalah diatas, jelaskan hal-hal yang diduga menjadi akar penyebab
dari masalah tersebut. Secara cermat dan sistematis berikan alasan (argumentasi)
bagaimana dapat menarik kesimpulan tentang akar masalah itu.

c. Perumusan dan Pemecahan Masalah


Bagian ini umumnya terdiri atas jabaran tentang perumusan masalah, cara pemecahan
masalah, tujuan serta manfaat atau kontribusi hasil penelitian.
1. Perumusan Masalah : Rumuskan masalah penelitian dalam bentuk suatu rumusan
Penelitian Tindakan Kelas. Dalam perumusan masalah dapat dijelaskan defenisi, asumsi,
dan lingkup yang menjadi batasan penelitian. Rumusan masalah sebaiknya menggunakan
kalimat tanya dengan mengajukan alternatif tindakan yang akan dilakukan dan hasil
positif yang diantisipasi dengan mengajukan indikator keberhasilan tindakan, cara
pengukuran serta cara mengevaluasinya.
2. Pemecahan Masalah : Uraikan alternatif tindakan yang akan dilakukan untuk
memecahkan masalah. Pendekatan dan konsep yang digunakan untuk menjawab masalah.
Pendekatan dan konsep yang digunakan untuk menjawab masalah yang diteliti
hendaknya sesuai dengan kaidah penelitian tindakan kelas. Cara pemecahan masalah
ditentukan berdasarkan pada akar penyebab permasalahan dalam bentuk tindakan (action)
yang jelas dan terarah.
3. Tujuan Penelitian : Kemukakan secara singkat tentang tujuan penelitian yang ingin
dicapai dengan mendasarkan pada permasalahan yang dikemukakan. Tujuan umum dan
khusus diuraikan dengan jelas sehingga dapat diukur tingkat pencapaian keberhasilannya.
4. Kontribusi Hasil Penelitian : Uraikan kontribusi hasil penelitian terhadap kualitas
pendidikan dan/atau pembelajaran sehingga tampak manfaatnya bagi siswa, guru,
maupun komponen pendidikan disekolah lainnya. Kemukakan inovasi yang akan
dihasilkan dari penelitian ini.

Untuk memudahkan dalam menulis secara rinci hal-hal diatas disarankan untuk terlebih
dahulu menetapkan pokok-pokok pikirannya. Penggunaan tabel, sebagaimana contoh
berikut ini, kiranya akan sangat membantu :

Judul PTK
Rumusan Masalah
Tujuan
Indikator Kinerja
Penerapan pembelajaran model Problem Based Learning untuk meningkatkan kreativitas
dan kemampuan pemecahan masalah pada mata pelajaran X Apakah penerapan PBL
dapat meningkatkan kreativitas?

Seberapa jauh penerapan PBL dapat meningkatkan kemampuan dalam pemecahan


masalah pada mata pelajaran X?

Bagaimana pengembangan pembelajaran PBL pada mata pelajaran X ? Meningkatkan


kretivitas belajar

Meningkatkan keterampilan pemecahan masalah

Mengembangkan pembelajaran PBL


Kemauan dan kemampuan serta aktivitas dalam bertanya, diskusi, mengajukan gagasan,
hipotesis, dan penyimpulan tesnya

Kemampuan dalam proses dan hasil pemecahan masalah melalui berbagai tes yang
dilakukan

Adanya rancangan dan bahan ajar

Tabel diatas hendaknya berisi pokok-pokok pikiran yang selanjutnya dapat dipakai
sebagai kerangka pikir untuk menulis isi dari bab Perumusan dan Pemecahan Masalah.

d. Kajian Pustaka
Pada bagian ini hendaknya diuraikan dengan jelas kajian teori dan pustaka yang
menumbuhkan gagasan yang mendasari usulan rancangan penelitian tindakan.
Kemukakan juga teori, temuan dan bahan penelitian lain yang mendukung pilihan
tindakan untuk mengatasi permasalahan penelitian tersebut. Uraian ini digunakan untuk
menyusun kerangka berpikir atau konsep yang akan digunakan dalam penelitian. Pada
bagian akhir dapat dikemukakan hipotesis tindakan yang menggambarkan indikator
keberhasilan tindakan diharapkan/diantisipasi.
Sebagai contoh, akan dilakukan PTK yang menerapkan model pembelajaran
berkelompok (learning together). Pada kajian pustaka harus dikemukakan dengan jelas :
a) Bagaimana teori learning together, siapa saja tokoh-tokoh dibelakangnya, bagaimana
sejarahnya, apa yang spesifik dari teori ini, apa persyaratannya, dan lain-lain;
b) Bagaimana bentuk tindakan yang dilakukan dalam penerapan teori tersebut dalam
pembelajaran, strategi pembelajarannya, skenario pelaksanaan, dan sebagainya;
c) Bagaimana keterkaitan atau pengaruh penerapan model tersebut akan dipecahkan, hal
ini hendaknya dapat dijabarkan dari berbagai hasil penelitian yang sesuai;
d) Bagaimana prakiraan hasil (hipotesis tindakan) dengan dilakukannya penerapan model
diatas pembelajaran terhadap hal yang akan dipecahkan.

e. Rencana dan Prosedur Penelitian


Pada bagian ini diuraikan secara jelas prosedur penelitian yang akan dilakukan.
Kemukakan objek, waktu dan lamanya tindakan, serta lokasi penelitian secara jelas.
Prosedur hendaknya dirinci dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan
evaluasi-refleksi yang bersifat daur ulang atau siklus. Tunjukkan siklus-siklus kegiatan
penelitian dengan menguraikan indikator keberhasilan yang dicapai dalam setiap siklus
sebelum pindah kesiklus lain. Jumlah siklus diusahakan lebih dari satu siklus, meskipun
harus diingat juga jadwal kegiatan belajar disekolah.
Dalam rencana pelaksanaan tindakan pelaksanaan tindakan pada setiap tahapan
hendaknya digambarkan peranan dan intensitas kegiatan masing-masing anggota peneliti
sehingga tampak jelas tingkat dan kualitas kolaborasi dalam penelitian tersebut.
Untuk dapat membantu menyusun bagian ini, disarankan untuk terlebih dahulu
menuliskan pokok-pokok rencana kegiatan dalam suatu tabel sebagaimana contoh berikut
:
b. Model 2
1. Penyusunan Proposal/Usulan PTK
Untuk menyusun proposal penelitian tindakan kelas, peneliti perlu mengikuti
sistematika/format sebagai berikut :
a. Judul Penelitian
Judul hendaknya ditulis dengan singkat dan spesifik, tetapi cukup jelas menggambarkan
masalah yang akan diteliti dan tindakan untuk mengatasi masalahnya.
Contoh judul PTK :
1) Peningkatan Belajar Siswa melalui Model Pembelajaran Sistem Modular pada Mata
Pelajaran Fiqih MAN 1 Bandung.
2) Peningkatan Kualitas Pembelajaran Perhitungan Konstruksi Bangunan Sederhana
(PKKBS) melalui Penerapan Model Siklus Belajar (Learning Cycle) di SMKN 5
Bandung.
3) Aplikasi Media Compic (Computer Picture) bagi Siswa Berkesulitan Membaca pada
Siswa Kelas 2 di Sekolah Dasar 5 Bogor.
4) Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Tipe Stand dan
Problem secara Variatif untuk Meningkatkan Kualitas Proses dan Hasil Belajar Kimia
Siswa Kelas II SMA Negeri 9 Malang.
5) Penerapan Kegiatan Hands on Activity dalam Pembelajaran Biologi Pokok Bahasan
Ekosistem untuk Meningkatkan Motivasi, Aktivitas, dan Hasil Belajar Siswa Kelas I C
SMP 3 Semarang.
6) Peningkatan Kualitas Proses dan Produk Pembelajaran IPS Sekolah Dasar melalui
Pengembangan Model Keterampilan Proses yang Berbasis Kompetensi pada Siswa Kelas
5 di Sekolah Dasar Negeri 1 Sragen Surakarta.

b. Pendahuluan
Pada bagian pendahuluan setidaknya memuat faktor-faktor berikut :
1. Latar Belakang Masalah
Penelitian dilakukan untuk memecahkan permasalahan pendidikan dan pembelajaran.
Kemukakan secara jelas bahwa masalah yang akan diteliti merupakan sebuah masalah
yang nyata terjadi disekolah atau bidang pendidikan sesuai prrofesi peneliti dengan
disertai data faktualnya, dan diagnosis dilakukan oleh guru dan/atau tenaga kependidikan
lainnya disekolah.
Masalah yang akan diteliti merupakan sebuah masalah penting dan mendesak untuk
dipecahkan, serta dapat dilaksanakan dilihat dari segi ketersediaan waktu, biaya, dan daya
dukung lainnya yang dapat memperlancar penelitian tersebut. Setelah diidentifikasi
masalah penelitiannya, selanjutnya perlu dianalisis dan dideskripsikan secara cermat akar
penyebab dari masalah tersebut.
Prosedur yang digunakan dalam identifikasi masalah perlu dikemukakan secara jelas dan
sistematis. Disamping itu, kemukakan perlakuan atau metode pembelajaran yang biasa
digunakan sehingga perlunya ada perbaikan.

2. Perumusan dan Pemecahan Masalah


Rumuskan masalah penelitian dalam bentuk suatu rumusan penelitian tindakan kelas.
Dalam perumusan masalah dapat dijelaskan defenisi, asumsi, dan lingkup yang menjadi
batasan penelitian.
Setelah diidentifikasi masalah yang akan diteliti, selanjutnya dirumuskan kedalam
rumusan masalah yang sebaiknya menggunakan kalimat pernyataan dengan terlihat unsur
what, when, who, where, how much and how many secara jelas.
Peneliti diharapkan mencoba menganalisis akar penyebab masalah dengan
mengidentifikasi penyebab, yang kemudian memastikan, akar penyebab masalah yang
mendekati kenyataan. Selanjutnya, mengajukan alternatif pemecahan masalah serta
tindakan yang akan dilakukan dan hasil positif yang diantisipasi dengan mencoba
mengajukan indikator keberhasilan tindakan, dan cara pengukuran serta cara
mengevaluasinya.
Uraikan alternatif tindakan yang akan dilakukan untuk memecahkan masalah. Pendekatan
dan konsep yang digunakan untuk menjawab masalah yang diteliti, hendaknya sesuai
dengan kaidah penelitian tindakan kelas. Cara pemecahan masalah ditentukan
berdasarkan pada akar penyebab permasalahan dalam bentuk tindakan (action).

3. Tujuan Penelitian
Kemukakan secara singkat tentang tujuan penelitian yang ingin dicapai dengan
berdasarkan pada permasalahan yang dikemukakan. Tujuan penelitian harus terjawab
dalam kesimpulan hasil penelitian.

4. Manfaat Penelitian
Uraikan kontribusi hasil penelitian tentang kualitas pembelajaran sehingga tampak
manfaatnya bagi siswa, guru, maupun komponen pendidikan di sekolah terkait.
Kemukakan inovasi yang akan dihasilkan dari penelitian.

c. Kajian Pustaka
Uraikan dengan jelas kajian teori dan pustaka yang menumbuhkan gagasan dan
mendasari usulan rancangan penelitian tindakan. Kemukakan juga teori, temuan, dan
bahan penelitian lain yang mendukung pilihan tindakan untuk mengatasi permasalahan
penelitian tersebut. Uraian ini digunakan untuk menyusun kerangka berpikir atau konsep
yang akan digunakan dalam penelitian. Pada bagian akhir dapat dikemukakan hipotesis
tindakan dan indikator keberhasilan.
d. Metodologi Penelitian
Uraikan secara jelas prosedur penelitian yang akan dilakukan. Kemukakan objek, waktu
dan lamanya tindakan, serta lokasi penelitian secara jelas. Prosedur hendaknya dirinci
berupa perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi/pengamatan, evaluasi-refleksi, yang
bersifat daur ulang atau siklus.
Tunjukkan siklus-siklus kegiatan penelitian dengan menguraikan indikator keberhasilan
yang dicapai dalam setiap siklus sebelum pindah kesiklus berikutnya. Jumlah siklus
diusahakan lebih dari satu siklus, namun harus tetap memerhatikan jadwal kegiatan
belajar disekolah. Dalam rencana pelaksanaan tindakan pada setiap tahapan hendaknya
digambarkan peranan dan intensitas kegiatan masing-masing anggota peneliti, sehingga
tampak jelas tingkat dan kualitas kolaborasi dalam kegiatan tersebut.

e. Jadwal Pelaksanaan
Buatlah jadwal kegiatan penelitian yang meliputi persiapan, perencanaan, pelaksanaan,
dan penyusunan laporan hasil penelitian dalam bentuk Gant Chart. Jadwal penelitian
disusun untuk memberikan prediksi bagi penulis sendiri dalam memprogram persiapan
usulan pengembangan profesi.

f. Daftar Pustaka
Disusun daftar pustaka dengan menggunakan pedoman yang berlaku.

PROSEDUR PELAKSANAAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS


Salah satu isu yang menarik untuk dibahas adalah bagaimana langkah-langkah praktis
pelaksanaan penelitian tindakan kelas tersebut dapat dijabarkan secara jelas dan mudah
dipahami.
Untuk menjawab isu tersebut, pada bagian ini akan difokuskan pada kegiatan pokok,
yaitu : (1). planning, (2). Acting, (3). Observing, (4). Reflecting. Kegiatan-kegiatan ini
disebut dengan satu siklus kegiatan pemecahan masalah. Apabila satu siklus belum
menunjukkan tanda-tanda perubahan kearah perbaikan (peningkatan mutu), kegiatan riset
dilanjutkan pada siklus kedua, dan seterusnya, sampai peneliti merasa puas
Berikut penjelasan dari masing-masing langkah kegiatan.

1. PLANNING
Kegiatan planning antara lain sebagai berikut :

A. Identifikasi masalah.
Identifikasi masalah merupakan tahap pertama dalam serangkaian tahapan penelitian.
Oleh sebab itu, identifikasi masalah merupakan tahap kualitas masalah yang diteliti.
Masalah yang asal-asalan (kurang teridentifikasi) dapat menyebabkan pemborosan energi
karena penelitiannya tidak membawa temuan yang bermanfaat. Sebagaimana disinggung
dalam tulisan sebelumnya, tidak semua masalah pendidikan dapat didekati dengan
penelitian tindakan kelas (classroom action research). Untuk itu, beberapa langkah
berikut perlu diikuti dengan seksama sebagai cara untuk menemukan masalah yang dapat
didekati dengan penelitian tindakan kelas.
1. Masalah harus riil dan on-the job problem oriented artinya masalah tersebut dibawah
wewenang seorang guru untuk memecahkan. Masalah itupun datang dari pengamatan
(pengalaman) seorang guru sendiri melalui kegiatan sehari-hari, bukan datang dari
pengamatan/pengalaman orang lain.
Masalah itu dilihat/diamati/dirasakan dalam pelaksanaan tugas mengajar sehari-hari.
Sebagai contoh: menurut data kelas (sekolah) ditemukan bahwa (a) sebagai besar siswa
(75%) tidak dapat menguasai keterampilan matematika dasar, (b) mayoritas siswa
(>85%) tidak berminat belajar bahasa inggris. Masalah-masalahnya nyata (bukan
imaginer), karena memang didukung dengan data-data empiris seperti data kelas, data
sekolah observasi dan catatan harian (journal/learning log).
2. Masalah harus problematic (artinya, masalah tersebut perlu dipecahkan). Tidak semua
masalah pendidikan (pembelajaran) yang nyata (riil) adalah masalah-masalah yang
problematic, karena: (a) pemecahan masalah tersebut kurang mendapat dukungan
literature/sarana prasarana/birokrasi, (b) pemecahan masalah masih mendesak
dilaksankan dan (c) ternyata guru tidak mempunyai wewenang penuh untuk
memecahkan. Sebagai contoh: Mayoritas siswa tidak dapat membaca buku teks Bahasa
Indonesia. Masalah tersebut bias menjadi masalah yang kurang problematic bagi guru
biologi karena masalah tersebut lebih tepat menjadi tanggung jawab (wewenang) seorang
guru bahasa Indonesia.
3. Masalah harus memberi manfaat yang jelas artinya pemecahan maslah tersebut akan
memberi manfaat yang jelas atau nyata. Untuk itu, pilihlah masalah penelitian yang
memiliki asas manfaat secara jelas. Apa yang akan terjadi, apabila masalah tersebut
dilontarkan beberapa pertanyaan berikut: (a) apa yang akan terjadi apabila masalah
tersebut terpecahkan? (b) apa resiko terburuk apabila masalah tersebut tidak segera
dipecahkan, dan (c) tujuan pendidikan mana yang tidak tercapai, apabila masalah tersebut
segera dipecahkan? Jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat membimbing
pada [penemuan masalah-masalah penelitian yang mendesak untuk dipecahkan.
4. Masalah PTK harus feasible (dapat dipecahkan atau diganti). Apakah dilihat dari
sumber daya peneliti (waktu, dana, dukungan, birokrasi dan seterusnya) masalah tersebut
dapat dipecahkan. Dengan kata lain, tidak semua penelitian yang sudah riil problematic
dan manfaatnya jelas, selalu feasible. Untuk itu, harus dipilih masalah-masalah yang
feasible dengan pertimbangan factor-faktor pendukung di atas.

B. Perumusan masalah dan analisis penyebab masalah.


Setelah teridentifikasi, masalah dapat dirumuskan kedalam kalimat pernyataan dengan
memerhatikan kata Tanya what, when. Who, where, why, how much.
Contoh :
1. Sekurang-kurangnya 85% siswa kelas I SMP Negeri 2 Semarang pada tahun ajaran
2002/2003 Semester I tidak berminat mengikuti pelajaran bahasa inggris.
2. Mayoritas (>75%) siswa kelas III IPA 2 SMA Negeri IV Bangun Semarang tidak dapat
menguasai perubahan bentuk kata (kata sifat ke kata benda) dalam pelajaran menulis
bahasa inggris tahun ajaran 2002/2003.

Analisis penyebab masalah (probable causes) merupakan langkah kedua planning yang
penting dilakukan. Setelah mendapatkan masalah riil, problematic, bermanfaat dan dapat
dipecahkan, langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi penyebab masalah tersebut.
Melalui brainstorming (secara kolaboratif), analisis penyebab munculnya masalah dapat
dijabarkan dengan mudah. Dengan memahami berbagai kemungkinan penyebab maslah
tersebut, suatu tindakan (alternative soluting/action) dapat dikembangkan. Untuk
memastika akar penyebab masalah tersebut, beberapa teknik pengumpulan data dapat
diterapkan, misalnya (a) mengembangkan angket, (b) mewawancarai siswa, dan (c)
melakukan observasi langsung dikelas.
Dari berbagai kemungkinan penyebab masalah yang dapat ditemukan untuk memastikan
penyebab yang paling mungkin siswa diminta pendapatnya atau diwawancarai : apa yang
sesungguhnya yang menjadi penyebab tidak berminatnya belajar bahasa Inggris. Data
dicoba diidentifikasi dan dianalisis untuk menentukan penyebab yang paling mungkin
(the most probable cause) dan data-data dikumpulkan melalui (a). angket, (b). wawancara
dan (c). observasi kelas. Data tersebut kemudian dianalisis (secara kolaboratif) dan
disimpulkan.
Ternyata melalui hasil kolaborasi dan analisis data, penyebab sesungguhnya adalah
kualitas belajar mengajar yang tidak kondusif (mendukung/mendorong) bagi siswa untuk
mengikuti pelajaran bahasa Inggris. Umumnya, siswa menganggap bahwa akar penyebab
masalah kualitas belajar mengajar antara lain sebagai berikut :
• Proses belajar mengajar satu arah.
• Cara guru mengajar membosankan, kurang menarik.
• Pelajaran bahasa Inggris kurang membekali siswa.
• Pelaksanaan system pelajaran semester tidak berjalan dengan baik.
Akar penyebab masalah tersebut perlu dianalisis sehingga bentuk intervensi
(action/soluting) dalam penelitian tindakan kelas dapat dikembangkan secara lebih tepat.

C. Pengembangan intervensi (action/solution)


Pengembangan intervensi merupakan langkah ke-3 dalam planning yang juga penting
untuk diperhatikan. Intervensi perlu dikembangkan berdasarkan akar penyebab masalah
itu. Intervensi yang dipilih haruslah yang terdukung oleh sumber daya yang ada.
Sebagai contoh : Jika akar penyebabnya adalah Mutu proses belajar mengajar, melalui
kalaborasi perlu dikembangkan berbagai kemungkinan (alternative) rencana tindakan
(intervensi) seperti.
(a) menggunakan metode diskusi.
(b) menggunakan pendekatan cooperative learning.
(c) peningkatan metode bervariasi.
(d) peningkatan mutu pelajaran tugas semester dan seterusnya.
Dari berbagai alternative tersebut, disaring kembali berdasarkan factor-faktor pendukung
yang ada, yaitu
(a) waktu,
(b) biaya,
(c) biaya/dana yang lain,
(d) dukungan sarana/prasarana,
(e) dukungan lembaga, dan seterusnya.
Untuk memutuskan intervensi yang dikembangkan pada siklus pertama, penelitian
berfikir (kemudian berkolaborasi) tentang factor-faktor kekuatan dan kelemahan yang
ada. Langkah ini disebut sebagai analisis medan kekuatan (Force Field Analysis), artinya
diputuskan intervensi yang terdukung oleh factor-faktor kekuatan yang ada. Setelah
mempertimbangkan feasibility intervensi tersebut, diputuskan bentuk intervensi yang
paling mungkin dilakukan, sebagai contoh : metode pendekatan cooperative learning.
Inilah intervensi yang ditawarkan untuk siklus penelitian tindakan kelas (classroom
action research/CAR).
D. Contoh (Model Lain) Pemecahan Masalah
Masalah selalu kita hadapi dalam kehidupan sehari-hari, setiap saat serta setiap waktu
dimanapun. Tidak pernah kita dalam waktu tertentu lepas sama sekali terhadap masalah,
besar atau kecil, dari yang ringan sampai yang berat. Untuk mengatasi masalah
diperlukan strategi atau cara tertentu.
Dalam hal ini ada masalah yang perlu segera dicari pemecahannya agar tidak
menimbulkan masalah baru, ada pula masalah yang perlu ditunda karena tidak mampu
mengatasi atau belum dirasa mendesak. Beberapa pakar memberikan pengertian tentang
masalah sebagai berikut :
• Suatu kesenjangan antara harapan dan kenyataan.
• Penyimpangan dari satu target yang telah ditentukan.
• Hambatan untuk memcapai suatu tujuan.
• Suatu fakta yang tidak menyenangkan dan bersifat negative.
• Sesuatu kesulitan yang dihadapi sewaktu-waktu.

Untuk memecahkan suatu masalah diperlukan langkah yang sistematis dan rasional,
antara lain sebagai berikut :

1. Identifikasi Masalah.
Suatu langkah awal yang penting dalam memecahkan masalah adalah mengenali masalah
itu secara teliti agar dapat ditemukan masalah yang sebenarnya. Berkaitan dengan
penelitian tindakkan kelas atau Classroom Based Action Research(CAR) identifikasi
masalah perlu dilakukan secara kolaboratif, bekerja sama dengan semua peserta PTK
mengumpulkan masalah atau fakta negatif yang terjadi selama berlangsungnya proses
pembelajaran. Fakta itu bias berasal dari siswa, guru, dokumen, lingkungan sekolah dan
lainnya. Dalam pengumpulan data semua anggota tim PTK dapat secara bebas
mengemukakan pendapat tentang fakta negative yang terjadi. Dari sekian bayak fakta
negative yang diperoleh, secara bersama-sama diseleksi apakah fakta tersebut benar-
benar merupakan fakta atau sekedar sebuah asumsi atau opini.

2. Analisis Masalah.
Fakta negative yang sudah terkumpul tadi dikelompokkan, dibatasi atau dipilih melalui
diskusi bersama para peserta CAR, dipilih satu masalah yang dianggap paling urgen atau
mendesak untuk dipecahkan. Sebagai contoh dari hasil diskusi dipilih masalah “minat
dan aktivitas belajar terhadap mata pelajaran fisika rendah”. Masalah tersebut masih
bersifat umum, belum jelas sehingga perlu dirumuskan dalam kalimat pernyataan yang
lebih spesifik.

3. Rumusan Masalah
Agar mudah dimengerti, rumusan masalah tersebut perlu memberikan informasi tentang :
a. Apa yang dipermasalahkan (what).
b. Siapa yang terlibat sebagai objek masalah (who).
c. Dimana terjadinya masalah (where).
d. Kapan terjadinya masalah (when).
e. Bagaimana penyimpangan dan berapa besar penyimpangannya (how/how much).
Dari contoh masalah yang masih bersifat umum :
“Minat dan aktivitas belajar siswa terhadap mata pelajaran fisika rendah”. Dapat
dirumuskan lebih spesifik sebagai berikut : “Lebih dari 70% siswa kelas II SMP 3
Purwodadi pada tahun 2005 minat dan aktivitas belajar terhadap pelajaran fisika rendah”.
a. Apa yang menjadi masalah;
b. Siapa yang mengalami masalah;
c. Dimana masalah itu terjadi;
d. Kapan masalah itu terjadi;
e. Berapa banyak siswa yang mengalami masalah;
Dari rumusan masalah yang sudah spesifik diharapkan mudah ditelusuri penyebab
timbulya masalah.

4. Analisis Penyebab Timbulnya Masalah


Berdasarkan rumusan masalah diatas, dapat ditelusuri akar penyebab timbunya masalah
dari komponen-komponen “rumusan” masalah. Para anggota peneliti perlu diminta untuk
menyampaikan pendapatnya.
Diduga penyebab timbulnya masalah adalah sebagai berikut :
a. Suasana belajar kurang menguntungkan.
b. Materi fisika sulit dipelajari.
c. Metode pembelajaran fisika tidak menarik.
d. Materi pembelajaran tidak menyentuh lingkungan hidup sehari-hari.
Dari ke empat alternative penyebab itu, setelah didiskusikan disepakati bahwa yang
paling mungkin menjadi penyebab adalah c (metode pembelajaran fisika tidak menarik).
Kemudian kita masih dapat mencari penyebab yang lebih spesifik dari poin c tersebut
ialah
a. Guru lebih banyak memberi ceramah;
b. Guru tidak pernah memberi praktik;
c. Guru kurang menguasai materi pelajaran fisika;
d. Motede pembelajaran kurang bervariasi;
Dari ke empat penyebab itu disepakati bahwa poin b (Guru tidak pernah memberikan
praktik) adalah yang paling mungkin menjadi penyebab timbulnya masalah.

5. Mencari Alternatif Pemecahan Masalah


Setelah menemukan akar masalah atau penyebab timbulnya masalah maka langkah
selanjutnya adalah mencari alternative pemecahan masalah. Setelah itu, menentukan
alternative yang terbaik dan tepat sesuai dengan kewenangan dan kemampuan dengan
memerhatikan kekuatan, kelemahan, dan kendala yang mungkin terjadi. Hasil diskusi
menetapkan bahwa yang terjadi akar penyebab siswa tidak berminat dan kurang aktivitas
adalah guru tidak pernah memberi praktik pada waktu proses pembelajaran fisika.
Agar terwujud minat dan aktivitas belajar siswa terhadap pelajaran fisika, maka guru
fisika harus sering memberikan praktik. Agar terwujud proses pembelajaran yang sering
memberikan praktik pembelajaran secara praktik.
Dengan model pembelajaran ini dipastikan minat dak aktivitas siswa untuk mengikuti
pelajaran fisika akan meningkat, yang pada akhirnya prestasi/hasil belajar siswa akan
meningkat.
Identifikasi masalah dan pemecahan masalah dalam satu siklus kegiatan penelitian
tindakan kelas merupakan tahap penting yang akan mewarnai keberhasilan pelaksanaan
penelitian. Apabila tahap ini lemah maka mutu penelitian selanjutnya dapat
dipertanyakan (besar kemungkinan juga lemah). Oleh karena itu, penelitian perlu
menyiapkan waktu yang cukup untuk proses indentifikasi dan pengembangan solusi
secara tepat dan benar. Kolaborasi teman sejawat dan para ahli peneliti tindakkan kelas
sangat diperlukan dan akan berpengaruh terhadap mutu hasil identifikasi dan pemecahan
masalah.
Analisi medan kekuatan merupakan factor penentu dalam upaya mengembangkan
intervensi (pemecahan masalah). Dengan demikian, pemecahan masalah yang benar-
benar feasible merupakan pemecahan masalah (action/intervention) yang akan diteliti
pada langkah penelitian dari siklus ke siklus. Pemecahan masalah harus dibangun pada
informasi yang valid tentang factor-faktor yang dapat bersifat positif akan terjadinya
perubahan kea rah perbaikan.
Tugas untuk diskusi
1. Mulailah dengan kegiatan berikut :
a. Tulislah berdasarkan pengalaman mengajar Anda beberapa masalah (4 Buah) yang
memenuhi criteria masalah dan pikirkan apakah masalah tersebut benar-benar riil, berada
pada ruang lingkup kerjanya, bermanfaat dan dapat dipecahkan.
b. Sajikan hasil pemikiran itu untuk didiskusikan dengan teman sejawat/kolaboratif (3-4
orang).
c. Berdasarkan kolaborasi dengan teman, tentukan satu masalah yang paling memenuhi
kriteria untuk menjadi masalah penelitian tindakan kelas.
2. Rumuskan masalah penelitian Anda sebaik mungkin sehingga dapat memenuhi
perumusan masalah. Rumusan masalah PTK yang baik akan mampu menjawab secara
jelas hal-hal berikut;
a. Apa yang dipermasalahkan;
b. Siapa yang mengalami masalah;
c. Apa yang menjadi penyebab masalah;
d. Bagaimana penyimpangan dan berapa besar penyimpangannya;
e. Apa yang menjadi tujuan perbaikan.
3. Secara kolaborasi didiskusikan untuk mencari berbagai kemungkinan akar penyebab
masalah tersebut.
4. Pastikan akar penyebab masalah (akar masalah) dari masalah yang telah Anda tulis,
dengan melakukan :
a. Wawancara dengan siswa;
b. Observasi kinerja siswa;
c. Menyebarkan angket kepada siswa;
Kita dapat melakukan dengan sala satu teknik pengumpulan data tersebut atau bias pula
dengan menggunakan ketiganya. Dengan cara ini diharapkan akan diperoleh akar
penyebab yang sebenarnya.
5. Setelah menemukan akar penyebab masalah, selanjutnya perlu dilakukan
brainstorming dengan pendidik/rekan sejawat/kolaborator untuk mencatat berbagai
kemungkinan intervensi/pemecahan masalah, kemudian disaring untuk memastikan salah
satu bentuk intervensi yang paling tepat dan didukung berbagai factor untuk dapat
dilaksanakan pada siklus penelitian.
2. ACTING
Action (intervensi) dilaksanakan penelitian untuk memperbaiki masalah. Langkah-
langkah praktis tindakkan diuraikan. Apa yang pertama kali dilakukan? Bagaimana
organisasi kelas? Siapa yang perlu menjadi kolaborator? Siapa yang mengambil data?.
Pada saat pelaksanaan ini (acting), guru harus mengambil peran dalam pemberdayaan
siswa sehingga mereka menjadi agent of change bagi diri dan kelas. Kelas diciptakan
sebagai komunitas belajar(learning community) dari pada laboratorium tindakan. Jadi,
cara-car empiris membagi kelas menjadi kelompok control dan treatment harus
dihindarkan.
Selama melaksanakan tindakan, guru sebagai pelaksana intervensi tindakan mengacu
pada program yang telah dipersiapkan dan disepakati bersama dengan teman sejawat.
Peneliti yang akan mengubah atau melaksanakan perbaikan atas metode tindakan dikelas,
perlu ada alasan yang mendasar dan ada kesepakatan bersama. Untuk itu, situasi kelas
ataupun factor lain yang dapat mempengaruhi penyimpangan kegiatan dikelas harus
dihindari sehingga perubahan yang muncul benar-benar diakibatkan adanya tindakan
yang sengaja dilakukan untuk perbaikan, bukan karena faktor lain.
Untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kelemahan dalam pelaksanaan tindakan,
persiapan dalam perencanaan perlu dilakukan secara maksimal, agar pelaksanaan
tindakan tidak mengalami kesulitan. Kebersamaan antar tim peneliti atau hasil masukkan
yang disampaikan oleh para pakar atau ahli pendidikan perlu mendapat perhatian.
Untuk itu, perubahan/perbaikan yang muncul dan kekurangan atau kelemahan yang
dilakukan guru pelaksana tindakan harus disikapi secara positif tentang apa yang akan
disampaikan oleh teman sejawat demi perbaikan pembelajaran yang dilakukan. Pengamat
dapat menggunakan angket atau checklist guna merekam kejadian yang muncul pada
waktu tindakan intervensi dilaksanakan.

3. OBSERVING

A. Pengumpulan Data
Prinsip pengumpulan data dalam penelitian tindakan kelas tidak jauh berbeda dengan
prinsip pengumpulan data pada jenid penelitian yang lain. Dengan kata lain, prinsip
pengumpulan data pada peneltian formal dapat diterapkan pada penelitian tindakan kelas.
Pada umumnya dalam penelitian tindakan kelas, baik data kualitatif maupun kuantitatif
dimanfaatkan untuk menggambarkan perubahan yang terjadi : perubahan pada kinerja
guru, hasil prestasi siswa perubahan kinerja siswa dan perubahan suasana kelas.
Observasi adalah kegiatan pengamatan (pengambilan data) untuk memotret seberapa jauh
efek tindakan telah mencapai sasaran. Efek dari suatu intervensi (action) harus dimonitor
secara reflektif. Data-data apa saja yang perlu dikumpulkan? Data kuantitatif tentang
kemajuan siswa (nilai) dan data kualitatif (minat/suasana kelas) perlu dikumpulkan. Pada
langkah ini, peneliti menguraikan jenis-jenis data yang dikumpulkan, cara pengumpulan
data dan alat koleksi data (angket/wawancara/observasi dan lain-lain) tentang fenomena
kelas yang dibuat siswa dan guru merupakan informasi yang berharga.
Untuk mendapatkan data yang akurat perlu disusun suatu instrument yang valid dan
reliable. Instrument yang valid adalah instrument yang mampu dengan tepat mengukur
apa yang hendak diukur. Jika ingin mengukur minat siswa dalam mengikuti pelajaran
bahasa Inggris, harus disiapkan instrument yang mampu mengukur minat siswa, bukan
untuk mengukur kecerdasan atau pendapat siswa. Peneliti tindakan kelas harus selalu
hati-hati dengan data, dan harus yakin bahwa data yang dikumpulkan cukup valid.
Reliabilitas menyangkut akurasi dan konsistensi alat pengumpul data. Jika instrument
tidak konsisten (berubah-ubah) maka instrument tersebut tidak dapat dipercaya. Misalnya
: penggunaan alat tes standar kemampuan akademik yang dipakai hari ini tidak akan
berubah jika dipakai minggu berikutnya. Skor (nilai) kelompok siswa yang menjawab tes
tersebut tidak akan berbeda jauh. Nilai kelompok siswa yang sama yang menjawab soal-
soal yang sama hari ini dan minggu depan cenderung tidak akan berbeda jauh. Oleh
karena itu, peneliti tindakan kelas diharapkan terus mengingat kedua konsep tersebut jika
dalam pengumpulan datanya menggunakan instrument.
Ketika peneliti akan memulai mengumpulkan data, konsep validitas dan reliabilitas
instrument (maupun data) harus terus diingat. Sekalipun demikian, dalam penelitian
tindakan kelas dikenal pula apa yang disebut practical validity/reliability, artinya
sepanjang anggota kelompok penelitian tindakan memutuskan bahwa instrument
dinyatakan valid dan reliable, maka dapat digunakan. Dengan demikian, kepercayaan
(trustwortiness) suatu hasil penelitian tindakan benar-benar dibangun oleh kualitas proses
kolaborasi oleh masing-masing anggota kelompok.
Berikut strategi untuk meningkatkan validasi menurut Lather (Connolle, 1994).
1. Face Validity (Validitas muka), setiap anggota kelompok peneliti tindakan saling
mengecek/menilai/memutuskan validitas suatu instrument dan data dalam proses
kolaborasi dalam penelitian tindakan.
2. Triangulation (Triangulasi), menggunakan berbagai sumber data untuk meningkatkan
kualitas penilaian.
3. Critical Reflection (Refleksi kritis), setiap tahap siklus penelitian tindakan dirancang
untuk meningkatkan kualitas pemahaman. Apabila pada setiap tahap siklus mutu refleksi
dipertahankan, mutu pengambilan keputusan akan dapat dijamin.
4. Catalytic Validity (Validitas pengetahuan) yang dihasilkan oleh peneliti tindakan
bergantung pada kemampuan peneliti sendiri dalam mendorong pada adanya perubahan
(improvement)

Triangulasi merupakan proses memastikan sesuatu (getting a ‘fix’) dari berbagai sudut
pandang. Istilah ini berkembang dengan fungsi utama untuk meningkatkan ketajaman
hasil pengamatan memalui berbagai cara dalam pengumpulan data. Ada beberapa macam
triangulasi :
a. Theoritical Triangulation (Triangulasi teori); menggunakan teori dalam upaya
menelaah sesuatu.
b. Data Triangulation (Triangulasi data); mengambil data dari berbagai suasana, waktu,
tempat, dan jenis.
c. Souare Triangulation (Triangulasi sumber); mengambil data dari berbagai sumber.
d. Methode Triangulation (Triangulasi metode); menggunakan berbagai metode
pengumpulan data.
e. Instrumental Triangulation (Triangulasi instrument); dengan menggunakan berbagai
jenis alat/instrument.
f. Analytic Triangulation (Triangulasi analitik); menggunakan berbagai metode/cara
analisis.
Contoh triangulasi dalam kegiatan dikelas.
Seorang guru ingin melihat urutan kegiatan cooperative learning yang sedang dicobakan
dalam kelas untuk meningkatkan minat dan motivasi serta aktivitas belajar siswa.
Guru/peneliti tersebut megajak guru lain (kolaborator/observer) untuk melihat bagaimana
urutan metode/pendekatan tersebut. Disamping itu juga melihat perubahan apa yang
terjadi saat proses belajar mengajar sedang berlangsung.
Dalam hal ini peneliti menggunakan rekaman video untuk mengetahui urutan kegiatan
pembelajaran dengan koperatif serta kejadian lain yang terjadi. Selain itu, gurupun
berusaha mengundang beberapa siswa untuk diwawancarai tentang masalah yang ada
kaitan dengan urutan kegiatan, motivasi, dan minat dalam mengikuti pelajaran. Jika
dilihat dari ketiga cara pengamatan tersebut hasilnya sama maka informasi tersebut
dinyatakan valid. Dengan melakukan tiga pengamatan tersebut berarti guru/peneliti
tersebut menggunakan metode triangulasi.

B. Sumber Data
Data yang baik adalah data yang diambil dari sumber yang tepat dan akurat. Seorang
guru/peneliti ingin mengungkap masalah minat siswa meneruskan sekolah sesudah lulus.
Untuk penelitian ini, data diambil dari guru kelas, dokumen yang ada dibagian
administrasi dan memberi angket kepada orang tua. Hal tersebut memberikan gambaran
bahwa guru/peneliti tersebut kurang tepat dalam menentukan sumber data.
Siapa/apa yang dapat dijadikan sumber data yang tepat? Jika akan mengungkapkan minat
siswa maka yang tepat untuk dilakukan adalah langsung wawancara atau memberikan
angket kepada siswa, bukan kepada guru, staf administrasi, atau orang tua. Disamping
siswa, ada beberapa sumber data lain yang dapat dimanfaatkan dalampenelitian tindakan
kelas, yaitu buku harian, dokumen (catatan tentang hasil belajar), learning logs, jurnal,
poto, laporan pengamatan, hasil angket dan tes hasil belajar. Dalam hal ini untuk
menetapkan sumber data dalam penelitian harus difikirkan dengan matang siapa/apa yang
akan dijadikan sumber data.

C. Critical Friend dalam Penelitian Tindakan


Teman atau yang mungkin akan dijadikan kolaborator oleh peneliti, memainkan peran
yang sangat penting dalam penelitian tindakan kelas. Critical Friend merupakan pihak
ketiga yang dapat meningkatkan kualitas hasil penelitian tindakan. Mereka seorang
kritikus yang mampu dan bersedia memberikan saran positif dalam pelaksanaan
penelitian tindakan kelas.
Sekalipun demikian, para anggota tim penelitian tindakan harus hati-hati dalam memilih
critical friend tersebut agar tidak menyesatkan dan menyulitkan. Mereka harus orang-
orang yang siap membantu dan ahli dalam bidangnya (dapat diambil dari dosen,
konsultan pendidikan, guru, teman sekolah, tenaga ahli, dan lainnya). Seyogianya dalam
memilih critical friend memenuhi syarat berikut :
a. Critical Friend dipilh berdasarkan kebutuhan kelompok penelitian tindakan.
b. Critical Friend adalah teman positif yang siap membantu kegiatan penelitian.
c. Critical Friend adalah teman yang siap berbagi pengalaman/pengetahuan.
d. Critical Friend hadir karena diundang oleh peserta kelompok peneliti PTK. Jadi,
selama dibutuhkan, harus siap membantu.
• Jujur dan siap membantu setiap saat.
• Menjaga kerahasian hasil pengamatan, wawancara, serta data yang diperoleh.

Untuk itu, jika dalam kegiatan penelitian diperlukan adalah Critical Friend maka harus
dipilih secara hati-hati dan tepat. Jika hal ini diabaikan dapat mengakibatkan rendahnya
kualitas data penelitian yang dikumpulkan, dan jika ini terjadi maka seluruh kegiatan
penelitian itu tidak bermakna dan tidak bermanfaat.

D. Analisis Data
Tahapan sesudah pengumpulan data adalah analisis data. Walaupun data yang telah
dikumpulkan lengkap dan valid, jika peneliti tidak mampu menganalisisnya maka
datanya tidak akan memiliki nilai ilmiah yang dapat digunakan untuk perkembangan ilmu
pengetahuan. Kegiatan pengumpulan data yang benar dan tepat merupakan jantungnya
penelitian tindakan, sedangkan analisis data akan memberi kehidupan dalam kegiatan
penelitian. Untuk itu, seorang penelitiannya memiliki nilai ilmiah yang tinggi.
Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas, ada dua jenis data yang dapat dikumpulkan
peneliti.
1. Data kuantitatif (nilai hasil belajar siswa) yang dapat dianalisis secara deskriptif.
Dalam hal ini peneliti menggunakan analisis statistic deskriptif. Misalnya, mencari nilai
rata-rata, persentase keberhasilan belajar dan lain-lain.
2. Data kualitatif yaitu data yang berupa informasi yang berbentuk kalimat yang
memberikan gambaran tentang ekspresi siswa tentang tingkat pemahaman terhadap suatu
mata pelajaran (kognitif), pandangan atau sikap siswa terhadap metode belajar yang baru
(afektif), aktifitas siswa mengikuti pelajaran, perhatian, antusias dalam belajar,
kepercayaan diri, motivasi belajar dan sejenisnya, dapat dianalisis secara kualitatif.

Statistik deskriptif dapat digunakan untuk mengolah karakteristik data yang berkaitan
dengan menjumlah, merata-rata, mencari titik tengah, mencari persentase, dan
menyajikan data yang menarik, mudah dibaca, dan diikuti alur berfikirnya (grafik, tabel,
chart). Hal yang lebih penting lagi adalah statistic dapat digunakan untuk memaknai data
statistic kelas.
Untuk data kualitatif yang berupa hasil wawancara, hasil pengamatan, berbagai isi jurnal
hasil angket/kuesioner, peneliti tindakan kelas umumnya melakukan proses koding untuk
mengorganisasi data.
Tahapan umum proses koding adalah sebagai berikut :
1. Membuat matrik dari data yang terkumpul.
2. Memberi kode untuk masing-masing sel.
3. Membaca data secara menyeluruh, kalimat demi kalimat, paragraph demi paragraph,
prase demi prase dan tentukan yang sesuai dengan masing-masing tema.
4. Kelompokkan masing-masing pernyataan tersebut kedalam kotak-kotak sel yang
sesuai.
5. Kaitkan antara sel sehingga mengandung makna yang mempunyai kecenderungan
adanya suatu hipotesis.
6. Menyusun/membuat interpretasi dari data yang terdapat dalam sel/maktrik.
7. Deskripsikan secara jelas atas dasar data dalam maktrik sehingga menjadi suatu
kesimpulan.
Analisis merupakan usaha memilih, memilah, membuang, menggolongkan, serta
menyusun kedalam kategorisasi, mengklasifikasi data untuk menjawab pertanyaan
pokok: (1) tema apa yang dapat ditemakan pada data, (2) seberapa jauh data dapat
mendukung tema/arah/tujuan penelitian.

4. REFLECTING
Reflection adalah kegiatan mengulas secara kritis (reflective) tentang perubahan yang
terjadi (a) pada siswa, (b) suasana kelas, dan (c) guru. Pada tahap ini , guru sebagai
peneliti menjawab pertanyaan mengapa (why), bagaimana (how), dan seberapa jauh (to
what extent) intervensi telah menghasilkan perubahan secara signifikan. Kolaborasi
dengan teman (termasuk para ahli) akan berperan penting dalam memutuskan “Judging
the value” (seberapa jauh action telah membawa perubahan: apa/di mana perubahan
terjadi, mengapa demikian, apa kelebihan/kekurangan, bagaimana langkah-langkah
penyempurnaannya, dan sebagainya).
Berdasarkan hasil refleksi tersebut, peneliti/penulis mencoba untuk mengatasi
kekurangan/kelemahan yang terjadi akibat tindakan yang telah dilakukan. Hal ini jika
ditemukan cara atau strateginya maka diperlukan rencana untuk melaksanakan
tindakan/siklus berikutnya. Siklus ini merupakan perbaikan dari siklus sebelumnya,
tahapan dari setiap siklus perlu disusun rencana yang matang dengan memerhatikan hasil
refleksi dari siklus sebelumnya. Ada beberapa pertanyaan penting yang perlu
diperhatikan oleh para peneliti tindakan kelas.
a. Apa yang saya peroleh dari kegiatan penelitian untuk diri saya sebagai guru
professional dibidang pendidikan/pengajaran?
b. Apakah kegiatan yang saya lakukan melalui PTK telah mampu memperbaiki proses
belajar mengajar di kelas (improvement)?
c. Apa yang saya ceritakan tentang perubahan yang diperoleh melalui penelitian,
seberapa jauh perubahan kea rah perbaikan itu terjadi?
d. Apa tindakan yang akan saya lakukan untuk mencapai indicator keberhasilan yang
sudah ditetapkan?

5. AKHIR TINDAKAN
Jika penelitian sudah dianggap selesai maka penelitian perlu menyusun laporan
penelitian. Apa yang ditulis dalam laporan penelitian? Yang perlu ditulis pada laporan
setidaknya menyangkut aspek yang berkaitan dengan hal-hal berikut :
a. Setting yang memberikan gambaran tentang kondisi lapangan/kelas tempat penelitian
dilakukan, disertai penjelasan adanya perbedaan antara model pembelajaran yang biasa
dilakukan dengan model yang sedang dilaksanakan melalui penelitian tindakan kelas.
b. Penjelasan hasil pelaksanaan tiap siklus dengan data lenkap dengan hasil pengamatan
disertai dengan hasil refleksinya. Data yang disajikan merupakan potret dari semua
kejadian selama tindakan pada siklus tertentu berlangsung, dengan berbagai jenis metode
dan instrument yang digunakan dan ulasan selengkap mungkin.
c. Setelah semua siklus dijelaskan, kemudian dianalisis dengan memerhatikan hasil
keseluruhan siklus. Langkah ini sering dinamakan pembalasan. Pada bagian ini akan
dapat diperoleh gambaran secara menyeluruh yang disertai dengan data lengkap. Hasil
pengamatan dari siklus ke siklus dapat disusun dalam bentuk grafik atau tabel dengan
diberikan ulasan terhadap perubahan atau perbaikan akibat tindakan yang dilakukan.
Dalam hal ini disarankan agar peneliti responsive terhadap perubahan yang berkembang
dikelas, Perubahan yang terjadi pada diri murid dipotret (disajikan sebagai bukti),
seperti :
a. Hasil pelajaran harian/tengah semester/semester.
b. Perhatian dan motivasi terhadap pelajaran.
c. Portofolio (catatan tentang hasil/prestasi murid).
d. Perubahan sikap (catatan tentang hasil/prestasi murid).

Perubahan yang terjadi pada diri guru sebagai peneliti, seperti :


a. Peningkatan pengetahuan pengolahan kelas.
b. Kepercayaan diri.
c. Peningkatan keterampilan.
d. Pemahaman terhadap berbagai model pembelajaran.
e. Kemampuan mendeteksi perubahan akibat tindakan.

Suasana perubahan pada iklim kelas juga disajikan, seperti suasana kelas yang
mendorong pembelajaran, penampilan kelas menyajikan hasil belajar siswa, suasana
kelas yang lebih akrab, perhatian siswa, sikap terhadap model pembelajaran yang baru
disampaikan guru, dan seterusnya. Apa yang terjadi apabila dalam perjalanan siklus 1 ke
siklus 2, lalu dari siklus 2 ke siklus 3 peneliti mungkin belum merasa puas mangatasi akar
masalah.
Jika peneliti merasakan bahwa identifikasi terhadap masalahnya kurang pas, peneliti
dapat mengulangi lagi mencari penyebab dan kemudian mengembangkan dalam bentuk
intervensi sehingga mencapai siklus ke 4, 5, dan seterusnya dengan intervensi yang
dikembangkan berbeda. Hal yang penting adalah bahwa penelitian berkelok-kelok, akan
diakhiri dengan kepuasan hasil kerja dan mampu mengembangkan proses pembelajaran
dikelas yang diikuti oleh peningkatan prestasi belajar siswa.
Dalam hal ini, penelitian perlu memerhatikan variable yang diperkirakan memengaruhi
prestasi belajar siswa, sebisa mungkin peneliti/guru mampu mendeteksi serta menemukan
data pendukungnya. Setiap tahun yang dihadapi para guru dikelas selalu berubah, maka
permasalahan yang dihadapi juga akan berbeda-beda. Untuk itulah, perlu selalu berusaha
mencari cara/model baru sebagai upaya mengatasinya. Hal ini dapat dilakukan dengan
membaca buku, jurnal, hasil-hasil penelitian.
Setelah memahami berbagai maslah PTK di atas dan mencoba untuk memahami
permasalahan dikelas dimana guru/pendidikan bertugas, dimungkinkan dapat ditemukan
berbagai permasalahan yang berkaitan dengan proses pembelajaran. Guru yang ingin
mengatasi permasalahan tersebut melalui penelitian perlu memikirkan cara menyusun
proposal atau usulan penelitian PTK yang baik. Walaupun pelaksanaan penelitian
bertujuan untuk mengatasi permaslahan dikelasnya, dan dengan biaya sendiri, proposal
tetap diperlukan sebagai pegangan penelitian agar tidak terjadi banyak penyimpangan.
Sistematika penelitian tindakan kelas secara umum tidak terlalu berbeda dengan jenis
penelitian yang lain, namun pada bagian pendahuluan dan metodologi, ada beberapa ke
khususan.
Demikian juga, cara menyusun laporan penelitian, jumlah bab tidak berbeda dengan
penelitian formal, namun pada bagian hasil dan pembahasan agak berbeda. Adanya siklus
dan tindakan yang harus dilakukan oleh peneliti pada PTK, teknik analisis data perlu
memerhatikan tiap tahapan sehingga tidak memerlukan teknik analisis yang berbelit
seperti penelitian empiris. Dengan adanya perbedaan yang agak fundamental itu,
diperlukan adanya penjelasan tersendiri bagaimana sistematika proposal dan laporan PTK
yang tepat. Untuk itu, pada uraian selanjutnya akan dijelaskan cara penyusunan proposal
dan laporan penelitian tindakan kelas.

PENYUSUNAN LAPORAN PTK


Dalam menyusun lapoaran penelitian tindakan kelas, perlu mengikuti garis besar
sistematika yang umum digunakan. Secara garis besar, laporan dibagi dalam tiga bagian,
yaitu bagian pembukaan, bagian isi dan bagian penunjang. Secara rinci dijelaskan pada
uraian berikut :

a. Bagian Pembukaan
• Halaman Judul
• Halaman Pengesahan
• Abstrak (jika diperlukan)

Abstrak merupakan kondensasi (pemadatan/sari) dari hasil penelitian yang terjadi atas 4
unsur pokok, yaitu (a) Latar belakang subjek pada awal/permasalahan penelitian, (b)
tujuan penelitian, (c) prosedur penelitian, dan (d) hasil penelitian. Ditulis dalam satu
halaman, satu spasi, maksimal tiga alinea, ada yang mengharuskan hanya satu alinea, hal
ini sangat tergantung pada sumber data ketentuan selingkung dari penunjang dana atau
pemesan.
Contoh :
Menumbuhkan Keberanian Mengemukakan Ide Pengerjaan Soal Melalui Optimalisasi
Satuan Pembelajaran Matematika Siswa Kelas 3 SMP 5 Surakarta.
Menurut pengamatan penelitian pada kelas 3C SMP 5 Surakarta jumlah siswa yang
berani mengemukakan ide pengerjaan soal matematika cenderung sedikit (<10%). Hanya
jika dipaksa oleh guru siswa baru berani. Fenomena ini merupakan salah satu
keprihatinan guru yang perlu segera dipecahkan. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini
adalah peningkatan jumlah siswa yang berani mengemukakan ide pengerjaan soal
matematika.
Upaya pemecahan masalah dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Perencanaan tindakan perbaikan (planning), yang meliputi kegiatan analisis factor
penyebab dan penetapan aksi.
2. Pelaksanaan tindakan (acting).
3. Pengumpulan data (observing).
4. Analisis efektivitas tindakan (reflecting).

Serangkaian kegiatan ini disebut satu siklus. Menurut hasil wawancara dengan siswa,
observasi kelas dan refleksi guru yang dilnjutkan dengan kolaborasi dengan teman
sejawat, ditemukan bahwa akar masalah adalah mutu proses pembelajaran yang belum
mendorong siswa berani mengerjakan soal matematika. Ada tiga tindakan yang menjadi
focus upaya pemecahan masalah yaitu :
1. Peningkatan motivasi
2. Peningkatan guru yang otoritatif
3. Optimalisasi penerapan satuan pembelajaran matematika.

Dengan memberlakukan tindakan diatas, diharapkan tiga indikator keberhasilan riset


tindakan ini tercapai, yaitu :
1. Sekurang-kurangnya 30% siswa berani mengemukakan ide pengerjaan soal.
2. Lebih dari 50% siswa menyetujui ide pengerjaan soal dari teman
3. Lebih dari 10% siswa menyanggah/menyetujui ide pengerjaan guru.

Data (informasi) mengenai efektivitas tindakan dikumpulkan dari observasi kelas, angket,
wawancara dengan guru, wawancara dengan siswa, dan refleksi diri guru/siswa. Validasi
instrument ditempuh melalui face validity dan critical reflection dari masing-masing
kolaborator penelitian ini.
Berdasarkan analisis data selama siklus I, II, dan III dapat disimpulkan :
1. Jumlah siswa yang berani mengemukakan ide pengerjaan soal meningkat (10%-
42,5%).
2. Jumlah siswa yang berani menyetujui ide pengejaan tema meningkat dari 20% menjadi
35,97.
3. Jumlah siswa yang berani menyanggah/menyetujui ide guru meningkat dari 5%
menjadi 53,29%.

Perubahan hasil belajar siswa (nilai harian) cenderung meningkat. Hasil penelitian juga
menunjukkan perubahan suasana kelas yang cenderung demokratis dan perubahan sikap
guru yang lebih peduli terhadap suasana kelas. Mengingat pelaksanaan penelitian oleh
perubahan kalender akademik (liburan puasa), diharapkan siklus penelitian diperpanjang
(dari 3 siklus ke 5 siklus) untuk mendapatkan signifikansi keterkaitan antara frekuensi
siswa mengerjakan soal matematika dikelas dengan rata-rata hasil belajar. (Mamik
Dasanti, 2000)
• Kata Pengantar
• Daftar Isi
• Daftar Lampiran
• Daftar Tabel (kalau ada)

b. Bagian Isi
pada bagian isi laporan memuat lima bab penting yang perlu diperhatikan. Bab dalam
bagian isi adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN
Terlihat unsur-unsur sebagai berikut :
1. Latar belakang masalah, deskripsikan data factual awal yang menunjukkan terjadi
masalah, tempat/setting, pentingnya masalah dipecahkan dengan cara yang dilakukan.
Uraikan bahwa masalah yang diteliti benar-benar nyata, berada dalam kewenangan
guru/peneliti. Masalah ini juga menguraikan bahwa masalah tersebut
problematic/perlu/mendesak dipecahkan, resikonya kalau masalah tersebut tidak segera
dipecahkan. Masalah tersebut penting diteliti : uraikan manfaat jangka pendek dan
panjang apabila masalah tersebut berhasil diatasi.
2. Rumusan masalah, yang dimaksud adalah problem statement (formulation), yaitu
rumusan masalah dalam kalimat pernyataan sedemikian sehingga terlihat unsur-unsur
(who, what, where, when, how much/many). Jadi, sedikit berbeda dengan research
question yang ada dalam penelitian formal.
3. Tujuan penelitian, agar diuraikan tujuan penelitian yang ingin dicapai (umum dan
khusus) sehingga tampak jelas indicator keberhasilannya. Indicator keberhasilan itu
ditulis karena akan menjadi target tindakan yang akan dilakukan.
4. Manfaat penelitian, kemukakan secara jelas manfaat bagi siswa, guru, maupun
komponen lain yang terkait.

Agar ada konsistensi pada bab ini, peneliti harus melihat kembali proposal yang pernah
disusun dengan lebih rinci dan lengkap. Tidak dibenarkan bahwa laporan penelitian jauh
berbeda dengan proposal yang pernah dirancang.

BAB II KAJIAN TEORI DAN PUSTAKA


Pada penelitian formal (empiris), kajian pustaka disajikan untuk meningkatkan
pemahaman yangblebih tinggi tentang masalah yang diteliti, karena umumnya penelitian
formal berasal dari hasil studi terhadap hasil penelitian sebelumnya. Jadi, ada tuntutan
yang tinggi untuk menelaah secara luas/mendalam literature terkait dengan permasalahan
yang diteliti dan penelitian-penelitian sebelumnya. Sedangkan pada penelitian
tindakannkelas, kajian pustaka hanya dimaksudkan untuk memberi guideline (petunjuk)
bahwa suatu tindakan itu dibenarkan secara teoritis. Jadi tidak ada kebutuhan (tuntutan
yang medasar) untuk menguji teori yang sudah ada, dan dapat menggunakan literature
ataupun tulisan-tulisan tangan kedua, atau dokumen sekunder masih dipakai untuk
memperkuat dasar teori yang ada di bab ini.
• Ada teori –teori terkait yang memberi arah/petunjuk tentang variable permasalahan
yang dipecahkan serta variable tindakan yang digunakan untuk mengatasinya.
• Ada usaha peneliti memberikan argument teoritis bahwa tindakan yang diambil
didukung oleh referensi yang ada sehingga secara teoritis tindakan tersebut memiliki
dukungan.
• Action tertentu dimungkinkan dapat meningkatkan mutu KBM, tetapi tidak untuk
membuktikan teori. Dari uraian ini tergambar kerangka berpikir yang memberikan
langkah dan arah penelitian tindakan.
• Hipotesis tindakan (jika diperlukan).

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


Bagian ini oleh Sagor (1992) disebut deskripsi proses penelitian, yaitu peneliti
diharapkan mampu menuliskan atau menguraikan langkah-langkah penelitian secara jelas
dan padat.
Contoh :
Kami melakukan protes kepada semua anak kelas 5 Sekolah Dasar 25 Jakarta tentang
kemampuannya membaca pada akhir September. Selama Oktober dan November, semua
siswa dan guru diharuskan untuk menulis catatan kemajuan membaca setelah siswa
diberikan tugas (perlakuan) khusus membaca, termasuk tugas-tugas membaca dikelas dan
diluar kelas. Pada akhir Desember, semua siswa diberikan pos tes. Kami melakukan
wawancara secara random terhadap 25 siswa. Secara bersamaan pula kami melakukan
wawancara melalui telepon kepada orang tuanya untuk mengtahui kebiasaan membaca
anak diluar sekolah, kesenangan anak/siswa, dan sikap anak terhadap sekolah. Setiap
anggota tim peneliti saling memantau dikelas-kelas untuk melihat secara dekat penerapan
strategi (intervensi) pembelajaran yang diterapkan. Akhirnya, kami menganalisis data
untuk melihat perkembangan kemajuan kemampuan membaca : yang cepat membaca
(dramatic growth), yang sedang (moderate growth) dan yang belum menunjukkan
kemajuan (no growth), untuk memutuskan apakah sudah ada kemajuan yang berarti atau
belum.

Apabila contoh diatas kita cermati, ada beberapa hal yang ditulis dalam metodologi
penelitian, yaitu :
a. Subjek penelitian.
b. Setting (tempat penelitian)
c. Desain (rancangan atau cara-cara pokok penelitian, dalam hal ini disebut pretes dan
postes, wawancara, observasi kelas, wawancara melalui telepon
d. Pelaksanaan tindakan (waktu, urutan, dan lain-lain).
e. Cara pemantauan (monitoring, siapa yang melakukan, dimana, apa yang dipantau).
f. Analisis hasil dan refleksi (jenis data yang dianalisis, siapa yang menganalisis).

Dengan demikian pada bab metodologi penelitian ini terlihat unsure-unsur berikut :
a. Subjek penelitian.
b. Setting (tempat penelitian)
c. Desain (rancangan penelitian atau cara-cara pokok penelitian; siklus yang akan
dilakukan; alat; materi; dan media yang perlu dipersiapkan).
d. Jenis instrument dan cara penggunaannya.
e. Pelaksanaan tindakan. Tindakan yang dilakukan bersifat rasional, artinya berbasis pada
akar penyebab masalah; feasible (dapat dilakukan dengan tidak ambisius), artinya
tindakan terdukung materi, waktu, serta prasarana lainnya.
f. Cara pengamatan (monitoring).
g. Analisis data dan refleksi. Data yang akan dianalisis, cara analisis serta dampak
tindakan, kemajuan yang diperoleh, maupun kelemahan ditemukan.

Kemukakan tahapan siklus berikutnya sesuai hasil analisis dan refleksinya.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


1. Diskripsi Setting Penelitian
Berikan gambaran kondisi lapangan saat tindakan dilakukan, secara kualitatif maupun
kuantitatif tentang semua aspek yang dapat direkan pada waktu penelitian.
2. Hasil Penelitian
Sajikan dengan data lengkap dari setiap siklus, sehingga memberikan gambaran yang
jelas perubahan/perbaikan yang diperoleh dari hasil kegiatan observasi, menyangkut
berbagai aspek konsentrasi penelitian. Sajian data ini dapat dibuat dalam bentuk
grafik/tabel dengan diberikan berbagai penjelasan dan analisis data.
3. Pembahasan
Rangkum hasil penelitian dari seluruh siklus dan semua aspek konsentrasi penelitian
dengan diformulasikan kedalam tabel, grafik, serta dibahas tiap aspek yang diketahui
adanya peningkatan, atau tidak adanya perubahan dengan berbagai alasan yang rasional
dan logis. Jika dapat dikuatkan dengan teori yang relevan maka dapat meningkatkan
kualitas pembahasan hasil penelitian.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN


1. Simpulan
Kemukakan simpulan yang diperoleh dari hasil analisis pada bab sebelumnya dengan
memerhatikan perumusan masalah dan tujuan penelitiannya.

2. Saran
Ada dua macam saran, yaitu :
a. Saran untuk penelitian lanjut
utarakan keterbatasan penelitiannya, kemudian sampaikan saran.
Contoh :
1. Mengingat pelaksanaan penelitian ini baru berjalan 3 siklus, maka peneliti/guru lain
diharapkan dapat melanjutkan untuk mendapatkan temuan yang lebih signifikan.

2. Instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini masih merupakan instrument yang
tingkat validasinya belum memuaskan. Penelitian berikutnya dapat mencoba dengan
instrument yang lebih standar.

b. Saran untuk penerapan hasil penelitian


Inti hasil penelitian terdahulu perlu disampaikan, kemudian sampaikan saran dengan
bahasa yang halus/tidak ambisius.
Contoh :
1. Mengingat model pembelajaran “presentasi oral” dapat mendorong siswa lebih aktif,
sekolah dengan karakteristik yang relative sama dapatmenerapkan strategi pembelajaran
serupa untuk meningkatkan partisipasi siswa secara lebih aktif.
2. Media visualisasi dapat mendorong siswa lebih berminat terhadap pelajaran biologi,
sekolah yang memiliki masalah pembelajaran yang relative sama dengan menerapkan
media visualisasi untuk meningkatkan minat siswa belajar biologi.

c. Bagian Penunjang

DAFTAR PUSTAKA
Gunakan cara penulisan daftar pustaka yang berlaku. Dalam penulisan daftar pustaka
dilingkungan akademik pada prinsipnya ada dua system, yaitu system MLA (Modern
Language Assosiation) dan system APA (American Psychological Assosiation), pada
prinsipnya kedua system itu hamper sama, namun mengingat yang sering digunakan
dijurnal-jurnal ilmiah APA, maka dianjurkan peneliti menggunakan system itu. Prinsip
APA adalah sebagai berikut :
• Baliklah semua nama pengarang dan gunakan nama inisial apabila ada dua atau tiga
pengarang, gunakan tanda & daripada dan. Pisahkan nama dengan koma. Susun daftar
sesuai alpabet.
• Sebutkan semua nama pengarang, jangan gunakan “dkk”
• Tempatkan tahun penerbitan setelah nama pengarang.
• Garis bawahi atau cetak tebal judul atau sub judul untuk buku, gunakan huruf besar
untuk huruf awal setiap kata pada nama judul dan sub judul, kecuali untuk kata sambung.
Contoh :
Sagor, R. 1994. How to Conduct Collaborative Action Research.
Alexandria U.S: ASPN
Gross, Ronal & Beatrice. 1985. The Great Scholl Debete. New York,
N.Y: A Touchstone Book
Kartodirjo, Sartono, 1990. Kebudayaan Pembangunan dalam Perspektif Sejarah.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Suharsimi, Arikunto, Prof, Prof.Suharjono, Prof.Supardi, Penelitian Tindakan Kelas,
Penerbit Bumi Aksara, Jakarta, 2006
Lembaran evaluasi

A.Jelaskan langkah-langkah dalam mempelajari Penelitian Tindakan Kelas :


A.Penyusunan proposal
B.Pelaksanaan PTK
C.Laporan PTK
D.Evaluasi PTK
E.Komponen-komponen dalam proposal.
1.Penetapan masalah
2. Perumusan hipotesis,penetapan variabel dan indikator
3.Pengumpulan data
4.Pengolahan data
5.Analisis dan interpretasi
6. Kesimpulan dan saran
B.Kerjakan kertas kerja tentang penelitian Tindakan Kelas dalam materi pendidikan
Sejarah !
C.Buku rujukan, ilustrasi, dan lampiran

PENUTUP
Banyak jalan yang dapat ditempuh para pendidik/guru dan tenaga kependidikan dalam
mengembangkan profesinya, setidaknya ada lima cara dan salah satunya adalah kegiatan
penulisan karya tulis ilmiah (KTI). Sedangkan penelitian merupakan salah satu dari
kegiatan penulisan KTI yang banyak diminati oleh para guru, kepala sekolah, pengawas,
dan tenaga kependidikan yang lain dalam meningkatkan profesinya.
Penelitian tindakan kelas (classroom action research) merupakan salah satu jenis
penelitian dari berbagai jenis penelitian yang ada seperti penelitian eksperimen dan
penelitian kualitatif. Namun PTK merupakan jenis penelitian yang paling tepat dan
strategis untuk perbaikan proses pembelajaran yang permasalahannya banyak dialami
oleh para tenaga pendidik dan kependidikan. Oleh karena itu, jenis penelitian ini sangat
tepat dipahami dan diaplikasikan dalam upaya mengatasi masalah yang relevan bagi
mereka, yang kesehariannya tidak lepas dari masalah dikelas atau proses pembelajaran.
Dalam membiasakan diri merespons permasalahan aktual yang muncul dilingkungan
kerjanya dan adanya upaya untuk mengatasinya, niscaya akan mampu meningkatkan
kualitas pendidikan, dan profesionalisme pendidik dan tenaga kependidikan akan lebih
mudah tercapai.
Ditulis dalam Uncategorized | Tinggalkan sebuah komentar »

« Entri Lama

Halaman
o About
o PARIWISATA
Kategori
o DUNIA PARIWISATA
o historiografi
o PPL 1
o Uncategorized

Blog pada WordPress.com.


Masukan (RSS) dan Komentar (RSS).

You might also like