Professional Documents
Culture Documents
KIMIA FISIKA
PENDAHULUAN
perubahan panas reaksi kimia. Jika panas dikeluarkan untuk berlangsungnya suatu
reaksi, maka reaksi dinamakan reaksi eksotermis (q negatif), jika sejumlah panas
diserap oleh suatu reaksi maka q positif dan reaksi demikian disebut reaksi
endotermis.
reaksi-reaksi kimia. Kalor reaksi pada suhu tertentu, T, ialah kalor yang
dilepaskan atau diserap, jika sejumlah zat-zat pereaksi pada suhu T, berubah
cepat seperti pada reaksi pembakaran, reaksi penetralan, dan reaksi pelarutan.
memperhitungkan banyaknya kalor yang dibebaskan dan diserap dari bahan yang
terlibat maka banyaknya perubahan kalor selama reaksi dapat dihitung. Untuk itu,
kalorimetrik.
akuades yang dipanaskan kemudian diukur suhunya pada interval waktu tertentu.
Pada penentuan kalor penetralan, mereaksikan larutan asam dengan larutan basa
dan diukur suhunya pada selang waktu setengah menit selama 5 menit. Dengan
sempurna.
METODE PERCOBAAN
3.1 Bahan
M, larutan HCl 1 M, larutan indikator metil jingga, bahan isolasi dari pecahan
plastik, kertas label, korek api, akuades, tissue roll, gabus, lap kasar dan lap halus.
3.2 Alat
terdiri dari : (termometer 100 oC, pengaduk lingkar, gabus, gelas piala, tutup
kaca), pipet tetes, stopwatch, gelas ukur 100 mL, gelas kimia 250 mL, dan
pemanas.
Termometer
Pengaduk lingkar
Gabus
2. Dimasukkan 100 mL air ke dalam kalorimeter dan dibiarkan beberapa waktu
6. Sambil diaduk secara perlahan-lahan, suhu dicatat tiap setengah menit selama
lima menit.
yang berbeda. Diamkan beberapa saat kemudian dicatat suhu salah satu
larutan (T).
ditutup dengan cepat. Dicatat suhu campuran tiap setengah menit selama 5
TINJAUAN PUSTAKA
kimia selalu berhubungan dengan penyerapan atau pelepasan panas. Panas reaksi
adalah banyaknya panas yang dilepaskan atau diserap ketika reaksi kimia
kalor yang menyertai reaksi-reaksi kimia. Kalor reaksi pada suhu tertentu, T, ialah
kalor yang dilepaskan atau diserap, jika sejumlah zat-zat pereaksi pada suhu T,
berubah menjadi hasil reaksi pada suhu yang sama. (Subowo, 1983).
Pada umumnya reaksi kimia disertai dengan efek panas; pada reaksi
eksoterm kalor dilepaskan, sedangkan pada reaksi endoterm kalor diserap. Jumlah
kalor yang berkaitan dengan suatu reaksi bergantung pada jenis reaksi, pada
jumlah zat yang bereaksi, pada keadaan fisik zat-zat pereaksi dan hasil reaksi, dan
pada suhu. Secara eksperimen kalor reaksi ditentukan dengan kalorimeter (Taba
dkk, 2010).
kalorimeter. Setiap kalorimeter mempunyai sifat khas dalam mengukur panas. Ini
dapat terjadi karena kalorimeter sendiri (baik gelas, politena atau logam)
apabila reaksi dilakukan dengan kalorimeter bom, yaitu pada volume konstan dan
∆H adalah panas reaksi yang diukur pada tekanan konstan, dalam gelas piala atau
labu yang diisolasi, botol termos, labu Dewar dan lain-lain. Karena proses
diperinci dengan baik, maka panas yang dilepaskan atau diadsorpsi hanyalah
memantau perubahan suhu yang mengikuti proses yang terjadi pada tekanan tetap.
Salah satu cara untuk melakukan ini pada reaksi pembakaran ialah dengan
Kalor reaksi pada suhu tertentu, T, ialah kalor yang dilepaskan atau
diserap, jika sejumlah zat-zat pereaksi pada suhu T, berubah menjadi hasil reaksi
pada suhu yang sama. Jika reaksi berlangsung dalam kalorimeter yang sifatnya
adiabatik, maka akan terjadi perubahan suhu campuran reaksi. Misalnya, reaksi
AB (T)
-∆H’’ = -C (T’ – T), dengan C adalah kapasitas kalor kalorimeter dan isinya. C
menyatakan jumlah kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu kalorimeter dan
isinya satu derajat. Jika massa campuran reaksi adalah m dan kapasitas kalornya
kalorimeter, yaitu jumlah kalor untuk menaikkan suhu kalorimeter dan peralatan
lainnya (termometer, pengaduk, dsb) sebanyak 1 oC. Salah satu cara untuk
menentukan besaran ini adalah sebagai berikut. Sebanyak V cm3 air dimasukkan
(= T1). Kemudian ditambahkan V cm3 air pada suhu yang lebih tinggi (= T2). Jika
suhu akhir sistem adalah Ta, maka kalor yang dilepaskan oleh air panas adalah V
CH2O (T2 – Ta); CH2O ialah kapasitas kalor air per gram; dengan massa air diambil
sama dengan 1 g/cm3. kalor yang diterima oleh air dalam kalorimeter dan oleh
Jadi,
Sehingga,
T1 + T2 – 2Ta
W = V CH2O
Ta – T1
1. Panas pembentukan
panas yang diserap atau dilepaskan ketika 1 mol senyawa tersebut dibentuk
Panas pembakaran suatu unsur atau senyawa adalah banyaknya panas yang
dilepaskan ketika 1 mol unsur atau senyawa tersebut terbakar sempurna dalam
oksigen.
3. Panas netralisasi
Panas netralisasi dapat didefinisikan sebagai jumlah panas yang dilepas ketika
1 mol air terbentuk akibat reaksi netralisasi asam oleh basa atau sebaliknya.
4. Panas pelarutan
Jenis panas reaksi yang lain adala panas yang dilepas atau diserap ketika 1
mol senyawa dilarutkan dalam pelarut berlebih yaiyu sampai suatu keadaan di
mana pada penambahan pelarut selanjutnya tidak ada panas yang diserap atau
dilepaskan lagi.
5. Panas pengenceran
ketika suatu zat atau larutan diencerkan dalam batas konsentrasi tertentu.
When a system absorbs heat, part of the absorbed energy may be used for
operating a battery, and part is stored within the system itself as the energy of the
the energy of interaction among the atoms and molecules. This stored portion is
known as the internal energy, E. The amount of heat absorbed by any system
under which the process occurs. Specifically, the amount of heat absorbed is
exactly equal to the increase in E if no work is done by the system. This would
be the case in an ordinary chemical reaction, not linked to a battery, carried out in
1997).
Ketika sistem menyerap panas, bagian dari energi yang terserap dapat
terhadap atmosfer, atau mengoperasikan baterai, dan bagian yang disimpan dalam
yang terjadi dalam reaksi kimia dan sebagai energi interaksi di antara atom dan
molekul. Ini disimpan bagian yang dikenal sebagai energi internal,E.Jumlah panas
yang diserap oleh sistem apapun mengalami modifikasi seperti peningkatan suhu,
perubahan dalam keadaan fisik, atau reaksi kimia, agak tergantung pada kondisi
dimana proses terjadi. Secara khusus, jumlah panas yang diserap adalah persis
sama dengan kenaikan E jika tidak ada kerja yang dilakukan oleh sistem. Ini akan
menjadi kasus dalam reaksi kimia biasa, tidak dihubungkan dengan baterai,
dalam reaktor tertutup sehingga tidak ada ekspansi terhadap suasana di luar
T1 = 29,1 oC = 302,1 K
T2 = 50 oC = 323 K
1L
Vtot = 200 mL = 200 mL x = 0,2 L
1000 mL
Tabel Pengamatan
4.2 Grafik
313
312,8 y = -0,2461x + 313,05
312,6 R2 = 0,821
312,4
suhu (K)
312,2
312
311,8
311,6
311,4
311,2
0 1 2 3 4 5 6
waktu (menit)
Ta = b
Ta = 313,05
4.2.2 Penentuan Kalor Penetralan
307,8
307,6
307,4
307,2
suhu (K)
307
306,8 y = -0,177x + 307,69
306,6 R2 = 0,7177
306,4
306,2
0 1 2 3 4 5 6
waktu (menit)
T’ = b
T’ = 307,69
4.3 Perhitungan
T1 + T2 - 2Ta
W = V x CH2O x
Ta - T1
Dimana :
= 4,2 J/kg.mL
W = -36.834 J / K
1000
ΔHT = - (4,2 J/kg. x mNaCl + W) (Ti - T) x
V x M
M = Konsentrasi (mol/L)
= 11,7 gr/mol
1000
ΔHT = - (4,2 J/kg x 11,7 g/mol -36.834 J/K)(307,69 K - 302,7 K) x
100 mL x 1 M
4.4 Pembahasan
bahan dasar akuades dengan alat kalorimeter adiabatik sederhana. Pada percobaan
larutan NaOH dan larutan HCl dengan volume dan konsentrasi yang sama.
Setelah itu larutan dibiarkan beberapa waktu dalam suhu kamar agar larutan ini
mempunyai suhu yang sama sebelum bereaksi dan suhu dicatat sebagai T. Ini
memasukkan asam terlebih dahulu maka reaksi yang terbentuk adalah reaksi
netralisasi asam kuat oleh basa kuat kemudian ditutup dengan cepat agar panas
tidak keluar karena rekasinya cepat. Larutan diaduk agar pencampuran dapat
disebabkan oleh netralisasi asam oleh basa kuat. Pengukuran suhu juga dilakukan
dengan interval waktu setengah menit selama 5 menit. Setelah pengukuran suhu
kuning muda pada tetes yang ketiga. Metil jingga merupakan zat warna organik
yang digunakan dalam indikator asam dan basa. Pada percobaan penetralan yang
telah dilakukan ditambahkan metil jingga dan larutan berubah menjadi kuning, hal
Secara teori, nilai kalor penetralan untuk netralisasi asam kuat oleh basa
kuat adalah konstan yaitu -55.90 kJ/mol. Hal ini disebabkan pada proses
netralisasi asam kuat oleh basa kuat reaksi yang terjadi sama saja tetapi untuk
netralisasi asam lemah basa lemah nilai kalor penetralannya akan selalu lebih
kecil dari -55.90 kJ/mol karena bukan hanya terjadi reaksi netralisasi tetapi juga
Dari hasil percobaan didapatkan nilai kalor penetralan yang jauh dari
tetapan yaitu 0,6141 kJ/mol. Perbedaan hasil yang diperoleh antara teori dan
praktek mungkin disebabkan oleh kesalahan pada pembacaan skala termometer,
reaksi penetralan sempurna atau volume larutan asam dan basa tidak tepat 100
mL.
. Semakin besar konsentrasi asam dan basa makin kecil nilai kalor
penetralan. Dari hasil percobaan diperoleh nilai kalor penetralan yang negatif.
digunakan oleh basa adalah kecil yaitu 1 M secara teori semakin besar konsentrasi
asam atau basa maka semakin kecil nilai kalor penetralan. Grafik suhu terhadap
waktu menunjukkan bahwa semakin lama waktu maka suhu semakin turun. Hal
ini dipengaruhi oleh adanya kalor yang hilang pada saat reaksi berlangsung.
Nilai tetapan kalorimeter pada percobaan ini sebesar -36.834 J/K, dengan
kata lain bernilai negatif yang berarti mengalami eksoterm yakni terjadinya
pelepasan kalor.
LEMBAR PENGESAHAN
Asisten Praktikan
100 mL air
selama 5 menit.
Hasil
b. Penentuan Kalor Penetralan
100 mL HCl 1 M
- dicatat suhunya
Hasil
BAB V
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
5.2.1 Laboratorium
5.2.2 Asisten
Dogra, S. K. dan Dogra S., 1990, Kimia Fisik dan Soal-Soal, UI Press, Jakarta.
Subowo, T., 1983, Teori Contoh Soal-Soal Latihan Kimia Fisik 1, Armico,
Bandung.
Taba, P. Zakir, M. dan Fauziah, S., 2010, Penuntun Praktikum Kimia Fisika,
Universitas Hasanuddin, Makassar.