You are on page 1of 11

KANKER KOLON

Tumor usus halus jarang terjadi, sebaliknya tumor usus besar atau rektum relatif
umum. Pada kenyataannya, kanker kolon dan rektum sekarang adalah tipe paling umum
kedua dri kanker internal di Amerika serikat. Ini adalah penyakit budaya barat. Diperkirakan
bahwa 150.000 kasus baru kanker kolorektal di diagnosis di negara ini setiap tahunnya.
Kanker kolon menyerang individu dua kali lebih besar dibanding kan kanker rektal.
Insidensnya meningkat sesuai dengan usia (kebanyakan pada pasien yang berusia
lebih dari 55 tahun) dan makin tinggi pada individu dengan riwayat keluarga mengalami
kanker kolon, penyakit usus inflamasi kronis atau polip. Perubahan pada persentase distribusi
telah terjadi pada tahun terakhir. Insidens kanker pada sigmoid dan area rektal telah menurun,
sedangkan insidens pada kolon asendens dan desendens meningkat.
Lebih dari 156.000 orang terdiagnosa setiap tahunnya, kira-kira setengah dari jumlah
tersebut meninggal setiap tahunnya, meskipun sekitar tiga dari empat pasien dapat
diselamatkan dengan diagnosis dini dan tindakan segera. Angka kelangsungan hidup di bawah
lima tahun adalah 40% sampai 50%, terutama karena terlambat dalam diagnosis dan adanya
metastase. Kebanyakan orang asimtomatis dalam jangka waktu lama dan mencari bantuan
kesehatan hanya bila mereka menemukan perubahan pada kebiasaan defekasi atau perdarahan
rektal.
Penyebab nyata dari kanker kolon dan rektal tidak diketahui, tetapi faktor resiko telah
teridentifikasi, termasuk riwayat atau riwayat kanker kolon atau polip dalam keluarga, riwayat
penyakit usus inflamasi kronis dan diet tinggi lemak, rotein dan daging serta rendah serat.
Bagan-bagan
A. Patofisiologi
Kanker kolon dan rektum terutama (95%) adenokarsinoma (muncul dari lapisan epitel
usus) dimulai sebagai polop jinak tetapi dapat menjadi ganas dan menyusup serta
merusak jaringan normal serta meluas ke dalam struktur sekitarnya. Sel kanker dapat
terlepas dari tumor primer dan menyebar ke dalam tubuh yang lain (paling sering ke
hati).
B. Manifestasi Klinis
Gejala sangat ditentukan oleh lokasi kanker, tahap penyakit dan fungsi segmen usus
tempat kanker berlokasi. Gejala paling menonjol adalah perubahan kebiasaan defekasi.
Pasase darah dalam feses adalah gejala paling umum kedua. Gejala dapat juga mencakup
anemia yang tidak diketahu penyebabnya, anoreksia, penurunan berat badan dan
keletihan.
Gejala yang sering dihubungkan dengan lesi sebelah kanan adalah nyeri dangkal
abdomen dan melena (feses hitam seperti ter). Gejala yang sering dihubungkan dengan
lesi sebelah kiri adalah yang berhubungan dengan obstruksi (nyeri abdomen dan kram,
penipisan feses, konstipasi dan distensi) serta adanya datah merah segar dalam feses.
Gejala yang dihubungkan dengan lesi rektal adalah evakuasi feses yang tidak lengkap
setelah defekasi, konstipasi dan diare bergantian serta feses berdarah.
C. Pertimbangan Gerontologi
Insidens karsinoma kolon dan rektum meningkat sesuai usia. Kanker ini biasanya
ganas pada lansia kecuali untuk kanker prostatik pada pria. Gejala sering tersembunyi.
Keletihan hampir selalu ada, akibat anemia defisiensi besi primer. Gejala yang sering
dilaporkan oleh lansia adalah nyeri abdomen, obstruksi, tenesmus dan perdarahan rektal.
Kanker kolon pada lansia berhubungan erat dengan karsinogen diet. Kekurangan serat
adalah faktor penyebab utama karena hal ini menyebabkan pasase feses melalui saluran
usus menjadi lama, sehingga terpajan karsinogen cukup lama. Kelebihan lemak diyakini
mengubah flora bakteri dan mengubah steroid menjadi senyawa yang mempunyai sifat
karsinogen.
D. Evaluasi Diagnostik
Bersamaan dengan pemeriksaan abdomen dan rektal, prosedur diagnostik paling penting
untuk kanker kolon adalah pengujian darah samar, enema barium, proktosigmoidoskopi,
dan kolonoskopi. Sebanyak 60% dari kasus kanker kolorektal dapat diidentifikasi dengan
sigmoidoskopi dengan biopsi atau apusan sitologi.
E. Pemeriksaan Antigen Karsinoembrionik
Pemeriksaan antigen karsinoembrionik (CEA) dapat juga dilakukan, meskipun antigen
karsinoembrionik mungkin bukan indikator yang dapat dipercaya dalam mendiagnosa
kanker kolon karena tidak semua lesi menyekresi CEA. Pemeriksaan menunjukkan
bahwa kadar CEA dapat dipercaya dalam diagnosis prediksi. Pada eksisi tumor komplet,
kadar CEA yang meningkat harus kembali ke normal dalam 48 jam. Peningkatan CEA
pada tanggal selanjutnya menunjukkan kekambuhan.
F. Penatalaksanaan Medis
Pasien dengan gejala obstruksi usus diobati dengan cairan IV dan pengisapan
nasogastrik. Apabila terdapat perdarahan yang cukup bermakna, terpai komponen darah
dapat diberikan.
Pengobatan tergantung pada tahap penyakit dan komplikasi yang berhubungan.
Endoskopi, ultrasonografi dan laparoskopi telah terbukti berhasil dalam pentahapan
kanker kolorektal pada periode praoperatif. Metode pentahapan yang dapat digunakan
secara luas adalah klasifikasi Duke:
a. Kelas A – tumor dibatasi pada mukosa dan sub mukosa
b. Kelas B – penetrasi melalui dinding usus
c. Kelas C – Invasi ke dalam sistem limfe yang mengalir regional
d. Kelas D – metastasis regional tahap lanjut dan penyebaran yang luas
Pengobatan medis untuk kanker kolorektal paling sering dalam bentuk pendukung
atau terapi ajufan. Terapi ajufan biasanya diberikan selain pengobatan bedah. Pilihan
mencakup kemoterapi, terapi radiasi atau imunoterapi.
Terapi ajufan standar yang diberikan untuk pasien dengan kanker kolon kelas C adalah
program 5-FU/ Levamesole. Pasien dengan kanker rektal Kelas B dan C diberikan 5-FU
dan metil CCNU dan dosis tinggi radiasi pelvis.
Terapi radiasi sekarang digunakan pada periode praoperatif, intraoperatif dan
pascaoperatif untuk memperkecil tumor, mencapai hasil yang lebih baik dari
pembedahan, dan untuk mengurangi resiko kekambuhan. Untuk tumor yang tidak
dioperasi atau tidak dapat disekresi, radiasi digunakan untuk menghilangkan gejala
secara bermakna. Alat radiasi intrakavitas yang dapat diimplantasikan dapat digunakan.
Data paling baru menunjukkan adanya pelambatan periode kekambuhan tumor dan
peningkatan waktu bertahan hidup untuk pasien yang mendapat beberapa bentuk terapi
ajufan.
G. Komplikasi
Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus parsial atau lengkap.
Pertumbuhan dan ulserasi dapat juga menyerang pembuluh darah sekitar kolon yang
menyebabkan hemoragi. Perforasi dapat terjadi dan mengakibatkan pembentukan abses.
Peritonitis dan atau sepsis dapat menimbulkan syok.
H. Penatalaksanaan Bedah
Pembedahan adalah tindakan primer untuk kebnayakan kanker kolon dan rektal.
Pembedahan dapat bersifat kuratif atau paliatif. Kanker yang terbatas pada satu sisi dapat
diangkat dengan kolonoskop. Kolostomi laparoskopik dengan polipektomi, suatu
prosedur yang baru dikembangkan untuk meminimalkan luasnya pembedahan pada
beberapa kasus. Laparoskop digunakan sebagai pedoman dalam menbuat keputusan di
kolon; massa tumor kemudian di eksisi. Laser Nd: YAG telah terbukti efektif pada
beberapa lesi. Reseksi usus diindikasikan ntuk kebanyakan lesi kelas A dan semua kelas
B serta lesi C. Pembedahan kadang dianjurkan untuk mengatasi kakker koon kelas D.
Tujuan pembedahan dalam situasi ini adalah paliatif. Apabila tumor telah menyebar dan
mencakup struktur vital sekitar, operasi tidak dapat dilakukan.
Tipe pembedahan tergantung pada lokasi dan ukuran tumor. Prosedur pembedahan
pilihan adalah sebagai berikut (Doughty & Jackson, 1993) :
a. Reseksi segmental dengan anostomosis (pengangkatan tumor dan porsi usus pada
sisis pertumbuhan, pembuluh darah dan nodus limfatik)
b. Reseksi abdominoperineal dengan kolostomi sigmoid permanen (pengangkatan
tumor dan porsi sigmoid dan semua rektum serta sfingter anal)
c. Kolostomi sementara diikuti dengan reseksi segmental dan anostomosis serta
reanastomosis lanjut dari kolostomi (memungkinkan dekompresi usus awal dan
persiapan usus sebelum reseksi)
d. Kolostomi permanen atau ileostomi (untuk menyembuhkan lesi obstruksi yang
tidak dapat direseksi)
I. Diversi Fekal Untuk Kanker Kolon Dan Rektum
Berkenaan dengan teknik perbaikan melalui pembedahan, kolostomi dilakukan pada
kurang dari sepertiga pasien kanker kolorektal. Kolostomi adalah pembuatan lubang
(stoma)vpada kolon secara bedah. Stoma ini dapat berfungsi sebagai diversi sementara
atau permanen. Ini memungkinkan drainase atau evakuasi isi kolon keluar tubuh.
Konsistensi drainase dihubungkan dengan penempatan kolostomi, yang ditentukan oleh
lokasi tumor dan luasnya invasi pada jaringan sekitar.
PROSES KEPERAWATAN PASIEN KANKER KOLON
1. Pengkajian
Riwayat kesehatan diambil untuk mendapatkan informasi tentang perasaan lelah;
adanya nyeri abdomen atau rektal dan karakternya (lokasi, frekuensi, durasi,
berhubungan dengang makan atau defekasi); pola eliminasi terdahulu dan saat ini,
deskripsi tentang warna, bau dan konsistensi feses, mencakup adanya darah atau mukus.
Informasi tambahan mencakup riwayat masa lalu tentang penyakit usus inflamasi kronis
atau polip kolorektal; dan terapi obat saat ini. Kebiasaan diet diidentifikasi mencakup
masukan lemak dan/ atau serat serta jumlah konsumsi alkohol. Riwayat penurunan berat
badan adalah penting.
Pengkajian objektif adalah mencakup auskultasi abdomen terhadap bisisng usus dan
palpasi abdomen untuk area nyeri tekan, distensi, dan massa padat. Spesimen feses
diinspeksi terhadap karakter dan adanya darah.
2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan semua data pengkajian, diagnosa keperawatan utama mencakup yang
berikut :
• Konstipasi berhubungan dengan lesi obstruksi
• Nyeri berhubungan dengan kompresi jaringan sekunder akibat obstruksi
• Keletihan berhubungan dengan anemia dan anoreksia
• Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh, berhubungan dengan mual dan
anoreksia
• Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah dan dehidrasi
• Ansietas berhubungan dengan rencana pembedahan dan diagnosis kanker
• Kurang pengetahuan mengenai diagnosa, prosedur pembedahan dan perawatan
diri setelah pulang
• Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan insisi bedah (abdomen dan
perianal), pembentukan stoma, dan kontaminasi fekal terhadap kulit periostomal
• Gangguan citra tubuh berhubungan dengan kolostomi
Masalah Kolaborasi Komplikasi Potensial
Berdasarkan data pengkajian, komplikasi potensial dapat mencakup :
• Infeksi intraperitoneal
• Obstruksi usus besar komplet
• Perdarahan / hemoragi GI
• Perforasi usus
• Peritonitis / abses / sepsis
3. Perencanaan dan Implementasi
Tujuan utama dapat mencakup eliminasi proses sisa tubuh yang adekuat; reduksi /
penghilangan nyeri, peningkatan toleransi aktivitas, mendapatkan tingkat nutrisi optimal,
mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit, penurunan ansietas, memahami
informasi tentang diagnosis, prosedur pembedahan, dan perawatan diri setelah pulang,
mempertahankan penyembuhan jaringan optimal, perlindungan kulit periostomal yang
adekuat, penggalian dan pengungkapan perasaan dan masalah tentang kolostomi serta
pengaruhnya pada diri sendiri, dan tidak adanya komplikasi.
4. Intervensi Keperawatan Praoperatif
a. Mempertahankan Eliminasi
Frekuensi dan konsistensi defekasi dipantau. Laksatif dan enema diberikan sesuai
resep. Pasien yang menunjukkan tanda perkembangan kearah obstruksi total
disiapkan untuk menjalani pembedahan.
b. Menghilangkan Nyeri
Analgesik diberikan sesuai resep. Lingkungan dibuat kondusif untuk relaksasi
dengan meredupkan lampu, mematikan televisi atau radio, dan membatasi
pengunjung dan telepon bila diinginkan oleh pasien. Tindakan kenyamanan
tambahan ditawarkan : Perubahan posisi, gosokan punggung, dan teknik relaksasi.
c. Meningkatkan Toleransi Aktivitas
Toleransi aktivitas pasien dikaji. Aktivitas diubah dan dijadwalkan untuk
memungkinkan periode tirah baring yang adekuat dalam upaya untuk menurunkan
keletihan pasien. Terapi komponen darah diberikan sesuai resep bila pasien
menderita anemia berat. Apabila transfusi darah diberikan, pedoman keamanan
umum dan kebijakan institusi mengenai tindakan pengamanan harus diikuti.
Aktivitas pascaoperatif ditingkatkan dan toleransi dipantau.
d. Memberikan Tindakan Nutrisional
Apabila kondisi pasien memungkinkan, diet tinggi kalori, protein dan karbohidrat
serta rendah residu diberikan pada periode praoperatif selama beberapa hari untuk
memberikan nutrisi adekuat dan meminimalkan kram dengan menurunkan peristaltik
berlebihan. Diet cair penuh dapat diberikan 24 jam sebelum pembedahan untuk
menurunkan bulk. Nutrisi parenteral total diberikan pada beberapa pasien untuk
menggantikan penipisan nutrien, vitamin dan mineral. Penimbangan berat badan
harian dicatat dan dokter diberitahu bila pasien terus mengalami penurunan berat
badan pada saat menerima nitrisi parenteral.
e. Mempertimbangkan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Masukan dan haluaran mencakup muntah diukur dan dicatat, untuk menyediakan
data akurat tentang keseimbangan cairan. Masukan makanan oral dan cairan pasien
dibatasi untuk mencegah muntah. Antiemetik diberikan sesuai resep. Cairan penuh
atau jernih dapat ditoleransi, atau pasien dipuasakan. Selang nasogastrik akan
dipasang pada periode praoperatif untuk mengalirkan akumulasi cairan dan
mencegah distensi abdomen. Kateter urinarius indwelling dapat dipasang untuk
memungkinkan pemantauan haluaran setiap jam. Haluaran kurang dari 30 ml/jam
dilaporkan sehingga terapi cairan intravena dapat disesuaikan bila perlu.
Pemberian cairan intravena dan elektrolit dipantau. Kadar elektrolit serum dipantau
untuk mendeteksi hipokalemia dan hiponatremia, yang terjadi akibat kehilangan
cairan gastrointestinal. Tanda vital dikaji untuk mendeteksi tanda hipovolemia,
takikardia, hipotensi, dan penurunan jumlah denyut. Status hidrasi dikaji, dan
penurunan turgor kulit, membran mukosa kering, urin pekat, serta peningkatan berat
jenis urin dilaporkan.
f. Menurunkan Ansietas
Tingkat ansietas pasien dikaji, seperti mekanisme koping yang digunakan untuk
menghadapi stress. Upaya pendukung mencakup pemberian privasi bila diinginkan
dan meninstruksikan pasien untuk latihan relaksasi. Luangkan waktu untuk
mendengarkan ungkapan, kesedihan, atau pertanyaan yang diajukan oleh pasien.
Perawat akan mengatur pertemuan dengan rohaniawan bila pasien menginginkannya,
dengan dokter bila pasien mengharapkan diskusi pengobatan atau prognosis dan
dengan ahli terapi enterostomal. Penderita stoma yang lain dapat diminta untuk
berkunjung bila pasien mengungkapkan minat untuk berbicara dengan mereka.
Untuk meningkatkan kenyamanan pasien, perawat harus mengutamakan relaksasi
dan perilaku empati. Pertanyaan yang diajukan dijawab dengan jujur. Semua tes dan
prosedur dijelaskan menggunakan bahasa yang mudah dipahami pasien. Setiap
informasi dari dokter harus dijelaskan, jika perlu. Kadang – kadang kecemasan
berkurang jika pasien mengetahui persiapan fisik yang diperlukan selama periode
praoperatif dan mengetahui kemungkinan hasil pascaoperatif. Beberapa pasien akan
lebih senang jika diperbolehkan melihat hasil pemeriksaan, sementara yang lain
memilih untuk tidak mengetahuinya. Kebutuhan dan keinginan pasien akan informasi
dikaji dan digunakan sebagai pedoman pengajaran.
g. Mencegah Infeksi
Antibiotik seperti kanamisin sulfat (kantrex), eritromisin (erythromycin), dan
neomisin sulfat diberikan sesuai resep utuk mengurangi bakteri usus dalam rangka
persiapan pembedahan usus. Preparat ini diberikan melalui mulut untuk mengurangi
kandungan bakteri kolon dan melunakkan serta menurunkan bulk dari isi kolon.
Selain itu, usus dapat dibersihkan dengan laksatif, enema, atau irigasi kolonis.
Antibiotik dapat diberikan pada periode pasca operatif untuk membantu dalam
mencegah infeksi.
h. Pendidikan Pasien Praoperatif
Pengetahuan pasien saat ini tentang diagnosis, prognosis, prosedur bedah, dan tingkat
fungsi yang diinginkan pada pascaoperatif harus dikaji. Informasi yang diperlukan,
bagaimana hal ini ditunjukkan, kapan pasien paling dapat menerimanya, dan siapa
yang harus menemani selama instruksi, juga harus ditentukan.
Informasi yang diperlukan pasien tentang persiapan pasien untuk pembedahan,
penampilan dan perawatan yang diharapkan dari luka pascaoperatif, teknik
perawatan ostomi, pembatasan diet, kontrol nyeri, dan penatalaksanaan obat
dimasukkan dalam materi rencana penyuluhan
5. Intervensi Keperawatan Pascaoperatif
a. Perawatan Luka
Luka abdomen diperiksa dengan sering selama 24 jam pertama untuk meyakinkan
bahwa luka akan sembuh tanpa komplikasi (infeksi, dehisens, hemoragi, edema
berlebihan). Balutan diganti sesuai kebutuhan untuk untuk mencegah infeksi. Pasien
dibantu untuk membebat insisi abdomen selama batuk dan nafas dalam untuk
mengurangi tegangan pada tepi insisi. Suhu, nadi, dan frekuensi pernapasan dipantau
terhadap adanya peningkatan yang mengindikasikan proses infeksi.
Stoma diperiksa terhadap pembengkakan (edema ringan akibat manipulasi bedah
adalah normal), warna ( stoma sehat adalah merah jambu), rabas ( rembesan
berjumlah sedikit adalah normal), dan perdarahan (tanda abnormal). Kulit peristoma
dibersihkan dengan perlahan dan dikeringkan untuk mencegah iritasi. Barier
pelindung kulit harus diberikan sebelum melekatkan kantung drainase.
Apabila malignansi telah diangkat dengan rute perineal, luka di observasi dengan
cermat untuk tanda hemoragi. Luka ini dapat mengandung drain dan tampon yang
diangkat secara bertahap. Mungkin terdapat jaringan yang terkelupas selama
beberapa minggu. Proses ini dipercepat dengan irigasi mekanis luka atau rendam
duduk yang dilakukan dua atau tiga kali sehari. Kondisi luka perineal dan adanya
perdarahan, infeksi atau nekrosis didokumentasikan.
b. Pendidikan Pasien dan Pertimbangan Perawatan di Rumah
Perencanaan pulang memerlukan upaya gabungan dari dokter, perawat, ahli terapi
enterostoma, pekerja sosial dan ahli diet. Pasien dipulangkan dari rumah sakit
diberikan informasi khusus, individual sesuai kebutuhan mereka, tentang perawatan
ostomi dan komplikasi yang harus diobservasi. Instruksi diet penting untuk
membantu pasien mengidentifikasi dan menghindari makanan pengiritasi yang dapat
menyebabkan diare atau konstipasi. Pasien diajarkan tentang obat yang diresepkan
(kerja, tujuan, dan kemungkinan efek samping masing – masing).
Tindakan (irigasi, pembersihan luka) dan penggantian balutan ditinjau ulang, dan
keluarga didorong untuk berpartisipasi. Pasien memerlukan pengarahan khusus
tentang kapan mereka harus menghubungi dokter. Mereka perlu mengetahui dengan
pasti kapan komplikasi memerlukan perhatian segera (perdarahan, distensi abdomen,
dan kekakuan, diare, dan sindrom dumping). Apabila terapi radiasi diperlukan, efek
samping yang mungkin terjadi (anoreksia, muntah, diare, dan kelelahan) harus
ditinjau ulang.
Perawatan kesehatan di rumah sering diperlukan untuk memberikan perawatan
esensial pada pasien yang lemah atau untuk mengawali perawatan tindak lanjut
terhadap luka. Kunjungan ini merupakan kesempatan untuk memberikan penyuluhan
tambahan dan mengobservasi kondisi mum pasien.
c. Citra Tubuh Positif
Pasien didorong untuk mengungkapkan perasaan dan masalah yang dialami serta
mendiskusikan tentang pembedahan dan stoma (bila telah dibuat). Perawatan
kolostomi harus dipelajari dan pasien harus mulai merencanakan untuk memasukkan
perawatan stoma dalam kehidupan sehari-hari. Lingkungan pendukung dan sikap dari
pihak perawat penting dalam meningkatkan adaptasi pasien terhadap perubahan yang
terjadi akibat pembedahan.
d. Pemantauan dan Penatalaksanaan Komplikasi
Kondisi pasien diobservasi terhadap gejala komplikasi. Pengkajian yang sering
terhadap abdomen, termasuk penurunan atau perubahan bising usus dan peningkatan
lingkar abdomen harus dilakukan. Pasien perlu dipersiapkan untuk menjalani
pembedahan darurat. Tanda vital dipantau akan adanya peningkatan dan penurunan
nadi dan pernapasan, penurunan tekanan darah, serta perdarahan rektal yang
menunjukkan adanya hemoragi. Hematokrit dan hemoglobin dipantau. Terapi
komponen darah diberikan sesuai ketentuan. Adanya perubahan tiba – tiba pada nyeri
abdomen harus dilaporkan karena ini dapat menunjukkan perforasi. Peningkatan
jumlah sel darah putih suhu dan / atau gejala syok dilaporkan karena dapat
menunjukkan sepsis. Antibiotik diberikan sesuai pesanan untuk kemungkinan
komplikasi pascaoperatif.
6. Evaluasi
Hasil yang diharapkan
a. Mempertahankan eliminasi usus adekuat
b. Mengalami sedikit nyeri
c. Meningkatkan toleransi aktivitas
d. Mencapai tingkat nutrisi optimal
1. Makan diet rendah residu, tinggi protein, dan tinggi kalori
2. Kram abdomen berkurang
e. Keseimbangan cairan tercapai
1. Membatasi masukan makanan dan cairan oral bila terjadi mual
2. Berkemih sedikitnya 1,5 L/24 jam
f. Mengalami penurunan ansietas
1. Mengungkapkan masalah dan rasa takut dengan bebas
2. Menggunakan tindakan koping untuk menghadapi stres
g. memerlukan informasi tentang diagnosis, prosedur bedah, dan perawatan diri setelah
pulang
1. Mendiskusikan diagnosa, prosedur bedah, dan perawatan diri pascaoperatif
2. Mendemonstrasikan teknik perawatan ostomi
h. Mempertahankan insisi tetap bersih, stoma, dan luka perineal
a. Secara bertahap meningkatkan partisipasi dalam perawatan stoma dan kulit
periostomal
i. Mengungkapkan perasaan dan masalah tentang diri sendiri secara verbal
j. Tidak mengalami komplikasi
1. Menggunakan antibiotik oral sesuai resep
2. Bekerjasama dalam protokol pembersihan usus
3. Tidak demam
4. Bising usus ada
5. Lingkar abdomen dalam batas normal atau menurun
6. Tidak ada bukti perforasi atau perdarahan

You might also like