You are on page 1of 17

TRAUMA PADA WANITA

Penyebab KK / PAK pada mata

Scram materialis, benturan, bahan kimia, extreme heat, extreame light, infeksi, eyestrain (astenopia
computer vision syn)

Konsekuensi KK dan PAK mata

Kelainan anatomis dan fungsional  dapat berakibat kecacatan tetap

Mutasi pekerja dari bidang expertise nya

Pemutusan hubungan kerja (HK)

Santunan cacat akibat KK dan PKK berdasarkan lampiranII PP Pemerintah RI No 14 tahun 1993 ialah
berdasarkan

- Kehilangan kedua belah mata


- Kehilangan sebelah mata atau diplopia pada penglihatan dekatkehilangan sebagaian fungsi
penglihatan
- Kehilangan penglihatan warna
- Kehilangan lapang pandang

Dasar hokum pelaporan dan evaluasi cacat akibat kecelakaan dan penyakit karena hubungan kerja
(JAMSOSTEK)

UU no 3 th 1992 : pegawai pengawas ketenagakerjaan menetapkan sementara KK dengan


pertimbangan dari penasehat

PP no 14 tahun 1993 jaminan kecelakaan kerja

Keppres no 22 th 1993 Penyakit hubungan kerja

Peraturan menaker no 4 tahun 1999 fungsi dari penasehat

Dokter umum diharapkan

1. To recognize which problems are emerged or urgent and deal with them accordingly
2. To obtain the saheat historical fats
3. To score bo to examine the traumatized eye
4. To record the visual acuity as accurately as possible
5. To determine wheter to manage or to refer the most common injuries

Macam trauma

1. Trauma fisika (panas,light)


2. Trauma mekanik (benturan, pukulan) 2a trauma tembus 2b trauma tumpul
3. Trauma kimia (cairan pembersih lantai, lem , etc)

Trauma fisika

A. Karena panas  thermal burns / luka bakar Tanda :


1. Kulit kelopak mata erosi, laserasi, bula: terapi : antibiotika salep mata, tutup dengan kasa
steril
2. Kelopak mata bengkak hebat, kelainan kornea
Terapi : antibiotika tanpa dibebat tekan rujuk
Ektropiion, retraksi kelopak mata (2-3 hari pasca) terapi : salep mata tarsorafi rujuk
B. Light
Radiasi sinar UV
COntoh : bunga api las, konslet kabel tegangan tinggi, pantulan salju
Gejala : lesi punctata pada kornea superficial (keratitis superficialis)
Terapi antibiotika salep mata, bebat tekan mata, kasus berat  rujuk:
 Anestesi topical + salep antibiotic + bebat tekan
 Terapi uveitis  bila ada uveitis  segera di rujuk

Trauma Mekanik

Anamnesis

Penting  asuransi/visum/cacat/buta apa saja yang perlu

a. Peristiwa / kejadiannya (onset, kejadian, benda Imacam, jumlah, ukuran bentuk, berkarat/tidak),
arah dating, kecepatan dating)
b. Cairan yang dikeluarkan (darah?)
c. Pingsan?
d. Tindakan / terapi yang sudah dilakukan sendiri masy.p. alternative.medik

Pemeriksaan Fisik

a. Visus  harus selalu ada di CM


b. Gerakan otot2 mata Gerakan kelopak Membuka  m levator palpebra (NIII) menutup – m
orbicularis oculi (NVII), gerakan bola mata
c. Keadaan orbita & adneksa mata
d. Segmen anterior (kornea, BMD, Iris, pupil, lensa)
e. Keadaan segmen posterior (badan kaca saraf optic, retina, koroid)

Trauma tumpul

A. Keluhan
Visus sentral / perifer  N/menurun
Nyeri
Keluar cairan
B. Pemeriksaan
Rima orbita : patahan / retak
Palpebra : hematom palpebra spasme ptosis (NIII, lagoftalmos (NVII)
Bulbus okuli
Eksoftalmos (karena perdarahan dalam orbita( gangguan gerak (karena kerusakan otot otot /
jaringan terjepit
Konjungtiva
Subkonjungtival bleeding (ekimosis), edema (kemosis), laserasi
Kornea : erosi, laserasi
Bmd : kedalaman(sama tak sama dalam dangkal, hifema
Iris iridodialisis
Pupil RP lambat / N midriasis/miosis, bentuk ?
Lensa : sublukasasi/luksasi
Badan kaca herniasi ke anterior
Kelainan retina edema retina, edema macula (berlin’s edema robekan perdarahan ablasio retina
Kelainan saraf optic atrofi
Perubahan TIO

Contoh

- Blow out fracture


- Subkonjungtival bleeding
- Abrasi kornea (= erosi/lecet kornea)
- Hifema

BLOW OUT FRACTURE

Definisi : fraktur pada dasra orbita tanpa atu disertai fraktur dinding medial orbita akibat trauma

Contoh : trauma akibat bola tenis

Gejala gangguan visus pasca trauma  kabur, meurun, diplppia (ganda)

Tanda
Hematoma palpeb ra

Nerocos

Gangguan gerak bola mata ke atas/ke bawah

Enoftalmos ringan/berat

Palpasi  krepitasi bawah kulit palpebra inf

Lain2 : subkonjungtival bleeding, hifema, dialysis iris, RP lambat, miosis midriasis  tergantung berat
ringan trauma

Pengelolaan

Rujuk ke tingkat pelayanan tersier : pemeriksaan sinar – X (rontgen), CT scan, pembedahan

Topikal

Anestesi topical, vasokonstriktor,kompres

Sistemik

Analgetik, dekompresan anti perdarahan

ABRASI KORNEA

Sering kejadiannya

Abrasi kornea= erosi kornea = lecet kornea adalah terkelupasnya lapisan epitel kornea dan tidak
mencapai lapisan Bowman

Tidak menyebabkan jaringan sikatrik selama tidak berkembang dan melibatkan lapisan lebih profundal

Gejala

- Fotofobi
- Nerocos
- Ngganjel/seperti ada benda asing
- Ngeres/rasa seperti ada pasirnya
- Nyeri

Tanda

- Injeksi siliar / circumcorneal injection’


- Lap. Superficial (epitel) terkelupas  tes fluoresein : tercat hijau cemerlang
- Kasus berat : edema kornea
- Kelainan penyerta

Terapi

Lesi kecil (<3mm)

- Pemberian anestesi topical (pantocain 0,5% ED) penghilang nyeri : 4x/hari max 2 minggu
- Observasi dengan edukasi meningkatnya tanda2 radang infeksi
- Antibiotika spectrum luas  untuk cegah infeksi :
Oxytetrasiklin EO 4-6x/hari, Chloramphenicol EO?ED 4-6x/hari
- Gol fluoroquinolon
a. Ofloxacin ED
Adult 4-6x/hari
<1 th : tidak disarankan
>1 th tiap 1-2 jam (2 har I ) lalu 4x sehari untuk berikutnya selama 5hari
b. Ciprofloxacin ED
Ancaman ulkus : 1 gtt 4x/hari slm 7 hari 1 – 2 gtt/jam (24j)  4x/hari for 7 hari
Gol aminoglikosida : gentamicin ED/EO 3-6x/hari
Plymyxin ED, erythromycin EO/ED, bacitracin ointment, bacitracin/polymyxin EO

Lesi Luas (>3 mm), sentral, edema/tidak

Idem dengan pemberian yang frekuen

Rujuk bila :

1. Lesi sentral
2. Lesi kecil tapi dalam
3. Lesi luas

FOLLOW UP

Minor abrasions shoud heal within 24-48 hours and do not require follow-up if the patient is completely
asymptomatic at 48 hours

Reexamine large abrasions frequently until reepithelialization occurs and the potential for infection no
longer exists

Should receive follow-up care, especially until the fluorescein stain is negative to determine if a corneal
uclcer has developed
Advise eye rest (ie, no reading or work that requires substantial eye movement that might interfere with
reepithelialiazaition).

Advise patients to avoid light or to wear sunglasses for comfort if they have notable photophobia

Komplikasi

Ulkus kornea

Erosi berulang

PROGNOSIS

Pada umumnya baik (ad bonam)

Bila luas/keci tapi dalam – ad bonam/dubia ad bonam

Healing of minor abrasions is expected within 24 -48 hours. Extensive or deep abrasions may require a
week to heal

HIFEMA

Tanda ;

Darah dalam bilik mata depan

Pupil lebih lebar

RP lambat / negative

Pengelolaan

Berbaring setengah duduk/bantal tinggi

Tetes steroid / vasokonstriktor

Tetes sikloplegik  kontroversi

Observasi  monitoring penyulit

- Re-bleeding dalam 2-3 hari kemudia n(16-20%)


- TIO meningkat  glaucoma  anti glaucoma (timolol maleat 0,25 % atau 0,5 % 1-2x 1 tetes)
- Kekeruhan kornea
- Tindakan bedah  parasintesis bila TIO 35mmHg selama 7 hari atau TIO 50 mmHg dalam 5 hari

TRAUMA TEMBUS

Definisi adalah suatu trauma dimana atau seluruh lapisan kornea dan / atau sclera rusak

Anamensis

Idem tr tumpul

Keluhan

Nyeri gangguan penglihatan keluar masa/cairan dari dalam mata/orbita

TANDA :

1. Visus pada umumnya turn


2. Tampak laserasi
3. Tampak masa keluar dari lesi
4. Bilik mata depan biasanya dangkal
5. Hifema
6. Bola mata lembek
7. Kelopak mata menutup

Benda yang menembus

Inert- non reaktif

Reaktif tembaga, seng, timah hitam, besi

Penatalaksanaan :

Analgetik topical dan oral

Antibiotika spectrum luas oral dan topical

Segera rujuk ke tingkat pelayanan sekunder/ tersier.

TRAUMA KIMIA (EMERGENCY CASE)

Anamnesis
1. Onset kejadian
2. Jenis dan konsentrasi bahan kimia
3. Lama terpapar
4. Tindakan penanganan yang sudah dilakukan

Keluhan

- Nyeri, pedih
- Mata merah
- Ganguan melihat

KLINIS :

Klasifikasi HUGHES

I limbus tidak iskemi/iskemi ringan (pucat_

II Iskemia kurang dari 2 kwadran

III iskemia > 3 kwadran

IV Iskemia seluruh limbus dan konjungtiva

KLASIFIKASI RALPH, HUGHE’S, THOFT

Bahan kimia bersifat basa cepat menembus mata dan tetap menimbulkan kerusakan meki cedera
berhenti  perlu pemantauan pH lebih lama

Bahan kimia asam membentuk sawar presipitat jaringan nekrotik  membatasi penetrasi  kerusakan
terbatas.

PENATALAKSANAAN

Fase kejadian (Immediate) :

1. Analgetik dan anestetik topical pantocain 2 % ED


2. Ukur pH dengan kertas lakmus
3. Irigasi segera dengan larutan toksik (co:RL, Aquabides/water for injection, NaCl 0,9%)pH normal
4. Buang benda yang melekat
5. Salep mata antibiotic spectrum luas (oxytetrasiklin)
6. Balut tekan
7. Rujuk ke SpM/tk pelayanan mata sek/tersier

Fase akut (s/d hari ke 7 )


Fase pencegahan komplikasi

1. Re-epitelisai
2. Control tk peradangan  steroid topical  kontroversi  menghambat re-epitelisasi,
perlunakan kornea  perforasi karena aktivitas kolagenase, sikioplegik (sulfassatropin 1 % ED)
3. Mencegah infeksi sekunder
4. Cegah TIO meningkat  antiglaukoma
5. Antioksidan
6. Bedah

Fase pemulihan

- Awal
- Akhir  rehabilitasi

Penyulit jangka panjang trauma kimia pada mata

1. Glaucoma sudut tertutup


2. Simlefaron
3. Entropion

Pencegahan

Kacamata

- Lensa polikarbonat
- Rangka poliamida, tepi penahannya di posterior
- Bingkai padat wraparound (tak berengsel)

RETINOBLASTOMA

Pengertian

Tumor ganas pada retina mata yan g berakiat fatal

Segala usia (jarang), namun pada umumnnya anak-anak 2/3 kasus sebelum usia 3 tahun

Bersifat herediter, akibat mutasi gen dominan autosom  alel dalam kromosom 13q14 tumor
(herediter/nonherediter)

PA : sel2 kecil, rapat, bundar/pligonal, inti besar dan gelap, sitoplasma sedikit, khas rossete Flexner
wintersteiner.

Klinis
Retinoblastoma yang tumbuh ke dalam (endofitik  meluas ke CV  intarokuler

Retinoblastoma yang tumbuh keluar (eksofitik)

Gejala juling mata putih riwayat kel +

Tanda

- Juling ( strabismus)
- Lekokoria
- Peradangan intraokuler
- Hifema

METASTASIS

Penyebaran

- PNII  intracranial
- Infraorbita
- Tulang panjang  osteosarkoma

Diagnose banding

- Katarak
- Penyakit Coast
- Endoftamlmitis
- Fibroplasiretrolental
- ROP (retinopathy of prematurity)
- Retinal detachment/ ablation retina

Pengelolaan

Rujuk ke tingkat pelayanan tersier

USG bolamata, CT scan orbita dan intracranial

Tumor intraokuler :

Enukleasi  bola mata berikut skleranya diangkat dan meninggalkan otot ekstrinsik dan saraf optici

Tumor intra+ ekstraokuler :

Eksentrasi - bola mata + saraf optici + otot jaringan orbita diangkat.

Radioterapi
Kemoterapi

Follow up seumur hidup.

REFRAKSI

Sumber

Vaughan D. General ophthalmology Connecticut. 1999. Appleton & Lange

Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia (PERDAMI). Panduan manajemen klinis PERDAMI. Jakarta.
2006: CV Ondo

Ilyas S, Ilyas R. Penyakit mata. Ringkasan dan istilah. Jakarta 1988

Ilyas S. Kelainan refraksi dan kacamata. Glosari Sinopsis Edisi ke 2 Jakarta : balai penerbit FKUI.2006

PIT Nasional/internasional PERDAMI di Makasar dan Bali (2008 & 2009)

Berbagai sumber di internet

DOKTER UMUM DIHARAPKAN

1. Dapat membedakan kelainan refraksi dan kelainan organic


2. Dapat mengenali/diagnosis dini kelainan mata/sistemik yang terkait kelainan refraksi
3. Dapat mengelola kelainan dengan tepat sesuai porsinya, termasuk merujuk
4. Dapat memberi edukasi dengan tepat

PENDAHULUAN

PEMERIKSAAN MATA PADA PRINSIPNYA  MENGETAHUI fungsi melihat, mengetahui non fungsi gerak
& kedudukan bola mata

Kemampuan melihat visus

VIsus sentral & perifer

A. Visus Sentral
Visus sentral diukur oleh suatu objek target dalam berbagai size yang diletakkan dalam jarak
tertentu dari mata subjek contoh : snellen chart Illiterate E chart
Visus sentral  jauh dan dekat
Visus jauh tanpa alat bantu bervariasi tergantung pada keadaan & atau bentuk bola mata,
kornea, lensa
Visus dekat tanpa alat bantu bervariasi tergantung pada keadaan dan atau bentuk lensa, zonula
ziin
Mata visus normal;= emetropia
Mata visus abnormal - ametropia
B. VIsus perifer
Visus sentral lebih sulit diukur
Untuk :
a. Penglihatan stereoskopi/bentuk
b. Lapangan pandangan

Diperiksa dengan :

a. Stereoskopi (stereoscope)
b. Lapang pandangan
Tes konfrontasi, tes humprey tes goldman

PENGERTIAN

1. Refraksi
SIDARTA Ilyas : pembiasan / perubahan arah cahaya bila berubah medium
2. Index refraksi
Rasio antara sudut yang dibuat oleh sinar yang dating dan sinar yang dibiaskan

REFRAKSI

Refraksi is the procedure by which this natural optical requirement

Refraksi bukan karena medical abnormality system visual, beda bila kelainan refraksi  harus dapat
dikoreksi dengan kaca mata/lensa kontak

Kelainan refraksi (refraksi anomaly

Kelainan refraksi adalah kelainan pembiasan sinar pada mata sehingga pembiasan sinar tidak difokuskan
pada retina atau bintik kuning sehingga bayangan menjadi tidak tegas.

AMETROPIA

Ametropia adalah suatu keadaan mata istirahat/tanpa akomodasi terdapat kelainan refraksi yang akan
memberikan bayangan sinar sejajar. Difokuskantidak pada macula lutea.
Bagian mata yang berperan dalam refraksi

1. Kornea (pembias sinar


2. Iris mengatu jumlah sinar yang masuk
3. Pupil
Mengatur sinar masuk
Mencegah abrerasi kromatis / sferis
Fisiologik ukuran pupil sbb:
Wanita > laki
Myopia > hipermetropia
Blue eye > cokelat
Dewasa > anak/lansia
Inspirasi > ekspresi
4. Lensa
Memfokuskan sinar masuk
Akomodasi  menccembung dan m emipih
5. Retina
Menerima dan mengolah sinar yang masuk menjadi signal listrik ke saraf optik
6. Saraf optk
Meneruskan signal ke otak

Panjang bola mata kurang lebih 2 cm

Perlu kekuatan 50.0 dioptri untuk memfokuskan sinar ke bintik kuning

Pada mata emetropia terdapat 2 sistem untuk memfokuskan :

1. Kornea (= selaput bening)  40 D


2. Lensa mata Ikekuatan 20%--> 10 D

Bila kekuatan tidak demikian ametropi

Kelainan refraksi diakibatkan oleh :

1. Kelainan bentuk/kelengkungan kornea


- Flat hipermetropia
- Steep  myopia
- Irregular  astigmatism
- Oval  astigmatisma
2. Kelainan lensa
Index bias, kelengkungan
3. Kelainan aksial/panjang sumbu bola mata
- Sumbu memanjang  myopia
- Sumbu memendek  hipermetropia

KLASIFIKASI AMETROPIA (MATA DENGAN KELAINAN REFRKASI)

1. Myopia
Baerdasarkan anatomi (axial, kurvatura, indeks refraksi, posisilensa)
Berdasarkan ukuran (ringan <-3D, sedang -3 s/d -6 D, berat -6 s/d -9, sangat berat > 9D)
2. Hipermetropia
Berdasarkan struktur bola mata(axial, kurvatura, indeks refraksi, posisilensa)
Baerdasarkan akomodasi (manifest, manifest absolute, manifest fakultati, laten, total)
3. Astigmatisma
Hipermetropikus simpleks, miopikus simpleks, hipermetropikus kompsitus

PENYEBAB

1. MIOPIA Genetik  mipoia tinggi, lingkungan, gizi

pengelolaan

myopia  lensa spheris negative terkecil

hipermetropia  lensa spheris positif terbesar

astgmatisma -> lensa slinder (bersama lensa spheris bila ada )

untuk penderita myopia > 6 D  komplikasi

PRESBIOPIA

Disebut juga penglihatan usia lanjut

Perkembangan normal karena usia  makin lanjut  kemampuan akomodasi berkurang

Lazim diderita usia 40 tahun ke atas, akibat : kelenturan lensa berkurang, kemampuan kontraksi otot
akomodasi berkurang

Gejala

- Kabur melihat dekat menjauhkan objek baru tampak jelas


- Sering memerukan sinar yang lebih terang untuk membaca
- Mata cepat lelah, berair , pedas

Tanda :

Kesulitan melihat dekat

Pengelolaan

Pemberian kaca mata lensa sferis positif

Usia 40 tahun 1,0 D

Usia 45 tahun 1,5 D

Usia 50 tahun 2,0 D

Usia 55 tahun 2,5 D

Usia > 60 tahun 3,0 D

SPEKTRUM WARNA

Sensation vs perception

Sensation reception of stimulation from the environment and the initial encoding of that stimulation
into the nervous system

Perception process of interpreting and understanding sensory information

Klasifikasi

Berdasar penyebabnya

Buta warna congenital Trikromatik(normal, deuteronormali,trianomali) dikromatik (protanopia,


deuteranopia, tritanopia), Monokromatik (batang, kerucut)

Buta warna didapat / aquesita

1. Klasifikasi Vermest
Tipa 1 cacat merah hijau akibat kerusakan kerucut macula
Tipe 2 cacat merah hijau akibat kerusakan saraf optic
Tpe 3 karena kelainan koroid dan epitel pigmen retina
2. Koliner
Lesi retina luar  b.w biru kuning
Lesi retina dalam  b.w merah hijau
Lesi saraf optic  b.w merah hijau

BERDASAR DEFISIENSI WARNA

Caat merah hijau

- Protanomaly kerusakan L. kerucut, cacat warna merahlemah)


- Protanopia L kerucut tiak ada, tidak dapat melihat merah sama sekali, bentk berat dari buta
warna
- Deuteranomaly defective M-cones, weakening the ability to differentiate red and green hues,
5% of all males
- Deuteranopia (caused by absent M-cones, Givin a moderate inability to discriminate red – green
hues.

Cacat biru kuning

- Tirtanomaly caused by weakened S cones, reducing the ability to distinguish some blue and
yellow huas
- Tritanopia is extremely rare caused by a total absence of S one removing the ability to
distinguish some blues with green and some yellow with violet

Buta Warna

Rod monochromacy

- Rare
- Non progressive inability to distinguish any color,
- Resulting from non functioning or absent retinal cones, typically associated with sensitivity to
light (photophobia) and poor vision

Cone monochromacy

- Is also a rare
- Total color blindness, however is accompanied by relatively normal vision

Kelainan-kelainan yang dapat menyebabkan defisiensi warna

1. peningkatanTIO bw biru
2. glaucoma, ablasio retina oklusi, pembluh darah retina, retinopati diabetika/hipertensi, papil
edema, keracunan metal alcohol  bw biru kuning
3. keracunan tembakau, neuritis retrobulber, kompresi traktus optici  bw merah hijau

Populasi

Cacat merah hijau  congenital, laki-laki


Tritanopia  jarang

Gejala dantanda

GEJALA :

- congenital
tidak ada keluhan ditemukan kebetulan saat pemeriksaaan screening,
- bawaan
semula mampu melihat warna  tidak mampu ragu terhadap warna tertentu perubahan warna
penglihatan warna antara mata kanan dan kiri tidak sama salah dalam menyebut warna

TANDA

SEGMEN ANTERIOR NORMAL

GAMBARAN FUNDUS : NORMAL/TAK NORMAL KELAINAN SAAT TES ICHIHARA /fd-15

- KONGENITAL/HEREDITER DUA MATA


- DIDAPAT  SATU MATA/DUA MATA

pEMERIKSAAN

1. Uji Ishihara
2. Uji FM-100Hue
3. Ji lantera
4. Anomaloskop

TERAPI

Buta warna congenital Tidak ada, edukasi

Buta warna aquesita tergantung penyebab berapa lama terpapar edukasi.

You might also like