Professional Documents
Culture Documents
Scram materialis, benturan, bahan kimia, extreme heat, extreame light, infeksi, eyestrain (astenopia
computer vision syn)
Santunan cacat akibat KK dan PKK berdasarkan lampiranII PP Pemerintah RI No 14 tahun 1993 ialah
berdasarkan
Dasar hokum pelaporan dan evaluasi cacat akibat kecelakaan dan penyakit karena hubungan kerja
(JAMSOSTEK)
1. To recognize which problems are emerged or urgent and deal with them accordingly
2. To obtain the saheat historical fats
3. To score bo to examine the traumatized eye
4. To record the visual acuity as accurately as possible
5. To determine wheter to manage or to refer the most common injuries
Macam trauma
Trauma fisika
Trauma Mekanik
Anamnesis
a. Peristiwa / kejadiannya (onset, kejadian, benda Imacam, jumlah, ukuran bentuk, berkarat/tidak),
arah dating, kecepatan dating)
b. Cairan yang dikeluarkan (darah?)
c. Pingsan?
d. Tindakan / terapi yang sudah dilakukan sendiri masy.p. alternative.medik
Pemeriksaan Fisik
Trauma tumpul
A. Keluhan
Visus sentral / perifer N/menurun
Nyeri
Keluar cairan
B. Pemeriksaan
Rima orbita : patahan / retak
Palpebra : hematom palpebra spasme ptosis (NIII, lagoftalmos (NVII)
Bulbus okuli
Eksoftalmos (karena perdarahan dalam orbita( gangguan gerak (karena kerusakan otot otot /
jaringan terjepit
Konjungtiva
Subkonjungtival bleeding (ekimosis), edema (kemosis), laserasi
Kornea : erosi, laserasi
Bmd : kedalaman(sama tak sama dalam dangkal, hifema
Iris iridodialisis
Pupil RP lambat / N midriasis/miosis, bentuk ?
Lensa : sublukasasi/luksasi
Badan kaca herniasi ke anterior
Kelainan retina edema retina, edema macula (berlin’s edema robekan perdarahan ablasio retina
Kelainan saraf optic atrofi
Perubahan TIO
Contoh
Definisi : fraktur pada dasra orbita tanpa atu disertai fraktur dinding medial orbita akibat trauma
Tanda
Hematoma palpeb ra
Nerocos
Enoftalmos ringan/berat
Lain2 : subkonjungtival bleeding, hifema, dialysis iris, RP lambat, miosis midriasis tergantung berat
ringan trauma
Pengelolaan
Topikal
Sistemik
ABRASI KORNEA
Sering kejadiannya
Abrasi kornea= erosi kornea = lecet kornea adalah terkelupasnya lapisan epitel kornea dan tidak
mencapai lapisan Bowman
Tidak menyebabkan jaringan sikatrik selama tidak berkembang dan melibatkan lapisan lebih profundal
Gejala
- Fotofobi
- Nerocos
- Ngganjel/seperti ada benda asing
- Ngeres/rasa seperti ada pasirnya
- Nyeri
Tanda
Terapi
- Pemberian anestesi topical (pantocain 0,5% ED) penghilang nyeri : 4x/hari max 2 minggu
- Observasi dengan edukasi meningkatnya tanda2 radang infeksi
- Antibiotika spectrum luas untuk cegah infeksi :
Oxytetrasiklin EO 4-6x/hari, Chloramphenicol EO?ED 4-6x/hari
- Gol fluoroquinolon
a. Ofloxacin ED
Adult 4-6x/hari
<1 th : tidak disarankan
>1 th tiap 1-2 jam (2 har I ) lalu 4x sehari untuk berikutnya selama 5hari
b. Ciprofloxacin ED
Ancaman ulkus : 1 gtt 4x/hari slm 7 hari 1 – 2 gtt/jam (24j) 4x/hari for 7 hari
Gol aminoglikosida : gentamicin ED/EO 3-6x/hari
Plymyxin ED, erythromycin EO/ED, bacitracin ointment, bacitracin/polymyxin EO
Rujuk bila :
1. Lesi sentral
2. Lesi kecil tapi dalam
3. Lesi luas
FOLLOW UP
Minor abrasions shoud heal within 24-48 hours and do not require follow-up if the patient is completely
asymptomatic at 48 hours
Reexamine large abrasions frequently until reepithelialization occurs and the potential for infection no
longer exists
Should receive follow-up care, especially until the fluorescein stain is negative to determine if a corneal
uclcer has developed
Advise eye rest (ie, no reading or work that requires substantial eye movement that might interfere with
reepithelialiazaition).
Advise patients to avoid light or to wear sunglasses for comfort if they have notable photophobia
Komplikasi
Ulkus kornea
Erosi berulang
PROGNOSIS
Healing of minor abrasions is expected within 24 -48 hours. Extensive or deep abrasions may require a
week to heal
HIFEMA
Tanda ;
RP lambat / negative
Pengelolaan
TRAUMA TEMBUS
Definisi adalah suatu trauma dimana atau seluruh lapisan kornea dan / atau sclera rusak
Anamensis
Idem tr tumpul
Keluhan
TANDA :
Penatalaksanaan :
Anamnesis
1. Onset kejadian
2. Jenis dan konsentrasi bahan kimia
3. Lama terpapar
4. Tindakan penanganan yang sudah dilakukan
Keluhan
- Nyeri, pedih
- Mata merah
- Ganguan melihat
KLINIS :
Klasifikasi HUGHES
Bahan kimia bersifat basa cepat menembus mata dan tetap menimbulkan kerusakan meki cedera
berhenti perlu pemantauan pH lebih lama
Bahan kimia asam membentuk sawar presipitat jaringan nekrotik membatasi penetrasi kerusakan
terbatas.
PENATALAKSANAAN
1. Re-epitelisai
2. Control tk peradangan steroid topical kontroversi menghambat re-epitelisasi,
perlunakan kornea perforasi karena aktivitas kolagenase, sikioplegik (sulfassatropin 1 % ED)
3. Mencegah infeksi sekunder
4. Cegah TIO meningkat antiglaukoma
5. Antioksidan
6. Bedah
Fase pemulihan
- Awal
- Akhir rehabilitasi
Pencegahan
Kacamata
- Lensa polikarbonat
- Rangka poliamida, tepi penahannya di posterior
- Bingkai padat wraparound (tak berengsel)
RETINOBLASTOMA
Pengertian
Segala usia (jarang), namun pada umumnnya anak-anak 2/3 kasus sebelum usia 3 tahun
Bersifat herediter, akibat mutasi gen dominan autosom alel dalam kromosom 13q14 tumor
(herediter/nonherediter)
PA : sel2 kecil, rapat, bundar/pligonal, inti besar dan gelap, sitoplasma sedikit, khas rossete Flexner
wintersteiner.
Klinis
Retinoblastoma yang tumbuh ke dalam (endofitik meluas ke CV intarokuler
Tanda
- Juling ( strabismus)
- Lekokoria
- Peradangan intraokuler
- Hifema
METASTASIS
Penyebaran
- PNII intracranial
- Infraorbita
- Tulang panjang osteosarkoma
Diagnose banding
- Katarak
- Penyakit Coast
- Endoftamlmitis
- Fibroplasiretrolental
- ROP (retinopathy of prematurity)
- Retinal detachment/ ablation retina
Pengelolaan
Tumor intraokuler :
Enukleasi bola mata berikut skleranya diangkat dan meninggalkan otot ekstrinsik dan saraf optici
Radioterapi
Kemoterapi
REFRAKSI
Sumber
Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia (PERDAMI). Panduan manajemen klinis PERDAMI. Jakarta.
2006: CV Ondo
Ilyas S. Kelainan refraksi dan kacamata. Glosari Sinopsis Edisi ke 2 Jakarta : balai penerbit FKUI.2006
PENDAHULUAN
PEMERIKSAAN MATA PADA PRINSIPNYA MENGETAHUI fungsi melihat, mengetahui non fungsi gerak
& kedudukan bola mata
A. Visus Sentral
Visus sentral diukur oleh suatu objek target dalam berbagai size yang diletakkan dalam jarak
tertentu dari mata subjek contoh : snellen chart Illiterate E chart
Visus sentral jauh dan dekat
Visus jauh tanpa alat bantu bervariasi tergantung pada keadaan & atau bentuk bola mata,
kornea, lensa
Visus dekat tanpa alat bantu bervariasi tergantung pada keadaan dan atau bentuk lensa, zonula
ziin
Mata visus normal;= emetropia
Mata visus abnormal - ametropia
B. VIsus perifer
Visus sentral lebih sulit diukur
Untuk :
a. Penglihatan stereoskopi/bentuk
b. Lapangan pandangan
Diperiksa dengan :
a. Stereoskopi (stereoscope)
b. Lapang pandangan
Tes konfrontasi, tes humprey tes goldman
PENGERTIAN
1. Refraksi
SIDARTA Ilyas : pembiasan / perubahan arah cahaya bila berubah medium
2. Index refraksi
Rasio antara sudut yang dibuat oleh sinar yang dating dan sinar yang dibiaskan
REFRAKSI
Refraksi bukan karena medical abnormality system visual, beda bila kelainan refraksi harus dapat
dikoreksi dengan kaca mata/lensa kontak
Kelainan refraksi adalah kelainan pembiasan sinar pada mata sehingga pembiasan sinar tidak difokuskan
pada retina atau bintik kuning sehingga bayangan menjadi tidak tegas.
AMETROPIA
Ametropia adalah suatu keadaan mata istirahat/tanpa akomodasi terdapat kelainan refraksi yang akan
memberikan bayangan sinar sejajar. Difokuskantidak pada macula lutea.
Bagian mata yang berperan dalam refraksi
1. Myopia
Baerdasarkan anatomi (axial, kurvatura, indeks refraksi, posisilensa)
Berdasarkan ukuran (ringan <-3D, sedang -3 s/d -6 D, berat -6 s/d -9, sangat berat > 9D)
2. Hipermetropia
Berdasarkan struktur bola mata(axial, kurvatura, indeks refraksi, posisilensa)
Baerdasarkan akomodasi (manifest, manifest absolute, manifest fakultati, laten, total)
3. Astigmatisma
Hipermetropikus simpleks, miopikus simpleks, hipermetropikus kompsitus
PENYEBAB
pengelolaan
PRESBIOPIA
Lazim diderita usia 40 tahun ke atas, akibat : kelenturan lensa berkurang, kemampuan kontraksi otot
akomodasi berkurang
Gejala
Tanda :
Pengelolaan
SPEKTRUM WARNA
Sensation vs perception
Sensation reception of stimulation from the environment and the initial encoding of that stimulation
into the nervous system
Klasifikasi
Berdasar penyebabnya
1. Klasifikasi Vermest
Tipa 1 cacat merah hijau akibat kerusakan kerucut macula
Tipe 2 cacat merah hijau akibat kerusakan saraf optic
Tpe 3 karena kelainan koroid dan epitel pigmen retina
2. Koliner
Lesi retina luar b.w biru kuning
Lesi retina dalam b.w merah hijau
Lesi saraf optic b.w merah hijau
- Tirtanomaly caused by weakened S cones, reducing the ability to distinguish some blue and
yellow huas
- Tritanopia is extremely rare caused by a total absence of S one removing the ability to
distinguish some blues with green and some yellow with violet
Buta Warna
Rod monochromacy
- Rare
- Non progressive inability to distinguish any color,
- Resulting from non functioning or absent retinal cones, typically associated with sensitivity to
light (photophobia) and poor vision
Cone monochromacy
- Is also a rare
- Total color blindness, however is accompanied by relatively normal vision
1. peningkatanTIO bw biru
2. glaucoma, ablasio retina oklusi, pembluh darah retina, retinopati diabetika/hipertensi, papil
edema, keracunan metal alcohol bw biru kuning
3. keracunan tembakau, neuritis retrobulber, kompresi traktus optici bw merah hijau
Populasi
Gejala dantanda
GEJALA :
- congenital
tidak ada keluhan ditemukan kebetulan saat pemeriksaaan screening,
- bawaan
semula mampu melihat warna tidak mampu ragu terhadap warna tertentu perubahan warna
penglihatan warna antara mata kanan dan kiri tidak sama salah dalam menyebut warna
TANDA
pEMERIKSAAN
1. Uji Ishihara
2. Uji FM-100Hue
3. Ji lantera
4. Anomaloskop
TERAPI