Professional Documents
Culture Documents
Proses Belajar
Latihan
Adanya Penambahan, perubahan Tingkah
Laku yang Baru
perubahan terjadi secara sadar
bersifat kontinu dan fungsional
positif dan aktif
bukan bersifat sementara
perubahan bertujuan dan terarah
mencakup seluruh aspek tingkah laku
Prinsip Belajar
1. Belajar = pengalaman aktif
2. Belajar = penemuan diri sendiri
3. Belajar = konsekuensi dari pengalaman
4. Belajar = kerjasama dan kolaborasi
5. Belajar = proses evolusi
6. Belajar = (kadang) proses yang
menyakitkan
7. Belajar = proses emosional dan intelektual
8. Belajar = individual dan unik
Teori Belajar
Teori stimulus – respon tidak
memperhitungkan faktor internal
Teori transformasi memperhitungkan
faktor internal
Teori stimulus-respon (behavioural)
Berpangkal dari psikologi asosiasi
belajar adalah membentuk tanggapan dan menggabungkan
tanggapan2 dengan jalan pengulangan
“anak mendapatkan tanggapan sebanyak mungkin; materi
sebanyak-banyaknya, anak diminta menghafal, guru aktif-siswa
pasif”
makin banyak diberi stimulus, makin memperkaya respon dalam
proses belajar
Countinous reinforcment
Fixed
Reinforcment
Interval
Variabel
Intermitted
reinforcment
Fixed
Ratio
Variabel
Fix Interval Reinforcement Schedule (FI) jadual
pemberian reinforcement yang tetap dihitung waktu.
Misalnya: Dalam penelitian Skinner, setiap 5 menit
makanan akan keluar (setelah diberi makanan, respon
tikus santai. Selanjutnya lebih cepat dari 5
menit/mendekati 5 menit)
Fix Ratio Reinforcement Schedule (FR) jadual
pemberian reinforcement yang tetap dihitung menurut
beberapa kali respon. Misalnya: tiap 5 kali tikus
memukul pedal, maka makanan akan otomatis keluar,
setelah makanan keluar, maka tikus akan memukul
sehingga diagram akan menanjak tajam.
Variable Interval Reinforcement Schedule (VI)
interval yang tidak tetap. Misalnya: waktunya tidak
jelas/ tidak tetap. Terkadang makanan baru keluar
setelah 5 menit, terkadang makanan bisa keluar setelah
tiga menit. Sehingga respon jadi malas-malasan.
Variable Ratio Reinforcement Schedule (VR) tidak
jelas beberapa kali ketukan maka makanan akan keluar.
Teori Belajar Sosial Bandura
Menurut Bandura harus 4 persyaratan untuk dapat menirukan
model dengan baik:
Perhatian (suatu model tidak akan bisa ditiru bila tidak diadakan
pengamatan).
Retensi atau disimpan dalam ingatan (tingkah laku yang diamati
harus bisa diingat kembali untuk bisa ditirukan juga bila model
tidak ada lagi).
Reproduksi motoris (untuk dapat menirukan dengan baik
seseorang harus memiliki kemampuan motorisnya).
Reinforsemen dan motivasi (orang yang menirukan harus
melihat tingkah laku itu sebagai tingkah laku yang terpuji dan
bermotivasi untuk menirukannya).
Humanistik
Abraham Maslow adalah peletak dasar dan “Bapak” yang
telah membesarkan Psikologi Humanistik.
Aliran Humanistik, disebut-sebut sebagai Mazhab ketiga
dalam perkembangan psikologi ini, lahir sebagai reaksi atas
teori-teori Behaviorisme (kental dengan sifat behavioristik,
asosianistik dan eksperimental) dan Psikoanalisis (depth
psychology dengan sifat klinis-pesimistik).
Pemikiran Maslow bukanlah penolakan mentah-mentah
terhadap karya para Freudian dan Behavioris. Melainkan
lebih ke suatu telaah terhadap sisi-sisi yang lebih
bermanfaat, bermakna dan dapat diterapkan bagi
kemanusiaan, yang kemudian menjadi titik tolak bagi
pengembangannya.
Humanistik
Teori belajar humanistik bahwa teori belajar apapun
dapat dimanfaatkan, asal tujuannya untuk memanusiakan
manusia yaitu mencapai aktualisasi diri, pemahaman diri,
serta realisasi diri orang yang belajar secara optimal. Hal ini
menjadikan teori belajar humanistik bersifat sangat elektif.
Banyak tokoh penganut aliran humansitik, diantaranya
adalah
Kolb yang terkenal dengan “belajar empat tahap”,
Honey dan Mumford dengan “pembagian tentang macam-
macam siswa”,
Habermas dengan “tiga macam tipe belajar”
Bloom dan Krathwohl yang terkenal dengan “taksonomi
bloom.”
Teori Maslow
pentingnya kesadaran akan perbedaan individu, dengan
memperhatikan aspek-aspek kemanusiaan. Menggali dan
menemukan sisi-sisi kemanusiaan, pada taraf tertentu akan
sampai pada penemuan diri.
Proses belajar yang ada pada diri manusia adalah proses
untuk sampai pada aktualisasi diri (learning how to be).
Belajar adalah mengerti dan memahami siapa diri kita,
bagaimana menjadi diri sendiri, apa potensi yang kita miliki,
gaya apa yang anda miliki, apa langkah-langkah yang anda
ambil, apa yang dirasakan, nilai-nilai apa yang kita miliki
dan yakini, kearah mana perkembangan kita akan menuju.
Belajar di satu sisi adalah memahami bagaimana anda
berbeda dengan yang lain (individual differences), dan di
sisi lain adalah memahami bagaimana anda menjadi
manusia sama seperti manusia yang lain (persamaan dalam
specieshood or humanness).
Teori Belajar Humanistik
Menurut Habermas, belajar baru akan terjadi jika ada
interaksi antara individu dengan lingkungannya.
Lingkungan belajar yang dimaksud adalah
lingkungan alam maupun lingkungan sosial, sebab
antara keduanya tidak dapat dipisahkan.
Menurutnya ada 3 tipe belajar :
Belajar Teknis (technical learning) bagaimana
seseorang dapat berinteraksi dengan lingkungan
alamnya secara benar. Pengetahuan dan
keterampilan apa yang dibutuhkan dan perlu
dipelajari agar mereka dapat menguasai dan
mengelola lingkungan sekitarnya dengan baik.
Cont’d………..
Belajar Praktis (practical learning) bagaimana
seseorang dapat berinterkasi dengan lingkungan
sosialnya, yaitu dengan orang-orang disekelilingnya
dengan baik. Kegiatan belajar lebih mengutamakan
terjadinya interaksi yang harmonis antara sesama
manusia. Pemahaman dan keterampilan seseorang
dalam mengelola lingkungan alamnya tidak dapat
dipisahkan dengan kepentingan manusia pada
umumnya. Interaksi yang benar antara individu
dengan lingkungan alamnya hanya akan tampak dari
kaitan atau relevansinya dengan kepentingan
manusia.
Belajar Emansipatoris (emancipatory learning)
menekankan upaya agar seseorang mencapai suatu
pemahaman dan kesadaran yang tinggi akan
terjadinya perubahan atau transformasi budaya dalam
lingkungan sosialnya.
Dibutuhkan pengetahuan dan keterampilan serta
sikap yang benar untuk mendukung terjadinya
transformasi kultural tersebut. Pemahaman dan
kesadaran terhadap transformasi kultural inilah yang
oleh Habermas dianggap sebagai tahap belajar yang
paling tinggi, sebab transformasi kultural adalah
tujuan pendidikan yang paling tinggi.