You are on page 1of 3

DERMATOFITOSIS

Dermatofitosis (kurap) adalah mikosis superficial yang disebabkan oleh golongan jamur dermatofita di
dalam mikologi kedokteran dikenal istilah dermatonikosis dan dermatofitosis. Istilah dermatofitosis
diaritkan semua penyakit kulit, kuku dan rambut yang disebabkan oleh semua jamur termasuk pitrisasis
versikolor, kondidrasis kulit dan lesi kulit pada penyakit jamur sistemik. Dermatofitosis ialah penyakit
jamur pada kulit, kuku dan rambut yang disebabkan oleh dermatofita

A. Penyebab
Dermatofita disebabkan oleh golongan jamur dermatofita. Dermatofita merupakan golongan
jamur yang mempunyai sifat dapat mencernakan keratin. Golognagn jamur ini terdiri atas 3
genus. Trichophyton, microsporum. Epidermophyton. Enam spesies penyebab utama
dermatofitosis di Indonesia ialah Trichophyton nbrum, Trichophyton mentagrophytes,
microsporumcanis, microporum gypseum, trichophyton concentricum dan Epidermophyton
foccosum
B. Morfologi
Jamur golognan dermatofita membentuk koloni filament tetapi masing-masing mempunyai sifat
koloni, hifa dan spora yang berbeda.
hIfa trubrum halus, Jamur ini membentuk banyak mikrokonidia, mikrokonidianya kecil
berbanding tipis dan berbentuk lonjong. Mikrokonidia ini terletak pada konidiofora yang
pendek, dan tersusun secara satu persatu pada sisi hifa (enthyrse) atau berkelompok (en
grappe). Makrokonidia dari Trubrum berbentuk sebagai pensil an terdiri atas beberapa sel.
Mikrokonidia T mentagrophyte berbentuk bulat dan membentuk banyak hifa sporal.
Makrokonidia dari T mentagrophyte ini juga berbentuk pensil. M Carnis mempunyai
makrokonidia berbentuk kumparan yang berujung runcing dan terdiri atas 6 sel atau lebih.
Makrokonidia ini berdinding tebal. Mikrokonidia pada M carnis tidak khas. Makrokonidia M
gypseum juga berbentuk kumpara terdiri atas 4-6 sel dan dindingnya lebih tipis Mikrokonidia M
gypseum juga tidak khas.
Pada E floecosum 1 bentuk hifanya lebar Makrokonidianya berbentuk gada, berdinding tebal
dan terdiri atas 2-4 sel beberapa makrokonidia ini tersusun pada satu konidiafora. Dan
ikrokonidianya biasanya tidak ditemukan
C. Patologi dan gejala klinis
Genus tricophyta dan microsporum menimbulkan kelainain apda kulit, rambut dan kuku
mempunyai banyak spesies di antaranya T Rubrum, T mentagrophytes, T ionsurans, T kolaceum,
T Schoenleini, T ferugineum dan T verucosum , M Conis, M gypseum
Genus Epidermophyton menimbulkan kelainan pada kulit dan kuku. Genus ini hanya
mempunyai satu spesies ialah E Floeesum. Masing – masing spesies jamur mempunyai pilihan
( afinitas) terhadap hospes tertentu. Jamur zoofilik terutama menghinggapi binatan dan kadang-
kadan menginfeksi manusia. Misalnya M canis pada anjing, kucing dan T verrucosum pada
ternak.
Jamur anthorfilik terutama menghggapi manusia, misalnya M auduoini dan T Rubrum
Jamur geofilik adalah amur yang hidup di tanah, misalnya M gypseum gejala yang disebabkan
jamur zoofilik dan geofilik pada manusia sering akut, dengan peradangan, tetapi mudah
disembuhkan . jamur antrofilik menyebabkan kelainan ang tenang tanpa peradangan, menahun,
tetapi lebih sulit disembuhkan. Infeksi terjadi karena jamur terdapat padak ulit kuku atau
rambut.
Dermatofita menyebabkan tinea kapitis, tinea korporis, tinea farosa, tinea imbrikata, tinea
kroris, tinea pedis, tinea unguirum, dan tinea barbae. Kelainan pada kulit berbentuk lingkaran
berbatas tegas oleh vesikel-vesikel kecil dengan dasar kelainan berwarna agak merah & tertutup
dengan sisik sisik. Jamurnya terdapat di sisik2 tersebut dan di dinding vesikel. Keluhan penderita
ialah gatal terutama bila berkeringat.
Dermatotitid (id reachon) ialah reaksi kerentanan seseorang terhadap infeksi dermatofita, reaksi
ini biasanya terjadi pada jari dan telapak tangan dan kaki. Kelainan berupa vesikel-vesikel yang
tidak mengandung jamur disertai rasa gatal.
D. Diagnosis
Diagnosis laboratorium dibuat berdasarkan pemeriksaan langsung larutan kulit, rambut dan
kuku dengan KOH 10-20 % pada kulit dan kuku. Jamur tampak sebagai hifa bersebar dan
bercabang kadang2 berbentuk artro spora pada rambut jamur tampak sebagai spora.
Pembiakan dilakukan pada manusia agar aboourrawal yang dibubuhi antibiotic dan disimpan
pada suhu kamar. Spesies jamur ditentukan oleh sifat koloni, hifa dan spora yang dibentuk.
Terapi setempat dilakukan dengan salap atau kruton yang mengandung bahan fubgiblastik dan
keratomolitik. Misalnya salep 2-5 salep whitefiel (AAV1 & AAV2_ dan terapi sistemik dengan
obat griselosuluin (misalnya fulein, fone) dan keto kongaie) misalnya (nicoraL)
E. Prognosis
Prognosis penyakit ini baik
F. Epidemiologi
Dermatofitosis cukup banyak ditemukan di Indonesia, baik pada pria maupun wanita. Suber
infeksi diduga berasap dar9 orang-orang disekitar penderita dan binatang peliharaan. Kebershan
umum juga ada hubu gannya dengan timbulnya infeksi.
G. Macam-macam
1. Tinea Kapitis
Penyebab : berbagai spesies daripada Microsporum dan Trichophyton.
Distribusi geografik : terdapat baik di daerah tropis maupun sub tropis
Patologi dan gejala klinik :
Kelainan ini mengenai kulit dan rambut kepala dan lebih banyak terdapat pada anak.
Kelainan kulit mungkin berat atau ringan tergantung dari penyebabnya jamur zoofilik dan
geofilik dapat menimbulkan kerion, yaitu kelainan yang bersifat akut disertai peradangan
dan pembentukan nanah. Rambut yang terinfeksi tidak mengakibatkan terjadinya alpesia
(botak)Pada infeksi endoteriks jamur tampak sebagai spora-spora di dalam rambut kelainan
ini disebabkan oleh jamur. T tonsavenis, T violaceum dan T schoenteini. Rambut yang
terinfeksi patah pada permukaan kulit dan tampak sebagai titik-titik hitam (black dots)
kelainan ini ditemukan di Indonesia.
Pada infeeksi Ektontes jamur tampak sebagai hifa atau spora di dalam dan di luar rambut.
Penyakit ini disebabkan oleh spesies-spesies olain dari Tricophyton dan microsposum pada
infeksi rambut parah diatas permukaan kulit. Pada tinea kapitis yang disebabkan oleh M
canis dan M gypseum tampak fluoresensi hijau kekuningan bila disinari dengan sinar
ultraviolet (wood’s light) reaksi positif tidak khas (tidak hijau kekuningan) spesies jamur
lainnya memberikan reaksi negative.
2. Tinea Korporis
Penyebab : spesies dari mikrosporum, Tricophyton dan flocostum
Distribusi geografik : penyakit terdapat terutama di daerah tropic, banyak terdapat di
Indonesia
Patologi dan gejala klinis : kelainan mengenai kulit badan, tangan dan tungkai. Kelainan pada
bagian badan yang tertekan oleh sesuatu misalnya tali pinggang biasanya disebabkan oleh T
rubrum.
3. Tinea Imbrihata (Dayakse sehari , toke Lau)
Penyebab : T concotrieum merupakan penyebab penyakit ini
Distribusi geografi : banyak terdapat di darerah tropic dan beberapa daerah di Indonesia
secara endemic
Patologi dan gejala klinis : kelainan mengenai kulit dapat meliputi seluruh tubuh. Pada
penyakit ini kelainan tampak sebagai lingkaran2 konsentris bersisik kasar dan tersusun
seperti gentng. Bila telah lanjut lingkaran2 bersatu hingga batasnya tidak jelas lagi.
4. Tinea fauosa
Penyebab : T sehoenleini, kadang2 T Kolaceum dan M gypseum
Distribusi geografik ; penyakit terdapat terutama di polandia, rusia, mesir Balkan dan
negeri2 di sekitar laut tengah, jarang idtemukan di Indonesia
Patologi dan gejala klinis : kelainan terdapat pada kulit kepala dan menyebar ke tubuh dan
juga ke kuku mempnyai bau yang khas, disebut mousyodar, kelainan berupa scutula
dibentuk oleh sisik2 yang tersusun seperti kerucut dibagian kepala dapat menyebabkkan
pihak yang menetap (alopsia ermanen)
5. TInea kruris
Penyebab : ialah spesies dari pada Mcrosporum Trichophton dan E floecesum
Distribusi geografik : penyakit terdapat baik di darerah tropic maupun di daerah dingin
banyak ditemukan di Indonesia
Patologi dan gejala klinik : kelainan mengenai kulit di daerah inguinalis, paha bagian dalam
dan perineum, kelainannya seperti telah diterangkan dibagian umum
6. Tinea pedis
Penyebab utama ialah spesies Trichopyton dan E Floecosum
Distribusi geografik : penyakit ini terdapat baik didaerah tropic maupun daerah lainnya
terdapat di Indonesia
Patologi dan gejala klinik : kelainan mengenai kulit di antara jari-jari kaki, terutama antara
jari ke 3-4 dan ke 4-5 telapak kaki juga bagian lateral kaki merupakan celah-celah bersisik,
kadang-kadang dengan infeksi sekunder oleh bakteri sehingga menimbulkan rasa nyeri.
7. Tinea barbae
Penyebab oleeh berbagai spesies jamur yang zoofilik misalnya T verrocosum
Distribusi geografik : penyakit ini belum pernah ditemukan di Indonesia
Patologi dan gejala klinis kelainan pada kulit disertai folikulitis (radang pada folikel rambut)
terdapat di daerah dagu dan bagian – bagian lain muka dan leher. Bila disebabkan oleh
jamur zoofilik lama kelamaan ini dapat menyebabkan semua rambut yang terkena penyakit
menjadi rontok,, orang dapat sembuh tanpa pengobatan
8. Tinea ungirum
Penyebab kelainan ini disebabkan oleh jamur dermatofita biasanya spesies floecosum dan
genus Therophyton pernah dilaporkan genus. Microsporum menginfeksi kuku
Distribusi geografik : penyakit ini terdapat diseluruh dunia, juga di Indonesia
Patologi dan gejala klinik : kelainan hanya mengenai satu kuku atau lebih. Permukaan kuku
tidak rata kuku menjadi rapuh atau keras kelainan kuku terasanya mulai dari bagian distal.
Penyembuhan ini memerlukan waktu beberapa bulan sampai beberapa tahun.

You might also like