Professional Documents
Culture Documents
LANDASAN TEORI
Daun merupakan suatu bagian tumbuhan yang penting dan pada umumnya
tiap tumbuhan mempunyai daun, alat ini hanya terdapat pada batang. Batang-
batang tempat duduknya atau melekatnya daun dinamakan buku-buku (nodus)
batang, tempat di atas daun yang merupakan sudut antara batang dan daun
dinamakan ketiak daun (axilla). Daun biasanya tipis melebar, kaya akan suatu zat
warna hijau yang dinamakan klorofil. Pada daun yang telah tua, kemudian mati
dan runtuh dari batang mempunyai warna yang berbeda dengan daun yang masih
segar. Perbedaan warna dilihat dari warna ketika daun masih muda berwarna hijau
muda keputih-putihan, kadang-kadang ungu atau kemerah-merahan, sedangkan
jika telah dewasa biasanya berwarna hijau sungguh.
Jika daun yang runtuh diganti kembali, tetapi ada pula tumbuhan yang
pada waktu-waktu tertentu, untuk jenis-jenis tumbuhan yang mempunyai sifat
demikian disebut tumbuhan meranggas (tropophyta) yang banyak dijumpai di
Indonesia seperti : pohon Jati (Tectona grandis L. ), kedondong ( Spondias dulcis
Forst.), kapok randu (Ceiba pentandra Gaertn.), pohon para (Hevea brasiliensis
Muell), dll.
1
Bentuk daun yang tipis melebar, warna hijau, dan duduknya pada batang
yang menghadap ke atas itu selaras dengan fungsi daun bagi tumbuh-tumbuhan,
yaitu sebagai alat untuk :
2
menerus menguapkan air dari tubuhnya, dan dapat mengurangi penguapan dalam
tubuhnya sesuai dengan kepentingan.
Sehingga jika udara tempat tumbuhan telah jenuh dengan uap air lalu
mengeluarkan air dalam bentuk zat cair, sehingga tetap ada aliran dari bawah ke
atas yaitu mencucurnya air ke tanah melalui suatu liang yang terdapat pada ujung
daun. Keluarnya air dalam bentuk tetes-tetes dinamakan penetesan air (gutasi).
Daun-daun sebagai bagian tubuh tumbuhan yang tersusun atas sel-sel yang
hidup pun melakukan pernafasan. Dan mengingat bahwa daun mempunyai banyak
sekali mulut-mulut daun yang dapat menjadi jalan masuknya udara kedalam tubuh
tumbuhan, maka daun dianggap sebagai suatu alat yang penting untuk pernafasan.
Bagian-bagian Daun
3
Daun lengkap dapat dijumpai pada beberapa tumbuhan, misalnya: pohon
pisang (Musa paradisiaca L.), pohon pinang (Areca catechu L.), bambu
(Bambusa sp.), dll.
4
R.Br). Daun ini hanya terdiri atas helaian daun saja yang
mempunyai pangkal yang lebar hingga pangkal daun seakan-akan
melingkari batang atau memeluk batang sehingga dinamakan daun
memeluk batang (amplexi caulis) separti yang terdapat pada
tempuyung (Sonchus oleraceus L.). Bagian samping pangkal daun
yang memeluk batang, seringkali bangunnya membulat dan disebut
telinga daun.
d. Daun yang hanya terdiri atas tangkal saja yang menjadi pipih
sehingga menyerupai helaian daun semu atau palsu dinamakan
filodia, seperti yang terdapat pada berbagai jenis pohon Acacia
yang berasal dari Australia, misalnya: Acacia auriculiformis A.
Cunn.
5
Daun memeluk batang
6
e. Daun penumpu yang berlekatan dan mengambil tempat di antara
dua tangkai daun seperti yang terjadi pada tumbuhan yang satu
buku-buku batang mempunyai dua daun yang duduk berhadapan,
misalnya : pohon mengkudu (Morinda citrifolia L.). Daun
penumpu demikian disebut daun penumpu antar tangkai (stipula
interprtiolaris).
2. Selaput bumbung (ocrea atau ochrea) alat ini berupa selubung
tipis yang menyelugungi pangkal suatu ruas batang terdapat diatas
suatu tangkai daun. Selaput bumbung dianggap sebagai daun
penumpu yang kedua sisinya saling berlekatan dan melingkari
batang terdapat antara lain pada Polygonum sp.
3. Lidah-lidah (ligula) suatu selaput kecil yang biasanya terdapat
pada batas antara upih dan helaian daun pada rumput (Gramineae)
alat ini berguna untuk mencegah mengalirnya air hujan kedalam
ketiak antara batang dan upih daun sehingga kemungkinan
pembusukan dapat dihindarkan.
Upih daun merupakan bagian daun yang melekat atau memeluk batang
yang memiliki fungsi :
7
paradisiaca L.). Batang yang tampak pada pohon piasang
sebenarnya bukan batang tanaman yang sesungguhnya disebut
batang semu.
8
Setengah lingkaran dan seringkali sisi atasnya beralur dalam
seperti pada tangkai daun pisang.
9
benjamina L.). Suatu tanaman memperlihatkan bentuk daun yang berlainan pada
satu pohon memperlihatkan sifat heterofili, jika masing-masing terdapat pada
cabang yang berlaianan kalau pada satu cabang terdapat kedua macam bentuk
daun sifatnya disebut anisofili.
10
atau aselinya tidak lagi tampak, maka bangun daun akan ditentukan menurut
dangkal atau dalamnya toreh dikombinasikan dengan susunan tulang-tulang
daunnya. (Lihat pasal yang mengenai tepi daun!).
a. bulat atau bundar (orbicularis), jika panjang : lebar =1:1. Bangun daun
yang demikian ini a.l. dapat kita jumpai pada Victoria regia, teratai besar
(Nelumbium nelumbo Druce), dll.
b. bangun perisai (peltatus). Daun yang biasanya bangun bulat, mempunyai
tangkai daun yang tidak tertanam pada pangkal daun, melainkan pada
11
bagian tengah helaian daun, misalnya pada teratai besar tersebut di atas,
pada daun jarak, dll. Dalam hal yang sedemikian itu daun dikatakan
mempunyai bangun perisai;
c. jorong (oualis atau ellipticus), yaitu jika perbandingan panjang : lebar = 1
1
- 2 : 1, seperti dapat dilihat pada daun nangka (Artocarpus integra
2
Merr.) dan nyamplung (Calophyllum inophyllum L.):
1
d. memanjang (oblongus). yaitu jika panjang : lebar = 2 —3 : 1, misalnya
2
daun srikaya (Annona squamosa L.) dan sirsat (Annona muricata L.):
e. bangun lanset (lanceolatus), jika panjang : lebar = 3—5 : 1, misalnya
daun kamboja (Plumiera acuminata Ait.), oleander (Nerium oleander L.).
12
Daun kembang sepatu (Hibiscus rosa sinen
Daun bunga pukul empat
Dalam hal yang sedemikian kemungkinan bangun daun yang dapat kita
jumpai ialah:
13
a. bangun bulat telur sungsang (obovatus), yaitu seperti bulat telur tetapi
bagian yang lebar terdapat dekat ujung daun, misalnya daun sawo kecik
(Manilkara kauki Dub.),
b. bangun jantung sungsang (obcordatus), misalnya daun sidaguri (Sida
retusa L.), daun calincing atau semanggi gunung (Oxalis corniculata L.),
c. bangun segitiga terbalik atau bangun pasak (cuneatus), misalnya anak
daun semanggi (Marsilea crenata Presl.)
d. bangun sudip atau bangun solet (spathulatus), seperti bangun bulat telur
terbalik, tetapi bagian bawahnya memanjang, misalnya daun tapak liman
(Elephantopus scaber L.), daun lobak (Raphanus sativus L.).
Tidak ada bagian yang terlebar atau dari pangkal sampai ujung hampir
sama lebar Dalam golongan ini termasuk daun-daun tumbuhan yang biasanya
sempit, atau lebarnya jauh berbeda jika dibandingkan dengan panjangnya daun.
Lepas dari ada atau tidaknya sifat heterofili/anisofili pada suatu jenis
tumbuhan, sekali lagi diperingatkan di sini, bahwa persamaan bentuk daun-daun
pada satu jenis tumbuhan itupun hanya merupakan kesan sepintas lalu saja karena
jika diteliti dengan seksama bentuk daun pada satu pohon akan memperlihatkan
variasi, misalnya dari yang memanjang dengan bentuk-bentuk peralihannya
sampai bangun lanset, dll.
14
Ujung Daun (Apex Folii)
a. runcing (acutus), jika kedua tepi daun di kanan kiri ibu tulang sedikit
demi sedikit menuju ke atas dan pertemuannya pada puncak daun
membentuk suatu sudut lancip (lebih kecil dari 90°).
Ujung daun yang runcing lazim kita dapati pada daun-daun bangun: bulat
memanjang, lanset, segi tiga, delta, belah ketupat, dll. Sebagai contoh
ujung daun oleander (Nerium oleander L.),
b. meruncing (acuminatus), seperti pada ujung yang runcing, tetapi titik
pertemuan kedua tepi daunnya jauh lebih tinggi dari dugaan, hingga ujung
daun nampak sempit panjang dan runcing, misalnya ujung daun sirsat
(Annona muricata L.),
c. tumpul (obtusus), tepi daun yang semula masih agak jauh dari ibu tulang,
cepat menuju ke suatu titik pertemuan, hingga terbentuk sudut yang
tumpul (lebih besar dari 90°), sering kita jumpai pada daun bangun bulat
telur terbalik atau bangun sudip, misalnya ujung daun sawo kecik
(Manilkara kauki Dub.),
d. membulat (rotundatus), seperti pada ujung yang tumpul, tetapi tidak
terbentuk sudut sama sekali, hingga ujung daun merupakan semacam
Suatu busur, terdapat pada daun yang bulat atau jorong, atau pada daun
bangun ginjal, misalnya ujung daun kaki kuda (Centella asiatica Urb.),
ujung daun teratai besar (Nelumbium nelumbo Druce),
e. rompang (truncatus), ujung daun tampak .sebagai garis yang rata,
misalnya ujung anak daun semanggi (Marsilea crenata Presl.), daun jambu
monyet (Anacardium occidental L.),
f. terbelah (retusus), ujung daun justru memperlihatkan suatu lekukan,
kadang-kadang amat jelas, misalnya ujung daun sidagun (Sida retusa L.),
15
kadang-kadang terbelahnya ujung hanya akan kelihatan jelas jika diadakan
pemeriksaan yang teliti, seperti misalnya ujung daun bayam (Amaranthus
hybridus L.),
g. berduri (mucronatus), yaitu jika ujung daun ditutup dengan suatu bagian
yang runcing keras, merupakan suatu duri, misalnya ujung daun nenas
sebrang (Agave sp.).
Apa yang telah diuraikan mengenai ujung daun pada umum-nya dapat puia
diberlakukan untuk pangkal daun. Selain dari itu ada puia kalanya, bahwa kedua
tepi daun di kanan kiri pangkal dapat bertemu dan berlekatan satu sama lain, oleh
sebab itu pangkal daun dibedakan dalam:
1. Yang tepi daunnya di bagian itu tidak pernah bertemu, tetapi terpisah oleh
pangkal ibu tulang/ujung tangkai daun. Dalam keadaan demikian pangkal
daun dapat:
a. runcing (acutus), biasanya terdapat pada daun bangun memanjang,
lanset, belah ketupat, dll.
b. meruncing (acuminatus), biasanya pada daun bangun bulat telur
sungsang atau daun bangun sudip,
c. tumpul (obtusus), pada daun-daun bangun bulat telur, jorong,
16
d. membulat (rotundatus) pada daun-daun bangun bulat, jorong, dan
bulat telur,
e. rompang atau rata (truncatus), pada daun-daun bangun segitiga, delta,
tornbak,
f. berlekuk (emarginatus). pada daun-daun bangun jantung, ginjal, anak
panah.
2. Yang tepi daunnya dapat bertemu dan berlekatan satu sama lain:
a. pertemuan tepi daun pada pangkal terjadi pada sisi yang sama
terhadap batang sesuai dengan letak daun pada batang tadi, seperti
lazim dapat kita lihat pada daun-daun bangun perisai,
b. pertemuan tepi daun terjadi pada sisi seberang batang yang
berlawanan atau berhadapan dengan letak daunnya. Dalam hal ini
tampaknya seperti pangkal daun tertembus oleh batangnya
(perfoliatus).
17
Tulang-tulang daun menurut besar kecilnya dibedakan dalam 3 macam,
yaitu:
a. ibu tulang (costa), ialah tulang yang biasanya terbesar, merupakan terusan
tangkai daun, dan terdapat di tengah-tengah membujur dan membelah
daun. Oleh tulang ini helaian daun umumnya dibagi menjadi dua bagian
yang setangkup atau simetris. Ada pula kalanya daun tumbuhan tidak
mempunyai ibu tulang tadi tepat di tengah helaian, sehingga kedua bagian
daun di kanan kiri ibu tulang tadi menjadi tidak setangkup atau asimetrik,
misalnya daun Begonia.
Ada pula daun yang memperlihatkan beberapa tulang yang besar yang
semuanya berpangkalan pada ujung tangkai daun, misalnya pada daun
yang mempunyai bangun perisai atau daun-daun yang bulat: daun teratai
besar, jarak, ubi kayu, dll.
Tulang cabang yang langsung berasal dari ibu tulang dinamakan tulang
cabang tingkat 1, cabang tulang cabang tingkat satu dinamakan tulang
cabang tingkat 2, demikian seterusnya.
18
lebih sejajar dengan tepi daun atau kadang-kadang tampak berombak,
yang dinamakan tulang pinggir. Dengan adanya tulang ini tepi daun
menjadi lebih kuat dan tidak mudah koyak-koyak, seperti dapat kita lihat
pada daun kedondong (Spondias dulcis Forst.), pisang (Musa paradisiaca
L.), dll.
Melihat arah tulang-tulang cabang yang besar pada helaian daun, kita
membedakan beberapa macam susunan tulang, dan ber-dasarkan susunan
tulangnya kita membedakan daun menjadi 4 golongan, yaitu:
19
(Monocotyledoneae), misalnya genjer (Limnocharis flava Buch.), gadung
(Dioscorea hispida Dennst.), dll.
4. daun-daun yang bertulang sejajar atau bertulang lurus (rectinervis),
biasanya terdapat pada daun-daun bangun garis atau bangun pita, yang
mempunyai satu tulang di tengah yang besar membujur daun, sedang
tulang-tulang lainnya jelas lebih kecil dan nampaknya semua mempunyai
arah yang sejajar dengan ibu tulangnya tadi, oleh sebab itu disebut pula
bertulang sejajar. Sesungguhnya tulang-tulang yang kecil-kecil tadi seperti
pada daun yang bertulang melengkung semuanya berasal dari pangkal ibu
tulang dan kemudian bertemu pula kembali pada ujung daun. Karena daun
sempit dan panjang, tulang-tulang tadi tidak kelihatan melengkung, tetapi
lurus dan sejajar satu sama lain. Tak mengherankan pula kalau daun
dengan susunan tulang yang demikian lazimnya pun terdapat pada
tumbuhan yang berbiji tunggal (Monocotyledoneae), misalnya semua jenis
rumput (Gramineae), teki-tekian (Cyperaceae), dll.
Perkecualian selalu ada, artinya dari golongan tumbuhan biji belah ada
pula yang mempunyai daun yang bertulang melengkung, a.l. sirih (Piper betle L.),
senggani (Melastoma polyanthum Bl.), dll. Sebaliknya dari golongan tumbuhan
biji tunggal ada pula yang mempunyai daun yang bertulang menyirip, misalnya
pisang (Musa paradisiaca L.), tasbih (Canna hybrida Hort,), dan ada pula yang
mempunyai daun yang bertulang menjari, misalnya siwalan (Borassus flabellifer
L.).
20
Tepi Daun (Margo Folii)
Dalam garis besarnya tepi daun dapat dibedakan dalam dua macam:
Toreh-toreh pada tepi daun sangat beraneka ragam sifatnya, ada yang
dangkal ada yang dalam, besar, kecil, dll. Biasanya toreh-toreh pada tepi daun
dibedakan dalam dua golongan:
21
d. beringgit (crenatus), kebalikannya bergigi, jadi sinusnya tajam dan
angulusnya yang tumpul, misalnya daun cocor bebek (Kalanchoe pinnata
Pers.),
e. berombak (repandus), jika sinus dan angulus sama-sama .tumpui,
misalnya daun air mata pengantin (Antigonon leptopus Hook et Arn.).
Toreh-toreh yang besar dan dalam itu biasanya terdapat di antara tulang-
tulang yang besar atau di antara tulang-tulang cabang. Jika daun amat besar atau
lebar, misalnya daun papaya, bagian daun di antara toreh-toreh yang besar dan
dalam itu dapat bertoreh-toreh lagi, sehingga makin tidak ken-taralah bangun aseli
daunnya.
22
b. bercangap menyirip (pinnatifidus), tepi bercangap, sedang daunnya
mempunyai susunan tulang yang menyirip, misalnya daun keluwih
(Artocarpus communis Forst),
c. berbagi menyirip (pinnatipartitus), tepi berbagi dengan susunan tulang
yang menyirip, misalnya daun kenikir (Cosmos caudatus M.B.K.) dan
sukun (Artocarpus communis Forst.),
d. berlekuk menjari (palmatilobus), tepi berlekuk. susunan tulang menjari,
misalnya daun jarak pagar (Jatropha curcas L.), kapas (Gossypium sp.),
e. bercangap menjari (palmatifidus), jika tepinya bercangap, sedang
susunan tulangnya menjari, misalnya daun jarak (Ricinus communis L.),
f. berbagi menjari (palmatipartitus), yaitu jika tepi berbagi, sedang daunya
mempunyai susunan tulang yang menjari, misalnya daun ketela pohon
(Manihot utillissima Pohl.).
a. b. c. d.
a. Majemuk menyirip
b. Majemuk menjari
c. Majemuk campuran
d. Majemuk bangun kaki
23
diambil dari luar diubah dijadikan zat-zat yang sesuai dengan keperluan
kehidupan tumbuh-tumbuhan tadi. Warna hijau pada daun sebenarnya adalah
warna yang terkandung dalam bagian ini, juga kalau daun mempunyai warna lain,
misalnya merah, berbintik-bintik kuning, dll., dalam daging daunnya pulalah
terdapatnya warna tersebut.
Tebal atau tipisnya helaian daun, pada hakekatnya juga bergantung pada
tebal tipisnya daging daunnya. Bertalian dengan sifat ini dibedakan daun yang:
a. warna,
b. keadaan permukaannya, atas maupun bawah.
Warna Daun
Walaupun umum telah maklum, bahwa daun itu biasanya berwarna hijau,
tetapi tak jarang pula kita jumpai daun yang warnanya tidak hijau, lagi pula warna
24
hijau pun dapat memperlihatkan banyak variasi atau nuansa. Sebagai contoh dapat
a.l. disebut daun yang berwarna:
Permukaan Daun
Pada umumnya warna daun pada sisi atas dan bawah jelas berbeda,
biasanya sisi atas tampak lebih hijau, licin, atau mengkilat, jika dibanding dengan
sisi bawah daun.
Perbedaan warna tadi disebabkan karena warna hijau lebih banyak terdapat
pada lapisan atas daripada di lapisan bawah.
25
d. berkerut (rugosus), misalnya daun jarong (Stachytarpheta jamaicensis
Vahl.), jambu biji (Psidium guajava L.),
e. berbingkul-bingkul (bullatus), seperti berkerut, tetapi kerutannya lebih
besar, misalnya daun air mata pengantin (Antigonon leptopus Hook et
Arn.),
f. berbulu (pilosus), jika bulu halus dan jarang-jarang, misalnya daun
tembakau (Nicotiana tabacum G. Don.),
g. berbulu halus dan rapat (villosus), berbulu sedemikian rupa, sehingga
jika diraba terasa seperti laken atau beludru,
h. berbulu kasar (hispidus), jika rambut kaku dan jika diraba terasa kasar,
misalnya daun gadung (Dioscorea hispida Dennst.),
i. bersisik (lepidus), seperti misalnya sisi bawah daun durian (Durio
zibethinus Murr.).
- pada tangkai daunnya hanya terdapat satu helaian daun saja. Daun yang
demikian dinamakan daun tunggal (folium simplex),
- tangkainya bercabang-cabang, dan baru pada cabang tangkai ini terdapat
helaian daunnya, sehingga di sini pada satu tangkai terdapat lebih dari satu
helaian daun. Daun dengan susunan yang demikian disebut daun
majemuk (folium compositum).
Suatu daun majemuk dapat dipandang berasal dari suatu daun tunggal,
yang torehnya sedemikian dalamnya, sehingga bagian daun di antara toreh-toreh
itu terpisah satu sama lain, dan masing-masing merupakan suatu helaian kecil
yang tersendiri.
26
a. ibu tangkai daun (potiolus communis), yaitu bagian daun majemuk yang
menjadi tempat duduknya helaian-helaian daunnya, yang di sini masing-
masing dinamakan anak daun (foliolum). Ibu tangkai daun ini dapat
dipandang merupakan penjelmaan tangkai daun tunggal ditambah dengan
ibu tulangnya, oleh sebab itu kuncup ketiak pada tumbuhan yang
mempunyai daun majemuk, letaknya juga di atas pangkal ibu tangkai pada
batang.
b. tangkai anak daun (petiololus), yaitu cabang-cabang ibu tangkai yang
mendukung anak daun. Bagian ini dapat dianggap sebagai penjelmaan
pangkal suatu tulang cabang pada daun tunggal, oleh sebab itu di dalam
ketiaknya tak pernah terdapat suatu kuncup.
c. anak daun (foliolum). Bagian ini sesungguhnya adalah bagian-bagian
helaian daun yang karena dalam dan besarnya toreh menjadi terpisah-
pisah. Anak daun pada suatu daun majemuk lazimnya mempunyai tangkai
yang pendek saja atau hampir duduk pada ibu tangkai, misalnya pada daun
selderi (Apium graueolens L.). Ada kalanya anak daun mempunyai tangkai
yang cukup panjang dan jelas kelihatan, misalnya pada daun rnangkokan
(Nothoponax scutellarium Merr.).
daun majemuk dapat pula kita temukan bagian-bagian lain seperti pada
daun tunggal, misalnya:
d. upih daun (vagina), yaitu bagian di bawah ibu tangkai yang lebar dan
biasanya memeluk batang, seperti dapat kita lihat pada daun pinang
(Areca catechu L.).
Pada pangkal ibu tangkai daun majemuk atau di dekat pangkal ibu tangkai
itu dapat pula ditemukan sepasang daun penumpu, seperti misalnya pada daun
mawar (Rosa sp.), yang berupa dua daun kecil melekat pada kanan kiri pangkal
ibu tangkai daun, dan pada daun kacang kapri (Pisum sativum L.) yang di sini
merupakan sepasang daun yang lebar dan ikut serta menunaikan tugas daun
sebagai alat untuk berasimilasi.
27
Dengan uraian di atas kiranya sudah cukup petunjuk untuk mengenal suatu
daun majemuk, dan tidak akan keliru dengan suatu cabang yang mempunyai
daun-daun tunggal. Sebagai tambahan dapat juga kiranya dikemukakan, bahwa:
a. pada satu daun majemuk semua anak daun terjadi bersama-sama dan
biasanya pun runtuh bersama-sama pula, sedang suatu cabang dengan
daun-daun tunggal mempunyai daun yang tak sama umur maupun
besarnya, dan tentu saja daun-daun tadi tidak runtuh bersama-sama,
b. pada suatu daun majemuk seperti daun tunggal pula terdapat pertumbuhan
yang terbatas, artinya tidak bertambah panjang lagi dan ujungnya tidak
mempunyai kuncup. Suatu cabang biasanya selalu bertambah panjang dan
mempunyai sebuah kuncup di ujungnya.
c. pada daun majemuk tak akan terdapat kuncup dalam ketiak anak daun,
sedang pada suatu cabang biasanya dalam ketiak daunnya terdapat satu
atau mungkin lebih dari satu kuncup.
Seperti Misalnya:
28
Menurut susunan anak daun pada ibu tangkainya, daun majemuk dapat
dibedakan dalam dua golongan, yaitu:
a. daun majemuk menyirip (pinnatus), jika anak daun tersusun seperti sirip
pada kanan kiri ibu tangkainya,
b. daun majemuk menjari (palmatus),
c. daun majemuk bangun kaki (pedatus),
d. daun majemuk campuran (digitato pinnatus)
29
bilangan yang benar-benar gasal jika anak daun berpasangan, sedang di
ujung ibu tangkai terdapat anak daun yang tersendiri (biasanya anak daun
ini lebih besar daripada yang lainnya), seperti dapat dilihat pada daun
pacar cina (Aglaia odorata Lour.) dan mawar (Rosa sp.).
Menurut besar kecilnya anak-anak daun yang terdapat pada satu ibu
tangkai. hingga kita dapati pula:
Padasuatu daun majemuk dapat pula terlihat, bahwa anak daun tidak
langsung duduk pada ibu tangkainya, melainkan pada cabang ibu tangkai tadi.
Dalam hal yang demikian, daun majemuk lalu dinamakan daun mejemuk
rangkap atau daun majemuk ganda. Biasanya hanya daun majemuk menyiriplah
yang dapat mempunyai sifat demikian, oleh sebab itu pula kalau ada daun ma-
jemuk ganda, maka biasanya adalah daun majemuk yang menyirip.
Daun majemuk menyirip ganda dapat dibedakan menurut letak anak daun
pada cabang tingkat berapa dari ibu tangkainya. Dengan demikian daun majemuk
menyirip ganda dapat dibedakan dalam:
a. majemuk menyirip ganda dua (bipinnatus), jika anak daun duduk pada
cabang tingkat satu dari ibu tangkai,
b. majemuk menyirip ganda tiga (tripinnatus), jika anak-anak daun duduk
pada cabang tingkat dua dari ibu tangkai,
c. majemuk menyirip ganda empat, dst.
30
Pada umumnya jarang dapat ditemukan daun yang menyirip ganda lebih dari tiga.
a. menyirip ganda dengan sempuma, yaitu jika tidak ada satu anak daun
pun yang duduk pada ibu tangkai,
b. menyirip ganda tidak sempurna, jika masih ada anak daun yang duduk
langsung pada ibu tangkainya.
Daun majemuk campuran ialah suatu daun majemuk ganda yang mempunyai
cabang-cabang ibu tangkai memencar separti jari dan terdapat pada ujung ibu tangkai
daun, tetapi pada cabang-cabang ibu tangkai terdapat anak-anak daun yang tersusun
menyirip. Misalnya daun sikejut (Mimosa pudica L.).
Bagian batang atau cabang tempat duduknya suatu daun disebut buku-
buku batang (nodus), dapat dilihat jelas pada bambu (Bambusa sp.), tebu
(Saccharum officinarum L.). Sedang bagian batang antara dua buku-buku
dinamakan ruas (internodium).
a. Pada setiap buku-buku hanya terdapat satu daun saja, maka tata letak daun
dinamakan tersebar (folia sparsa), namun terdapat hal-hal yang beraturan.
b. Pada tiap-tiap buku-buku batang terdapat dua daun yang berhadapan-
berhadapan, maka tata lrtak daun dinamakan berhadapan-bersilang (folia
31
oposita atau folia decussata), misalnya pada mengkudu (Morinda citrifolia
L.)
c. Pada setiap buku-buku batang terdapat lebih daripada dua daun.
Yang disebut daun majemuk menjari ialah daun majemuk yang semua
anak daunnya tersusun memencar pada ujung ibu tangkai seperti letaknya jari-jari
pada tangan.
a. beranak daun dua (bifoliolatus), pada ujung ibu tangkai terdapat dua
anak daun, misalnya daun nam-nam (Cynometra cauliflora L.),
b. beranak daun tiga (trifoliolatus), pada ujung ibu tangkai terdapat tiga
anak daun, misalnya pada pohon para (Heuea brasiliensis Muell.).
Daun majemuk yang beranak daun tiga, dapat pula kita jum-pai pada daun
majemuk yang menyirip, misalnya pada kacang panjang (Vigna sinensis
Endl.).
32
Jika daun majemuk menjari mempunyai tujuh anak daun atau lebih, maka
dapat dikatakan saja beranak daun banyak (polyfoliolatus), tidak usah lagi
dihitung jumlah anak daun yang tepat, seperti misalnya pada daun randu (Ceiba
pentandra Gaerthn.)
Daun ini mempunyai susunan seperti daun majemuk menjari, tetapi dua
anak daun yang paling pinggir tidak duduk pada ibu tangkai, melainkan pada
tangkai anak daun yang di sampingnya, seperti terdapat pada Arisaema filiforme
(Araceae).
Jika diteliti benar, ternyata daun sikejut tidak merupakan daun majemuk
campuran sejati, tetapi adalah daun majemuk menyirip genap ganda dua yang
sempurna. Hanya saja pada daun ini letak kedua pasang cabang ibu tangkainya
tadi sedemikian dekat satu sama lain, hingga seakan-akan terdapat empat cabang
tangkai pada ujung ibu tangkai daunnya.
33
Tata Letak Daun Pada Batang (Phyllotaxis atau Dispositio Foliorum)
Bagian batang atau cabang tempat duduknya suatu daun disebut buku-
buku batang (nodus), dan bagian ini seringkali tam-pak sebagai bagian batang
yang sedikit membesar dan melingkar batang sebagai suatu cincin, yang dapat kita
lihat jeias pada bambu (Bambusa sp.), tebu (Saccharum officinarum L.) dan
semua rum-put pada umumnya, sedang bagian batang antara dua buku-buku
dinamakan ruas (internodium). Walaupun pada tumbuhan lain biasanya tak
tampak adanya buku-buku batang yang jelas, tetapi juga di sini kita menyebut
tempat duduknya daun sebagai buku-buku, sedang bagian batang antara dua daun
sebagai ruas pula.
34
Berdasarkan jumlah daun pada buku-buku batang yang memperlihatkan
tiga kemungkinan di atas dapatlah dibuat suatu ikhtisar mengenai tata letak daun
seperti berikut:
Walaupun dinamakan tersebar, tetapi jika diteliti justru akan kita jumpai
hal-hal yang sangat menarik, dan akan ternyata bahwa ada hal-hal yang bersifat
beraturan.
Kalau kita mengambil salah satu titik (tempat duduk daun) sebagai titik
tolak, dan kita bergerak mengikuti garis yang menuju ke titik duduk daun pada
buku-buku batang di atasnya dengan mengambil jarak terpendek, demikian
seterusnya, pada suatu saat kita akan sampai pada suatu daun yang letaknya tepat
pada garis vertikal di atas daun pertama yang kita pakai sebagai pangkal tolak,
dan sementara itu kita berputar mengikuti suatu garis spiral yang melingkari
batang tadi. Pada perjalanan melingkar sampai terca-painya daun yang tegak lurus
di atas pangkal tolak, telah kita lewati sejumlah daun yang tertentu. Kejadian yang
demikian itu akan selalu berulang kembali, walaupun kita ambil daun yang lain
sebagai titik tolak. Jadi mengenai tata letak daun jelas ada ciri-ciri khas yang
bersifat beraturan.
Temyata di sini, bahwa perbandingan antara banyaknya kali garis spiral itu
melingkari batang dengan jumlah daun yang dilewati selama sekian kali
melingkar batang tadi (daun permulaan tidak dihitung) merupakan suatu pecahan
yang nilainya tetap untuk satujenis tumbuhan.
35
Jika untuk mencapai daun yang tegak lurus dengan daun permulaan garis
spiral tadi mengelilingi batang a kali, dan jumlah daun yang dilewati selama itu
adalah b, maka perbandingan kedua bilangan tadi akan merupakan pecahan a/b,
yang dinamakan juga: rumus daun atau divergens.
Di atas telah diterangkan, bahwa untuk mencapai dua daun yang tegak
lurus satu sama lain telah dilewati sejumlah b daun, berarti pada batang terdapat
pula sejumlah b garis-garis tegak lurus (garis vertikal) yang dinamakan: ortostik.
Garis spiral yang kita ikuti melingkar batang, merupakan suatu garis yang
menghubungkan daun-daun berturut-turut dari bawah ke atas, jadi menurut urut-
urutan tua mudanya. Garis spiral ini dinamakan: spiral genetik
Pada buku-buku batang biasanya kedua daun membentuk suatu silang dengan dua
daun yang dibawahnya tadi. Tata letak daun ini dinamakan berhadapan – bersilang (folia
oposita atau folia decussata), misalnya pada mengkudu (Morinda citrifolia L.), soka
(lxora paludosa Kurz.), dll.
Tata letak ini disebut berkarang (folia verticillata), yang dapat ditemukan pada
pohon pulai (Alstonia scholaris R. Br.),alamanda (Allamanda carthartica L.), oleander
(Nerium oleander L.).
36
ALAT DAN BAHAN
1. Panca Indera.
2. Daun Rhoeo discolor.
3. Daun Singkong (Manihot sp).
4. Daun Jagung (Manggifora indica).
5. Daun Lidah Buaya (Aloe vera).
6. Alat tulis.
37
HASIL PENGAMATAN
38
DISKUSI DAN PEMBAHASAN
Daun sebagai alat penangkap cahaya untuk fotosintesis dan alat transpirasi
mempunyai bentuk dan ukuran yang bervariasi. Daun dapat sempurna atau tidak
sempurna. Atas dasar struktur anatominya daun dapat bifasial, ekuifasial atau
sentris.
39
intensitas cahaya. Pengaruh lingkungan dapat mengubah struktur epidermis,
stomata maupun mesofil.
Selain itu terdapat persamaan dan perbedaan nya, diantara persamaan nya
ialah semua daun berbentuk panjang meruncing, baik yang menjari maupun tidak,
baik yang permkaan nya berwarna hijau maupun tidak. Diantara perbedaannya
ialah dapat dilihat dari tepi dau masing-masing daun baik yang bergerigio maupun
tidak, baik yang berdaging maupun tidak, ada yang berpermukaan kasar ada yang
tidak, dan ada yang berbau atau tidak.
40
KESIMPULAN
41
DAFTAR PUSTAKA
42