You are on page 1of 3

Makna Politik

(Prespektif Teori Konstruksi Sosial tentang Makna Politik


pada Masyarakat Marginal di Kota Surabaya)

Bab I

Pendahuluan

Ketika kita berbicara politik, apa yang akan kita katakan soal ini? Sebagian
masyarakat luas memandang politik adalah ranah pemerintahan, karena dari lingkungan
yang ada di sekitar banyak mengarahkan bahwa politik adalah suatu hal yang
bersangkutan dengan semua yang berkaitan dengan pemerintahan, pemahaman itu
dihasilkan baik dari interaksi sosial, media massa, pengalaman, dan pengetahuan-
pengetahuan lain. Bagaimana dengan masyarakat marginal seperti gelandangan,
pengemis,orang-orang yang tinggal di tempat kumuh,orang-orang yang miskin di bawah
garis kemiskinan? Apa yang di dalam pikiran mereka pada saat mendengar dengan kata
politik, yang dimana lingkungannya sedikit sekali mendapatkan pendidikan politik?

Masyarakat marginal sedikit sekali memiliki peran politiknya sebagai rakyat yang
juga memiliki hak dan kewajiban dalam ranah politik, sehingga mereka tidak memandang
politik sebagai hal yang harus diperhatikan, sehingga mereka cenderung parokial. Yang
dimaksud parokial adalah tidak peduli dengan politik atau tidak memiliki pengetahuan
yang memadai tentang politik. Oleh karena itu perlulah di antisipasi agar masyarakat
marginal sekarang tidak mengalami miskonsepsi dan cenderung arogan dalam hal ini.
Yang mereka ingin tahu hanyalah hasil dari politik itu yang bsa menguntungkan mereka
tanpa peduli status politik dan pendidikan politik bagi mereka. Sehingga mereka hanyalah
dijadikan alat poltik untuk kepentingan politik para aktor-aktor politik.
Kita semua tahu, bahwa negara kita adalah negara demokrasi, di mana kekuasaan
berada di tangan rakyat. Namun apa jadinya bila rakyatnya sendiri cenderung parokial,
tidak memahami politik itu sendiri? Anggapan bahwa politik adalah milik kaum elit,
orang-orang yang berpengetahuan atau berpendidikan tinggi itu yang membuat peneliti
sangat tertarik ingin mengetahui bagaimana makna politik kaum marginal yang dimana
masyarakat ini seolah-olah tidak tahu atau bahkan tidak mau tahu tentang politik.

”Politik” merupakan kata yang tidak tunggal makna, banyak makana yang ada di
benak setiap orang, dan sadanya pengalaman-pengalaman, kejadian-kejadian dalam dunia
politik memepengaruhi makna setiap orang terhadap politik. Berhubung kejadian politik
yang ada di Indonesia sangatlah rumit dan cenderung bermuara kekuasaan semata,
kepentingan-kepentingan kelompok, banyaknya pemerintah yang mengeluarkan janji
politik tapi ternyata hanya janji palsu yang masih mengabaikan rakyat miskin, korupsi,
banyaknya konspirasi-konspirasi, membuat masyarakat luas memandang bahwa makna
politik itu berkonotasi negatif.

Tulisan Bang one dalam suatu artikel mengatakan bahwa secara teoritis, politik
memiliki artian etimologi adalah siyasah atau strategi. Yang berarti penggalian
kemampuan manusia untuk menggunakan kemampuan daya nalarnya untuk melakukan
proses perubahan. Sehingga dalam artian terminologi politik berarti memerdekakan
manusia untuk melepaskan dirinya dari segala bentuk penindasan, pemerasan,
ketidakadilan, kebodohan ataupun kemiskinan dalam kehidupan bersama. Disini politik
tentunya akan memberikan kerangka luas pembebasan manusia menjadi insan yang
merdeka, yang dalam pandangan islam adalah manusia yang bertauhid. Dengan kata lain,
tujuan etis politik melekat pada proses humanisasi sebagai ajang pendidikan agar mampu
mewujudkan hak dan tanggung jawabnya sebagai manusia seutuhnya.

Pada dasarnya konsep politik secara komprehensif (Rahman, 2007) adalah


Interaksi antarapemerintah dan masyarakat dalam rangka proses pembuatan dan
pelaksanaan keputusan yang mengikat untuk kebaikan bersama masyarakat yang tinggal
di dalam suatu wilayah tertentu.
Pengertian politik secara teoritis dari penjelasan di atas itu sangat mulia sekali dan
anggapan masyarakat luas tentang politik yang berkonotasi negatif itu salah besar jika
aktor-aktor politik itu mengimplementasikan arti politik secara teoritis itu dengan benar
dan tepat. Menurut Barger dalam teori konstruksi sosialnya yang fokus dengan
”pengetahuan” dan ’kenyataan” masyarakat dalam memaknai sesuatu. Jadi masyarakat
untuk dapat memaknai sesuatu itu dengan pengetahuan yang dihasilkan dengan interaksi-
interaksi sosial kehidupan sehari-harinya dan pengalaman-pengalaman yang ia alami.

Bagaimana pengetahuan dan pengalaman masyarakat marginal dalam dunia


politik sehingga mampu memaknai arti politik itu seperti apa adalah tergantung dengan
lingkungannya dan negaranya untuk memberikan konsumsi pendidikan politik kepada
mereka. Pendidiakan politik yang dilakukan oleh negara untuk masyatraktnya agar melek
akan politik tidak harus bersosialisasi langsung, tapi dengan memberikan kejelasan
sistem politik Indonesia sehingga masyarakat mampu mengkonstruksi makna politik
dengan sendirinya. Sistem politik di indonesia sangat panjang dan tidak heran bahwa
makna politik yang ada di kepala masyarakat masing-masing tidak tunggal meskipun
memiliki kecenderungan negatif.

Adanya sejarah politik yang berubah-ubah, terkadang progrsesif dan terkadang


pula regresif, begitu pulan catatan-catatan politik yang berupa hitam putih, kegiatan-
kegiatan politik seperti kampanye pada saat pemilu merupakan bahan konstruksi makna
dari setiap individu. Sehingga makna politik tidak tunggal, dan peneliti tertarik meneliti
tentang makna politik dari prespektif teori konstruksi sosial terutama masyarakat
marginal yang dianggap kurang melek akan politik. Mengapa peneliti memilih lokasi
penelitian di Surabaya bagian utara karena peneliti menganggap bahwa Surabaya bagian
utara merupakan daerah kota yang paling banyak daerah yang kumuh ditinggali oleh
masyarakat menengah bawah dan jarang terjamahi oleh pemerintah.

You might also like