You are on page 1of 5

MENGHORMATI MAKAM

Muqodimah

        


       
 
70. Dan Sesungguhnya Telah kami muliakan anak-anak Adam, kami angkut mereka di daratan dan di
lautan[862], kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang
Sempurna atas kebanyakan makhluk yang Telah kami ciptakan.

[862] Maksudnya: Allah memudahkan bagi anak Adam pengangkutan-pengangkutan di daratan dan di lautan
untuk memperoleh penghidupan.

Segala puji bagi Alloh Rabbul ‘Alamin yang masih memberikan kita kehidupan dan
kesempatan untuk mleksanakan ibadah mulia ini,, SHalawat dan salam senantiasa tercurah
kepada Rasulullah Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, Khatamul ‘anbiya..

Dengan semakin maraknya penanaman modal asing di negeri ini, pembangunan perumahan
mewah, pusat-pusat perkantoran dan pusat perbelanjaan terkadang tidak hanya berdampak
penggusuran kepada perumahan penduduk (terutama perkampungan penduduk ekonomi
lemah), namun lebih keji lagi sering dijumpai penggusuran terhadap kompleks pemakaman
atau pekuburan yang sudah berpuluh-puluh tahun berada di suatu lokasi.

Dari Buraydah, mengatakan, bahwa Rasulullah selalu mengajarkan kepada para pengikutnya
setiap keluar dari tempat pekuburan umum (maqabir, maqbarah) supaya mengucapkan:
"Salam atasmu, wahai ahli pekuburan yang mukmin dan muslim! Insya Allah kami akan
menyusul kamu ke tempat ini. Kami memohon kepada Tuhan akan ke'afiatan untuk kami dan
kamu." (Riwayat Muslim).

Dari Jabir pernah dia berkata: "Berkubur bersama ayahku almarhum seorang pria. Sesudah
berlalu 6 bulan, maka timbul suatu keperluan (hajah) yang mendesak bagiku terhadap
kuburan itu, dan aku tidak memperoleh suatu hal yang berubah dari tubuhnya, kecuali
beberapa lembar janggutnya yang telah rontok jatuh ke tanah." (Riwayat Abu Daud dan
Bukhari).
Menghormati orang yang meninggal sama sebagai menghormati orang yang hidup.Berpegang
kepada firman Tuhan dalam surat Al-Isra' ayat 70 yang berbunyi:"Dan sesungguhnya Kami
menghormati-memuliakan manusia keturunan Adam.....".

Perintah penghormatan itu berlaku kepada manusia yang sudah meninggal, sebagai halnya
kepada manusia yang masih hidup. Kita hormati dia sewaktu hidup, maka setelah manusia itu
meninggal, penghormatan itu harus diteruskan. Jenazahnya dipelihara dengan baik,
diletakkan dengan tenteram di pekarangan rumah, atau di lokasi pekuburan sehingga dapat
dilihat dan diziarahi oleh para sahabat dan sanak saudara.Saat orang baru saja meninggal,
seharusnya ia dimandikan sampai bersih, lalu disembahyangkan, dibungkus rapi dengan kain
kafan dan diletakkan menghadap ke kiblat, dengan dibacakan doa semoga arwahnya diterima
Tuhan dengan baik. Selesai segala upacara kehormatan, lalu dibawa ke pekuburan dan
dimasukkan dengan khitmat ke liang lahat yang sudah digali untuknya. kalau semuanya
sudah selesai, maka masing-masing meninggalkan kuburan itu dengan membacakan doa
semoga dia dibebaskan dari azab kubur yang akan menyiksa dirinya.

Demikian tata tertib penghormatan yang harus diberikan kepada seorang yang baru saja
meninggal, yang tiada kurang daripada penghormatan yang diberikan kepadanya sewaktu dia
masih hidup. Sebagai halnya orang yang hidup harus dihormati hak rumah tempat tinggalnya,
maka terhadap manusia yang sudah meninggal,

Tuhan menyuruh pula supaya tempat peristirahatan terakhir itu dihormati pula dan tidak
diganggu, serta tiada alasan apapun yang dapat disyahkan oleh agama untuk memindahkan
jenazah atau kerangka orang yang sudah meninggal itu ke tempat lain. Lebih-lebih bila
kemudian digusur, tulang-tulangnya dibuang sembarangan dan tidak dipindahkan ke tempat
yang lebih baik, namun justru di atas komplek pekuburan itu dibangun jalan raya, atau
mungkin perumahan mewah, pusat perbelanjaan /plasa dan sebagainya, sungguh yang
demikian itu perbuatan yang sangat keji (dan sudah banyak terjadi di negeri ini). Perbuatan
yang demikian itu, sama saja halnya dengan mengusir seseorang yang hidup dipaksa pindah
dari rumah yang sudah menjadi tempat tinggal yang syah baginya. Perbuatan yang demikian
itu sangatlah zalim, dengan mengusir seseorang dari rumahnya, bahkan lebih zalim lagi
karena sikap itu dilakukan kepada jenazah yang sudah tidak dapat berbuat apa-apa untuk
mempertahankan haknya lagi.
Kuburan harus dihormati.Hampir semua buku-buku hadist memuat ajaran Nabi bahwa setiap
kuburan harus dihormati, dipandang sebagai tempat yang harus dipelihara (kebersihan dan
kesuciannya) dengan khidmat.

Kitab "Aunul ma'bud, syarah Sunan Abi Daud" menyebutkan tidak kurang 39 buah hadist
yang mengatur soal penghormatan. Tidak kurang dari 24 macam banyaknya persoalan
penghormatan itu, mulai dari memasukkan jenazah ke dalam kubur sampai kepada soal
ziarah yang dilakukan.

Diantaranya ada 7 macam larangan yang ditegaskan sehubungan dengan kesucian dan
ketertiban lokasi pekuburan:

1. Dilarang mendirikan bangunan di atas tanah pekuburan.

2. Dilarang duduk di atas pekuburan.

3. Dilarang melakukan penyembelihan hewan di atas tanah pekuburan.

4. Dilarang duduk-duduk dan berbincang-bincang soal duniawi di lokasi pekuburan.

5. Dilarang berjalan melangkahi makam/nisan di pekuburan, terlebih bila menginjak


atau melintasi makam dengan alas kaki (sekarang sudah banyak dilanggar karena
ketidaktahuan).

6. Dilarang memecahkan tulang-belulang sewaktu penggalian liang lahat di lokasi


pekuburan.

7. Dilarang memindahkan jenazah dari suatu kuburan tanpa kebutuhan yang


mendesak.

Demikian 7 macam larangan yang dicegah melakukannya, demi untuk memelihara


kehormatan kuburan.

Kebutuhan yang mendesak dan keadaan darurat.Sebagaimana telah disebutkan di atas,


termasuk dalam larangan ialah memindahkan kuburan, kecuali ada hal yang memaksa untuk
pemindahan itu. Di dalam hal ini terdapat dua kategori.a. Terhadap kuburan pribadi, maka
disyaratkan harus diperoleh "kebutuhan yang mendesak" yang menyebabkan pembongkaran
dilakukan.
Di dalam hadist Jabir yang diriwayatkan oleh Abu Daud dan juga oleh Imam Bukhari di atas,
disebutkan perkataan "hajah", yang maksudnya adalah hajat, kebutuhan yang mendesak yang
menyebabkan pembongkaran itu dilakukan. Baik kebutuhan itu datangnya dari pihak
keluarga jenazah yang bersangkutan, ataukah dari penguasa atau badan hukum yang
memerlukannya, seperti untuk pemeriksaan mayat atau jenazah dalam soal visum untuk
penelitian laboratorium kriminal, dan sebagainya.Misalnya, pernah terjadi di zaman Nabi,
bahwa seorang sahabat yang menggali dan menimbuni kuburan telah kehilangan gigi
palsunya yang menyebabkan dia susah makan atau lainnya, maka diizinkan baginya menggali
kembali sampai giginya itu diperoleh lagi.

Begitu juga jenazah Sayidina Ali bin Thalib yang meninggal dunia dan dikubur di Kaufah,
dipindah oleh putranya, Sayidina Hasan atas nama pemerintah ke kota Madinah.

Keterangan Imam Malik dalam bukunya "AL Muwattha", kuburan Sa'ad bin Abi Waqqash
dan Sa'ied bin Zaid yang pada mulanya di Al 'Aqieq telah digali dan dibongkar lalu
dipindahkan ke kota Madinah.Terhadap pembongkaran kuburan umum yang dinamakan
dalam bahasa Arab "maqbarah" (tanah tempat kuburan umum) diperlukan syarat yang lebih
berat, yaitu "keadaan darurat" (keadaan yang sangat memaksa). Hanyalah dalam keadaan
yang sangat memaksa, dengan arti bahwa kalau tidak dilakukan pembongkaran dan
pemindahan akan terjadi suatu hal yang berbahaya atau bencana bagi masyarakat sekitar,
barulah dapat dilakukan pemindahan.

Keadaan darurat apakah yang demikan memaksanya?Apakah sesuatu keadaan darurat yang
kita hadapi sekarang sehingga kita harus menempuh jalan yang demikian? Bahaya apakah
yang akan timbul, kalau kehormatan kepada jenazah yang terkubur dan tanah-tanah kuburan
yang telah menjadi tanah pekuburan umum itu harus dibongkar paksa atau dirusak
kehormatannya?Menurut pandangan kami, memelihara tanah pekuburan yang sudah ada dan
menghiasinya dengan secara baik dan terawat rapi, tidak akan mengurangi keindahan kota,
dan tidak pula mengurangi kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan suatu kota yang modern
sekalipun.Suatu ibukota negara misalnya seperti kota Damaskus yang menjadi ibukota Syiria,
tidak merasa perlu membongkar pekuburan umum yang di dalamnya terdapat makam Bilal
bin Robah yang menjadi muadzin di zaman Nabi, yang sekarang suah menjadi "maqbarah"
tempat pekuburan umum. Dari uraian-uraian di atas, dapatlah disimpulkan bahwa menurut
hukum Islam, pembongkaran dan pemindahan kompleks pemakaman (makam, maqbarah,
TPU), hanyalah diperkenankan dalam keadaan darurat, terpaksa bila mengancam
keselamatan masyarakat umum atau penduduk sekitar. Artinya, kalau tidak demikian
memaksa untuk memindahkan pemakaman, sebaiknya jangan dilakukan karena haram
hukumnya, dan bagi yang melanggar akan berdosa besar! Jangan karena iming-iming tender
besar dari investor asing, maka penguasa suatu daerah dengan entengnya mengiyakan untuk
menyetujui pembongkaran atau relokasi makam hanya untuk mendirikan plasa atau pusat
perbelanjaan dan perumahan mewah di atasnya. Sungguh yang demikian itu perbuatan keji
dan munkar!

Barakallahu li walakum fil quranil azim …wanafa’ani waiyyakum bima fiihi


minal ayat wazzikril hakim…wataqabbala minni waminkum tilawatahu innahu
huwassami’ul alim…
Aqulu qawli haza waastagfirullahali walakum walisairil muslimin walmuslimat
fastagfiruuh faya fauzal mustagfirin waya naja tattaibiiiin….

You might also like