Professional Documents
Culture Documents
I. LATAR BELAKANG
Proposal tesis ini dilatarbelakangi keinginan pribadi dengan kompetensi
yang ada untuk memberikan sumbangan, perhatian maupun masukan bagi
penataan berikut pengembangan kawasan tepian laut kota Manado. Penulisan
ini berawal dari isu social interactive yang telah tercipta sebagai
budaya masyarakat kota di seluruh belahan dunia. Implikasi interaksi
sosial ini menghasilkan ruang yang disebut Ruang Sosial (Social Space)
yang secara fungsi menjadi salah satu konsep penguatan karakter kota,
Social structure as embodied in traditions and social rules have a
dialectical relationship with human action, teori Structuration Giddens,
A (1984). Melihat eksisting yang ada, perwujudan ruang sosial belum
maksimal terlebih yang hadir pada fasilitas publik maupun yang
terintegrasi langsung ke dalam ruang terbuka kota. Seperti ruang sosial
yang diinginkan, belum terwadahi secara komprehensif dilihat dari empat
sisi, yakni : 1.Waktu (tidak menentunya kapan orang untuk bersosialisasi
dengan baik), 2.Tempat (place yang merupakan wadah, belum tersedia
secara logic) dan 3. Siapa (semua orang dalam sistem perkotaan berhak
untuk menikmati ruang sekaligus bersosialisasi).
Hal negatif di atas menjadi lebih kuat, terlihat melalui eksisting
kawasan pantai Manado (Boulevard/ Jln. Piere Tendean). Penghadiran
single function, pusat-pusat bisnis dan hiburan. Imbas dari hal ini,
kawasan tepian air ini menghasilkan permasalahan yakni ‚mengecilkan‛
pengalaman terhadap kota bahkan kawasan tepian airnya, sehingga
menciptakan paradigma ‚monotony activity‛ akibat tidak adanya variasi
dari fasilitas yang dihadirkan terlebih ketika bernaung dalam konteks
waterfront city.
Substansi pembahasan tesis ini untuk meletakkan dasar perancangan
kawasan tepian yang air dengan pendekatan Social Space yang terintegrasi
dalam ruang terbuka maupun bangunan.
I.1 Pentingnya Social Space dalam sebuah tatanan perkotaan dalam
konteks Waterfront City
Kota tepian laut memiliki sensasi dan keunggulan tersendiri, fenomena
ini terindikasi dari alam, budaya maupun aktifitas yang terjadi. Potensi
tersebut terkonversi sebagai aset pariwisata dalam konteks Manado
waterfront city yang perlu diwadahi dalam fasilitas publik kota. Hal ini
menjadi penting, dimana fasilitas publik tersebut terintegrasi ke dalam
sebuah ruang terbuka kota yang secara implisit merupakan ruang untuk
gathering culture sekaligus merupakan fasilitas yang baru dalam konteks
Manado waterfront city sehingga memberikan pengaruh positif bagi urban
quality of life (the environment within which we live may be described
in many different ways, Campbell et al, 1976, 267). Dilain pihak, secara
arsitektural perkotaan, social space ini diyakini mampu menciptakan
variasi dan landscaping perkotaan yang menarik didukung geografi dan
topografi kota Manado yang berbukit, datar dan kemudian berakhir di
laut.
Hal ini juga menjadi sesuatu yang penting karena didukung isu penyebaran
konsentrasi bidang-bidang pemerintahan dimana kota Manado akan dijadikan
pusat Bahari Indonesia dengan kementeriannya dalam rangka isu pemindahan
ibukota negara. Oleh Sebab itu, untuk mengantisipasi pelayanan per
zoning tersebut maka tujuan pernyataan ini dirasakan tepat untuk
mendukung Manado dalam konteks waterfront city sekaligus sebagai pusat
kelautan Indonesia.
4. Waterfront Development
a. Romein, A Leisure in Waterfront Redevelopment : an Issue of Urban
planning in Rotterdam, Delft University of Technology
Paper ini membahas bagaimana strategi menghidupkan ‘Urban
Waterfront’ menjadi landasan pertumbuhan ekonomi yang dinamis
dengan melibatkan berbagai parameter perkotaan, seperti hunian &
fasilitas yang menarik.
b. Bradbury, M The Sustainable Waterfront, Unitec New Zealand
Penulisan ini membahas bagaimana model pengembangan waterfront yang
berkelanjutan bisa dibangun, dimana pembangunan waterfront
merupakan salah satu produk utama dari revitalisasi urban dengan
konteks kontemporer.
c. Butuner, B (2006) Waterfront Revitalization as a Challenging Urban
nd
Issue in Istanbul, 42 ISOCARP 2006
Artikel ini membahas pentingnya untuk memahami perubahan struktur
‘urban waterfront’ dan integrasi mereka terhadap struktur
perkotaan.
II. TOPIK
II.1 Pemahaman Topik
Pada dasarnya, Gathering culture sangat melekat dalam kehidupan warga
setiap kota, demikian dengan Manado dan sudah menjadi ciri khas kota
ini. Tanpa disadari interaksinya telah termanifestasi melalui lapisan
masyarakat yang merepresentasikannya diberbagai tempat, baik dalam
ruangan maupun di ruang terbuka. Secara nyata potensi budaya ini bisa
menjadi market bagi perekonomian kota.
Seiring dengan itu, eksplorasi budaya ini mampu direspon ketika penataan
kawasan tepian pantai kota Manado digulirkan, yang telah berubah
fungsinya menjadi pusat-pusat bisnis dan hiburan. Ekspansi pengembangan
kota yang cenderung mengarah ke kawasan ini disebabkan perluasan wilayah
yang tidak memungkinkan kearah daratan, hal tersebut dibatasi dengan
aturan otonomi administrasi daerah lain (Kabupaten Minahasa dan
Kabupaten Minahasa Utara). Keterbatasan ini diterjemahkan sebagai
potensi untuk meningkatkan kualitas urban selain faktor ruang sosial
yang secara imajiner menjadi sebuah kebutuhan dalam proses menyalurkan
perasaan maupun psikologi kepada sesama. Selanjutnya secara eksisting,
aplikasi budaya ini terdeteksi pada kawasan boulevard yang mengokupansi
di berbagai titik, prospek ini menjadi peluang pengembangan dalam
pengembangan kawasan.
Secara lebih luas terkait konsep perkotaan, kawasan tepian air (water
edge) juga dikenal sebagai front yard (pintu gerbang) kota yang bisa
diasosiasikan sebagai pendekatan untuk menghadirkan sarana maupun
fasilitas publik yang layak dan wajar merespon kegiatan berkumpul yang
kemudian dimaksimalkan dengan pemikiran konsep urban yang tepat. Konsep
urban ini antara lain untuk mewadahi paradigma budaya berkumpulnya warga
sekaligus akses keluar masuknya investasi dan perubahan global.
III.METODOLOGI
Berdasarkan pemaparan topik diatas maka metodologi penelitian yang
diberlakukan untuk menghasilkan sebuah fasilitas publik, dengan
parameter analisa yang layak dan variatif. Variable analisa mencakup
analisa dan karakter Urban design , Environment impact & Spatial as
feasibility architectural form based on Social Space approach.
Diagram 1
Diagram 2
Journal
Situs
1. www.online.sagepub.com
2. www.Baltimore.org
3. www.worldarchitecturenews.com
4. www.e-architect.co.uk/italy/regium_waterfront.htm
5. www.archrecord.construction.com/news/daily/archives/080312koolhaas.a
sp
6. www.nytimes.com/2008/03/03/arts/design