You are on page 1of 15

BAB I

FISIOLOGI PENGUNYAHAN PENELANAN

Pengunyahan

Pergerakan yang terkontrol dari mandibula dipergunakan dalam mengigit,

mengunyah, dan menelan makanan dan cairan, serta dalam berbicara. Aktivitas yang

terintegrasi dari otot rahang dalam merespon aktivitas dari neuron eferen pada saraf motorik

di pergerakan mandibular yang mengontrol hubungan antara gigi rahang atas dan bawah.

Pergerakan rahang adalah suatu pergerakan yang terintegrasi dari lidah dan otot lain yang

mengontrol area perioral, faring, dan laring. Pergerakan otot rahang, terhubung pada midline.

Pengontrolan otot rahang bukan secara resiprokal seperti pergerakan limbik, tapi terorganisir

secara bilateral. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pembukaan dan penutupan rahang selama

penguyahan yang secara relatif merupakan pergerakan sederhana dengan pengaturan pada

limbik sebagai penggerak. Bagaimanapun, pergerakan dalam mastikasi adalah suatu yang

kompleks dan tidak hanya berupa mekanisme pergerakan menggerinda simple yang mana

merupakan pengurangan ukuran makanan. Selama mastikasi, makanan dikurangi ukurannya

dan dicampur dengan saliva sebagai tahap awal dari proses digesti.

1. Pergerakan Pengunyahan

Pemahaman mengenai pola pergerakan rahang telah menjadi topik yang menarik

dalam hal klinis di kedokteran gigi, terutama dalam bidang orthodonti dan prostodonti. Salah

satu tujuan memperbaiki bentuk oklusal adalah untuk memastikan kontak gigi terintegrasi

dengan pola pergerakan rahang. Oleh karena itu, beberapa penelitian dimaksudkan untuk

menjelaskan bagian mandibula selama pengunyahan dan untuk mengidentifikasikan posisi

mandibula setelahnya. Dokter gigi mencari posisi stabil mandibula untuk menfasilitasi

1
penelitian tentang rahang pada alat yang bernama simulator atau artikulator.Seluruh otot

rahang bekerja bersamaan menutup mulut dengan kekuatan di gigi incidor sebesar 55 pounds

dan gigi molar sebesar 200 pounds. Gigi dirancang untuk mengunyah, gigi anterior (incisors)

berperan untuk memotong dan gigi posterior ( molar ) berperan untuk menggiling makanan.

Sebagian besar otot mastikasi diinervasi oleh cabang nerevus cranial ke lima dan

proses pengunyahan dikontrol saraf di batang otak. Stimulasi dari area spesifik retikular di

batang otak pusat rasa akan menyebabkan pergerakan pengunyahan secara ritmik, juga

stimulasi area di hipotalamus, amyglada dan di korteks cerebral dekat dengan area dengan

area sensori untuk pengecapan dan penciuman dapat menyebabkan pengunyahan.

Kebanyakan proses mengunyah dikarenakan oleh refleks mengunyah,yang dapat dijelaskan

sebagai berikut :

1. Kehadiran bolus dari makanan di mulut pertama kali menginsiasi refleks

penghambat dari otot mastikasi yang membuat rahang bawah turun.

2. Penurunan rahang ini selanjutnya menginisiasi reflaks melonggarkan otot rahang

memimpin untuk mengembalikan kontraksi.

3. Secara otomatis mengangkat rahang untuk menutup gigi, tetapi juga menekan bolus

lagi, melawan lining mulut, yang menghambat otot rahang sekali lagi, membuat rahang turun

dan mengganjal (rebound) di lain waktu. Hal ini berulang terus menerus.

4. Pengunyahan merupakan hal yang penting untuk mencerna semua makanan,

khususnya untuk kebanyakan buah dan sayuran berserat karena mereka memiliki membrane

selulosa yang tidak tercerna di sekeliling porsi nutrisi mereka yang harus dihancurkan

sebelum makanan dapat dicerna.

2
Pengunyahan juga membantu proses pencernaan makanan dengan alasan sebagai

berikut:

a. Enzim pencernaan bekerja hanya di permukaan partikel makanan, sehingga tingkat

pencernaan bergantung pada area permukaan keseluruhan yang dibongkar oleh sekresi

pencernaan.

b. Penghalusan makanan dalam konsistensi yang baik mencegah penolakan dari

gastrointestinal tract dan meningkatkan kemudahan untuk mengosongkan makanan dari

lambung ke usus kecil, kemudian berturut-turut ke dalam semua segmen usus.

2. Pergerakan

Selama pengunyahan rahang akan bergerak berirama, membuka dan menutup.

Tingkat dan pola pergerakan rahang dan aktivitas otot rahang telah diteliti pada hewan dan

juga manusia. Pola pergerakan rahang pada beberapa hewan berbeda tergantung jenisnya.

Pengulangan pergerakan pengunyahan berisikan jumlah kunyahan dan penelanan. Selama

mastikasi karakteristik pengunyahan seseorang sangat bergantung pada tingkatan

penghancuran makanan. Urutan kunyah dapat dibagi menjadi tiga periode.

Pada tahap awal, makanan ditransportasikan ke bagian posterior gigi dimana ini

merupakan penghancuran dalam periode reduksi. Selanjutnya bolus akan dibentuk selama

final periode yaitu sebelum penelanan. Pergerakan rahang pada ketiga periode ini dapat

berbeda tergantung pada bentuk makanan dan spesiesnya. Selama periode reduksi terdapat

fase opening, fast-opening dan slow- opening. Pada periode sebelum penelanan terdapat tiga

fase selama rahang membuka dan dua fase selama rahang menutup.

Selama penelanan lidah memainkan peran yang penting di dalam mengontrol

pergerakan makanan dan pembentukan menjadi bolus. Untuk makanan yang dihancurkan,

3
diposisikan oleh lidah pada konjugasi dengan otot buccinators pada pipi diantara oklusal

permukaan gigi. Makanan yang padat dan cair ditransportasikan di dalam rongga mulut oleh

lidah. Selama fase slow-opening pada pengunyahan, lidah bergerak ke depan dan memperluas

permukaan makanan. Tulang hyoid dan badan lidah kembali tertarik selama fase fast-

opening dan fase-closing, membuat gelombang yang dapat memindahkan makanan ke bagian

posterior pada rongga mulut. Ketika makanan sudah mencapai bagian posterior rongga mulut,

akan berpindah ke belakang di bawah soft palate oleh aksi menekan dari lidah. Lidah amat

penting dalam pengumpulan dan penyortiran makanan yang bias ditelan, sementara

mengembalikan lagi makanan yang masih dalam potongan besar ke bagian oklusal untuk

pereduksian lebih lanjut. Sedikit yang mengetahui mengenai mekanisme mendasar mengenai

pengontrolan lidah selama terjadinya aktivitas ini.

I.1.2 Aktivitas Otot

Kontraksi otot yang mengontrol rahang selama proses mastikasi terdiri dari aktivitas

polaasynchronous dengan variabilitas yang luas pada waktu permulaan, waktu puncak,

tingkat dimana mencapai puncak, dan tingkat penurunan aktivitas. Pola aktivitas ditentukan

oleh factor-faktor seperti spesies, tipe makanan, tingkat penghancuran makanan, dan faktor

individu. Otot penutupan biasanya tidak aktif selama rahang terbuka, ketika otot pembuka

rahang sangat aktif. Aktivitas pada penutupan rahang dimulai pada awal rahang menutup.

Aktivitas dari otot penutup rahang meningkat secara lambat seiring dengan bertemunya

makanan di antara gigi. Otot penutupan pada sebelah sisi dimana makanan akan dihancurkan,

lebih aktif daripada otot penutupan rahang kontralateral.

I.2 Struktur batang otak dalam kontrol mastikasi

Pergerakan-pergerakan yang terlibat dalam mastikasi membutuhkan gabungan

aktivitas beberapa otot, yaitu trigeminal, hypoglossal, fasial, dan nuclei motorik lain yang

4
memungkinkan dari batang otak. Struktur batang otak lain seperti formasi reticular juga

terlibat.

I.2.1 Nukleus Trigeminal Sensorik

Nukleus trigeminal sensorik merupakan kolom neuron yang berada di sepanjang batas

lateral batang otak, dari pons sampai spinal cord. Porsi rostral paling banyak dari nucleus ini

disebut nucleus sensorik principal (kadang lebih sering sering disebut nucleus sensorik

utama) dan sisanya adalah nucleus spinal trigeminal. Nukleus spinal dibagi lagi dari rostral ke

kaudal menjadi subnukleus oralis, interpolaris, dan kaudalis.

Inervasi perifer dari kolom sel ini muncul dari nervus trigeminus. Cabang utama akan

bercabang menjadi limb ascending dan descending, atau secara sederhana turun memasuki

batang otak untuk membentuk traktus trigeminal menutupi sekeliling aspek lateral dari

nucleus sensori utama, sementara secara kaudal limb descending membentuk traktus spinal

trigeminal di sepanjang aspek lateral nucleus spinal. Cabang akson kolateral meninggalkan

traktus trigeminal dan memasuki nucleus sensori untuk membentuk sumbu terminal pada

beberapa nucleus dengan tingkat yang berbeda. Akson yang menginervasi rostral mulut dan

wajah berakhir di medial dan akson yang menyuplai wajah kaudal berakhir lebih lateral.

Nukleus terdiri dari kelas-kelas neuron yang berbeda. Sirkuit neuron local mempunyai

akson yang dibatasi area batang otak; proyeksi neuron akan mengirimkan akson ke rostral

nuclei batang otak yang lain; dan interneuron termasuk ke interkoneksi dalam nucleus

sensorik. Berdasarkan pada perbedaan morfologi neuron dan pola proyeksi, subnukleus oralis

terdiri dari 3 subdivisi utama: ventrolateral, dorsomedial, dan garis batas. Divisi ventrolateral

terdiri dari interneuron dan 2 populasi neuron proyeksi (satu yang memproyeksi spinal cord,

dan satu lagi yang mengirimkan akson ke tanduk dorsal medular). Di dalam subdivisi

5
dorsomedial, terdapat seri neuron proyeksi korteks cerebral. Sedangkan grup neuron pada

garis batas memproyeksi cerebellum dan tanduk dorsal medullar.

Nukleus sensori utama berada pada tingkat nucleus trigeminal motorik, dan dikelilingi

oleh akar trigeminal motorik di medial, serta oleh akar trigeminal sensorik di lateral. Nukleus

sensori utama dapat dibedakan dengan nukleus spinal dari kepadatan neuronnya yang lebih

rendah, dan rendahnya populasi neuron besar dengan dendrit primer yang tebal, panjang, dan

lurus. Perbedaan lain antara nucleus spinal dan nucleus utama adalah adanya sejumlah

gelondong akson bermyelin pada nucleus spinal. Pemeriksaan dengan mikroskop cahaya dan

electron menunjukkan adanya neuron berbentuk fusiform, triangular, dan multipolar pada

nucleus sensori utama. Pada cabang dendritnya pun relative sederhana. Dendrit primer

berasal dari sedikit perpanjangan badan sel atau secara langsung dari badan sel. Dendrit

sekunder lebih panjang, tapi terlihat tidak melebihi batas nucleus.

I.2.2 Nukleus Trigeminal Mesencefalic

Badan sel dari serabut aferen yang menginervasi gelondong otot penutup rahang dan

badan sel dari ligament periodontal, gingival, dan mekanoreseptor palatal berlokasi di dalam

nucleus mesencefalic. Penyusunannya unik di dalam sistem saraf pusat. Nukleus neuron

mesencefalic berupa unipolar; akson tunggal yang bercabang 2 menjadi cabang perifer dan

sentral. Cabang sentral mengeluarkan sejumlah cabang kolateral yang berakhir di nucleus

motorik, spinal cord, dan area lain dari batang otak. Badan sel neuron yang menginervasi

gelondong otot, ditemukan di sepanjang nucleus, dan badan sel yang berasal dari reseptor

ligament periodontal dibatasi setengah kaudalnya.

6
I.2.3 Nukleus Tigeminal Motorik

Motoneuron yang mengatur otot-otot mastikasi terdapat pada nucleus trigeminal

motorik. Analisis distribusi ukuran soma motoneuron menandakan bahwa nucleus trigeminal

motorik terdiri dari motoneuron gamma dan alfa. Sejumlah studi pembuktian neural

mendemostrasikan bahwa motoneuron gamma yang menginervasi otot-otot mastikasi

dipisahkan secara anatomi di dalam nucleus; Motoneuron penutup rahang berlokasi di

dorsolateral, sedangkan motoneuron pembuka rahang berlokasi di divisi ventromedial

nucleus. Pengamatan intraselular dan ekstraselular terhadap motoneuron mastikasi

menunjukkan bahwa input sinaps untuk motoneuron pembuka dan penutup rahang berbeda.

Contohnya adalah aktivitas yang memulai gelondong otot untuk menutup rahang tidak

mempengaruhi motoneuron pembuka rahang, tapi aktivitas neural yang memulai

mekanoreseptor pada regio oral dan fasial akan menghambat otot penutup rahang dan

meningkatkan aktivitas otot pembuka rahang.

Dendrit dari motoneuron trigeminal ekstensif dan kompleks. Dendrit dari semua grup

motoneuron yang berbeda, memperpanjang di luar batas nucleus motorik, tapi di sini terdapat

sedikit tumpang tindih antara dendrite motoneuron di region dorsolateral dan ventromedial

nucleus motorik. Teknik ini menghasilkan gambaran yang lebih rinci dari struktur mikro

nucleus trigeminal motorik, dan penting untuk memahami mekanisme reflek mastikasi.

I.2.4 Nukleus Hipoglosal Motorik

Nukleus hipoglosal motorik yang mengatur otot lidah lebih homogen daripada

nucleus trigeminal motorik. Ia terbentuk dari motoneuron yang besar dan multipolar dan

sebuah populasi dari interneuron-interneuron kecil. Dendrit-dendrit motoneuron besar

melintasi garis tengah ke nucleus hipoglosal kontralateral atau berseberangan dalam formasi

7
reticular. Interneuron-interneuron kecil memiliki hanya satu atau dua dendrite yang terdiri

oleh nucleus secara total.

I.2.5 Nukleus Fasial Motorik

Nukleus fasial motorik terdiri atas tiga kolom longitudinal motoneuron. Kolom-kolom

medial dan lateral yang lebih besar terpisah oleh kolom intermediet yang lebih kecil. Studi

pembuktan neural menunjukkan bahwa otot fasial direpresentasikan secara topografi di dalam

nucleus. Otot yang mengontrol bibir atas dan nares mempunyai motoneuron sendiri pada

bagian ventral dan dorsal kolom sel lateral. Otot bibir bawah disuplai oleh motoneuron pada

kolom sel intermediet. Otot- otot yang berhubungan dengan telinga dikontrol oleh

motoneuron pada kolom sel medial. Terdapat perbedaan utama pada pola dendrit antara

motoneuron di 3 kolom sel. Dendrit pada motoneuron fasial secara luas berada di subdivisi

yang sama yang mengandung soma, tapi terkadang meluas di luar batas nucleus fasial

motorik.

I.2.6 Kontrol Mastikasi

Nuclei sensori dan motorik yang terdapat pada brain stem memiliki peranan yang

yang sangat penting dalam proses pengontrolan mastikasi. Pola dasaroscillatory pergerakan

mastikasi berawal dari generator neural yang terdapat di brain stem. Input sensori afferent

yang terjadi pada nuclei ini juga merupakan faktor yang tak kalah pentingnya dalam

pembentukan proses mastikasi. Dan faktor yang berpengaruh besar lagi adalah pusat otak

akan mempengaruhi system koordinasi brain stem mastikatori. Setelah sekian banyak

penelitian dilakukan, tiga hal inilah yang merupakan faktor utama yang berpengaruh besar

terhadap pengontrolan proses mastikasi.

8
I.3 Aktivitas brain stem selama mastikasi

Gerakan dasar mastikasi dapat terjadi tanpa adanya input sensori dalam kavitas oral,

fakta menunjukkan bahwa gerakan mandibula ke atas dan bawah berasal dari dalam brain

stem. Hasil percobaan juga membuktikan bahwa faktor-faktor pemicu gerakan mastikasi

adalah adanya hubungan dari sirkuit neural yang membentuk jaringan neural oscillatory yang

mampu merangsang terjadinya pola gerakan mastikasi. Neural oscillator ini disebut sebagai

generator pola mastikasi atau pusat mastikasi. Selain mastikasi, brain stem juga bertanggung

jawab dalam proses respiratori dan proses penelanan. Selain adanya neural

generator,mastikasi juga terjadi karena aktivitas gerak reflex otot yang diinisiasi oleh

stimulasi dari strukur orofacial.

Gerak refleks yang timbul dari area orofacial bermacam-macam, termasuk juga gerak

lidah, facial, dan berbagai gerak rahang. Dalam gerak refleks orofacial ini terdapat sekurang-

kurangnya satu motor nucleus dan beberapa sinaps, dan prosesnya termasuk sederhana bila

dibandingkan dengan refleks-refleks lain yang lebih kompleks (sebagai contohnya proses

penelanan).

Gerak refleks orofacial yang paling sering diteliti adalah gerak refleks padajaw-

closing dan refleksjaw-jerk, yang dapat terjadi dengan mengetuk ujung dagu. Saat mengetuk

ujung dagu ini, muscle spindle pada otot-ototjaw- closing tertarik dan menhasilkan input

sensori yang akan menginisiasi gerak refleks. Setelah waktu yang singkat (sekitar 6 detik)

electromyography (EMG) menunjukkan adanya aktivitas yang terjadi pada otot masseter dan

temporalis. EMG juga menunjukkan output berupa gerak motorik pada otot yang akan

menutup rahang. Karena waktu terjadinya yang sangat singkat, gerak refleks ini sama dengan

gerak knee-jerk refleks dimana hanya satu sinaps yang bekerja (refleks monosynaptic). Input

refleksjaw- closing selain muscle spindle adalah stimulasi ligament periodontal, TMJ, dll

9
dapat menimbulkan refleksjaw-closing dalam waktu singkat. Hal ini dibuktikan dengan

percobaan anestesi yang diaplikasikan pada gigi dan rahang bawah menurunkan input tapi

tidak menghentikan refleks.

Proses jaw-opening diinisiasi oleh stimuli mekanik dari ligament periodontal dan

mekanoreseptor pada mukosa. Stimuli ini menghasilkan eksitasi ototjaw- opening dan

inhibisi pada otot jaw-closing. Proses ini tidak termasuk refleks monosynaptic dan sekurang-

kurangnya satu interneuron bekerja.

Proses mastikasi diinisiasi oleh stimuli elektrik dari cortex yang menyokong otot jaw-

closing dan jaw-opening. Begitu kompleks proses terjadinya gerak mastikasi, pada intinya

ritme mastikasi dihasilkan dari generator pada brain stem yang diaktivasi oleh pusat dibantu

dengan input peripheral yang pada akhirnya menghasilkan output ritmikal dengan frekuensi

yang sesuai dengan input yang terjadi.

Aktivitas motoneuron trigeminal saat proses pengunyahan diteliti menggunakan

aktivitas itrasel dari motoneuron α yang mengontrol otot masseter (jaw-closing) dan

digastrics (jaw-opening). Motoneuron masseter depolarisasi saat faseclosing dan

hiperpolarisasi (inhibisi) saat faseopening. Motoneuron digastrics depolarisasi saatopening,

akan tetapi tidak hiperpolarisasi saatclosin g.

Penelanan

Menurut kamus deglutasi atau deglutition diterjemahkan sebagai proses memasukkan

makanan kedalam tubuh melalui mulut “the process of taking food into the body through the

mouth”.

Proses menelan merupakan suatu proses yang kompleks, yang memerlukan setiap

organ yang berperan harus bekerja secara terintegrasi dan berkesinambungan. Dalam proses

10
menelany ini diperlukan kerjasama yang baik dari 6 syaraf cranial, 4 syaraf servikal dan lebih

dari 30 pasang otot menelan.

Pada proses menelan terjadi pemindahan bolus makanan dari rongga mulut ke dalam

lambung. Secara klinis terjadinya gangguan pada deglutasi disebut disfagia yaitu terjadi

kegagalan memindahkan bolus makanan dari rongga mulut sampai ke lambung.

II.1 Neurofisiologi menelan

Proses menelan dapat dibagi menjadi 3 fase yaitu fase oral, fase faringeal dan fase

esophageal.

II.1.1 Fase oral

Pada fase oral ini akan terjadi proses pembentukan bolus makanan yang dilaksanakan

oleh gigi geligi, lidah, palatum mole, otot-otot pipi dan saliva untuk menggiling dan

membentuk bolus dengan konsistensi dan ukuran yang siap untuk ditelan. Proses ini

berlangsung secara disadari. Proses ini bertahan kira-kira 0.5 detik

Pada fase oral ini perpindahan bolus dari rongga mulut ke faring segera terjadi,

setelah otot-otot bibir dan pipi berkontraksi meletekkan bolus diatas lidah. Otot intrinsik lidah

berkontraksi menyebabkan lidah terangkat mulai dari bagian anterior ke posterior. Bagian

anterior lidah menekan palatum durum sehingga bolus terdorong ke faring.

Bolus menyentuh bagian arkus faring anterior, uvula dan dinding posterior faring

sehingga menimbulkan refleks faring. Arkus faring terangkat ke atas akibat kontraksi m.

palato faringeus (n. IX, n.X dan n.XII)

11
II.1.2 Fase Faringeal

Fase ini dimulai ketika bolus makanan menyentuh arkus faring anterior (arkus

palatoglosus) dan refleks menelan segera timbul. Pada fase faringeal ini terjadi :

1. m. Tensor veli palatini (n.V) dan m. Levator veli palatini (n.IX, n.X dan n.XI)

berkontraksi menyebabkan palatum mole terangkat, kemudian uvula tertarik keatas

dan ke posterior sehingga menutup daerah nasofaring.

2. m.genioglosus (n.XII, servikal 1), m ariepiglotika (n.IX,nX) m.krikoaritenoid lateralis

(n.IX,n.X) berkontraksi menyebabkan aduksi pita suara sehingga laring tertutup.

3. Laring dan tulang hioid terangkat keatas ke arah dasar lidah karena kontraksi

m.stilohioid, (n.VII), m. Geniohioid, m.tirohioid (n.XII dan n.servikal I).

4. Kontraksi m.konstriktor faring superior (n.IX, n.X, n.XI), m. Konstriktor faring

inermedius (n.IX, n.X, n.XI) dan m.konstriktor faring inferior (n.X, n.XI)

menyebabkan faring tertekan kebawah yang diikuti oleh relaksasi m. Kriko faring

(n.X)

5. Pergerakan laring ke atas dan ke depan, relaksasi dari introitus esofagus dan dorongan

otot-otot faring ke inferior menyebabkan bolus makanan turun ke bawah dan masuk

ke dalam servikal esofagus. Proses ini hanya berlangsung sekitar satu detik untuk

menelan cairan dan lebih lama bila menelan makanan padat.

Peranan saraf kranial pada fase faringeal

Pada fase faringeal ini saraf yang bekerja saraf karanial n.V.2, n.V.3 dan n.X sebagai

serabut afferen dan n.V, n.VII, n.IX, n.X, n.XI dan n.XII sebagai serabut efferen.

12
Bolus dengan viskositas yang tinggi akan memperlambat fase faringeal,

meningkatkan waktu gelombang peristaltik dan memperpanjang waktu pembukaan sfingter

esofagus bagian atas.

Bertambahnya volume bolus menyebabkan lebih cepatnya waktu pergerakan pangkal

lidah, pergerakan palatum mole dan pergerakan laring serta pembukaan sfingter esofagus

bagian atas. Waktu Pharyngeal transit juga bertambah sesuai dengan umur.

Kecepatan gelombang peristaltik faring rata-rata 12 cm/detik. Mc.Connel dalam

penelitiannya melihat adanya 2 sistem pompa yang bekerja yaitu :

1. Oropharyngeal propulsion pomp (OOP) adalah tekanan yang ditimbulkan tenaga

lidah 2/3 depan yang mendorong bolus ke orofaring yang disertai tenaga kontraksi

dari m.konstriktor faring.

2. Hypopharyngeal suction pomp (HSP) adalah merupakan tekanan negatif akibat

terangkatnya laring ke atas menjauhi dinding posterior faring, sehingga bolus terisap

ke arah sfingter esofagus bagian atas. Sfingter esofagus bagian atas dibentuk oleh

m.konstriktor faring inferior, m.krikofaring dan serabut otot longitudinal esofagus

bagian superior.

II.1.3 Fase Esofageal

Pada fase esofageal proses menelan berlangsung tanpa disadari. Bolus makanan turun lebih

lambat dari fase faringeal yaitu 3-4 cm/ detik. Fase ini terdiri dari beberapa tahapan :

1. Dimulai dengan terjadinya relaksasi m.kriko faring. Gelombang peristaltik primer

terjadi akibat kontraksi otot longitudinal dan otot sirkuler dinding esofagus bagian

proksimal. Gelombang peristaltik pertama ini akan diikuti oleh gelombang peristaltik

kedua yang merupakan respons akibat regangan dinding esofagus.

13
2. Gerakan peristaltik tengah esofagus dipengaruhi oleh serabut saraf pleksus

mienterikus yang terletak diantara otot longitudinal dan otot sirkuler dinding esofagus

dan gelombang ini bergerak seterusnya secara teratur menuju ke distal esofagus.

Cairan biasanya turun akibat gaya berat dan makanan padat turun karena gerak peristaltik dan

berlangsung selama 8-20 detik.Esophagal transit time bertambah pada lansia akibat dari

berkurangnya tonus otot- otot rongga mulut untuk merangsang gelombang peristaltik primer.

II.1.4 Peranan sistem saraf dalam proses menelan

Proses menelan diatur oleh sistem saraf yang dibagi dalam 3 tahap :

1. Tahap afferen/sensoris dimana begitu ada makanan masuk ke dalam orofaring

langsung akan berespons dan menyampaikan perintah.

2. Perintah diterima oleh pusat penelanan di Medula oblongata/batang otak (kedua sisi)

pada trunkus solitarius di bag. Dorsal (berfungsi utuk mengatur fungsi motorik proses

menelan) dan nukleus ambigius yg berfungsi mengatur distribusi impuls motorik ke

motor neuron otot yg berhubungan dgn proses menelan.

3. Tahap efferen/motorik yang menjalankan perintah

II.2 Gangguan deglutasi/ menelan

Secara medis gangguan pada peristiwa deglutasi disebut disfagia atau sulit menelan,

yang merupakan masalah yang sering dikeluhkan baik oleh pasien dewasa, lansia ataupun

anak-anak. Menurut catatan rata-rata manusia dalam sehari menelan sebanyak kurang lebih

2000 kali, sehingga masalah disfagia merupakan masalah yang sangat menggangu kualitas

hidup seseorang.

Disfagia merupakan gejala kegagalan memindahkan bolus makanan dari rongga

mulut sampai ke lambung. Kegagalan dapat terjadi pada kelainan neuromuskular, sumbatan

14
mekanik sepanjang saluran mulai dari rongga mulut sampai lambung serta gangguan emosi.

Disfagia dapat disertai dengan rasa nyeri yang disebut odinofagia.

Berdasarkan difinisi menurut para pakar (Mettew, Scott Brown dan Boeis) disfagia

dibagi berdasarkan letak kelainannya yaitu di rongga mulut, orofaring, esofagus atau

berdasarkan mekanismenya yaitu dapat menelan tetapi enggan, memang dapat menelan atau

tidak dapat menelan sama sekali, atau baru dapat menelan jika minum segelas air, atau

kelainannya hanya dilihat dari gangguan di esofagusnya.

15

You might also like