You are on page 1of 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mikroskop cahaya biasa, mikroskop fluorosensi dan mikroskop elektron termasuk


alat elektronik dan elektrooptik. Cara kerja dari masing-masing mikroskop tersebut
berbeda-beda sesuai jenisnya. Penting bagi kita untuk mengetahui cara kerja dari masing-
masing mikroskop agar dapat menggunakannya dengan baik.
Cairan krevikular gingival atau gingival crevicular fluid (GCF) pada manusia
dianggap sebagai transudat. Pada gingiva yang normal, cairan krevikular gingiva sangat
sedikit bahkan tidak ada. Untuk mengukur GCF terdapat berbagai metode yang telah
dicoba termasuk penggunaan paper strip serap, twisted threads (benang pilin) diletakkan
sekitar dan ke dalam sulkus, mikropipet, dan pembersihan intrakrevikular. Sebagai
seorang dokter gigi penting untuk mengetahui cara mengukur cairan krevikular gingival
untuk membantu pelaksanaan diagnosa.

1.2 Tujuan

Tujuan kami dalam membuat makalah ini adalah untuk mengetahui prinsip
penggunaan alat elektronik dan elektrooptik serta pengukuran kecepatan aliran cairan
krevikular gingival dan analisis komposisi.

1.3 Rumusan Masalah

Dalam makalah ini kami membahas mengenai cara kerja mikroskop cahaya biasa,
mikroskop fluorosensi, mikroskop elektron, dan pengukuran kecepatan aliran cairan
krevikular gingival dan analisis komposisi.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Cara kerja mikroskop cahaya biasa, mikroskop fluoresensi, mikroskop elektron.

2.1.1 Mikroskop cahaya biasa

Mikroskop standar atau bright-field

Secara rutin digunakan dalam mikrobiologi diagnostik, noda lesi diperiksa


dengan minyak imersi objektif (x100) menggunakan lensa mata 10x,
menghasilkan perbesaran x1000. Film basah diperiksa dengan objektif kering
(x40) (misalnya untuk menunjukkan motilitas bakteri). 1

Mikroskop dark ground

Spesimen diterangi miring oleh kondensor khusus sehingga sinar cahaya


tidak masuk langsung ke objek. Malahan organisme terlihat terang, sebagai sinar
terang menghantam mereka, terhadap latar belakang gelap. 1

2
Phase-contrast mikroskop

Meskipun jarang digunakan dalam diagnostik mikrobiologi, teknik ini


dapat digunakan untuk menentukan struktur detil dari mikroba tak bercat. 1

2.1.2 Mikroskop fluoresensi

Prinsip Fluoresensi4

1. Tenaga diserap oleh atom yang akan tereksitasi.


2. Elektron melompat ke tahap tenaga yang lebih tinggi.
3. Elektron kembali ke keadaan dasar, memancarkan photon (paket cahaya)
kemudian atom akan berfluoresen.

3
Persiapan spesimen

Pada mikroskop fluoresensi, apa yang harus dipelajari adalah sumber


cahaya itu sendiri. Teknik ini digunakan untuk mempelajari spesimen, yang bisa
dibuat fluoresen. Mikroskop fluoresensi didasarkan pada fenomena bahwa bahan
tertentu memancarkan tenaga yang dapat dikesan sebagai cahaya yang tampak
ketika disinari dengan cahaya dengan panjang gelombang tertentu. Sampel boleh
menjadi fluoresen dalam bentuk natural seperti klorofil dan beberapa mineral,
atau diolah dengan bahan kimia fluoresen. 4

Eksitasi sampel

Tugas dasar dari mikroskop fluoresensi adalah untuk membiarkan cahaya


yang tereksitasi menyinari spesimen dan kemudian memilah cahaya yang
memancar jauh lebih lemah untuk membentuk gambar. Pertama, mikroskop
mempunyai filter yang hanya membiarkan radiasi dengan panjang gelombang
yang sesuai dengan bahan-bahan fluoresen yang dilaluinya. Radiasi akan
bertabrakan dengan atom didalam spesimen dan elektron akan tereksitasi ke tahap
tenaga yang lebih tinggi. Ketika elektron kembali ke tahap yang lebih rendah,
cahaya akan dipancarkan. 4

Untuk menjadi terlihat, cahaya yang dipancarkan dipisahkan dari cahaya


eksitasi yang lebih terang pada penapis kedua. Di sini, cahaya yang dipancarkan
dengan tenaga yang lebih rendah dan memiliki panjang gelombang lebih panjang
akan digunakan. Kawasan fluoresen dapat diamati dalam mikroskop dan bersinar
keluar dengan latar belakang gelap dengan kontras tinggi. 4

4
Mikroskop fluoresensi adalah teknik yang berkembang pesat, baik dalam
ilmu pengobatan dan biologi. Teknik ini telah membolehkan untuk mengenal
pasti sel-sel dan bagian-bagian sel dengan tahap kekhususan yang tinggi .
Sebagai contoh, antibodi dan keadaan tertentu penyakit atau kotoran dalam bahan
anorganik bisa dipelajari dengan mikroskop fluoresensi. 4

Iluminasi cahaya yang dihantarkan (transmitted light illumination)

Pada awalnya, mikroskop fluoresensi menggunakan transmitted light


illumination. Sebuah filter utama untuk memilih panjang gelombang cahaya yang
tereksitasi ditempatkan di port cahaya pada mikroskop dan barier penapis
sekunder diposisikan di atas nosepiece mikroskop untuk menyekat cahaya eksitasi
residual dan untuk memilih panjang gelombang yang dibebaskan untuk mencapai
mata atau kamera. 5

5
Jalur optik diilustrasikan dalam Gambar 1 mewakili dua model
fluoresensi cahaya yang dihantarkan (transmitted light fluorescence) yang paling
umum. Fluoresensi Brightfield (Gambar 1 (a) mirip dengan mikroskop brightfield
standar dengan penambahan penghalang penapis (barrier filter) setelah objektif
dan dichroic excitation filter sebelum kondensor. Kondensor darkfield pada
Gambar 1 (b) adalah sangat efisien dengan kanta ganda (double lens) dan cermin
kondensor yang mengarahkan cahaya ke sampel pada sudut miring, mencegah
panjang gelombang yang tereksitasi dari terus memasuki objective. 5

2.1.3 Mikroskop electron

Mikroskop transmisi elektron (Transmission electron microscope-TEM)


adalah sebuah mikroskop elektron yang cara kerjanya mirip dengan cara kerja
proyektor slide, di mana elektron ditembuskan ke dalam obyek pengamatan dan
pengamat mengamati hasil tembusannya pada layar.6

6
Mikroskop transmisi elektron dapat melihat hingga titik dibawah 0,3 nm,
tetapi kepraktisan resolusi tersebut biasanya terbatasi oleh kerusakan spesimen
dari berkas electron dan metode yang digunakan untuk menghasilkan spesimen
tersebut. Sejarahnya, metode yang paling umum digunakan untuk menyiapkan sel
untuk mikroskop electron adalah memperbaiki specimen secara kemis,
menyimpannya dalam plastik, memotong specimen menjadi bagian yang tipis
(thin section yaitu metode persiapan untuk mendapatkan potongan tipis dari
spesimen sehingga menjadikannya semi transparan terhadap elektron), dan
pewarnaan bagian tersebut dengan logam berat. Dengan cara ini, resolusi terbatas
sekitar 3 nm, tetapi cukup untuk menjembatani jarak antara mikroskop cahaya dan
struktur molekul. 2,6

Resolusi tertinggi dicapai dengan spesimen reguler, seperti kristal protein


dua dimensi yang dengan cepat membeku dan dilihat sementara ditanam
(embedding yaitu suatu metode persiapan dengan cara menginfiltrasi jaringan
dengan resin) dalam film tipis yang menyerupai kaca (vitreous). Suatu metode
persiapan dengan menggunakan teknik pembekuan spesimen dengan cepat yang
menggunakan nitrogen cair ataupun helium cair, dimana air yang ada akan
membentuk kristal-kristal yang menyerupai kaca. Suatu bidang ilmu yang disebut
mikroskopi cryo-elektron (cryo-electron microscopy) telah dikembangkan
berdasarkan tehnik ini. 6

Dengan pengembangan dari Mikroskopi cryo-elektron dari potongan


menyerupai kaca (vitreous) atau disebut cryo-electron microscopy of vitreous
sections (CEMOVIS), maka sekarang telah dimungkinkan untuk melakukan
penelitian secara virtual terhadap specimen biologi dalam keadaan aslinya.6
Mikrograf elektron dan difraksi elektron kristal beku telah menghasilkan struktur
bacteriorhodopsin, aquaporin saluran air, dan tubulin pada resolusi 3-4 nm.
metode pengolahan gambar komputasi digunakan untuk menghitung struktur tiga
dimensi protein dalam spesimen reguler. Metode ini mirip dengan yang
digunakan untuk menghitung kepadatan elektron dari pola difraksi x-ray.2

7
Mikroskop pemindai electron (scanning electron microcope, SEM).
Mikroskop ini dapat digunakan untuk specimen yang lebih besar, seperti
keseluruhan sel jaringan yang telah difiksasi, dikeringkan dan pelaspisan dengan
film logam yang tipis. Suatu berkas elektron scan pola raster di atas permukaan
spesimen, dan elektron sekunder yang dipancarkan dari permukaan pada setiap
titik dikumpulkan dan digunakan menjadi sebuah gambar. Revolusi SEM
konvensional terbatas, tapi tetap berharga untuk mempelajari masa depan
permukaan sel dan hubungan tiga-dimensi dalam jaringan. SEM khusus yang
menggunakan energi tinggi (lapangan emisi) untuk menghasilkan berkas elektron
memiliki resolusi sangat baik, dan telah berguna untuk mempelajari substruktur
seluler, seperti pori-pori nuklir.2

2.2 Pengukuran Kecepatan Aliran Cairan Krevikular Gingiva dan Analisis Komposisi

2.2.1 Cairan Krevikular Gingiva

Dalam suatu penelitian, Brill menyatakan keberadaan GCF pada manusia


dan GCF itu dianggap sebagai transudat. Bagaimanapun, ada yang menyatakan
cairan krevikular gingiva merupakan eksudat radang, bukan transudat lanjutan.
Pada gingiva yang normal, cairan krevikular gingiva sangat sedikit bahkan tidak
ada.3

2.2.2 Metode Pengumpulan Cairan Krevikular Gingiva (GCF)

Hambatan yang paling sulit dalam pengumpulan cairan krevikular gingiva


adalah kelangkaan material yang diperoleh dari sulkus. Berbagai metode telah
dicoba termasuk penggunaan paper strip serap, twisted threads (benang pilin)
diletakkan sekitar dan ke dalam sulkus, mikropipet, dan pembersihan
intrakrevikular.3

8
Paper strip serap ditempatkan di dalam sulkus (metode intrasulkular) atau
di pintu masuknya (metode ekstrasulkular). Penempatan filter paper strip dalam
hubungannya dengan sulkus atau poket penting diperhatikan. Pada teknik Brill,
filter paper strip dimasukkan ke dalam poket sehingga merasa tertahan. Metode
ini menunjukkan tingkat iritasi pada epitelium sulkus yang memicu aliran cairan
krevikular gingiva.3

Untuk meminimalisasi iritasi, Loe and Holm-Pedersen meletakkan filter


paper strip hanya pada pintu masuk poket atau melewati pintu masuk poket. Pada
metode ini, cairan merembes keluar yang diserap paper strip, tetapi epitelium
sulkus tidak berkontak dengan paper strip.3

Sebelum menimbang benang pilin yang digunakan Weinsten. Benang


diletakkan dalam celah gingiva sekitar gigi, dan jumlah cairang yang
dikumpulkan diperkirakan dengan menimbang benang sampel.3

Penggunaan mikropipet membolehkan pengumpulan cairan oleh


kapilaritas. Tabung kapilaritas dengan panjang dan diameter standar diletakkan
dalam poket, kemudian isinya disentrifugasi dan dianalisis. 3

Pembersihan krevikular dapat digunakan untuk mempelajari cairan


krevikular gingiva dari klinis gingiva normal. Metode yang menggunakan alat
yang terdiri dari plat akrilik pada maksila dengan pinggiran lunak dan lekukan
yang mengikuti margin gingiva; ini terhubung dengan empat tabung pengumpul.
Pembersihan diperoleh dari bilasan area krevikular area satu ke area lain
menggunakan pompa peristaltik. Modifikasi metode sebelumnya menggunakan
dua jarum suntikan selama sampling, jarum yang di dalam diletakkan di bawah
sulkus, dan yang di luar diletakkan di margin gingiva. Jarum yang terkumpul
ditiriskan ke dalam tabung sampel oleh isapan terus-menerus.3

9
2.2.3 Permeabilitas Jaringan Penyambung dan Epitelium Sulkus

Penelitian awal oleh Brill dan Krasse menunjukkan zat yang dapat
berpenetrasi ke epitelium sulkus termasuk albumin, endotoksin, thymidin,
histamin, phenytoin, dan peroksidase horseradish. Zat ini ditemukan sebagai
indikasi permeabilitas zat dengan berat molekul sampai 1000 Kd.3

Squier dan Johnson mengulang mekanisme penetrasi melalui epitelium


yang utuh. Pergerakan molekul interseluler dan ion sepanjang ruang interseluler
yang muncul mejadi mekanisme yang positif. Zat yang melewati rute ini tidak
melalui membran sel.3

2.2.4 Jumlah Cairan Krevikular Gingiva

Jumlah cairan krevikular gingiva yang terdapat dalam paper strip


bervariasi. Daerah yang basah dapat terlihat dengan pewarnaan ninhydrin.3

Metode elektron telah memikirkan pengukuran cairan yang terkumpul


dalam “blotter” (Periopaper), menggunakan transduser elektronik (Priotron,
Harco Electronics, Winnipeg, Manitoba, Canada). Paper strip yang basah
mempengaruhi aliran pada arus listrik elektronik dan memberikan hasil digital.
Perbandingan metode pewarnaan ninhydrin dengan metode elektronik
menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan diantara kedua metode tersebut.3

Jumlah cairan krevikular yang terkumpul sangat sedikit. Pengukuran yang


dilakukan oleh Cimasoni memperlihatkan paper strip dengan lebar 1,5 mm dan
dimasukkan 1 mm ke dalam sulkus gingiva yang sedikit terinflamasi dapat
menyerap kira-kira 0,1mg cairan krevikular gingival dalam waktu 3 menit.
Challacombe menggunakan metode dilusi isotop untuk mengukur jumlah cairan
krevikular gingiva pada ruang khusus dalam waktu yang ditentukan. Hasil
perhitungan pada sukarelawan dengan indeks rata-rata gingiva kurang dari 1
memperlihatkan volume rata-rata cairan krevikular gingiva dalam ruang
proksimal dari gigi molar sekitar 0,43 sampai 1,5 μl.3

10
2.2.5 Komposisi Cairan krevikular Gingiva

Kandungan cairan krevikular gingiva dapat dibedakan berdasarkan kadar


protein seseorang, antibodi spesifiik, antigen, dan enzim. Cairan krevikular
gingiva juga mengandung elemen seluler.3

Banyak penilitian menggunakan cairan krevikular gingiva untuk


memdeteksi atau mendiagnosa penyakit atau untuk memperkirakan bahaya
penyakit periodontal pasien. Sejauh ini, lebih dari 40 bagian ditemukan dalam
cairan krevikular gingiva, tetapi asal usulnya tidak diketahui dengan pasti. Bagian
ini dapat menjadi host atau diproduksi bakteri dalam serviks gingiva, tetapi
sumbernya sulit dijelaskan; contohnya termasuk β-glukuronidase, enzim
lisosomal, dan asam laktar dehidrogenase (enzim sitoplasmik). Sumber kolagen
berasal dari ribroblas, atau lekosit polimorfonuklear (PMN, neutrofil) atau sekresi
bakteri. Phospholipase merupakan enzim lisosomal atau sitoplasmik yang
diproduksi juga oleh mikroorganisme. Mayoritas cairan krevikular gingiva
mengandung enzim tetapi terdapat juga elemen non-enzimatik.3

2.2.6 Elemen seluler

Elemen seluler yang ditemukan pada cairan krevikular gingiva termasuk


bakteri, sel epitel deskuamasi, dan leukosit (PMN, limfosit, monosit atau
makrofag), yang berpindah melewati epitelium sulkus.3

2.2.7 Electrolit

Potasium, sodium, dan kalsium telah diteliti dalam cairan krevikular


gingiva. Banyak penelitian yang menunjukkan hubungan antara konsentrasi
kalsium dan sodium dan perbandingan sodium atau potasium dengan inflamasi.3

11
2.2.8 Komponen organik

Heksosamin glukosa dan asam haksuronik merupakan dua komponen


yang ditemukan dalam cairan krevikular gingiva. Tingkat glukosa dalam darah
tidak berhubungan dengan glukosa dalam cairan krevikular gingiva, konsentrasi
glukosa dalam cairan krevikular gingiva tiga sampai empat kali lebih penting
daripada dalam serum. Hal ini tidak hanya menjelaskan akibat aktivitas
metabolsme pada jaringan yang berdekatan, tetapi juga fungsi mikroba flora lokal.

Kadar total protein dalam cairan krevikular gingiva lebih sedikit daripada dalam
serum. Tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara konsentrasi protein
dalam cairan krevikular gingiva dengan gingivitis, kedalaman poket, atau
perluasan bone loss.3

Metabolik dan produk bakteri yang teridentifikasi dalam cairan krevikular


gingiva termasuk asam laktat, urea, hidroksiprolin, endotoksin, zat sitotoksik,
hidrogen sulfida, dan faktor antibakterial. Serta banyak enzim yang
teridentifikasi.3

Metodologi yang digunakan untuk analisis komponen GCF adalah


bervariasi sebagai keragaman komponen. Contohnya termasuk fluorometri untuk
mendeteksi metalopreoteinases; ELISA (enzyme-linked immunoabsorbent assay)
untuk mendeteksi tingkat enzim dan interleukin-1 beta (IL-1β);
radioimmunoassay untuk mendeteksi derivatif siklooksigenase dan prokolagen
III; HPLC (high-pressure liquid chromatography) untuk memdeteksi timidazol;
dan tes immunodot langsung dan tidak langsung untuk mendeteksi protein fase
akut.3

12
BAB III

PENUTUP

Ringkasan

Mikroskop cahaya biasa terdiri dari mikroskop standar (bright-field), mikroskop dark
ground, dan phase contrast mikroskop.

 Mikroskop standar, noda lesi diperiksa dengan minyak imersi objektif (x100)
menggunakan lensa mata 10x, menghasilkan perbesaran x1000.
 Mikroskop dark ground, spesimen diterangi miring oleh kondensor khusus sehingga sinar
cahaya tidak langsung ke objek.
 Phase contrast mikroskop, digunakan untuk menentukan struktur detil dari mikroba tak
bercat.

Mikroskop fluoresen digunakan untuk mempelajari spesimen, yang bisa dibuat


fluoresen. Cara kerja mikroskop fluoresen adalah untuk membiarkan cahaya yang tereksitasi
menyinari spesimen dan kemudian memilah cahaya yang memancar jauh lebih lemah untuk
membentuk gambar.

Mikroskop transmisi elektron merupakan sebuah mikroskop elektron yang cara kerjanya
mirip dengan cara kerja proyektor slide, di mana elektron ditembuskan ke dalam obyek
pengamatan dan pengamat mengamati hasil tembusannya pada layar.

Cairan krevikular gingiva merupakan eksudat radang, bukan transudat lanjutan. Pada
gingiva yang normal, cairan krevikular gingiva sangat sedikit bahkan tidak ada. Pengukuran
kecepatan aliran cairan krevikular gingiva dapat dilakukan dengan penggunaan paper strip serap,
twisted threads (benang pilin) diletakkan sekitar dan ke dalam sulkus, mikropipet, dan
pembersihan intrakrevikular.

Kandungan cairan krevikular gingiva dapat dibedakan berdasarkan kadar protein


seseorang, antibodi spesifiik, antigen, dan enzim. Cairan krevikular gingiva juga mengandung
elemen seluler.

13
DAFTAR PUSTAKA

1. Samaranayake L. Essential Microbiology for Dentistry. 3rd edition. Elsevier. Toronto,


2006.
2. Pollard. T. D. Cell Biology. 2nd edition. Saunders. 2007.
3. Newman. Carranza’s Clinical Periodontology. 10th edition. Saunders. India, 2003.
4. http://nobelprize.org/educational/physics/microscopes/fluorescence/index.html
5. http://www.olympusmicro.com/primer/techniques/fluorescence/anatomy/translightpaths.
html
6. http://id.wikipedia.org/wiki/Mikroskop_elektron

14

You might also like