Professional Documents
Culture Documents
A. Latar Belakang
Demikian juga proses pendidikan dalam sistem persekolahan kita, umumnya belum
menerapkan pembelajaran sampai peserta didik menguasai materi pembelajaran secara tuntas.
Akibatnya, banyak peserta didik yang tidak menguasai materi pembelajaran meskipun sudah
dinyatakan tamat dari sekolah. Tidak heran kalau mutu pendidikan secara nasional masih
rendah.
Penerapan Standar Isi yang berbasis pendekatan kompetensi sebagai upaya perbaikan kondisi
pendidikan di tanah air ini memiliki beberapa alasan, di antaranya:
1. potensi peserta didik berbeda-beda, dan potensi tersebut akan berkembang jika
stimulusnya tepat;
2. mutu hasil pendidikan yang masih rendah serta mengabaikan aspek-aspek moral,
akhlak, budi pekerti, seni & olah raga, serta kecakapan hidup (life skill);
3. persaingan global yang memungkinkan hanya mereka yang mampu akan berhasil;
4. 4. persaingan kemampuan SDM (Sumber Daya Manusia) produk lembaga pendidikan;
5. persaingan yang terjadi pada lembaga pendidikan, sehingga perlu rumusan yang jelas
mengenai standar kompetensi lulusan.
Sesuai dengan cita-cita dari tujuan pendidikan nasional, guru perlu memiliki beberapa prinsip
mengajar yang mengacu pada peningkatan kemampuan internal peserta didik di dalam
merancang strategi dan melaksanakan pembelajaran. Peningkatan potensi internal itu
misalnya dengan menerapkan jenis-jenis strategi pembelajaran yang memungkinkan peserta
didik mampu mencapai kompetensi secara penuh, utuh dan kontekstual.
Berbicara tentang rendahnya daya serap atau prestasi belajar, atau belum terwujudnya
keterampilan proses dan pembelajaran yang menekankan pada peran aktif peserta didik, inti
persoalannya adalah pada masalah “ketuntasan belajar” yakni pencapaian taraf penguasaan
minimal yang ditetapkan bagi setiap kompetensi secara perorangan. Masalah ketuntasan
belajar merupakan masalah yang penting, sebab menyangkut masa depan peserta didik,
terutama mereka yang mengalami kesulitan belajar.
Pendekatan pembelajaran tuntas adalah salah satu usaha dalam pendidikan yang bertujuan
untuk memotivasi peserta didik mencapai penguasaan (mastery level) terhadap kompetensi
tertentu. Dengan menempatkan pembelajaran tuntas (mastery learning) sebagai salah satu
prinsip utama dalam mendukung pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi, berarti
pembelajaran tuntas merupakan sesuatu yang harus dipahami dan dilaksanakan dengan
sebaik-baiknya oleh seluruh warga sekolah. Untuk itu perlu adanya panduan yang
memberikan arah serta petunjuk bagi guru dan warga sekolah tentang bagaimana
pembelajaran tuntas seharusnya dilaksanakan.
B. Asumsi Dasar
Metode pembelajaran adalah cara untuk mempermudah peserta didik mencapai kompetensi
tertentu. Hal ini berlaku baik bagi guru (dalam pemilihan metode mengajar) maupun bagi
peserta didik (dalam memilih strategi belajar). Dengan demikian makin baik metode, akan
makin efektif pula pencapaian tujuan belajar (Winarno Surahmad, 1982). Langkah metode
pembelajaran yang dipilih memainkan peranan utama, yang berakhir pada semakin
meningkatnya prestasi belajar peserta didik.
Dalam pembelajaran konvensional, bakat (aptitude) peserta didik tersebar secara normal. Jika
kepada mereka diberikan pembelajaran yang sama dalam jumlah pembelajaran dan waktu
yang tersedia untuk belajar, maka hasil belajar yang dicapai akan tersebar secara normal pula.
Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa hubungan antara bakat dan tingkat penguasaan adalah
tinggi. Secara skematis konsep tentang prestasi belajar sebagai dampak pembelajaran dengan
pendekatan konvensional dapat digambarkan sebagai berikut :
Sebaliknya, apabila bakat peserta didik tersebar secara normal, dan kepada mereka diberi
kesempatan belajar yang sama untuk setiap peserta didik, tetapi diberikan perlakuan yang
berbeda dalam kualitas pembelajarannya, maka besar kemungkinan bahwa peserta didik yang
dapat mencapai penguasaan akan bertambah banyak. Dalam hal ini hubungan antara bakat
dengan keberhasilan akan menjadi semakin kecil.
Secara skematis konsep prestasi belajar sebagai dampak pembelajaran dengan pendekatan
pembelajaran tuntas, dapat digambarkan sebagai berikut:
Dari konsep-konsep di atas, kiranya cukup jelas bahwa harapan dari proses pembelajaran
dengan pendekatan belajar tuntas adalah untuk mempertinggi rata-rata prestasi peserta didik
dalam belajar dengan memberikan kualitas pembelajaran yang lebih sesuai, bantuan, serta
perhatian khusus bagi peserta didik yang lambat agar menguasai standar kompetensi atau
kompetensi dasar. Dari konsep tersebut, dapat dikemukakan prinsip-prinsip utama
pembelalaran tuntas adalah:
1. Kompetensi yang harus dicapai peserta didik dirumuskan dengan urutan yang hirarkis,
2. Evaluasi yang digunakan adalah penilaian acuan patokan, dan setiap kompetensi harus
diberikan feedback,
3. Pemberian pembelajaran remedial serta bimbingan yang diperlukan,
4. Pemberian program pengayaan bagi peserta didik yang mencapai ketuntasan belajar
lebih awal. (Gentile & Lalley: 2003)
Pembelajaran tuntas adalah pola pembelajaran yang menggunakan prinsip ketuntasan secara
individual. Dalam hal pemberian kebebasan belajar, serta untuk mengurangi kegagalan
peserta didik dalam belajar, strategi belajar tuntas menganut pendekatan individual, dalam arti
meskipun kegiatan belajar ditujukan kepada sekelompok peserta didik (klasikal), tetapi
mengakui dan melayani perbedaan-perbedaan perorangan peserta didik sedemikiah rupa,
sehingga dengan penerapan pembelajaran tuntas memungkinkan berkembangnya potensi
masing-masing peserta didik secara optimal. Dasar pemikiran dari belajar tuntas dengan
pendekatan individual ialah adanya pengakuan terhadap perbedaan individual masing-masing
peserta didik.
Pembelajaran Pembelajaran
Langkah Aspek Pembeda
Tuntas Konvensional
A. Persiapan 1.Tingkat ketuntasan Diukur dariDiukur dari performance
performance pesertapeserta didik yang
didik dalam setiapdilakukan secara acak
unit (satuan
kompetensi atau
kemampuan dasar).
Setiap peserta didik
harus mencapai nilai
75
2. Satuan AcaraDibuat untuk satuDibuat untuk satu minggu
Pembelajaran minggu pembelajar-an, dan hanya
pembelajaran, dandipakai sebagai pedoman
dipakai sebagaiguru
pedoman guru serta
diberikan kepada
peserta didik
3. Pandangan terhadapKemampuan hampirKemampuan peserta didik
kemampuan pesertasama, namun tetapdianggap sama
didik saat memasukiada variasi
satuan pembelajaran
tertentu
B. Pelaksanaan4. BentukDilaksanakan melaluiDilaksanakan sepenuhnya
pembelajaran pembelajaran dalampendekatan klasikal,melalui pendekatan
satu unit kompetensikelompok danklasikal
atau kemampuan dasar individual
5. Cara pembelajaranPembelajaran Dilakukan melalui
Pembelajaran Pembelajaran
Langkah Aspek Pembeda
Tuntas Konvensional
dalam setiap standardilakukan melaluimendengarkan (lecture),
kompetensi ataupenjelasan gurutanya jawab, dan membaca
kompetensi dasar (lecture), membaca(tidak terkontrol)
secara mandiri dan
terkontrol,
berdiskusi, dan
belajar secara
individual
6. OrientasiPada terminalPada bahan pembelajaran
pembelajaran performance peserta
didik (kompetensi
atau kemampuan
dasar) secara
individual
7. Peranan guru Sebagai pengelolaSebagai pengelola
pembelajaran untukpembelajaran untuk
memenuhi kebutuhanmemenuhi kebutuhan
peserta didik secaraseluruh peserta didik
individual dalam kelas
8. Fokus kegiatanDitujukan kepadaDitujukan kepada peserta
pembelajaran masing-masing didik dengan kemampuan
peserta didik secaramenengah
individual
9. PenentuanDitentukan olehDitentukan sepenuhnya
keputusan mengenaipeserta didik denganoleh guru
satuan pembelajaran bantuan guru
C. Umpan Balik 10. Instrumen umpanMenggunakan Lebih mengandalkan pada
balik berbagai jenis sertapenggunaan tes objektif
bentuk tagihan secarauntuk penggalan waktu
berkelanjutan tertentu
11. Cara membantuMenggunakan sistemDilakukan oleh guru
peserta didik tutor dalam diskusidalam bentuk tanya jawab
kelompok (small- secara klasikal
group learning
activities) dan tutor
yang dilakukan
secara individual
1. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran yang sangat ditekankan dalam pembelajaran tuntas adalah pembelajaran
individual, pembelajaran dengan teman atau sejawat (peer instruction), dan bekerja dalam
kelompok kecil. Berbagai jenis metode (multi metode) pembelajaran harus digunakan untuk
kelas atau kelompok.
2. Peran Guru
Strategi pembelajaran tuntas menekankan pada peran atau tanggung jawab guru dalam
mendorong keberhasilan peserta didik secara individual. Pendekatan yang digunakan
mendekati model Personalized System of Instruction (PSI) seperti dikembangkan oleh Keller,
yang lebih menekankan pada interaksi antara peserta didik dengan materi/objek belajar.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang memiliki pendekatan berbasis kompetensi sangat
menjunjung tinggi dan menempatkan peran peserta didik sebagai subjek didik. Fokus program
pembelajaran bukan pada “Guru dan yang akan dikerjakannya” melainkan pada ”Peserta didik
dan yang akan dikerjakannya”. Oleh karena itu, pembelajaran tuntas memungkinkan peserta
didik lebih leluasa dalam menentukan jumlah waktu belajar yang diperlukan. Artinya, peserta
didik diberi kebebasan dalam menetapkan kecepatan pencapaian kompetensinya. Kemajuan
peserta didik sangat bertumpu pada usaha serta ketekunannya secara individual.
4. Evaluasi
Penting untuk dicatat bahwa ketuntasan belajar dalam KTSP ditetapkan dengan penilaian
acuan patokan (criterion referenced) pada setiap kompetensi dasar dan tidak ditetapkan
berdasarkan norma (norm referenced). Dalam hal ini batas ketuntasan belajar harus ditetapkan
oleh guru, misalnya apakah peserta didik harus mencapai nilai 75, 65, 55, atau sampai nilai
berapa seorang peserta didik dinyatakatan mencapai ketuntasan dalam belajar.
• bahwa semua orang bisa belajar apa saja, hanya waktu yang diperlukan berbeda,
• standar harus ditetapkan terlebih dahulu, dan hasil evaluasi adalah lulus atau tidak
lulus. (Gentile & Lalley: 2003)
Sistem penilaian mencakup jenis tagihan serta bentuk instrumen/soal. Dalam pembelajaran
tuntas tes diusahakan disusun berdasarkan indikator sebagai alat diagnosis terhadap program
pembelajaran. Dengan menggunakan tes diagnostik yang dirancang secara baik, peserta didik
dimungkinkan dapat menilai sendiri hasil tesnya, termasuk mengenali di mana ia mengalami
kesulitan dengan segera. Sedangkan penentuan batas pencapaian ketuntasan belajar, meskipun
umumnya disepakati pada skor/nilai 75 (75%) namun batas ketuntasan yang paling realistik
atau paling sesuai adalah ditetapkan oleh guru mata pelajaran, sehingga memungkinkan
adanya perbedaan dalam penentuan batas ketuntasan untuk setiap KD maupun pada setiap
sekolah dan atau daerah.
Mengingat kecepatan tiap-tiap peserta didik dalam pencapaian KD tidak sama, maka dalam
pembelajaran terjadi perbedaan kecepatan belajar antara peserta didik yang sangat pandai dan
pandai, dengan yang kurang pandai dalam pencapaian kompetensi. Sementara pembelajaran
berbasis kompetensi mengharuskan pencapaian ketuntasan dalam pencapaian kompetensi
untuk seluruh kompetensi dasar secara perorangan. Implikasi dari prinsip tersebut
mengharuskan dilaksanakannya program-program remedial dan pengayaan sebagai bagian tak
terpisahkan dari penerapan sistem pembelajaran tuntas.
Sumber:
1.
ANALISIS KEBIJAKAN
KTSP 2006
A. PENDAHULUAN
Perubahan kurikulum di Indonesia hingga sampai pada KTSP tahun 2006 menunjukkan
kuatnya anggapan bahwa kegagalan penyelenggaraan pendidikan di Indonesia hanyalah
disebabkan oleh kesalahan rancangan kurikulum. Anggapan seperti itu telah mengabaikan
faktor lain yang juga ikut mempengaruhi terjadinya kegagalan itu sendiri. Dalam beberapa
literatur dijelaskan beberapa faktor yang dimaksud adalah kompetensi guru dalam
melaksanakan kurikulum, ketidaktersediaan sarana dan prasarana sekolah, kurangnya
keterlibatan stakeholder, tidak terciptanya kerjasama yang baik antara perguruan tinggi
sebagai pencetak tenaga guru, pemerintah, dan sekolah, sistem evaluasi dan standarisasi
nasional dan daerah yang tidak akurat, dan ketidakjelasan arah serta model pendidikan yang
diselenggarakan.
KTSP singkatan dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan merupakan sebuah kurikulum
yang dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi sekolah/daerah, karakteristik
sekolah/daerah, sosial budaya masyarakat setempat dan karekteristik peserta didik.
Kemunculan KTSP merupakan suatu jawaban atas tuntutan masyarakat dan realita yang kini
dihadapi pendidikan di Indonesia yang seolah mengalami masa suram akibat rendahnya mutu
sistem pendidikan di Indonesia.
Menghadapi hal tersebut, perlu dilakukan penataan terhadap sistem pendidikan secara kaffah
(menyeluruh), terutama berkaitan dengan kualitas pendidikan, serta relevansinya dengan
kebutuhan masyarakat dan dunia kerja, dalam hal ini perlu adanya perubahan sosial yang
memberi arah bahwa pendidikan merupakan pendekatan dasar dalam proses perubahan itu.
Pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan,
peningkatan mutu dan relevansi serta efisiensi manajemen pendidikan. Pemerataan
kesempatan pendidikan diwujudkan dalam program wajib belajar 9 tahun. Peningkatan mutu
pendidikan diarahkan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia seutuhnya melalui
olahhati, olahpikir, olahrasa dan olahraga agar memiliki daya saing dalam menghadapi
tantangan global. Peningkatan relevansi pendidikan dimaksudkan untuk menghasilkan lulusan
yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan berbasis potensi sumber daya alam Indonesia.
Peningkatan efisiensi manajemen pendidikan dilakukan melalui penerapan manajemen
berbasis sekolah dan pembaharuan pengelolaan pendidikan secara terencana, terarah, dan
berkesinambungan.
Implementasi Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
dijabarkan ke dalam sejumlah peraturan antara lain Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Peraturan Pemerintah ini memberikan arahan
tentang perlunya disusun dan dilaksanakan delapan standar nasional pendidikan, yaitu:
(1)standar isi, (2)standar proses, (3)standar kompetensi lulusan, (4)standar pendidik dan
tenaga kependidikan, (5)standar sarana dan prasarana, (6)standar pengelolaan, standar
pembiayaan, dan (7)standar penilaian pendidikan.
Kurikulum dipahami sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu, maka dengan terbitnya Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, pemerintah telah menggiring pelaku pendidikan untuk
mengimplementasikan kurikulum dalam bentuk kurikulum tingkat satuan pendidikan, yaitu
kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di setiap satuan pendidikan.
Secara substansial, pemberlakuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) lebih
kepada mengimplementasikan regulasi yang ada, yaitu PP No. 19/2005. Akan tetapi, esensi isi
dan arah pengembangan pembelajaran tetap masih bercirikan tercapainya paket-paket
kompetensi (dan bukan berorientasi pada subject matter), yaitu:
Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal.−
Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman.−
Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi.−
Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur
edukatif.−
Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau
pencapaian suatu kompetensi.−
− Terdapat perbedaan mendasar dibandingkan dengan kurikulum berbasis kompetensi
sebelumnya (versi 2002 dan 2004), bahwa sekolah diberi kewenangan penuh menyusun
rencana pendidikannya dengan mengacu pada standar-standar yang telah ditetapkan, mulai
dari tujuan, visi – misi, struktur dan muatan kurikulum, beban belajar, kalender pendidikan,
hingga pengembangan silabusnya.
KTSP disusun dan dikembangkan berdasarkan Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional pasal 36 ayat (1) dan (2) sebagai berikut:
1) Pengembangan kurikulum mengacu pada Standar Nasional pendidikan untuk mewujudkan
Tujuan Pendidikan Nasional.
2) Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip
diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik.
Struktur kurikulum
Struktur kurikulum merupakan pola dan susunan mata pelajaran yang harus ditempuh oleh
peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Kedalam muatan kurikulum setiap mata pelajaran
pada setiap satuan pendidikan dituang kan dalam kompentensi yang harus dikuasai peserta
didik sesuai dengan bahan belajar yang tercantum dalam struktur kurikulum. Kompentensi
tersebut terdiri atas standar kompentensi dan kompetensi dasar yang dikembangkan
berdasarkan standar kompentensi lulusan. Muatan local dan kegiatan pengembangan diri
merupakan bagian integral dari struktur kurikulum pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah.
Struktur kurikulum pendidikan dasar dan menengah mencangkup struktur kurikulum
pendidikan umum dan pendidikan khusus.
D. PERMASALAHAN
Secara umum kurikulum pendidikan dasar dan menengah menghadapi dua permasalahan
pokok: “Pertama” yang berkaitan dengan materi/perangkat pengaturan yang ditetapkan oleh
pusat (kurikulum tertulis), dan “Kedua” pelaksanaan dari kurikulum yang ditetapkan. Secara
garis besar permasalahan kurikulum dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Permasalahan yang Berkaitan dengan Kurikulum Tertulis
Yang dimaksud dengan kurikulum (tertulis) adalah dokumen KTSP yang disusun dan
dikembangkan oleh sekolah yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
belajar mengajar di sekolah.
Masalah yang dihadapi adalah:
a. Sekolah mengalami kesulitan dalam menyusun isi dokumen KTSP, mulai dari pembuatan
misi dan visi sekolah, pemilihan materi pelajaran, hingga penyusunan silabus. Hal ini
dikarenakan sumber daya manusianya kurang memadai.
b. Kekurangpahaman pihak sekolah terhadap penyusunan KTSP mengakibatkan banyak
sekolah membuat KTSP asal jadi saja, mengadopsi mentah-mentah KTSP yang disusun oleh
sekolah lain tanpa menyesuaikan dengan kondisi sekolah yang bersangkutan.
c. Kesulitan dalam menyusun kurikulum yang sesuai dengan tuntutan pembangunan nasional
(kebutuhan tenaga bidang industri dan bidang lainnya yang belum sinkron dengan
perencanaan pendidikan sebagai penghasil lulusan / tenaga kerja).
d. Tidak mudah memilih materi dan komposisi kurikulum yang tepat untuk mendukung
berbagai tujuan yang telah ditetapkan sesuai kemampuan dan perkembangan jiwa anak.
e. Pengembangan kurikulum tidak melibatkan tim kerja yang kompak dan transparan, baik
dari komponen guru maupun masyarakat.
f. Sebagai guru borongan, guru-guru SD mengalami kesulitan dalam menganalisis setiap mata
pelajaran dalam kurikulum dan menentukan bahan ajar yang sesuai dengan karakteristik
lingkungan serta peserta didik.
2. Permasalahan yang berkaitan dengan Pelaksanaan Kurikulum
Dalam melaksanakan kurikulum nasional ditemukan berbagai permasalahan, antara lain:
a. Besarnya sasaran pembinaan pendidikan dasar dan menengah tidak mudah mencukupi
keperluan sarana/alat pendukung untuk melaksanakan kurikulum (antara lain: buku
kurikulum, buku pelajaran, alat peraga, alat praktek).
b. Besarnya jumlah guru pendidikan dasar dan menengah yang tersebar diseluruh tanah air,
sulit mendapatkan pembinaan yang intensif dan merata untuk dapat melaksanakan kurikulum
pendidikan nasional dengan sebaik-baiknya.
c. Kurangnya jumlah dan mutu tenaga supervisi serta fasilitas pendukungnya, mengakibatkan
pelaksanaan supervisi tidak dapat dilakukan dengan baik.
d. Sistem penataran guru dalam rangka meningkatkan kemampuan untuk melaksanakan
kurikulum pendidikan nasional belum mantap. Tak jarang guru yang dikirimkan untuk
mengikuti penataran adalah orang yang itu-itu saja dan hasilnya tidak disampaikan secara
maksimal kepada guru lainnya.
e. Belum terciptanya kondisi yang kondusif yang memberikan kemungkinan para pelaksana
pendidikan (Pembina, Kepala Sekolah, dan Guru) untuk melaksanakan tugasnya secara
kreatif, inovatif, dan bertanggung jawab.
f. Peran KKG dan MGMP yang tidak maksimal menyebabkan terhambatnya sosialisasi
KTSP.
g. Kurangnya sosialisasi KTSP, keterlambatan pengesahan pedoman standar penilaian oleh
BSNP, keterlambatan pencetakan buku rapor siswa berdampak pada kinerja guru di sekolah.
A. Kelebihan KTSP
Kelebihan-kelebihan KTSP ini antara lain:
1. Mendorong terwujudnya otonomi luas kepada sekolah dan satuan pendidikan
Tidak dapat dipungkiri bahwa salah satu bentuk kegagalan pelaksanaan kurikulum di masa
lalu adalah adanya penyeragaman kurikulum di seluruh Indonesia, tidak melihat kepada
situasi riil di lapangan, dan kurang menghargai potensi keunggulan lokal. Dengan adanya
penyeragaman ini, sekolah di kota sama dengan sekolah di daerah pinggiran maupun di
daerah pedesaan. Penyeragaman kurikulum ini juga berimplikasi pada beberapa kenyataan
bahwa sekolah di daerah pertanian sama dengan sekolah yang daerah pesisir pantai, sekolah
di daerah industri sama dengan di wilayah pariwisata. Oleh karenanya, kurikulum tersebut
menjadi kurang operasional, sehingga tidak memberikan kompetensi yang cukup bagi peserta
didik untuk mengembangkan diri dan keunggulan khas yang ada di daerahnya. Sebagai
implikasi dari penyeragaman ini akibatnya para lulusan tidak memiliki daya kompetitif di
dunia kerja dan berimplikasi pula terhadap meningkatnya angka pengangguran. Untuk itulah
kehadiran KTSP diharapkan dapat memberikan jawaban yang konkrit terhadap mutu dunia
pendidikan di Indonesia.
Dengan semangat otonomi itu, sekolah bersama dengan komite sekolah dapat secara bersama-
sama merumuskan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan, situasi, dan kondisi lingkungan
sekolah. Sebagai sesuatu yang baru, sekolah mungkin mengalami kesulitan dalam penyusunan
KTSP. Oleh karena itu, jika diperlukan, sekolah dapat berkonsultasi baik secara vertikal
maupun secara horizontal. Secara vertikal, sekolah dapat berkonsultasi dengan Dinas
Pendidikan Daerah Kabupaten atau Kota, Dinas Pendidikan Provinsi, Lembaga Penjamin
Mutu Pendidikan (LPMP) Provinsi, dan Departemen Pendidikan Nasional. Sedangkan secara
horizontal, sekolah dapat bermitra dengan stakeholder pendidikan dalam merumuskan KTSP.
Misalnya, dunia industri, kerajinan, pariwisata, petani, nelayan, organisasi profesi, dan
sebagainya agar kurikulum yang dibuat oleh sekolah benar-benar mampu menjawab
kebutuhan di daerah di mana sekolah tersebut berada.
2. Mendorong para guru, kepala sekolah, dan pihak manajemen sekolah untuk semakin
meningkatkan kreativitasnya dalam penyelenggaraan program-program pendidikan.
Dengan berpijak pada panduan kurikulum tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah
yang dibuat oleh BNSP, sekolah diberi keleluasaan untuk merancang, mengembangkan, dan
mengimplementasikan kurikulum sekolah sesuai dengan situasi, kondisi, dan potensi
keunggulan lokal yang bisa dimunculkan oleh sekolah. Sekolah bisa mengembangkan standar
yang lebih tinggi dari standar isi dan standar kompetensi lulusan. Dengan demikian dapat
terjadi persaingan yang cukup sehat diantara sekolah-sekolah dalam meningkatkan mutu
pendidikan. Keberadaan suatu sekolah pun, pencitraan sekolah, kualitas lulusan yang
dihasilkan pada akhirnya menjadi tolak ukur masyarakat dalam penilaian kinerja sekolah. Hal
ini dapat menyebabkan seleksi alam, bahwa hanya sekolah bermutulah yang akan bertahan
dan diminati masyarakat, sedangkan sekolah dengan kinerja yang kurang baik akan ter-
eleminasi. Mau tak mau sekolah harus meningkatkan kualitasnya untuk mempertahankan
eksistensinya.
3. Memberikan kesempatan bagi masyarakat dan orangtua untuk berpartisipasi dalam
menentukan arah kebijakan pendidikan di sekolah
Sebagaimana diketahui, prinsip pengembangan KTSP adalah (1) Berpusat pada potensi,
perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya; (2) Beragam
dan terpadu; (3) Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni; (4)
Relevan dengan kebutuhan kehidupan; (5) Menyeluruh dan berkesinambungan; (6) Belajar
sepanjang hayat; (7) Dan seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah.
Berdasarkan prinsip-prinsip ini, KTSP sangat relevan dengan konsep desentralisasi
pendidikan sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah dan konsep manajemen berbasis
sekolah (MBS) yang mencakup otonomi sekolah di dalamnya. Pemerintah daerah dapat lebih
leluasa berimprovisasi dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Di samping itu, sekolah
bersama komite sekolah diberi otonomi menyusun kurikulum sendiri sesuai dengan
kebutuhan di lapangan.
4. KTSP sangat memungkinkan bagi setiap sekolah untuk menitikberatkan dan
mengembangkan mata pelajaran tertentu yang akseptabel bagi kebutuhan siswa.
Sesuai dengan kebijakan Departemen Pendidikan Nasional yang tertuang dalam Peraturan
Mendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi (SI) dan Peraturan Mendiknas No. 23
tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL), sekolah diwajibkan menyusun
kurikulumnya sendiri. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) itu memungkinkan
sekolah menitikberatkan pada mata pelajaran tertentu yang dianggap paling dibutuhkan
siswanya. Sebagai contoh misalnya, sekolah yang berada dalam kawasan pariwisata dapat
lebih memfokuskan pada mata pelajaran bahasa Inggris atau mata pelajaran di bidang
kepariwisataan lainnya. Sekolah-sekolah tersebut tidak hanya menjadikan materi bahasa
Inggris dan kepariwisataan sebagai mata pelajaran saja, tetapi lebih dari itu menjadikan mata
pelajaran tersebut sebagai sebuah keterampilan. Sehingga kelak jika peserta didik di
lingkungan ini telah menyelesaikan studinya bila mereka tidak berkeinginan untuk
melanjutkan studinya ke jenjang perguruan tinggi mereka dapat langsung bekerja menerapkan
ilmu dan ketrampilan yang telah diperoleh di bangku sekolah.
KTSP ini sesungguhnya lebih mudah, karena guru diberi kebebasan untuk mengembangkan
kompetensi siswanya sesuai dengan lingkungan dan kultur daerahnya. KTSP juga tidak
mengatur secara rinci kegiatan belajar mengajar (KBM) di kelas, tetapi guru dan sekolah
diberi keleluasaan untuk mengembangkannya sendiri sesuai dengan kondisi murid dan
daerahnya. Di samping itu yang harus digarisbawahi adalah bahwa yang akan dikeluarkan
oleh BNSP tersebut bukanlah kurikulum tetapi tepatnya Pedoman Penyusunan Kurikulum
2006.
5. KTSP akan mengurangi beban belajar siswa yang sangat padat dan memberatkan kurang
lebih 20%.
KTSP dapat mengurangi beban belajar sebanyak 20% karena materi dalam KTSP disusun
lebih sederhana. Di samping jam pelajaran akan dikurangi antara 100-200 jam per tahun,
bahan ajar yang dianggap memberatkan siswa pun akan dikurangi. Meskipun terdapat
pengurangan jam pelajaran dan bahan ajar, KTSP tetap memberikan tekanan pada
pengembangan kompetensi siswa.
Pengurangan jam belajar siswa tersebut merupakan rekomendasi dari BNSP. Rekomendasi ini
dapat dikatakan cukup unik, karena selama bertahun-tahun beban belajar siswa tidak
mengalami perubahan, dan biasanya yang berubah adalah metode pengajaran dan buku
pelajaran semata. Jam pelajaran yang biasa diterapkan kepada siswa sebelunya berkisar antara
1.000-1.200 jam pelajaran dalam setahun. Jika biasanya satu jam pelajaran untuk siswa SD,
SMP dan SMA adalah 45 menit, maka rekomendasi BNSP ini mengusulkan pengurangan
untuk SD menjadi 35 menit setiap jam pelajaran, untuk SMP menjadi 40 menit, dan untuk
SMA tidak berubah, yakni tetap 45 menit setiap jam pelajaran. Total 1.000 jam pelajaran
dalam satu tahun ini dengan asumsi setahun terdapat 36-40 minggu efektif kegiatan belajar
mengajar.dan dalam seminggu tersebut meliputi 36-38 jam pelajaran.
Alasan diadakannya pengurangan jam pelajaran ini karena menurut pakar-pakar pendidikan
anak bahwa jam pelajaran di sekolah-sekolah selama ini terlalu banyak. Apalagi kegiatan
belajar mengajar masih banyak yang terpaku pada kegiatan tatap muka di kelas. Sehingga
suasana yang tercipta pun menjadi terkesan sangat formal. Dampak yang mungkin tidak
terlalu disadari adalah siswa terlalu terbebani dengan jam pelajaran tersebut. Akibat lebih jauh
lagi adalah mempengaruhi perkembangan jiwa anak.
Persoalan ini lebih dirasakan untuk siswa SD dan SMP. Dalam usia yang masih anak-anak,
mereka membutuhkan waktu bermain yang cukup untuk mengembangkan kepribadiannya.
Suasana formal yang diciptakan sekolah, ditambah lagi standar jam pelajaran yang relatif
lama, tentu akan memberikan dampak tersendiri pada psikologis anak. Banyak pakar yang
menilai sekolah selama ini telah merampas hak anak untuk mengembangkan kepribadian
secara alami.
Inilah yang menjadi dasar pemikiran bahwa jam pelajaran untuk siswa perlu dikurangi. Meski
demikian, perngurangan itu tidak dilakukan secara ekstrim dengan memangkas sekian jam
frekwensi siswa berhubungan dengan mata pelajaran di kelas. Melainkan memotong sedikit,
atau menghilangkan titik kejenuhan siswa terhadap mata pelajaran dalam sehari akibat terlalu
lama berkutat dengan pelajaran itu.
6. KTSP memberikan peluang yang lebih luas kepada sekolah-sekolah plus untuk
mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan.
Pola kurikulum baru (KTSP) akan memberi angin segar pada sekolah-sekolah yang menyebut
dirinya nasional plus. Sekolah-sekolah swasta yang kini marak bermunculan itu sejak
beberapa tahun terakhir telah mengembangkan variasi atas kurikulum yang ditetapkan
pemerintah. Sehingga ketika pemerintah kemudian justru mewajibkan adanya pengayaan dari
masing-masing sekolah, sekolah-sekolah plus itu jelas akan menyambut gembira.
Kehadiran KTSP ini bisa jadi merupakan kabar baik bagi sekolah-sekolah plus. Sebagian
sekolah-sekolah plus tersebut ada yang khawatir ditegur karena memakai bilingual atau
memakai istilah kurikulum yang bermacam-macam seperti yang ada sekarang. Sekarang
semua bentuk improvisasi dibebaskan asal tidak keluar panduan yang telah ditetapkan dalam
KTSP. Sebagai contoh, Sekolah High Scope Indonesia, sebelumnya sejak awal berdiri pada
1990 telah menggunakan kombinasi kurikulum Indonesia dengan Amerika Serikat (AS).
Kendati mendapat lisensi dari AS, namun pihaknya tetap mematuhi kurikulum pemerintah.
Caranya dengan mematuhi batas minimal, namun secara optimal memberikan penekanan pada
aspek-aspek tertentu yang tidak diatur oleh kurikulum. Misalnya tetap memberikan materi
Bahasa Indonesia, namun menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar utama.
B. Kelemahan KTSP
Setiap kurikulum yang diberlakukan di Indonesia di samping memiliki kelebihan-kelebihan
juga memiliki kelemahan-kelamahannya. Sebagai konsekuansi logis dari penerapan KTSP ini
setidak-tidaknya terdapat beberapa kelemahan-kelamahan dalam KTSP maupun
penerapannya, di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Kurangnya SDM yang diharapkan mampu menjabarkan KTSP pada kebanyakan satuan
pendidikan yang ada.
Pola penerapan KTSP terbentur pada masih minimnya kualitas guru dan sekolah. Sebagian
besar guru belum bisa diharapkan memberikan kontribusi pemikiran dan ide-ide kreatif untuk
menjabarkan panduan kurikulum itu (KTSP), baik di atas kertas maupun di depan kelas.
Selain disebabkan oleh rendahnya kualifikasi, juga disebabkan pola kurikulum lama yang
terlanjur mengekang kreativitas guru.
Berdasarkan evaluasi yang dilakukan Badan Penelitian dan Pengembangan Depdiknas pada
tahun 2004, bahwa dari 2,7 juta guru menunjukkan bahwa ketidaksesuaian ijasah yang
mengajar di jenjang pendidikan dasar dan menengah menunjukkan kecenderungan yang
kurang mengembirakan, jika mengacu pada persyaratan yang ada. Guru SD tercatat 66,11%
yang tidak memiliki ijasah sesuai ketentuan, guru SMP 39,99% , dan guru SMA sebanyak
34,08%. Selain itu tercatat secara umum terdapat 15,21% guru pada berbagai jenjang
pendidikan dasar dan menengah yang mengajar tidak sesuai dengan kompetensinya. Hasil
survey Human Development Indeks (HDI) sebanyak 60% guru SD, 40% guru SMP, 43%
guru SMA, dan 34% guru SMK belum memenuhi standarisasi mutu pendidikan nasional.
Lebih mengkhawatirkan lagi bila 17,2% guru di Indonesia mengajar bukan pada bidang
keahliannya (Toharudin, Oktober 2005 dalam Muhyi,Dindin MZ, 2007)
Dari data di atas, dapat diperoleh gambaran kondisi guru di lapangan, dengan keadaan yang
demikian, mampukah guru memaknai kurikulum dengan benar? Nampaknya hal ini sulit
untuk dilakukan meskipun tidak mustahil, mengingat untuk memahami kurikulum yang
begitu luas cakupannya, membutuhkan suatu keterampilan khusus yang harus dimiliki oleh
seorang guru yang sesuai dengan jenjang dan bidang keahliannya.
2. Kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana pendukung sebagai kelengkapan dari
pelaksanaan KTSP.
Ketersediaan sarana dan prasarana yang lengkap dan representatif merupakan salah satu
syarat yang paling urgen bagi pelaksanaan KTSP. Sementara kondisi di lapangan
menunjukkan masih banyak satuan pendidikan yang minim alat peraga, laboratorium serta
fasilitas penunjang yang menjadi syarat utama pemberlakuan KTSP. Banyaknya fasilitas
sekolah yang rusak sampai bangunan yang roboh, menambah panjang daftar kelemahan
implementasi KTSP di lapangan.
3. Masih banyak guru yang belum memahami KTSP secara komprehensif baik konsepnya,
penyusunannya maupun prakteknya di lapangan.
Masih rendahnya kuantitas guru yang diharapkan mampu memahami dan menguasai KTSP
dapat disebabkan karena pelaksanaan sosialisasi masih belum terlaksana secara menyeluruh.
Jika tahapan sosialisasi tidak dapat tercapai secara menyeluruh, maka pemberlakuan KTSP
secara nasional yang targetnya hendak dicapai paling lambat tahun 2009 tidak memungkinkan
untuk dapat dicapai.
4. Penerapan KTSP yang merekomendasikan pengurangan jam pelajaran akan berdampak
berkurang pendapatan para guru.
Penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) akan menambah persoalan di dunia
pendidikan. Selain menghadapi ketidaksiapan sekolah berganti kurikulum, KTSP juga
mengancam pendapatan para guru. Sebagaimana diketahui rekomendasi BSNP terkait
pemberlakuan KTSP tersebut berimplikasi pada pengurangan jumlah jam mengajar. Hal ini
berdampak pada berkurangnya jumlah jam mengajar para guru. Akibatnya, guru terancam
tidak memperoleh tunjangan profesi dan fungsional.
Untuk memperoleh tunjangan profesi dan fungsional semua guru harus mengajar 24 jam, jika
jamnya dikurangi maka tidak akan bisa memperoleh tunjangan. Sebagai contoh, pelajaran
Sosiologi untuk kelas 1 SMA atau kelas 10 mendapat dua jam pelajaran di KTSP maupun
kurikulum sebelumnya. Sedangkan di kelas 2 SMA atau kelas 11 IPS, Sosiologi diajarkan
selama lima jam pelajaran di kurikulum lama. Namun di KTSP Sosiologi hanya mendapat
jatah tiga jam pelajaran. Hal yang sama terjadi di kelas 3 IPS. Pada kurikulum lama, pelajaran
Sosiologi diajarkan untuk empat jam pelajaran tapi pada KTSP menjadi tiga jam pelajaran.
Sementara itu masih banyak guru yang belum mengetahui tentang ketentuan baru kurikulum
ini. Jika KTSP telah benar-benar diberlakukan, para guru sulit memenuhi ketentuan 24 jam
mengajar agar bisa memperoleh tunjangan.
5. Kepemimpinan Kepala Sekolah yang kurang demokratis dan kurang profesional
berdampak pada kurangnya peran serta masyarakat yang diwakilkan oleh Dewan/Komite
sekolah dalam merumuskan KTSP
Masih rendahnya keikutsertaan masyarakat dalam hal ini dewan/komite sekolah dalam
penyusunan KTSP menyebabkan pengembangan kurikulum di sekolah tidak sesuai dengan
apa yang diharapkan hingga akhirnya sekolah meng-copy paste saja dokumen KTSP yang
sudah jadi. Al hasil, penerapan KTSP pun tidak maksimal.
6. Kurangnya pembinaan dan sosialisasi KTSP di tingkat kecamatan
Sebagaimana telah disinggung sebelumnya bahwa sosialisasi KTSP yang kurang serta
pembinaan yang kurang serius di tingkat cabang dinas pendidikan kecamatan, menyebabkan
terhambatnya pemahaman guru dalam implementasi KTSP di sekolah. Bahkan masih banyak
sekolah yang hingga hari ini dokumen KTSP-nya belum disahkan oleh pejabat yang
berwenang di dinas pendidikan kota.
7. Keterlambatan sosialisasi standar penilaian serta keterlambatan pencetakan buku rapor
siswa berdampak pada kesalahan dalam penulisan laporan pendidikan siswa (rapor)
Ketika pemerintah menurunkan kebijakan untuk melaksanakan KTSP, timbul keresahan di
sana-sini, khususnya para guru. Hal ini disebabkan karena pedoman penyususnan dan
pengembangan KTSP belum seluruhnya rampung disiapkan oleh pemerintah, salah satunya
adalah standar penilaian. Keterlambatan sosialisasi penilaian ini menyebabkan beberapa
sekolah salah menuliskan nilai pada buku rapor. Sebagian sekolah masih menggunakan
rentang nilai 1-10, padahal di dalam KTSP telah menggunakan rentang nilai 1-100.
keterlambatan pencetakan rapor terutama di kota Bandung menyebabkan guru terutama guru
kelas 1 harus ekstra menulis ulang nilai rapor, rapor sementara dulu baru rapor asli. Di suatu
sekolah terjadi kasus, bahwa rapor asli baru diterima pihak sekolah pada semester 2 dibarengi
dengan pemberian foto copy buku pedoman penilaian. Dengan demikian terjadi perubahan
nilai rapor dari rentang 1-10 menjadi rentang nilai 1-100 dengan pembulatan yang berakibat
pada kebingungan orangtua murid. Hal ini berdampak pula pada kepercayaan orangtua murid
terhadap sekolah yang pada akhirnya kinerja sekolah dinilai kurang baik.
Beberapa faktor kelemahan di atas harus menjadi perhatian bagi pemerintah agar
pemberlakuan KTSP tidak hanya akan menambah daftar persoalan-persoalan yang dihadapi
dalam dunia pendidikan kita. Jika tidak, maka pemberlakuan KTSP hanya akan menambah
daftar makin carut marutnya pendidikan di Indonesia.
C. Peluang
Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya bahwa KTSP merupakan kurikulum operasional
yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan, maka peluang untuk
meningkatkan mutu pendidikan dan bangkit dari keterpurukan, dapat direalisasikan. Memang
hal ini tidaklah mudah, tidak semudah membalikkan telapak tangan, melainkan membutuhkan
waktu dan proses.
Keterlibatan guru, kepala sekolah, masyarakat yang tergabung dalam komite sekolah dan
dewan pendidikan dalam pengambilan keputusan akan membangkitkan rasa kepemilikan yang
lebih tinggi terhadap sekolah, dan terhadap pengembangan kurikulum. Dengan demikian
dapat mendorong mereka untuk mendayagunakan sumber daya yang ada seefisien mungkin
untuk mencapai hasil yang optimal. Konsep ini sesuai dengan konsep Self Determination
Theory yang menyatakan bahwa jika seseorang memiliki kekuasaan dalam pengambilan suatu
keputusan, maka akan memiliki tanggung jawab yang besar untuk melaksanakan keputusan
tersebut.
KTSP memberikan peluang kepada sekolah untuk mengoptimalkan kondisi lingkungannya
dengan memperhatikan karakteristik sekolah, peserta didik serta sosial budaya
masyarakatnya. Dengan diberikannya otonomi luas kepada sekolah, maka sekolah dapat
menentukan arah pengembangan kurikulum dengan jelas sesuai dengan kebutuhan. Hal ini
memungkinkan terwujudnya sekolah-sekolah unggulan yang memiliki ciri khas dan keunikan
sendiri yang memperkaya perkembangan dunia pendidikan negeri ini, sesuai dengan prinsip
kebersamaan dalam keberagaman.
KTSP juga membuka peluang bagi sekolah untuk mandiri, maju dan berkembang berdasarkan
strategi kebijakan manajemen pendidikan yang ditetapkan pemerintah dengan penuh
tanggungjawab. Dengan demikian, sekolah dapat meningkatkan kualitasnya baik sumber
daya, dalam hal ini tenaga pendidik dan kependidikan, sarana prasarana, kualitas
pembelajaran serta peningkatan mutu lulusan yang dihasilkannya.
D. Tantangan
KTSP merupakan salah satu bentuk inovasi dalam pendidikan, dan dalam setiap inovasi selalu
saja terdapat tantangan di dalamnya. Tantangan yang dihadapi dalam penerapan KTSP ini
sangat kompleks namun secara umum tantangan yang dihadapi antara lain :
1. Pengembangan KTSP perlu didukung oleh iklim pembelajaran yang kondusif bagi
terciptanya suasana yang aman, nyaman dan tertib, sehingga proses pembelajaran dapat
berlangsung dengan tenang dan menyenangkan (enjoyable learning). Iklim yang demikian
akan mendorong pembelajaran yang menekankan pada learning to know, learning to do,
learning to be dan learning to live together. Suasana tersebut akan memupuk tumbuhnya
kemandirian dan berkurangnya ketergantungan di kalangan warga sekolah tidak hanya bagi
peserta didik, melainkan bagi guru dan pimpinannya.
2. KTSP yang memberikan otonomi luas kepada sekolah perlu disertai seperangkat
kewajiban, serta monitoring dan tuntutan pertanggungjawaban yang relative tinggi untuk
menjamin bahwa sekolah selain memiliki otonomi luas juga memiliki kewajiban
melaksanakan kebijakan pemerintah dan memenuhi harapan masyarakat. Sekolah memiliki
kewajiban untuk melaksanakan pelayanan prima yang berusaha untuk memuaskan pengguna
jasa ( customer satisfaction) dalam hal ini peserta didik dan orangtua murid.
3. Pelaksanaan KTSP memerlukan sosok kepala sekolah yang professional, memiliki
kemampuan manajerial yang handal serta demokratis dalam setiap pengambilan keputusan.
Pada umumnya kepala sekolah di negeri ini belum dapat dikatakan professional seperti yang
diungkapkan oleh Bank Dunia (1999) bahwa salah satu penyebab makin menurunnya kualitas
pendidikan di Indonesia adalah kurang profesionalnya kepala sekolah sebagai manager
pendidikan di lapangan. Hal ini mengindikasikan bahwa pemerintah sebaiknya melakukan
perubahan dalam hal pengangkatan kepala sekolah, dari yang berorientasi pada pengalaman
kerja ketika menjadi guru menjadi orientasi kemampuan dan keterampilan secara
professional.
4. Dalam pengembangan KTSP, wujud partisipasi masyarakat dan orang tua murid tidak
hanya dalam bentuk financial. Ide, gagasan dan pemikiran masyarakat sangat dibutuhkan
untuk dapat menunjang keberhasilan sekolah. Sekolah harus berupaya untuk menumbuhkan
kesadaran pada masyarakat dan orangtua murid bahwa sekolah adalah lembaga yang harus
didukung oleh semua pihak. Keberhasilan sekolah adalah kebanggaan bagi masyarakat, dan
untuk mewujudkannya diperlukan kerjasama yang harmonis.
5. KTSP menuntut kinerja sekolah terutama guru dalam implementasinya. Oleh sebab itu guru
harus senantiasa mengembangkan kemampuan dan keterampilan profesionalismenya. Hal ini
dapat juga dilakukan melalui KKG atau MGMP. Pemberdayaan KKG dan MGMP dapat
meningkatkan kualitas dan kompetensi guru dalam menyususn, merumuskan, melaksanakan,
dan melakukan penilaian dalam pembelajaran. Kekompakan guru sebagai tim pengembang
kurikulum perlu ditingkatkan untuk memberdayakan KKG dan MGMP.
Rekomendasi
Untuk menangani permasalahan tersebut, perlu diambil langkah-langkah kebijaksanaan baik
mengenai kurikulum (tertulis) maupun kurikulum dalam pelaksanaannya. Langkah-langkah
kebijaksanaan yang ditempuh antara lain sebagai berikut:
1. Perlu diciptakan sistem informasi yang dapat mengkomunikasikan/memantau
perkembangan pelaksanaan kurikulum pada berbagai daerah diseluruh tanah air.
2. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan profesionalisme (Pembina, pengawas/
penilik, kepal sekolah, guru) agar kurikulum dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
3. Mencukupi fasilitas pendukung pelaksanaan kurikulum baik oleh masyarakat maupun
pemerintah (buku, alat pendidikan, dan sarana pendidikan lainnya)
4. Meningkatkan kesejahteraan bagi para pelaksana pendidikan agar berfungsi sesuai tugas
dan tanggung jawabnya.
5. Menciptakan kondisi yang kondusif yang dapat memberikan kemungkinan para pelaksana
pendidikan menjalankan tugasnya secara kreatif, inovatif, dan bertanggung jawab.
6. Menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk ikut serta berpartisipasi dalam meningkatkan
kualitas pembelajaran di sekolah dan memiliki rasa kepedulian yang tinggi terhadap kondisi
sekolah.
Daftar Referensi :
Untuk dikatakan sebagai benda hidup, makhluk hidup atau organisme bernyawa diperlukan
pemenuhan ciri-ciri sebagai berikut di bawah ini :
1. Terdapat Protoplasma
Protoplasma merupakan suatu bagian yang terdiri atas bahan yang kompleks dan terlindung
dengan baik. Protoplasma biasa dikenal dengan sebutan sel. Berbeda dengan benda tak hidup
atau benda mati yang tidak memiliki protoplasma. Lihat saja batu atau komputer yang tidak
memiliki protoplasma atau sel, sehingga disebut dengan benda mati.
- Makan
Semua benda hidup membutuhkan asupan bahan makanan yang berasal dari luar tubuh untuk
kemudian diproses menjadi energi atau tenaga bagi tubuh.
- Berkembang Biak
Makhluk hidup yang tidak mampu berkembangbiak menghasilkan keturunan akan punah dan
musnah di makan waktu. Oleh sebab itu makhluk hidup memiliki cara masing-masing untuk
dapat memperbanyak diri untuk mempertahankan keberadaan di dunia.
- Melakukan Adaptasi
Semua makhluk hidup perlu melakukan penyesuain diri dengan fungsi tubuh dan lingkungan
sekitar ekosistem, habitat tempat tinggalnya untuk dapat bertahan hidup dengan lebih baik
dan mudah. Contohnya seperti hewan gurun yang tahan panas, bunglong bisa berubah warna,
dan lain sebagainya.
- Dapat Bergerak
Manusia dan hewan memerlukan kegiatan dengan menggerakkan anggota tubuh untuk
berbagai keperluan seperti jalan, makan, menggaruk, berkedip, dan sebagainya. Untuk
tumbuhan tidak semuanya dapat melakukan pergerakan. Kemampuan untuk bereaksi terhadap
rangsangan dari lingkungan disebut dengan istilah iritabilita.
- Metabolisme
Metabolisme adalah aktifitas fisika atau kimia yang terjadi di dalam tubuh baik secara
anabolisme maupun katabolisme.
- Sistem Regulasi
Pengertian arti definisi sistem regulasi adalah aturan sistem yang ada di dalam tubuh makhluk
hidup untuk dapat hidup seimbang, serasi dan selaras.
3. Keanekaragaman Ekosistem
Makhluk hidup selalu berinteraksi antara makhluk hidup itu sendiri atau dengan faktor
abiotik.
Kombinasi faktor lingkungan abiotik membentuk lingkungan yang beraneka ragam.
Interaksi antara makhluk hidup dengan lingkungan abiotik menunjukkan adanya
keanekaragaman ekosistem.
Contoh :
• Ekosistem terumbu karang
• Ekosistem hutan
Kedua ekosistem memiliki jenis tumbuhan dan hewan yang berbeda.
Persebaran Organisme
Persebaran organisme di muka bumi dipelajari dalam cabang biologi yang disebut
biogeografi.
Menurut Alfred Russel Wallace, berdasarkan adanya persamaan fauna di daerah-daerah
tertentu di bumi, maka dapat dibedakan 6 daerah biogeografi dunia, yaitu sebagai berikut :
a. Nearktik : Amerika Utara.
b. Palearktik : Asia sebelah utara Himalaya, Eropa dan Afrika, Gurun Sahara sebelah utara.
c. Neotropikal : Amerika Selatan bagian tengah.
d. Oriental : Asia, Himalaya, bagian selatan.
e. Ethiopia : Afrika
f. Australia : Australia dan pulau – pulau sekitarnya.
Keanekaragaman Ekosistem
Ekosistem merupakan suatu satuan lingkungan, yang tertidiri dari unsur-unsur biotik yaitu
jenis-jenis makhluk hidup, dan unsur abiotik, yaitu faktor-faktor fisik (iklim, air, tanah) dan
kimia (keasaman, salinitas) yang berinteraksi satu sama lainnya. Dengan berbagai macam
kombinasi lingkungan fisik dan kimia yang beranekaragam maka jika susunan komponen jenis
dan susunan faktor fisik serta kimianya berbeda,ekosistem yang dihasilkannya akan berbeda
pula.
Dengan demikian,dapat dimengerti jika perpaduan antara tanah dan iklim yang beraneka
ragam, letak geografi yng membentang luas, serta jenis-jenis makhluk hidup yang beragam ,
akan menyebabkan ekosistem yang terbentuk juga beraneka ragam.
Keanekaragaman Jenis
Jenis (spesies) merupakan suatu satuan organisme yang dapat dikenal dari bentuk atau
penampilannya dan terdiri atas pengelompokan populasi atau gabungan individu yang mampu
kawin sesamanya secara bebas (tapi tidak dapat melakukannya dengan jenis lain), untuk
menghasilkan keturunan. Lingkungan tempat hidup jenis itu beraneka ragam , jenis yang
dihasilkannya akan beragam pula. Jenis yang terjadi ini juga punya peluang menghasilkan
jenis-jenis yang lain, melalui proses evolusi telah terbentuk jutaan jenis berbeda-beda.hal ini
mengakibatkan keterkaitan antara jenis satu dengan yang lainnya, inilah yang disebut dengan
kekerabatan.
Keanekaragaman Mikrobiota Indonesia
Berpegang pada hipotesis maka dunia monera (mikroba yang tidak memiliki inti sel sejati atau
prokariota, seperti bakteri ganggang biru) diwakili oleh sekitar 300 jenis misalnya (bakteri
yang menyebabkan fermentasi, yang menyebabkan makanan busuk).
Dugaan konservatifjumlah fungi jamur sekitar 12.000 Jenis, termasuk lumut kerak, jamur
lendir, dan jamur air.Sedangkan mikrobiota yang ntergolong tumbuhan (plantae) diwakili oleh
kelompok ganggang (algae) dan lumut (Bryopita).
Keanekaragaman Genetik
Ternyata dalam jenis yang sama, masih kita temukan banyak keragaman contoh (ayam
bangkok, ayam buras, ayam pelung, ayam hutan), keanekaragaman ini dinamakan genetik atau
keanekaragaman plasma nutfah.
Keanekaragaman plasma nutfah yang terdapat di negara kita ini sungguh luar biasa sehingga
mendapat julukan MEGA BIODIVERSITY. Masih tersimpan dalam jumlah besar plasma
nutfah binatang yang mempunyai potensi besar untuk dikembangkan.
Kesimpulan
Setelah kita mempelajari ciri-ciri keanekaragaman makhluk hidup ternyata di dalam negara
kita ini terdapat banyak macam-macam tumbuhan dan hewan yang beraneka ragam, sesuai
susnan genetik dan ekosistem.
Salah satu ciri makhluk hidup adalah tumbuh dan berkembang. Mula-mula hewan dan
tumbuhan itu berukuran kecil, kemudian secara bertahap tumbuh menjadi besar. Manusia juga
tumbuh dan berkembang, tetapi pertumbuhan pada manusia hanya terbatas sampai dengan usia
tertentu. Bagaimanakah pertumbuhan pada makhluk hidup? Apakah ciri-ciri setiap tahap
pertumbuhan manusia?
Perubahan pada ukuran tubuh bersifat ireversibel (tidak dapat kembali seperti semula).
Bertambahnya ukuran tubuh inilah yang disebut dengan pertumbuhan. Ukuran tubuh meliputi
tinggi, berat, dan volume. Pertumbuhan pada makhluk bersel satu ditandai dengan
bertambahnya ukuran sel. Sedangkan pada makhluk bersel banyak, pertumbuhan ditandai
dengan bertambahnya ukuran dan jumlah sel. Pertumbuhan pada manusia dan hewan ada
batasnya. Setelah mencapai usia tertentu, manusia dan hewan tidak tumbuh lagi.
Sedangkan tumbuhan hampir selalu tumbuh sepanjang hidupnya. Pertumbuhan diikuti dengan
proses perkembangan, yaitu proses biologis makhluk hidup menuju tingkat kedewasaan atau
kesempurnaan. Contoh perkembangan adalah perubahan susunan dan fungsi organ-organ
tubuh.
Pertumbuhan adalah proses pertambahan ukuran yang tidak dapat kembali ke asal
(irreversibel), yang meliputi pertambahan volume dam pertambahan massa. Selain disebabkan
pertambahan ukuran sel, pertumbuhan juga terjadi karena pertambahan jumlah sel. Contohnya
bayi yang baru lahir ukurannya + 45 cm dengan berat badan + 3 kg. Setelah mengalami
pertumbuhan, tinggi badan dapat mencapai lebih dari 150 cm dan berat badan lebih dari 30 kg.
Meskipun peranan gen sangat penting, faktor genetis bukan satu-satunya faktor yang
menentukan pola pertumbuhan dan perkembangan, karena juga dipengaruhi oleh faktor
lainnya. Misalnya tanaman yang mempunyai sifat unggul dalam pertumbuhan dan
perkembangannya, hanya akan tumbuh dengan cepat, lekas berbuah, dan berbuah lebat jika
ditanam di lahan subur dan kondisinya sesuai. Bila ditanam di lahan tandus dan kondisi
lingkungannya tidak sesuai, pertumbuhan dan perkembangannya menjadi kurang baik.
Demikian juga ternak unggul hanya akan berproduksi secara optimal bila diberi pakan yang
baik dan dipelihara di lingkungan yang sesuai.
b. Hormon
Hormon merupakan zat yang berfungsi untuk mengendalikan berbagai fungsi di dalam tubuh.
Meskipun kadarnya sedikit, hormon memberikan pengaruh yang nyata dalam pengaturan
berbagai proses dalam tubuh. Hormon yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
pada makhluk hidup beragam jenisnya.
a. Makanan atau Nutrisi Makanan merupakan bahan baku dan sumber energi dalam proses
metabolisme tubuh. Kualitas dan kuantitas makanan
akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup. Karena sedang dalam
masa pertumbuhan, kamu harus cukup makan makanan yang bergizi untuk mendukung
pertumbuhan dan perkembangan tubuhmu.
Zat gizi yang diperlukan manusia dan hewan adalah karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan
mineral. Semua zat ini diperoleh dari makanan. Sedangkan bagi tumbuhan, nutrisi yang
diperlukan berupa air dan zat hara yang terlarut dalam air. Melalui proses fotosintesis, air dan
karbon dioksida (CO2) diubah menjadi zat makanan dengan bantuan sinar matahari. Meskipun
tidak berperan langsung dalam fotosintesis, zat hara diperlukan agar tumbuhan dapat tumbuh
dan berkembang dengan baik. Coba kamu amati, tanaman padi yang terlambat dipupuk,
daunnya akan berwarna kekuningan. Setelah dipupuk, daun tanaman padi itu akan kembali
berwarna hijau dan tumbuh dengan baik. Mengapa demikian? Di dalam pupuk terkandung zat
hara yang penting sebagai nutrisi tanaman.
b. Suhu
Semua makhluk hidup membutuhkan suhu yang sesuai untuk menunjang pertumbuhan dan
perkembangannya. Suhu ini disebut suhu optimum, misalnya suhu tubuh manusia yang normal
adalah sekitar 37°C. Pada suhu optimum, semua makhluk hidup dapat tumbuh dan
berkembang dengan baik. Hewan dan manusia memiliki kemampuan untuk bertahan hidup
dalam kisaran suhu lingkungan tertentu. Tumbuhan menunjukkan pengaruh yang lebih nyata
terhadap suhu. Padi yang ditanam pada awal musim kemarau (suhu udara rata-rata tinggi)
lebih cepat dipanen daripada padi yang ditanam pada musim penghujan (suhu udara rata-rata
rendah). Jenis bunga mawar yang tumbuh dan berbunga dengan baik di pegunungan yang
sejuk, ketika ditanam di daerah pantai yang panas pertumbuhannya menjadi lambat dan tidak
menghasilkan bunga yang seindah sebelumnya. Hal ini disebabkan karena semua proses dalam
pertumbuhan dan perkembangan seperti penyerapan air, fotosintesis, penguapan, dan
pernapasan pada tumbuhan dipengaruhi oleh suhu.
c. Cahaya
Cahaya berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup. Tumbuhan
sangat membutuhkan cahaya matahari untuk fotosintesis. Namun keberadaan cahaya ternyata
dapat menghambat pertumbuhan tumbuhan karena cahaya dapat merusak hormon auksin yang
terdapat pada ujung batang. Bila kamu menyimpan kecambah di tempat gelap selama beberapa
hari, kecambah itu akan tumbuh lebih cepat (lebih tinggi) dari seharusnya, namun tampak
lemah dan pucat/kekuning-kuningan karena kekurangan klorofil. Selain tumbuhan, manusia
juga membutuhkan cahaya matahari untuk membantu pembentukan vitamin D.
Kelembapan adalah banyaknya kandungan uap air dalam udara atau tanah. Tanah yang lembab
berpengarauh baik terhadap pertumbuhan tumbuhan. Kondisi yang lembab banyak air yang
dapat diserap oleh tumbuhan dan lebih sedikit penguapan. Kondisi ini sangat mempengaruhi
sekali terhadap pemanjangan sel. Kelembapan juga penting untuk mempertahankan stabilitas
bentuk sel.
e. Tanah
Bagi tumbuhan, tanah berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangannya. Tumbuhan
akan tumbuh dan berkembang dengan optimal bila kondisi tanah tempat hidupnya sesuai
dengan kebutuhan nutrisi dan unsur hara. Kondisi tanah ditentukan oleh faktor lingkungan
lain, misalnya suhu, kandungan mineral, dan air.
2 3
2 3
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
2 3
Pertumbuhan Dan Perkembangan
Biologi Kelas 2 > Pertumbuhan Dan Perkembangan 2 3
55
< Sebelum Sesudah >
A. Faktor Luar
2. Kelembaban.
1. Faktor hereditas.
2. Hormon.
a. Auksin
adalah senyawa asam indol asetat (IAA) yang dihasilkan di ujung
meristem apikal (ujung akar dan batang). F.W. Went (1928)
pertama kali menemukan auksin pada ujung koleoptil kecambah
gandum Avena sativa.
- membantu perkecambahan
- dominasi apikal
b. Giberelin
Senyawa ini dihasilkan oleh jamur Giberella fujikuroi atau Fusarium
moniliformae, ditemukan oleh F. Kurusawa.
Fungsi giberelin :
- pemanjangan tumbuhan
- berperan dalam partenokarpi
c. Sitokinin
Pertama kali ditemukan pada tembakau. Hormon ini merangsang
pembelahan sel.
d. Gas etilen
Banyak ditemukan pada buah yang sudah tua
e. Asam absiat
f. Florigen
g. Kalin
Hormon pertumbuhan organ, terdiri dari :
- Rhizokalin
- Kaulokali
- Filokalin
- Antokalin
h. Asam traumalin atau kambium luka
Merangsang pembelahan sel di daerah luka sebagai mekanisme
untuk menutupi luka
• Psikologi Umum
HAKEKAT PERKEMBANGAN
Kalau kita memperlihatkan segala sesuatu yang ada di sekitar kita, baik kehidupan manusia,
binatang, flora, fauna maupun benda-benda anorganing, kita akan melihat satu hal yang abadi,
yaitu selalu adanya perubahan.
Semuanya berubah, tidak satupun yang abadi kecuali ketidak abadian itu sendiri. Demikian
pula halnya dengan manusia, yang bermula telur, kemudian melalui gris pertumbuhan : janin,
bayi, kanak-kanak, anak, permuda, adolesen, orang tua dan dengan segala variasinya sendiri.
Menurut irama perkembangannya sendiri-sendiri, tiada dua orang yang sama. Tiada dua orang
yang sama. Tiada seorang ahlipun yang mampu menemukan sesuatu hukum tertentu.
Perkembangan yang dialami manusia adalah perkembangan biologis, yaitu dari telur ke janin,
kemudian menjadi bayi dan seterusnya, kemudian baru secara psikhis.Yang bermula dari
sifatnya yang tidak berdaya.
Secara umum perkembangan manusia selalu dipengaruhi oleh fktor luar dan faktor dalam.
Dalam perkembangan hubungan keluarga juga sangat mendukung perkembangan anak.
Setelah menstruasi itu ia alami beberapa kali, ia mulai bisa dan mengerti bahwa dirinya telah
tumbuh menjadi seorang remaja. Sedikit demi sedikit dan perlahan demi perlahan ia mulai
bisa meninggalkan kebiasaan sifat kekanak-kanakannya.
Pertumbuhan dan perkembangan pada hewan termasuk manusia dapat dibedakan menjadi dua
fase utama, yaitu pertumbuhan dan perkembangan embrionik serta pertumbuhan dan
perkembangan pasca embrionik.
Pertumbuhan dan perkembangan masa embrio melalui suatu tahap tertentu yang sistematik
dan teratur.
Pertumbuhan dan perkembangan embrionik diawali dengan pertemuan sel telur (ovum)
dengan sperma sehingga menghasilkan sebuah sel yang disebut zigot. Zigot selanjutnya
mengalami masa pertumbuhan dan perkembangan melalui tahap-tahap yaitu pembelahan
zigot, gastrulasi, dan
organogenesis.
Pembelahan zigot. Zigot akan mengalami pembelahan secara mitosis, yaitu dari satu sel
menjadi dua sel, dua sel menjadi empat sel, empat sel menjadi delapan sel, dst.
Pembelahan zigot menjadi sel-sel anak disebut cleavage. Pembelahan sel tersebut berlangsung
cepat dan akan menghsilkan selsel anak yang tetap terkumpul menjadi satu kesatuan yang
menyerupai buah anggur yang disebut morula. Dalam pertumbuhan selanjutnya morula akan
menjadi blastula
yang memiliki suatu rongga. Proses pembentukan morula menjadi blastula disebut blastulasi.
Ektoderm mengalami diferensiasi menjadi kulit, rambut, sistem saraf, dan alat-alat indra.
Mesoderm mengalami diferensiasi menjadi otot, rangka, alat reproduksi (seperti testis dan
ovarium), alat peredaran darah, dan alat ekskresi seperti ginjal. Endoderm mengalami
diferensiasi menjadi alat pencernaan, dan alat-alat pernapasan seperti paru-paru.
Pada mamalia embrio memiliki selaput embrio, yaitu amnion, korion, sakus vitelinus, dan
alantois. Selaput embrio melindungi embrio terhadap kekeringan , goncangan, membantu
pernapasan, ekskresi serta fungsi penting lainnya selama berada di rahim induknya. Embrio
mendapat makan dari
induknya dengan perantaraan plasenta. Lama pertumbuhan dan perkembangan embrio
berbeda pada setiap jenis hewan.
Tetapi tidak semua bagian tubuh mengalami pertumbuhan dan perkembangan dengan
kecepatan yang sama, tetapi membentuk ukuran tertentu yang proporsional. Pada hewan
tertentu sebelum tumbuh menjadi hewan dewasa, membentuk tahap larva terlebih dahulu.
Pertumbuhan dan
perkembangan pasca embrionik yang melalui tahap larva dikenal dengan nama Metamorfosis.
Contoh hewan yang mengalami metamorfosis adalah: serangga dan katak.
Metamorfosis adalah perubahan bentuk tubuh yang dialami oleh hewan (misalnya serangga
dan katak) dari tahap larva hingga mencapai bentuk dewasa.
Metamorfosis pada Serangga Pada beberapa serangga seperti kupu-kupu. Lalat, nyamuk,
lebah, dan kumbang bentuk larva dan dewasa sering hampir tidaka ada kemiripan. Sedangkan
pada beberapa serangga lainya seperti belalang, lipas (kecoa) dan jangkrik, bentuk larva
(nimfa) mirip
bentuk dewasa. Pada proses metamorfosis terjadi proses fisik, pergantian kulit yang disebut
molting. Pada serangga biasanya mengalami empat kali molting. Pada proses ini terjadi
pembentukan kulit baru dan membentuk alat-alat tubuh yang diperlukan menjelng dewasa.
Pada bentuk dewasa
(imago) telah terjadi perkembangan organ reproduksi sehingga sudah mampu untuk
bereproduksi.
Berdasarkan kemiripan bentuk larva ,metamorfosis pada serangga dibedakan menjadi dua ,
yaitu metamorfosis sempurna dan metamorfosis tidak sempurna. Metamorfosis sempurna
(holometabola).
Pada metamorfosis sempurna, serangga dalam daur hidupnya mengalami perubahanperubahan
yang mencolok pada bentuk luar dan organ-organ tubuh dari berbagai stadiumnya. Bentuk
larva dan dewasa serangga kelompok ini tidak ada kemiripannya.
Telur menetas menjadi larva . larva umumnya mengalami molting empat kali sehingga
terbentuk larva stadium satu hingga larva stadium empat. Pada tahap larva umumnya serangga
sangat aktif makan . larva stadium empat berubah menjadi pupa (kepompong).
Pada tahap pupa tidak aktif makan (periode puasa), tetapi proses metabolisme tetap terus
berlangsung. Setelah mengalami pertumbuhan dan pembelahan sel , diferensiasi dan
orgagenesis, maka pupa akan berubah menjadi serangga dewasa (imago).
Selama metamorfosis terjadi pengulangan proses seperti halnya pada pertumbuhan dan
perkembangan embrionik hingga akhirnya larva berubah menjadi bentuk dewasa.
Contoh serangga yang mengalami metamorfosis sempurna adalah kupu-kupu, lalat, nyamuk,
lebah, dan kumbang.
Pada metamorfosis tidak sempurna serangga mengalami bentuk dari telur menjadi dewasa
yang tidak mencolok dalam daur hidupnya. Bentuk larva atau pra dewasanya disebut nimfa.
Nimfa memiliki kemiripan dengan bentuk dewasa (imago), kecuali organ reproduksi dan
sayap. Organ reproduksi pada nimpa belum berkembang, baru setelah dewasa organ
reproduksinya berkembang dan serangga dapat bereproduksi. Pada metamorfosis tidak
sempurna tidak terbentuk tahap pupa (kepompong).
Pada metamorfosis tidak sempurna perubahan bentuk yang terjadi adalah :
contoh hewan yang mengalami metamorfosis tidak sempurna antara lain: belalang, lipas
(kecoa), dan jangkrik.
Metamorfosis pada katak Katak merupakan golongan hewan amfibi, yaitu memiliki dua alam
kehidupan di darat dan di air.
Pertumbuhan dan perkembangan pada katak di awali dengan dengan pembuahan sel telur
oleh sperma . sel telur yang dibuahi olehsperma akan membentuk zigot. Pembuahan ini terjadi
diluar tubuh betina (fertilisasi eksternal), yaitu dilingkungan air. Zigot berkembang menjadi
embrio dalam beberapa tahap yaitu morula, blastula, dan gastrula.
Morula terbentuk setelah 3 – 7 jam setelah pembuahan, blastula terbentuk 18 jam setelah
pembuahan, dan gastrula terbentuk 34 jam setelah pembuahan. Setelah kurang lebih 84 jam ,
tampak adanya ekor. Beberapa hari kemudian kurang lebih enam hari , embrio menetas
menjadi larva yang disebut berudu (kecebong). Semula berudu mempunyai tiga pasang insang
luar. Dalam
perkembangan selanjutnya setelah sembilan hari insang luar berganti dengan insang dalam.
Sesudah kurang lebih 12 hari terbentuk tutup insang dan tungkai belakang tampak setelah
kurang lebih dua sampai tiga bulan. Berudu hidup di lingkungan air dan bersifat herbivora.
Setelah berumur kurang lebih 3 bulan atau lebih (tergantung pada spesies dan suhu yang
sesuai), berudu mengalami metamorfosis. Perkembangan organ selanjutnya adalah paruparu
mulai tumbuh dan berkembang, usus menjadi lebih pendek, insang mengalami kemunduran,
dan akhirnya berudu
berkembang menjadi katak. Katak hidup di lingkungan darat dan bersifat insektivora.
Setelah berumur satu tahun atau lebih , katak berkembang menjadi dewasa. Pada katak
dewasaa organ reproduksinya telah berkembang dan dapat bereproduksi.
Metagenesis pada Tumbuhan dan Hewan Metagenesis merupakan pergiliran daur hidup
antara generasi yang bereproduksi secara seksual dan generasi lainnya yang bereproduksi
secara aseksual.
Metagenesis pada Tumbuhan Metagenesis pada tumbuhan dapat kita lihat pada tumbuhan
lumut dan paku. Lumut dan paku mempunyai generasi seksual (generatif) yang disebut
generasi gametofit dan generasi aseksual (vegetatif) yang disebut generasi sporofit.
Tumbuhan lumut yang sering kita lihat merupakan generasi gametofit. Generasi sporofitnya
tergantung pada gametofit untuk memperoleh nutrisi. Sedangkan tumbuhan paku yang sering
kita lihat merupakan generasi sporofit. Generasi gametofitnya yaitu protalium.
Facebook © 2009
Menjadi abid sebenar-benarnya Abied
• Beranda
• Artikel
• Buku Tamu
• Tentang Abied
•
Beranda > Budaya, Cerita, Hidup > Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
Istilah pertumbuhan dan perkembangan sering digunakan secara bergantian atau secara
bersama dalam arti yang sama. Namun demikian, sebenarnya mempunyai pengertian yang
berbeda, walaupun keduanya mempunyai aspek yang sama, yaitu terjadinya perubahan dan
pertambahan. Untuk jelasnya dapat kita lihat beberapa definisi yang dikemukakan para ahli.
Pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses fungsi-fungsi fisik
yang berlangsung secara normal pada anak yang sehat, dalam passage (peredaran waktu)
tertentu.[1]
“Pertumbuhan berarti perubahan-perubahan kualitatif yang mengacu pada jumlah, besar dan
luas yang bersifat konkret.”.[2]
Pertumbuhan dapat diartikan sebagai perubahan kuantitatif pada material sesuatu sebagai
akibat dari adanya pengaruh lingkungan . . . , Pertumbuhan
itu tidak hanya berlaku pada hal-hal yang bersifat kuantitatif, karena tidak selamanya material
itu kuantitatif. Material dapat terdiri dari bahan-bahan kuantitatif misalnya atom, sel,
kromosan, rambut dan lain-lain, dapat pula material terdiri dari bahan-bahan kualitatif
misalnya kesan, keinginan, ide, gagasan, pengetahuan, nilai, dan lain-lain.[3]
Dari uraian di atas, dapatlah kita rumuskan arti pertumbuhan sebagai perubahan kuantitatif
pada material pribadi sebagai akibat dari adanya pengaruh lingkungan. Material pribadi
seperti sel, kromoson, rambut, butiran darah, tulang, adalah tidak dapat dikatakan
berkembang, melainkan bertumbuh. Begitu juga material pribadi seperti kesan, keinginan,
ide, pengetahuan, nilai, selama tidak dihubungkan dengan fungsinya. Jadi pertumbuhan
meliputi pertambahan material, baik yang pertumbuhan yang bersifat kuantitatif maupun yang
bersifat kualitatif, sepanjang tidak berhubungan dengan fungsinya.
Selanjutnya untuk pengertian perkembangan, dapat kita lihat dari definisi yang dikemukakan
oleh para ahli sebagai berikut:
“Perkembangan adalah perubahan dan pertambahan yang bersifat kualitatif dari setiap fungsi-
fungsi kejiwaan dan kepribadian”.[4]
fungsi organ-organ jasmaniah, bukan organ-organ jasmaniahnya itu sendiri. Dengan kata lain,
perekanan arti perkembangan itu terletak pada penyempurnaan fungsi psikologis yang
disandang oleh organ-organ fisik.[5]
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perkembangan itu adalah perubahan dan
pertambahan kualitatif daripada setiap fungsi disebabkan adanya proses pertumbuhan material
yang memungkinkan adanya fungsi itu, di samping itu juga disebabkan oleh karena
perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar. Jadi kita dapat merumuskan pengertian
perkembangan pribadi sebagai perubahan kualitatif dari setiap fungsi kepribadian akibat dari
pertumbuhan dan belajar.
Dari beberapa pengertian pertumbuhan dan perkembangan yang telah dikemukakan di atas,
dapat kita simpulkan bahwa pertumbuhan mengandung arti yang berbeda dengan pribadi yang
berkembang. Dalam pribadi manusia, baik yang jasmaniah maupun yang rohaniah, terdapat
dua bagian yang berbeda sebagai kondisi yang menjadikan pribadi manusia berubah menuju
kesempurnaan. Dua bagian yang kuantitatif dan bagian pribadi fungsional yang kualitatif.
Pribadi material yang kuantitatif mengalami pertumbuhan, sedangkan pribadi fungsional yang
kuantitatif mengalami perkembangan.
Setelah membahas pengertian pertumbuhan dan perkembangan di atas, kita akan membahas
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan seorang anak,
memang tidak dapat dihindari adanya beberapa faktor yang mempengaruhi organ tubuh anak,
antara lain:
1. Faktor sebelum lahir, yaitu adanya gejala-gejala tertentu yang terjadi sewaktu anak
masih di dalam kandungan. Contoh: Adanya gejala kurungan nutrisi pada ibu atau
janin, terkena infeksi oleh bakteri syphilis, dan lain-lain.
2. Faktor pada waktu lahir, yaitu terjadinya gangguan pada saat anak dilahirkan. Contoh:
Dinding rahim terlalu sempit hingga terjadi tekanan yang kuat dan mengakibatkan
pendarahan pada kepala, dan lain-lain.
3. Faktor sesudah lahir, yaitu peristriwa-peristiwa tertentu yang terjadi setelah anak lahir,
terkadang menimbulkan terhambatnya peertumbuhan anak. Contoh: Kekurangan gizi
atau vitamin, adanya benturan di kepala, dan lain-lain.
4. Faktor psikologis, yaitu adanya kejadian-kejadian tertentu yang menghambat
berfungsinya psikis terutama yang menyangkut perkembangan intelegensi dan emosi
anak yang berdampak pada proses pertumbuhan anak. Contoh: Kurangnya perawatan
jasmani, atau rohani, kurangnya kasih sayang dan perhatian, dan lain sebagainya.[6]
Jadi pada dasarnya peertumbuhan anak sangat dipengaruhi oleh keempat faktor di atas,
kekurangan nutrisi pada ibu atau janin, perdarahan di bagian kepala yang disebabkan oleh
tekanan dari dinding rahim waktu dilahirkan, ataupun pengalaman traumatik karena terjatuh,
dapat menyebabkan
Di samping itu dapat kita lihat, bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu dari golongan sosial
ekonomis yang rendah pada umumnya tumbuh lebih kecil daripada bayi yang dilahirkan oleh
ibu-ibu dari kelas menengah dan tinggi. Hal ini disebabkan karena kekurangan gizi dan
kurang sempurnanya perawatan kesehatan.
Setiap gejala perkembangan anak merupakan hasil kerjasama dan pengaruh timbal balik
antara potensi hereditas dengan faktor-faktor lingkungan. Oleh karena itu bakat dan potensi
anak patut diperhitungkan. Perkembangan setiap anak pada batas tertentu sangat ditentukan
oleh bibit dari setiap potensi psiko-psiko anak. Dan kualitas alami tersebut mempengaruhi
cara bereaksi atau respon anak terhadap segala pengaruh dari lingkungan.
yang karaktereistik, misalnya: penampakantubuh, warna rambut, bentuk hidung, dan lain-
lain. Hal ini juga tampak pada ciri-ciri psikis yang ber-karakteristik, misalnya: kecverdasan
atau intelegensi, ketekunan, minat, dan lain-lain.
Pertumbuhan dan perkembangan anak kemudian diikuti dengan usaha belajar. Dan setiap
pengalaman anak sejak masa lahirnya akan cenderung mendorong maju perkembangannya.
Jelaslah bahwa impuls untuk tumbuh dan berkembang pada anak itu sangat kuat. Implus ini
dimanfaatkan oleh anak untuk mencoba setiap bakat dan kemampuannya, dengan caranya
sendiri. Oleh karena itulah maka anak disebut sebagai subyek yang aktif.
Menurut Tadjad pada garis besarnya ada dua faktor yang mempengaruhi terjadinya
pertumbuhan dan perkembangan pada seorang anak, yaitu:
1. Faktor intern, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri anak, yang berasal dari
keturunan dan pembawaan.
2. Faktor ekstern, yaitu faktor yang berasal dari luar diri anak, yang berasal dari
pengalaman dan interaksinya dengan lingkungan.[8]
Pada dasarnya, faktor-faktor tersebut di atas sama dengan yang dijelaskan sebelumnya, yaitu
bahwa faktor keturunan atau pembawaan dari anak dan juga faktor dari lingkungan
sekitarnya sangan mempengaruhi proses
Suatu sistem pengertian atau konseptualisasi yang diorganisasikan secara logis, dan diperoleh
melalui jalan (pendekatan) yang sistematis, biasanya disebut sebagai teori. Adapun yang
menyangkut teori-teori tentang pertumbuhan dan perkembangan anak dari para ahli sangat
beragam. Menurut Tadjad ada tiga teori tentang pertumbuhan dan perkembangan seorang
anak, yaitu:
1. Teori Nativisme, berpendapat bahwa sejak lahir anak telah memiliki sifat dan dasar-
dasar tertentu, yang bersifat pembawaan atau keturunan. Sifat-sifat dan dasar-dasar
tertentu inilah yang menentukan pertumbuhan dan perkembangan anak sepenuhnya.
Sedangkan pendidikan dan lingkungan boleh dikatakan tidak berarti, kecuali sebagai
wadah dan memberikan rangsangan saja.
2. Teori Empirisme, berpendapat bahwa anak dilahirkan tidak membawa apa-apa.
Seluruh pertumbuhan dan perkembangan semata ditentukan oleh faktor di luar, yaitu
lingkungan, pengalaman dan pendidikan yang diterimanya.
3. Teori Konvergensi, berpendapat bahwa pertumbuhan dan perkembangan anak itu
adalah sebagai akibat interaksi antara faktor intern dan ekstern. Anak dilahirkan
dengan membawa sifat-sifat dasar atau benih-benih tertentu yang berasal dari
keturunan (herediter), namun sifat dasar benih tersebut baru bisa tumbuh dan
berkembang setelah mendapatkan pengaruh dari lingkungan dan pendidikan yang
tepat.[9]
Selain dari teori yang telah disebutkan di atas, Drs. H. Abu Ahmadi menuliskan dalam
bukunya beberapa teori perkembangan anak sebagai berikut:
1. Teori Empirisme
Teori Empirisme, berpendapat bahwa pada dasarnya anak lahir di dunia, perkembangannya
ditentukan oleh adanya pengaruh dari luar, termasuk pendidikan dan pengajaran.
Dianggapnya anak lahir dalam kondisi kosong, putih bersih seperti meja lilin (tabularasa),
maka pengalaman (empiris) anaklah yang bakal menentukan corak dan bentuk perkembangan
jiwa anak. Dengan demikian menurut teori ini, pendidikan atau pengajaran anak pasti
berhasil membentuk perkembangan atau pengajaran anak pasti berhasil membentuk
perkembangannya. Teori ini biasa juga dikenal sebagai:
1. Teori Optimisme (paedagogik optimisme) dengan alasan karena teori ini sangat yakin
dan optimis akan keberhasilan upaya pendidikan dalam membina kepribadian anak.
2. Teori yang berorientasi lingkungan, karena lingkungan lebih banyak menentukan
corak perkembangan anak.
3. Teori Tabularasa, karena faham ini mengibaratkan anak lahir dalam kondisi putih
bersih seperti meja lilin (tabula/table: meja, rasa, lilin).
1. 2. Teori Nativisme
2. Teori Nativisme mengemukakan bahwa anak lahir telah dilengkapi pemba-
3. pembawaan bakat alami (kodrat). Dan pembawaan inilah yang akan
menentukan wujud kepribadian seorang anak. Pengaruh lain dari luar tidak
akan mampu merubah pemba2waan anak. Dengan demikian, maka pendidikan
bagi anak adalah sia-sia tidak perlu dihiraukan. Tokoh utamanya adalah
Shopenhauer dari Jerman
4. Teori Passimisme (paedagogik passimisme), karena teori ini menolakdan
pasimis terhadap pengaruh dari luar.
5. Teori Biologis, karena teori ini menitikberatkan faktor biologis, faktor
keturunan (genetic) dan keadaan psikofisik yang dibawa sejak lahir.
1. 3. Teori Konvergensi.
Teori ini berpendapat bahwa perkembangan jiwa anak lebih banyak ditentukan oleh dua
faktor yang saling menopang, yakni faktor bakat dan faktor pengaruh lingkungan. Keduanya
tidak dapat dipisahkan, seolah-olah memadu dan bertemu dalam satu titik (converge). Di sini
dapat dipahami bahwa kepribadian seorang anak akan terbentuk dengan baik apabila dibina
oleh suatu pendidikan (pengalaman) yang baik serta ditopang oleh bakat yang merupakan
pembawaan lahir. Tokoh utama yang mempelajari teori ini adalah sepasang suami isteri
Williams Stern dan clara Stern.
4. Teori Rekapitulasi
perkembangan jiwa anak adalah merupakan hasil ulangan dari perkembangan seluruh jenis
manusia. Disimpulkan bahwa seorang manusia akan mengalami tingkatan masa sebagai
berikut:
1. Masa berburu (merampok) sampai umur kurang lebih 8 tahun, rupa kegiatannya antara
lain menangkap binatang.
2. Masa penggembala, umur 8 – 10 tahun seorang anak senang memelihara binatang,
ikan, kambing dan lain-lain.
3. Masa bertani, umur 10 – 12 tahun anak suka berkebun memelihara dan menanam
tanaman, bunga dan lain-lain…
4. Masa berdagang, umur kurang lebih 12- 14 tahun anak gemar bermain pasar-pasaran,
tukar-menukar perangko, tukar gambar, dan lain-lain.
5. Masa industri, umur 14 tahun ke atas anak mulai mencoba berkarya sendiri, membuat
mainan, membuat kandang merpati, dan lain-lain.
Pernyataan terkenal dari teori ini adalah onogenese recapitulatie philogenesa (perkembangan
suatu jenis makhluk adalah mengulangi perkembangan seluruhnya). Tokoh utama teori ini
adalah Haekal yang kemudian diikuti oleh Stanley Hall.
5. Teori Psikodinamika
Teori ini berpendapat bahwa perkembangan jiwa atau kepribadian seseorang ditentukan oleh
komponen dasar yang bersifat sosioafektif, yakni ketegangan yang ada di dalam diri seseorang
ikut menentukan dinamika di tengah-tengah lingkungannya. Maka teori ini pun menekankan
pada peranan lingkungan di dalam perkembangan anak. Yang termasuk pendukung teori ini
adalah K. Homey, E. From dan juga Sigmund Freud.
Yang menyampaikan teori ini adalah salah seorang ilmuan dari Belanda yaitu Dr. M.J.
Langeveld.
7. Teori Interaksionisme
Menurut teori ini perkembangan jiwa atau perilaku anak banyak ditentukan oleh adanya
dialektif dengan lingkungannya. Maksudnya, adalah bahwa perkembangan kognitif seorang
anak bukan merupakan perkembanan yang wajar, melainkan ditentukan oleh interaksi budaya.
Pengaruh yang datang dari pengalaman dalam berinteraksi budaya, serta dari penanaman
nilai-nilai lewat pendidikan (disebut transmisial) itu diharapkan mencapai suatu stadium yang
disebut ekulibrasi, yakni keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi
Dalam ajaran Islam, sifat dasar yang berasal dari keturunan tersebut biasa disebut fitrah. Atas
dasar fitrah itulah manusia diciptakan (ditumbuh- kembangkan). Namun merupakan tugas
pendidik dan orang tua untuk mengajar, mendidik dan mengarahkan pertumbuhan dan
perkembangan potensi dari fitrah tersebut agar dapat tumbuh dan berkembang dengan baik
dan sempurna.
[1]Kartini Kartono, Psikologi Anak Psikologi Perkembangan (Cet. V; Bandung: Mandar
Maju, 1995), h. 18.
[2]Muhiddin Syah, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru (Cet. I; Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1995), h. 41.
[3]H. Abu Ahmadi, Munawar Sholeh, Psikologi Pengembangan (Cet. I; Jakarta: Rineka
Cipta, 1991), h. 5.
[4]Tadjad, Ilmu Jiwa Pendidikan (Cet. I; Surabaya: Karya Abditama, 1994), h. 19.
[9]Ibid., h. 20-21.
KEPADA
Yth. Kantor Departemen Agama Kabupaten Blora
Cq. Kasi Urais
Di Blora
Berdasarkan DIPA Kantor DepartemenAgama Kabupaten Blora Nomor : 0018.0/25-
01/2/XIII/2009 tanggal 19 Agustus 2009, bersama ini kami ajukan permintaan pembayaran
sebagai berikut :
1. Jumlah Pembayaran yangdiminta : 1) dengan angka Rp. 2.073.600,00
2) dengan huruf ( Dua Juta Tujuh Puluh
Tiga ribu Enam Ratus Rupiah )
2. Untuk Keperluan :Biaya Pengolahan dan Penyelenggaraan NR di
Kantor Departemen AgamaKabupaten Blora
dan KUA Kecamatan Sambong
3. Jenis Belanja : Belanja Barang Operasional Lainnya (521119)
4. Atas Nama : Bendahara Pengeluaran Kandepag Kabupaten
Blora
5. Atas Nama : Jl. Dr. Sutomo No. 48 Blora 58211
6. Mempunyai Rekening : Pada Bank ……………--……………
Nomor Rekening……..--……………
7. Dengan Penjelasan : NPWP………………...--……………
No. KEGIATAN,SUB PAGU SPP SPP JUMLAH SISA
UR KEGIATAN DAN DALAM SAMPAI INI SAMPAI DANA
UT MAK DIPA DGN YG (Rp.) DGN SPP
BERSANGKUTAN ( Rp.) LALU INI (Rp.)
(Rp.)
1 2 3 4 5 6 7
1. 09.01.01.3315.0118.52 - - 2.073. 2.073.600 -
1119 600
JUMLAH
• Pendidikan Matematika
abstraks:
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berdasarkan UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara (Anonim, 2003: 3).
Penyempurnaan kurikulum harus mengacu pada undang-undang tersebut.
Kurikulum 2004 bertujuan untuk mewujudkan peningkatan mutu dan relevansi
pendidikan yang dilakukan secara menyeluruh mencakup pengembangan dimensi
manusia Indonesia seutuhnya. Dalam kurikulum ini diberlakukan standar nasional
pendidikan yang berkenaan dengan standar isi, proses dan kompetensi lulusan
(Depdiknas, 2003: 3).
Matematika disebut sebagai ratunya ilmu. Jadi matematika merupakan kunci
utama dari pengetahuan-pengetahuan lain yang dipelajari di sekolah. Tujuan dari
pendidikan matematika pada jenjang pendidikan dasar dan menengah adalah
menekankan pada penataan nalar dan pembentukan kepribadian (sikap) siswa agar
dapat menerapkan atau menggunakan matematika dalam kehidupannya (Soedjadi,
2000: 42). Dengan demikian matematika menjadi mata pelajaran yang sangat
penting dalam pendidikan dan wajib dipelajari pada setiap jenjang pendidikan.
Setiap individu mempunyai pandangan yang berbeda tentang pelajaran
matematika. Ada yang memandang matematika sebagai mata pelajaran yang
menyenangkan dan ada juga yang memandang matematika sebagai pelajaran yang
sulit. Bagi yang menganggap matematika menyenangkan maka akan tumbuh
motivasi dalam diri individu tersebut untuk mempelajari matematika dan optimis
dalam menyelesaikan masalah-masalah yang bersifat menantang dalam pelajaran
matematika. Sebaliknya, bagi yang menganggap matematika sebagai pelajaran yang
sulit, maka individu tersebut akan bersikap pesimis dalam menyelesaikan masalah
matematika dan kurang termotivasi untuk mempelajarinya. Sikap-sikap tersebut
tentunya akan mempengaruhi hasil yang akan mereka capai dalam belajar.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa yaitu faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi intelegensi, motivasi,
kebiasaan, kecemasan, minat, dan sebagainya. Sedangkan faktor eksternal meliputi
lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, keadaan sosial
ekonomi, dan sebagainya (Ahmadi dan Supriyono, 2004: 138).
Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan tentang kaitan beberapa faktor
internal pada diri siswa dengan hasil yang dicapai oleh siswa. Faktor-faktor internal
tersebut diantaranya adalah faktor intelektif yaitu kecerdasan siswa dan faktor non
intelektif yaitu motivasi berprestasi dan kebiasaan belajar siswa.
Faktor intelektif (kecerdasan) mempunyai pengaruh yang cukup jelas dalam
hal pencapaian hasil belajar. Seseorang yang memiliki tingkat kecerdasan yang
relatif tinggi cenderung lebih baik prestasi belajarnya dibandingkan dengan seseorang yang
memiliki tingkat kecerdasan yang relatif rendah. Namun demikian,
faktor kecerdasan bukanlah satu-satunya faktor yang menentukan prestasi yang
akan dicapai siswa.
Faktor non intelektif diantaranya adalah motivasi dan kebiasaan. Motivasi
merupakan faktor yang sangat penting dalam proses belajar guna mencapai prestasi
yang diharapkan. Ini dikarenakan motivasi merupakan pendorong dan penggerak
individu yang dapat menimbulkan dan memberikan arah bagi individu untuk
melakukan aktivitas-aktivitas tertentu untuk mencapai tujuannya. Standar nilai baik
nilai ketuntasan belajar maupun kelulusan yang ditetapkan secara nasional yang
harus dicapai oleh siswa dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar dan
berprestasi. Serta membuat siswa tertuntut untuk mengubah kebiasaan belajarnya
ke arah yang lebih baik.
Kebiasaan belajar merupakan pola belajar yang ada pada diri siswa yang
bersifat teratur dan otomatis. Kebiasaan bukanlah bawaan sejak lahir, melainkan
kebiasaan itu dapat dibentuk oleh siswa sendiri serta lingkungan pendukungnya.
Suatu tuntutan atau tekad serta cita-cita yang ingin dicapai dapat mendorong
seseorang untuk membiasakan dirinya melakukan sesuatu agar apa yang
diinginkannya tercapai dengan baik. Kebiasaan belajar yang baik akan dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa, sebaliknya kebiasaan belajar yang tidak baik
cenderung menyebabkan prestasi belajar siswa menjadi rendah.
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah seorang guru bidang studi
matematika, motivasi siswa kelas X pada tahun ajaran 2005/2006 yang sekarang menjadi
kelas XI pada tahun ajaran 2006/2007 dalam belajar matematika secara
umum relatif rendah. Hal ini terlihat dalam hal pengerjaan tugas, jika tidak ada
konsekuensi tugas harus dikumpul maka hanya sebagian kecil saja siswa yang
mengerjakan tugas tersebut. Keadaan tersebut menjadi kebiasaan yang kurang baik
pada diri siswa dalam belajar. Pada kegiatan proses belajar mengajar motivasi siswa
cenderung meningkat apabila mereka diminta mengerjakan tugas yang mereka bisa,
namun akan terjadi hal sebaliknya bila tugas yang diberikan terasa sulit. Adapun
respon siswa dalam kegiatan belajar mengajar tergantung dengan metode yang
digunakan oleh guru. Sementara itu, hasil ujian blok bersama yang diadakan pada
akhir tahun ajaran 2005/2006 menunjukkan tentang ketuntasan belajar matematika
siswa yaitu 70% dari siswa kelas X tahun ajaran 2005/2006 tuntas dan 30% belum
tuntas, sedangkan kriteria keberhasilan adalah 85 % siswa tuntas dalam belajar.
Dari uraian di atas, maka penulis tertarik mengadakan penelitian tentang
‘Hubungan Antara Tingkat Kecerdasan, Motivasi Berprestasi dan Kebiasaan
Belajar Matematika Siswa dengan Prestasi Belajar Matematika Siswa Semester
1 Kelas XI IPA A SMA Negeri 6 Kota Bengkulu’.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka permasalahan pokok dalam
penelitian ini adalah :
1. Apakah ada hubungan yang signifikan antara tingkat kecerdasan siswa dengan
prestasi belajar matematika siswa semester 1 kelas XI IPA A SMA Negeri 6
kota Bengkulu?
2. Apakah ada hubungan yang signifikan antara motivasi berprestasi siswa
dengan prestasi belajar matematika siswa semester 1 kelas XI IPA A SMA
Negeri 6 kota Bengkulu?
3. Apakah ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan belajar matematika
siswa dengan prestasi belajar matematika siswa semester 1 kelas XI IPA A
SMA Negeri 6 kota Bengkulu?
4. Apakah ada hubungan yang signifikan antara tingkat kecerdasan, motivasi
berprestasi dan kebiasaan belajar matematika siswa dengan prestasi belajar
matematika siswa semester 1 kelas XI IPA A SMA Negeri 6 kota Bengkulu?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari diadakannya penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan yang signifikan antara tingkat
kecerdasan siswa dengan prestasi belajar matematika siswa semester 1 kelas XI
IPA A SMA Negeri 6 kota Bengkulu.
2. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan yang signifikan antara motivasi
berprestasi siswa dengan prestasi belajar matematika siswa semester 1 kelas XI
IPA A SMA Negeri 6 kota Bengkulu.
3. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan yang signifikan antara kebiasaan
belajar matematika siswa dengan prestasi belajar matematika siswa semester 1
kelas XI IPA A SMA Negeri 6 kota Bengkulu.
4. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan yang signifikan antara tingkat
kecerdasan, motivasi berprestasi dan kebiasaan belajar matematika siswa dengan prestasi
belajar matematika siswa semester 1 kelas XI IPA A SMA
Negeri 6 kota Bengkulu.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Sumbangan bagi guru matematika tentang hubungan tingkat kecerdasan,
motivasi berprestasi, kebiasaan belajar matematika dengan prestasi belajar
matematika siswa.
2. Memberikan masukan bagi siswa agar termotivasi untuk belajar matematika
dan meningkatkan prestasinya serta mendorong siswa untuk membentuk
kebiasaan belajar matematika yang lebih baik.
3. Dapat menambah pengetahuan peneliti tentang hubungan tingkat kecerdasan,
motivasi berprestasi dan kebiasaan belajar matematika dengan prestasi belajar
matematika.
1.5 Batasan Istilah
1. Kecerdasan (intelegensi) adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah,
berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif.
2. Motivasi berprestasi adalah rangkaian dorongan yang menggerakkan seseorang
untuk melakukan keinginan yang dilandasi adanya tujuan mencapai prestasi
yang baik.
3. Kebiasaan belajar matematika adalah cara belajar matematika yang telah
dilakukan secara rutin dan berulang-ulang yang bersifat teratur dan seragam
serta tetap dengan sendirinya.
4. Prestasi belajar matematika adalah hasil yang dicapai oleh siswa setelah
mengalami proses belajar mengajar matematika yang dinyatakan dalam hasil
tes.