Professional Documents
Culture Documents
Sc
1. PENDAHULUAN
Berbicara mengenai penyaliran atau drainage akan identik dengan pengontrolan air tanah dan air
permukaan bumi yang biasanya mengganggu aktifitas tambang, baik tambang terbuka, bawah
tanah maupun batubara. Ketika pengontrolan air tanah menjadi bagian yang tidak terpisahkan
dengan aktifitas penggalian bijih atau batubara, maka faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan
antara lain sistem pengontrolan (sump, sumur dalam atau sumur pompa), curah hujan rata-rata,
debit air minimum-maksimum, kualitas air dan biaya.
Sasaran penyaliran adalah membuat lokasi kerja di areal penambangan selalu kering karena
bila tidak terkontrol akan menimbulkan masalah, antara lain : (1) lokasi kerja (2) jalan tambang
becek dan licin, (3) stabilitas lereng tambang rawan longsor (4) peralatan tambang cepat rusak (5)
kesulitan mengambil contoh (sampling) (6) efisiensi kerja menurun dan (7) mengancam
keselamatan dan kesehatan kerja. Sistem penyaliran dapat berupa pencegahan air masuk ke
lokasi tambang (inkonvensional). Kedua sistem ini dapat diterapkan secara simultan atau diambil
salah satu sistem saja. Yang penting di dalam merancangnya harus dipertimbangkan faktor-faktor
pengontrolan tersebut di atas.
Namun air dalam jumlah tertentu diperlukan untuk aktifitas-aktifitas yang lain, diantaranya :
mengurangi konsentrasi debu di jalan tambang atau crushing plant, sebagai media pemisahan
dan pencucian dalam pengolahan bahan galian, keperluan sehari-hari diperkantoran, perumahan
dan workshop, dan sebagainya. Melihat cakupan masalah dan manfaat air tanah cukup luas
ditambah kemajuan teknologi investigasi air tanah saat ini cukup memadai, maka manajemen air
harus diperhitungkan di dalam perencanaan penambangan.
Baik pada lapisan air tanah bebas maupun terkekang, permukaan di sekitar sumur (lubang
bor) akan menurun apabila airnya dipompa keatas permukaan bumi. Akibat pemompaan ini air
tanah di dalam akuifer akan mengalir menuju dasar sumur (lubang bor). Analisis terhadap aliran ini
didasarkan pada kondisi akuifer yang ideal, homogen, isotropis ke segala arah dan ke dalaman
sumur dianggap menembus total ketebalan lapisan akuifer, sehingga air mengalir secara
horisontal dan radial. Pengisapan air tanah melalui sumur akan membentuk konis tersebut akan
bertambah secara logaritmis ke arah jari-jari dimana pengaruh tekanan isap pompa nol atau tidak
terjadi penurunan permukaan lapisan air tanah. Apabila permeabilitas tidak seragam, maka bentuk
konis mengalami distorsi.
Penurunan permukaan air tanah (drawdown) bertambah seiring dengan pemompaan yang
berlangsung terus menerus sampai laju air yang keluar seimbang atau konstan. Keseimbangan ini
terbentuk apabila air tanah yang masuk ke dalam pipa (in flow) sesuai dengan kapasitas pompa .
Disamping pengaruh permeabilitas, bentuk konis di sekitar sumur atau shaft juga akan dipengaruhi
oleh posisi batuan kedap air (barrie) yang menghalangi aliran air tanah atau dekat dengan sumber
air yang cenderung terus mengisi sumur tersebut, misalnya danau, laut, dan sebagianya.
Gambar 3a memperlihatkan efek barrier terhadap bnetuk konis air tanah. Pada tahap 1 dan 2
masih memungkinkan terbentuknya konis air tanah, namun semakin ke dalam kuantitas air tanah
akan berkurang karena terhalang barrier dan bentuk konis air tanah akan berubah hingg relatif
mendatar. Sementara itu pada Gambar 3b pembuatan sumur atau shaft dekat dengan danau,
maka kontinuitas pengisian air ke dalam sumur pun berlangsung menerus. Akibatnya bentuk konis
air tanah akan selalu terbentuk bertambah luas.
Darcy (Milidarcy)
Dikatakan 1 darcy apabila suatu fluida dengan kekentalan (viscosity) 1 centipoise pada temperatur
68° F = 20 ° C bergerak dengan laju 1 cm perdetik di bawah gradient tekanan 1 atm percm
(tepatnya adalah 1,034 cm air pada temperatur yang sama). Pengukuran cara ini biasanya di pakai
oleh para ahli teknik perminyakan. 1 Darcy = 1000 milidarcy.
Kecepatan aliran
Dikatakan 1 unit permeabilitas bila air dengan kekentalan 1 centipose bergerak 1 cm perdetik
dibawah tekanan gradient 1 atm (100%). Laju air ini sama dengan yang didefinisikan poleh Darcy,
tetapi gradient tekanan yang dipakai 1 : 1 bukan 1,034 : 1 . Pengukuran ini umumnya dipakai para
ahli bidang teknik sipil, teknik geologi dan mekanika tanah.
Unit Meinzer
Disebut 1 unit permeabilitas apabila air bergerak 1 gallon perhari pada temperatur 60° F = 15,5°C
mengaliri seluas 1 sqft pada tekanan 1 atm. Cara ini dipakai oleh para ahli hidrologi dan teknik sipil
Amerika. Dari hasil percobaan para ahli diperoleh permeabilitas beberapa material seperti terlihat
pada Tabel 1.
Perhitungan debit air tanah biasanya dilakukan pada kondisi pengontrolan air tanah yang sulit di
atasi. Persamaan Thiem sering digunakan untuk menghitung debit air tanah yang dasar
perhitungannya adalah pengurangan air dalam akuifer. Asumsi-asumsi yang terlibat dalam
persamaan ini adalah bahwa aliran air bersifat steady, merata baik kearah horizontal maupun
radial didalam akuifer, isotropis dan walaupun terjadi penyebaran air kearah horizontal, tetapi
tidak mengurangi penetrasi terhadap sumur. Persamaan (1) adalah persamaan Thiem dan
illustrasi pada Gambar 2 memperlihatkan sebagian parameter yang digunakan dalam persamaan
tersebut.
K 2 π m (S1- S2 )
Q= ……………. (1)
C µ log 10 (R/r)
Dimana :
3. PENYALIRAN
Penyaliran yang diuraikan berikut ini dititikberatkan pada metoda atau teknik penanggulangan air
pada tambang terbuka. Telah diuraikan sebelumnya bahwa teknik penyaliran bisa bersifat
pencegahan atau pengendalian air masuk ke lokasi penambangan. Perusahaan cenderung
menggunakan salah satu cara saja dengan pertimbangan biaya tanpa mengurangi keselamatan
kerja Namun, hal penting yang perlu mendapat perhatian serius adalah memprediksi kapan cuaca
ekstrim terjadi, yaitu di mana aliran air tanah dan air limpasan sangat membahayakan front
penambangan. Ketika pengambilan keputusan untuk memilih salah satu cara penyaliran saja
tanpa memperhitungan kondisi cuaca ekstrim, maka bila terjadi banjir di dalam front penambangan
semuanya akan sia-sia dan biaya pun akan membengkak. Oleh sebab itu kondisi cuaca pada
tambang terbuka sangat besar efeknya terhadap aktifitas penambangan dan apabila hal ini sudah
diperhitungkan sebelumnya, maka front penambangan akan terhindar dari kondisi yang
membahayakan karyawan maupun peralatan.
Sedangkan sistem adit lebih ideal diterapkan pada tambang terbuka open pit dengan syarat lokasi
penambangan harus mempunyai lembah tempat membuat sumuran dan adit agar air dapat keluar.
Paritan kadang-kadang juga dapat diterapkan pada tambang terbuka open pit apabila situasinya
memungkinkan. Sasaran akhir parit adalah kolam atau sump yang akan menampung air
sementara sebelum dipompakan ke permukaan atau diaiirkan ke sistem adit. Pada dasamya
pembuatan parit ini cukup mudah clan pula murah. Gambar 5 memperlihatkan ilustrasi sistern parit
pada tambang terbuka open cast.
Disamping cara paritan, ada pula suatu cara untuk menampung air tambang, yaitu dengan
membuat sumur gali yang diperkuat oleh adukan semen. Sumur ini biasanya dimanfaatkan untuk
kepefluan penambangan, antara lain penyiraman jalan tambang, penyemprotan debu dan crushing
plant atau untuk keperluan perkantoran, perumahan dan workshop. Oleh sebab itu cara sumur gali
biasanya dilengkapi dengan media penjernih air baik kimiawi atau hamparan pasir dan ijuk.
Kapasitas sumur gali diperhitungkan berdasarkan debit air maksimum yang mengalir dadn
beberapa parit yang dibuat di lokasi tambang.
Tidak semua aliran air tanah pada suatu areal dapat tertutupi dengan cara ini. Pemilihan beberapa
lokasi yang selektif menjadi pekerjaan penting agar penggalian dan penyemenan (penimbunan
ulang) tepat sasarannya. Disamping itu card ini hanya dapat dikerjakan apabila ke dalaman akuifer
masih terjangkau oleh alat gah dan perfu diingat pula bahwa biayanya tidak sedikit.
a. Operational requirements
Material Preparation
Total water requirement = 7000 gpm
Water recycle = 98%
Water loss = 2%
Preparation plant operating time = 14 hrs/day; 240 dayslyr.
Total usage rate = 7000 x 14 x 60 x 240 = 1.4 x 109 gal/yr.
Water recycle = 1.4 x 109 gal/yr x 0.98
= 1.37 x 109 gal/yr.
Water loss = Water uptake requirement
= 2.8 x 107 gaVyr.
= 1.17 x 105 gal/day
Dust Control
Haul road requirement = 2 gal 1 linear ft 1 day
Haul road length = 7800 ft
Haul road requirement = 2 x 78000 x 240
= 3.7 x 106 gal/yr.
d. Water Availability
PR = 1- ( 1 – 1 )TL
TR
Dengan pembatasan catchment area maka diperkirakan setiap debit hujan yang tertangkap akan
terkonsentrasi pada elevasi terendah pada catchment tersebut. Pembatasan catchment area biasa
dilakukan pada peta topografi , dan untuk perencanaan sistem penyaliran dianjurkan dengan
menggunakan peta rencana penambangan dan peta situsi tambang.
b. Waktu konsentrasi
Waktu konsentrasi adalah waktu yang diperlukan hujan untuk mengalir dari titik terjauh ke tempat
penyaliran. Waktu konsentrasi dapat dihitung dengan rumus dari “Kirpich”
Keterangan :
tc = waktu terkumpulnya air (menit)
L = Jarak terjauh sampai titik pengaliran (meter)
H = Beda ketinggian dari titik terjauh sampai ke tempat berkumpulnya air (meter)
Keterangan :
R24 = Curah hujan rencana per hari (24 jam)
t = Waktu konsentrasi, jam
I = Intensitas curah hujan (mm/jam)
Hubungan antara derajat curah hujan dan intensitas curah hujan dapat dilihat dalam Tabel 2.
d. Jenis material
Jenis material pada areal penambangan berpengaruh terhadap kondisi penyerapan air
limpasan karena untuk setiap jenis dan kondisi material yang berbeda memiliki koefisien
materialnya masing-masing. Koefisien tersebut merupakan para meter yang
menggambarkan hubungan curah hujan dan limpasan, yaitu memperkirakan jumlah air
hujan yang mengalir menjadi limpasan langsung dipermukaan. Koefisien limpasan
dipengaruhi oleh faktor-faktor tutupan tanah, kemiringan dan lamanya hujan. Beberapa
perkiraan koefisien limpasan terlihat pada table 3.
Sementara untuk dibagian dalam areal tambang atau dalam front kerja, pola alirnya disesuaikan
dengan rencana kemiringan bench yang dibuat, dimana biasanya bench dibuat sedikit turun
kebagian dalam sehingga paritan yang dibuat bisa diletakan dipojok bench, dan kemudian arah
penyalirannya menuju ke sump di bagian dasar bench (elevasi terendah). Untuk saluran yang ada
di dalam front kerja biasanya bersifat sementara karena digunakan dalam jangka waktu yang
pendek sehingga dalam pembuatannya tidak pelu permanen, karena pada proses penggalian
berikutnya kemungkinan bench yang dipakai landasan kerja tersebut akan tergali sesuai dengan
rencana kemajuan tambangnya.
Dari kondisi-kondisi tersebut bisa diperkirakan dimensi dan pola aliran salurannya.
Kemudian untuk merencanakan suatu dimensi saluran terbuka bisa dengan mengikuti tahapan
berikut :
1. Tentukan pembagian water divide untuk setiap kemungkinan kondisi areal
2. Penambangan yang ada, dari pembacaan peta rencana. Dan untuk mengukur luasnya
tersebut bisa dengan menggunakan planimeter, dan harus diperhatikan mengenai
skalanya.
3. Buat jalur saluran dari masing-masing water devide.
4. Hitung waktu konsentrasi dengan menggunakan rumus Kirpich
5. Hitung intensitas curah hujan rencana dengan menggunakan metode Gumbel
6. Tentukan koefisien material yang sesuai dengan kondisi dilapangan.
7. Hitung debit rencana dengan menggunakan rumus Rasional :
Q = 0,278 x C x I x A
1. Setelah diketahui luas penampang bisa ditentukan jari-jari hidrolis dengan rumus manning.
Untuk bentuk saluran yang akan dibuat ada beberapa macam bentuk dengan perhitungan
geometrinya sebagai berikut :
Bentuk penampang saluran yang paling sering digunakan dan umum dipakai adalah
bentuk trapezium, sebab mudah dalam pembuatannya, murah, efisien dan mudah dalam
perawatannya, serta stabilitas kemiringan dindingnya dapat disesuaikan menurut
keadaan daerah.
Tabel 5. Kemiringan dinding saluran yang sesuai untuk berbagai jenis bahan
Bahan Kemiringan dinding saluran
Batu/cadas Hampir tegak lurus
Tanah gambut (peat) ¼:1
Tanah berlapis beton ½:1
Tanah bagi saluran yang lebar 1:01
Tanah bagi parit kecil 1,5 : 1
Tanah berpasir lepas 2:01
Lempung berpori 3:01
b. Paralel
Kapasitas pemompaan ber tambah sesuai kemampuan debit masing-masing pompa namun
head tetap. Kemudian untuk menentukan kebutuhan pompa ada dua hal yang perlu
diperhatikan
a. Penentuan daya pompa , dengan rumus :
P = SG . Ht . Q
102 . Ep
Dimana : P = Daya pompa (kw),
Sg = Specific gravity
Ht = Head total sistem, (m),
Q = Debit pemompaan
Ep = Efisiensi pompa
Hc = h2 – h1
Dimana :
h2 = Elevasi air keluar
h1 = Elevasi air masuk
b. Velocity Head (Hv)
Velocity Head adalah kehilangan yang diakibatkan oleh kecepatan air yang melalui pompa.
Hv = v2 / 2g
Dimana :
v = Kecepatan air yang melalui pompa (m/dt)
g = Gaya gravitasi bumi (m/dt)
Dimana v diperpoleh dari persamaan V =Q/A, Q = debit kemampuan pompa dan A = πr2
Hf = (f x L x v2) / (D x 2 x g)
Dimana :
F = Faktor kekasaran pipa, menggunakan diagram moody.
D = Diameter dalam pipa,m
V = Kecepatan rata-rata aliran dalam pipa, m/s
L = Panjang pipa, m
G = Percepatan gravitasi, m/s2
Untuk aliran laminar Re < 2,000, f = 64/Re.
Untuk pipa halus (e = 0) seperti glass, tembaga dan plastik dengan aliran turbulen,
menggunakan rumus Blasius untuk f, yaitu
Sementara untuk pipa yang kasar dengan aliran turbulent maka untuk mencari f dengan
menggunakan diagram moody.
Diagram Moody
Viscosity of Water
Roughness
material
mm Inches
drawn tubing 0.0015 0.00006
plastic tubing 0.0015 0.00006
stainless steel 0.015 0.0006
commercial steel 0.05 0.002
rusted steel 0.1 to 1.0 0.004 to 0.04
galvanised iron 0.15 0.006
cast iron 0.26 0.01
Sumber dari Gas/Pd
d. Shock loss Head (Hl)
Kehilangan ini pada jaringan pipa disebabkan oleh perubahan-perubahan mendadak dari
geometri pipa, belokan-belokan, katup-katup dan sambungan-sambungan.
Hl = (K x v2) / (2 x g)
atau,
Hl = n . f . V2 / 2g
Dimana :
K= Koefisien kekasaran pipa yang tergantung pada jari-jari belokan, diameter pipa dan
sudut yang dibentuk antara pipa dan bidang datar.
n = Jumlah belokan
f = 0,964sin2Ф/2 + 2,047 sin4 Ф/2
Ф= Besar sudut belokan, 0
Ht = Hc + Hv + Hf + Hl
Kemudian untuk menghitung debit air yang mampu dikeluarkan oleh pompa adalah dengan
persamaan :
Q2 = Q1 H2
H1
Dimana : Q1 = Debit pompa dari pabrik, m3/det
Q2 = Debit pompa setelah dikoreksi, m3/det
H1 = Head dr pabrik (blm dikoreksi), m
H2 = Head total perhitungan, m
Dalam penentuan dimensi settling pond perlu diketahui beberapa hal yang mendukung kolam
tersebut diantaranya yaitu volume air yang akan ditampung, volume butiran yang tersuspensi dan
kecepatan waktu pengendapan.
Untuk menentukan kolam besarnya volume air yang ditampung berdasarkan debit air limpasan
maksimal maka harus dikalikan dengan faktor koreksi dan waktu konsentrasi air. Faktor koreksi
lumpur digunakan untuk mengetahui volume padatan (lumpur) yang terlarut dalam air limpasan
serta kerapatan material yang ada dalam air.
Kecepatan padatan tersuspensi tergantung pada diameter partikel dalam padatan yang lolos
keluar dari kolam pengendapan sehingga kecepatan pengendapan dapat dihitung dengan
menggunakan rumus “Stuks”, yaitu :
Dimana :
Vt : Kecepatan pengendapan partikel (m/dtk)
G : Percepatan gravitasi (m/dtk2)
SG : Berat jenis partikel padatan
v : Viskositas kinematika air (m2/dtk)
D : Diameter partikel padatan (m)
Sedangkan luas kolam pengendapan ditentukan dari volume total air tersuspensi dan kecepatan
partikel padatan tersebut untuk mengendap. Luas kolam pengendapan merupakan perbandingan
antara volume air total dengan kecepatan pengendapan, yaitu :
Dimana :
A : Luas kolam pengendapan (m2)
Q : Volume air yang ditampung (m3/dtk)
Vt : Kecepatan partikel tersuspensi (m/dtk)
V. KESIMPULAN
¾ Sumber air tambang dapat dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu lapisan air bawah tanah
clan air limpasan (run-off).
¾ Lapisan air bawah tanah mempunyai karakter yang spesifik, antara lain: bergerak atau statis
atau menderita tekanan yang sewaktu-waktu bisa menyembur ke permukaan bumi apabila di
bor.
¾ Air limpasan adalah air yang nampak di permukaan bumi yang pengontrolannya relatif febih
mudah diperhitungkan dibanding air bawah tanah.
¾ Karena tuntutan keselamatan clan kesehatan kerja serta untuk me-minimalkan biaya, maka di
dalam merancang sistem penyaliran terlebih dahulu harus dilakukan penelitian terhadap
karakteristik curah hujan agar dapat mengatasi curah hujan yang ekstrim.
¾ Melihat sumber air yang- masuk ke dalam front tambang biasanya air limpasan maupun air
bawah tanah, maka penanggulangannya biasa dengan pengendalian (konvensional) atau
pencegahan (inkonvensional).
¾ Dalam upaya memanfaatkan air tambang, perlu diperhitungkan jumlah pemakaiannya, baik
untuk keperluan operasional maupun non-operasional, sehingga pemanfaatannya optimal