Professional Documents
Culture Documents
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
prospektif dan bahkan budidaya rumput laut telah dijadikan salah satu program
Perikanan. Lembaga yang terkait dengan riset perikanan laut dan oseanotogi
telah juga mengintensifkan riset budidaya rumput laut sejak tahun 60-an, bahkan
pengenalan sebanyak 555 jenis rumput laut telah tercatat oleh Van Bosse pada
ekspedisi Siboga tahun 1899-1900 dan pada ekspedisi Danish sebanyak 25 jenis
alga merah, 28 jenis alga hijau dan 11 jenis alga coklat. Ada berbagai alasan
kenapa rumput laut bisa menjadi tumpuan harapan masyarakat pesisir di masa
kini dan yang akan datang : Pertama, berbagai jenis rumput laut potensial bisa
penghasilan dan sekaligus menjadi peluang usaha serta kesempatan kerja bagi
perairan.
Dengan potensi sumberdaya alam tersebut, tidak berlebihan jika rumput laut
dijadikan salah satu andalan tidak hanya menawarkan peluang bisnis yang
2
pada khususnya. Lebih jauh lagi, pembangunan kelautan dan perikanan tidak
kepada upaya untuk meningkatkan nilai tambah melalui budidaya (Fuad Choliq,
dkk. 2006).
bersifat padat karya dan semakin banyak peminatnya karena teknologi budidaya
modal yang relatif rendah sehingga dapat dengan mudah dilakukan oleh
signifikan baik di pasar nasional maupun pasar global. Disamping itu, tingkat
yang dilakukan, sejumlah permasalahan yang dapat diidentifikasi antara lain; (1)
permodalan yang layak, mudah, cepat, dan tepat, (3) kurangnya pemahaman
tentang pengelolaan atau manajemen usaha, (4) harga yang fluktuatif, (5)
3
serangan penyakit ”ice-ice”, dan (6) konflik pemanfaatan wilayah perairan antara
yang terletak di pesisir Teluk Bone dengan panjang garis pantai 138 km dengan
potensi, volume produksi dan nilai produksi rumput laut Eucheuma cottonii di
Tabel 1. Potensi, volume produksi, dan nilai rumput laut Eucheuma cottonii di
Kabupaten Bone tahun 2008 (Asumsi harga Rp 2.500,-/kg basah)
No. Kecamatan Panjang Grs. Luas Produksi Nilai
Pantai (Km) (Ha) (Ton) (x Rp 1.000,)
1. Kajuara 12,50 9,000 2.850 7.125.000,-
2. Tonra 12,00 8,640 2.890 7.225.000,-
3. Mare 16,25 11,700 2.750 6.875.000,-
4. Sibulue 28,25 17,069 2.950 7.375.000,-
5. Salomekko 12,60 9,072 3.070 7.675.000,-
6. Cenrana 30,00 19,440 450 1.125.000,-
7. Barebbo 4,20 3,024 1.900 4.750.000,-
8 Awangpone 7,80 5,616 2.100 5.250.000,-
9 T. Riattang Timur 10,80 7,776 3.060 7.650.000,-
10. Tellu Siattinge 3,60 2,592 880 2.200.000,-
Jumlah 138 93.929 22.900 57.250.000,-
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bone, 2008
rumput laut adalah Kecamatan Tanete Riattang Timur. Berdasarkan data pada
Tabel 1 tertampilkan pula bahwa dengan panjang garis pantai 10,80 km dan luas
ton/tahun, lebih tinggi dibanding wilayah yang memiliki panjang garis pantai dan
perairan yang lebih luas. Wilayah Kecamatan Tanete Riattang Timur terdiri dari
4
37.381 jiwa atau 8.028 kepala keluarga, atau sekitar 5,4 % dari total jumlah
asumsikan akibat harga rumput laut yang cukup tinggi sehingga dianggap sangat
serta anggota keluarga dan masyarakat dalam kegiatan tersebut. Karena adanya
desakan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan sulitnya mencari lapangan kerja
penghasilan.
yang mudah dilakukan. Asumsi lain yang diduga dari fenomena ini adalah
nelayan yang hanya didominasi oleh kontribusi pendapatan oleh kepala rumah
tangga atau laki-laki yang termasuk dalam keluarga inti (nuclear family). Lain
halnya dalam aktivitas budidaya rumput laut, keterlibatan keluarga inti nampak
merata seperti; isteri, suami dan anak yang juga dapat ikut serta
sampai pada proses panen dan pasca panen. Dengan demikian, keterlibatan
atau pendapatan dari usaha budidaya rumput laut yang dilakukan. Berangkat
dari fenomena ini, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang
B. Rumusan Masalah
adalah :
Euchema cottonii
3. Bagi peneliti yaitu sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan studi
strata satu.
7
melekat pada substrat tertentu, tidak mempunyai akar, batang maupun daun
sejati; tetapi hanya menyerupai batang yang disebut thallus. Rumput laut tumbuh
di alam dengan melekatkan dirinya pada karang, lumpur, pasir, batu, dan benda
keras lainnya. Selain benda mati,rumput laut pun dapat melekat pada tumbuhan
Budidaya rumput laut yang pada umumnya dapat dilakukan oleh para
pihak-pihak yang terkait baik dari lingkungan terkecil (rumah tangga) sampai
cakupan yang lebih besar dalam bentuk kemitraan usaha antara petani/usaha
kecil yang pada umumnya berada dipihak produksi dengan Pengusaha Besar
berkembang dalam bentuk usaha perikanan rakyat, dan perikanan besar milik
pemerintah serta milik swasta nasional atau asing. Perikanan rakyat merupakan
usaha skala kecil yang bercirikan antara lain pengelolaanya secara tradisional,
8
kompetisi pasar. Di lain pihak, perikanan besar yang memiliki teknologi skala
usaha yang besar, mengelola usahanya secara modern dan teknologi tinggi,
persaingan pasar. Kelemahan dari pengusaha perikanan kecil dan kekuatan dari
berkepentingan di antara kedua pihak, kesenjangan yang bisa timbul akan dapat
diusahakan di laut, dan yang dapat dikembangkan dengan menjalin kerja sama
kemitraan adalah budidaya rumput laut. Perairan laut Indonesia dengan garis
pantai sekitar 81.000 km diyakini memiliki potensi rumput laut yang sangat tinggi.
Tercatat sedikitnya ada 555 jenis rumput laut di perairan Indonesia, diantaranya
Eucheuma sp, Gracilaria dan Gelidium. Jenis rumput laut yang banyak
untuk industri makanan seperti agar-agar, jelly food dan campuran makanan
seperti burger dan lain-lain, rumput laut adalah juga sebagai bahan baku industri
manfaatnya yang luas, maka komoditas rumput laut ini mempunyai peluang
pasar yang bagus dengan potensi yang cukup besar. Permintaan rumput laut
kering kurang 9.300 Metric Ton per tahun dan untuk kebutuhan industri di luar
negeri 15.000 s.d. 20.000 Metric Ton per tahun. Pabrik pengolahan keragian
rumput laut di Indonesia telah ada sejak tahun 1989. Sekarang ini ada 6 pabrik
9
pengolahan rumput laut di Indonesia, karena itu pabrikan dan eksportir bersaing
menjadi kelemahan selama ini, bahwa bentuk produk yang dihasilkan masih
rumput laut. Hal ini disebabkan karena produksi dan kualitas rumput laut
kualitas air, iklim, dan geografis dasar perairan, Faktor lain yang tidak kalah
Indriani dan Sudarman (2000) yang menyatakan beberapa syarat umum yang
a. Lokasi budidaya rumput laut harus bebas dari pengaruh angin topan.
budidaya
10
pada lokasi budidaya harus cukup. Hal ini bertujuan agar rumput laut
c. Lokasi yang dipilih sebaiknya pada waktu surut masih digenangi air
langsung.
pertumbuhannya
11
dasar perairan berupa pasir kasar yang bercampur dengan pecahan karang
merupakan substrat dasar yang cocok untuk budidaya rumput laut Eucheuma sp.
Hal ini sejalan dengan pendapat Aslan (1998) bahwa dasar perairan yang ideal
untuk budidaya rumput laut adalah perairan dengan dasarnya terdiri dari pasir
dengan baik dan tidak mudah terancam oleh faktor-faktor lingkungan serta
secara drastis. Menurut Anggadireja (2006) salinitas yang ideal untuk budidaya
rumput laut adalah 28 - 33, sedangkan Aslan (1998) mengemukakan hal berbeda
bahwa salinitas yang ideal untuk budidaya rumput laut adalah 30 - 37.
fotosintesis, proses metabolisme, dan siklus reproduksi (Rani, dkk, 2009). Suhu
12
yang optimal untuk budidaya rumput laut adalah 26 - 30ºC, sedangkan pendapat
lain dikemukakan oleh Aslan (1998) bahwa suhu yang ideal adalah 26 - 33 ºC
Anggadireja (2006).
rumput laut harus terlindung dari hempasan gelombang dan arus yang terlalu
kuat. Apabila hal ini terjadi, gelombang dan arus akan merusak dan
arus yang baik untuk budidaya rumput laut berkisar 0,2 - 0,4 m/detik.
pengeboran minyak, dan aktivitas nelayan) harus dihindari karena dapat merusak
dan mengganggu tanaman yang dipelihara (Aslan, 1998). Hal ini sejalan dengan
Untuk keamanan dan keberlanjutan budidaya maka lokasi yang dipilih bukan
merupakan jalur pelayaran yang ramai dan tidak dipakai sebagai tempat
kegiatan budidaya rumput laut harus mendapat izin dari pemerintah setempat
sehingga tidak terjadi hambatan dan konflik kepentingan dengan berbagai pihak.
D. Metode Budidaya
laut Eucheuma cottonii terbagi tiga yaitu metode lepas dasar, metode rakit
yang memiliki substrat dasar karang atau pasir dengan pecahan karang dan
pemecah (Barrier reef). Selain itu, lokasi budidaya rumput laut dengan metode
lepas dasar harus memiliki kedalaman sekitar 0,5 m pada saat surut terendah
dan 3 m pada saat pasang tertinggi. Desain konstruksi metode lepas dasar
untuk budidaya rumput laut Eucheuma sp. dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Desain konstruksi metode lepas dasar untuk budidaya rumput laut
Eucheuma sp.(Anggadireja, 2006)
rumput laut Eucheuma sp. dengan cara mengikat setiap rumpun bibit rumput laut
pada tali ris atau tali bentangan. Tali isi yang telah berisi bibit kemudian diikat
pada rakit apung yang terbuat dari bambu. Desain konstruksi metode rakit
apung untuk budidaya rumput Eucheuma sp. dapat dilihat pada Gambar 2.
14
A.Bentuk desain metode rakit B. Rumput laut siap panen pada metode
rakit
Gambar 2. Desain konstruksi metode rakit apung untuk budidaya rumput laut
Eucheuma sp (Anggadireja, 2006)
panjang (long line) merupakan cara yang paling banyak diminati masyarakat
pembudidaya rumput laut karena fleksibel dalam pemilihan lokasi dan biaya
yang dikeluarkan lebih murah. Disamping itu, metode ini lebih tertata dan tidak
diterapkan pada perairan yang cukup dalam. Untuk mempertahankan posisi tali
utama dan tali ris maka digunakan jangkar dan pelampung. Desain konstruksi
metode rawai/tali panjang untuk budidaya rumput laut Eucheuma sp. dapat dilihat
pada Gambar 3.
15
Budidaya rumput laut adalah salah satu bentuk kegiatan budidaya pantai
yang produktif. Budidaya rumput laut adalah satu kegiatan dimasukkannya bibit
rumput laut ke dalam kolong air di lokasi budidaya dengan berbagai metode.
3) Tenaga kerja
pengangkutan hasil
rawai/tali panjang (long line) memerlukan peralatan dan bahan untuk satu blok
16
yang terdiri dari 6 bentangan tali ris dengan luas satu blok 5 x 50 m sebagai
berikut:
perahu.
a. Penyediaan bibit. Ciri-ciri bibit rumput laut yang baik adalah (1) bila
dipegang terasa elastis, (2) mempunyai cabang yang banyak dengan ujungnya
yang berwarna kuning kemerah-merahan, (3) mempunyai batang yang tebal dan
berat, dan (4) bebas dari tanaman lain atau benda-benda asing Aslan (1998).
b. Penanaman bibit. Bibit yang akan ditanam adalah thallus yang masih
muda dan berasal dari ujung thallus tersebut. Saat yang baik untuk pengikatan
17
atau penanaman bibit adalah pada saat cuaca teduh atau pada pagi dan sore
hari menjelang malam. Anggadireja (2006) tahapan penanaman bibit terdiri dari:
3) Pengikatan pelampung dari botol polietilen (500 ml) pada tali ris
bibit rumput laut adalah 20 cm, sedangkan penelitian budidaya rumput laut jenis
Eucheuma cottoni di Perairan Tonra Kabupaten Bone oleh Rani, dkk. (2009)
rumput laut adalah membersihkan lumpur dan kotoran, menyulam tanaman yang
rusak, mengganti tali, patok, bambu, dan pelampung yang rusak. Lumpur akan
melekat pada tanaman bila pergerakan air kurang. Dalam kondisi demikian
goyang tali ris untuk menghindari lumpur dan kotoran menempel pada rumput
laut. Selain itu, perlu dilakukan penyulaman bila ada tanaman yang rusak agar
jumlah tanaman pada setiap tali ris tidak berkurang (Anggadireja, 2006).
menurut Aslan (1998), bahwa rumput laut sudah dapat dipanen setelah berumur
1,5 - 4 bulan dengan cara melepas tali yang berisi rumput laut. Teknik panen
karena lebih praktis dan lebih cepat dibandingkan dengan teknik memetik
(Anggadireja, 2006).
18
Kualitas rumput laut dipengaruhi oleh teknik budidaya, umur panen, dan
Anggadireja (2006):
1) Pencucian,
4) Pengepakan,
5) Pengangkutan, dan
6) Penyimpanan/penggudangan.
F. Faktor Produksi
a. Modal
memerlukan barang modal. Karena itulah maka modal dalam usaha tani dapat
yang ddigunakan untuk menghasilkan sesuatu baik secar langsung maupun tdk
mempunyi tjuan untk menunjang pembentukan modal lebih lanjut dan untuk
b. Tenaga kerja
dalam sektor perikanan. Tenaga kerja adalah tenaga penggerak bagi faktor
19
produksi lainnya, tidak tersedianya faktor tenaga kerja maka proses produksi
c. Tali bentangan
Hal ini disebabkan seberapa banyak jumlah bentangan yang akan dibentang
produksi dalam membudidayakan rumput laut yang termasuk dalam biaya tetap.
usaha budidaya rumput laut, dimana faktor produksi ini termasuk dalam biaya
variabel, dimana variabel tersebut akan habis digunakan dalam satu kali unit
produksi
adalah hasil yang diperoleh sebagai akibat bekerjanya beberap faktor produksi
dengan harga dari kuantitas yang dihasilkan tersebut yang dinyatakan dalam
TR = P . Q
Dimana :
TR = Total Penerimaan
P = Harga Produk
2. Biaya produksi
suatu unit usaha maka dapat digunakan sebagai penentu dalam penetapan
(2002), bahwa biaya merupakan dasar dalam penentuan harga, sebab suatu
tingkat harga yang tidak dapat menutupi biaya akan menyebabkan kerugian.
Sebaliknya apabila suatu tingkat harga melebihi semua biaya maka dapat
Menurut Joesron dan Fathorrozi (2003), bahwa biaya terdiri dari dua
komponen yaitu:
1. Biaya tetap (FC) adalah biaya yang sifatnya tidak dipengaruhi oleh produksi,
sewa tanah, bunga pinjaman dan merupakan kewajiban yang harus dibayar
semua input tetap, dan besarnya tidak tergantung dari jumlah produk yang
dihasilkan.
2. Biaya variabel adalah Kewajiban yang harus dibayar oleh suatu usaha pada
dalam proses produksi dan sifatnya sesuai besarnya biaya produksi terdiri
variabel cost) merupakan biaya yang besar kecil dipengaruhi oleh produksi
Jumlah dari biaya tetap total (TFC) dan biaya variabel total (TVC)
merupakan total biaya (TC) yang dikeluarkan dalam usaha produksi. Maka dapat
TC = TFC + TVC
panen.
utama yaitu penerimaan dari biaya usaha tani. Untuk mengetahui keuntungan
Π = TR – TC
Dimana
Π = Keuntungan
TR = Total Penerimaan
TC = Total Biaya
22
Terdiri dari nilai produk total usaha tani dalam jangka waktu tertentu. Baik
modal pinjaman.
Sumber pendapatan diperoleh dari hasil rumput laut. Nilai produk yang
dikomsumsi dan kenaikan nilai investasi. Ukuran pendapatan yaitu terdiri dari
pendapatan kerja keluarga, merupakan balas jasa dari kerja dan pengelolaan
petani atau nelayan, apabil usaha dikerjakn oleh petani dan keluarga. Nilai ini
berasal dari penjumlahan antara pendapatan petani dengn nila kerja keluarga.
Pendapatan kerja petani, petani ini diperoleh dengan menghitung dari nilai jual
H. R/C Ratio
yang digunakan untuk mengetahui apakah suatu unit usaha dalam melakukan
merupakan analisis yang membagi antara penerimaan dengan total biaya yang
dikeluarkan. Apabila hasil yang diperoleh lebih besar dari satu maka usaha yang
23
dijalankan mengalami keuntungan, apabila nilai R/C Rasio yang diperoleh sama
dengan satu maka usaha tersebut impas atau tidak mengalami keuntungan
maupun kerugian. Sedangkan apabila nilai R/C Rasio yang diperoleh kurang
I. Kerangka Pemikiran
bersifat padat karya dan semakin banyak peminatnya karena teknologi budidaya
dari nelayan menjadi pembudidaya rumput laut. Kegiatan budidaya rumput laut
minat pembudidaya rumput laut adalah harga rumput laut yang cukup tinggi
rumput laut yang cukup tinggi dan menguntungkan. Peningkatan harga komoditi
Hasil penelitian ini nantinya akan diperoleh data dan informasi yang
laut sehingga masyarakat kelurahan Pallete beralih profesi dari nelayan menjadi
pembudidaya rumput laut dan apakah usaha rumput laut layak dikembangkan
atau tidak bagi petani dengan melihat tingkat analisis finansialnya dari segi total
PotensiPerikanan
Perikanan
Potensi
Laut
Laut
RumputLaut
Laut
Rumput
Budidaya
Budidaya
Investasi Penerimaan
1. Jumlah
Produksi
2. Harga Satuan
Pendapatan
Kelayakan Usaha
Usaha Budidaya
Rumput Laut
26
Nelayan.
B. Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis survey yaitu penelitian yang
pendekatan kuatitatif digunakan untuk memperoleh data yang dapat dinilai dalam
bentuk kategori dan angka guna mencapai tujuan dari penelitian ini.
rumput jenis Eucheuma cottonii di Kelurahan Pallete yaitu sebanyak 150 orang.
Jumlah populasi sebanyak 150 dan jumlah sampel yang diambil sebagai
responden adalah 10% dari jumlah populasi. Dengan demikian jumlah sampel
adalah 15 orang. Hal ini mengacu pada pendapat Sugiyono (2002) yang
sebagai berikut :
responden
E. Sumber Data
1. Data primer yang diperoleh dari hasil observasi langsung dan wawancara,
2. Data sekunder yang diperoleh dari instansi terkait yang berhubungan dengan
F. Metode Analisis
Pendapatan π = TR- TC
TR = P. Q
TC = TFC + TVC
Dimana : π = Pendapatan
TR = Total Revenue
TC = Total Cost
TR
R/C Rasio : -------- ( Soekartawi, 2002 )
TC
Dimana,
Dengan ketentuan :
Jika hasil perhitungan R/C Rasio lebih besar dari satu maka usaha
29
apabila hasil perhitungan R/C Ratio lebih kecil dari satu, maka usaha budidaya
rumput laut (Euchema cottonii) tidak layak diusahakan. Jika hasil perhitungan
R/C Rasio sama dengan satu maka usaha budidaya rumput laut ( Euchema
cottonii ) impas.
G. Konsep Operasional
dihasilkan dalam usaha budidaya rumput laut untuk satu periode panen
3. Harga produk adalah nilai atas suatu barang hasil produksi usaha yang
4. Penerimaan adalah total jumlah produksi dikali dengan harga rumput laut
5. Total biaya (total cost) adalah jumlah keseluruhan biaya yang dikeluarkan
6. Biaya tetap adalah biaya yang penggunaannya tidak habis dalam satu
9. Investasi adalah biaya atau modala awal yang diperlukan dalam memulai
suatu usaha
10. Kelayakan Usaha adalah suatu ukuran untuk mengetahui secara jelas
luas wilayah 48,88 Km2 (1,07% dari total luas Kecamatan di Kabupaten Bone)
dan panjang pantai 10,8 Km. Kecamatan Tanete Riattang Timur termasuk
daerah beriklim sedang dengan curah hujan berkisar rata-rata 1.750 - 2.000 mm.
curah hujan terjadi pada bulan April sampai September dan kemarau terjadi pada
Bone
Untuk lebih jelasnya letak geografis wilayah Kecamatan Tanete Riattang Timur
dapat dilihat pada Gambar 5 dan peta geografis dan batas-batas wilayah dapat
Tibojong, Cellu, Bajoe, Toro, Panyula, Waetuo, dan Pallette. Sebagian besar
32
Waetuo dengan persentase sebesar 27,95% dari total luas wilayah kecamatan
tanete Riattng Timur. Bila dibandingkan dengan luas wilayah dilurahan lainnya,
Berdasarkan data statistik 2009 diperoleh data luas Kelurahan Pallette sekitar
6,70 Km² dengan panjang garis pantai sekitar 2,75 Km. daratan Kelurahan
Pallette berupa hutan dan berbukit dengan ketinggian sekitar < 100 meter dari
sepanjang pantai ditutupi hutan bakau (mangrove) dengan luas areal sekitar 7,50
Ha. Selain itu, hasil survey juga ditemukan areal pesisir yang ditutupi oleh
Desa Mallari. Gambaran letak geografis wilayah Kelurahan Pallette dapat dilihat
1. Jalan 17
2. Pekarangan 17
3. Perkebunan 87
4. Hutan 67
5. Tambak 107
6. Pemukiman 86
7. Lain-lain 289
Jumlah 670
lahan tambak dengan luas 107 Ha, disusul lahan perkebunan seluas 87 Ha,
lainnya seperti pekuburan, bangunan umum dan lain-lain dengan luas 289 Ha.
34
Kabupaten.
Alat transportasi berupa ojek, roda empat (mikrolet), dan delman cukup
setempat.
C. Kondisi Demografi
a. Jumlah Penduduk
37.381 jiwa yang terdiri dari 18.181 jiwa laki-laki dan 19.201 jiwa perempuan,
jumlah kepala keluarga (KK) sekitar 8028 KK (data terakhir Badan Pusat Satistik
1172 jiwa yang terdiri dari 529 jiwa laki-laki dan 643 jiwa perempuan. Rincian
terbanyak yaitu 581 jiwa, disusul Lingkungan Kampung Tengah sebanyak 326
Jiwa dan Lingkungan Teppoe sebanyak 265 Jiwa. Dalam konteks komposisi
1. 15 – 24 7.293 19,51
2. 25 – 34 5.143 13,76
3. 35 – 44 4.867 13,02
4. 45 – 54 3.544 9,48
5. 55 – 64 1.891 5,06
Jumlah umur produktif 22.738 60,83
Jumlah penduduk 37.381 100,00
Sumber : Kecamatan Tanete Riattang Timur dalam angka, 2008
orang atau 19,51 % dan menurun sesuai dengan pertambahan umur penduduk
36
64.
budidaya rumput laut misalnya pada saat praproduksi dan pascapanen dapat
dilakukan oleh semua kelompok umur baik anak-anak maupun orang yang sudah
lanjut usia.
terhadap perubahan pola pikir masyarakat. Selain itu, pendidikan juga bertujuan
Pallette adalah masyarakat yang sudah dan pernah mengenyam pendidikan dari
Tabel 6.
bangsa. Oleh karena itu, pemerintah dan segala aspek yang terlibat harus lebih
37
yang sesuai untuk suatu masyarakat yang ingin maju yaitu pendidikan yang
baru mengenal masa lampau dan selektif pula didalam memilih pengetahuan,
Pendidikan tersebut harus lebih dititik beratkan pada kepercayaan dan tradisi
dari pengalaman masa lampau dari masyarakat-masyarakat lain sejauh hal itu
yang tidak bekerja cukup besar yaitu sebesar (19,97%). Konteks ini tentunya
harus menjadi perhatian yang serius dari pemerintah lokal agar dapat
pencaharian.
Pallette berjalan dengan cukup baik. Hal ini dapat terlihat dari pengaruh Kepala
Kelurahan Pallette. Hal ini dikarenakan sistem yang berjalan dalam kelembagaan
dalam usaha yang ditekuni itu berjalan, misalnya pada kelompok nelayan
dengan dusun lainnya. Jalan beraspal berjarak 6 km dan panjang jalan tanah
umumnya untuk bepergian antar dusun maupun desa dilakukan dengan berjalan
kaki. Secara umum untuk sarana dan prasarana yang menunjang perekonomian
Jenis dan jumlah fasilitas serta pusat pelayanan yang terdapat di Kelurahan
Tabel 8. Jenis dan Jumlah Fasilitas / Pusat Pelayanan yang terdapat di Kelurahan
Pallette.
No Jenis Fasilitas dan Pusat Pelayanan
1. Kantor Kelurahan 1 buah
2. Sarana Wisata 1 buah
40
4. Mesjid 3 buah
5. Sekitar 25 buah
Toko, Kios dan Warung
Tersebar di tiga dusun
6. Posyandu 1 buah
7. Puskesmas 1 buah
8. Pos Kamling 3 buah
ini belum dapat dikatakan maju. Hal ini dapat dinilai dari besarnya jumlah sarana
masyarakat yang ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi harus
dengan sarana transportasi yang lumayan lancar. Salah satu kriteria tenaga kerja
seperti mesjid dan mushallah, selain sebagai tempat ibadah juga dipergunakan
sangat terkenal yaitu, Tanjung Wisata Pallette. Salah satu tempat wisata yang
tersebut. hal ini dapat dilihat dari kurangnya masyarakat Kelurahan Pallette yang
f. Budaya
norma adat dan nilai-nilai sosial yang masih baik. hal ini tercermin dari
dalam membiayai kehidupan satu keluarga yang tidak mampu. selain itu jiwa
sosial masyarakat di kelurahanan ini terlihat pada saat mendirikan rumah, tenda-
Acuan hidup dalam bentuk sistem budaya tersebut tumbuh dan berkembang
42
D. Potensi Perikanan
dipinggir pantai yang memiliki potensi yang cukup besar meliputi panjang garis
pantai 10,8 Km, 73,2 Ha luas hutan mangrove dan 418,5 Ha terumbu karang.
dan budidaya rumput laut di laut, budidaya perikanan dan pengelolaan wilayah
pesisir yang dijadikan sebagai obyek wisata Pantai. Panjang garis pantai beserta
luas terumbu karang dan hutan mangrove di Kecamatan Tanete Riattang Timur
Sumber : Data Statistik Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bone (2008)
yang memiliki garis pantai tarpanjang dan sebaran terumbu karang terluas yaitu
masing-masing sebesar 2,75 Km dan 129,60 Ha. Hal ini disebabkan karena
sebagian besar wilayah Kelurahan Pallette dikelilingi oleh laut. Sedangkan hutan
(tambak) dan laut yang cukup besar untuk dikembangkan. Adapun potensi
Tabel 10. Potensi wilayah pesisir Kecamatan Tanete Riattang Timur untuk
kegiatan perikanan dan kelautan tahun 2008
No Keragaan potensi perikanan dan kelautan Jumlah
1. Rumah Tangga Perikanan (RTP) 1.296 KK
2. Luas tambak 1.947 Ha
3. Luas mangrove 73 Ha
4. Luas perairan 1.776 Ha
5. Armada kapal 889 unit
6. Alat tangkap 1.621 unit
7. PPI/TPI 5 buah
8. Desa pesisir 6 kelurahan
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bone, 2008
pembudidaya ikan, udang, dan rumput laut di tambak, nelayan, pengolah ikan,
perikanan dan kelautan di Kecamatan Tanete Riattang Timur dari tahun 2004
Berdasarkan data pada Tabel 11, dapat dijelaskan bahwa komoditas hasil
perikanan laut masih mendominasi produksi selama 5 tahun terakhir. Hal yang
menarik adalah produksi rumput laut mulai tahun 2007 meningkat tiga kali lipat
meningkat cukup signifikan seiring dengan peningkatan harga rumput laut pada
rumput laut pada satu kali musim tanam. Kemampuan pembudidaya untuk
pengelolaan usahanya dipengaruhi oleh pola fikir dan berbagai faktor yang ada
laut tidak terlepas dari sumberdaya manusia pembudidaya sebagai tenaga kerja
Kelurahan Pallete atau Sumber daya manusia pembudidaya sebagai salah satu
faktor utama dapat dilihat berdasarkan pada beberapa variabel seperti umur,
keterampilan.
1. Tingkat Umur
muda dan sehat relatif lebih mudah menerima teknologi dan berani menanggung
resiko serta memiliki kemampuan fisik yang lebih kuat dalam bekerja
45
berpikir dan bekerja sangat ditentukan oleh umur pembudidaya dan pelaku
pemasaran dalam setiap aktivitas pemasaran dan tingkat umur pula sangat
pada diri seseorang. Pada umumnya, pembudidaya yang telah berumur tua
memiliki kemampuan fisik yang mulai menurun dan mengalami kesulitan dalam
pengalaman yang lebih banyak. Sebaliknya, bagi mereka yang masih muda
disamping kemampuan fisik yang masih kuat, mereka juga lebih muda menerima
suatu inovasi baru. Namun demikian, umur yang relatif muda bukanlah
Jika ditinjau dari kisaran umur, maka seluruh responden memiliki kisaran
umur antara 24 – 58 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa para responden masih
berada pada usia produktif. Secara lebih detil maka klasifikasi responden
berjumlah 5 orang (33,33 %), dan umur pembudidaya rumput laut berkisar antara
bahwa usaha budidaya rumput laut dilokasi penelitian masih rata-rata lebih
banyak dilakukan oleh pembudidaya yang berusia relatif muda yang masih masih
2. Tingkat Pendidikan
perilaku dan pola pikir seseorang dalam memahami suatu informasi dan inovasi
sikap dan respon terhadap informasi dan inovasi teknologi dari luar, terutama
lokasi penelitian bervariasi dari tamat sekolah dasar, sekolah menengah pertama
dan sederajat, sekolah menengah atas dan sederajat. Tingkat pendidikan formal
tingkat pendidikan yang rendah yang hanya sampai pendidikan Sekolah Dasar
Budidaya rumput laut dapat dilakukan oleh siapa saja karena teknologi yang
dan keterampilan, baik melalui pelatihan maupun bimbingan dan penyuluhan dari
baik meski sering perlu dilakukan pelatihan, bimbingan, dan penyuluhan kepada
pendidikan.
48
responden itu sendiri sebagai kepala keluarga, istri, anak-anak dan tanggungan
lainnya yang tinggal seatap dan sedapur. Jumlah anggota keluarga yang besar
tidak selamanya merupakan modal bagi keluarga tetapi dapat juga menjadi
beban bagi keluarga sebab tidak semua anggota keluarga merupakan tenaga
yang produktif. Besar kecilnya jumlah anggota keluarga dalam suatu rumah
keluarga yang banyak juga dapat menunjang ekonomi keluarga. Semakin besar
dapat terlibat pada berbagai kegiatan produktif, misalnya terlibat dalam proses
Sejalan dengan hal tersebut, anak-anak dibawah umur, orang lanjut usia
dan ibu rumah tangga walaupun menjadi beban kepala keluarga namun sedikit
tidaknya mereka melibatkan diri membantu dalam usaha budidaya rumput laut.
Untuk lebih jelasnya, jumlah tanggungan responden disajikan pada Tabel 14.
kerja yang tersedia dalam menjalankan usaha budidaya rumput laut. Hal ini
produksi rumput laut, misalnya untuk persiapan tali bentangan, pengikatan bibit
4. Pengalaman Usaha
pengolahan data primer maka dapat diketahui bahwa para responden umumnya
50
baru menjalankan usaha budidaya rumput laut yaitu kurang dari 5 tahun. Jika
lama bekerja dibidang ini diuraikan lebih jauh, maka diperoleh responden yang
telah bekerja 1 - 2 tahun berjumlah 3 orang, sedangkan yang telah memiliki masa
rumput laut ini sekitar 2 tahun keatas. Sebanyak 3 responden baru menekuni
usaha ini berkisar 1 - 2 tahun. Hal ini disebabkan karena kegiatan usaha
budidaya rumput laut di Kelurahan Pallete mulai berkembang pada tahun 2007
sampai pertengahan 2008 pada saat harga rumput laut cukup tinggi.
dapat dilakukan oleh siapa saja yang berminat. Hal ini dapat menjadi faktor yang
penelitian adalah metode lepas dasar dengan menggunakan tiang pancang dari
52
kayu atau bambu. Pembudidaya yang menerapkan metode ini adalah mereka
yang membudidayakan rumput laut lokasi pada perairan yang lebih dangkal.
Tiang pancang atau bambu diperoleh dengan cara memesan kepada pedagang.
Harga tiang pancang dari batang bambu adalah Rp 10.000-/batang. Jumlah tiang
yang digunakan adalah metode lepas dasar dengan menggunakan bambu atau
pohon kayu sebagai tiang pancang sepanjang pesisir pantai pada kedalaman
yang masih terjangkau oleh panjangnya tiang pancang tersebut. Untuk lebih
bentangan, tali bibit (tali ris) sebagai media menggantungkan rumput laut, bibit,
pascapanen.
akan ditanam, kecuali pada saat awal kegiatan budidaya rumput laut. Pada awal
kegiatan budidaya, bibit rumput laut diperoleh dari pembudidaya lain baik yang
berasal dari dalam kawasan budidaya maupun dari luar kawasan budidaya. Bibit
dilakukan secara vegetatif yaitu dengan memilah dan memilih rumput laut yang
kondisinya baik, yaitu bibit yang bebas dari lumut dan masih muda serta banyak
cabang.
53
Sampai saat ini belum ada lembaga atau balai milik pemerintah yang
budidaya rumput laut pada tahun 2004 di Tanjung Pallette dengan melibatkan
laut yang semakin pesat, maka kebutuhan bibit pun semakin meningkat.
Harga bibit pada saat penelitian dilakukan yaitu 2.000 - 2.500,-/kg. Bibit
yang telah diseleksi dan dipotong-potong kemudian diikat pada tali berukuran
diameter 1 mm yang telah terpasang pada tali bentangan. Dalam satu tahun
melakukan kegiatan untuk masa tanam selanjutnya karena bibit rumput laut telah
lampiran 10.
secara turun temurun. Pada saat panen sebagian dipilih sebagai bibit dan
2. Jumlah Bentangan
digunakan dalam usaha budidaya rumput laut. Tali bentangan merupakan faktor
jumlah bentangan yang akan dibentang oleh pembudidaya rumput laut maka
54
bentangan 400 - 499 bentangan. Hal ini menunjukkan bahwa dari 15 orang
pembudidaya memiliki > 200 bentangan dalam usaha budidaya rumput laut.
3. Pemeliharaan
kerusakan atau kegagalan yang terjadi pada budidaya rumput laut, sebagian
besar disebabkan oleh kekuatan alam yang tidak terduga. Untuk menjamin
laut. Selain itu, ombak dan arus juga membawa kotoran/sampah, endapan
55
lumpur maupun tumbuhan dan binatang yang menempel pada thallus sehingga
masa pemeliharaan rumput laut yang baik tidak merata. Pada kawasan pesisir
Timur Sulawesi Selatan, musim hujan berlangsung pada bulan Maret sampai
Agustus. Menurut pengakuan pembudidaya, rumput laut tumbuh lebih baik pada
telah mulai melakukan kegiatan untuk mempersiapkan sarana produksi dan bibit
rumput laut. Sebaliknya pada musim panas yaitu bulan Oktober sampai dengan
Desember pertumbuhan rumput laut tidak optimal dan sering terserang penyakit
ice-ice yang ditandai oleh warna putih pucat dan membusuk pada bagian ujung
thallus. Penyakit ice-ice timbul karena perubahan iklim yang ekstrim, misalnya
terhadap perubahan parameter kualitas perairan seperti suhu, salinitas, arus dan
rumput laut.
dengan kondisi suhu air laut memanas yaitu pada bulan Oktober sampai
4. Panen
kualitas rumput laut. Panen dilakukan dengan cara melepas tali bentangan dari
laut basah di atas para-para atau waring (jaring halus). Lama penjemuran
tergantung kondisi cuaca atau sekitar 2 – 3 hari. Rumput laut dijemur sampai
mencapai kering karet yaitu thallus masih kenyal dan tidak mudah patah.
Kegiatan dan sarana penjemuran rumput laut dapat dilihat pada Lampiran11.
ngibaskan rumput laut untuk mengurangi kotoran dan pasir yang melekat.
Kemudian rumput laut dimasukkan ke dalam karung dan siap ditimbang dan
dijual.
4. Penanganan Pascapanen
Kualitas rumput laut dipengaruhi oleh tiga hal penting, yaitu teknik
merupakan kegiatan atau proses yang dimulai sejak rumput laut dipanen, yaitu
permanen di pesisir pantai yang dilengkapi dengan para-para dan atap sehinga
rumput laut yang dijemur akan terhindar dari kotoran, hujan maupun embun.
Pada kondisi panas matahari yang cukup baik, rumput laut dijemur
rumput laut tidak boleh terkena air hujan maupun embun. Selain itu, rumput
harus bersih dari kristal garam dan kotoran lainnya, sebagaimana dikemukakan
oleh Anggadireja (2006) bahwa kualitas rumput laut yang baik adalah kadar air
31 – 35 % dan total garam dan kotoran yang melekat tidak lebih dari 3 – 5 %.
cukup tinggi untuk membeli produknya. Kegiatan pasca panen rumput laut dapat
pada posisi yang lemah karena kondisi pasar dimana harga ditentukan secara
searah akibat adanya sistem informasi pasar yang asimetris. Namun demikian,
kondisi seperti itu tidak dialami oleh pembudidaya rumput laut di lokasi penelitian.
Pembudidaya rumput laut semakin memiliki posisi tawar yang cukup baik karena
harga yang ditawarkan pedagang pengumpul. Hal ini merupakan kondisi yang
laut adalah fluktuasi harga rumput laut. Pada pertengahan tahun 2007 harga
jumlah pembudidaya. Namun demikian, harga tersebut tidak bertahan lama dan
Investasi adalah biaya yang dikeluarkan pada awal usaha yang baru
dimana berupa peralatan yang dapat digunakan selama beberapa kali proses
produksi. Investasi yang dikeluarkan dalam usaha budidaya rumput laut adalah
Perahu, Mesin, tali Utama, Tali Bentangan, tali bibit, tiang Pancang, alat
penjemuran, pelampung induk, dan pelampung kecil. Untuk lebih jelasnya rincian
biaya investasi rata-rata yang digunakan dalam usaha budidaya rumput laut
yang dikeluarkan oleh pembudidaya rumput laut Euchema cottonii yaitu Rp.
18.376.000 yang terdiri dari perahu sebesar Rp. 3.166.667 dengan persentase
17,23%, mesin sebesar Rp. 2.800.000 dengan persentase 15,24%, Tali Utama
sebesar Rp. 1.458.333 dengan persentase 7,94%, Tali bibit sebesar Rp.
1,28%, dan pelampung kecil sebesar Rp. 1.213.333 dengan persentase 6,60%.
Untuk Lebih jelasnya investasi yang dikeluarkan oleh pembudidaya rumput laut
pada awal usaha budidaya rumput laut dapat dilihat pada Tabel 18 dan Lampiran
3.
investasi yang besar ada pada pengadaan tali bibit dan yang terendah adalah
diperoleh dari hasil modal pribadi atau dari pihak keluarga, peminjaman modal
dari lembaga keuangan formal dalam hal ini bank dan koperasi, masih sangat
relatif sulit akibat tidak adanya jaminan pengembalian yang dapat dijdikan
jaminan jika terjadi kerugian pada usaha budidaya rumput laut yang dijalankan.
laut. Besarnya biaya yang digunakan untuk memproduksi suatu produk usaha
tani, akan menentukan besarnya produk yang dihasilkan. Ada dua jenis biaya
yang digunakan dalam analisis biaya yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Yang
termasuk biaya tetap adalah perahu, mesin, tali utama, tali bentangan, tali bibit,
a. Biaya Tetap
Biaya tetap adalah biaya penggunaannya tidak habis dalam satu masa
produksi dan tetap dikeluarkan walaupun suatu usaha tidak berproduksi lagi
dalam hal ini biaya penyusutan alat. Penyusutan alat dapat terjadi dikarenakan
pengaruh umur pemakaian. Biaya penyusutan ini dapat dihitung dengan cara
membagi harga alat sebagai investasi dengan umur produktif alat tersebut. Hal
ini sesuai dengan pendapat Pasaribu dalam Syariah (2007), bahwa biaya
penyusutan diperoleh dengan membagi harga Perahu rakit dibagi dengan jumlah
Tabel 18. Rata-rata biaya tetap penyusutan pada usaha budidaya rumput laut
pembuddidaya responden per tahun di Kelurahan Pallete Kabupaten
Bone
No Jenis Biaya Nilai Persentase
Penyusutan (%)
Investasi
1 Perahu 452.380,95 8,74
2 Mesin 466.666,67 9,02
61
Dari Tabel 18 diatas diketahui bahwa rata-rata biaya tetap pertahun pada
usaha budidaya rumput laut terdiri dari perahu nilai penyusutannya sebesar Rp.
sebesar Rp. 466.666,67 dengan persentase sebesar 9,02 %, tali utama nilai
sebesar 9,39 %, tali bibit nilai penyusutannya sebesar Rp. 1.251.666,67 dengan
tetap pertahun yaitu sebesar Rp. 5.176.492,06. Untuk Lebih jelasnya biaya tetap
yang dikeluarkan oleh pembudidaya rumput laut dapat dilihat pada Lampiran 4.
tetap yang besar ada pada pengadaan tali bibit dan yang terendah adalah
menggunakan biaya tetap kurang lebih Rp. 5.000.000. Dimana biaya tetap
62
tingkatan sejumlah hasil yang diproduksi atau biaya yang penggunaannya tidak
habis dalam satu masa produksi dan tetap dikeluarkan walaupun tidak
berproduksi antara lain biaya penyusutan alat. Salah satu cara untuk
menghitung penyusutan adalah selisih antara nilai awal barang dengan nilai akhir
b. Biaya variabel
Biaya Variabel adalah biaya yang habis dipakai dalam satu kali panen.
Biaya variabel dikeluarkan selama melakukan budidaya rumput laut dan biaya
variabel ini berubah-ubah. Jenis dan biaya variabel dapat dilihat pada Tabel 19
berikut :
Dari Tabel 19 terlihat bahwa ada beberapa jenis biaya variabel rata-rata
pertahun yang dikeluarkan oleh pembudidaya rumput laut yang terdiri dari bibit
dengan nilai rata-rata Rp. 140.000 atau 2,24%, Upah Pengikat Bibit sebesar Rp.
1.203.333,33 atau 19,26%, Bibit sebesar Rp. 4.483.333,33 atau 71,75%, dan
konsumsi sebesar Rp. 421.666,67 atau 6,75 %. Adapun biaya variabel untuk
biaya variabel yang besar ada pada upah pengikat bibit dan yang terendah
adalah biaya variabel bensin. Dari keterangan yang diperoleh dari responden
menggunakan biaya variabel kurang lebih Rp. 6.000.000. Dimana biaya variabel
yang dikeluarkan oleh rata-rata responden dalam satu kali panen atau biaya
yang dikeluarkan selama proses usaha berlangsung yaitu biaya bahan bakar
c. Biaya Total
Total cost atau total biaya adalah jumlah biaya tetap dan biaya
variabel, adapun total biaya yang digunakan dalam unit usaha budidaya rumput
Tabel 20. Jenis dan Nilai Total Biaya Rata – Rata Pertahun Pada Usaha
Budidaya rumput laut di Kelurahan Pallete Kabupaten Bone
No Jenis Biaya Nilai Rata – rata
(Rp)
1 Biaya Tetap 5.176.492
Berdasarkan Tabel 21 diatas dapat dilihat bahwa nilai total biaya tetap
rata – rata pertahun sebesar Rp 5.176.492 dan nilai total biaya variabel rata –
rata pertahun sebesar Rp. 6.248.333. Jadi total biaya rata – rata pertahun
sebesar Rp. 11.424.825 Dari tabel tersebut (Tabel 20) diketahui bahwa biaya
variabel lebih besar dari pada biaya tetap untuk setiap tahunnya, sejalan dengan
penelitian Nurlaila (2007) bahwa pengeluaran terhadap biaya tetap tidak ikut
Biaya yang dikeluarkan oleh pembudidaya rumput laut permusim panen dapat
d. Penerimaan Usaha
yang dihasilkan dikali dengan harga yang berlaku pada saat itu. Adapun Rata-
rata nilai penerimaan pada usaha budidaya rumput laut pembudidaya selama
Tabel 21. Rata-Rata Nilai Penerimaan Pada Usaha Budidaya Rumput Laut
Pembudidaya Pertahun Di Kelurahan Pallete Kabupaten Bone
Persentase
No Musim Rata-rata Penerimaan (%)
1 Musim Barat 31.753.333,34 37,60
2 Musim Peralihan 26.733.333,33 31,66
3 Musim Timur 25.960.000,00 30,74
TOTAL 84.446.666,67 100
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2010
penerimaan yang diperoleh usaha budidaya rumput laut dalam satu tahun adalah
Rp. 84.446.666,67. Dimana penerimaan yang paling banyak diterima ada pada
bentangan yang dimiliki maka semakin besar pula produksi yang dihasilkan
e. Keuntungan Usaha
penerimaan pembudidaya rumput laut dalam satu kali panen. Jadi Keuntungan
budidaya rumput laut ada pada musim barat yaitu sebesar Rp. 20.328.508
dipengaruhi oleh total penerimaan yang dikurangi dengan total biaya yang
Analisis R/C Rasio merupakan salah satu analisis yang digunakan untuk
mengalami kerugian, impas, atau untung. Analisis R/C Rasio merupakan analisis
yang membagi antara penerimaan dengan total biaya yang dikeluarkan. Jika
hasil perhitungan R/C Rasio lebih besar dari satu maka usaha budidaya rumput
perhitungan R/C Rasio lebih kecil dari satu, maka usaha budidaya rumput laut
(Euchema cottonii) tidak layak diusahakan. Dan jika hasil perhitungan R/C Rasio
sama dengan satu maka usaha budidaya rumput laut ( Euchema cottonii ) impas
( Soekartawi, 1995 ). Berikut ini Tabel tentang nilai R/C Rasio pada Usaha
Tabel 23. Analisis Nilai R/C rasio pembudidaya Pertahun pada usaha budidaya
rumput laut Euchema cottonii di Kelurahan Pallete Kabupaten Bone
No Musim R/C Ratio Persentase (%)
1 Musim Barat 2,76 37,55
2 Musim Peralihan 2,33 31,70
3 Musim Timur 2,26 30,75
TOTAL 100
diperoleh dalam musim barat yaitu 2,76 (37,55 %) lebih besar dari 1 yang artinya
pada musim peralihan R/C Rasio yang diperoleh sebesar 2,33, dan pada Musim
timur R/C Rasio yang diperoleh sebesar 2,26 dan ini menandakan bahwa usaha
ketentuan bahwa apabila nilai R/C Rasio lebih besar dari 1 maka suatu usaha
(2002), bahwa apabila nilai R/C Rasio >1 maka usaha yang dijalankan
mengalami keuntungan, apabila nilai R/C Rasio yang diperoleh = 1 maka usaha
apabila nilai R/C Rasio < 1 maka usaha tersebut mengalami kerugian. Dengan
demikian berdasarakan nilai R/C Rasio yang diperoleh maka dapat disimpulkan
bahwa usaha yang dijalankan oleh pembudidaya rumput laut Euchema cottonii
rumput laut di kelurahan Pallete telah memberikan dampak yang positif terhadap
A. Simpulan
3. R/C ratio yang diperoleh rata-rata dalam pertahun yaitu 2,45 dimana lebih
besar dari 1. Data tersebut menunjukkan pula bahwa hasil R/C ratio lebih
besar dari 1, maka usaha budidaya rumput laut layak untuk dikembangkan.
B. Saran
daripada harga jual yang ada sekarang agar dapat menutupi semua biaya
Bank agar lebih mudah dalam memperoleh modal usaha atau pinjaman
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. 2008. Kabupaten Bone dalam Angka Tahun 2008.
BPS Kabupaten Bone. Watampone.
69
Rani, Petrus.P-M., Tjaronge, M., Mun Imah, M. 2009. Musim Tanam Rumput
Laut di Perairan Tonra, Kabupaten Bone, Pantai Timur Sulawesi
Selatan. Jurnal Penelitian Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau.
Maros.
Soekartawi. 2002. Analisis Usaha Tani. Ui-Press. Jakarta.