You are on page 1of 33

ANGGARAN DASAR

PERHIMPUNAN DOKTER HEWAN INDONESIA


(PDHI)

PEMBUKAAN

Bahwa sesungguhnya hewan adalah makhluk karunia Tuhan Yang Maha Esa yang
diberikan kepada umat manusia agar disyukuri dan di dayagunakan untuk kemakmuran,
kesejahteraan, peningkatan taraf hidup, pemenuhan kebutuhan pangan protein hewani
dan ketenteraman bathin masyarakat bangsa dan negara.

Bahwa profesi dokter hewan adalah profesi mulia yang mengabdi untuk kesejahteraan
manusia melalui dunia hewan yang diwujudkan dalam bentuk penggalian dan
pengamalan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran hewan (veteriner) untuk
pembangunan kesehatan hewan, penyediaan produk asal hewan yang aman dan
pangan asal hewan yang aman, sehat, utuh dan halal; perlindungan kesehatan hewan,
manusia,masyarakat dan lingkungan serta menjaga keseimbangan dan kelestarian
ekosistem.

Bahwa sesungguhnya profesi dokter hewan di Indonesia perlu berhimpun dengan


tujuan untuk meningkatkan pengabdiannya dalam mewujudkan masyarakat adil dan
makmur berdasarkan Pancasila dan Undang – Undang Dasar 1945

Bahwa untuk mewujudkan cita-cita luhur di atas diperlukan persatuan dan kesatuan
seluruh dokter hewan Indonesia yang terkoordinasi dan terorganisasikan dalam suatu
wadah perhimpunan.

Maka dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa dibentuklah Perhimpunan Dokter Hewan
Indonesia yang merupakan satu-satunya wadah profesi dokter hewan di Indonesia
dengan Anggaran Dasar sebagai berikut :

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Yang dimaksud dalam Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART)
Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) dengan :

a. Perhimpunan adalah organisasi yang terdiri dari anggota-anggota yang


memiliki prinsip-prinsip khusus yang sama dan bergabung untuk mencapai
tujuan yang sama.

1
b. Pengurus Pusat adalah Pengurus Besar.

c. Dokter Hewan (Veterinarian) adalah Dokter Hewan Lulusan Fakultas


Kedokteran Hewan di Indonesia yang fakultasnya telah terakreditasi
ataupun Fakultas Kedokteran Hewan di Luar Negeri yang ijazahnya telah
mendapatkan pengesahan dari Departemen Pendidikan Nasional

d. Anggota Biasa adalah Dokter Hewan yang teregistrasi pada PDHI dan
berkewajiban membayar iuran keanggotaan sebagaimana diatur dalam
AD/ ART ini.

e. Anggota Luar Biasa adalah Dokter Hewan Warga Negara Asing dan
Sarjana non dokter hewan lulusan Universitas/Institut Dalam Negeri dan
Luar Negeri yang mengajar di Fakultas Kedokteran Hewan atau bekerja di
organisasi/lembaga/instansi yang relevan dengan Ilmu Kedokteran Hewan
dan memenuhi persyaratan keanggotaan.

f. Anggota Kehormatan adalah seseorang yang mempunyai jasa besar di


bidang pengembangan profesi kedokteran hewan dan perhimpunan.

g. Anggota Muda adalah Sarjana Kedokteran Hewan (SKH) yang mengambil


Program Pendidikan Dokter Hewan (PPDH) di Fakultas Kedokteran
Hewan di Indonesia dan dipersiapkan menjadi dokter hewan profesional.

h. Izin Praktek adalah izin untuk menjalankan Praktek Kedokteran Hewan


yang berbentuk rekomendasi kelayakan praktek dokter hewan dan
diterbitkan oleh PDHI Cabang sedangkan izin tempat praktek dikeluarkan
Pemerintah Daerah Cq. Dinas / Instansi yang berwenang berdasarkan
rekomendasi kelayakan tempat oleh PDHI Cabang.

i. Praktek Kedokteran Hewan adalah fungsi veteriner berupa kegiatan


berdasarkan kaidah, ilmu dan etik kedokteran hewan (medik veteriner)
yang meliputi Konsultasi Veteriner dan Tindakan Kedokteran (promotif,
preventif, kuratif, rehabilitatif) dengan menerapkan azas kesejahteraan
hewan, yang meliputi :

1. Melakukan pemeriksaan dan diagnosa penyakit; uji


pendukung serta upaya penyembuhan (therapi) baik secara
medikamentosa maupun tindakan bedah; tindakan
pencegahan dan pelayanan medis lainnya terhadap hewan.

2. Melakukan penyidikan dan penelitian secara laboratoris


sebagai dasar dilaksanakannya tindakan penanggulangan
penyakit hewan.

3. Melakukan pekerjaan di tempat yang memproduksi produk-


produk untuk kesehatan hewan seperti sediaan dan bahan

2
farmasi, bahan biologi dan food-additive (tambahan dalam
pakan hewan).

4. Melakukan pemeriksaan ante mortem dan post mortem


terhadap hewan-hewan dan produk-produk hewan sebelum
diedarkan sebagai bahan konsumsi manusia dan fungsi
kesehatan masyarakat veteriner lainnya.

5. Mengajar dan mendidik dalam ilmu-ilmu kedokteran hewan


pada fakultas kedokteran hewan atau sekolah-sekolah yang
berafiliasi dalam ilmu-ilmu kehewanan dan peternakan .

6. Melakukan berbagai bentuk pelayanan kedokteran hewan,


konsultasi dan nasehat kepada suatu instansi, dimana ia
berkedudukan di instansi tersebut sebagai Dokter Hewan
yang berstatus pegawai di instansi tersebut.

7. Pelayanan dibidang medik reproduksi antara lain diagnosa


kebuntingan, diagnosa kemajiran, tindakan menolong
kelahiran, inseminasi buatan, embryo transfer serta
penanganan gangguan-gangguan penyakit reproduksi
lainnya.

8. Melakukan tindakan penilaian (assesment) aspek


kesejahteraan hewan di berbagai tempat yang memelihara,
menggunakan dan mengurus hewan dan menerbitkan
rekomendasi kesrawan secara berkala.

j. Hewan adalah binatang yang hidup di darat, air dan sebagian di udara
baik yang dipelihara maupun yang liar yang meliputi kelompok hewan
pangan; hewan hobi, hewan kesayangan dan hewan untuk kepentingan
khusus; hewan liar dan hewan konservasi;hewan aquatik dan hewan
laboratorium.

k. Instansi adalah lembaga pemerintah dan swasta yang mempekerjakan


Dokter Hewan untuk Praktek Kedokteran Hewan sebagaimana pada butir
i.

l. Perhimpunan Dokter Hewan di daerah merupakan Cabang dari PDHI


Pusat dan disebut PDHI Cabang yang dikukuhkan oleh Pengurus Besar
melalui Surat Keputusan Pengesahan Cabang serta memiliki batasan-
batasan wilayah kerja (teritorial).

m. Organisasi Non Teritorial (ONT) adalah Organisasi di bawah naungan


PDHI yang dibentuk berdasarkan keinginan sekelompok Dokter Hewan
yang seminat/sekeahlian/sebidang kerja melalui suatu prosedur dan
memperoleh pengesahan oleh Pengurus Besar PDHI.

3
n. Delegasi Kongres adalah utusan yang memperoleh mandat mengikuti
Kongres dari PDHI cabang.

o. Dokter hewan spesialis/ahli adalah dokter hewan yang kegiatan


prakteknya berfokus pada minat spesifik (spesies atau disiplin ilmu
veteriner tertentu) dan memiliki sertifikasi internasional dan atau nasional
yang kepakaran spesialisnya disahkan oleh PB – PDHI melalui Majelis
Pendidikan Profesi Kedokteran Hewan.

BAB II
NAMA, KEDUDUKAN, WAKTU PENDIRIAN, DAN PRINSIP

Pasal 2.

Perhimpunan ini bernama PERHIMPUNAN DOKTER HEWAN INDONESIA, disingkat


PDHI secara internasional disebut Indonesian Veterinary Medical Association (IVMA)
dan untuk selanjutnya disebut Perhimpunan.

Pasal 3

Perhimpunan berkedudukan di tempat Pengurus Besar Perhimpunan.

Pasal 4

Perhimpunan didirikan pada tanggal 9 Januari 1953 di Lembang, Bandung untuk jangka
waktu yang tidak ditentukan dan selanjutnya kedudukan hukumnya harus memenuhi
peraturan perundangan yang berlaku dan mendapatkan pengakuan dari berbagai badan
hukum yang berkepentingan.

Pasal 5

(1) Perhimpunan didirikan oleh anggota dan untuk anggota yang berdasarkan pada
prinsip hukum (legal principles) dan prinsip budaya (cultural principles) yaitu tata
hubungan antar manusia yang beradab.

(2) Prinsip hukum (legal Principles) yang dianut adalah :

a. Semua anggota berstatus sederajat (Ekual).

b. Perhimpunan adalah milik anggotanya.

c. Rapat Umum Anggota adalah forum tertinggi perhimpunan.

d. Rapat Umum Anggota sebagaimana dimaksud dalam pasal ini adalah

4
Kongres Perhimpunan.

e. Rapat Umum Anggota menentukan strategi, garis besar program kerja


nasional, pertanggungjawaban kerja dan keuangan kepengurusan Pengurus
Besar, serta mengangkat dan memberhentikan Ketua Umum PB PDHI dan
kepengurusannya.

f. Bendahara Pengurus Besar wajib membuat Laporan Keuangan Tahunan


untuk memenuhi persyaratan pertanggung jawaban keuangan sebuah
organisasi masyarakat sesuai peraturan perundangan bidang keuangan yang
berlaku.

g. Selaku organisasi masyarakat sesuai peraturan perundangan yang berlaku


harus memenuhi segala persyaratan yang ditetapkan guna mempertahankan
status hukumnya baik tingkat pusat maupun cabang.

(2) Prinsip Budaya (Cultural Principles).

a. Profesional.
b. Keilmuan.
c. Kekeluargaan.
d. Kemasyarakatan.
e. Bebas dan tidak terikat pada suatu Partai Politik atau Organisasi Politik.

BAB III

AZAS DAN TUJUAN

Pasal 6

Perhimpunan berazaskan Pancasila

Pasal 7

Perhimpunan bertujuan membina kepentingan para anggota sesuai dengan


perkembangan dan tuntutan profesi Kedokteran Hewan dalam rangka meningkatkan
kualitas pengabdiannya kepada masyarakat, Bangsa dan Negara dengan motto,
"Manusya Mriga Satwa Sewaka" (mengabdi untuk kesejahteraan manusia melalui dunia
hewan).

5
BAB IV

KEGIATAN

Pasal 8

(1) Perhimpunan melakukan kegiatan ke dalam dan ke luar.

(2) Kegiatan ke dalam meliputi usaha untuk meningkatkan komitmen,


harkat dan martabat (etika) keprofesian serta kepentingan dan
kesejahteraan anggota.

(3) Kegiatan ke luar meliputi :

a. usaha untuk memposisikan peran, kedudukan, wewenang dan


apresiasi masyarakat terhadap kekhususan profesi dokter
hewan;
b. melakukan promosi dan pengabdian profesi untuk keselamatan
dan kesejahteraan masyarakat, negara dan bangsa
c. Mengembangkan kerjasama dan jejaring dengan berbagai
organisasi dan lembaga yang terkait dengan profesi veteriner
baik di dalam negeri maupun dari luar negeri.

BAB V

KEANGGOTAAN, HAK DAN KEWAJIBAN

Pasal 9

(1) Keanggotaan Perhimpunan terdiri dari :


a. Anggota Biasa
b. Anggota Luar Biasa
c. Anggota Kehormatan
d. Anggota Muda

2) Untuk menjadi anggota perhimpunan, seorang Dokter Hewan wajib memenuhi


ketentuan untuk menjadi anggota sesuai kategori keanggotaannya dan
selanjutnya memperoleh Kartu Tanda Anggota (KTA) sebagai identitas
keanggotaan PDHI.

Pasal 10
(1) Hak-hak anggota terdiri dari :

6
a. Hak bicara dan hak suara
b. Hak memilih dan dipilih
c. Hak membela diri
d. Hak-hak lainnya yang ditetapkan dalam Anggaran Rumah Tangga.

(2) Kewajiban anggota adalah :

a. Menjunjung tinggi berbagai nilai yang berlaku pada profesi Dokter Hewan
sebagaimana di dalam Kode Etik dokter hewan.
b. Menjaga nama dan kehormatan Korps dan profesi Dokter Hewan
c. Mentaati Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan Peraturan
Perhimpunan.

BAB VI
SUSUNAN DAN KELENGKAPAN ORGANISASI

Pasal 11

Susunan Organisasi Perhimpunan terdiri dari:

a. Pengurus Besar
b. Pengurus Cabang

Pasal 12

Kelengkapan organisasi terdiri dari :

a. Majelis Kehormatan Perhimpunan.


b. Majelis Pendidikan Profesi Kedokteran Hewan
c. Organisasi Seminat/sekeahlian/sebidang kerja yang bersifat non teritorial.
d. Berbagai bentuk unit kerja berstatus hukum maupun tidak berstatus hukum yang
diadakan sesuai keperluan organisasi.

Pasal 13

Struktur dan komposisi kepengurusan organisasi dan kelengkapan organsiasi


perhimpunan sebagaimana pada pasal 11 dan 12 diatur di dalam Anggaran Rumah
Tangga.

BAB VII

RAPAT-RAPAT

Pasal 14

7
(1) Jenis-jenis rapat terdiri dari :

a. Kongres
b. Kongres Luar Biasa
c. Musyawarah Kerja Nasional
d. Rapat Majelis Kehormatan Perhimpunan
e. Rapat Majelis Pendidikan Profesi Kedokteran Hewan
f. Rapat Pengurus Besar
g. Rapat Pengurus Cabang
h. Rapat Anggota Cabang

(2) Tata cara dan agenda rapat-rapat sebagaimana tersebut pada ayat (1) pasal ini
di atur dalam Anggaran Rumah Tangga.

BAB VIII
ADMINISTRASI DAN KEUANGAN

Pasal 15

Perhimpunan menganut manajemen administrasi secara desentralisasi kecuali


Surat Keputusan Pengesahan Pengangkatan Kepengurusan, Surat Keputusan
Kongres dan Surat Keputusan Musyawarah Kerja Nasional.

Pasal 16

(1) Keuangan Perhimpunan diperoleh dari:

a. Uang Pendaftaran/Registrasi Awal dan Iuran Anggota


b. Sumbangan-sumbangan yang tidak mengikat dan usaha-usaha lain yang
sah.

(2) Tahun Fiskal dari Perhimpunan adalah dari awal bulan Januari sampai akhir
bulan Desember tahun yang sama.

(3) Pengurus Besar dengan melalui suatu ketetapan menetapkan peraturan-


peraturan mengenai hal-hal sebagai berikut :

a. Penentuan Bank dimana akan dibuka Rekening Giro untuk keperluan


perhimpunan .
b. Penentuan penyimpanan uang-uang perhimpunan.
c. Penentuan pengeluaran uang untuk keperluan aktifitas perhimpunan.

(4) Kongres dapat menunjuk seorang akuntan publik untuk melakukan audit

8
keuangan perhimpunan.

(5) Pembayaran imbal jasa terhadap akuntan publik sebagaimana dimaksud ayat (4)
pasal ini besarannya adalah berdasarkan standar tarif jasa yang berlaku dan
wajar dan dibayarkan oleh Pengurus Besar Perhimpunan.

BAB IX
LOGO DAN ATRIBUT

Pasal 17

(1) Logo PDHI berbentuk lingkaran warna ungu. Ditengah lingkaran


terdapat gambar ular melilit di tongkat tiga mahkota yang menghadap
ke kanan dan tongkat berdiri di antara dua kaki huruf V (V dari kata
Veteriner) dan dibawahnya tercantum huruf-huruf PDHI.
(2) Ketentuan pemasangan logo PDHI diatur dalam ART

Pasal 18

PDHI mempunyai atribut yang terdiri dari Bendera, Selempang kain berwarna kuning
emas dan bergaris tengah berwarna ungu dengan pending kuningan berlogo dan panji-
panji yang seluruhnya mencantumkan logo PDHI dan digunakan pada kegiatan-
kegiatan sesuai yang diatur dalam ART.

BAB X

PERUBAHAN ANGGARAN DASAR PERHIMPUNAN

Pasal 19

Anggaran Dasar Perhimpunan dapat diubah oleh dan dalam Kongres.

Pasal 20

Pengurus Besar Perhimpunan secara darurat dapat melakukan dan mengambil


Keputusan-keputusan untuk dan atas nama perhimpunan yang tidak bertentangan
dengan Anggaran Dasar dan atau Anggaran Rumah Tangga Perhimpunan yang
kemudian dipertanggung jawabkan di dalam Kongres

BAB XI

9
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 21

Hal-hal yang belum diatur di dalam Anggaran Dasar ini diatur lebih lanjut di dalam
Anggaran Rumah Tangga Perhimpunan.

10
BAB XII
PENGESAHAN DAN PENYEMPURNAAN
ANGGARAN DASAR PERHIMPUNAN

Pasal 23

1) Anggaran Dasar ini disahkan dalam Kongres Perhimpunan yang diadakan di


Mataram, NTB tanggal 7 s/d 9 Oktober 2002 sebagai penyempurnaan Anggaran
Dasar Perhimpunan terdahulu dan disempurnakan serta disahkan kembali dalam
Kongres Perhimpunan yang diadakan di Jakarta 11 s/d 14 Juli 2006 yang
selanjutnya disebut Anggaran Dasar PDHI.

2) Anggaran Dasar PDHI ini berlaku sejak ditetapkan

3) Keputusan-keputusan Kongres dan atau Pengurus Besar PDHI terdahulu yang


bertentangan dengan Anggaran Dasar dinyatakan tidak berlaku.

Ditetapkan : Jakarta
Pada Tanggal : 13 Juli 2006

PERHIMPUNAN DOKTER HEWAN INDONESIA

Ketua Kongres,

(Drh. Arsentina Panggabean)

11
ANGGARAN RUMAH TANGGA
PERHIMPUNAN DOKTER HEWAN INDONESILA

BAB I

TERBENTUKNYA PERHIMPUNAN

Pasal 1

(1) Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia atau disingkat PDHI sebagaimana


dimaksud dalam pasal 2 Anggaran Dasar Perhimpunan adalah lanjutan dari
Perhimpunan Ahli Ilmu Kehewanan Indonesia.

(2) Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia adalah satu-satunya wadah profesi


Dokter Hewan bagi seluruh Dokter Hewan Indonesia dan diluar negeri disebut
Indonesian Veterinary Medical Association (IVMA).

BAB II

AZAS DAN TUJUAN

Pasal 2

(1) Perhimpunan dibentuk atas dasar hukum Indonesia dan berazaskan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar 1945.

(2) Perhimpunan bertujuan untuk mewujudkan misi perhimpunan dan


memperjuangkan kepentingan anggota dalam bentuk :

a. Mempertahankan dan memperbaiki citra profesi (moral dan profesionalisme)


b. Membawa suara nasional profesi berkenaan masalah profesi
c. Menjadi kekuatan pemersatu kepentingan profesi
d. Membela segala kepentingan anggota dan hewan selaku objek profesi.
e. Memelihara, menjaga dan mempertahankan kepentingan profesi veteriner.
f. Menjadi perantara dalam peningkatan pengetahuan dan kompetensi
anggotanya

3) Dalam rangka membina kepentingan anggota sebagaimana dimaksud ayat (2)


pasal ini, Perhimpunan melakukan registrasi dan herregistrasi anggota dalam buku
registrasi induk setiap 4 tahun.

12
BAB III

KEGIATAN

Pasal 3

Perhimpunan melakukan kegiatan sebagai berikut :

A. Ke dalam :

a. Pembinaan keprofesian dan sosialisasi nilai-nilai etika veteriner, acuan


perilaku profesi veteriner dan pemahaman kesejahteraan hewan.

b. Meningkatkan kompetensi dan keterampilan anggota melalui kegiatan


pendidikan berkelanjutan (seminar, lokakarya dan lain-lain) yang
bersertifikat dan berstandar kompetensi.

c. Mendukung pendidikan profesi, penelitian dan pengembangan ilmu


kedokteran hewan di berbagai sektor.

d. Mengusahakan terciptanya kesempatan yang dapat membantu baik


secara langsung maupun tidak langsung kesejahteraan para anggota

e. Mengadakan berbagai fasilitas komunikasi dan mediasi yang bersifat


ilmiah dan keanggotaan dalam berbagai bentuk media sesuai
kemampuan organisasi (majalah, web-site dan lain-lain).

f. Menggerakkan anggota (apabila diperlukan) pada terjadinya keadaan


khusus bidang Veteriner yang memerlukan partisipasi seluruh anggota
secara nasional.

g. Meningkatkan tampilan profil profesi yang membanggakan anggota.

B. Keluar :

a. Membantu pemerintah dengan sumbangan-sumbangan pemikiran dalam


merumuskan kebijaksanaan pembangunan dalam bidang kesehatan
hewan, kesejahteraan hewan dan peternakan.

b. Membantu pemberdayaan kegiatan masyarakat dan meningkatkan


kesehatan hewan untuk kesejahteraan masyarakat.

13
c. Menjalin kerjasama dengan organisasi dan lembaga / badan yang
berkaitan dengan profesi/bidang kedokteran hewan di dalam dan luar
negeri.
d. Menanamkan kesadaran kesehatan masyarakat veteriner bagi
terjaminnya ketentraman dan kesejahteraan masyarakat.

e. Ikut menjaga ketertiban dan kelestarian lingkungan khususnya lingkungan


yang berkaitan dengan sumber daya hewan.

f. Mensosialisasikan peran profesi dokter hewan dan manfaat hewan bagi


kehidupan manusia.

C. Pendidikan Profesi

a. Berkontribusi dalam menghasilkan lulusan fakultas kedokteran hewan


Indonesia melalui konsorsium kedokteran hewan dalam bentuk membantu
menyiapkan kurikulum pendidikan Sarjana Kedokteran Hewan (SKH).

b. Mengkoordinasikan Pendidikan Profesi Dokter Hewan bekerjasama


dengan FKH-FKH se-Indonesia (sesuai MoU 7 Juni 2000 antara PB PDHI
dengan Dekan FKH se-Indonesia).

c. Menyediakan materi ilmiah tentang pengetahuan Kedokteran Hewan yang


harus dikuasai oleh seorang dokter hewan bersama FKH-FKH se-
Indonesia dalam bentuk ujian Nasional untuk penerbitan sertifikat
kelayakan memberikan pelayanan jasa veteriner.

BAB IV

KEANGGOTAAN

Pasal 4

(1) Anggota Biasa adalah Dokter Hewan Warga Negara Indonesia yang merupakan
lulusan dari Fakultas Kedokteran Hewan di Indonesia yang Fakultasnya telah
terakreditasi ataupun lulusan Fakultas Kedokteran Hewan di Luar Negeri yang
ijazahnya telah mendapatkan pengesahan dari Departemen Pendidikan Nasional.

2) Untuk menjadi Anggota Biasa PDHI setiap Dokter Hewan wajib mendaftarkan diri
dengan cara sebagai berikut :

a. Mengisi formulir permohonan menjadi anggota PDHI Cabang sesuai dengan


wilayah domisilinya ataupun wilayah tempat kerjanya.
b. Membayar uang pendaftaran keanggotan pada waktu registrasi dan membayar
iuran keanggotaan.

14
c. Menerima pengesahan sebagai anggota perhimpunan dalam bentuk Kartu
Tanda Anggota yang mempunyai masa berlaku yang terbatas.

Pasal 5

(1) Anggota Luar Biasa adalah Dokter Hewan Warga Negara Asing dan Sarjana Non
Dokter Hewan lulusan Universitas/Institut yang mengajar di Fakultas Kedokteran
Hewan atau bekerja di organisasi/instansi yang relevan dengan ilmu Kedokteran
hewan dan memenuhi persyaratan keanggotaan.

2) Untuk menjadi anggota luar biasa setiap orang perlu mendaftarkan diri dengan

cara :

a. Mengisi formulir permohonan menjadi anggota


b. Yang bersangkutan diusulkan kepada PB PDHI dengan tembusan kepada
PDHI Cabang tempat domisili/tempat kerja calon yang bersangkutan dan
mendapat dukungan tertulis dari sekurang-kurangnya 2 (dua) anggota biasa.
c. Setelah melalui prosedur a dan b, PB PDHI memberikan pertimbangan dan
persetujuan sebagai anggota PDHI.
d. Bilamana telah memperoleh persetujuan tertulis dari PB PDHI maka yang
bersangkutan membayar uang pendaftaran keanggotan pada waktu registrasi
serta membayar iuran keanggotaan.
e. Menerima pengesahan sebagai anggota perhimpunan dalam bentuk Kartu
Tanda Anggota yang mempunyai masa berlaku yang terbatas.

Pasal 6

1) Anggota Kehormatan adalah seseorang yang mempunyai jasa besar di


bidang pengembangan profesi kedokteran hewan dan perhimpunan.

2) Anggota kehormatan diangkat oleh Kongres atas Usul Pengurus Besar atau
Cabang dengan menyampaikan berbagai alasan pengusulannya.

Pasal 7

1) Anggota Muda adalah Sarjana Kedokteran Hewan (SKH) yang mengambil


Program Pendidikan Dokter Hewan (PPDH) di Fakultas Kedokteran Hewan di
Indonesia dan dipersiapkan menjadi dokter hewan profesional.

2) Tata cara menjadi Anggota Muda adalah sebagai berikut :

15
a. Mengisi formulir permohonan menjadi anggota muda yang disampaikan
melalui penanggung jawab PPDH FKH masing-masing;
b. Menerima pengesahan sebagai anggota muda dari PB PDHI dalam bentuk
kartu tanda anggota muda.

Pasal 8

Hak-hak Anggota

(1) Hak-hak Anggota Biasa yang dijamin perhimpunan adalah :


a. Hak mengeluarkan pendapat dan hak suara dalam rapat-rapat
perhimpunan;
b. Hak untuk dipilih menjadi atau memilih pengurus Perhimpunan
c. Hak untuk membela diri di Forum Majelis Kehormatan Perhimpunan
(bagi anggota yang mendapatkan teguran pelanggaran) dan bilamana
terbukti tidak terjadi pelanggaran dapat memperoleh hak rehabilitasi
nama di forum Kongres.

(2) Hak-hak lain yang diberikan kepada anggota biasa adalah :

a. hak untuk memperoleh izin praktek


b. hak mengikuti kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Perhimpunan.
c. Hak untuk membentuk kelompok atau ikatan yang bernaung dibawah PDHI
menurut kesamaan minat dan atau keahliannya.
d. Hak untuk mengusulkan dibentuknya cabang baru, bila daerah tersebut
mempunyai anggota minimal 10 Dokter Hewan, jauh dari PDHI Cabang yang
sah, berada di pulau lain dengan tingkat komunikasi dan transportasi yang
sulit dengan memperoleh persetujuan dari cabang yang menaunginya.
e. Hak memperoleh advokasi dan perlindungan dari Perhimpunan atas
pertimbangan Majelis Kehormatan Perhimpunan

Pasal 9

(1) Hak-hak Anggota Luar Biasa dan Anggota Muda adalah :

a. hak bicara dalam setiap rapat Perhimpunan


b. Hak untuk membela diri di Forum Majelis Kehormatan Perhimpunan (bagi
anggota yang mendapatkan teguran pelanggaran) dan bilamana terbukti tidak
terjadi pelanggaran dapat memperoleh hak rehabilitasi nama di forum
Kongres.
c. hak mengikuti kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Perhimpunan.
d. Hak memperoleh advokasi dan perlindungan dari Perhimpunan atas
pertimbangan Majelis Kehormatan Perhimpunan

16
(2) Hak-hak yang diberikan kepada Anggota Kehormatan adalah :

a. hak memberi saran/nasehat dan masukan untuk kebaikan


perhimpunan
b. hak bicara dalam setiap rapat Perhimpunan

Pasal 10

Rekomendasi dan Izin Praktek Kedokteran Hewan

(1) Setiap anggota yang memiliki hak untuk praktek kedokteran hewan
sesuai AD ketentuan umum butir i nomor 1 s/d 8, harus memiliki
rekomendasi izin praktek yang diterbitkan oleh PDHI melalui prosedur
yang dikeluarkan oleh Majelis Pendidikan Profesi Kedokteran Hewan.

(2) Dalam rangka memperoleh izin praktek calon praktisi klinik, maka:
a. Disyaratkan mengajukan permohonan kepada Pemerintah Daerah c.q
instansi yang berwenang dan melengkapi persyaratan yang berlaku serta
melampirkan rekomendasi tertulis dari PDHI.
b. Untuk menerbitkan rekomendasi tertulis sebagaimana diperlukan pada butir
(a), PDHI Cabang sebelumnya akan melakukan pengecekan alamat tempat
tinggal; ijazah dan Kartu Tanda Anggota PDHI si pemohon dan rencana
tempat praktek yang diusulkan.
c. Bila tidak mempunyai Kartu Tanda Anggota PDHI, maka harus melengkapi
persyaratan keanggotaan dan melunasi persyaratan pembayaran iuran
keanggotaan.

(3) Dalam rangka memperoleh rekomendasi sebagaimana ayat (1) kecuali untuk
praktisi klinik maka dokter hewan yang bersangkutan perlu memenuhi ketentuan-
ketentuan yang dikeluarkan oleh PB PDHI melalui Majelis Pendidikan Profesi
Kedokteran Hewan

Pasal 11

Berhentinya keanggotaan

(1) Anggota-anggota Perhimpunan berhenti karena :


a. Atas permintaan sendiri
b. Karena meninggal dunia
c. Diberhentikan karena melanggar ketentuan-ketentuan perhimpunan

(2) Anggota yang diberhentikan oleh cabang dapat naik banding melalui PB PDHI
sesuai ketentuan prosedur yang diterbitkan oleh Majelis Kehormatan

17
Perhimpunan.

18
Pasal 12
Kewajiban anggota

1) Setiap anggota wajib membayar uang pendaftaran (registration fee) dan iuran
anggota (membership fee).

2) Anggota yang lalai untuk membayar iuran anggota dapat dikenakan sanksi
administratif atau denda oleh pengurus Cabang Perhimpunan.

3) Besarnya uang pendaftaran (registration fee) dan uang iuran anggota


(membership fee) serta sanksi sebagaimana dimaksud ayat (1) dan (2)
ditetapkan oleh Pengurus Cabang.

4) Setiap anggota PDHI memiliki kewajiban untuk berperilaku sesuai Kode Etik
dokter hewan dan mematuhi ketentuan-ketentuan organisasi lainnya.

BAB V
KEPENGURUSAN

Pasal 13
Pengurus Besar

(1) Pengurus Besar adalah badan pengurus di pusat yang dipilih oleh dan
bertanggung jawab kepada Kongres.

(2) Pengurus Besar terdiri dari :


a. 1 (satu) orang Ketua Umum
b. 2 (dua) orang Ketua Bidang
c. 1 (satu) orang Sekretaris Jenderal
d. 2 (dua) orang Wakil Sekretaris Jenderal
e. 2 (dua) orang Bendahara
f. Komisi sebanyak-banyaknya 5 (lima) Bidang

(3) Pengurus Besar menerima mandat dari dan menjalankan program kerja
Perhimpunan yang ditetapkan Kongres.

(4) Masa jabatan Pengurus Besar adalah antara 2 (dua) Kongres.

5) Ketua PB PDHI yang baru diganti secara Ex-officio menjadi anggota Pengurus
Besar sebagai penasehat tanpa mempunyai hak suara selama masa 3 (tiga)
tahun
6) Ketua PB, anggota PB, petugas-petugas, Anggota Panitia di PDHI dapat

19
diberikan honorarium dan uang perjalanan dinas PDHI sebagai kompensasi
dalam menjalankan kewajiban-kewajiban mereka untuk kepentingan
perhimpunan sebagaimana yang ditugaskan.

7) Pembayaran honorarium dan atau uang perjalanan sebagaimana pada butir 6


tidak boleh dilakukan kepada siapapun tanpa persetujuan sebelumnya dari
mayoritas Pengurus Inti dengan kewajiban mempertanggungjawabkan keuangan
dengan melampirkan semua kwitansi/faktur pertanggungjawaban.

8) Pengurus Inti adalah Ketua Umum, Sekretaris Jenderal dan Bendahara.

(9) PB PDHI diberi wewenang untuk mengangkat sekretaris eksekutif guna


menjalankan operasional sekretariat PB PDHI sehari-hari yang untuk
pekerjaannya ini diberikan honorarium sesuai standar yang lazim.

(10) PB PDHI dalam menjalankan program jangka menengah dan bersifat strategis
dapat membentuk kepanitiaan/kelompok kerja (Pokja) yang dipertanggung
jawabkan dalam kongres.

(11) Kepanitiaan/Pokja yang dibentuk oleh PB PDHI tidak mempunyai hak untuk
mengatas namakan PDHI dan bilamana melakukan sosialisasi materi
kegiatannya harus dengan dampingan Pengurus Besar.

Pasal 14

PB PDHI selaku organisasi profesi bertugas :

a. Memberikan masukan dan sikap kepada Pemerintah dalam hal


adanya isu-isu nasional berkenaan bidang veteriner dan penyakit
hewan.
b. Memberikan alternatif terbaik sesuai profesi dalam menangani
penyakit hewan yang berdampak nasional.
c. Atas permintaan pemerintah menangani urusan-urusan khusus
yang menyangkut bidang Kedokteran hewan/veteriner

Pasal 15

Pengurus Cabang

(1) Ketua Cabang dipilih dan ditetapkan oleh Rapat Anggota Cabang yang memenuhi
Quorum suara yang setuju yaitu 50% + 1.

(2) Ketua Cabang terpilih berhak menyusun Pengurus Cabang sesuai prosedur

20
yang lazim dengan komposisi dan jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan
cabang yang bersangkutan dan disahkan oleh Pengurus Besar dengan
berpedoman pada struktur kepemimpinan PB. PDHI.

(3) Masa Jabatan Pengurus Cabang diusulkan 4 (empat) tahun.


(4) Apabila seorang Ketua Cabang tidak bisa aktif di daerah tersebut
karena pindah atau alasan lain, maka dilakukan pemilihan ketua
cabang baru.

Pasal 16

1) PB PDHI rnempunyai wewenang membentuk cabang perhimpunan yang baru


atas dasar usulan sekelompok dokter hewan dengan alasan yang kuat dan
diyakini dapat memberdayakan dan memperkokoh peran profesi veteriner di
daerah tersebut.

2) Apabila di suatu wilayah propinsi anggotanya kurang dari 10 (sepuluh) orang


maka sebagai perkecualian, PB PDHI dapat membentuk sebuah cabang
perhimpunan dengan pertimbangan sebagaimana pada ayat (1).

BAB VI

KELENGKAPAN ORGANISASI

Pasal 17

(1) Pengurus Besar mengangkat suatu Majelis Kehormatan


Perhimpunan sesuai dengan mandat yang diberikan oleh
Kongres selambat-lambatnya 1 tahun setelah kongres.

(2) Majelis Kehormatan bertugas untuk :

a. Menyusun dan mengevaluasi dan mengusulkan revisi terhadap isi


Kode Etik dan Acuan Dasar Profesi bersama Majelis Pendidikan
Profesi Kedokteran Hewan.

b. Menegakkan nilai-nilai yang terkandung dalam Kode Etik profesi


dengan melakukan pemanggilan dan dengar pendapat (hearing)
terhadap seorang dokter hewan yang dilaporkan/dituduh melakukan
pelanggaran Kode Etik.

c. Memberitahukan melalui Surat Tercatat kepada tertuduh untuk hadir


di Forum Dengar Pendapat untuk menjawab tuduhan-tuduhan dan
membela diri dengan bukti-bukti.

21
d. Majelis Kehormatan melaporkan Keputusannya secara tertulis
kepada Pengurus Besar (PB) dengan tembusan kepada PDHI
Cabang yang bersangkutan berupa rekomendasi untuk :

a) Menganggap persoalan selesai atau


b) Menjatuhkan hukuman yang berbentuk sebagai berikut :
i Memberikan surat teguran
ii Memberlakukan skorsing sebagai anggota selama periode tertentu.
iii Memecat yang bersangkutan dari keanggotaan PDHI.
iv Mengatur supaya hukuman dapat ditangguhkan atau dibekukan
untuk periode tertentu dengan syarat-syarat tertentu dari Majelis
Kehormatan sesuai dengan kewenanganya.

(3) Majelis Kehormatan Perhimpunan, terdiri sekurang-kurangnya


dari 5 (lima) orang dengan berbagai kriteria sebagaimana
berikut :

a. Mantan Ketua Umum dan mantan Sekjen PB-PDHI


b. Dokter Hewan senior (senioritas berdasarkan pengalaman profesi)
yang etikal sesuai profesi veteriner dan atau pernah aktif di
kepengurusan PDHI.
c. Figur intelektual perguruan tinggi yang etikal dan terbukti mempunyai
komitmen besar terhadap martabat profesi.
d. Figur yang menghasilkan karya intelektual dan terbukti mempunyai
komitmen besar terhadap martabat profesi.
e. Ex-officio Ketua Umum PB PDHI dan Sekretaris Jenderal PB PDHI

(4) Majelis Kehormatan Perhimpunan mempunyai masa jabatan yang berakhir


bersamaan dengan masa jabatan Pengurus Besar.

(5) Sebelum Majelis Kehormatan Perhimpunan yang baru dibentuk maka segala
urusan berkenaan tugas dan fungsi majelis kehormatan tetap dilaksanakan oleh
Majelis yang berakhir masa tugasnya namun segala keputusan yang dikeluarkan
oleh majelis ini harus dikukuhkan kembali oleh majelis penggantinya.

Pasal 18

(1) Pengurus Besar mengangkat suatu Majelis Pendidikan Profesi


Kedokteran Hewan sesuai dengan mandat yang diberikan oleh
Kongres selambat-lambatnya 1 tahun setelah kongres.

(2) Majelis Pendidikan Profesi Kedokteran Hewan mempunyai


tugas :

a. Bersama Majelis Kehormatan menyusun, mengevaluasi dan merevisi


kode etik dan acuan dasar profesi.

22
b. Menyusun suatu standar kompetensi profesi kedokteran hewan yang
khusus (spesifik) sesuai bidang keahlian yang terwakili dalam ONT
di bawah PDHI.
c. Menyusun suatu standar kompetensi profesi kedokteran hewan yang
bersifat umum dan nasional serta mengacu kepada standar
internasional profesi veteriner.

d. Menyusun standar dan akreditasi pendidikan berkelanjutan Profesi


Kedokteran Hewan yang ditetapkan berdasarkan besaran satuan
kredit pendidikan berkelanjutan (continuing education credit
hour)/SKPB.

e. Memantau dan mengevaluasi hasil pendidikan kedokteran dokter


hewan yang diluluskan oleh FKH-FKH di Indonesia.

f. Memberikan rekomendasi bagi paramedis/dokter hewan/dokter


hewan spesialis lulusan luar negeri yang akan bekerja di Indonesia
sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan mekanisme yang
disepakati.

(3) Susunan Majelis Pendidikan Profesi Kedokteran Hewan terdiri


dari :

a. Ex-officio (secara otomatis) Dekan FKH seluruh Indonesia

b. Seorang staf pengajar yang mewakili FKH masing-masing yang


dinilai menguasai perjalanan perubahan pendidikan kedokteran
hewan dan sistem pendidikan FKH setelah MoU antara FKH dengan
PB PDHI.

c. Dalam rangka perwakilan keahlian sesuai ONT, PB-PDHI


menetapkan 2 orang perwakilan keahlian bidang ONT dari masing-
masing organisasinya yang didasarkan pada penilaian reputasi
profesi dan etika, prestasi maupun senioritas pengalaman keahlian
yaitu di bidang sesuai ONT yang telah disahkan bernaung di bawah
PDHI

d. Wakil PDHI Cabang dengan anggota terbanyak dan jarak terdekat


dengan PB-PDHI (Jabodetabek)

e. Perwakilan PB-PDHI (untuk estafet dari periode lama dan yang baru)
i. Ketua-ketua Bidang Ilmiah
ii. Wasekjen-wasekjen Bidang Ilmiah
iii. Ketua-ketua Komisi Standarisasi, Akreditasi dan Sertifikasi
iv. Ketua-ketua Komisi Pendidikan Berkelanjutan.

23
(4) Majelis Pendidikan Profesi Kedokteran Hewan mempunyai masa jabatan yang
berakhir bersamaan dengan masa jabatan Pengurus Besar.

(5). Sebelum Majelis Pendidikan Profesi Kedokteran Hewan yang baru dibentuk, maka
segala urusan berkenaan tugas dan fungsi Majelis Pendidikan Profesi Kedokteran
Hewan tetap dilaksanakan oleh Majelis yang berakhir masa tugasnya namun
segala keputusan yang dikeluarkan oleh majelis ini harus dikukuhkan kembali oleh
majelis penggantinya.

Pasal 19

Organisasi Non Teritorial (ONT)

1) PB PDHI mempunyai wewenang untuk mendorong terbentuknya ikatan dokter


hewan yang bernaung di bawah PDHI menurut kesamaan minat atau asosiasi,
kesamaan keahlian dan kesamaan bidang kerja.

2) Minat dan Keahlian yang dimaksud adalah dalam spesies hewan dan disiplin ilmu
kedokteran hewan.

3) Tatacara pembentukan ikatan adalah bilamana sekelompok dokter hewan


dengan minat/bidang/keahlian yang sama bersepakat untuk membentuk ONT di
bawah PDHI.

4) Anggaran Dasar (AD) ONT adalah AD PDHI dan Anggaran Rumah Tangga
(ART)nya harus mencantumkan pernyataan tentang AD ONT sebagaimana
tersebut di atas dan statusnya yang bernaung di bawah PDHI.

5) ONT adalah organisasi yang hanya beraktivitas ilmiah yang bermanfaat dan
meningkatkan kompetensi anggotanya serta membuat aturan-aturan etikal ilmiah
keprofesian sesuai kelompoknya dan ONT tidak dibenarkan melakukan advokasi
kedudukan dan peran profesi maupun pendekatan-pendekatan keorganisasian
kemasyarakatan secara sendiri, melainkan sebagai bagian dan atau bersama
dengan PDHI (PB ataupun Cabang).

6) ONT tidak memiliki cabang yang bersifat teritorial (kewilayahan) namun bila
dipandang perlu dapat membentuk komisariat untuk memudahkan komunikasi
dan administrasi.

7) ONT dan kepengurusannya disahkan oleh PB PDHI dan keberadaannya dibawah


naungan PDHI dikukuhkan dengan Ketetapan Kongres.

8) Anggota ONT adalah anggota PDHI Cabang kecuali anggota sebuah ONT yang
tidak bergelar dokter hewan.

9) ONT bertujuan untuk :

24
a. Meningkatkan kompetensi dan ilmu para anggotanya sesuai bidang
keahlian dan bidang minatnya, termasuk dengan cara menjalin kerjasama
nasional/internasional dengan sepengetahuan Pengurus Besar
b. Memberikan pendapat dan masukan professional diminta ataupun tidak,
apabila terjadi keadaan khusus yg menyangkut bidangnya yang
memerlukan sikap dan pendapat profesi.

Pasal 20

(1) PDHI dapat membentuk berbagai unit kerja berstatus hukum maupun tidak
berstatus hukum yang diadakan sesuai keperluan organisasi.

(2) Pengurus Besar mendirikan yayasan dengan tujuan :


a. Membantu PB PDHI dalam merealisasikan program jangka panjang dan
berterusan.
b. Yayasan dapat beraktifitas untuk menghimpun dana sesuai aturan hukum
yang mengatur fungsi yayasan untuk keperluan mendanai kegiatan-
kegiatan PDHI yang bermanfaat bagi anggota secara nasional.

(3) Pengurus Yayasan bertanggung jawab kepada Pengurus Besar PDHI

(4) Dasar pembentukan Yayasan dan berbagai unit usaha sesuai fungsi yayasan
untuk keperluan sebagaimana ayat (2) b ditetapkan dengan Surat Keputusan
yang dikeluarkan oleh PB PDHI serta dikukuhkan dengan Ketetapan Kongres.

(5) Keberadaan yayasan dan berbagai unit usaha dibawahnya perlu mendapatkan
ketetapan yang diperbaharui pada setiap kongres setelah mendapatkan laporan
pertanggungjawabannya.
BAB VII

RAPAT - RAPAT

Pasal 21

3) Kongres adalah kelengkapan organisasi yang memegang kekuasaan tertinggi


Perhimpunan.

4) Kongres dihadiri oleh :


a. Pengurus Besar Perhimpunan
b. Majelis Kehormatan Perhimpunan
c. Majelis Pendidikan Profesi Dokter Hewan
d. Delegasi Kongres
e. Pengamat/Peninjau Kongres

25
(5) Delegasi Kongres adalah perwakilan dari setiap cabang

(6) Pengamat/Peninjau Kongres adalah


a. Perwakilan ONT
b. Perwakilan FKH-FKH
c. Perwakilan Ikatan Mahasiswa Kedokteran Hewan Indonesia (IMAKAHI)
d. Anggota cabang di luar delegasi
e. Undangan PB PDHI
(7) Kongres diadakan 4 (empat) tahun sekali.

(8) Tugas Kongres :

a. Menetapkan tempat dan waktu Kongres berikutnya.

b. Menerima dan mensahkan pertanggungjawaban Pengurus Besar.

c. Melakukan amandemen terhadap AD dan ART Perhimpunan dan


mengesahkannya.

d. Menerbitkan ketetapan-ketetapan tentang berbagai hal yang disepakati


pada setiap Mukernas di antara dua Kongres dan yang tercantum dalam
laporan pertanggung jawaban PB PDHI yang telah disahkan maupun
kesepakatan-kesepakatan yang diperoleh pada saat Kongres.

e. Memberikan mandat kepada Pengurus Besar untuk mengangkat anggota-


anggota Majelis Kehormatan Perhimpunan dan Majelis Pendidikan Profesi
Dokter Hewan yang memenuhi syarat-syarat tertentu.

f. Memberikan mandat kepada Pengurus Besar untuk mengesahkan ONT dan


kepengurusannya.

g. Membuat keputusan untuk perkembangan dan kemajuan Perhimpunan

h. Merumuskan Program Kerja Perhimpunan untuk masa jabatan Pengurus


Besar berikutnya.

i. Memilih dan mensahkan Ketua Umum Perhimpunan atau Formatur


Pengurus Besar Perhimpunan.

j. Menerbitkan dan mensahkan pernyataan sikap dan atau rekomendasi


perhimpunan

(9) Kongres dianggap sah apabila dihadiri minimal 2/3 dari jumlah Cabang yang telah
disahkan.

(10) Pengambilan Keputusan-keputusan di dalam Kongres dilaksanakan secara

26
musyawarah untuk mencapai mufakat. Apabila hal ini tidak mungkin, maka
keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak yang disepakati dalam tata tertib
kongres.
(11) Apabila Kongres tidak mencapai Quorum seperti ayat (1) maka diambil keputusan-
keputusan yang belum bersifat tetap sampai keputusan-keputusan termaksud di
atas diusahakan menjadi tetap secara referendum oleh Panitia Kongres.
Keputusan Kongres dan Keputusan Referendum sama kuatnya.

Pasal 22

Dalam keadaan yang luar biasa yang memerlukan keputusan Kongres dapat diadakan
Kongres Luar Biasa atas usul sekurang-kurangnya 2/3 dari seluruh jumlah Cabang yang
ada.

Pasal 23

1) Musyawarah Kerja Nasional diselenggarakan sekurang–kurangnya satu kali


dalam masa antara dua Kongres.

2) Musyawarah Kerja Nasional diadakan dengan tujuan untuk :

a. Melakukan konsolidasi perhimpunan


b. Mengevaluasi hasil pelaksanaan program kerja perhimpunan.
c. Memperoleh kesepakatan untuk keputusan nasional perhimpunan
yang bersifat mendesak.
d. Mengambil tindakan korektif bila ada penyimpangan.
e. Mempersiapkan penyelenggaraan Konferensi Ilmiah Veteriner
Nasional.
f. Membahas masalah nasional/internasional yang berdampak terhadap
Profesi.

Pasal 24

Rapat Majelis Kehormatan Perhimpunan dan Majelis Pendidikan Profesi Kedokteran


Hewan diadakan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali setahun.

Pasal 25

Rapat Pleno Pengurus Besar dilakukan sedikitnya sekali dalam waktu 1 (satu) tahun
yang dihadiri sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah Pengurus.

Pasal 26

1) Rapat Pengurus cabang dilakukan sedikitnya sekali dalam 6 (enam) bulan,

27
sekurang-kurangnya dihadiri 2/3 jumlah pengurus.

2) Rapat Anggota Cabang diadakan sedikitnya 1 (satu) tahun sekali yang dihadiri
sekurang-kurangnya 1/2 dari jumlah anggota.

3) Rapat Pengurus Cabang dan atau Rapat Anggota Cabang yang diselenggarakan
untuk mengambil keputusan-keputusan penting berkenaan dengan kepentingan
cabang dan atau anggota cabang haruslah memenuhi quorum yaitu ½ + 1 dari
jumlah anggota dan bilamana tidak memenuhi quorum maka sesudah tenggang
waktu 14 (empat belas) hari diadakan rapat ulangan. Apabila masih belum juga
tercapai quorum maka rapat dapat dianggap sah.

4) Hasil-hasil keputusan Rapat Pengurus Cabang dipertanggungjawabkan kepada


Rapat Anggota Cabang dan kepada Pengurus Besar.

BAB VIII

ADMINISTRASI DAN KEUANGAN

Pasal 27

(1) Administrasi Perhimpunan bersifat desentralisasi yaitu :

a. Masing–masing cabang mengatur administrasinya sendiri


b. Menganut kaidah administrasi umum yang diterbitkan oleh Pengurus Besar

(2) Administrasi yang ditangani PB adalah:

a. Surat Keputusan Pengangkatan dan Pengesahan Ketua Cabang dan


Kepengurusannya
b. Surat Keputusan Kongres maupun Mukernas

Pasal 28

(1) Setiap anggota wajib membayar uang keanggotaan Perhimpunan yang besarnya
ditentukan oleh Pengurus Besar atau Rekomendasi Kongres.

a. Iuran keanggotaan mengikuti tahun buku keuangan PDHI sehingga


pembayaran berlaku dari bulan Januari sampai dengan Desember.
b. Bilamana pendaftaran terjadi setelah bulan Juli, maka dikenakan iuran untuk
senilai 1/2 tahun.
c. Dokter hewan yang berada di wilayah dimana tidak terdapat PDHI Cabang
dapat berkonsultasi langsung ke Pengurus Besar PDHI untuk mendapatkan

28
arahan tentang status keanggotaannya.
d. Tidak dipungut uang iuran anggota untuk anggota muda.
e. Anggota Luar Biasa membayar uang iuran anggota untuk satu tahun penuh.

(2). Anggota Kehormatan dibebaskan dari uang iuran anggota.

(3). Cabang-cabang wajib mengirimkan 25% dari uang iuran anggota kepada PB
dalam 60 hari setelah menerima iuran dimaksud.

(4) Denda kelambatan membayar kepada PB harus ditetapkan oleh Rapat Umum
Anggota (Kongres) dan dikenakan terhadap anggota maupun cabang yang tidak
mengirim uang iuran yang telah dipungut dalam waktu yang tertentu.
5) Tidak membayar atau tidak mengirim uang keanggotaan dapat dikenakan sanksi-
sanksi administratif dari PDHI, setelah terlebih dahulu diperingatkan.

6) Guna membiayai operasional organisasi, PB dan Cabang dapat membentuk


suatu unit usaha atau menanamkan uang dalam bentuk kegiatan bersama
dengan catatan aman dan berbadan hukum.

Pasal 29

Pengurus Besar dapat mengangkat dan mempekerjakan pegawai-pegawai yang


dianggap perlu untuk menjalankan urusan-urusan atau kegiatan PDHI di bawah
pimpinan Direktur Pelaksana dengan syarat-syarat sebagai berikut :

a. Direktur Pelaksana adalah pejabat Kepala Administrasi dan harus mengurus


pekerjaan sehari-hari dari PDHI menurut petunjuk PB.

b. Direktur Pelaksana dan para pegawai yang bekerja untuk urusan PDHI memperoleh
gaji dari sumber keuangan PDHI yang sah.

c. Dengan bekerjasama dengan Bendahara, Direktur Pelaksana harus mengurus


keuangan PDHI sebagai berikut :

i. Menyimpan segera semua uang yang diterima oleh PDHI ke Rekening


Bank yang disetujui oleh Pengurus Besar

ii. Membayar segera semua kewajiban pembayaran dan hutang-hutang


PDHI yang telah mendapat persetujuan PB.

iii. Bendahara harus menandatangani surat perintah pembayaran, jika


perlu PB menunjuk salah satu pengurus inti sebagai alternatif.

iv. Menyelenggarakan pembukuan sebaik-baiknya sesuai standard yang


sewaktu-waktu dapat diperiksa untuk diaudit.

v. Mempersiapkan anggaran tahunan untuk tahun mendatang.

29
d. Menyerahkan kepada Ketua Umum PB. semua pembukuan, uang tunai dan barang-
barang inventaris milik PDHI yang dalam tanggungjawabnya, segera setelah selesai
tugas pekerjaannya.

e. Dalam keadaan PB PDHI belum memiliki seorang Direktur Pelaksana maka segala
urusan administrasi dan keuangan PDHI dilaksanakan oleh Sekretaris Pelaksana di
bawah petunjuk pengurus inti PB PDHI.

30
BAB IX

LOGO DAN ATRIBUT

Pasal 30

(1) Perhimpunan mempunyai logo yang spesifik melambangkan profesi


kedokteran di bidang veteriner sebagai lambang pengenal organisasi
PDHI.

a. Logo PDHI berbentuk lingkaran warna ungu


dimana warna ungu merupakan warna khas
profesi veteriner internasional
b. Lambang V yang berada ditengah diambil dari
huruf pertama kata Veteriner
c. Ditengah huruf V terdapat tongkat tiga mahkota
yang mencirikan profesi medik yaitu
mengangkat sumpah profesi, berkode etik dan
kompetensi layananannya dijamin dengan
perizinan
b. Gambar ular yang meliliti tongkat yang merupakan lambang profesi
medik (profesi penyembuh)
c. Didalam lingkaran di bawah huruf V terdapat tulisan PDHI
(Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia)

(2) Logo PDHI wajib dicantumkan pada kelengkapan surat menyurat organisasi,
stempel, Kartu Tanda Anggota, spanduk kegiatan PDHI, Sertifikat Pendidikan
Berkelanjutan dengan posisi di sebelah kiri atas bilamana PDHI selaku pelaku
utama kegiatan.

Pasal 31

1) Perhimpunan mempunyai atribut yang digunakan pada acara resmi berupa:

a. Bendera warna putih berlogo PDHI


b. Selempang kain yang dikalungkan di leher berwarna kuning emas
dan bergaris tengah berwarna ungu dengan pending kuningan
berlogo PDHI
c. Panji berbentuk segi empat warna ungu dengan rumbai warna
emas
a. Berlogo PDHI bertuliskan Manusya Mriga Satwa Sewaka dan
Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia.

2) Atribut bendera dan panji dipasang setiap ada kegiatan seremonial yaitu :

a. Kongres
b. Mukernas

31
(3) Selempang kain hanya digunakan oleh Ketua Umum atau Sekjen atau Pengurus
Inti yang mewakili PB PDHI pada acara –acara pelantikan pengurus cabang dan
juga mengalungkan selempang kepada Ketua Cabang.

(4) Selempang kain hanya digunakan oleh Ketua Umum atau Sekjen pada acara
pelantikan majelis-majelis.

Pasal 32

Dalam hal kerjasama dengan melibatkan Organisasi lain dimana PDHI menjadi pelaku
utama kegiatan maka bendera maupun logo PDHI berada diposisi sebelah kiri.

BAB X

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 33

1. Anggaran Rumah Tangga ini setelah


diubah dan disahkan oleh dan dalam
Kongres XV PDHI di Jakarta 11 – 14
Juli 2006 menjadi Anggaran Rumah
tangga PDHI yang sah dan berlaku sejak
ditetapkan.

2) Hal-hal yang belum diatur di dalam Anggaran Rumah Tangga ini akan ditentukan
lebih lanjut dalam Peraturan Perhimpunan yang ditetapkan oleh Pengurus Besar.

3) Keputusan-keputusan Kongres dan atau Pengurus Besar PDHI terdahulu yang


bertentangan dengan Anggaran Rumah Tangga dinyatakan tidak berlaku.

Ditetapkan di : Jakarta
Pada Tanggal : 13 Juli 2006

PERHIMPUNAN DOKTER HEWAN INDONESIA

Ketua Kongres.

(Drh. Arsentina Panggabean)

32
haf-2010

33

You might also like