You are on page 1of 11

Tugas Pemuliaan Tanaman Terapan

Pemuliaan Tanaman Kedelai Dengan Metode Persilangan


Buatan Dan Seleksi Pedigree

Oleh :
Aditya Darma (H0709003)
Budi Handayani (H0709022)
Daw’ul Mufid (H0709026)

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2010
PEMULIAAN TANAMAN KEDELAI DENGAN METODE PERSILANGAN
BUATAN DAN SELEKSI PEDIGREE

PENDAHULUAN
Kedelai (Glycine max L.) merupakan salah satu komoditas pangan penting
setelah padi karena banyak dibutuhkan untuk bahan pangan, pakan ternak, dan
industri (Manurung 1999). Sebagai sumber protein nabati yang rendah kolesterol,
kedelai makin diminati sebagian besar masyarakat Indonesia (Marwoto 1999).
Menurut Tjandramukti (2000), setiap tahun konsumsi kedelai Indonesia mencapai 2
juta ton, sedangkan produksi hanya 1,2 juta ton sehingga harus mengimpor 0,8 juta
ton. Pada tahun 2010 konsumsi kedelai Indonesia diperkirakan mencapai 2,8 juta ton,
padahal produksi hanya 1,3 juta ton sehingga terjadi kekurangan 1,5 juta ton.
Dalam upaya meningkatkan produksi dan daya saing kedelai diperlukan
varietas-varietas unggul kedelai yang berdaya hasil tinggi, mutu biji bagus, dan
mempunyai daya adaptasi yang luas (Arsyad et al. 2004). Salah satu upaya untuk
mendapatkan varietas unggul kedelai adalah melalui persilangan buatan.
Bunga kedelai termasuk bunga sempurna, artinya dalam satu bunga terdapat
alat kelamin jantan dan betina (Gambar 1 dan 2). Bunga dapat melakukan
penyerbukan sendiri, yaitu kepala putik diserbuki oleh tepung sari dari bunga yang
sama. Penyerbukan terjadi sebelum bunga mekar sehingga disebut penyerbukan
kleistogami (penyerbukan tertutup). Karena cara penyerbukannya tertutup,
kemungkinan terjadinya persilangan alami kurang dari 0,5%. Akibatnya suatu
varietas dapat dipertahankan kemurniannya hingga bertahun-tahun (Sumarno 1983).
Persilangan buatan merupakan kegiatan persarian secara terarah, yaitu
mempertemukan tepung sari dengan kepala putik. Persarian mencakup dua kegiatan,
pertama membuang tepung sari pada bunga betina yang akan disilangkan (kastrasi
atau pengebirian), dan kedua mengambil tepung sari dari bunga jantan untuk
dipertemukan dengan kepala putik pada bunga yang telah dikastrasi. Tujuan
persilangan buatan adalah untuk memperoleh gabungan gen yang baik dari induk
yang disilangkan, dan pada akhirnya akan diperoleh kedelai yang berdaya hasil
tinggi, mutu biji baik, dan mempunyai daya adaptasi yang luas.

(1) Mahkota bunga (2) Bunga jantan (3) Bunga betina


a = Daun kelopak a = Benang sari tunggal a = Bakal buah
b = Lunas b = Sembilan benang sari b = Tangkai putik
c = Sayap membentuk tabung c = Kepala putik
d = Tenda d = Bakal biji
Gambar l. Bagian-bagian bunga kedelai (Sumarno 1983)

Gambar 2. Posisi benang sari terhadap kepala putik; pada waktu bunga masih
kuncup kepala sari lebih rendah dari kepala putik (kiri) dan ketika bunga hampir
mekar kepala sari sama tinggi dan menempel pada kepala putik (kanan)
(Sumarno 1983)
BAHAN DAN METODE
Bahan yang digunakan adalah pot, tanah lapisan olah yang telah digemburkan,
pupuk anorganik (urea, TSP, dan KCI), pupuk kandang (kotoran kambing), benih
kedelai varietas Slamet, Pangrango, Godek, dan Ceneng, insektisida (deltrametrin 25
g/1 dan karbofuran 3%), karung plastik, benang jahit, label, dan kantong kertas. Alat
yang digunakan adalah pinset, gunting, alat penyiram (emrat), cangkul, kored,
penyemprot, dan alat tulis.
Bahan tetua betina dan jantan yang dipilih masingmasing mempunyai
keunggulan (Tabel 1). Dari hasil persilangan tersebut diharapkan dapat diperoleh
galur baru yang
mempunyai daya hasil lebih tinggi dan cocok untuk tanah masam. Hasil
persilangan F1 akan ditanam kembali, dan hasilnya akan diseleksi pada F2 secara
pedigree.
Metode persilangan menggunakan single cross (persilangan tunggal), yaitu
persilangan antara satu tetua jantan dengan satu tetua betina. Empat tetua yang
disilangkan saling dipertemukan sehingga terdapat 12 seri persilangan, yaitu (1)
Godek x Ceneng, (2) Godek x Slamet, (3) Godek x Pangrango, (4) Ceneng x Godek,
(5) Ceneng x Slamet, (6) Ceneng x Pangrango, (7) Pangrango x Godek, (8)
Pangrango x Ceneng, (9) Pangrango x Slamet, (10) Slamet x Godek, (11) Slamet x
Ceneng, dan (12) Slamet x Pangrango. Persilangan terdiri atas beberapa tahap, yaitu
pengisian pot, penanaman, pemupukan, pemeliharaan, penyilangan, dan pemanenan.
Tabel 1. Keunggulan Varietas/Kultivar Kedelai Tetua Persilangan
Buatan.
Varietas/kultivar Sifat/karakteristik
Slamet Warna biji kuning, jumlah polong/tanaman banyak (>50
polong), potensi hasil 2,0 t/ha, agak tahan penyakit karat daun,
dan cocok untuk tanah masam
Pangrango Warna biji kuning, jumlah polong/tanaman banyak (>50
polong), potensi hasil 2,2 t/ha, agak tahan penyakit karat daun,
dan cocok untuk tanah masam
Godek Warna biji kuning kehijauan, jumlah polong tanaman banyak
(>50 polong), potensi hasil 2,0 t/ha, agak tahan penyakit karat
daun, dan cocok untuk tanah masam
Ceneng Warna biji hitam, jumlah polong/tanaman banyak (>50 polong),
potensi hasil 2,0 t/ha, agak tahan penyakit karat daun, dan cocok
untuk tanah masam

Pengisian Pot
Tanah lapisan olah terlebih dahulu digemburkan dan dibersihkan dari kotoran atau
gulma, kemudian dicampur dengan pupuk kandang kambing dengan perbandingan
5:1 dan diaduk rata. Selanjutnya tanah dimasukkan ke dalam pot yang volumenya 10
1. Setiap seri persilangan untuk tetua jantan dan betina menggunakan 10 pot sehingga
perlu disediakan 240 pot.
Penanaman
Setiap pot dibuat dua lubang tanam lalu benih ditanam dua butir tiap lubang. Lubang
yang sudah ada benihnya lalu ditaburi 5-7 butir karbofuran 3% kemudian ditutup
dengan tanah halus.

Pemupukan
Setiap pot dipupuk urea 3 g, TSP 5 g, dan KCl 5 g. Pemupukan dilakukan bersamaan
pada waktu tanam dengan cara ditugal di antara lubang tanam.

Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman meliputi penjarangan, penyiangan, penyiraman, dan
pengendalian hama-penyakit. Penjarangan dilakukan pada umur 15 hari setelah tanam
(HST) dengan cara mempertahankan dua tanaman terbaik pada setiap pot.
Penyiangan dilakukan pada umur 25 dan 55 HST. Penyiraman dilakukan setiap dua
hari sekali apabila tidak ada hujan. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan
dengan penyemprotan secara berkala setiap dua minggu sekali menggunakan
insektisida deltametrin dengan konsentrasi 2 cc/l.

Penyilangan
Penyilangan dilakukan setelah tanaman mulai berbunga, yaitu pada umur 35 HST.
Penyilangan diawali dengan melakukan kastrasi (pengebirian) pada bunga betina
yang belum mekar dan diperkirakan belum terjadi penyerbukan. Bunga dipegang
antara telunjuk dan ibu jari tangan kiri, kemudian mahkota bunga dibuka dengan
menggunakan pinset sehingga tampak kepala putik yang dikelilingi benang sari.
Selanjutnya, tangkai sari dibuang sampai bersih sehingga pada bunga tersebut hanya
tertinggal kepala putik. Bunga yang paling tepat untuk disilangkan adalah kuncup
yang masih terbungkus kelopak, tetapi pada bagian ujungnya telah tampak mahkota
bunga dengan panjang kurang lebih 0,5 mm. Kuncup bunga yang muncul pada lima
hari pertama umumnya lebih baik untuk disilangkan karena ukurannya lebih besar
dibanding bunga yang muncul pada tahap akhir pembungaan. Bunga pada batang
utama juga lebih baik daripada bunga pada cabang. Setelah bunga tetua betina
dikastrasi segera dilakukan persarian. Tepung sari dari tetua jantan yang baru mekar
dan masih segar diambil menggunakan pinset kemudian ditempelkan pada kepala
putik pada bunga tetua betina. Bunga yang telah dilakukan persarian diberi tanda
dengan benang yang diikatkan pada tangkai bunga serta diberi label seri persilangan
dan tanggal persilangan agar polong hasil persilangan dapat diketahui dengan mudah.
Penyilangan dilakukan pada pukul 07.00-11.00. Tanaman yang telah dilakukan
persarian diletakkan di tempat yang teduh atau tidak terkena sinar matahari langsung.
Apabila persarian dilakukan terlalu siang, tepung sari mudah mongering dan sukar
menempel pada kepala putik. Persilangan dilakukan setiap hari selama dua minggu.
Karena sebagian bunga yang disilangkan akan gugur sehingga persilangan
gagal, bunga yang disilangkan harus cukup banyak.

Pemanenan
Polong dipanen bila daun telah rontok dan polong kering atau berwarna coklat
(Hidayat et al. 2000). Panen dilakukan pada pagi hari saat cuaca cerah dengan cara
memotong bagian pangkal batang menggunakan gunting setek. Polong yang ada
tanda benangnya (hasil persilangan) dipetik dengan tangan, dipisahkan dari polong
yang tidak disilangkan, dihitung jumlahnya dan dicatat, lalu dimasukkan ke dalam
kantong kertas yang telah disiapkan. Setelah kering polong dipecahkan dengan
tangan dan bijinya dijemur hingga kadar air 10%. Selanjutnya benih disimpan dan
siap untuk ditanam sebagai keturunan pertama (F1).

Seleksi pedigree
Keturunan pertama dari hasil pemanenan ke dua belas seri tersebut kemudian
dilakukan seleksi secara pedigree yakni keturunan pertama (F1) tersebut ditanam
kembali menjadi keturunan kedua (F2) begitu seterusnya sampai pada keturunan ke
enam (F6) akan dilakukan seleksi dengan cara memilh tanaman yang baik untuk
digunakan sebagai benih.dari hasil seleksi inilah akan didapat galur-galur harapan
baru yang diharapkan mempunyai sifat unggul.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Data hasil persilangan buatan pada tanaman kedelai disajikan pada Tabel 2.
Jumlah bunga yang disilangkan dari setiap seri persilangan bervariasi, terbanyak pada
persilangan Godek x Slamet (175 bunga) dan paling sedikit pada persilangan Ceneng
x Godek (105 bunga). Jumlah bunga yang disilangkan seluruhnya mencapai 1.559
bunga dengan rata-rata 129,9 bunga tiap seri persilangan. Persilangan Godek x
Slamet mempunyai jumlah bunga yang disilangkan lebih banyak karena jumlah
bunga pada tanaman induk Godek dan Slamet juga banyak. Persilangan Ceneng x
Godek mempunyai jumlah bunga yang disilangkan paling sedikit karena umur
berbunga kedua varietas tersebut berbeda.
Jumlah polong dari dua belas seri persilangan adalah 545 polong dengan rata-
rata 45,4 polong tiap seri persilangan. Jumlah polong terbanyak terdapat pada
persilangan Godek x Pangrango (84 polong) dan paling sedikit pada Pangrango x
Slamet (19 polong). Persentase jumlah polong tertinggi diperoleh dari persilangan
Godeg x Pangrango (58,7%) dan terendah dari Slamet x Godek (15,1%). Jumlah biji
terbanyak diperoleh dari persilangan Godek x Pangrango (160 biji) dan terendah dari
Pangrango x Slamet (43 biji). Hasil persilangan buatan pada tanaman kedelai
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu tempat dan waktu pelaksanaan persilangan,
pemeliharaan tanaman sejak tanam sampai panen, pemrosesan hasil, dan
keterampilan pemulia.
Tabel 2. Hasil persilangan buatan kedelai
Seri persilangan Jumlah Jumlah presentasi Jumlah biji
bunga polong
disilangkan

Godek X Ceneng 131 47 35.9 87


Godek X Slamet 175 54 30.9 106
Godek X 143 84 58.7 160
Pangrango
Ceneng X Godek 105 46 43.8 81
Ceneng X Slamet 114 51 44.7 92
Ceneng X 111 47 42.3 81
Pangrango
Pangrango X 114 39 34.2 77
Godek
Pangrango X 114 51 44.7 96
Ceneng
Pangrango X 123 19 15.4 43
Slamet
Slamet X Godek 152 23 15.1 49
Slamet X Ceneng 149 39 26.2 71
Slamet X 128 45 35.2 84
Pangrango
Total 1559 545 427.1 1028
Rata Rata 129.9 45.4 30.6 85.7
KESIMPULAN DAN SARAN

Dua belas seri persilangan buatan tanaman kedelai menghasilkan 1.028 biji F1 yang
siap ditanam pada pengujian lebih lanjut. Persilangan Godek x Pangrango
mempunyai tingkat keberhasilan paling tinggi yaitu 58,7% dan menghasilkan
jumlah biji paling banyak yaitu 160 biji. Dari benih tersebut diharapkan dapat
diperoleh varietas-varietas unggul baru yang berdaya hasil tinggi, mutu biji baik, dan
mempunyai daya adaptasi yang luas.
Agar diperoleh hasil yang baik, persilangan sebaiknya dilaksanakan di rumah kaca
dengan pengawasan dan perlindungan tanaman yang intensif. Benih kedelai F1 hasil
persilangan ini segera pengujian agar lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, D.M., M.M. Adie, A. Nur, Purwantoro, N. Saleh, dan T. Sanbuichi. 2004.
Seleksi galur-galur F5, F6, dan F7 kedelai berbiji besar di lahan
sawah. hlm. 231-249. Dalam A.
D. Pasaribu, dan Sunihardi. Strategi Pengembangan Produksi Kedelai. Prosiding
Lokakarya Pengembangan Produksi Kedelai. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor.
Hidayat, J.R., Harnoto, M. Mahmud, dan Sumarno. 2000. Teknologi Produksi Benih
Kedelai. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan,
Bogor. hlm. 2930.
Manurung, R.H. 1999. Program pencapaian swasembada kedelai 2001 (Gema
Palagung 2001). hlm. 37-47. Dalam N. Sunarlin,
Marwoto. 1999. Rakitan teknologi PHT pada tanaman kedelai. hlm. 6791. Dalam N.
Sunarlin, D. Pasaribu, dan Sunihardi. Strategi Pengembangan Produksi
Kedelai. Prosiding LokakaryaPengembangan Produksi Kedelai. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor.
Sumarno. 1983. Teknik Pemuliaan Kedelai. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Tanaman Pangan, Bogor. hlm. 263-294.
Tjandramukti. 2000. Teknologi produksi kedelai berdasarkan kebutuhan ideal
tanaman di daerah tropis. hlm. 1-4. Dalam A.
Winarno, T. Fitriyanto, dan B.S. Kuncoro. Pengelolaan Sumberdaya Lahan dan
Hayati pada Tanaman Kacangkacangan dan Ubi-ubian. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor.
Winarno, T. Fitriyanto, dan B.S. Kuncoro. Teknologi Inovasi Agribisnis Kacang-
kacangan dan Ubi-ubian untuk Mendukung Ketahanan Pangan. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor.

You might also like