Professional Documents
Culture Documents
Maulana Malik Ibrahim, dikenal juga dengan sebutan Maghribi atau Syekh
Maghribi. Meskipun beliau bukan asli orang Jawa, namun beliau telah berjasa
kepada masyarakat. Karena beliaulah yang mula pertama memasukkan islam ke
tanah Jawa. Sehingga berkat usaha dan jasanya, penduduk pulau jawa yang
kebanyakan masih beragama Hindu dan Buddha di kala itu, akhirnya mulai banyak
memeluk agama Islam. Adapun dari kalangan orang-orang Hindu, hanya dari kasta-
kasta Waisya dan Syudra yang dapat di ajak memeluk agama Islam. Sedang dari
kasta-kasta Brahmana dan Ksatria pada umumnya tidak suka memeluk Islam,
bahkan tidak sedikit dari kalangan Brahmana yang lari sampai ke pulai Bali, serta
menetap disanalah mereka akhirnya mempertahankan diri hinggga sekarang, dan
agama mereka kemudian dikenal dengan sebutan agama Hindu Bali. Apabila
dikalangan kaum Brahmana dan Ksatria tidak suka masuk agama Islam, hal itu
mudah dimengerti karena bagi mereka tentunya agak berat untuk duduk sejajar
bersama-sama dengan kaum Waisya dan Syudra yang selama ini mereka hina.
Sudah barang tentu dengan adanya konsepsi Islam yang radikal dan revoulsioner
dalam bidang sosial, sukar sekali untuk diterima dengan kedua belah tangan
terbuka oleh mereka. Sebab bukankah meerka selama ini telah didewa-dewakan,
tiba-tiba turun tahta, duduk sama rendah berdiri sama tinggi dengan bekas hamba
sahaya mereka, rakyat jelata yang selama ini telah memuja serta mendewa-dewakan
mereka. Maulana Malik Ibrahim mulai menyiarkan agama Islam di tanah Jawa
didaerah Jawa Timur. Dari sanalah dia memulai menyingsingkan lengan bajunya,
berjuang untuk mengembangkan agama Islam. Adapun caranya pertama-tama ialah
dengan jalam mendekati pergaulan dengan anak negeri. Dengan budi bahasa yang
ramah tamah serta ketinggian akhlak, sebagaimana diajarkan oleh Islam, hal itu
senantiasa diperlihatkannya didalam pergaulan sehari-hari. Beliau tidak menentang
secara tajam kepada agama dan kepercayaan hidup dari penduduk asli. Begitu pula
beliau tidak menentang secara spontan terhadap adat istiadat yang ada serta berlaku
dalam masyarakat kita yang masih memeluk agama Hindu dan Buddha itu,
melainkan beliau hanya memperlihatkan kaindahan dan ketinggian ajaran-ajaran
dan didikan yang dibawa oleh Islam. Berkat keramah tamahannya serta budi bahasa
dan pergaulannya yang sopan santun itulah, banyak anak negeri yang tertarik
masuk ke dalam agama Islam.
Adapun mengenai nama kedua orang tuanya, kapan beliau dilahirkan serta
dimana, dalam hal ini belum diketahui dengan pasti. ada yang mengatakan bahwa
beliau berasal dari Kasyan (Persia). Bilamana beliau meninggal dunia ? Kalau
ditilik dari batu nisan yang terdapat pada makam Maulana Malik Ibrahim di Gresik,
dekat Surabaya terukir sebagai tahun meninggalnya 882 H, atau tahun 1419 M. Di
dalam sumber menyebutkan, bahwa beliau itu berasal dari Gujarat India, yang
rupanya disamping berniaga, beliau juga menyiarkan agama Islam Makam Maulana
Malik Ibrahim yang terletak dikampung Gapura di Gresik, sekarang jalan yang
menuju kemakam tersebut diberi nama jalan Malik Ibrahim. Dalam sejarah beliau
dianggap sebagai pejuang seta pelopor dalam menyebarkan agama Islam ditanah
Jawa, dan besar pula jasa beliau terhadap agama dan masyarakat.
2.SUNAN AMPEL
Raden Rahmat atau yang lebih dikenal dengan sebutan Sunan Ampel, adalah
terkenal sebagai salah seorang wali yang telah ikut pula menegakkan agama
Islam, untuk memulai usahanya, maka Raden Rahmat membuka pondok
pesantran di Ampeldenta di Surabaya. di tempat inilah hendak dididiknya
para pemuda-pemuda islam sebagai kader yang terdidik, untuk kemudian
disebarkan keberbagai tempat diseluruh pulai jawa. seperti kita ketahui
Raden Paku yang kemudian dikenal dengan sebutan Sunan Giri, Raden Patah
yang kemudian menjadi Sultan pertama dari kerajaan Islam di Bintoro
Demak, Raden Makdum Ibrahim (puteranya sendiri) yang belakangan dikenal
dengan dengan sebutan Sunan Bonang, Syarifuddin (puteranya sendiri) yang
kemudian dikenal dengan sebutan Sunan Drajat, Maulana Ishak yang pernah
diutus ke daerah Blambangan untuk meng-Islam-kan rakyat disana. Dan
bukan menjadi rahasia lagi, bahwa Raden Rahmat atau Sunan Ampel yang
menjadi perencana dari kerajaan islam pertama di jawa yang beribu kota di
Bintoro Demak, dengan mengangkat Raden Patah sebagai Sultannya yang
pertama.. Negara baru di Demak itu adalah hasil rencana dari Sunan Ampel.
Inilah jasa beliau yang besar. Semasa hidupnya beliau ikut pula mendirikan
Masjid Agung demak yang dibangun kira-kira pada tahun Saka 1401 atau
kira-kira bertepatan dengan tahun Masehi 1479.Akan tetapi ada pula yang
berpendapat bahwa berdirinya masjid Demak adalah berdasarkan
candrasengkala yang berbunyi : "Kori Trus Gunaning Janmi" yang artinya
adalah tahun Saka 1399 atau bertepatan dengan tahun 1477 M.
Pertanyaan sunan ampel ini kemudian dijawab oleh sunan Kudus sbb :
Pada waktu kerajaan Islam Demak berdiri, Sunan Ampel juga yang
mengangkat serta menetapkan Raden Patah yang berkedudukan di desa
Glagah Wangi yang kemudian bertukar nama menjadi Bintoro Demak,
sebagai Sultan pertama dengan gelar: Sultan Alam Akbar Al Fatah. Adapun
kota demak letaknya disebelah selatan kota Kudus, jarak 25 km jauhnya.
Itulah sedikit mengenai diri dan perjuangan Sunan Ampel
3.SUNAN BONANG
Beliau adalah putera dari Sunan Ampel dalam perkawinannya dengan Nyai
Ageng Manila, seorang putera dari Arya Teja, salam seorang Tumenggung
dari kerajaan Majapahit yang berkuasa di Tuban. menurut dugaan Sunan
Bonang dilahirkan dalam tahun 1465 M, serta wafat pada tahun 1525 M.
Maulana Makhdum Ibrahim, semasa hidupnya dengan gigih giat sekali
menyebarkan agama Islam di daerah Jawa Timur, terutama di daerah Tuban
dan sekitarnya. sebagaimana halnya ayahnya, maka Sunan Bonang pun
mendirikan pondok pesantran di daerah Tuban untuk mendidik serta
menggembleng kader-kader Islam yang akan ikut menyiarkan agama Islam
ke seluruh tanah Jawa. konon beliaulah yang menciptakan gending Dharma
serta berusaha mengganti nama-nama hari nahas/sial menurut kepercayaan
Hindu, dan nama-nama dewa Hindu diganti dengan nama-nama malaikat
serta nabi-nabi. Hal mana dimaksudkan untuk lebih mendekati hari rakyat
guna diajak masuk agama Islam. Di masa hidupnya, beliau juga termasuk
penyokong dari kerajaan Islam Demak. serta ikut pula membantu mendirikan
Masjid Agung di kota Bintoro Demak.
"Adapun pendirian saya adalah, bahwa imam tauhid dan makrifat itu terdiri
dari pengetahuan yang sempurna, sekiranya orang hanya mengenal makrifat
saja, maka belumlah cukup, sebab ia masih insaf akan itu. Maksud saya
adalah bahwa kesempurnaan barulah akan tercapai hanya dengan terus
menerus mengabdi kepada Tuhan. Seseorang itu tiada mempunyai gerakan
sendiri, begitu pula tidak mempunyai kemauan sendiri. dan seseorang itu
adalah seumpama buta, tuli dan bisu. Segala gerakannya itu datang dari
Allah."
Ada kitab yang disebut Suluk Sunan Bonang yang berbahasa prosa Jawa
Tengah-an, tetapi isinya mengenai hal-hal agama islam. di mana kalimatnya
agak terpengaruh oleh bahasa Arab. Besar kemungkinan kita ini adalah berisi
kumpulan atau himpunan catatan dari pelajaran-pelajaran yang pernah
diberikan oleh Sunan Bonang semasa hidupnya kepada murid-muridnya. Di
dalam dongeng-dongeng diceritakan,.bahwa pada suatu ketika pernah ada
seorang pendita hindu yang datang untuk mengajak berdebat dengan sunan
bonang, bahkan kemudian pendeta hindu itupun akhirnya bertaubat serta
menyatakan dirinya masuk ke dalam agama Islam.
Pada masa hidupnya dikatakan bahwa Sunan Bonang itu pernah belajar ke
Pasai. Sekembalinya dari Pasai, Sunan Bonang memasukkan pengaruh Islam
ke dalam kalangan bangsawan dari keraton Majapahit, serta mempergunakan
Demak sebagai tempat berkumpul bagi para murid-muridnya. Sunan Bonang
perjuangannya diarahkan kepada menanamkan pengaruh ke dalam. Siasat
dari Sunan Bonang adalah memberikan didikan Islam kepada Raden Patah
putera dari Brawijaya V, dari kerajaan Majapahit, dan menyediakan Demak
sebagai tempat untuk mendirikan negara Islam. adalah tampak bersifat politis
dan Sunan Bonang rupanya berhasil cita-citanya mendirikan kerajaan Islam di
Demak. Hanya sayang sekali harapan beliau agar supaya Demak dapat
menjadi pusat agama Islam untuk selama-selamanya kiranya tidak berhasil.
4.SUNAN GIRI
Sewaktu Sunan Ampel masih hidup, di Gresik ada pula seorang penganjur
agama yang terkenal, namanya Raden Paku, disebut juga sebagai Prabu
Satmata, atau Sultan Abdul Fakih, beliau adalah putera Maulana Ishak dari
Blambangan (di Jawa Timur). Maulana Ishak dikatakan dari Blambangan, oleh
karena beliau ditugaskan oleh Sunan Ampel untuk menyebarkan agama Islam
di daerah Blambangan yang pada masa itu masih kuat memeluk agama Hindu
dan Budha. Berhubung ayahnya ke pasai dan tidak kembali lagi ke tanah
Jawa maka Raden Paku kemudian diambil sebagai putera angkat oleh salah
seorang wanita kaya, Nyi Gede Maloka namanya. Kalau di babad tanah jawa,
disebut Nyai Ageng Tandes atau Nyai Ageng saja. Sesudah beliau besar
disekolahkannya ke Ampel untuk berguru kepada Raden Rahmat (Sunan
Ampel). Di sana Raden Paku bertemu dengan Maulana Makdum Ibrahim,
putera-putera Sunan Ampel yang kemudian bergelar Sunan Bonang.
Pada waktu dahulu Giri adalah menjadi sumber ilmu keagamaan, dan
termasyhur diseluruh tanah Jawa dan sekelilingnya. Dari segala penjuru, baik
dari kalangan atas maupun kalangan bawah banyak yang pergi ke Giri untuk
berguru kepada Sunan Giri. Beliaulah kabarnya yang menciptakan gending
Asmaradana dan Pucung. Daeran penyiarannya sampai ke Sulawesi, Maluku,
Nusa Tenggara dan Madura, menurut setengah riwayat, Sunan Giri-lah yang
menghukum sesat terhadap diri Syekh Siti Jenar, karena mengajarkan ilmu
yang berbahaya pada rakyat. Sunan Giri adalah terhitung seorang ahli
pendidik (pedagang) yang berjiwa demokratis. Beliau mendidik anak-anak
dengan jalan membuat bermacam-macam permainan yang berjiwa agama.
seperti misalnya : jelungan, jamuran, gendi gerit, jor, gula ganti, cublak-
cublak suweng, ilir-ilir dan sebagainya. Diantara permainan kanak-kanak hasil
ciptaan/gubahannya adalah rupa "jitungan" atau "jelungan". Adapun caranya
adalah begini : Anak-anak banyak, satu diantaranya menjadi "pemburu", lain-
lainnya jadi "buruan" mereka ini akan 'selamat' atau 'bebas' dari terkaman
'pemburunya', apabila telah berpegangan pada 'jitungan', yaitu satu pohon,
tiang atau tonggak yang telah ditentukan terlebih dahulu.
Permainan dimaksudkan untuk mendidik pengertian tentang keselamatan
hidup, yaitu : bahwa apabila sudah berpegangan kepada agama yang
berdasarkan ke Tuhanan Yang Maha Esa sajalah, maka manusia (buruan) itu
akan selamat dari terkaman iblis (pemburunya). Di samping itu diajarkannya
pula nyanyian-nyanyian untuk kanak-kanak yang bersifat paedagogis serta
berjiwa agama, Di antaranya adalah berupa 'tembung dolanan bocah' (lagu
permainan anak-anak), yang berbunyi sebagai berikut : "Padang-padang
bulan, ayo gage da dolanan, dolanane naning latar, ngalap padang gilar-gilar,
nundang bagog hangatikar", yang dalam bahasa indonesianya kira-kira begini
: "Terang-terang bulan, marilah lekas bermain, bermain dihalaman,
mengambil manfaat dari terang benderang, mengusir gelap yang lari terbirit-
birit".
Adapun maksud dari tembang tersebut di atas itu adalah : Agama Islam
(bulan) telah datang memberi penerangan hidup, maka marilah segera orang
menuntut penghidupan (dolanan, bermain) di bumi ini (latar, halaman) akan
mengambil manfaat ilmu agama Islam (padang, gilar-gilar, terang
benderang) itu, agar sesat kebodohan diri (begog, gelap) segera terusir.
Disamping itu terkenal pula tembang buat kanak-kanak yang bernama "Ilir-
ilir" yang isinya mengandung filsafat serte berjiwa agama.Bunyi selengkapnya
adalah demikian.
"Lir-ilir, lir ilir, tandure wing angilir, sing ijo royo-royo, tak sengguh kemanten
anyar. cah angon, cah angon, penekno blimbing kuwi, lunyu-lunyu penekno
kanggo masuh dodotiro. dodotiro-dodotiro, kumitir bedah ing pinggir,
dondomana jrumatana, kanggo sebo mengko sore, mumpung gede
rembulane, mumpung jembar kalangane, ndak sorak hore."
Adapun maksudnya adalah demikian : sang bayi yang baru lahir di dalam
dunia ini masih suci bersih, murni, sehingga ibarat seperti penganten baru,
siapa saja ingin memandangnya, "bocah angon" (pengembala) itu
diumpamakan santri, mualim, artinya orang yang menjalankan syariat
agama. Sedangkan "blimbing" diibaratkan blimbing itu mempunyai/teridiri
dari lima belahannya, maksudnya untuk menjalankan sembahyang lima
waktu. Meskipun "lunyu-lunyu" (licin). tolong panjatkan juga, kendatipun
sembahyang itu susah, namun kerjakanlah, buat membasuh "dodotira-
dodotira, kumitir bedah ing pinggir" maksudnya kendatipun sholat itu susah,
tetapi kerjakan guna membasuh hati dan jiwa kita yang kotor ini.
"Dondomono, jrumatana, kanggo sebo mengko sore, dan surak-surak hore".
Maksudnya " bahwa orang hidup di dalam dunia ini senantiasa condong
kearah berbuat dosam segan mengerjakan yang baik dan benar serta utama,
sehingga dengan menjalankan sholat itu diharapkan besuk dikelak kemudian
dapat kita buat sebagai bekal kita dalam menghadap kehadirat Tuhan Yang
Maha Kuasa, bekal itu adalah beramal saleh. Itulan diantara lain buah ciptaan
sunan giri. Mengenai tembang (lagu) ilir-ilir ini ada pula yang berpendapat,
bahwa itu adalah ciptaan sunan kalijaga. Akan tetapi mengingat bahwa
diantara wali sanga, sunan giri yang terkenal sebagai seorang pendidik yang
gemar menciptakan lagu-lagu kanak-kanak maka besar dugaan kita bahwa
lagu tersebut adalah ciptaan beliau juga. Jika tidak, yang pasti adalah bahwa
tembang tersebut adalah ciptaan pada jaman wali. Apakah benar ciptaan
sunan kalijaga atau gubahan bersama dengan sunan giri, itu adalah soal
secundair.
Sesudah beliau wafat, kemudian dimakamkan di atas bukit Giri (Gresik).
Setelah Sunan Giri meninggal dunia, berturut-turut digantikan oleh Sunan
Delem, Sunan Sedam Margi, Sunan Prapen. Tatkala Sunan Prapen pada tahun
1597 M, wafat beliau digantikan Sunan Kawis guna, kemudian setelah Sunan
Guwa wafat diganti oleh Panembahan Agung. Pada tahun 1638 M
Panembahan Agung Giri diganti oleh Panembahan Mas Witana Sideng Rana,
beliau wafat pada tahun 1660 M. kemudian atas perintah Sunan Amangkurat
I, Pangern Puspa Ira (Singonegoro) ditempatkan di Giri. mulai saat sunan
Amangkurat II memegang kendali pemerintahan, Giri maupun Gresik
mengalami perubahan yang tidak sedikit. Akibat daripada serangan
Amangkurat II yang dibantu oleh kompeni akhirnya pada tanggal 27 april
1680 jatuhlah kekuasaan Pengeran Giri ke tangan Amangkurat II. Semenjak
itu Giri cahanya mulai pudar, hanya tinggal kenang-kenangan dalam sejarah
kebangunan Islam di tanah Jawa.
5.SUNAN DRAJAT
Syarifuddin atau yang lebih dikenal dengan sebutan Sunan Drajat adalah
seorang putera dari Sunan Ampel, sebagaimana ayahnya, maka puteranya
inipun kemudian menjadi seorang penganjur pula dalam agama Islam.
beliaupun ikut pula mendirikan kerajaan Islam di Demak dan menjadi
penyokongnya yang setia. daerah operasinya diantaranya adalah di Jawa
Timur, Sunan Drajat adalah seorang sosiawan Islam.
Demikian intisari dari ajaran yang terkandung di dalam Islam. dan itulah yang
dipraktekkan oleh sunan drajat semasa hidupnya.
6.SUNAN KALIJAGA
Diantara para Wali Sembilan, beliau terkenal sebagai seorang wali yang
berjiwa besar, seorang pemimpin, mubaligh, pujangga dan filosofi. daerah
operasinya tidak terbatas, oleh karena itu beliau adalah terhitung seorang
mubaligh keliling (reizendle mubaligh). jikalau beliau bertabligh, senantiasa
diikuti oleh pada kaum ningrat dan sarjana. Kaum bangsawan dan
cendekiawan amat simpatik kepada beliau. karena caranya beliau menyiarkan
agama islam yang disesuaikan dengan aliran jaman, Sunan Kalijaga adalah
adalah seorang wali yang kritis, banyak toleransi dan pergaulannya dan
berpandangan jauh serta berperasaan dalam. Semasa hidupnya, sunan
kalijaga terhitung seorang wali yang ternama serta disegani beliau terkenal
sebagai seorang pujangga yang berinisiatif mengaran cerita-cerita wayang
yang disesuaikan dengan ajaran Islam dengan lain perkataan, dalam cerita-
cerita wayang itu dimaksudkan sebanyak mungkin unsur-unsur ke-Islam-an,.
hal ini dilakukan karena pertimbangan bahwa masyarakat di Jawa pada waktu
itu masih tebal kepercayaannya terhadap Hinduisme dan Buddhisme, atau
tegasnya Syiwa Budha, ataupun dengan kata lain, masyarakat masih
memagang teguh tradisi-tradisi atau adat istiadat lama.
Menurut adat kebiasaan pada setiap tahun, sesudan konperensi besar para
wali, diserambi Masjid Demak diadakan perayaan Maulid Nabi yang
diramaikan dengan rebana (Bhs. Jawa Terbangan) menurut irama seni arab.
Hal ini oleh Sunan Kalijaga hendak disempurnakan dengan pengertian
disesuaikan dengan alam fikiran masyarakat jawa. maka gamelan yang telah
dipesan itupun ditempatkan diatas pagengan yaitu sebuah tarub yang
tempatnya di depan halaman Masjid Demak, dengan dihiasai beraneka
macam bungan-bungaan yang indah. gapura mashidpun dihiasinya pula,
sehingga banyaklah rakyat yang tertarik untuk berkunjung ke sana, gamelan
itupun kemudian dipukulinya betalu-talu dengan tiada henti-hentinya.
Sungguh besar jasa Sunan Kalijaga terhadap kesenian, tidak hanya dalam
lapangan seni suara saja, akan tetapi juga meliputi seni drama (wayang kulit)
seni gamelan, seni lukis, seni pakaian, seni ukir, seni pahat. dan juga dalam
lapangan kesusastraan, banyak corak batik oleh sunan kalijaga (periode
demak) diberi motif "burung" di dalam beraneka macam. sebagai gambar
ilustrasi, perwujudan burung itu memanglah sangat indahnya, akan tetapi
lebih indah lagi dia sebagai riwayat pendidikan dan pengajaran budi pekerti.
di dalam bahasa kawi, burung itu disebut "kukila" dan kata bahasa kawi ini
jika dalam bahasa arab adalah dari rangkaian kata : "quu" dan "qilla" atau
"quuqiila", yang artinya "peliharalah ucapan (mulut)-mu. Hal mana
dimaksudkan bahwa kain pakaian yang bermotif kukila atau burung itu
senantiasa memperingatkan atau mendidik dan mengajar kepada kita, agar
selalu baik tutur katanya, inilah diantaranya jasa sunan kalijaga dalam hal
seni lukis. Dalam hubungan ini dibuatnya model baju kaum pria yang
diberinya nama baju "takwo", nama tersebut berasal berasal dari kata bahasa
arab "taqwa" yang artinya ta'at serta berbakti kepada Allah SWT. Nama yang
simbolik sifatnya ini, dimaksudkan untuk mendidik kita agar supaya selalu
cara hidup dan kehidupan kita sesuai dengan tuntunan agama. Nama Kalijaga
menurut setengah riwayat , dikatakan berasal dari rangkaian Bahasa Arab '
Qadli Zaka, Qadli - artinya pelaksana, penghulu : sedangkan Zaka - artinya
membersihkan. jadi Qodlizaka atau yang kemudian menurut lidah dan ejaan
kita sekarang berubah menjadi Kalijaga itu artinya ialah pelaksana atau
pemimpin yang menegakkan kebersihan (kesucian) dan kebenaran agama
Islam.
Konon kabarnya Sunan Kalijaga itu usianya termasuk lanjut pula, sehingga
dalam masa hidupnya, beliau antara lain mengalami tiga kali masa
pemerintahan, pertama jaman akhkh Siti Jenar sesungguhnya tak ada disini,
yang ada hanyalah Tuhan yang Sejati. ujarnya pula :
"Awit seh lemang bang iku, wajahing pangeran jati. nadyan sira ngaturana,
ing pangeran kang sejati, lamun Syekh Lemah Bang ora, mansa kalakon
yekti"
Artinya :
Oleh karena Syekh Siti Jenar itu sesungguhnya adalah wajah wujudnya Tuhan
sejati, meskipun engkau menghadap kepada Tuhan yang sejati, manakala siti
jenar tidak,maka tidaklah hal itu akan terlaksana. pada waktu Maulana
Maghribi memberi wejangan bahwa yang disebut Tuhan Allah Sejati itu
Wajibul Wujud (kang aran Allah jatine, wajibul wujud kang ana), maka Syekh
Siti Jenar pun menjawablah, katanya :
"Aja ana kakehan semu, iya ingsun iki Allah, nyata ingsun kang sejati, jejuluk
Prabu Satmata, tan ana liyan jatine, ingkang aran bangsa Allah"
"Annal haqq" artinya : "sayalah kebenaran yang sejati itu" kemudian katanya
pula :
"wa'ma fi jubbati illa-lah" artinya "dan tidak ada yang dalam jubah ,
melainkan Allah".
Kemudian kita dapati pula ucapan Siti Jenar yang lain, yang tampak isinya
lebih mengutamakan hakekat daripada syari'at, katanya :
"Sahadat salat puwasa kawuri, apa dene jakat lawan pitrah, ujar iku dora
kabehm nora kena ginugu, Islam tetep durjaning budi, ngapusi kyehning
titah, sinung swarga besuke, wong bodo kanur ulama, tur nyatane pada bae
ora uning, beda syekh siti jenar."
"Tan mituhu salat lawan dikir, jengkang-jengking neng masjid ting krembyah,
nora nana ganjarane, yen wus ngapal batukmu, sejatine tanpa pinanggih,
neng dunya bae pada susah amemikul, lara sangsaya tan beda, marma siti
jenar mung madep wajidi, gusti dat roning kamal".
Demikianlah antara lain pandangan hidup serta ajaran-ajaran dari Syekh Siti
Jenar. Dalam riwayat dikatakan bahwa murid Syekh Siti Jenar adalah : Ki
Ageng Tingkir, Ki Ageng Pengging, Pangeran Panggung, Ki Lontang.
Sejarah juga mencatat, konflik para wali itu "lebih seru" bila dibandingkan
dengan konflik ulama sekarang, karena pertikaian mereka sangat syarat
dengan intrik politik yang kotor, seperti menjurus pada pembunuhan
terhadap lawan politik. Penyebabnya tidak semata karena persoalan politik
saja, tapi di sana juga ada hal-hal lain seperti: pergesekan pengaruh ideologi,
hegemoni aliran oleh para wali, pengkhianatan murid terhadap guru, dendam
guru terhadap murid, dan sebagainya.
Penutup
Kedewasaan dalam Berkonflik Jadi, konflik politik di antara ulama/kiai
bukanlah merupakan hal yang baru, yang luar biasa, karena kita bisa melihat
akar konflik seperti itu sudah terjadi sejak dahulu kala --tentu dengan
konteks yang berbeda. Logikanya, di jaman sahabat Nabi SAW dan para wali
saja bisa terjadi, apalagi di era kiai sekarang ini. Itu adalah hal yang lumrah,
asal dilakukan secara dewasa. Yang tidak wajar, ketika konflik -yang biasanya
bersifat pribadi ulama- tersebut bersifat kekanak-kanakan, yang sampai
harus mengorbankan kepentingan umat dan kemaslahatan organisasi (NU).
Yang tidak dibenarkan, ketika konflik pribadi itu kemudian diseret menjadi
konflik yang melibatkan umat, sekaligus organisasi dijadikan sebagai barang
taruhannya. Dan bila sudah demikian, maka selayaknya kita patut meragukan
otoritas mereka sebagai ulama, yang seyogyanya menjadi suri-tauladan bagi
masyarakat. Selebihnya, wallaahu'alam bi ash showab.
7.SUNAN KUDUS
Sunan Kudus dilahirkan dengan nama Jaffar Shadiq. Dia adalah putra dari pasangan
Sunan Ngudung, adalah panglima perang Kesultanan Demak Bintoro, dan Syarifah, adik
dari Sunan Bonang. Sunan Kudus diperkirakan wafat pada tahun 1550.
Sunan Kudus pernah menjabat sebagai panglima perang untuk Kesultanan Demak, dan
dalam masa pemerintahan Sunan Prawoto, dia menjadi penasihat bagi Arya Penangsang.
Selain sebagai panglima perang untuk Kesultanan Demak, Sunan Kudus juga menjabat
sebagai hakim pengadilan bagi Kesultanan Demak.
Dalam melakukan dakwah penyebaran Islam di Kudus, Sunan Kudus menggunakan sapi
sebagai sarana penarik masyarakat untuk datang untuk mendengarkan dakwahnya. Sunan
Kudus juga membangun Menara Kudus yang merupakan gabungan kebudayaan Islam
dan Hindu yang juga terdapat Masjid yang disebut Masjid Menara Kudus.
Pada tahun 1530, Sunan Kudus mendirikan sebuah mesjid di desa Kerjasan, Kudus
Kulon, yang kini terkenal dengan nama Masjid Agung Kudus dan masih bertahan hingga
sekarang. Sekarang Masjid Agung Kudus berada di alun-alun kota Kudus, Jawa
Tengah.Peninggalan lain dari Sunan Kudus adalah permintaannya kepada masyarakat
untuk tidak memotong hewan kurban sapi dalam perayaan Idul Adha untuk menghormati
masyarakat penganut agama Hindu dengan mengganti kurban sapi dengan memotong
kurban kerbau, pesan untuk memotong kurban kerbau ini masih banyak ditaati oleh
masyarakat Kudus hingga saat ini.
8.SUNAN MURIA
Sunan Muria dilahirkan dengan nama Raden Umar Said atau Raden Said. Menurut
beberapa riwayat, dia adalah putra dari Sunan Kalijaga yang menikah dengan Dewi
Soejinah, putri Sunan Ngudung.
Nama Sunan Muria sendiri diperkirakan berasal dari nama gunung (Gunung Muria), yang
terletak di sebelah utara kota Kudus, Jawa Tengah, tempat dia dimakamkan.
9.SUNAN GUNUNG JATI
Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah, lahir sekitar 1450 M, namun ada juga
yang mengatakan bahwa beliau lahir pada sekitar 1448 M. Sunan Gunung Jati adalah
salah satu dari kelompok ulama besar di Jawa bernama walisongo.