You are on page 1of 10

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN SMK

Pasal 17 ayat (1), (2); Pasal 18 ayat


Bambang Dharmaputra (Editor)
(1), (2), (3);
Dosen Universitas Negeri Jakarta Program Studi Pendidikan Pasal
Teknik 20.
Elektronika

Perubahan kurikulum adalah konsekuensi logis bagi setiap satuan pendidikan


dalam menghadapi tantangan masa depan. Berbeda dengan masa lalu, maka
perubahan kurikulum saat ini menuntut satuan pendidikan yang banyak berbuat,
dan Depdiknas hanya memberi rambu-rambunya.

Kata kunci: komponen KTSP, kurikulum SMK Edisi 2004, perbandingan di kedua
kurikulum, dampak program produktif pada KTSP, dan pemberlakuan KTSP

I. PENDAHULUAN
Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional dan Peraturan 3. Standar Isi
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 4. Standar Kompetensi Lulusan
tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan mengamanatkan tersusunnya
kurikulum pada tingkat satuan pendidikan B. Tujuan Panduan Penyusunan
jenjang pendidikan dasar dan menengah Kurikulum Tingkat Satuan
dengan mengacu kepada standar isi dan Pendidikan
standar kompetensi lulusan serta
berpedoman pada panduan yang disusun Tujuan panduan penyusunan kurikulum
oleh Badan Standar Nasional Pendidikan tingkat satuan pendidikan ini untuk
(BSNP). menjadi acuan bagi satuan pendidikan
SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB,
A. Landasan SMA/MA/SMALB, dan SMK/MAK
1. Undang-Undang Republik dalam penyusunan dan pengembangan
Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 kurikulum yang akan dilaksanakan pada
tentang Sistem Pendidikan Nasional tingkat satuan pendidikan yang
Pasal 1 ayat (19); Pasal 18 ayat (1), bersangkutan.
(2), (3), (4); Pasal 32 ayat (1), (2), (3); C. Pengertian
Pasal 35 ayat (2); Pasal 36 ayat (1),
(2), (3), (4); Pasal 37 ayat (1), (2), (3); Kurikulum tingkat satuan pendidikan
Pasal 38 ayat (1), (2). adalah kurikulum operasional yang
disusun dan dilaksanakan oleh masing-
2. Peraturan Pemerintah masing satuan pendidikan.
Republik Indonesia Nomor 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional D. Prinsip-Prinsip Pengembangan
Pendidikan Pasal 1 ayat (5), (13), (14), Kurikulum Tingkat Satuan
(15); Pasal 5 ayat (1), (2); Pasal 6 ayat Pendidikan
(6); Pasal 7 ayat (1), (2), (3), (4), (5), Kurikulum tingkat satuan pendidikan
(6), (7), (8); Pasal 8 ayat (1), (2), (3); sebagai perwujudan dari kurikulum
Pasal 10 ayat (1), (2), (3); Pasal 11 pendidikan dasar dan menengah
ayat (1), (2), (3), (4); Pasal 13 ayat (1), dikembangkan sesuai dengan relevansinya
(2), (3), (4); Pasal 14 ayat (1), (2), (3); oleh setiap kelompok atau satuan
Pasal 16 ayat (1), (2), (3), (4), (5); pendidikan dan komite sekolah/madrasah
di bawah koordinasi dan supervisi dinas

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMK (Editor : Bambang Dharmaputra) 1


pendidikan atau kantor Departemen hidup mandiri dan mengikuti
Agama Kabupaten/ Kota untuk pendidikan pendidikan lebih lanjut.
dasar dan provinsi untuk pendidikan .3 Tujuan pendidikan
menengah berpedoman pada Standar Isi menengah kejuruan adalah
dan Standar Kompetensi Lulusan serta meningkatkan kecerdasan,
panduan penyusunan kurikulum yang pengetahuan, kepribadian, akhlak
disusun oleh BSNP. Penyusunan mulia, serta keterampilan untuk hidup
kurikulum tingkat satuan pendidikan mandiri dan mengikuti pendidikan
khusus dikoordinasi dan disupervisi oleh lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.
dinas pendidikan provinsi, dan
berpedoman pada Standar Isi dan Standar
Kompetensi Lulusan serta panduan B. Acuan Operasional Penyusunan
penyusunan kurikulum yang disusun oleh Kurikulum Tingkat Satuan
BSNP . Pendidikan
Kurikulum dikembangkan berdasarkan Kurikulum tingkat satuan pendidikan
prinsip-prinsip berikut: disusun dengan memperhatikan hal-hal
1. berpusat pada potensi, perkembangan, sebagai berikut.
kebutuhan, dan kepentingan peserta
1. Peningkatan iman dan
didik dan lingkungannya.
takwa serta akhlak mulia
2. beragam dan terpadu
Keimanan dan ketakwaan serta akhlak
3. tanggap terhadap perkembangan ilmu mulia menjadi dasar pembentukan
pengetahuan, teknologi dan seni kepribadian peserta didik secara utuh.
4. relevan dengan kebutuhan kehidupan Kurikulum disusun yang memungkinkan
5. menyeluruh dan berkesinambungan semua mata pelajaran dapat menunjang
6. belajar sepanjang hayat peningkatan iman dan takwa serta akhlak
mulia.
7. seimbang antara kepentingan nasional
dan kepentingan daerah 2. Peningkatan potensi,
kecerdasan, dan minat sesuai
dengan tingkat perkembangan dan
II. KOMPONEN KURIKULUM kemampuan peserta didik
TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN Kurikulum disusun agar memungkinkan
A. Tujuan Pendidikan Tingkat Satuan pengembangan keragaman potensi, minat,
Pendidikan kecerdasan intelektual, emosional, spritual,
dan kinestetik peserta didik secara optimal
Tujuan pendidikan tingkat satuan sesuai dengan tingkat perkembangannya.
pendidikan dirumuskan mengacu kepada
tujuan umum pendidikan berikut. 3. Keragaman potensi dan
karakteristik daerah dan
.1 Tujuan pendidikan lingkungan
dasar adalah meletakkan dasar
Daerah memiliki keragaman potensi,
kecerdasan, pengetahuan, kepribadian,
kebutuhan, tantangan, dan keragaman
akhlak mulia, serta keterampilan untuk
karakteristik lingkungan, oleh karena itu
hidup mandiri dan mengikuti
kurikulum harus memuat keragaman
pendidikan lebih lanjut.
tersebut untuk menghasilkan lulusan yang
.2 Tujuan pendidikan dapat memberikan kontribusi bagi
menengah adalah meningkatkan pengembangan daerah.
kecerdasan, pengetahuan, kepribadian,
4. Tuntutan pembangunan
akhlak mulia, serta keterampilan untuk
daerah dan nasional

2 Pevote., Vol.2, No. 3, September 2007 : 1 -10


Pengembangan kurikulum harus mendorong tumbuh kembangnya
memperhatikan keseimbangan tuntutan kesetaraan jender.
pembangunan daerah dan nasional. 12. Karakteristik satuan
pendidikan
5. Tuntutan dunia kerja Kurikulum harus dikembangkan sesuai
Kurikulum harus memuat kecakapan hidup dengan visi, misi, tujuan, kondisi, dan ciri
untuk membekali peserta didik memasuki khas satuan pendidikan.
dunia kerja sesuai dengan tingkat
perkembangan peserta didik dan
kebutuhan dunia kerja, khususnya bagi C. Struktur dan Muatan Kurikulum
mereka yang tidak melanjutkan ke jenjang Tingkat Satuan Pendidikan
yang lebih tinggi.
Struktur kurikulum tingkat satuan
6. Perkembangan ilmu pendidikan pada jenjang pendidikan dasar
pengetahuan, teknologi, dan seni dan menengah tertuang dalam Standar Isi,
Kurikulum harus dikembangkan secara yang dikembangkan dari kelompok mata
berkala dan berkesinambungan sejalan pelajaran sebagai berikut.
dengan perkembangan Ilmu pengetahuan, (1) Kelompok mata pelajaran agama dan
teknologi, dan seni. akhlak mulia
7. Agama (2) Kelompok mata pelajaran
Kurikulum harus dikembangkan untuk kewarganegaraan dan kepribadian
meningkatkan toleransi dan kerukunan (3) Kelompok mata pelajaran Ilmu
umat beragama, dan memperhatikan Pengetahuan dan Teknologi
norma agama yang berlaku di lingkungan (4) Kelompok mata pelajaran estetika
sekolah. (5) Kelompok mata pelajaran jasmani,
8. Dinamika perkembangan olahraga dan kesehatan
global
Kelompok mata pelajaran tersebut
Kurikulum harus dikembangkan agar
dilaksanakan melalui muatan dan/atau
peserta didik mampu bersaing secara
kegiatan pembelajaran sebagaimana
global dan dapat hidup berdampingan
diuraikan dalam PP No. 19 Tahun 2005
dengan bangsa lain.
tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal
9. Persatuan nasional dan 7.
nilai-nilai kebangsaan
Muatan kurikulum tingkat satuan
Kurikulum harus mendorong wawasan dan pendidikan meliputi sejumlah mata
sikap kebangsaan dan persatuan nasional pelajaran yang keluasan dan
untuk memperkuat keutuhan bangsa dalam kedalamannya merupakan beban belajar
Negara Kesatuan Republik Indonesia. bagi peserta didik pada satuan pendidikan.
10. Kondisi sosial budaya Di samping itu materi muatan lokal dan
masyarakat setempat kegiatan pengembangan diri termasuk ke
Kurikulum harus dikembangkan dengan dalam isi kurikulum.
memperhatikan karakteristik sosial budaya
1. Mata pelajaran
masyarakat setempat dan menunjang
kelestarian keragaman budaya. Mata pelajaran beserta alokasi waktu
untuk masing-masing tingkat satuan
11. Kesetaraan Jender
pendidikan tertera pada struktur kurikulum
Kurikulum harus diarahkan kepada yang tercantum dalam Standar Isi.
pendidikan yang berkeadilan dan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMK (Editor : Bambang Dharmaputra) 3


2. Muatan Lokal SMP/MTs/SMPLB kategori mandiri,
dan oleh SMA/MA/SMALB/
Muatan lokal merupakan kegiatan
SMK/MAK kategori standar.
kurikuler untuk mengembangkan
kompetensi yang disesuaikan dengan ciri Beban belajar dalam sistem kredit
khas dan potensi daerah, termasuk semester (SKS) digunakan oleh
keunggulan daerah, yang materinya tidak SMA/MA/SMALB/SMK/MAK
dapat dikelompokkan ke dalam mata kategori mandiri.
pelajaran yang ada. Substansi muatan lokal b. Jam pembelajaran untuk setiap mata
ditentukan oleh satuan pendidikan. pelajaran pada sistem paket
dialokasikan sebagaimana tertera
3. Kegiatan Pengembangan Diri
dalam struktur kurikulum. Satuan
Pengembangan diri bukan merupakan pendidikan dimungkinkan menambah
mata pelajaran yang harus diasuh oleh maksimum empat jam pembelajaran
guru. Pengembangan diri bertujuan per minggu secara keseluruhan.
memberikan kesempatan kepada peserta Pemanfaatan jam pembelajaran
didik untuk mengembangkan dan tambahan mempertimbangkan
mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan peserta didik dalam
kebutuhan, bakat, minat, setiap peserta mencapai kompetensi.
didik sesuai dengan kondisi sekolah.
c. Alokasi waktu untuk penugasan
Kegiatan pengembangan diri difasilitasi
terstruktur dan kegiatan mandiri tidak
dan/atau dibimbing oleh konselor, guru,
terstruktur dalam sistem paket untuk
atau tenaga kependidikan yang dapat
SD/MI/SDLB 0% - 40%,
dilakukan dalam bentuk kegiatan
SMP/MTs/SMPLB 0% - 50% dan
ekstrakurikuler. Kegiatan pengembangan
SMA/MA/SMALB/SMK/MAK 0% -
diri dilakukan melalui kegiatan pelayanan
60% dari waktu kegiatan tatap muka
konseling yang berkenaan dengan masalah
mata pelajaran yang bersangkutan.
diri pribadi dan kehidupan sosial, belajar,
Pemanfaatan alokasi waktu tersebut
dan pengembangan karier peserta didik.
mempertimbangkan kebutuhan peserta
Khusus untuk sekolah menengah kejuruan didik dalam mencapai kompetensi.
pengembangan diri terutama ditujukan
d. Alokasi waktu untuk praktik, dua jam
untuk pengembangan kreativitas dan
kegiatan praktik di sekolah setara
bimbingan karier.
dengan satu jam tatap muka. Empat
Pengembangan diri untuk satuan jam praktik di luar sekolah setara
pendidikan khusus menekankan pada dengan satu jam tatap muka.
peningkatan kecakapan hidup dan
e. Alokasi waktu untuk tatap muka,
kemandirian sesuai dengan kebutuhan
penugasan terstruktur, dan kegiatan
khusus peserta didik.
mandiri tidak terstruktur untuk
4. Pengaturan Beban Belajar SMP/MTs dan SMA/MA/SMK/MAK
yang menggunakan sistem SKS
a. Beban belajar dalam sistem paket mengikuti aturan sebagai berikut.
digunakan oleh tingkat satuan
pendidikan SD/MI/SDLB, (1) Satu SKS pada
SMP/MTs/SMPLB baik kategori SMP/MTs terdiri atas: 40 menit tatap
standar maupun mandiri, muka, 20 menit kegiatan terstruktur
SMA/MA/SMALB /SMK/MAK dan kegiatan mandiri tidak terstruktur.
kategori standar. (2) Satu SKS pada
Beban belajar dalam sistem kredit SMA/MA/SMK/MAK terdiri atas: 45
semester (SKS) dapat digunakan oleh menit tatap muka, 25 menit kegiatan

4 Pevote., Vol.2, No. 3, September 2007 : 1 -10


terstruktur dan kegiatan mandiri tidak D. Kalender Pendidikan
terstruktur. Satuan pendidikan dapat menyusun
kalender pendidikan sesuai dengan
5. Kenaikan Kelas, Penjurusan, dan kebutuhan daerah, karakteristik sekolah,
Kelulusan kebutuhan peserta didik dan masyarakat,
dengan memperhatikan kalender
Kenaikan kelas, penjurusan, dan kelulusan
pendidikan sebagaimana tercantum dalam
mengacu kepada standar penilaian yang
Standar Isi.
dikembangkan oleh BSNP.

KURIKULUM SMK EDISI 2004


6. Pendidikan Kecakapan Hidup
Sebelum diberlakukan KTSP, maka April
a Kurikulum untuk
2004 Dirjen Pendidikan Dasar dan
SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB,
Menengah menerbitkan Kurikulum SMK
SMA/MA/ SMALB, SMK/SMAK
Edisi 2004. Pada rasional kurikulum
dapat memasukkan pendidikan
tersebut dijelaskan bahwa berdasarkan
kecakapan hidup, yang mencakup
observasi empirik lulusan SMK kurang
kecakapan pribadi, kecakapan sosial,
mampu menyesuaikan diri dengan
kecakapan akademik dan/atau
perubahan maupun perkembangan ilmu
kecakapan vokasional.
pengetahuan dan teknologi. Mereka sulit
b Pendidikan kecakapan dilatih kembali dan kurang dapat
hidup dapat merupakan bagian dari mengembangkan diri. Hal ini mengindika
pendidikan semua mata pelajaran. sikan bahwa pembelajaran di SMK belum
c Pendidikan kecakapan banyak menyentuh kemampuan
hidup dapat diperoleh peserta didik beradaptasi peserta didik. Selain itu,
dari satuan pendidikan yang kompetensi yang mereka miliki belum
bersangkutan dan atau dari satuan sesuai dengan tuntutan dunia kerja. Inilah
pendidikan formal lain dan/atau alasan dikeluarkan Kurikulum SMK Edisi
nonformal yang sudah memperoleh 2004 sebagai revisi Kurikulum SMK
akreditasi. Edisi 1999
Untuk menjawab tuntutan dunia kerja,
7. Pendidikan Berbasis Keunggulan maka pada kurikulum ini diperkenalkan
Lokal dan Global sertifikat kompetensi bagi peserta didik
a Kurikulum untuk semua SMK. Sertifikat itu diberikan kepada
tingkat satuan pendidikan dapat peserta didik yang lulus uji kompetensi
memasukkan pendidikan berbasis yang diselenggarakan oleh SMK/lembaga
keunggulan lokal dan global. diklat yang terakreditasi sebagai
penyelenggara uji kompetensi. Sertifikasi
b Pendidikan berbasis Kompetensi tersebut diterbitkan oleh
keunggulan lokal dan global dapat lembaga sertifikasi ... atau lembaga diklat
merupakan bagian dari semua mata yang diberi wewenang oleh lembaga
pelajaran. sertifikasi.
c Pendidikan berbasis Hal yang cukup menarik di kurikulum
keunggulan lokal dapat diperoleh SMK Edisi 2004 dalam program produktif
peserta didik dari satuan pendidikan tidak lagi menyebut mata diklat, tetapi
formal lain dan/atau nonformal yang dalam kompetensi program yang
sudah memperoleh akreditasi. diinginkan, sehingga redaksinya pun
dalam bentuk kata kerja, seperti

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMK (Editor : Bambang Dharmaputra) 5


menginstalasi, mendiagnosa, melakukan
perbaikan, dan sebagainya. Hal ini berbeda
dengan mata diklat program normatif
maupun adaptif yang menyebut langsung
nama mata diklatnya.

6 Pevote., Vol.2, No. 3, September 2007 : 1 -10


Tabel 1. Struktur Kurikulum SMK/MAK KTSP Dibanding Kurikuluum SMK 2004
Kelompok Teknologi

Komponen Durasi Waktu (Jam)

A. Mata Pelajaran SMK


KTSP
2004
1. Pendidikan Agama 192 192

2. Pendidikan Kewarganegaraan 192 288

3. Bahasa Indonesia 192 192

4. Bahasa Inggris 440 a) 550

5. Matematika 516 a) 516


5. 3 Matematika Kelompok Teknologi,
Kesehatan, dan Pertanian
6. Ilmu Pengetahuan Alam
6. 1 IPA 192 a)
6. 2 Fisika 150
6. 2. 2 Fisika Kelompok Teknologi 192 a)
6. 3 Kimia -
a)
6. 3. 2 Kimia Kelompok Teknologi dan 276
Kesehatan
7. Ilmu Pengetahuan Sosial 128 a) =

8. Seni Budaya 128 a) -

9. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan 192 288

10. Kejuruan
10. 1 Keterampilan Komputer dan Pengelolaan 202 202
Informasi
10. 2 Kewirausahaan 192 192

10. 3 Dasar Kompetensi Kejuruan b) 140


2248 e)
c)
10. 4 Kompetensi Kejuruan b) 1044

B. Muatan Lokal 192 -

C. Pengembangan Diri d) (192) -

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMK (Editor : Bambang Dharmaputra) 37


Tabel 2 Perbandingan Durasi Waktu KTSP dengan Kurikulum SMK Edisi 2004

KTSP SMK 2004


A. Program

Normatif 768 960

Adaptif 2650 1610

Produktif 1184 2248

JUMLAH 4602 4818

Keterangan notasi
a)
Durasi waktu adalah jumlah jam minimal yang digunakan oleh setiap program
keahlian. Program keahlian yang memerlukan waktu lebih jam tambahannya
diintegrasikan ke dalam mata pelajaran yang sama, di luar jumlah jam yang
dicantumkan.
b)
Terdiri dari berbagai mata pelajaran yang ditentukan sesuai dengan kebutuhan setiap
program keahlian.
c)
Jumlah jam Kompetensi Kejuruan pada dasarnya sesuai dengan kebutuhan standard
kompetensi kerja yang berlaku di dunia kerja tetapi tidak boleh kurang dari 1044 jam.
d)
Ekuivalen 2 jam pembelajaran.
e)
Terdiri dari sekitar 20 kompetensi yang mengarah ke sertifikasi kejuruan dari
kelompok keahlian mereka. Jika dikaji lebih mendalam lagi, maka setiap semester
seharusnya SMK dapat menerbitkan sertifikasi (melalui kerjasama dengan lembaga
luar atau lembaga diklat yang diberi wewenang oleh lembagai sertifikasi)
Hal yang menarik di KTSP adalah kewenangan yang besar bagi satuan pendidikan untuk
mengelola kurikulum mereka sendiri. Hanya Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan
seperti tercantum dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006 dan No.
23 Tahun 2006 yang diikat.. Khusus menyangkut isi program produktif, maka KTSP
menetapkan:
1. Materi pembelajaran Dasar Kompetensi Kejuruan dan Kompetensi Kejuruan
disesuaikan dengan kebutuhan program keahlian untuk memenuhi standar kompetensi
kerja di dunia kerja.
2. Evaluasi pembelajaran dilakukan setiap akhir penyelesaian satu standar
kompetensi atau beberapa penyelesaian kompetensi dasar dari setiap mata pelajaran.
3. Pendidikan SMK/MAK diselenggarakan dalam bentuk pendidikan sistem
ganda.

Jadi SMK diberi kewenangan untuk menetapkan sendiri mata diklat poduktif asalkan
memperhatikan tuntutan dunia kerja yang tercermin dari tuntuan Institusi Pasangan pada
pendidikan sistem ganda SMK yang bersangkutan.

38 Pevote., Vol.2, No. 3, September 2007 : 1 -10


Dalam mengimplementasikan KTSP
KOMENTAR REDAKSI
tersebut, maka pedoman yang dipegang
Perubahan kurikulum di sekolah baik adalah peraturan-peraturan terkait. Dalam
umum maupun kejuruan sudah sering kita Peraturan Menteri (Permen) Depdiknas
dengar. Mulai dari kurikulum pada masa No. 24 tahun 2006 pasal 1 ayat 1 dengan
orde lama sampai orde baru sudah sering jelas disebutkan sumbernya, yakni: (1) UU
terjadi, dan umumnya menimbulkan Sisdiknas No. 20 tahun 2003 dari pasal 36
apatisme di tingkat sekolah (guru). Ciri sampai pasal 38, (2) PP No. 19 tahun 2005
yang paling menonjol dari kurikulum tentang Standar Nasional Pendidikan
tersebut adalah sentralistik, yakni seragam pasal 5 sampai dengan pasal 18 dan pasal
mengikuti acuan dari pusat melalui 25 sampai dengan pasal 27, (3) Permen
Departemen Pendidikan Nasional. Tugas Depdiknas No 22 tahun 2006 tentang
sekolah tinggal melaksanakan, dan ini Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar
sama seluruh Indonesia walaupun disadari dan Menengah, dan (4) Permen Depdiknas
bahwa keberagaman kemampuan dan No. 23 tahun 2006 tentang Standar
tuntutan sekolah kenyataannya berbeda. Kompetensi Lulusan untuk Satuan
Pengalamam upaya memberi kebebasan Pendidikan Dasar dan Menengah.
para guru pernah juga dilakukan. Tentang penerapannya di satuan
Misalnya, untuk kurikulum SMK 1994 pendidikan, maka Pasal 2 ayat 1
materi kurikulum pernah diupayakan menyatakan bahwa ini dapat dilaksanakan
Dikmenjur Depdikbud untuk dikembang tahun ajaran 2006/2007, tetapi pada ayat 2
kan guru dengan memberi buku II. Namun bagi yang belum dapat diberi batas sampai
kenyataannya banyak SMK yang tidak tahun ajaran 2009/2010. Pada ayat 4
mampu, dan keluarlah buku IIA yang ditentukan lagi bagi yang belum siap agar
memberi rincian materi secara sentralistik tahun I diterapkan kelas 1, tahun II kelas 1
dan seragam. dan 2, serta tahun III kelas 1,2, dan 3. Jadi
Keraguan akan kemampuan sekolah tahun 2009/2010 telah menerapkan secara
mengembangkan sendiri kurikulum keseluruhan.
mereka, ini pun nampak jelas pada
kurikulum uji coba 2004. Walaupun Keseriusan menteri pendidikan dalam
Undang Undang Sisdiknas 2003 mengimplementasikan KTSP ini terlihat
mengamanahkan KTSP, tetapi pola dari permintaan agar semua jajaran yang
sentralistik masih terasa dan ini mungkin berada di Depdiknas untuk mensukseskan.
berdasarkan pengalaman masa lalu, Departemen lain yang menyelenggarakan
sehingga ada keraguan akan kemampuan satuan pendidikan dasar dan menengah pun
sekolah di lapangan. diminta bantuannya.

Di tahun 2006, maka pemerintah pun Jika kita membaca tulisan-tulisan di


memberlakukan KTSP, dan sekolah yang berbagai media masa, maka terkesan belum
ingin berkembang tentunya perlu adanya kesiapan sekolah untuk mengimple
menyimak ketentuan ini. Di dalam mentasikannya. Sebagaimana yang ditulis
ketentuan KTSP pun dijelaskan dalam Pikiran Rakyat tanggal 22 Agustus
kewenangan Dinas Pendidikan 2006, maka menurut Mansyur Ramli
Kabupaten/Kota untuk mengesahkan (Kepala Balitbangdiknas) pada masa transisi
kurikulum masing-masing sekolah ini banyak sekolah yang belum menerapkan
pendidikan dasar dan Dinas Pendidikan kurikulum buatan sendiri. ”Kendalanya,
Propinsi untuk SMU dan SMK. Dengan banyak guru yang tidak tahu bagaimana
demikian, tugas pembinaan Dinas menyusun kurikulum model KTSP. Acuan
Pendidikan semakin dituntut sebagai yang diberikan Depdiknas berupa standar isi
penanggungjawab pendidikan. dan standar kompetensi justru sangat mem

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMK (Editor : Bambang Dharmaputra) 37


bingungkan para guru” katanya. Mansyur d. Nomor 0126/U/1994 tentang
mengatakan, banyak guru yang Kurikulum Pendidikan Luar Biasa;
kebingungan dengan model kurikulum dinyatakan tidak berlaku bagi satuan
KTSP. Sebab selama bertahun-tahun, guru pendidikan dasar dan menengah sejak
menerima dalam bentuk jadi kurikulum dari satuan pendidikan dasar dan menengah
pemerintah pusat yang bersangkutan melaksanakan Peraturan
Menteri ini sebagaimana diatur dalam Pasal
Namun, di sisi lain ada juga kepala sekolah
2 dan Pasal 3.
yang gembira dengan diterapkannya KTSP.
Misalnya, tulis Drs Dani Triatmajaya Rujukan Pustaka
Santosa, M.Pd. (Kepala SMKN2 Sampit,
Kalimantan Timur) dalam Kalteng Pos
Online. Tulisnya, babakan baru dunia Depdiknas, Dirjen Pendidikan Dasar dan
pendidikan di Indonesia segera akan Menengah Direktorat Pendidikan
dimulai, yakni dengan di berlakukan KTSP. Menengah Kejuruan. Kurikulum SMK
Barangkali pemerintah tidak mau Edisi 2004. Bidang Keahlian
disalahkan terus menerus, sehingga opini Teknologi Informasi dan Komunikasi.
ganti rezim ganti kurikulum tidak Program Keahlian Teknik Komputer
memberatkan lagi. Suatu terobosan baru, dan Pengelolaan Jaringan
penuh keberanian segera diluncurkan, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
apabila unit terdepan pendidikan yaitu No. 22 Tahun 2006 tentang Standar
sekolah tidak siap manajemen dan SDM Isi: Kerangka Dasar dan Struktur
nya, alih-alih hanya ganti judul, dan isinya Kurikulum
sama saja. Tantangan baru telah
dimunculkan, tanggung jawab segera Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
dilimpahkan, kesiapan sekolah, Dinas P dan No. 23 Tahun 2006 tentang Standar
K tingkat kabupaten dan legalitas KTSP di Kompetensi Lulusan (SKL) : SKL
tingkat provinsi bermitra dengan komite Mata Pelajaran untuk SMK/MAK
sekolah menjadi sebuah kewajiban yang Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
tidak bisa ditawar lagi. No. 24 Tahun 2006 tentang
Tetapi yang bersangkut pun mengatakan Pelaksanaan Standar dan SKL
bahwa menyusun KTSP bukanlah pekerjaan
gampang dan instant. Perlu waktu, beaya,
dan enersi jika KTSP ingin dimulai di tahun
2008. Mestinya di awal tahun 2007
penyusunan KTSP sudah harus diawali,
mengingat di setiap satuan pendidikan SMK
memiliki lebih dari satu kurikulum yang
harus disusun.
Akhirnya, pada pasal 11 Permen 24 tahun
2006 ditegaskan bahwa dengan berlakunya
Peraturan Menteri ini, Keputusan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan :
a. Nomor 060/U/1993 tentang
Kurikulum Pendidikan Dasar;
b. Nomor 061/U/1993 tentang
Kurikulum Sekolah Menengah Umum;
c. Nomor 080/U/1993 tentang
Kurikulum Sekolah Menengah
Kejuruan; dan

38 Pevote., Vol.2, No. 3, September 2007 : 1 -10

You might also like