You are on page 1of 13

Logika Matematika

1. PERNYATAAN, NILAI KEBENARAN, DAN KALIMAT TERBUKA

1.1. Pernyataan

Setiap pernyataan adalah kalimat, tetapi tidak semua kalimat merupakan


pernyataan. Perhatikanlah kalimat berikut.

i) Tangkaplah orang itu!


ii) Berapa umurmu sekarang?

Kalimat-kalimat di atas tidak menerangkan sesuatu ( bukan kalimat deklaratif ),


kalimat-kalimat itu bukan pernyataan.

Perhatikan kalimat-kalimat deklaratif berikut ini.

i) Menara itu tinggi.


ii) Nasi soto enak.

Kalimat- kalimat di atas dapat benar saja atau salah saja, tetapi bersifat relatif (
bergantung pada keadaan ). Kalimat-kalimat tersebut juga bukan pernyataan.

Pernyataan adalah kalimat yang hanya benar atau salah saja, tetapi tidak dapat
sekaligus benar dan salah.

1.2. Lambang dan Nilai Kebenaran Suatu Pernyataan

Suatu pernyataan biasanya dilambangkan dengan memakai huruf kecil, seperti a, b,


c, d, . . ., p, q r, s, . . . dan seterusnya.

Sebagai contoh:

i) Pernyataan “4 adalah bilangan genap” dapat dilambangkan dengan memakai huruf


p.
Ditulis p: 4 adalah bilangan genap.
ii) Pernyataan “Besi adalah benda padat” dapat dilambangkan dengan huruf q.
Ditullis q: Besi adalah benda padat.

1.3. Kalimat Terbuka


Kalimat terbuka adalah kalimat yang memuat peubah/variabel, sehingga belum
dapat ditentukan nilai kebenarannya ( benar atau salah ).

Perhatikan beberapa contoh berikut.

i) 2x + 3 = 11
ii) y–3<4
iii) Itu adalah benda cair.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut.

1. Kalimat terbuka dapat diubah menjadi pernyataan dengan cara mengganti peubah
pada himpunan semestanya.
2. Penyelesaian kalimat terbuka adalah nilai pengganti pada himpunan semesta yang
mengubah kalimat terbuka menjadi pernyataan yang benar.
3. Himpunan penyelesaian kalimat terbuka adalah suatu himpunan dengan anggota-
anggota merupakan penyelesaian dari kalimat terbuka itu.

2. INGKARAN, DISJUNGSI, KONJUNGSI, IMPLIKASI, DAN BIIMPLIKASI.

2-1. Ingkaran atau Negasi

Dari sebuah pernyataan, dapat dibentuk pernyataan baru dengan membubuhkan kata
tidak benar di depan pernyataan semula atau bila memungkinkan dengan menyisipkan kata
tidak atau bukan dalam pernyataan semula. Pernyataan baru diperoleh dengan cara sepeti
itu disebut ingkaran atau negasi.
Jika p adalah pernyataan yang diketahui, maka ingkaran atau negasi dari p dapat ditulis
dengan memakai lambang

p

dibaca: tidak benar p atau bukan p

Hubungan nilai kebenaran antara ingkaran sebuah pernyataan dengan pernyataan semula
dapat ditentukan sebagai berikut.

i) Jika p adalah pernyataan yang bernilai benar, maka p bernilai salah.


ii) Jika p adalah pernyataan yang bernilai salah, maka p bernilai benar.
Ungkapan tersebut dapat disajikan dengan menggunakan tabel yang disebut sebagai tabel
kebenaran. Perhatikan Tabel berikut ini.

p p
B S
S B

2-2. Disjungsi

Disjungsi adalah pernyataan yang dibentuk dari dua pernyataan p dan q yang dirangkai
dengan menggunakan kata hubung atau.

Disjungsi pernyataan p dan pernyataan q ditulis dengan lambang sebagai berikut.

pq

(dibaca: p atau q)

Nilai kebenaran disjungsi p  q dapat ditentukan melalui definisi berikut.

p  q benar, jika salah satu di antara p dan q benar atau p dan q dua-duanya benar.

p  q salah, jika p dan q dua-duanya salah.

2-3. Konjungsi

Konjungsi adalah pernyataan yang dibentuk dari dua pernyataan p dan q yang dirangkai
dengan menggunakan kata hubung dan.

Konjungsi pernyataan p dan pernyataan q ditulis dengan lambang sebagai berikut.

pq

(dibaca: p dan q)

Nilai kebenaran konjungsi p  q dapat ditentukan dengan menggunakan definisi berikut.

p  q benar, jika p benar dan q benar

p  q salah, jika salah satu p atau q salah atau p salah dan q salah

2-4. Implikasi

Implikasi atau pernyataan bersyarat /kondisional adalah pernyataan majemuk yang disusun
dari dua buah pernyataan p dan q dalam bentuk p maka q.
Implikasi “jika p maka q” dapat ditulis dengan lambang sebagai berikut.

pq

(dibaca: jika p maka q)

Nilai kebenaran implikasi p  q dapat ditentukan dengan menggunakan definisi berikut.

p  q dinyatakan salah, jika p benar dan q salah.

Dalam kemungkinan yang lainnya p  q dinyatakan benar.

2-5. Biimplikasi

Pernyataan yang dirangkai dengan cara menggunakan kata hubung “jika dan hanya jika”
disebut biimplikasi atau implikasi dwiarah.

Biimplikasi “p jika dan hanya jika q” dapat ditulis dengan lambang

pq

(dibaca: p jika dan hanya jika q)

3. PERNYATAAN MAJEMUK, TAUTOLOGI, DAN PERNYATAAN MAJEMUK YANG EKUIVALEN.

3-1. Pernyataan Majemuk dan Nilai Kebenarannya

Pernyataan majemuk adalah pernyataan yang dibentuk dari beberapa pernyataan


tunggal (komponen) yang dirangkai dengan menggunakan kata hubung logika.

Untuk memahami cara menentukan nilai kebenaran suatu pernyataan majemuk, simaklah
contoh berikut.

CONTOH

Tentukan nilai kebenaran pernyataan majemuk (p  q).

Jawab:

Ada dua cara untuk menentuka nilai kebenaran suatu pernyataan majemuk, yaitu:

Cara 1:

Tabel kebenaran pernyataan (p  q) ditentukan melalui langkah-langkah berikut (perhatikan
Tabel berikut).
Tabel kebenaran (p  ~q) dengan Cara 1.

p q q (p  q) (p  q)


B B S B S
B S B B S
S B S S B
S S B S S

3-2. Tautologi

Tinjaulah pernyataan majemuk:

(p  q)  p  q

Nilai kebenaran pernyataan majemuk itu diperliatkan pada Tabel berikut.

Tabel kebenaran

p q pq (p  q)  p (p  q)  p  q
B B B B B
B S S S B
S B B S B
S S B S B

Berdasarkan Tabel diatas pada kolom ke-5, nilai kebenaran pernyataan majemuk itu adalah
BBBB.

Dengan perkataan lain, pernyataan majemuk

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpukan sebagai berikut.

1. Tautologi adalah sebuah pernyataan majemuk yang selalu benar untuk semua kemungkinan
nilai kebenaran dari pernyataan-pernyataan komponennya.
2. Implikasi logis adalah sebua tautologi yang memuat pernyataan implikasi.

3-3. Dua Buah Pernyataan Majemuk yang Ekuivalen

Perhatikan dua buah pernyataan majemuk berikut.

a = (p  q) dan b = (q  p)

Dari pernyataan- pernyataan a dan b itu dapat dibentuk biimplikasi.

a  b atau (p  q)  (q  p)
Tabel kebenaran

p q (p  q) (q  p) (p  q)  (q 
p)
B B B B B
B S B B B
S B B B B
S S S S B

Secara umum dapat disimpulkan:

1. Tautologi yang berbentuk a  b dinamakan ekuivalen logis dan dituliskan dengan lambang
a
2. Dua buah pernyataan majemuk dikatakan ekuivalen, jika kedua pernyataan majemuk itu
mempunyai nilai kebenaran yang sama untuk semua kemungkinan nilai kebenaran
pernyataan-pernyataan komponennya.

4. HUBUNGAN KONVERS, INVERS, DAN KONTRAPOSISI DENGAN IMPLIKASI

Untuk semua kemungkinan nilai kebenaran pernyataan-pernyataan p dan q, hubungan nilai


kebenaran implikasi, konvers, invers, dan kontraposisi dapat diperlihatkan dengan memakai tabel
kebenaran pada tabel kebenaran Tabel berikut.

Tabel kebenaran. Hubungan nilai kebenaran q  p, p  q, q  p dengan p  q

Implikasi Konvers Invers Kontraposisi


p q p q pq qp p  q q  p
B B S S B B B B
B S S B S B B S
S B B S B S S B
S S B B B B B B

5. KUANTOR UNIVERSAL DAN KUANTOR EKISTENSIAL

5-1. Pengertian Kuantor Universal dan Kuantor Eksistensial

Untuk memahami pengertian kuator univesal dan kuantor eksistansial, simaklah


pernyataan-pernyataan berikut.

(1) “Semua siswa SMAN 1 Jakarta Kelas X-1 pandai”.


Pernyataan ini mengandung arti bahwa setiap siswa SMAN 1 Jakarta kelas X-1 adlah siswa
yang pandai.
Pernyataan yang menggunakan kata semua atau setiap seperti pada pernyataan (1) di atas
disebut pernyataan berkuantor universal (umum). Kata semua atau setiap disebut kuantor
universal.
(2) “Beberapa siswa SMAN 1 Jakarta Kelas X-1 pandai”.
Pernyataan ini mengandung arti bahwa dari himpunan siswa SMAN 1 Jakarta Kelas X-1
secara keseluruhan ada yang pandai tetapi ada pula yang tidak pandai.
Penyataan yang menggunakan kata beberapa atau ada seperti pada pernyataan (2) di atas
disebut pernyataan berkuantor eksistensial (khusus). Kata beberapa atau ada disebut
kuantor eksistensial.

5-2. Kuantor Universal


Pernyataan “Semua siswa SMAN 1 Jakarta Kelas X-1 pandai” dapat ditulis dengan
lambang sebagai berikut.
x, x  A  x  B
Lambang  (dibaca: untuk semua atau untuk setiap) adalah lambang kuantor universal. Jadi,
pernyataan “Semua siswa SMAN 1 Jakarta kelas X-1 pandai” ekuivalen dengan pernyataan
implikasi:
“Jika x adalah siswa SMAN 1 Jakarta Kelas X-1, maka x adalah siswa yang pandai”.
Secara umum:
Pernyataan berkuantor universal “Semua A adalah B” ekuivalen dengan pernyataan
implikasi “Jika x  A, maka x  B”.

5-3. Kuantor Eksistensial


Pernyataan “Beberapa siswa SMAN 1 Jakarta Kelas X-1 pandai” dapat ditulis dengan
lambang sebagai berikut.
 x, x  A dan x  B
Lambang  (dibaca: ada atau beberapa) adalah lambang kuantor eksistensial. Perkataan ada
mengandung arti satu atau lebih.
Jadi, pernyataan “Beberapa siswa SMAN 1 Jakarta Kelas X-1 pandai” ekuivalen dengan
pernyataan “Sekurang-kurangnya ada seorang siswa SMAN 1 Jakarta Kelas X-1 yang pandai”.
Secara umum:
Pernyataan berkuantor eksistensial “Beberapa A adalah B” ekuivalen dengan “Sekurang-
kurangnya ada sebuah x  A yang meupakan  B”.

5-4. Ingkaran dari Pernyataan Berkuantor


Kita telah membahas ingkaran dari sebuah pernyataan. Paling tidak ada 3 hal yang perlu
diingat kembali, yaitu:
1. Ingkaran atau negasi dari pernyataan p, dilambangkan dengan p.
2. Jika p pernyataan yang bernilai benar, maka p bernilai salah.
3. Jika p pernyataan yang bernilai salah, maka p bernilai benar.

Ketentuan-ketentuan di atas juga berlaku apabila p merupakan pernyataan berkuantor,


(kuantor universal maupun kuantor eksistensial).
Ingkaran dari Pernyataan Berkuantor Universal

CONTOH
Diketahui pernyataan berkuantor universal:
P: “Semua bilangan prima adalah bilangan asli”
Tentukan p serta nilai kebenarannya.

Jawab:

Pernyataan p: “Semua bilangan prima adalah bilangan asli” merupakan pernyataan yang
benar. Karena pernyataan p itu benar untuk semua bilangan prima, maka ingkarannya
haruslah mengandung arti “Sekurang-kurangnya ada satu bilangan prima yang bukan
bilangan asli”.
Dengan demikian, ingkaran p adalah:
p: “Tidak semua bilangan prima adalah bilangan asli”, atau
p: “Beberapa bilangan prima bukan bilangan asli”.
Jadi, jelas bahwa p bernilai salah.

Berdasarkan contoh di atas tampak bahwa ingkaran dari pernyataan berkuantor


universal adalah sebuah pernyataan berkuantor eksistensial. Secara umum, ingkaran
dari pernyataan berkuantor uniersl dapat ditentukan sebagai berikut.
~   x, p(x)    x, p(x)
Dibaca: ingkarandari “untuk semua x yang berlaku p(x)” ekuivalen dengan “ada x yang
bukan p(x)”.

6. SILOGISME, MODUS PONENS, DAN MODUS TOLLENS

Silogisme, modus ponens, dan modus tollens adalah metode atau cara yang
digunakan dalam penarikan kesimpulan. Proses penarikan kesimpulan terdiri atas beberapa
pernyataan yang diketahui nilai kebenarannya (disebut premis). Kemudian, dengan menggunakan
prinsip-prinsip logika dapat diturunkan pernyataan baru (disebut kesimpulan/konklusi). Penarikan
kesimpulan seperti itu sering juga disebut argumentasi.

Prinsip-prinsip logika yang dipakai dalam proses penarikan kesimpulan adalah


sebagai berikut.

1. Argumentasi dikatakan berlaku atau sah:


Jika konjungsi dari premis-premisnya berimplikasi konklusi.
2. Argumentasi dikatakan tidak berlaku atau tidak sah:
Jika konjungsi dari premis-premisnya tidak berimplikasi konklusi.

Sebagai contoh, argumentasi di atas dapat disajikan dalam susunan sebagai berikut.
a .................... premis 1

b .................... premis 2

 c ................ kesimpulan/konklusi

Pernyataan a sebagai premis 1, pernyataan b sebagai premis 2, dan pernyataan c


sebagai kesimpulan/konklusi. Tanda  dibaca “jadi” atau “oleh karena itu”.

6-1. Silogisme

Misalkan diketahui premis-premis p  q dani q  r. Dari premis-premis itu dapat ditarik


konklusi p  r. Penarikan kesimpulan dengan cara itu disebut kaidah silogisme. Kaidah silogise
menggunakan sifat penghantar atau transitif dari pernyataan implikasi.

Silogisme disajikan dalam susunan sebagai berikut.

p  q ................... premis 1

q  r .................... premis 2

 p  r ............... kesimpulan/ konklusi

Dalam bentuk implikasi, silogisme di atas dapat dituliskan menjadi:

(p  q)  (q  r)  (p  r)

Sah atau tidaknya suatu silogisme dapat diuji dengan menggunakan tabel kebenaran untuk implikasi
(p  q)  (q  r)  (p  r). Perhatikan Tabel berikut.

Tabel Nilai kebenaran

p q r pq qr pr (p  q)  (q  r) (p  q)  (q  r)  (p  r)


B B B B B B B B
B B S B S S S B
B S B S B B S B
B S S S B S S B
S B B B B B B B
S B S B S B S B
S S B B B B B B
S S S B B B B B

Dari tabel di atas pada kolom ke-8 tampak bahwa (p  q)  (q  r)  (p  r) adalah sebuah
tautologi. Jadi, silogisme merupakan argumentasi yang sah.

6-2. Modus Ponens


Misalkan diketahui premis-premis p  q dan p. Dari premis itu dapat diambil konklusi q.
Pengambilan kesimpulan seperti itu disebut modus ponens atau kaidah pengasingan. Modus ponens
disajikan dalam susunan sebagai berikut.

p  q ................. premis 1

p .................. premis 2

q .................. kesimpulan/konklusi

Dalam bentuk implikasi, modus ponens di atas dapat ditulis menjadi:

(p  q)  p  q

Untuk menguji sah atau tidaknya sebuah modus ponens dapat ditentukan dengan menggunaan
tabel kebenaran. Perhatikan Tabel berikut ini.

Nilai kebenaran (p  q)  p  q

p q pq (p  q)  p (p  q)  p  q
B B B B B
B S S S B
S B B S B
S S B S B

Berdasarkan tabel di atas pada kolom ke-5 tampak bahwa (p  q)  p  q adlah sebuah tautologi.
Jadi, modus ponens adalah argumentasi yang sah.

CONTOH

Tentukan konklusi dari tiap premis-premis berikut ini.

Jika Badu rajin belajar, maka ia akan naik kelas. .............. premis 1

Badu rajin belajar. .............. premis 2

JAWAB:
Jika Badu rajin belajar , maka ia akan naik kelas .............. premis 1

p q

Badu rajin belajar

P .............. premis 2

 q .............. konklusi

Jadi, konklusinya adalah “Badu akan naik kelas”.

6-3. Modus Ponens

Misalkan diketahui premis-premis p  q dan q. Dari premis-premis itu dapat diambil
konklusi p. Pengambilan kesimpulan dengan cara seperti itu disebut modus tollens atau kaidah
penolakan akibat. Modus tollens dapat disajikan dalam susunan sebagai berikut.

p  q .............. premis 1

q .............. premis 2

 p .............. kesimpulan/konklusi

Dalam bentuk implikasi, modus tollens dapat disajikan sebagai berikut:

(p  q)  q  p

Sah atau tidaknya modus tollens dapat diuji dengan menggunakan tabel kebenaran untuk implikasi
(p  q)  q  p. Perhatikan Tabel berikut.

Tabel kebenaran

p q p q pq (p )  q (p  q)  q  p


B B S S B S B
B S S B S S B
S B B S B S B
S S B B B B B

Dari tabel di atas pada kolom ke-7 tampak bahwa (p  q)  q  p adalah sebuah tautologi. Jadi,
modus tollens merupakan argumentasi yang sah.

CONTOH

Periksalah sah atau tidaknya argumentasi berikut.


Jika Jeni seorang artis sinetron ia berparas cantik.

Jeni berparas cantik.

 Jeni seorang artis sinetron.

JAWAB

Kita tetapkan terlebih dulu pernyataan-pernyataan sebagai berikut.

p : Jeni seorang artis sinetron.

q : Jeni berparas cantik.

Dengan menetapkan pernyataan-penyataan di atas, argumentasi pada soal dapat disusun menjadi:

pq

 p

Sah atau tidaknya argumen di atas dapat diperiksa dengan tabel kebenaran implikasi (p  q)  q
 p. Perhatikan Tabel berikut.

p q pq (p  q)  q (p  q)  q  p
B B B B B
B S S S B
S B B B S
S S B S B

Berdasarkan Tabel di atas pada kolom ke-5, tampak bahwa (p  q)  q  p bukan tautologi. Jadi,
argumentasi di atas tidak sah meskipun argumentasi itu mempunyai makna yang wajar. Argumentasi
yang bersifat seperti itu disebut kepalsuan.

You might also like