Professional Documents
Culture Documents
20050310043
Penyakit menular yang menahun
Primer menyerang saraf tepi dan sekunder
menyerang sistem RES (Retikuloendotelial sistem),
kulit, testis dan organ lain
Menyebabkan kecacatan dan dampak psikososial
Kusta/Lepra Sakit fisik, psikologik & sosial
Kusta ~ cacat stigma
Stigma kusta menurunkan kualitas hidup,
Mengganggu pekerjaan, hasil kerja dan
perkonomian
Terutama pada negara sedang berkembang
Terutama daerah tropis dan subtropis, serta negara
dengan sosial ekonomi rendah
Prevalensi di Indonesia: 1,57 per 10.000 penduduk
Indonesia: urutan ke-3 dunia setelah India dan
Myanmar
Insiden sejalan dengan pe insidens tuberkulosis
paru
RSCM : skrofuloderma (84%), tuberkulosis kutis
verukosa (13%), lain2 (3%)
Cara-cara penularan penyakit kusta sampai saat ini
masih merupakan tanda tanya. Yang diketahui hanya
pintu keluar kuman kusta dari tubuh si penderita,
yakni selaput lendir hidung. Tetapi ada yang
mengatakan bahwa penularan penyakit kusta adalah:
a. Melalui sekret hidung, basil yang berasal dari sekret
hidung penderita yang sudah mengering, diluar masih
dapat hidup 2–7 x 24 jam.
b. Kontak kulit dengan kulit. Syarat-syaratnya adalah
harus dibawah umur 15 tahun,keduanya harus ada lesi
baik mikoskopis maupun makroskopis, dan adanya
kontak yang lama dan berulang-ulang
Menurut Cocrane (1959), terlalu sedikit orang yang
tertular penyakit kusta secara kontak kulit dengan kasus-
kasus lepra terbuka.
Menurut Ress (1975) dapat ditarik kesimpulan bahwa
penularan dan perkembangan penyakit kusta hanya
tergantung dari dua hal yakni jumlah atau keganasan
Micobacterium Leprae dan daya tahan tubuh penderita
Sebagian besar (95%) manusia kebal terhadap kusta,
hampir sebagian kecil (5%) dapat ditulari. Dari 5% yang
tertular tersebut, sekitar 70% dapat sembuh sendiri dan
hanya 30% yang dapat menjadi sakit
Disamping itu faktor-faktor yang berperan dalam
penularan ini adalah :
- Usia : Anak-anak lebih peka dari pada orang dewasa
- Jenis kelamin : Laki-laki lebih banyak dijangkiti
- Ras : Bangsa Asia dan Afrika lebih banyak dijangkiti
- Kesadaran sosial :Umumnya negara-negara endemis
kusta adalah negara dengan tingkat sosial ekonomi
rendah
- Lingkungan : Fisik, biologi, sosial, yang kurang sehat
Mycobacterium leprae(M.leprae)
Basil tahan asam tahan alkohol, batang, ukuran 1-8 µ
Hidup dalam sel (Obligat intrasel), terutama jaringan
suhu dingin
Tidak dapat dikultur dalam media buatan
Dapat diisolasi dan diinokulasi, tetapi tidak dapat
dibiakkan
Membelah diri : 12-21 hari
Masa inkubasi : rata-rata 3-5 tahun
Mengenai semua usia, terbanyak 25-35 tahun
Faktor-faktor yang Menentukan Terjadinya
Penyakit Kusta :
a. Sumber Penularan
Hanya manusia satu-satunya sampai saat ini yang
dianggap sebagai sumber penularan walaupun kuman
kusta dapat hidup pada armadillo, simpanse, dan
pada
telapak kaki tikus yang tidak mempunyai kelenjar
thymus (Depkes RI, 9:2006).
b. Cara Keluar dari Pejamu (Host)
Mukosa hidung telah lama dikenal sebagai sumber dari
kuman. Suatu kerokan hidung dari penderita tipe
Lepromatous yang tidak diobati menunjukkan jumlah
kuman sebesar 10-10. Dan telah terbukti bahwa saluran
napas bagian atas dari penderita tipe Lepromatous
merupakan sumber kuman yang terpenting dalam
lingkungan (Depkes RI, 9:2006).
c. Cara Penularan
Kuman kusta mempunyai masa inkubasi selama 2-5
tahun, akan tetapi dapat juga bertahun-tahun. Penularan
terjadi apabila M. leprae yang utuh (hidup) keluar dari
tubuh penderita dan masuk ke dalam tubuh orang lain.
Belum diketahui secara pasti bagaimana cara penularan
penyakit kusta
d. Cara Masuk ke Pejamu
Tempat masuk kuman kusta ke dalam tubuh pejamu
sampai saat ini belum dapat dipastikan. Diperkirakan
cara masuknya adalah melalui saluran pernapasan
bagian atas dan melalui kontak kulit yang tidak utuh
e. Pejamu
Hanya sedikit orang yang akan terjangkit kusta setelah
kontak dengan penderita imunitas.
M. leprae termasuk kuman obligat intraseluler dan
sistem kekebalan yang efektif adalah sistem kekebalan
seluler.
Faktor fisiologik seperti pubertas, menopause,
kehamilan, serta faktor infeksi dan malnutrisi dapat
meningkatkan perubahan klinis penyakit kusta
M.Leprae masuk dalam tubuh ditangkap oleh APC
(Antigen Presenting Cell) melalui dua signal (Signal
pertama tergantung pada TCR- terkait antigen (TCR =
T cell receptor) dipresentasikan oleh molekul MHC
pada permukaan APC; Signal kedua adalah produksi
sitokin dan ekspresinya pada permukaan dari molekul
APC yang berinteraksi dengan ligan sel T melalui
CD28) kedua signal ini mengaktivasi To
berdifferensiasi menjadi Th1 dan Th2, dibantu oleh TNF
α
dan IL 12 Th 1 akan menghasilkan IL 2 dan IFN γ yang
akan meningkatkan fagositosis makrofag
Di dalam fagosit, fenolat glikolipid I akan melindungi
bakteri dari penghancuran oksidatif Karena gagal
membunuh antigen maka sitokin dan growth factors
akan terus dihasilkan dan akan merusak jaringan
makrofag akan terus diaktifkan dan lama kelamaan
sitoplasma dan organella dari makrofag akan
membesar Sitokin dan GF tidak mengenali bagian
self atau nonself akan merusak saraf dan saraf yang
rusak diganti dengan jaringan fibrous terjadilah
penebalan saraf tepi. Sel schwann merupakan APC
non professional(Wahyuni, 8:2009).
Tanda-tanda penyakit kusta bermacam-macam,
tergantung dari tingkat atau tipe dari penyakit tersebut.
a. Adanya bercak tipis seperti panu pada badan/tubuh
manusia .Pada bercak putih ini pertamanya hanya sedikit,
tetapi lama-lama semakin melebar dan banyak.
b.Adanya pelebaran syaraf terutama pada syaraf ulnaris,
medianus, aulicularis magnus seryta peroneus. Kelenjar
keringat kurang kerja sehingga kulit menjadi tipis dan
mengkilat.
c. Adanya bintil-bintil kemerahan (leproma, nodul) yang
tersebar pada kulit
d.Alis rambut rontok
e. Muka berbenjol-benjol dan tegang yang disebut facies
leonina (muka singa)
· Tuberkuloid (TT)
· Borderline tuberkuloid (BT)
· Mid-borderline (BB)
· Borderline lepromatous (BL)
· Lepromatosa (LL
C. Klasifikasi untuk kepentingan program kusta :
Klasifikasi WHO (1981) dan modifikasi WHO (1988)
Lesi ini mengenai kulit maupun syaraf, jumlah lesi bisa satu
atau beberapa.
Lesi dapat berupa makula atau plakat yang berbatas jelas dan
pada bagian tengah dapat ditemukan lesi yang regresi atau
central healing.
Permukaan lesi dapat bersisik dengan tepi yang meninggi,
bahkan dapat menyerupai gambaran psoriasis atau tinea
sirsinata.
Dapat disertai penebalan saraf perifer yang biasanya teraba,
kelemahan otot, dan sedikit rasa gatal.
Tidak adanya kuman merupakan tanda terdapatnya respon
imun pejamu yang adekuat terhadap kuman kusta.
2. Tipe Borderline Tuberkuloid (BT)
DROP FOOT
BENTUK
REAKSI KUSTA
ULKUS KUSTA
CLAW HAND