Professional Documents
Culture Documents
Proyek MRT DKI Jakarta (Mass Rapid Transit) antara Kota ke Lebak Bulus akan dibangun
dalam 3 jenis lintasan, Proyek MRT JAKARTA ini telah ditanda tangani di Jakarta 25 Maret
2009 dengan tahap petama 4 stasiun bawah-tanah dan 8 stasiun layang rencana pelaksanaan
pembangunan kontruksi tahun 2009-2010.
Akan dibangun subway mengingat jalur ini lebih memungkinkan dengan subway dengan alasan
tehnis benyak rintangan antara lain banyak sekali persimpangan, ada Monas (Bung Karno dulu
pernah minta agar tidak ada lintasan kereta yang elevated melalui Monas, namun sudah terlanjur
lintas tengah di Gambir ternyata elevated). ada Harmoni, dll. Dari Dukuh Atas ke Monas dapat
dimanfatkan di bawah jalur hijau tengah Jl Thamrim, sedangkan di Monas juga akan
memanfatkan jalur tengah jalan, kemudian dari Harmoni sampai Kota dapat memanfatkan di
bawah Kali dan jalan (Hayam Wuruk/Gajah Mada). Salah satu method kalau di bawah suatu
litasan jalan atau kali adalah yang disebut open cut-and-cover methods (digali terbuka
kemudian ditutup), sedangkan untuk yang tidak memungkinkan secara ini dipakai deep bore
tunneling methods (pengeboran terowongan bawah tanah). [1].
Akan dibangun permukaan (surface) karena ada Banjir Kanal Barat dan Jembatan Semanggi,
sehingga diperkirakan memanfaatkan jalur busway yang kini sudah ada dan memungkinkan
secara surface.
Akan dibangun layang (elevated) karena harus melalui medan yang banyak rintangan di atas
permukaan, sedangkan kalau subway tidak diperlukan untuk menghindari biaya yang besar.
Untuk fasilitas depo MRT akan dibangun di Lebak Bulus, di mana lahan masih tersedia luas
dibandingkan lokasi lain, selain juga praktis kalau MRT mulai berjalan pagi hari dari Lebak
Bulus tempat tinggal para penumpang.
Monorel Jakarta adalah sebuah sistem MassTransit dengan kereta rel tunggal (monorel) dengan
jakur elevated, yang kini sedang akan dalam pembangunan di Jakarta, Indonesia. Dua jalur
sedang dibangun: jalur hijau melayani Semanggi-Casablanca-Kuningan-Semanggi dan jalur
biru melayani Kampung Melayu-Casablanca-Tanah Abang-Roxy.
[sunting] Sejarah
Projek ini dihadang oleh kesulitan finansial dan pergantian teknologi yang berganti-ganti.
Awalnya diberikan pada 2003 kepada perusahaan Malaysia MTrans, pembangun Monorel KL,
konstruksi dimulai pada Juni 2004 tetapi ditunda hanya setelah berjalan beberapa minggu. MoU
MTrans dibatalkan, dengan projek diberikan kepada konsorsium utama Singapura Omnico, yang
mengusulkan menggunakan teknologi maglev oleh perusahaan Korea Selatan ROTEM.
Pada Juli 2005, projek ini berganti tangan lagi dengan MoU baru diberikan kepada sebuah
konsorsium perusahaan Indonesia PT Bukaka Teknik Utama, PT INKA, dan Siemens Indonesia.
Omnico menentang ini, dan jadwal akhir 2007 sepertinya tidak mungkin terjadi. Namun pada
Oktober 2005 konstruksi terus berlangsung, dengan anggapan bahwa fondasi dasar "pile" dan
pilar dapat digunakan oleh konsorsium dan teknologi yang memenangi tender.
PT Jakarta Monorel (JM) akhirnya mendapat kepastian pencairan dana dari Bank
Dubai untuk membiayai proyek kereta rel tunggal (monorel) di Ibukota. Meski
masih harus melengkapi semua dukungan yang diperlukan dari Pemerintah
Provinsi (Pemprov) DKI, masalah pendanaan proyek bernilai triliunan rupiah itu
akhirnya selesai.
"AKHIRNYA, komitmen pendanaan dari Bank Dubai sudah diperoleh, jadi kami bisa
segera memulai pembangunan proyek monorel secara serentak, khususnya untuk
jalur hijau yang ditargetkan beroperasi pada Oktober 2007," kata Direktur
Operasional PT JM, Sukmawaty Sjukur, kepada Pembaruan, melalui short message
service (SMS), Rabu (15/2).
Menurut dia, pihak Bank Dubai memastikan komitmen untuk pendanaan proyek
monorel, meskipun belum semua persyaratan administrasi dipenuhi oleh PT JM.
Seperti diketahui, pembangunan monorel dilakukan dalam dua jalur. Untuk green
line yang direncanakan beroperasi pada akhir 2007 akan melalui 16 stasiun,
dimulai dari Komdak-Kusuma Candra-BEJ-Stadion Utama-Plaza Senayan-TVRI-
Taman Ria Senayan-Gedung MPR/DPR-Pejompongan-Karet-Sudirman-Setiabudi-
Sentral Kuningan-Taman Rasuna-Casablanca-Gren Melia-Satria Mandala.
Sedangkan jalur biru (blue line) sepanjang 13,5 km dengan 11 stasiun melintasi
kawasan Kampung Melayu-Tebet-DR Saharjo-Menteng Dalam-Casablanca-
Ambasador-Wisma Dharmala-Menara Batavia-Karet-Kebon Kacang-Tanah Abang-
Cideng-Roxy. Jalur ini, ditargetkan selesai dibangun pada akhir 2008.
"Uji coba ini akan dilakukan sampai pengoperasian tahap pertama green line
sepanjang 10 km pada Oktober 2007. Sedangkan pengoperasian tahap kedua yang
juga meliputi keseluruhan green line akan dilakukan pada Maret 2008," kata
Sukmawaty.
Sampai saat ini, PT Adikarya telah membangun tiang pancang monorel di beberapa
titik, antara lain di sekitar Asia Afrika (Senayan), Gatot Subroto, dan Kuningan.
Sedangkan untuk pengerjaan kereta monorel akan dilakukan oleh PT Industri
Kereta Api (INKA) dan PT Bukaka Teknik Utama, didukung oleh Siemens AG, yang
sudah berpengalaman dalam teknologi monorel stradlle type (menunggang pada
balok beton) dan MTR Corporation Ltd dari Hong Kong.
Dorong
Sementara itu, Wakil Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Udar Pristono
mengatakan, Pemprov DKI Jakarta mengharapkan proyek monorel segera
direalisasikan. Hal itu, sesuai dengan rencana Pemprov DKI terkait pola
transportasi makro (PTM) di Ibukota.
"Untuk tahap awal, yang kita dorong adalah busway (bus jalur khusus) dan
monorel. Soalnya pembiayaan kedua moda transportasi ini, tidak semahal subway
(kereta bawah tanah)," kata Pristono, ketika ditemui Pembaruan di kantornya,
awal pekan ini.
Namun, sejak PTM ditetapkan pada 2004, Pemprov DKI baru bisa merealisasikan
moda transportasi busway. Sementara monorel yang dipercayakan kepada pihak
swasta, tersendat pembangunannya.
"Lihat saja, masyarakat sudah menjadikan busway sebagai alat transportasi untuk
mendukung kelancaran aktivitas setiap hari. Padahal baru tiga koridor. Bagaimana
nanti kalau 15 koridor pada 2010. Ditambah dengan dua jalur monorel yang akan
dioperasikan pada akhir 2007 dan 2008," ujar Pristono.
Dia menjelaskan, dengan efektifnya PTM, sistem angkutan umum di Jakarta akan
tertata. Ke depan, bus besar (busway dan bus reguler lainnya) hanya akan
beroperasi di jalan protokol dan arteri.
Sedangkan bus sedang, seperti metromini dan kopaja beroperasi di jalan kolektor.
Lalu bus kecil, seperti mikrolet dan KWK akan beroperasi di jalan lokal.
Terkait dengan itu, Pemprov DKI merencanakan untuk membangun empat koridor
sekaligus pada 2006 dan tiga koridor lagi pada 2007. Dengan demikian, pada
2007, seiring dengan beroperasinya monorel, Pemprov DKI sudah bisa
mengintegrasikan sistem dari dua moda PTM itu.
Untuk 2006, jalur busway yang akan dibangun masing-masing Koridor IV (Pulo
Gadung-Dukuh Atas), Koridor V (Kampung Melayu-Ancol), Koridor VI (Raguna-
Kuningan) dan Koridor VII (Kampung Rambutan-Kampung Melayu).
Koridor I dan IV busway akan terintegrasi dengan green line monorel di Bundaran
Senayan dan Dukuh Atas. Koridor VI busway akan terintegrasi dengan green line
monorel di Kuningan. Sedangkan koridor V dan VII busway akan terintegrasi
dengan green line monorel di Kampung Melayu.
Pembaruan/Jeany A Aipassa
--------------------------------------------------------------------------------
Last modified: 16/2/06
__________________
JAKARTA Public Transportation:
Produktivitas dan kreativitas warga Jakarta banyak terpangkas oleh problem transportasi.
Kini pemerintah sedang giat-giatnya mengurus pembenahan transportasi massal. Selain
busway dan subway, monorel dan transportasi air di kanal sudah dimulai prosesnya.
Jalur Biru – 13 km
(01)Kampung Melayu (02)Tebet (03)Dr. Saharjo (04)Menteng Dalam (05)Casablanca
Interchange (06)Mall Ambassador (07)Sudirman (08)Menara Batavia (09)Karet Interchange
(10)Kebon Kacang (11)Tanah Abang (12)Cideng (13)Kyai Caringin (14)Tomang (15)Taman
Anggrek Mall.
Catatan: Berkaitan dengan proyek subway ini, hal yang amat sangat urgent dan perlu
dibahas dan diorganisir jauh-jauh hari adalah pembentukan tim arkeologi untuk
menyelamatkan benda-benda bersejarah yang pasti akan ditemukan pada saat penggalian.
Jalur
Jalur pertama yang dibuka adalah Koridor 1 sepanjang 12,9 km yang melayani rute Terminal
Blok M-Kota. Dua tahun kemudian, Koridor 2 (14,3 km) dan 3 (18,7 km) mulai dioperasikan.
Awalnya untuk transfer jalur penumpang harus melakukannya di tiga halte yang telah ditetapkan,
yaitu Sawah Besar, Monas, dan Pecenongan, tetapi sejak September 2006, penumpang telah
dapat menggunakan Harmoni Central Busway sebagai satu-satunya titik transfer.
Pada gambar telihat bahwa:
[sunting] Koridor 1
Koridor 1 untuk bus Transjakarta beroperasi dengan jurusan Terminal Blok M sampai Halte
Stasiun Kota. Jalan-jalan yang dilalui koridor I adalah sepanjang Jalan Sisingamangaraja,
Sudirman, MH Thamrin, Medan Merdeka Barat, dan Gajah Mada/Hayam Wuruk.
[sunting] Koridor 2
Koridor 2 untuk bus Transjakarta beroperasi dengan jurusan Terminal Pulo Gadung (Jakarta
Timur) sampai Halte Harmoni Central Busway (Jakarta Pusat). Jalan-jalan yang dilalui koridor 2
adalah sepanjang Jalan Perintis Kemerdekaan, Suprapto, Senen Raya, Pejambon, Medan
Merdeka Timur, Veteran, dan berputar di Halte Harmoni Central Busway. Untuk arah sebaliknya
melewati Jalan Medan Merdeka Barat, Medan Merdeka Selatan, Kwitang, Suprapto, dan
seterusnya hingga kembali ke Terminal Pulo Gadung.
[sunting] Koridor 3
Koridor 3 untuk bus Transjakarta beroperasi dengan jurusan Terminal Kalideres (Jakarta Barat)
sampai Halte Pasar Baru (Jakarta Pusat). Pada awal operasinya, jalan-jalan yang dilalui koridor 3
adalah sepanjang Jalan Daan Mogot, S. Parman, Raya Tomang, Gajah Mada/Hayam Wuruk, dan
Juanda. Untuk arah sebaliknya melewati Jalan Veteran dan langsung ke Tomang Raya tanpa
melewati Harmoni Central Busway dan seterusnya hingga kembali ke Terminal Kalideres.
Dengan dioperasikan 2 halte baru sepanjang Jalan Kyai Tapa (Grogol dan Sumber Waras) sejak
tanggal 10 September 2008,[11] pengoperasian koridor ini berubah ke rute baru yaitu Jalan Daan
Mogot, Kyai Tapa, Jalan Gajah Mada/Hayam Wuruk (halte Harmoni) dan Jalan Juanda.
Sebagian armada koridor 3 tetap melayani rute Jalan S. Parman dan Tomang seperti di atas
sebagai bagian dari jalur Pulo Gadung - Kalideres yang biasa disebut jalur express hingga
tanggal 2 November 2009 di saat jalur tersebut dilayani sepenuhnya oleh armada koridor 8.[12]
Halte Indosiar
Terminal Kalideres Halte Jelambar
Halte Pesakih Halte GrogolMulai 10 September 2008[11] (Transfer ke koridor 8 dan
Halte Sumur Bor 9)
Halte Rawa Buaya Halte Sumber Waras Mulai 10 September 2008[11]
Halte Jembatan Baru Halte Harmoni Central Busway (Transfer ke koridor
Halte Dispenda 1,2dan 8)
Halte Jembatan Gantung Halte Pecenongan
Halte Taman Kota Halte Juanda
Halte Pasar Baru
[sunting] Koridor 4
Koridor 4 untuk bus Transjakarta mulai beroperasi secara resmi sejak tanggal 27 Januari 2007
dengan jurusan Terminal Pulo Gadung sampai Halte Dukuh Atas 2. Jalan-jalan yang dilalui
koridor 4 adalah sepanjang Jalan Bekasi Raya, Pemuda, Pramuka, Matraman, Tambak, Sultan
Agung, dan Halimun.
Koridor 5 untuk bus Transjakarta mulai beroperasi secara resmi sejak tanggal 27 Januari 2007.
dengan jurusan Terminal Kampung Melayu sampai Halte Ancol. Jalan-jalan yang dilalui koridor
5 adalah sepanjang Jalan Jatinegara Barat, Matraman Raya, Salemba Raya, Kramat Raya, Pasar
Senen, dan Gunung Sahari. Untuk arah sebaliknya melewati Jalan Gunung Sahari dan seterusnya
sampai Matraman Raya, kemudian masuk ke Jatinegara Timur.
[sunting] Koridor 6
Koridor 6 untuk bus Transjakarta mulai beroperasi secara resmi sejak tanggal 27 Januari 2007
dengan jurusan Halte Ragunan sampai Halte Dukuh Atas 2. Jalan-jalan yang dilalui koridor 6
adalah sepanjang Jalan Harsono RM, Warung Jati Barat, Mampang Prapatan, HR Rasuna Said,
Latuharhari, Halimun, kembali ke HR Rasuna Said, dan seterusnya sampai ke Ragunan.
[sunting] Koridor 7
Koridor 7 untuk bus Transjakarta mulai beroperasi secara resmi sejak tanggal 27 Januari 2007
dengan jurusan Terminal Kampung Rambutan sampai Terminal Kampung Melayu. Jalan-jalan
yang dilalui koridor 7 adalah sepanjang Jalan Kampung Rambutan, Raya Bogor, Sutoyo, MT
Haryono, dan Otto Iskandardinata.
[sunting] Koridor 8
Koridor 8 mulai beroperasi pada tanggal 21 Februari 2009 Dengan rute Terminal Lebak Bulus
sampai Halte Harmoni. Sebelumnya, koridor ini mengalami beberapa penundaan dalam
pengoperasian perdananya.[14]
Koridor ini memiliki panjang ± 29 km yang melalui halte-halte sebagai berikut:[15]
[sunting] Koridor 9
Rute bus Transjakarta Koridor 9 rencananya akan resmi beroperasi bersamaan dengan koridor
10, yaitu mulai bulan November tahun 2010[5] dengan jurusan Halte Terminal Pinang Ranti
sampai Halte Mega Mall Pluit. Jalan-jalan yang dilalui koridor 9 adalah sepanjang Jalan Pondok
Gede Raya, Raya Bogor, Mayjen Sutoyo, MT Haryono, Gatot Subroto, S Parman, Latumenten,
Jembatan Dua, Jembatan Tiga dan seterusnya sampai ke Pluit.
[sunting] Koridor 10
Koridor 10 (Cililitan - Tanjung Priok) direncanakan untuk beroperasi pada bulan November
2010.[5] Koridor ini akan melalui Jl. Letjend Sutoyo dan sepanjang jalan By Pass, mulai dari Jl.
DI Panjaitan, Jl. Ahmad Yani ,Jl. Yos Sudarso dan Jl. Enggano.
[sunting] Koridor 11
Bagian ini membutuhkan pengembangan.
[sunting] Koridor 12
Bagian ini membutuhkan pengembangan.
[sunting] Koridor 13
Bagian ini membutuhkan pengembangan.
[sunting] Koridor 14
Bagian ini membutuhkan pengembangan.
[sunting] Koridor 15
Rute ini adalah Ciledug ke Blok M. Jalan jalan yang dilewati adalah jalan Raden Fattah , Jalan
HOS Cokroaminoto,Ciledug Raya,Pakubuwono 6,Sisingamangraja,Trunojoyo,Sultan
Iskandarsyah,Melawai Raya.Untuk arah sebaliknya,Jalan Melawai Raya ,Jalan Kyai Tapa
,seterusnya ke Ciledug.
[sunting] Pengembangan jalur
Diujicoba sejak tanggal 1 November 2007 dan sering disebut sebagai rute Express, dengan
menggabungkan koridor 2 dan 3 dan dilayani 30 armada. Sejak munculnya koridor 8 diadakan
rotasi rute di antara 30 armada tersebut dengan perincian:[17]
Di hari libur 30 armada tersebut seluruhnya melalui rute Kalideres - Jelambar - Roxy - Harmoni
Di hari kerja 15 armada melalui Kalideres - Jelambar - Roxy - Harmoni, sedangkan 15 sisanya
melalui Kalideres - Jelambar - Tomang - Harmoni.
Mulai 2 November 2009, 30 armada di jalur ini tidak lagi melayani rute Kalideres - Jelambar -
Tomang - Harmoni. Tanpa membedakan hari kerja atau libur, seluruh armada jalur ini melalui
rute Kalideres - Jelambar - Roxy - Harmoni.[12]
Mulai diujicoba pada tanggal 1 November 2007, merupakan jalur khusus yang dibuka hanya
pada hari Senin - Jumat, beberapa sumber menyatakan bahwa hal ini disebabkan rendahnya
mobilitas pengguna Transjakarta ke Ancol selama hari kerja.
Merupakan jalur khusus yang dibuka hanya pada hari Sabtu dan Minggu, sebagai pengganti rute
PGC - Atrium. Mulai diujicoba sejak tanggal 1 November 2007, beberapa sumber menyatakan
bahwa hal ini disebabkan tingginya kebutuhan penumpang Transjakarta ke obyek Wisata di
Ancol.
Mulai tanggal 5 - 7 Agustus 2009 Badan Layanan Umum Transjakarta (BLUTJ) Busway
melakukan uji coba jalur Kp. Rambutan – Cawang UKI mulai pukul 06.00-08.00 WIB. Rute Kp.
Rambutan - Cawang UKI berputar di U turn Halim langsung masuk tol hingga keluar di Hek
Kramat Jati, oleh karenanya halte yang tidak disinggahi yaitu
Dimulai ujicobanya besamaan dengan ujicoba jalur Kampung Rambutan - Cawang UKI.
Mulai beroperasi pada tanggal 1 September 2009 antara jam 06:30 - 07:00 pagi saja dengan
dilayani oleh armada koridor 1. Dari arah Ragunan, selepas halte Setiabudi Aini bus tidak akan
berhenti di halte Halimun dan Latuharhari melainkan langsung menuju halte Bundaran HI
(koridor 1) menuju arah Kota.[18]
(Rute ini hanya ada pada hari kerja) Rute Grogol 2-Harmoni dibuat untuk mengakomodasi
penumpang yang akan naik/turun di beberapa halte yang tidak dilalui koridor 8 pada hari kerja.
Grogol 2
Tomang Taman Anggrek
Tomang Mandala
RS Tarakan
Petojo
Harmoni.
Harmoni
Juanda
Pecenongan
Petojo
RS Tarakan
Tomang Mandala
Tomang Taman Anggrek
Grogol 2.
Halte-halte yang dilalui sama seperti koridor 4, tetapi tidak sampai Pulogadung dan berputar di
halte TU Gas.
Mulai diujicoba sejak tanggal 2 November 2009. Melalui halte-halte Harmoni, Pecenongan,
Juanda, Ps. Baru, Pal Putih (melalui fly over Senen), Kramat Sentiong, Salemba, Matraman I,
Tegalan, Slamet Riyadi, Kebon Pala, Pasar Jatinegara, Bidara Cina, Gelanggang Remaja,
Cawang Otista, BNN, Cawang UKI, BKN, PGC (Cililitan).< [19]
Jalur yang mulai diujicoba sejak tanggal 20 Januari 2010[20] ini merupakan gabungan dari
Koridor 3 dan sebagian koridor 1 yang beroperasi dari Kalideres sampai Harmoni (koridor 3)
kemudian menuju halte Monumen Nasional hingga halte Bundaran Senayan di Koridor 1 dan
berputar di bundaran Senayan. Waktu operasional rute ini adalah hari Senin - Jumat pada pukul
07:00 - 10:00 WIB di pagi hari dan 16:00 - 20:00 WIB di sore/malam hari. Selanjutnya waktu
mulai operasi pagi diubah menjadi jam 6:30 pagi. Rute ini dilayani oleh 5 armada yang
semuanya dioperasikan PT. Trans Batavia.
[sunting] Pengelola
[sunting] Badan Layanan Umum Transjakarta (BLUTJ)
Badan ini adalah pengelola Transjakarta yang awalnya bernama Badan Pengelola (BP)
Transjakarta. Lembaga ini dibentuk pada tahun 2003 berdasarkan SK Gubernur Provinsi DKI
Jakarta Nomor 110/2003 tentang Pembentukan BP Transjakarta. Pada tahun 2006 namanya
kemudian diganti menjadi Badan Layanan Umum Transjakarta berdasarkan Peraturan Gubernur
Nomor 48 Tahun 2006. BLUTJ bernaung di bawah Dinas Perhubungan Provinsi DKI Jakarta.[21]
[sunting] Operator
[sunting] Kontroversi
Beberapa informasi dalam artikel atau bagian ini belum dipastikan dan mungkin isinya tidak
benar.
Tolong diperiksa, dan lakukan modifikasi serta tambahkan sumber pada bagian yang
diperlukan.
Warga Pondok Indah menolak pembangunan koridor VIII trayek Harmoni-Lebak Bulus, karena
akan merusak ratusan pohon palem yang puluhan tahun telah menjadi keindahan median Jalan
Metro Pondok Indah. Warga meminta pembangunan busway dihentikan karena belum ada
analisa mengenai dampak lingkungannya. Warga khawatir pembangunan busway koridor VIII
akan merusak lingkungan. Selain itu juga dikhawatirkan akan menambah kemacetan dan polusi
kawasan Pondok Indah. Pada 30 Oktober, warga mendaftarkan gugatan perdata ke Pengadilan
Negeri Jakarta Selatan. Perkara itu didaftarkan dengan nomor perkara 1655/Pdt.G/2007/PN
Jaksel. Dan ternyata, Jalan Metro Pondok Indah setidaknya telah menjadi daerah rawan
kemacetan bagi pengendara yang melewati jalan tersebut.
Warga Pluit, Jakarta Utara, juga meminta pembangunan jalur busway koridor IX (Pinang Ranti-
Pluit) ditunda. Perwakilan warga yang tergabung dalam Forum Masyarakat Peduli Lingkungan
Pluit (FMPLP) mendatangi ruang Fraksi PDIP (Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan) DPRD
DKI Jakarta, pada 4 Oktober 2007. Kedatangan mereka terkait penolakan pembangunan jalur
busway koridor IX (Pinang Ranti-Pluit). Warga menolak jika pembangunannya tidak dilakukan
secara benar. Sebab, selama ini sering terjadi kemacetan di sekitar lokasi pengerjaan proyek.
Proyek busway koridor IX ini juga belum memiliki analisis dampak mengenai lingkungan
(amdal). Warga meminta Pemprov DKI menunda pembangunan jalur busway Koridor IX itu,
sebelum selesainya amdal dan manajemen proyek yang baik terlebih dahulu.
Pemerintah dan wakil rakyat Kabupaten Tangerang, Banten, menolak rencana pembangunan
jalur khusus bus Transjakarta yang menghubungkan Terminal Kalideres dengan Bumi Serpong
Damai (BSD). Alasannya, pembangunan busway itu dinilai hanya akan menambah kemacetan di
Kabupaten Tangerang. Menurut Bupati Tangerang, Ismet, saat ini wilayah Kabupaten
Tangerang, terutama di Jalan Raya Serpong, mulai perbatasan Kota Tangerang sudah memiliki
tata letak dan ruas jalan yang baik. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Tangerang
mendukung aksi penolakan terhadap pembangunan busway. Menurut Ketua Komisi D Bidang
Pembangunan DPRD Kabupaten Tangerang Syarifullah, penolakan Ismet cukup mendasar.
Lalu lintas di sejumlah jalan di Jakarta macet sejak bulan September 2007 dari pagi hingga
petang. Kemacetan terjadi jalan arteri di kawasan Sunter, Kelapa Gading, Pluit, Jembatan Tiga,
dan Ancol, Tomang-Grogol, Slipi serta Cawang dan juga merambat hingga ke jalan tol Cawang
– Taman Mini, dan Ancol - Pluit.
Kemacetan terparah terjadi di Yos Sudarso depan Artha Gading hingga Boulevard Barat. Pada
pukul 13.30, laju kendaraan pada dua arah di kawasan itu sangat lambat. Untuk menembus 200
meter, Kompas perlu waktu 30 menit. Pada pukul 15.30 – 17.00, kendaraan tak bisa bergerak.
Sebagian pengemudi mematikan mesin kendaraannya. Kemacetan arus lalu lintas di sana
sebenarnya sudah terasa pada waktu pagi hingga siang. Namun hal ini menjadi lebih parah
karena pada ruas jalan sepanjang hampir satu kilometer di dua arah antara Plumpang hingga
depan PT Toyota Astra (Sunter Jaya), terdapat banyak putaran, proyek busway Koridor X,
proyek penataan taman, dan jalan layang. Kawasan tersebut menjadi simpul lalu lintas yang
paling macet. Kendaraan yang hendak turun dari tol Cawang di ramp off Pulogadung dan Sunter
juga tidak bisa bergerak, dan ekor kemacetan menjalar hingga gerbang tol Dalam Kota di
Cililitan, sejak pagi hingga menjelang pukul 12.00, dan itu terjadi lagi petang harinya.
Arus lalu lintas juga tersendat di Pluit Raya, Pluit Selatan, Gedong Panjang dan Jalan Pakin
akibat pengecoran busway Koridor IX. [1]
Pembagunan jalur busway Koridor VIII (Lebak Bulus-Harmoni) itu, menimbulkan kemacetan
dan kesemrawutan lalu lintas yang sudah terjadi di Jakarta sejak sekitar sebulan terakhir, sejak
dimulainya pembangunan tiga koridor jalur busway secara simultan di berbagai bagian kota.
Jalan Panjang pun sudah berminggu-minggu selalu dilanda kemacetan, sejak dimulai
pembangunnya lintasan bus khusus itu di beberapa ruasnya. Kemacetan total hampir tiap hari
terjadi di sepanjang Jalan Letjen S Parman dan Jalan Gatot Subroto. Penyebabnya, pembangunan
jalur busway Koridor IX (Pinang Ranti Gede-Pluit) yang juga melintasi ruas jalan yang
membelah Jakarta dari arah barat laut ke tenggara itu. [2]
Jalan Gatot Subroto kini berubah seperti neraka setidaknya bagi warga Jakarta dan sekitarnya,
yang setiap hari harus melalui jalan itu. Kondisi itu berlangsung sejak dua pekan lalu saat
sebagian badan jalan digunakan untuk proyek pembangunan jalur bus Transjakarta Koridor 9.
Jalan yang lebar tiba-tiba mengecil. Arus kendaraan tersumbat.
Kemacetan parah juga terjadi setiap hari di jalan Gatot Subroto yang awalnya berbaris dalam
empat lajur mengecil menjadi tiga lajur, lalu dua lajur, hingga tinggal satu lajur. Titik tersempit
satu lajur itu terjadi tepat di samping warung rokok pinggir jalan, yang terletak antara Gedung
Bidakara dan Graha Mustika Ratu. Formasi lajur itu terbentuk karena sebagian badan jalan
termakan pembangunan Koridor IX. Satu lajur selebar sekitar tiga meter itu memanjang sekitar
50 meter hingga gerbang keluar Graha Mustika Ratu. Setelah itu, badan jalan melebar kembali
sehingga mobil kembali bisa berformasi dua sampai tiga lajur. Penyempitan lajur hanya 50 meter
di satu titik itu menyebabkan antrean mobil bisa mengular hingga Grogol dan juga hingga jalan
layang Tendean ke arah Blok M. [3]
[sunting] Koridor 13
Koridor 13 yaitu Pondok Kelapa - Blok M adalah jalur yang sangat padat di sepanjang
Kalimalang dari Lampiri, Pondok Kelapa hingga daerah Halim. Sempat ada pemberitahuan dari
pihak PEMDA tentang perluasan jalan Kalimalang - Bekasi tapi sampai sekarang belum
terlaksana
[sunting] Usulan
untuk mensterilkan jalur busway dari para penyerobot pihak pengelola sudah memasang
beberapa portal di jalur tsb, tetapi dengan berjalannya waktu dan seperti biasa, dengan tidak
adanya pemeliharaan yang memadai, portal-portal tsb yang semula buka/tutupnya otomatis
menjadi manual, bahkan macet rusak! Apakah pernah dipikirkan/diusulkan untuk menggunakan
balok beton melintang ditengah jalur busway? Balok beton (semacam kansteen) ditanam
melintang dibagian awal jalur busway dgn menyisakan bagian terbuka dibagian roda bus kanan
dan kiri, sehingga bus dapat lewat tanpa menabrak balok beton. Tinggi balok beton dari muka
jalan harus lebih rendah sedikit dari tinggi bagian bawah/kolong bus, tetapi cukup tinggi untuk
bisa dilewati mobil sedan atau minibus tanpa merusak gardan/bagian bawah mobil. Memang
tidak 100% steril, tapi paling tidak akan mengurangi penyerobot sampai 80%, dan yg utama
adalah : free maintenance dan murah meriah!