You are on page 1of 28

Minggu, 21 Maret 2010

Tinjauan Yuridis Kasus PT. Sarijaya Permana Sekuritas

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pasar modal Indonesia dengan kegiatan jual-beli saham dan obligasi dimulai pada abad ke-19. Menurut
buku Effectengids yang dikeluarkan oleh Verreniging voor den Effectenhandel pada tahun 1939, jual beli
efek telah berlangsung sejak 1880. Pada tanggal 14 Desember 1912, Amserdamse Effectenbueurs
mendirikan cabang bursa efek di Batavia. Di tingkat Asia, bursa Batavia tersebut merupakan yang tertua
ke-empat setelah Bombay, Hongkong, dan Tokyo.

Kegiatan jual-beli saham dan obligasi pada sekitar awal abad ke-19 tersebut diawali dari kegiatan
pemerintah kolonial Belanda yang mulai membangun perkebunan secara besar-besaran di Indonesia.
Sebagai salah satu sumber dana yang digunakan untuk membiayai pembangunan tersebut adalah
menggunakan dana dari para penabung yang telah dikerahkan sebaik-baiknya. Para penabung
merupakan orang-orang Belanda dan Eropa lainnya yang penghasilannya sangat jauh lebih tinggi dari
penghasilan penduduk pribumi. Atas dasar itu kemudian pemerintahan kolonial mendirikan pasar
modal. Setelah mengadakan persiapan, maka berdirilah secara resmi pasar modal di Indonesia yang
terletak di Batavia (Jakarta) pada tanggal 14 Desember 1912 dan bernama Vereniging voor de
Effectenhandel (bursa efek) dan langsung memulai perdagangan saat itu juga.

Awal berdirinya pasar modal di Indonesia (Batavia) hanya terdapat 13 anggota bursa yang aktif (lebih
bersifat seperti makelar), antara lain :

1. Fa. Dunlop & Kolf;

2. Fa. Gijselman & Steup;

3. Fa. Monod & Co.;

4. Fa. Adree Witansi & Co.;

5. Fa. A.W. Deeleman;

6. Fa. H. Jul Joostensz;

7. Fa. Jeannette Walen;

8. Fa. Wiekert & V.D. Linden;


9. Fa. Walbrink & Co; Wieckert & V.D. Linden;

10. Fa. Vermeys & Co;

11. Fa. Cruyff; dan

12. Fa. Gebroeders.

Sedangkan Efek yang diperjual-belikan, antara lain :

1. Saham dan obligasi perusahaan atau perkebunan Belanda yang beroperasi di Indonesia;

2. Obligasi yang diterbitkan pemerintah (propinsi dan kotapraja);

3. Sertifikat saham perusahaan-perusahaan Amerika yang diterbitkan oleh kantor administrasi di negeri
Belanda; dan

4. Efek perusahaan Belanda lainnya.

Perkembangan pasar modal di Batavia tersebut begitu pesat sehingga menarik masyarakat kota lainnya
untuk bergabung. Untuk menampung minat tersebut, maka pemerintah kolonial juga resmi mendirikan
bursa pada tanggal 11 Januari 1925 di kota Surabaya dan 1 Agustus 1925 di kota Semarang. Anggota
bursa di Surabaya pada waktu itu, antara lain :

1. Fa. Dunlop & Koff;

2. Fa. Gijselman & Steup;

3. Fa. V. Van Velsen;

4. Fa. Beaukkerk & Cop; dan

5. N. Koster.

Sedangkan anggota bursa di Semarang pada waktu itu, antara lain :

1. Fa. Dunlop & Koff;

2. Fa. Gijselman & Steup;

3. Fa. Monad & Co, Fa. Companien & Co; dan

4. Fa. P.H. Soeters & Co.

Perkembangan pasar modal di Indonesia pada waktu itu cukup menggembirakan. Hal tersebut terlihat
dari nilai efek yang tercatat yang mencapai NIF 1,4 milyar (jika di indeks dengan harga beras yang
disubsidi pada tahun 1982, nilainya adalah sekitar 7 triliun Rupiah) yang berasal dari 250 macam efek.
Namun kondisi tersebut tidak dapat dipertahankan pada permulaan tahun 1939 ketika keadaan politik di
Eropa sedang menghangat dengan semakin memuncaknya kekuasaan Adolf Hitler di Jerman dan
sebagian wilayah Eropa. Melihat keadaan tersebut, pemerintah Hindia Belanda kemudian mengambil
kebijaksanaan untuk memusatkan perdagangan efeknya di Batavia dan menutup bursa efek di Surabaya
dan Semarang. Kondisi tersebut juga tidak berlangsung lama, pada tanggal 17 Mei 1940 secara
keseluruhan kegiatan perdagangan efek ditutup dan dikeluarkan peraturan yang menyatakan bahwa
semua efek-efek harus disimpan dalam bank yang ditunjuk oleh pemerintah Hindia Belanda. Penutupan
ketiga bursa efek tersebut sangat mengganggu likuiditas efek, menyulitkan para pemilik efek, dan
berakibat pula pada penutupan kantor-kantor pialang serta pemutusan hubungan kerja. Selain itu juga
mengakibatkan banyak perusahaan dan perseorangan enggan menanam modal di Indonesia. Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa pecahnya Perang Dunia II menandai berakhirnya aktivitas pasar modal
pada zaman penjajahan Belanda.

Pasca kemerdekaan Republik Indonesia, pada tahun 1950 pemerintah Indonesia mengeluarkan obligasi
Republik Indonesia, hal tersebut menandakan mulai aktifnya pasar modal Indonesia. Pada tanggal 31
Juni 1952, bursa efek di Jakarta (pada zaman penjajahan merupakan bursa efek Batavia) dibuka kembali.
Penyelenggaraan bursa tersebut kemudian diserahkan kepada Perserikatan Perdagangan Uang dan
Efek-Efeknya (PPUE). Namun pada tahun 1958, terjadi kelesuan dan kemunduran perdagangan di bursa
sebagai akibat konfrontasi pemerintah Indonesia dengan Belanda.

Pemerintahan di masa Orde Baru kemudian berusaha untuk mengembalikan kepercayaan rakyat
terhadap nilai mata uang Rupiah. Pemerintah melakukan persiapan khusus untuk membentuk pasar
modal kembali. Pada tahun 1976, pemerintah membentuk Badan Pembina Pasar Modal (Bapepam) dan
PT. Danareksa. Hal tersebut menunjukkan keseriusan pemerintah untuk membentuk pasar uang dan
pasar modal. Pada tanggal 10 Agustus 1977, berdasarkan Keppres RI No. 52 Tahun 1976, pasar modal
diaktifkan kembali. Perkembangan pasar modal selama tahun 1977–1987 mengalami kelesuan. Pada
tahun 1987-1988, pemerintah menerbitkan paket-paket deregulasi. Paket deregulasi ini, antara lain :

1. Paket Desember 1987 (Pakdes 87);

2. Paket Desember 1988 (Pakto 88); dan

3. Paket Desember 1988 (Pakdes 88).

Penerbitan paket deregulasi di atas menandai lahirnya liberalisasi ekonomi Indonesia. Dampak dari
adanya ketiga kebijakan tersebut adalah pasar modal Indonesia menjadi aktif hingga sekarang.

Struktur pasar modal di Indonesia pada tingkat tertinggi berada pada Menteri Keuangan yang menunjuk
Bapepam sebagai lembaga pemerintah yang melakukan pembinaan, pengaturan, dan pengawasan pasar
modal. Sedangkan bursa efek bertindak sebagai pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem
atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek pihak lain dengan tujuan untuk
memperdagangkan efek di antara mereka.

Marak dan rumitnya kegiatan pasar modal menuntut adanya perangkat hukum yang mengatur agar
pasar dapat lebih teratur, adil, dan tidak merugikan para pihak. Dengan demikian, hukum pasar modal
harus mengatur segala segi yang berkenaan dengan pasar modal. Di Indonesia, terdapat Undang-
Undang Pasar Modal, yaitu Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Menurut undang-
undang tersebut, Bapapem diberi kewenangan sebagai pengawas dan memiliki otoritas penyelidikan
serta penyidikan.

Aktivitas pasar modal Indonesia dewasa ini telah menjadi salah satu potensi perekonomian nasional dan
memiliki peranan yang penting dalam menumbuh-kembangkan perekonomian nasional. Dukungan
sektor swasta juga telah menjadi kekuatan nasional sebagai dinamisator aktivitas perekonomian
nasional. Namun sayangnya, pasar modal di Indonesia masih didominasi oleh pemodal asing. Idealnya
dalam pasar modal perlu ada keseimbangan antara pemodal asing dengan pemodal dalam negeri.
Beberapa pihak di Indonesia juga masih menganalogikan pasar modal dengan arena judi, bukan sebagai
sarana investasi, hal ini kemudian mengakibatkan peningkatan fluktuasi dan merugikan investor
minoritas.

Indonesia dulu memiliki dua bursa efek, yaitu Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES),
yang masing-masing dijalankan oleh perseroan terbatas. Pada September 2007, BEJ dan BES
digabungkan (merger) menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI). Melalui merger ini diharapkan dapat makin
memberikan peluang bagi perusahaan-perusahaan untuk bergabung dan meramaikan pasar modal
Indonesia. Keuntungan yang diperoleh melalui penggabungan tersebut adalah, biaya pencatatan
menjadi lebih murah, karena hanya mencatatkan saham secara single listing, sudah terakreditasi pada
BEI. Sedangkan bagi anggota bursa, dengan menjadi anggota bursa atau pemegang saham BEI mereka
dapat langsung menembus pasar. Bagi investor penggabungan ini menjadikan makin banyaknya pilihan
investasi, karena tidak ada lagi pembedaan pasar BES dan BEJ, karena produk investasi ditawarkan
dalam satu atap yaitu BEI.

Pembangunan nasional merupakan pencerminan kehendak untuk terus menerus meningkatkan


kesejahteraan dan kemakmuran rakyat secara adil dan merata. Di bidang ekonomi sasaran
pembangunan jangka panjang kedua adalah terciptanya perekonomian yang mandiri dan handal, dalam
rangka mencapai sasaran tersebut diperlukan berbagai sarana penunjang antara lain berupa tatanan
hukum yang mendorong menggerakkan dan mengandalkan berbagai kegiatan pembangunan di bidang
ekonomi, diantaranya adalah ketentuan di bidang pasar modal yang pada saat ini masih didasarkan pada
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995, dengan adanya peraturan tersebut diharapkan pasar modal
Indonesia dapat berkembang dalam iklim yang lebih kondusif, artinya keberpihakan hukum itu tidak lain
untuk melindungi kepentingan investor di pasar modal dari praktek curang dan kejahatan pasar modal
pada umumnya.

Implementasi keberpihakan hukum atas kepentingan investor, pelaku pasar seperti emiten, perusahaan
efek, dan pelaku pasar yang lain, wajib menjalankan prinsip-prinsip keterbukaan informasi dalam segala
aspek ekonomis yang berlangsung di pasar. Oleh karena itu peranan dari Bapepam sebagai satu-satunya
lembaga otoritas di pasar modal menjadi sangat penting untuk memberikan efektifitas dalam
pengawasan di bidang pasar modal.
Berdasarkan hal tersebut, maka berbagai masalah yang ada untuk kemudian diselesaikan salah satunya
adalah, upaya-upaya apakah yang perlu dilakukan untuk memberikan perlindungan hukum terhadap
kepentingan investor dari pelanggaran dan kejahatan pasar modal di Indonesia?

Transaksi efek cukup rentan terhadap tindakan pelanggaran dan kejahatan yang dilakukan pihak-pihak
yang tidak bertanggungjawab serta hanya berorientasi pada keuntungan semata tanpa memperhatikan
prinsip fairness dalam berbisnis. Untuk mengantisipasi adanya pelanggaran dan kejahatan tersebut,
maka diperlukan pembaruan peraturan perundang-undangan dan ketegasan dalam penegakan hukum
serta peningkatan fungsi pengawasan, karena keberadaan pasar modal yang didasarkan atas undang-
undang yang baik diharapkan dapat memberikan kontribusi yang lebih besar dalam pembangunan
ekonomi di Indonesia, sehingga adanya kepastian hukum tidak lain adalah untuk melindungi
kepentingan investor di pasar modal agar terhindar dari praktek curang dan kejahatan pasar modal pada
umumnya. Selain itu pelaku pasar dalam bertransaksi juga wajib menjalankan prinsip-prinsip
keterbukaan informasi dalam segala aspek ekonomis yang berlangsung dipasar, dimana hal tersebut
sangat dibutuhkan sebagai bahan pertimbangan dalam berinvestasi.

Terkait dengan kejahatan di bidang pasar modal, pada awal tahun 2009 muncul dua berita ekonomi
terhangat di Indonesia yang memuat informasi adanya bank terkenal dan broker saham di Indonesia
yang melakukan penggelapan dana nasabahnya, yaitu kasus Bank Century dan Sarijaya Sekuritas. Kasus
Bank Century bermula dari kalah kliringnya bank tersebut di Bank Indonesia. Karena Bank Century
mengalami kesulitan likuiditas, pemerintah akhirnya mengambil alih Bank Century melalui Lembaga
Penjamin Simpanan (LPS), walaupun masalah likuiditas merupakan hal yang wajar, terutama dalam krisis
finansial, tetapi ada beberapa hal yang ditanyakan investor, termasuk kaitan dengan reksadana
Antaboga dan lain-lain. Sedangkan kasus Sarijaya Sekuritas bermula dari tindakan penggelapan dana
nasabah dengan cara pembuatan rekening gelap yang dilakukan untuk bertransaksi saham. Komisaris
utama sekaligus pemiliknya adalah yang dituduh oleh Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
Keuangan (Bapepam-LK) sebagai dalang dibalik penggelapan ini.

Kasus penggelapan yang dilakukan oleh Bank Century dan Sarijaya Sekuritas telah merugikan konsumen
serta menciderai kepercayaan nasabah bank dan investor di Indonesia, apalagi dalam keadaan sistem
perbankan dan pasar saham global yang sedang terpuruk. Yang teramat sayang untuk dikatakan adalah
bahwa Sarijaya Sekuritas merupakan salah satu broker besar yang dipercaya nasabah/investor selama
ini. Bahkan dalam beberapa milis yang ada, Sarijaya Sekuritas merupakan broker yang cukup banyak
direkomendasikan oleh para investor yang sudah terlebih dahulu berinvestasi di pasar saham.

Kasus Sarijaya Sekuritas (secara lebih lengkap disebut dengan PT. Sarijaya Permana Sekuritas) awalnya
terjadi dari tindakan presiden komisaris dan pemilik tunggalnya yang secara ilegal menggunakan dana
yang dimiliki oleh 8.700 nasabahnya sebesar 245 milyar Rupiah untuk membeli saham dan memberi
pinjaman dana melalui 17 rekening baru yang fiktif. Pada intinya, dana nasabah yang seharusnya
dibelikan saham sesuai instruksi para nasabah dan dicatat oleh Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI)
justru digunakan oleh pemilik Sarijaya Sekuritas untuk melakukan transaksi pribadinya. Berikut juga
muncul dugaan jika pemilik meminjamkan dana tersebut dengan jaminan saham. Hal tersebut kemudian
berakibat panjang ketika pasar saham sedang terpuruk peminjam dana justru menunggak dan pemilik
Sarijaya Sekuritas mengalami kerugian besar karena nilai saham yang dijamin merosot tajam.

Kasus penggelapan dana nasabah Sarijaya Sekuritas oleh komisaris utama sekaligus pemilik tunggalnya
telah menghancurkan kepercayaan para investor lokal pasar modal terhadap perusahaan sekuritas. Jika
kepercayaan para investor pasar modal sudah hancur, maka akan sangat sulit dan butuh waktu yang
lama untuk membangun kembali kepercayaan masyarakat untuk kembali berinvestasi di pasar modal.
Karena kasus ini, para perusahaan sekuritas lain bekerja keras untuk meyakinkan para nasabahnya agar
tetap berinvestasi dan tidak menarik dananya.

Terjadinya kasus Sarijaya Sekuritas sungguh disesalkan, karena hingga saat ini Bapepam dan otoritas
bursa lainnya tengah berupaya keras mendorong perkembangan investor ritel lokal, dengan adanya
kasus ini investor mudah pergi dari pasar modal. Perlu diingat juga bahwa komisaris utama sekaligus
pemilik tunggal Sarijaya Sekuritas adalah orang yang sudah cukup lama di pasar modal, sehingga banyak
pihak yang tidak menyangka dan menyesalkan kenapa yang bersangkutan melakukan hal tersebut.

Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia (Mabes Polri) dan Bapepam-LK memiliki pendapat yang
berbeda untuk kasus Sarijaya Sekuritas, apakah masuk kedalam kejahatan pasar modal atau pidana
umum. Mabes Polri menyatakan bahwa kasus ini masuk kedalam kejahatan pasar modal sehingga perlu
ditindak sesuai dengan Undang-Undang Pasar Modal. Sedangkan Bapepam-LK menganggap kasus ini
bukan termasuk kejahatan pasar modal, melainkan pidana umum, yaitu penggelapan dan pencucian
uang.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan dua permasalahan sebagai
berikut :

1. Apakah kasus sarijaya sekuritas termasuk dalam kejahatan di bidang pasar modal?

2. Bagaimanakah peran Bapepam-LK dalam menyelesaikan kasus Sarijaya Sekuritas?


BAB II

PEMBAHASAN

A. BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

1. Rincian Tugas Bappepam Versi Undang-Undang Pasar Modal

Undang- undang Pasar Modal memformulasikan kedudukan dan fungsi Bappepam secara multi formasi,
yaitu secara (1) pengaturan umum,(2) pengaturan terperinci,dan (3) pengaturan sporadis.

1. Pengaturan Umum

Secara umum, Undang undang Pasar Modal mengatur kewengan dan tugas Bapepam sebagai:

(a) Lembaga Pembina

(b) Lembaga Pengatur

(c) Lembaga Pengawas

Ketiga kewenangan tersebut haruslah dilaksanakan oleh Bapepam dengan tujuan terciptanya suatu asar
modal yang:

(a) Teratur

(b) Wajar

(c) Efisien
(d) Melindungi kepentingan pemodal dan masyarakat

Sementara itu, pelaksanaan kewenangan Bapepam sebagai lembaga pengawas dapat dolakukan secara:

(a) Preventif, yakni dalam bentuk aturan, pedoman, bimbingan dan pengarahan, dan

(b) Represif, yalni dalam bentuk pemeriksaan, penyidikan dan penerapa sanksi-sanksi.

Fungsi Bapepam sepeti tersebut apabila dapat dilaksanakan dengan benar, sebenarnya memang sudah
sesuai dengan prinsip prinsip hukum pasar modal secara global. Sebab, dimana-mana yang namanya
otoritas pasar modal, seperti juga SEC di USA itu, selalu mempunyai 3 fungsi utama yaitu :

(1) Fungsi Rule Making. Dalam hal ini otoritas pengawas dapat membuat aturan- aturan main untuk
pasar modal.fungsinya seperti ini juga disebut fungsi Quasi Legislative Power. Jadi merupakan
kewenangan legislative.

(2) Fungsi Adjudicatory. Ini merupakan fungsi otoritaspengawas untuk melakukan funfgsinya sebagai
quasi judicial power.jadi meru[pakan kewenangaqn judicial seperti yang dilakuka oleh suatu badan
peradilan. Termasuk ke dalam fungsi ini misalnya megadili dan memecat atau mencabut ijin ataupun
melarang pihak-pihak tertentu di pasar modal untuk ikut berpartisipasi dalam keiatan-kegiatan pasar
modal.

(3) Fungsi Investigatory- Enforcemant. Fungsi ini membuat otoritas pengawas mempunai wewenang
investigasi dan enforcement. Dan ini dilakukan dengan memberikan kepada Bapepam kewenangan
penyelidikan dan penyidikan, yang membuatnya menjadi semacam polisi khusus.

2. Pengaturan Terperinci

Pengaturan tentang kewenangaqn Bapepam secara terperinci dapat diketemukan dalam pasal 5 UUPM
no.8 tahun 1995, yaitu sebagai berikut:

(1) Memberikan izin usaha kepada para pelaku pasar modal, dalam hal ini kepada :

a. Bursa Efek, Lembagfa Kliring dan Penjaminan, Lembaga Penyipanan dan Penyelesaian m, Reksa Dana,
Perusahaan Efek, penasihat Investasi,dan Biro Administrasi Efek.

b. Izin orang perseorangan bagi wakil Penjamin Emisi Efek, Wkil Perantara,Pedagang Efek, dan Wakil
Manajer Investasi.

c. Persetujuan bagi Bank Kustodian.

(2) Mewajibkan pendaftaran profesi penunjang pasar modal ( notaries,konsultan hukum,akuntan dan
penilai) dan Wali Amanat.

(3) Menetapkan persyaratan dan ata cara pencalonan dan memberhentikan untuk sementara komisaris
dan/atau direksiserta menunjuk manajemen sementara Bursa Efek, lembaga Penyimpanan dan
Penyelesaian sampai dengan dipilihnya komisaris dan/atau direksi yang baru.
(4) Menentukan persyaratan dan prosedur pernyataan pendaftarn serta menyertakan , menunda
ataumembatalkan efektifnya pernyataan pendaftaran.

(5) Melakukan pemeriksaan dan penyelidkan terhadapsetia[p pihak dalam hal terjadinya peristiwa yang
diduga merupakan pelanggaraqn terhadap UUPM atau peraturan perUU pelaksanaan lainnya.

(6) Mewajibkan setiap pihak yang bersangkutan untuk:

a. menghentikan aatau memperbaiki iklan atau promosi yang berhubungan dengan kegiatan pasar
modal: atau.

b. Mengambil langkah –langkah yang diperlukan untuk mengatasi akibat yang mnculdari iklan atau
promrsi tersebut.

(7) Melakukan pemeriksaan terhadap:

a. setiap emiten atau perusahaan public yang telah atau diwajibkan menyampaikan pernyataan
pendaftaran kepada Bapepam.

b. Pihak yang dipersyaratkan mempunyai izin usaha. Izin orang perseorangan, persetujuan, atau
pendaftaran profesi berdasarkan Undang undang ini.

(8) Menunjuk pihak lain untuk melakukan pemerksaan tertantu dalam rangka pelaksanaan wewenang
Bapepam sebagaimana dimaksud dalam poin (7) tersebut di atas.

(9) Mengumumkan hasil pemeriksaan.

(10) Guna kepentingan pemodal, membatalkan dan membekukan pencatatan suatuefek pada suatu
bursa efek atau menghentikan transaksi Bursa Efek tertentu untuk jangka waktu tertentu.

(11) Menghentikan kegiatan perdagangan Bursa Efek untuk jangka waktu tertentu dalam hal keadaan
darurat.

(12) Memeriksa keberatan yang diajukan oleh pihak yang dikenakan sanksioleh Bursa Efek, Lembaga
Kliring dan Penjaminan, atau Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian serta memberikan keputusan
membatalkan atau menguatkan pengenaan sanksi dimaksud.

(13) Menetapkan biaya perijinan , persetujuan , pendaftaran, pemeriksaan dan penelitian serta biaya
lain dalam rangfka kegiatan pasar modal.

(14) Melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencegah kerugian masyarakatsebagai akibat
pelanggaran aas ketentuan dibidang pasar modal.

(15) Memberikan penjelasan lebih lanjut yang bersifat teknis atas perundang-undangan pasar modal.
(16) Menetapkan instrument lain sebagai efek selain dari Surat Pengakuan Utang, Surat Berharga
Komersial, Saham, Obligasi, Tanda Bukti Utang,Unit Penyertaan Kontrak Investasi Kolektif,KOnrak
Berjangka atas Efek, dan setiap Derivatif dari efek.

(17) Melakukan hal-hal lain yang diberikan berdasarkan UUPM.

Pengaturan Secara Sporadis

Selain kewenangan Bapepam seperti diatas, yaknibkewenangan yang bersifat umum dan kewenangan
terperinci, masih ada lagi kewenangan Bapepam yang lainyang tersebar secara sporadisnbaik diberikan
UUPM, yang pada prinsipnya merupakan penegasan atau pengejawantahanlebih lanjut dari
kwewenangan Bapepam seperti yang telah disebutkan diatas.

2. Kewenangan Bapepam Sebagai Lembaga Pemeriksa

Sebagai salah satu bentuk konkretisasi dari peran Bapepam sebagai lembaga pengawas adalah
kewenangan Bapepam untuk melakukan pemeriksaan. Yakni pemeriksaan terhadap setiap pihak yang
diduga melakukan atau terlibat dalam pelanggaran terhadap UUPM. Atau seperti yang dijelaskan dalam
PP No. 46 Tahun 1995 tentang tata cara pemeriksaan di Bidang Pasar Modal, bahwa yang dimaksud
pemeriksaan adalah kegiatan mencari, mengumpulkan , damn mengolah data dan/atau keterangan lain
yang dilakukan oleh pemeriksa untuk membuktikan ada atau tidaknya pelanggaran atas perundang-
undangan di bidang pasar modal.

Maka dalam rangka pelaksanaan tugasnya selaku lembaga pemeriksa tersebut, Bapepam dapat
melakukan hal-hal sebagai berikut:

(2) Meminta keterangan dan/atau konfirmasi dari pihak yang diduga melakukan atau terlibat dalam
pelanggaran terhadap perundang-undangan di pasar modal atau pihak lain jika dianggap perlu;

(3) Mewajibkan pihak yang diduga melakukan atau terlibat dalam pelanggaran terhadap perundang-
undangan di bidang pasar modal untuk melakukan atau tidak melakukan kegiatan tertentu.

(4) Memeriksa dan/atau membuat salinan terhadap catatan , pembukuan , dan/atau dokumen lain, baik
milik pihak yang diduga melakukan atau terlibat dalam peelanggaran perundang-undangan di bidang
pasar modal, ataupun pihak lain jika dianggap perlu.

(5) Menentukan syarat dan/atau mengizinkan pihakyang diduga melakukan atau terlibat dalam
pelanggaran terhadap perundang-undangan di pasar modal untuk melakukan tindakan tertentu yang
diperlukan dalam rangka penyelesaian kerugian yang timbul.

Suatu pemeriksaan oleh Bapepam baru dapat dilakukan jika:

(a) Terdapat laporan, pemberitahuan atau pengaduan dari pihak tertentu tentang adanya pelanggaran
atas peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal.
(b) Tidak dipenuhinya kewajiban yang harus dilakukan oleh pihak-pihak yang memperoleh perizinan,
persetujuan atau pendaftaran dari Bapepam atau pihak lain yang dipersyaratkan untuk menyampaikan
laporan kepada Bapepam , atau

(c) Terdapat petunjuk tentang terjadinya pelanggaran atas perundan-undangan di bidang pasar modal.

Dalam melakukan pemeriksaan , haruslah dipenuhi norma-norma yang disebut dengan norma
pemeriksaan , yang terdiri dari (1) norma pemeriksa yang menyangkut dengan pemeriksa,(2) norma
pemeriksaan yang menyangkut dengan pelaksanaan pemeriksaan,(3) norma pemeriksaan yang
menyangkut dengan pera pihak yang diperiksa.

3. Kewenangan Bapepam Sebagai Penyidik

Salah satu kewenangan Bapepam yang cukup spektakuler dan fantastis adalah kewenangan untuk
melakukan penyidikan di pasar modal. Kewenangan penyidikan ini juga merupakan pengejawantahan
dari peran Bapepam sebagai suatu lembaga pengawas. Kewenangan penyidikan ini dapat digunakan
oleh Bapepam apabila menurut pendapatnya telah terjadi pelanggaran terhadap Undang-undang di
bidang apasar modal, yang mengakibatkan kerugian bagi kepentingan pasar modal atau kepentingan
masyarakat.

Maka , dalam hal ini, sesuai dalam keentuan KUHAP, oleh Undang-undang Pasar Modal dibereikanlah
wewenang khusus sebagai penyidik terhadap pejabat pegawai negeri tertentu di lingkungan Bapepam.
Mereka inilah yang dalam praktek sering disebut Polisi Khusus (Polsus), yang memang dimungkinkan
oleh KUHAP. Pasal 6 ayat (1) hurup b dari KUHAP menentukan bahwa pejabat pegawai negeri sipil
tertentu dapat diberi wewenang khusus oleh unfdang-undang untuk menjadi penyidik.

Kedudukan dan kewenangannya sebagai lembaga penyidik bukanlah “terusan” dari kedudukannya
sebagai lembaga pemeriksa, melainkan merupakan kewenangan yang mandiri., karena itu, dapat saja
Bapepam langsung menggunakan kewenangan penyidikan (jika ada alas an untuk itu) tanpa harus
sebelumnya melakukan tindakan yang tergolong kedalam kewenangan pemeriksaan.

Selanjutnya , kewenangan penyidikan dari Bapepam ini dapat di perincikan sebagai berikut:

(1) Menerima laporan, pemberitahuan, atau pengaduan dari seseorang tentang adanya trindak pidana
di bidang pasar modal.

(2) Melakukan penelitian atas kebenaran laporan atau keterangan berkenaan dengan tindak pidana
dibidang pasar modal

(3) Melakukan penelitian terhaqdap pihak yang diduga melakukan atau terlibat dalam tindak pidana di
bidang pasar modal

(4) Memanggil, memeriksa, dan meminta keterangan dan barang bukti dari setiap pihak yang disangka
melakukan , atau sebagai saksi dalam tindak pidana dibidang pasar modal.
(5) Melakukan pemeriksaan atas pembukuan , catatan, dan dokumenlain berkenaan dengan tindak
pidana dibidang pasar modal.

(6) Melakukan pemeriksaan di setiap tempat tertentu yang diduga terdapat setiap barang bukti
pembukuan , pencatatan, dan dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap barang yang dapat
dijadikan barang bukti dalam perkara pidana di bidang pasar modal.

(7) Memblokir rekening pada bank atau lembaga keuangan lain dari pihak yang diduga melakukan atau
terlibat tindak pidana di bidang pasar modal.

(8) Meminta bantuan ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang pasar
modal.

(9) Menyatakan saat dimulai dan dihentikannya penyidikan.

(10) Mengajukan permohonan ijin kepada meteri untuk memperoleh keterangan dari bank tentang
keadaan keuangan dari tersangka pada bank sesuai dengan peraturan perundang-undangan di bidang
perbankan.

(11) Memberitahukan dimulainya penyidikan dan penyampaian hasil penyidikan kepada penuntut umu
sesuai dengan KUHAP.

(12) Meminta bantuan aparat penegak hukum lainnya.

B. LEMBAGA KLIRING DAN PENJAMINAN (LKP) DAN LEMBAGA PENYIMPANAN DAN PENYELESAIAN (LPP)

1. LEMBAGA KLIRING DAN PENJAMINAN (LKP)

Menurut Pasal 1 angka 8 Undang - Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (UUPM), Lembaga
Kliring dan Penjaminan (LKP) adalah pihak yang menyelenggarakan jasa kiring dan penyelesaian
Transaksi Bursa. berdasarkan UUPM maka PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI) didirikan untuk
menyediakan jasa kliring dan penjaminan penyelesaian transaksi bursa yang teratur, wajar dan efisien.

KPEI didirikan sebagai perseroan terbatas berdasarkan akte pendirian No. 8 tanggal 5 Agustus 1996 di
Jakarta oleh PT Bursa Efek Indonesia dengan kepemilikan 100% dari total saham pendiri senilai Rp 15
miliar. KPEI memperoleh status sebagai badan hukum pada tanggal 24 September 1996 dengan
pengesahan Menteri Kehakiman Republik Indonesia. Pada tanggal 1 Juni 1998, KPEI mendapat izin usaha
sebagai LKP berdasarkan Surat Keputusan Bapepam No. Kep-26/PM/1998. (www.kpei.com, diakses pada
tanggal 13 Januari 2010).
Adapun ruang lingkup kegiatan KPEI adalah sebagai berikut ;

4. Ruang Lingkup Kegiatan Kliring

a. Melaksanakan kegiatan kliring atas semua transaksi Bursa untuk produk Ekuitas, Derivatif dan Obligasi
pada Bursa Efek di Indonesia.

b. Melaksanakan proses penentuan hak dan kewajiban Anggota Klirng yang timbul di Transaksi Bursa

4. Ruang Lingkup Kegiatan Penjaminan

a. Melaksanakan penjaminan penyelesaian Transaksi Bursa untuk produk ekuitas dan produk derivatif.

b. Memberikan kepastian dipenuhinya hak dan kewajiban bagi Anggota Kliring yang timbul dari transaksi
bursa. (www.kpei.com, diakses pada tanggal 13 Januari 2010).

Sekilas tentang Layanan KPEI

1. Jasa Kliring Transaksi Bursa

KPEI sebagai mitra pengimbang sentral (central counterparty) dalam kegiatan kliring dan penyelesaian
transaksi terhadap lebih dari 120 perusahaan Efek yang terdaftar di Bursa, berkewajiban untuk
menerapkan standard-standard internasional dalam proses otomatisasi proses kliring dan penyelesaian
transaksi bursa. Dengan demikian proses kliring, penyelesaian transaksi, dan penjaminan dapat berjalan
dengan lebih wajar, teratur, efisien sehingga dapat meminimisasi risiko penyelesaian transaksi bursa
baik saham maupun derivatif.

Proses kliring adalah suatu proses penentuan hak dan kewajiban Anggota Kliring yang timbul dari
Transaksi Efek yang dilakukannya di Bursa Efek dengan agar masing-masing Anggota Kliring mengetahui
hak dan kewajiban baik berupa Efek maupun uang yang harus diselesaikan pada tanggal penyelesaian
Transaksi Bursa.

2. Jasa Penjaminan

KPEI menyediakan jasa penjaminan penyelesaian Transaksi Bursa bagi Anggota Kliring yang bertransaksi
di BEI. Jasa penjaminan adalah jasa untuk memberikan kepastian dipenuhinya hak dan kewajiban
Anggota Kliring yang timbul dari Transaksi Bursa. Dengan kata lain fungsi penjaminan bertujuan
memberi kepastian terselenggaranya Transaksi Bursa bagi Anggota Kliring yang sudah memenuhi
kewajibannya, kepastian waktu penyelesaian, penurunan frekuensi kegagalan penyelesaian transaksi,
dan pada akhirnya meningkatkan kepercayaan investor untuk bertransaksi di pasar modal Indonesia.

Dalam fungsi penjaminan, KPEI bertindak sebagai mitra pengimbang / lawan (counterparty) bagi seluruh
Anggota Kliring yang bertransaksi di Bursa. Hal tersebut dimungkinkan dengan kliring secara netting
dengan novasi, sehingga masing-masing Anggota Kliring hanya berhubungan dengan KPEI dalam
penyelesaian Transaksi Bursanya. Dengan demikian risiko dari masing-masing Anggota Kliring diserap
oleh KPEI sehingga tidak menimbulkan gangguan lebih jauh terhadap pasar.
Penjaminan penyelesaian Transaksi Bursa adalah kewajiban KPEI untuk seketika dan langsung
mengambil alih tanggung jawab Anggota Kliring yang gagal memenuhi kewajiban yang terkait dengan
Transaksi Bursa yang dilakukannya. KPEI wajib menyelesaikan setiap kegagalan Anggota Kliring dalam
melakukan transaksi Bursa.

Melalui sistem e-CLEARS(r) (Electronic Clearing & Guarantee System) dan ARMS (Automated Risk
Monitoring System), KPEI mengendalikan risiko-risiko yang berpotensi mengakibatkan kegagalan
Transaksi Bursa.Adapun kegiatan pengendalian risiko yang dilakukan oleh KPEI tersebut meliputi:

1. Pemantauan Profil Risiko Keanggotaan

2. Pemantauan Modal Kerja Bersih disesuaikan (MKBD)

3. Penilaian & Pemantauan Agunan

4. Penentuan & Pemantauan Pembatasan Perdagangan (Trading Limit)

5. Pengelolaan Dana Jaminan

Jasa Pinjam Meminjam Efek

Hal ini bertujuan membantu Anggota Kliring untuk memenuhi kebutuhan Efek sementara untuk
menghindari terjadinya kegagalan penyelesaian Transaksi Bursa.

4. Jasa Terkait Pasar Modal Lain

Sesuai dengan ketentuan di dalam UUPM, KPEI dapat menawarkan jasa lain di lingkungan pasar modal.
(www.kpei.com, diakses pada tanggal 13 Januari 2010).

2. LEMBAGA PENYIMPANAN DAN PENYELESAIAN (LPP)

Pasal 1 angka 10 UU PM memberikan pengertian bahwa LPP adalah pihak yang meyelenggarakan
kegiata Kustodian sentral bagi Bank Kustodian, Perusahaan Efek, dan Pihak Lain. PT Kustodian Sentral
Efek Indonesia (KSEI) didirikan di Jakarta pada tanggal 23 Desember 1997 dan pada tanggal 11
November 1998 KSEI memperoleh izin usaha sebagai Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian dari
Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK). Sesuai dengan ketentuan UUPM,
KSEI berfungsi untuk menyediakan jasa kustodian sentral dan penyelesaian transaksi Efek yang teratur,
wajar, dan efisien. Pengertian Kustodian sendiri secara Otentik ditafsirkan oleh Pasal 1 angka 8 UUPM,
yang menyebutkan bahwa Kustodian adalah Pihak yang memberikan jasa penitipan Efek dan harta lain
yang berkaitan dengan Efek serta jasa lain, termasuk menerima deviden, bunga, dan hak-hak lain,
menyelesaikan transaksi Efek, dan mewakili pemegang rekening yang menjadi nasabahnya.
(www.ksei.com, diakses pada tanggal 13 Januari 2010).
Hingga 31 Desember 2007, saham KSEI dimiliki oleh Bank Kustodian sebesar 36%, Perusahaan Efek
33,5%, SRO (BEI dan KPEI) sebanyak 26,5%, dan Biro Administrasi Efek 4%. Bersama-sama dengan Bursa
Efek serta Lembaga Kliring dan Penjaminan, sejak 17 Juli 2000 KSEI berhasil melakukan terobosan baru
dengan mengimplementasikan perdagangan Efek tanpa warkat (scripless trading) di pasar modal
Indonesia. Scripless trading ini sangat bermanfaat bagi para pelaku pasar modal, antara lain:
meningkatkan faktor keamanan, mengurangi beban penyelesaian transaksi, mengurangi biaya dan
mempermudah serta mempercepat pendistribusian corporate action. Selain itu, untuk menciptakan
efisiensi di pasar modal dan mengantisipasi perkembangan pasar modal yang sangat dinamis, KSEI
memperkenalkan The Central Depository and Book Entry Settlement System atau lebih dikenal dengan
C-BEST. Sistem ini merupakan platform elektronik terpadu yang mendukung penyimpanan Efek tanpa
warkat dan penyelesaian transaksi Efek secara pemindahbukuan di pasar modal Indonesia. Melalui
peranan C-BEST, KSEI bersama-sama dengan PT Bursa Efek Indonesia (BEI) dan PT Kliring Penjaminan
Efek Indonesia (KPEI) menjadi bagian dari suatu tatanan komprehensif dan terpadu yang berfungsi
sebagai lembaga yang memberikan fasilitas untuk transaksi Efek yang transparan, efisien dan andal.
(www.ksei.com, diakses pada tanggal 13 Januari 2010).

Dalam transaksi keuangan, dikenal jargon technology creates its own market, yang diartikan bahwa
teknologi dalam pasar modal memegang peranan penting. Sebagai salah satu fasilitator dalam aktivitas
di pasar modal Indonesia, manajemen KSEI senantiasa melakukan pengembangan teknologi terhadap
sektor ini. Sejak diluncurkan pada bulan Juli 2000, total aset yang tercatat di C-BEST (data per 31
Desember 2007) sebesar Rp 1.298,25 triliun. Untuk mendukung layanan jasa KSEI yang semakin variatif,
KSEI juga terus melakukan pengembangan dan penyempurnaan terhadap sistem teknologi informasi.
Misalnya, implementasi Real Time Straight Through Processing Connection. Melalui fasilitas ini, C-BEST
mampu berkomunikasi secara host to host connection dengan sistem back office Pemegang Rekening.
Sehingga, keterlibatan manusia dalam pengiriman dan penerimaan message akan semakin berkurang.
Rencana implementasi The Central Fund Settlement System (C-TRUST) juga tidak lepas dari fokus KSEI.
Melalui sistem ini, proses transaksi Reksa Dana bisa dilakukan dengan cepat, aman dan efisien.
(www.ksei.com, diakses pada tanggal 13 Januari 2010).

Mekanisme Transaksi Efek di Bursa (Bahan Kuliah Mata Kuliah Hukum Pasar Modal Prof. Nindyo
Pramono)

Perusahaan Efek

Bank Kustodian

Perusahaan Efek

Bank Kustodian
3. STRUKTUR KELEMBAGAAN PASAR MODAL

berdasarkan UU no. 8 Tahun 1995, PP No. 45 Tahun 1995, dan Kep. Menkeu No. 654 Tahun 1995 ( M.
Irsan Nasarudin, dkk. 2008 : 114)

LPP (KSEI) Bursa Efek Indonesia

LKP (KPEI)

Perusahaan Efek

Penjamin Emisi

(under writer) Perantara/ Pedagang

(broker) Manajer Investasi

(Investment Manajer)

Profesi Penunjang Lembaga Penunjang

Akuntan, Notaris, Penilai, Konsultan Hukum, Penasehat Investasi Kustodian, Badan Administrasi Efek,
Penanggung, Pemeringkat Efek, Wali Amanat
C. KEJAHATAN DI BIDANG PASAR MODAL

Kejahatan di bidang pasar modal adalah kejahatan yang khas dilakukan oleh pelaku pasar modal dalam
kegiatan pasar modal. Pemerintah Indonesia melalui Bapepam berupaya keras untuk mengatasi dan
mencegah kejahatan di bidang pasar modal dengan berbagai cara, antara lain dengan menertibkan dan
membina pelaku pasar modal sebagai tindakan preventif, dan menuntaskan kejahatan di bidang pasar
modal sebagai tindakan represif. Tugas yang diemban Bapepam sangat berat, oleh karena itu Bapepam
diberi kewenangan untuk melakukan penyelidikan, pemeriksaan, penyidikan, sampai meneruskan
penuntutan kepada kejaksaan atas dugaan terjadinya kejahatan. Untuk kasus pelanggaran, Bapepam
memiliki kewenangan melakukan pemeriksaan, penyidikan, sampai pemberian sanksi administratif.

Pedoman melakukan kegiatan di bidang pasar modal diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995
tentang Pasar Modal. Undang-undang tersebut menggantikan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1952
yang menetapkan berlakunya Undang-Undang Darurat Nomor 13 Tahun 1951 sebagai Undang-Undang.
Undang-Undang Darurat tersebut diganti karena materinya sangat sumir dan sudah tidak sesuai dengan
kebutuhan pengembangan pasar modal dewasa ini.

Persoalan terjadinya kejahatan dan pelanggaran di pasar modal diasumsikan berdasarkan beberapa
alasan, antara lain: kesalahan pelaku, kelemahan aparat yang mencakup integritas dan profesionalisme,
serta kelemahan peraturan. Bapepam berkewajiban untuk selalu melakukan penelaahan hukum yang
menyangkut perlindungan dan penegakan hukum yang semakin penting. Dikatakan penting karena,
lembaga pasar modal merupakan lembaga kepercayaan, yaitu sebagai lembaga perantara (intermediary)
yang menghubungkan kepentingan pemakai dana dan para pemilik dana. Dengan demikian perangkat
perundang-undangan yang mengatur mengenai pasar modal diharapkan dapat memberi kontribusi
positif bagi penegakan hukum di dalam memberi jaminan dan kepastian hukum kepada pelaku pasar
modal.

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 telah menggariskan jenis-jenis tindak pidana dibidang pasar
modal, seperti penipuan, manipulasi pasar, dan perdagangan orang dalam. Selain menetapkan jenis-
jenis tindak pidana dibidang pasar modal, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 juga menetapkan sanksi
pidana denda dan penjara/kurungan bagi para pelaku dengan jumlah atau waktu yang bervariasi. Tindak
pidana dibidang pasar modal memiliki karekteristik yang khas, yaitu barang yang menjadi obyek adalah
informasi, selain itu pelaku tindak pidana tidak mengandalkan kemampuan fisik, tetapi kemampuan
untuk memahami dan membaca situasi pasar untuk kepentingan pribadi. Pembuktian tindak pidana
pasar modal juga sangat sulit, namun akibat yang ditimbulkan dapat fatal dan luas. Jenis-jenis tindak
pidana yang dikenal dibidang pasar modal, antara lain:

1. Penipuan

Penipuan menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Pasal 90 huruf c, adalah: membuat pernyataan
tidak benar mengenai fakta material atau tidak mengungkapkan fakta material agar pernyataan yang
dibuat tidak menyesatkan mengenai keadaan yang terjadi pada saat pernyataan dibuat dengan maksud
untuk menguntungkan atau menghindarkan kerugian untuk diri sendiri atau pihak lain atau dengan
tujuan memengaruhi pihak lain untuk membeli atau menjual efek.

Larangan tersebut ditujukan kepada semua pihak yang terlibat dalam perdagangan efek, bahkan turut
serta melakukan penipuan pun tak lepas dari jerat pasal ini. Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
(KUHP) Pasal 378 tentang penipuan, disebutkan bahwa penipuan adalah tindakan untuk
menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan cara:

(1) Melawan hukum;

(2) Memakai nama palsu atau martabat palsu;

(3) Tipu muslihat;

(4) Rangkaian kebohongan;

(5) Membujuk orang lain untuk menyerahkan barang sesuatu kepadanya atau supaya memberi utang
atau menghapuskan piutang.

Terkait dengan pengertian KUHP tentang penipuan, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 juga
memberikan beberapa spesifikasi mengenai pengertian penipuan, yaitu terbatas dalam kegiatan
perdagangan efek yang meliputi kegiatan penawaran, pembelian, dan/atau penjualan efek yang terjadi
dalam rangka penawaran umum, atau terjadi di bursa efek maupun diluar bursa atas efek emiten atau
perusahaan publik. Mengenai pengertian tipu muslihat atau rangkaian kebohongan sebagaimana
ditentukan dalam KUHP, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 menegaskan bahwa hal tersebut
termasuk membuat pernyataan yang tidak benar mengenai fakta material atau tidak mengungkapkan
fakta yang material.

2. Manipulasi Pasar

Manipulasi pasar menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Pasal 91 adalah, tindakan yang
dilakukan oleh setiap pihak secara langsung maupun tidak dengan maksud untuk menciptakan
gambaran semu atau menyesatkan mengenai perdagangan, keadaan pasar, atau harga efek di bursa
efek. Otoritas pasar modal mengantisipasi setiap pihak yang memiliki kapasitas dan kapabilitas dalam
hal modal dan teknologi atau sarana yang kemungkinan bisa melakukan penggambaran sedemikian rupa
sehingga pasar memahami dan merespon gambaran tersebut sebagai suatu hal yang benar. Beberapa
pola manipulasi pasar, antara lain:

(1) Menyebarkan informasi palsu mengenai emiten dengan tujuan mempengaruhi harga efek
perusahaan yang dimaksud di bursa efek (false information). Misalnya, suatu pihak menyebarkan rumor
bahwa emiten A akan segera dilikuidasi, pasar merespon kemudian harga efeknya jatuh tajam di bursa;

(2) Menyebarkan informasi yang menyesatkan atau tidak lengkap (misinformation). Misalnya, suatu
pihak menyebarkan rumor bahwa emiten B tidak termasuk perusahaan yang akan dilikuidasi oleh
pemerintah, padahal emiten B termasuk yang diambil alih oleh pemerintah.

Harga efek di pasar modal sangat sensitif terhadap suatu peristiwa dan informasi yang berkaitan, baik
secara langsung maupun tidak dengan efek tersebut. Informasi merupakan pedoman pokok para
pemodal untuk mengambil keputusan terhadap suatu efek. Jika informasi tersebut tidak dilindungi oleh
hukum sebagai informasi yang benar, bagaimana kegiatan perdaganyan pasar modal bisa berjalan?
Informasi yang dihembuskan oleh pihak tertentu dapat menimbulkan dampak pada pasar, akibatnya
harga efek bisa naik atau turun. Begitu telah ada konfirmasi bahwa informasi itu benar, maka gejolak
pasar akan berhenti dan berjalan normal kembali.

Transaksi yang dapat menimbulkan gambaran semu adalah transaksi efek yang tidak mengakibatkan
perubahan kepemilikan atau penawaran jual/beli efek pada harga tertentu dimana pihak tertentu telah
bersekongkol dengan pihak lain yang melakukan penawaran jual/beli efek yang sama pada harga yang
kurang lebih sama. Motif dari manipulasi pasar antara lain untuk meningkatkan, menurunkan, atau
mempertahankan harga efek. Dalam praktik perdagangan efek internasional dikenal beberapa kegiatan
yang dapat digolongkan sebagai manipulasi pasar, yaitu:

(1) Marking the Close

Marking the close adalah, merekayasa harga permintaan atau penawaran efek pada saat atau
mendekati penutupan perdagangan dengan tujuan membentuk harga efek atau harga pembukaan yang
lebih tinggi pada hari berikutnya.

(2) Painting the Tape


Painting the tape adalah, kegiatan perdagangan antara rekening efek satu dengan rekening efek lain
yang masih berada dalam penguasaan satu pihak atau memiliki keterkaitan sedemikian rupa sehingga
tercipta perdagangan semu. Pada dasarnya painting the tape mirip dengan marking the close, namun
dapat dilakukan setiap saat.

(3) Pembentukan harga berkaitan dengan merger, konsolidasi, atau akuisisi

Pasal 55 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas menentukan bahwa,
pemegang saham yang tidak menyetujui rencana merger, konsolidasi, atau akuisisi berhak meminta
kepada perseroan untuk membeli saham dengan harga yang wajar. Pemegang saham dapat
memanfaatkan ketentuan ini untuk kepentingan pribadi melalui tindakan manipulasi pasar.

(4) Cornering the Market

Cornering the market adalah, membeli efek dalam jumlah yang besar sehingga dapat menguasai atau
menyudutkan pasar. Praktiknya dapat dilakukan dengan short selling, yaitu menjual efek dimana pihak
penjual belum memiliki efeknya. Hal ini dapat dilakukan karena bursa efek menetapkan jangka waktu
penyelesaian transaksi T+3 (penjual wajib menyerahkan efeknya pada hari ke-3 setelah transaksi). Jika
penjual gagal menyerahkan efek pada T+3, maka yang bersangkutan harus membeli efek tersebut di
pasar tunai yang biasanya lebih mahal dari harga di pasar regular. Pelaku dapat mengambil keuntungan
dari situasi tersebut dengan melakukan cornering the market, yaitu membeli dalam jumlah besar efek
tertentu dan menahannya sehingga akan banyak penjual yang mengalami gagal serah efek dan terpaksa
membeli di pasar tunai yang sudah dikuasai oleh pelaku.

(5) Pools

Pools merupakan penghimpunan dana dalam jumlah besar oleh sekelompok investor dimana dana
tersebut dikelola oleh broker atau seseorang yang memahami kondisi pasar. Manager dari pools
tersebut membeli saham suatu perusahaan dan menjualnya kepada anggota kelompok investor tersebut
untuk mendorong frekuansi jual-beli efek sehingga dapat meningkatkan harga efek tersebut.

(6) Wash Sales

Order beli dan jual antara anggota asosiasi dilakukan pada saat yang sama dimana tidak terjadi
perubahan kepemilikan manfaat atas efek. Manipulasi tersebut dilakukan dengan maksud bahwa
mereka membuat gambaran dari aktivitas pasar dimana tidak terjadi penjualan atau pembelian yang
sesungguhnya.

(7) Perdagangan Orang Dalam (Insider Trading)

Pelaku perdagangan orang dalam dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: pihak pertama yang
mengemban kepercayaan secara langsung maupun tidak dari emiten atau perusahaan publik atau
disebut juga pihak yang berada dalam fiduciary position, dan pihak kedua yang menerima informasi
orang dalam dari pihak pertama (disebut juga tippees).
Pihak yang termasuk golongan pertama, antara lain: komisaris, direktur, pegawai, pemegang saham
utama emiten atau perusahaan publik, orang perseorangan yang karena kedudukan atau profesi atau
hubungan usahanya dengan emiten memungkinkan orang tersebut memperoleh informasi orang dalam.

Kemungkinan terjadinya perdagangan dengan menggunakan informasi orang dalam dapat dideteksi dari
ada atau tidaknya orang dalam yang melakukan transaksi atas efek perusahaan dimana yang
bersangkutan menjadi orang dalam. Selain itu dapat pula dideteksi dari adanya peningkatan harga dan
volume perdagangan efek sebelum diumumkanya informasi material kepada publik terkait dengan
terjadinya peningkatan atau penurunan perdagangan yang tidak wajar. Perdagangan orang dalam
memiliki beberapa unsur, antara lain:

a. Adanya perdagangan efek;

b. Dilakukan oleh orang dalam perusahaan;

c. Adanya inside information;

d. Informasi itu belum diungkap dan dibuka untuk umum;

e. Perdagangan dimotivasi oleh informasi itu;

f. Bertujuan untuk mendapatkan keuntungan.

Kasus perdagangan orang dalam diidentikkan dengan kasus pencurian, bedanya bila pada pencurian
konvensional yang menjadi obyek adalah materi milik orang lain, maka pada perdagangan orang dalam
obyek pencurian tetap milik orang lain tapi dengan menggunakan informasi yang seharusnya milik
umum, sehingga pelaku memperoleh keuntungan dari tindakannya. Pada pencurian konvensional yang
menderita kerugian adalah pihak pemilik barang, sedangkan pada kasus perdagangan orang dalam, yang
menderita kerugian begitu banyak dan luas, mulai dari lawan transaksi hingga kepada pudarnya
kewibawaan regulator dan kredibilitas pasar modal. Kalau kredibilitas pudar, maka kepercayaan
masyarakat terhadap pasar modal juga akan pudar.

D. Kasus Posisi

Terdakwa Herman Ramli bersama dua Direksi PT Sarijaya Permana Sekuritas dianggap penuntut umum
telah melakukan tindak pidana penggelapan/penipuan, dan pencucian uang. Akibat ulah ketiga
terdakwa, 13.074 nasabah menderita kerugian sebesar Rp. 235,6 milyar.

Berawal dari perbuatan Herman yang secara bertahap memerintahkan stafnya, Setya Ananda, untuk
mencari nasabah nominee pada tahun 2002. Sampai tahun 2008, sudah terhimpun 17 nasabah nominee
yang sebagian besar adalah pegawai grup perusahaan Sarijaya. Kemudian, dibukakanlah ketujuhbelas
nasabah nominee ini rekening.

Rekening itu digunakan Herman untuk melakukan transaksi jual/beli saham di bursa efek. Namun,
karena dana dalam rekening 17 nasabah nominee ini tidak mencukupi untuk melakukan transaksi, maka
Herman meminta Lanny Setiono (stafnya) untuk menaikkan batas transaksi atau Trading Available (TA).
Lalu, Lanny menindak-lanjutinya dengan memerintahkan bagian informasi dan teknologi (IT) untuk
memproses kenaikan TA 17 nasabah nominee tersebut.

Tapi, untuk menaikkan TA, sebelumnya harus mendapat persetujuan dari para direksi Sarijaya, yaitu
Teguh, Zulfian, dan Yusuf Ramli, Direktur Utama Sarijaya. Walau mengetahui dana yang terdapat pada
rekening ketujubelas nasabah nominee tidak mencukupi, para direksi tetap memberikan persetujuan
untuk menaikkan TA. Sehingga, Herman dapat melakukan transaksi jual/beli saham di bursa efek.
Padahal, transaksi yang dilakukan Herman, tanpa sepengetahuan atau order dari para nasabah.

Selama kurang lebih enam tahun, Herman melakukan transaksi jual/beli saham dengan menggunakan
rekening ketujuhbelas nasabah nominee. Dan untuk membayar transaksi itu, Herman medebet dana
13074 nasabah yang tersimpan di main account Sarijaya

Apabila diakumulasikan, pemilik 60 persen saham perusahaan sekuritas (Sarijaya) ini telah
mempergunakan dana sekitar Rp214,4 miliar, termasuk di dalamnya modal perusahaan sebesar Rp5,77
miliar. Oleh karena itu, Herman dianggap telah melakukan tindak pidana penggelapan/penipuan, dan
pencucian uang yang merugikan 13074 nasabah Sarijaya sekitar Rp235,6 miliar.

Mabes Polri dan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) mempunyai
pendapat yang berbeda untuk kasus ini. Polri menyatakan kasus Sarijaya masuk dalam ranah pasar
modal, dan perlu ditindak sesuai dengan UU Pasar Modal.

Sedangkan Bapepam-LK menganggap kasus ini bukan pelanggaran pasar modal, melainkan kategori
pidana umum, yakni penggelapan dan pencucian uang.

E. Analisa Hukum Atas Kasus Posisi

Dari Kasus Posisi diatas maka adapun fakta hukum yang bisa disimpulkan yakni :

1. Adanya 17 Rekenening Fiktif yang terdapat di PT. Sarijaya Permana Sekuritas

2. 17 Rekenaing Fiktif itu dibuka oleh Herman Ramli sebagai Komisaris PT Sarijaya Permana Sekuritas
dan sebagai pemegang saham terbesar
3. Dana yang dimasukan dalam 17 rekening fiktif itu berasal dari dana nasabah PT Sarijaya Permana
Sekuritas dengan cara mendebet 13074 rekening nasabah

4. Adanya perintah dari Herman Ramli kepada stafnya untuk menaikkan batas transaksi agar bisa
melakukan transaksi

5. Adanya persetujuan dari direksi untuk menaikkan batas tarnsaksi tersebut

Permasalahan yang muncul dalam kasus PT Sarjaya Permana Sekuritas ini yakni bahwa oleh BAPEPAM-
LK dianggap sebagai kejahatan Pidana Umum dan bukan kajahatan pasar modal sehingga kasus ini
diserahkan kepada pihak kepolisian untuk melakukan penyidikan. Dari kenyataan diatas maka alangkah
baiknya jika permasalahan PT Sarijaya Permana Sekuritas ini coba kami tinjau dari sudut pandang
Undang-Undang Pasar Modal khususnya yang menyangkut Kejahatan Pasar Modal.

Seperti diutarakan sebelumnya bahwa Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 telah menggariskan jenis-
jenis tindak pidana dibidang pasar modal, seperti penipuan, manipulasi pasar, dan perdagangan orang
dalam. Selain menetapkan jenis-jenis tindak pidana dibidang pasar modal, Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1995 juga menetapkan sanksi pidana denda dan penjara/kurungan bagi para pelaku dengan
jumlah atau waktu yang bervariasi.

Dari beberapa jenis kejahatan pasar modal sebagaimana diutarakan diatas maka jika kita hubungkan
dengan kasus yang dialami oleh PT Sarijaya Permana Sekuritas maka akan lebih mengarah ke kejahatan
pasar moda yang berupa penipuan sebagaimana diatur dalam pasal 90 Undang-Undang nomor 8 Tahun
1995 yang isinya atara lain :

Dalam kegiatan perdagangan Efek, setiap Pihak dilarang secara langsung atau tidak langsung:

a. menipu atau mengelabui Pihak lain dengan menggunakan sarana dan atau cara apa pun;

b. turut serta menipu atau mengelabui Pihak lain; dan

c. membuat pernyataan tidak benar mengenai fakta yang material atau tidak mengungkapkan fakta
yang material agar pernyataan yang dibuat tidak menyesatkan mengenai keadaan yang terjadi pada saat
pernyataan dibuat dengan maksud untuk menguntungkan atau menghindarkan kerugian untuk diri
sendiri atau Pihak lain atau dengan tujuan mempengaruhi Pihak lain untuk membeli atau menjual Efek.

Namun seperti kita ketahui dalam sistem pembuktian pidana maka suatu kejahatn atau tindak pidana
dapat terbukti jika memenuhi unsur-unsur pidana selain itu mengingat jika dikaji maka pasal ini
merupakan delik materiil maka perlu untuk dijelaskan unsur-unsur pidana ang terkandung dalam pasal
90 tersebut. Menurut hemat kami maka ada beberpa unsur dalam pasal 90 diatas yakni :

1. Unsur Kegiatan Perdagangan Efek

Dalam penjelasan pasal 90 dikatakan bahwa yang dimaksud dengan “kegiatan perdagangan Efek” dalam
Pasal ini adalah kegiatan yangmeliputi kegiatan penawaran, pembelian, dan atau penjualan Efek yang
terjadi dalam rangkaPenawaran Umum, atau terjadi di Bursa Efek, maupun kegiatan penawaran,
pembelian dan ataupenjualan Efek di luar Bursa Efek atas Efek Emiten atau Perusahaan Publik

2. Unsur Setiap Pihak

Yang dimaksud dengan pihak dalam undang-undang pasar modal khususnya pasal 1 angka 23 yakni
orang perseorangan, perusahaan usaha bersama, asosiasi atau keompok terorganisasi.

3. Unsur menipu atau mengelabui pihak lain

Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Pasal 378 tentang penipuan, disebutkan bahwa
penipuan adalah tindakan untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan cara:

(6) Melawan hukum;

(7) Memakai nama palsu atau martabat palsu;

(8) Tipu muslihat;

(9) Rangkaian kebohongan;

(10) Membujuk orang lain untuk menyerahkan barang sesuatu kepadanya atau supaya memberi utang
atau menghapuskan piutang.

Selain pengertian penipuan dalam pasal 378 KUHP, adapun oleh beberapa ahli yang memberikan
pendapatnya bahwa yang dimaksud dengan penipuan di bidang pasar modal yakni sebagaimana
dimaksud dalam pasal 9 huruf c yakni membuat pernyataan tidak benar mengenai fakta material atau
tidak mengungkapkan fakta material agar pernyataan yang dibuat tidak menyesatkan mengenai
keadaan yang terjadi pada saat pernyataan dibuat dengan maksud untuk menguntungkan atau
menghindarkan kerugian untuk diri sendiri atau pihak lain atau dengan tujuan memengaruhi pihak lain
untuk membeli atau menjual efek.

4. Unsur dengan menggunakan cara atau sarana apapun

Cara yang dimaksudkan jalan untuk melakukan sesuatu sedangkan sarana yang dimaksudkan yakni
segala sesuatu yg dapat dipakai sbg alat dl mencapai maksud atau tujuan

Dari unsur-unsur pidana sebagaimana dimaksud dalam pasal 90 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995
maka akan kita analisa lebih lanjut dihubungkan dengan fakta hukum yang terdapat dalam kasus PT
Sarijaya Permana Sekuritas yakni :

1. Unsur Kegiatan Perdagangan Efek

Unsur kegiatan perdagangan efek yang terjadi dalam kasus PT Sarijaya Permana Sekuritas yakni
Tindakan Herman Remli sebagai komsaris PT Sarijaya Permana Sekuritas yang melakukan transaksi efek
baik penjualan maupun pembelian efek dengan menggunakan dana nasabah yang didebet dalam 17
rekening fiktif. Dengan demikian unsur kegiatan perdagangan efek telah terbukti

2. Unsur setiap pihak

Unsur setiap pihak yang dimaksudkan dalam kasus ini yakni Herman Ramli sebagai orang perorangan.
dengan demikian unsur setiap pihak telah terbukti

3. Unsur menipu atau mengelabui pihak lain

Unsur menipu atau mengelabui pihak lain yakni membuat pernyataan tidak benar mengenai fakta
material yang berupa 17 rekening fiktif dan melakukan transaksi saham untuk dengan tujuan
mendapatkan keuntungan. Pihak-pihak lain yang ditipu yakni BAPEPAM-LK sebagai pengawas maupun
Para SRO dan pihak nasabah sendiri yang dananya telah didebet pada 17 Rekening Fiktif tersebut.
Dengan demikian nsur menipu atau mengelabui pihak lain telah terbukti.

4. Unsur menggunakan cara atau sarana apapun

Adapun cara yang digunakan Herman Ramli untuk melakukan tindak pidana pasar modal ini yakni
dengan membuka 17 rekening fiktif dan mendebet dana 13074 rekening nasabah PT sarijaya permana
sekuritas dan menaikkan batas transaksi untuk dapat melakukan transaksi sebagaimana mestinya.

Selain itu Herman Ramli juga menggunakan sarana yakni memanfaatkan jabatannya sebagai komisaris
dan pemegang saham terbesar pada PT. Sarijaya Permana Sekuritas untuk memerintahkan stafnya
menaikkan batas transaksi dan meminta direksi untuk menyetujui penaikkan batas transaksi tersebut.
Dengan demikian unsur menggunakan cara atau sarana apapun telah terbukti.

Sebagai salah satu bentuk konkretisasi dari peran Bapepam sebagai lembaga pengawas adalah
kewenangan Bapepam untuk melakukan pemeriksaan. Yakni pemeriksaan terhadap setiap pihak yang
diduga melakukan atau terlibat dalam pelanggaran terhadap UUPM. Dalam kasus PT. Sarijaya Permana
Sekuritas indikasi kejahatan yang dilakukan oleh komisaris Herman Ramli sehingga peran bapepam
harus diawali dengan melakukan tindakan pemeriksaan berupa meminta konfirmasi dari pihak pihak
terkait yag diduga melakukan pelanggaran terhadap undang-undang pasar modal dan peraturan
pelaksananya selanjutnya dari tahap itu dilanjutkan ke tahap berikutnya yakni penyidikan, jika berkas
penyidikan telah lengkap maka bisa dilimpahkan kepada kejaksaan untuk melakukan penuntutan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang diperoleh dari pembahasan diatas yakni :


1. Bahwa Kasus PT. Sarijaya Permana Sekuritas dapat dikategorikan sebagai kejahatan pasar modal yakni
penipuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 90 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995.

2. Bahwa Peran Bapepam-LK dalam penyelesaian kasus ini yakni harus melakukan tindakan pemeriksaan
dan penyidikan serta memberikan sanksi administratif.

B. Saran

1. Bahwa dalam kasus PT Sarijaya Permana Sekuritas ini Bapepam-LK bisa berkoordinasi dengan pihak
kepolisian maupun SRO (LPP, LKP, dan Bursa Efek Indonesia), namun kewenangan pemeriksaan dan
penyidikan tetap berada pada Bapepam-LK.

2. Bahwa Bapepam-LK seharusnya bisa melakukan pengawasan yang lebih ketat mengingat kejahatan
yang dilakukan oleh komisaris PT Sarijaya Permana Sekuritas telah berlangsung lama namun baru
diketahui akhir tahun 2008.

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku-buku

Nasarudin, et all, 2008, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, Kencana, Jakarta
B. Peraturan Perundang-undangan

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995, tentang Pasar Modal.

C. Internet

www.bapepam.go.id

www.bphn.go.id,

www.kabarindonesia.com

www.ksei.com

www.vibizdaily.com

You might also like