Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Lipid merupakan komponen organik yang umumnya tidak larut di dalam air. Di dalam
tubuh, lipid berfungsi sebagai sumber cadangan energi, komponen struktur sel, sintesis
hormon dan salah satu perlindungan tubuh.
Apolipoprotein Fungsi
1
Apo C-II Aktivasi lipoprotein lipase (LPL)
Apo C-III Inhibisi LPL, aktivasi LCAT, inhibisi uptake kilomikron dan
VLDL remnant
Apo E
Ligan untuk reseptor Apo E hepatik dan reseptor LDL selular
Apo (a)
Mirip plasminogen, antifibrinolisis
Diuraikan menjadi
VLDL 0,940- B-100 Trigliserida Hati
LDL
1,006
LDL B-100 Kolesterol Hati
Mengangkut
1,006- ester
kolesterol ke sel-sel
1,063
Fosfolipid tubuh
HDL A-I Usus,
hati Mengangkut
1,063- kolesterol menuju
1,210 hati
a. Kilomikron
Kilomikron dibentuk di mukosa usus, berperan dalam transpor lemak dari usus ke
hati. Komponen utama kilomikron adalah trigliserida, sedangkan apolipoprotein
dominan sebelum kilomikron masuk ke sirkulasi adalah Apo B-48, Apo A-I, Apo A-II,
dan Apo A-III.
2
Kilomikron meninggalkan usus melalui sistem limfatik dan masuk ke sistem
sirkulasi melalui vena subclavian kiri. Di dalam pembuluh darah, kilomikron berikatan
dengan Apo C-II dan Apo E dari HDL plasma. Di dalam kapiler jaringan adiposa dan
otot, asam lemak yang terdapat dalam kilomikron dilepaskan dari trigliserida melalui
aktivitas lipoprotein lipase (LPL) yang terdapat di permukaan sel endotel. Sebagian
fosfolipid, Apo A dan Apo C ditransfer ke HDL. Kilomikron hasil penguraian oleh LPL
disebut kilomikron remnant, mengandung kolesterol, Apo E dan Apo B-48 yang akan
berikatan dengan reseptornya di hati.
Bagian asam lemak dari VLDL dilepaskan ke jaringan adiposa dan otot melalui cara
yang sama dengan kilomikron. Aktivitas LPL mengubah VLDL menjadi IDL dan
VLDL remnant, dimana IDL akan berubah menjadi LDL.
LDL dibentuk dari IDL yang kehilangan sebagian trigliseridanya akibat aktivitas
LPL, berperan dalam transpor kolesterol ke berbagai jaringan di dalam tubuh.
Komponen LDL terdiri dari kolesterol bebas, kolesterol ester, fosfolipid, trigliserida dan
Apo B-100 sebagai apolipoprotein utama. LDL masuk ke dalam sel melalui proses
endositosis yang diperantarai oleh reseptornya. Proses ini terjadi terutama di hati,
adrenal dan jaringan adiposa. Di dalam sel, apoprotein diuraikan oleh enzim lisosom
dan kolesterol ester dihidrolisis oleh enzim netral cholesterol esters hydrolase (NCEH)
menjadi kolesterol bebas.
3
HDL disintesis di hati dan usus halus sebagai partikel yang kaya protein, berperan
dalam transpor kolesterol menuju hati. HDL terdiri dari kolesterol bebas, kolesterol
ester, fosfolipid, trigliserida dan apolipoprotein (Apo A-I, Apo C-I, Apo C-II dan Apo
E). Kolesterol bebas dalam HDL dan dari jaringan perifer diesterifikasi oleh LCAT
menjadi HDL3. Penambahan kolesterol dari jaringan ke HDL3 akan membentuk HDL2.
HDL2 juga dapat dibentuk dari katabolisme kilomikron dan VLDL. HDL 2 dapat
dikonversi kembali menjadi HDL3 oleh enzim hepatik lipase dan transfer kolesterol ke
hati.
Kolesterol ester yang berasal dari makanan diabsorpsi oleh mukosa usus dalam bentuk
kolesterol bebas. Di dalam sel mukosa usus, kolesterol bebas diubah menjadi kolesterol ester
dengan bantuan enzim ACAT. Kolesterol ester ini kemudian bergabung dengan trigliserida
yang berasal dari makanan membentuk kilomikron. Kilomikron meninggalkan usus ke dalam
sistem sirkulasi, kemudian diuraikan oleh LPL di sel endotelial pembuluh darah menjadi
kilomikron remnant, trigliserida, fosfolipid, Apo C, Apo A dan kolesterol ester. Trigliserida
dibawa ke jaringan adiposa dan otot sebagai cadangan makanan, kilomikron remnant
berikatan dengan reseptor LDL di hati, sedangkan fosfolipid, Apo C, Apo A dan kolesterol
ester ditransfer ke HDL. Di hati, kolesterol ester dari kilomikron remnant dihidrolisis menjadi
kolesterol bebas oleh enzim NCEH dan di dalam lisosom diubah kembali menjadi kolesterol
ester oleh enzim ACAT. Kolesterol ester bergabung dengan trigliserida membentuk VLDL.
VLDL kemudian meninggalkan hati dan masuk ke sistem sirkulasi. Di dalam sistem sirkulasi,
VLDL diubah menjadi IDL oleh LPL dan kemudian menjadi LDL. IDL dan LDL yang
terbentuk di dalam pembuluh darah dapat masuk ke bagian endotel pembuluh darah atau
langsung kembali ke hati. LDL yang teroksidasi difagositosis oleh sel-sel makrofag. Di dalam
makrofag, kolesterol ester dihidrolisis menjadi kolesterol bebas. Kolesterol bebas dibawa ke
permukaan membran sel makrofag dan kemudian ditangkap oleh HDL. Kolesterol bebas
dalam HDL diubah dengan bantuan enzim LCAT menjadi kolesterol ester yang dibawa ke
hati.
4
BAB II
HIPERLIPIDEMIA
5
2.1 Definisi
Hiperlipidemia, lebih tepat disebut dislipidemia, adalah Kelainan metabolisme lemak
yang ditandai oleh peningkatan dari salah satu atau lebih dari:kolesterol, kolesterol ester,
posfolipid, dan trigliserida. Kelainan komponen lemak yang utama meliputi kenaikan kadar
kolesterol total dan kolesterol LDL (disebut hiperkolesterolemia), kenaikan kadar trigliserida
(disebut hipertrigliseridemia), serta penurunan kadar kolesterol HDL.
2.2 Etiologi
Secara umum penyebab hiperlipidemia adalah faktor genetik, mengkonsumsi makanan
tinggi lemak dan kolesterol, konsumsi alkohol, konsumsi makanan berkalori tinggi, penyakit
lain dan pengaruh obat-obatan.
a.Hiperlipidemia Primer
Merupakan gangguan metabolisme lipid yang diakibatkan oleh faktor genetik yaitu
kelainan gen tunggal yang diwarisi (monogenik) atau kombinasi faktor genetik dan
lingkungan sehingga terjadi kelainan (poligenik) pada komponen genetik yang
mengatur transfor lipoprotein seperti reseptor, apolipoprotein, enzim dan transpor
protein.
Hiperkolesterolemia
Hipertrigliseridemia
6
(sintesis VLDL tinggi, katabolisme
rendah)
Peningkatan kadar VLDL dan I&V
Defisiensi LPL familial Kilomikron
Hiperlipidemia campuran
Peningkatan kadar VLDL & LDL IIb
(gangguan konversi VLDL ke LDL)
Disbetalipoproteinemia
(defisiensi Apo EIII) Peningkatan VLDL & IDL, LDL III
normal
b. Hiperlipidemia Sekunder
Merupakan gangguan yang disebabkan oleh faktor tertentu seperti penyakit dan
obat-obatan (Tabel 4). Beberapa jenis penyakit penyebab hiperlipidemia :
1. Diabetus melitus
2. Hipotiroidisme
7
itu, bila penderita ini menjadi gemuk kaqrena kurangnya pemakaian energi oleh
jaringan perifer, maka kelebihan kalori ini akan merangsang hati untuk
meningkatkan produksi VLDL-trigliserida dan menyebabakan peningkatan
kadar trigliserida juga.
3. Sindrom nefrotik
4. Gangguan hati
5. Obesitas
Pada orang yang obesitas, karena kurangnya pemakaian energi oleh jaringan
perifer akan meyebabkan kelebihan kalori yang dapat merangsang hati untuk
menungkatkan produksi VLDL-trigliserida dan peningkatan trigliserida.
Penyebab
Penyakit Obat-obatan
8
anorexia nervosa, intermiten isotretionin, inhibitor
porphyria akut protease,siklosforin,
mirtazapin, sirolimus
Kelainan Prevalensi
Monogenik
b. Disbetalipoproteinemia 1 : 100
9
a. Defisiensi lipoprotein lipase < 1 : 100.000
Kemungkinan monogenik
1 : 500
1. Hipertrigliseridemia
1 : 300
2. Hiperlipoproteinemia multipel familial
Poligenik / sporadik
1. Hiperkolesterolemia
2. Hipertrigliseridemia
Ada juga klasifikasi berdasarkan konsentrasi lipoprotein, plasma kolesterol dan plasma
trigliserida yang pertama kali diusulkan oleh Fredrickson pada tahun 1967, yang
kemudian diperbaiki menjadi klasifikasi WHO tahun 1970 seperti tampak pada tabel
dibawah ini.
Kilomikron
Tipe Hiperlipidemia Rendah/nor
sisa&IDL Tinggi Tinggi Keruh
III Remnant mal
tinggi
10
Kilomikron& Hipertrigliserida Putih
Tipe V Tinggi Normal Tinggi
VLDL tinggi campuran susu
a. Tipe I
a. Tipe II
Tipe ini ditandai dengan peningkatan LDL yang dapat merupakan kondisi awal
(primer) ataupun kelanjutan (sekunder) dari kondisi hiperlipidemia lainnya.
Hiperlipoprotein primer disebabkan oleh beberapa kondisi genetik, sedangkan
hiperlipoprotein sekunder dapat disebabkan oleh endokrinopati (hipotiroid,
hipopituitari, diabetes melitus) dan biasanya dapat pulih dengan terapi hormon.
Tipe II terdiri atas 2 tipe yaitu hiperlipidemia tipe IIa dan IIb
1 Tipe IIa, ditandai dengan tingginya kadar LDL di dalam darah tapi kadar
VLDLnya normal. Tipe ini dapat disebabkan beberapa kondisi genetik yaitu
hiperkolesterol familial, defective apolipoprotein B familial, hiperkolesterolemia
poligenik.
2 Tipe IIb, ditandai dengan tingginya kadar LDL dan VLDL, kolesterol dan
trigliserida dalam darah. Tipe ini disebut kombinasi hiperlipidemia familial.
Penyakit ini disebabkan karena meningkatnya produksi hepatik Apo B
(merupakan protein utama pada LDL dan VLDL). Xanthoma pada tipe ini jarang
terjadi, tetapi tipe ini ditandai dengan predisposisi CAD (Coronary Artery
Disease) prematur.
a. Tipe III
11
Karakteristiknya yaitu meningkatnya kadar IDL dan VLDL remnant. Tipe ini terkait
dengan abnormalitas pada Apo E (merupakan petanda pengenalan oleh reseptor-
reseptor sel hati untuk menghilangkan kilomikron remnant) dan ketidaksempurnaan
konversi VLDL dalam plasma dan terjadi peningkatan kadar IDL. Kondisi ini dapat
pula terjadi pada hipotiroidisme. Gangguan ini terjadi lebih awal pada pria
dibandingkan pada wanita. Abnormalitas pada toleransi glukosa dan hiperurikemia
dapat terjadi.
a. Tipe IV
a. Tipe V
12
2.4 Prevalensi
Menurut WHO negara India merupakan negara terbesar dalam kematian yang
diakibatkan oleh penyakit jantung koroner.
Menurut National Health and Nutrition Examination Surveys (NHANES) III tahun
2000 Hiperlipidemia merupakan penyakit ketiga terbesar di amerika yang menyebabkan
kesakitan dan kematian setelah arthritis dan hipertensi.
13
Prevalensi orang kulit putih lebih besar dibanding orang kulit hitam.
Di Indonesia 448 per 100000 orang meninggal akibat PJK yang diakibatkan oleh
hiperlipidemia.
14
Pada kondisi kadar trigliserida yang sangat tinggi (800 mg/dl atau lebih) dapat menyebabkan
pembengkakan hati dan limpa serta simptom pankreatitis seperti sakit perut.
2.7 Komplikasi
Beberapa komplikasi penyakit yang menyertai hiperlipidemia:
F. Aterosklerosis
Menurut WHO, aterosklerosis didefinisikan sebagai kombinasi dari perubahan
intima arteri yang meliputi akumulasi penimbunan lemak dan karbohidrat yang diikuti
oleh terbentuknya jaringan fibrosis, kalsifikasi maupun perubahan pada lapisan
medianya.
Pada keadaan fisiologis, uptake LDL pada sel-sel perifer terjadi bila ada reseptor
LDL. Bila reseptor LDL ini kurang maka banyak LDL yang tidak tertangkap oleh
15
reseptor LDL. Akibatnya, kadar LDL akan meningkat dan akan lebih lama berada
dalam sirkulasi hingga kemungkinan teroksidasi lebih besar. LDL teroksidasi inilah
yang sangat aterogenik. Adanya sedikit LDL teroksidasi akan merekrut monosit ke
dalam dinding arteri dan mengubahnya menjadi makrofag. Makrofag mempunyai
potensi yang besar untuk mempercepat oksidasi LDL juga mengubah reseptor yang
biasanya memediasi uptake LDL ke dalam dinding arteri menjadi reseptor yang disebut
scavenger receptor yang tidak meregulasi kolesterol tersebut.
Proses terjadinya aterosklerosis dimulai dengan munculnya fatty streak pada intima.
Fatty streak adalah bercak-bercak yang terdiri dari sel-sel busa berisi lemak yang
menumpuk di intima. Pembentukan fatty streak:
1 Arteri yang normal terdiri dari tiga lapisan:
1. Lapisan intima
suatu lapisan tunggal yang terbentuk dari susunan endotel, yang kontak dengan
darah, berisi sel otot polos yang menyimpan matriks akstraseluler dan dikelilingi
oleh serabut kolagen dan serabut elastis.
2. Lapisan media
terdiri dari lapisan otot polos yang berisi kolagen dan kaya akan matriks
ekstraseluler yang elastin.
3. Lapisan adventitia
berisi syaraf, sel mast, serabut elastis dan kolagen serta pada serabut tersebut
terdapat juga sel otot polos, yang menghubungkan pembuluh dengan
lingkungannya.
Adhesi leukosit
16
Pada hiperkolesterolemia, adhesi leukosit mononuclear ke endotel luminal terlihat
lebih dini. Hal tersebut merupakn tahapan awal timbulnya luka pada arteri.
17
pada ginjal maka akan menyebabkan hipertensi. Stroke dan PJK merupakan dua
manifestasi klinik yang penting yang menyebabkan kematian tertinggi.
PJK mempunyai spektrum mulai dari bentuk asimptomatik hingga ditandai dengan
gejala meliputi angina pektoris, infark miokardial, atau serangan jantung. Pada angina
pektoris, terjadi ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan oksigen. Pada
kondisi ini ditandai dengan rasa nyeri pada dada kiri, terutama bila melakukan kegiatan.
Dada terasa sesak, tertekan, rasa nyeri yang menyebar sampai pundak dan lengan atas
bagian kiri. Gejala ini dapat terjadi pada saat istirahat jika terjadi penyumbatan pada
cabang pembuluh koroner lebih banyak.
Infark miokardial merupakan penurunan fungsi sel otot jantung sebagai akibat
kekurangan oksigen sebagai proses lanjut dari penyempitan pembuluh koroner. Pada
kondisi ini, terjadi ketidakseimbangan yang cukup besar antara kebutuhan dan suplai
oksigen yang menyebabkan kerusakan jaringan otot jantung yang lebih luas. Kondisi ini
dapat berkembang menyebabkan jantung tidak dapat memompa darah dan jantung tidak
dapat menyuplai oksigen yang diperlukan oleh tubuh sehingga terjadi kondisi yang
disebut gagal jantung. Jika terjadi gangguan pada otot utamanya dapat menyebabkan
serangan jantung.
h. Pankreatitis
i)Hiperlipidemia dapat merangsang secara berlebihan pelepasan enzim-enzim
pankreas. Enzim-enzim pankreas tersebut dapat mencerna organ pankreasnya sendiri
(otodigesti).
i. Hipertensi
j) Aterosklerosis yang disebabkan hiperlidemia dapat mengakibatkan pembuluh
arteri menyempit dan kehilangan fleksibilitasnya. Hal ini akan mengakibatkan
peningkatan tekanan darah dan memicu terjadinya hipertensi.
j. Diabetes Mellitus
k) Individu dengan diabetes mellitus memiliki kolesterol dan trigliserida plasma
yang tinggi. Buruknya sirkulasi ke sebagian besar organ menyebabkan hipoksia dan
cedera jaringan, merangsang reaksi peradangan yang berperan menimbulkan
aterosklerosis. Oleh karena patologi vaskular maka banyak pengidap diabetes yang
mengidap hipertensi.
18
2.8 Diagnosis
Pemeriksaan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, kolesterol HDL, dan trigliserida
direkomendasikan untuk dilakukan mulai usia lebih dari 20 tahun dan minimal sekali dalam 5
tahun. Pengukuran ini sebaiknya dilakukan setelah pasien berpuasa 12 jam atau lebih, karena
jumlah trigliserida dapat meningkat pada individu yang tidak berpuasa. Parameter lain yang
bisa dijadikan acuan untuk diagnosis adalah Apo A-1, Apo B, Lp (a), Small-Dense LDL,
Ox-LDL. Saat ini pemeriksaan profil lemak tidak hanya cukup dengan pemeriksaan
kolesterol dan trigliserida saja. Penambahan pemeriksaan Apo A-1, Apo B dan rasio Apo B /
Apo A-1 merupakan suatu keharusan dalam pemeriksaan profil lemak seseorang yang
berkaitan dengan gangguan metabolisme lemak. Apo A-1 dan Apo B merupakan parameter
yang lebih stabil dibandingkan dengan lemaknya sendiri karena kandungan lemak maupun
lipoprotein, densitas dan ukurannya selalu akan berubah. Lemak dan lipoprotein akan
dipengaruhi oleh umur dan diet, sedangkan Apo A-1 dan Apo B tetap akan konstan.
Pemeriksaan lipid pertama-tama dilakukan dengan pemeriksaan kadar kolesterol total,
trigliserida, dan standing plasma yaitu keadaan fisis setelah plasma disimpan dalam lemari es
selama semalam.
Setelah diketahui ketidaknormalam lipid, komponen utama yang harus dievaluasi
adalah sejarah (usia, jenis kelamin, jika wanita, siklus menstruasi dan perubahan estrogen).
Jika sejarah lengkap dan pemeriksaan fisik sudah dilakukan, harus diperhitungkan juga:
Ada atau tidaknya faktor resiko penyakit kardiovaskuler dan penyakit kardiovaskuler
pada pasien.
Sejarah keluarga adanya penyakit dini kardiovaskuler atau kelainan lipid.
Ada atau tidaknya penyebab sekunder hiperlipidemia, termasuk pengobatan yang
sedang dijalani.
Ada atau tidaknya nyeri abdomen, sejarah pankreatitis, penyakit ginjal/hati, penyakit
pembuluh darah perifer, aneurisme aorta abdomen, atau penyakit pembuluh otak
(stroke, iskemia).
Kolesterol Total :
<200 mg/dL Normal
200-239 mg/dL Resiko sedang
19
≥ 240 mg/dL Resiko tinggi
LDL :
< 100 mg/dL Optimal
100-129 mg/dL Mendekati optimal
130-159 mg/dL Batas tinggi
160-189 mg/dL Tinggi
≥ 190 mg/dL Sangat tinggi
HDL :
30-65 mg/dL Laki-laki
35-85 mg/dL Wanita
VLDL :
1-30 mg/dL Normal
Kilomikron :
Negatif Normal (setelah puasa selama 12 jam)
Trigliserida :
< 150 mg/dL Normal
150-199 mg/dL Batas tinggi
200-499 mg/dL Tinggi
≥ 500 mg/dL Sangat tinggi
Apo A-1
110-160 mg/dL Laki-laki
120-180 mg/dL Wanita
Apo B
45-120 mg/dL Laki-laki
45-110 mg/dL Wanita
Lp(a)
> 30 mg/dL Resiko tinggi
Rasio-rasio
Kolesterol / HDL Resiko tinggi (>5)
Apo B / Apo A-1
LDL/HDL Normal < 3,5
BAB III
PENANGANAN HIPERLIPIDEMIA
20
Pilar utama pengelolaan hiperlipidemia adalah upaya nonfarmakologi yang meliputi
modiflkasi diet, latihan jasmani serta pengelolaan berat badan. Tujuan utama terapi diet disini
adalah menurunkan resiko PJK dengan mengurangi asupan lemak jenuh dan kolesterol serta
mengembalikan kesimbangan kalori, sekaligus memperbaiki nutrisi. Perbaikan keseimbangan
kalori biasanya memerlukan peningkatan penggunaan energi melalui kegiatan jasmani serta
pembatasan asupan kalori. Pada umumnya hiperkolesterolemia atau hipertrigliseridemia
ringan masih dapat dikendalikan dengan hanya melakukan diet rendah lemak jenuh dan
rendah kalori. Namun pada kasus berat dan/atau bersifat herediter yang sering menyerang
pada usia muda, maka diet saja tentu kurang adekuat dan seharusnya digunakan obat-obat
antihiperlipidemia yang mampu mengendalikan kadar plasma kolesterol, trigliserida atau
keduanya dengan baik. Pengendalian ini dituntut seumur hidup, sehingga obat
antihiperlipidemiapun digunakan dalam jangka panjang pula. Pada umumnya intervensi obat
antihiperlipidemia ini adalah untuk memperkuat diet ketat lemak, atau individu yang memang
tidak memberikan respon dengan diet saja. Sebelum dimulai pengobatan, harus dipastikan
dulu penyebab timbulnya hiperlipidemia. Sebab hiperlipidemia sering terjadi akibat keadaan
patologis lainnya seperti diabetes mellitus, hipotiroidea atau alkoholisme.
a. Penanganan Non-farmakologi
Terapi Diet
Terapi diet dimulai dengan menilai pola makan pasien, mengidentifikasi makanan yang
mengandung banyak lemak jenuh dan kolesterol serta berapa sering keduanya dimakan.
Jika diperlukan ketepatan yang lebih tinggi untuk menilai asupan gizi, perlu dilakukan
penilaian yang lebih rinci, yang biasanya membutuhkan bantuan ahli gizi.Penilaian pola
makan penting untuk menentukan apakah harus dimulai dengan diet tahap I atau langsung
ke diet tahap ke II. Hasil diet ini terhadap kolesterol serum dinilai setelah 4-6 minggu dan
kemudian setelah 3 bulan.
21
Protein (% kalori) 15-20 15 – 20
Lemak (% kalori) < 30 < 30
Kolesterol mg/dl < 300 < 200
Lemak Jenuh (% kalori) < 10 <7
Latihan Jasmani
22
Dari beberapa penelitian diketahui bahwa latihan fisik dapat meningkatkan kadar HDL dan
Apo AI, menurunkan resistensi insulin, meningkatkan sensitivitas dan meningkatkan
keseragaman fisik, menurunkan trigliserida dan LDL, dan menurunkan berat badan. Setiap
melakukan latihan jasmani perlu diikuti 3 tahap :
Untuk mencapai keberhasilan TLC diperlukan suatu model pemantauan. Salah satu
contoh model pemantauan TLC dari ATP III ialah sebagai berikut;
23
Untuk pertama kalinya pasien disarankan untuk memulai terapi perubahan gaya hidup
yaitu dengan mengurangi asupan lemak jenuh dan kolesterol, melakukan kegiatan
olahraga intensitas sedang, disertai konsultasi dengan ahli gizi mengenai diet yang
dilakukan (diet tahap 1).
Setelah 6 minggu kemudian dilakukan pengukuran LDL (dibandingkan dengan
kunjungan pertama), kemudian dipertimbangkan meningkatkan asupan serat, dan
konseling diet tambahan. Bila kadar lipid darah yang diharapkan tidak tercapai setelah
bulan ke-3 maka dilakukan diet tahap 2.
Setelah 6 minggu dari kunjungan kedua, dilakukan pemeriksaan kembali terhadap
kadar LDL. Terapi farmakologi dapat dipertimbangkan apabila sasaran LDL tidak
tercapai. Pada saat itu, terapi sindrom metabolik sebaiknya dimulai dengan disertai
pengaturan berat badan dan kegiatan olahraga dilakukan secara intensif dan juga
konsultasi dengan ahli gizi tentang diet (bila belum dilakukan sebelumnya).
Setelah sasaran LDL tercapai, pemantauan terhadap ketaatan pasien dalam
menjalankan terapi perubahan gaya hidup ini sebaiknya dilakukan selama 4 sampai
6 bulan.
Diet rendah kolesterol dan rendah lemak jenuh akan mengurangi kadar LDL. Olah raga
juga bisa bisa membantu mengurangi kadar kolesterol LDL dan menambah kadar kolesterol
HDL.
b. Penanganan Farmakologi
Bila terapi Non Farmakologi tidak berhasil maka kita dapat memberikan bermacam-
macam obat antilipemika, tergantung dari jenis hiperlipidemia yang terjadi. Beberapa hal
yang perlu kita pertimbangkan adalah kemampuan dari pada obat obat tersebut dalam
mempengaruhi KHDL, Trigliserida, Fibrinogen, KLDL, dan juga diperhatikan pengaruh
atau efek samping dari pada obat-obat tersebut.
24
Antihipertrigliserida : Fibrat (Klofibrat, Gemfibrozil, Fenofibrat, Bezafibrat), Niacin,
Fish Oil.
Resin pengikat asam empedu biasanya berupa polymer senyawa amin kuartener yang
bersifat sebagai resin penukar ion. Resin yang bemuatan positif akan mengikat asam
empedu yang bermuatan negatif. Karena ukurannya yang besar, resin tidak akan diserap
dan bersama dengan asam empedu yang diikatnya dikeluarkan melalui feses. Karena
asam empedu dalam saluran pencernaan terbuang, sehingga lemak dari makanan juga
tidak terserap oleh tubuh. Pada fisiologi normal, 95 % asam empedu akan diserap
kembali. Dan karena asam empedu tersebut terbuang, akan merangsang sintesis asam
empedu dengan peningkatkan jumlah reseptor LDL hingga uptake LDL oleh sel-sel hati
(internalisasi) menjadi lebih banyak dengan akibat kadar LDL di dalam plasma akan
turun. Untuk menyeimbangi peningkatan jumlah reseptor LDL, maka akan terjadi
upregulation dari HMG-CoA reductase. Oleh karena itu penggunaan golongan Statin
sebagai inhibitor HMG-CoA reductase dapat meningkatkan efek resin.
Obat ini tidak memberikan efek pada pasien dengan hiperkolesterolemia familial
homozigot yang mempunyai reseptor yang tidak berfungsi, tetapi ia bermanfaat pada
pasien heterozigot dengan keadaan heterozigot yang dikombinasi dengan reseptor tidak
sempurna.
Kolestiramin
Kolestiramin adalah suatu anion ammonium kuartener penukar resin dengan inti
stiren. Gugus klorida kolestiramin dapat ditukar dengan anion lainnya, seperti garam
empedu dan lain-lain.
Mekanisme kerja :
Karena kolestiramin tidak diserap, maka setelah pemberian peroral, kolestiramin akan
mengikat garam empedu di dalam usus halus dan siap diekskresikan ke dalam feces,
sehingga ekskresi garam empedu meningkat 10 kali lipat (1-2 g/hari). Ekskresi garam dan
asam empedu menurunkan kadar asam empedu yang kembali ke hepar, yang berfungsi
menghambat enzim 7a-hidroksilase yang mengkonversi kolesterol menjadi asam empedu,
25
sehingga kolesterol banyak dipecah oleh hepar. Akibat meningkatnya katabolisme
kolesterol di dalam hepatosit ini, enzim-hidroksi-metilglutaril-CoA-reduktase (HMG CoA
reduktase) yang mensintesa kolesterol terangsang pula, tetapi pada keadaan normal
sintesa kolesterol ini lebih lambat dibanding pemecahannya, sehingga kolesterol dalam
plasma dan jaringan lain ditarik ke dalam hepar. Dengan demikian kolestiramin mampu
memobilisasi kolesterol dan menurunkan kadar LDL sebagai efek sekunder dari aktifnya
pula reseptor LDL hepatosit karena mobilisasi kolesterol oleh hepar akan merangsang
pembentukan reseptor LDL lebih banyak lagi oleh hepatosit itu sendiri.
Indikasi klinis :
merupakan obat pilihan tipe IIa hiperkolesterolemia; menunmkan sampai 25% kadar
kolesterol plasma dan menghilangkan santomata. Jika dikombinasikan dengan niacin,
efeknya makin kuat. Sayang efeknya untuk tipe IIa yang homozigot sedikit sekali, karena
tipe ini tidak memiliki reseptor LDL. Jangan diberikan pada tipe IV dan V, karena makin
meningkatkan VLDL.
Efek samping :
konstipasi yang dapat diatasi dengan pemberian laksansia, flaws yang dapat dicegah
dengan banyak minum dan makanan berserat, hipokloremik metabolik asidosis,
peningkatan ringan alkali fosfatase dan transaminase, pembentukan batu empedu tetapi
tidak signifikan, steatore karena meningkatnya buangan asam lemak rantai panjang,
hilangnya penyerapan vitamin A, D, Kepada dosis tinggi (30 g/hari).
Interaksi obat :
dapat mengganggu penyerapan digitoksin, fenobarbital, klorotiazid, fenilbutazon,
warfarin, asam flufenamat, asam mefenamat dan tetrasiklin. Dianjurkan obat-obat ini
diberikan 1 jam sebelum atau 4-6 jam sesudah pemberian kolestiramin.
Dosis : 16 - 32 g/hari dibagi dalam 4 dosis sebelum makan. Biaya perhari cukup mahal.
Kolestipol
Obat ini juga merupakan suatu anion penukar resin, sehingga efikasi, mekanisme
kerja, dan toksisitasnya sama dengan kolestiramin. Hanya menurunkan kadar kolesterol.
Dosis perhari dapat diberikan antara 12-25 g peroral dibagi dalam 4 dosis.
26
2. Inhibitor Kompetitif Reduktase HMG-CoA
Mekanisme Kerja :
Reduktase HMG-CoA merupakan perantara langkah awal biosintesis sterol. Statin
menginhibisi reduktase HMG-CoA dengan membentuk sejenis asam mevalonat cincin
terbuka. Inhibisi ini meyebabkan sintesis kolesterol terhambat, sehingga meningkatkan
ekspresi reseptor LDL dan menurunkan degradasi reseptor LDL. Efek tersebut
meningkatkan baik kecepatan katabolisme fraksional LDL maupun ekstraksi precursor
LDL oleh hati (VLDL sisa), sehingga mengurangi simpanan LDL plasma. Oleh karena
ekstraksi lintas pertama oleh hati dari obat tersebut besar, maka efek utamanya terjadi di
hati.
27
Kekuatan fluvastatin diduga sekitar separuh dari lovastatin, berdasar massa, dan diberikan
dalam dosis sebesar 10-40 mg sehari. Atorvastatin merupakan agen yang paling efektif
untuk pengobatan hiperkolesterolemia parah. Atorvastatin diberikan dalam dosis sebesar
5-80 mg sehari. Aktivitas penurun trigliserida-nya juga lebih besar daripada penghambat
reduktase lainnya, sehingga agen tersebut lebih bermanfaat untuk pengobatan pasien
dengan peningkatan trigliserida yang sedang. Statin seringkali menjadi pilihan utama
terapi penurunan LDL yang memiliki resiko PJK terkait dengan aktivitasnya dalam
memperbaiki fungsi endotel, destabilisasi plaque, dan antiinflamasi pada atherosclerosis.
Obat ini dapat menurunkan kolesterol dan trigliserida, dengan penurunan sangat nyata
untuk trigliserida. Efek ini berbeda dengan efeknya sebagai vitamin.
Mekanisme kerja :
28
efek hipolipidemiknya karena obat ini mampu menekan sekresi VLDL akibat
berkurangnya sintesa TG. Karena VLDL menurun, maka secara tidak langsung LDL juga
menurun, dan HDL yang mengandung apo A meningkat. TG menurun setelah 4 - 6 jam
minum obat, sedangkan kolesterol menurun setelah beberapa hari kemudian. Sintesa TG
oleh hepar menunun karena asupan asam lemak bebas dari sirkulasi berkurang akibat
penekanan niasin terhadap jaringan adiposa. Obat ini mudah diserap di semua bagian
saluran cerna. Ekskresi utama melalui urin.
Indikasi klinis :
sangat baik untuk tipe hiperlopiproteinemia yang ditandai dengan peningkatan kadar
VLDL dan LDL. Kolesterol dapat diturunkan 30%, sedangkan TG menurun sampai 60%.
Efek ini semakin baik bila dikombinasi dengan kolestiramin atau klofibrat.
Efek samping :
Kulit panas dan gatal sangat mengganggusekali pada pemakaian setelah 1-2 jam obat ini,
sehingga sering kali pasien berhenti minum obat. Sebenarnya efek ini menghilang sendiri
setelah beberapa lama; disebabkan oleh pelepasan prostaglandin yang dapat dicegah
dengan penambahan aspirin. Efek lain berupa perut kembung, gangguan fungsi hati,
menurunkan toleransi terhadap glukosa, glikosuria, hiperurisemia dan ikterus. Juga dapat
membangkitkan serangan disritmia jantung dengan fibrillasi atrial. Obat ini
dikontraindikasikan pada penderita penyakit hati, ulkus peptikum dan diabetes mellitus.
Dosis :
Dimulai dengan 50 -100 mg/hari dibagi dalam 3 dosis. Dosis ini dapat ditingkatkan
bertahap sampai 2,5 g/hari pada bulan I, 5 g/hari pada bulan II dan 7,5 g/hari pada bulan
III. Dengan dosis 5 g/hari diharapkan dapat mengatasi kasus famili hiperkolesterolemia
yang heterozigot.
29
4. Turunan Asam Fibrat
Mekanisme kerja turunan asam fibrat masih belum diketahui pasti. Diperkirakan
terkait dengan ikatan turunan asam fibrat dengan peroxisome proliferator-activated
reseptors (PPARs). Ikatan ini menstimulasi sintesis LPL, mereduksi ekspresi apoC-III,
dan meningkatkan ekspresi apoA-I dan apoA-II. Kenaikan LPL akan menyebabkan
kenaikan klirens lipoprotein kaya trigliserida, sedang reduksi ekspresi apoC-III
meningkatkan klirens VLDL. Peningkatan ekspresi apoA-I dan apoA-II menyebabkan
kenaikan HDL.
Turunan asam fibrat sering digunakan pada terapi tipe III hyperlipoproteinemia, atau
pasien dengan kadar VLDL yang tinggi, tetapi HDL rendah. Gagal ginjal dan kerusakan
hati merupakan kontraindikasi relatif bagi penggunaan turunan asam fibrat. Kelompok
besar turunan asam fibrat yang ada di pasaran antara lain Gemfibrozil, Fenofibrat, dan
klofibrat.
Klofibrat
Adalah suatu derivat asam isobutirat, yang oleh esterase serum menjadi asam klofibrat.
Mekanisme kerja :
Obat ini dapat merangsang enzim LPL sehingga bersihan VLDL meningkat yang berarti
menurunkan kadar TO. Selain itu karena menghambat sintesa kolesterol dalam hepar dan
merangsang sekresi kolesterol ke dalam empedu dan feces, obat ini dapat pula
menurunkan kadar kolesterol dan menarik cadangan kolesterol dalam jaringan. Efek ini
terbukti dari berkurangnya ukuran santoma pada kulit. Dengan dosis 2 X 500 mg kadar
puncak plasma 50-60 µg/ml dicapai dalam 6 jam. Masa paruh obat ini berkisar 15-20 jam.
Indikasi klinis :
sebagai obat terpilih untuk hiperlipoproteinemia tipe III karena dapat menghancurkan
partikel VLDL, sehingga kadar TG dan kolesterolnya menurun. Kemampuan menurunkan
kadar kolesterol bervariasi, oleh karena itu penggunaan untuk hiperkolesterolemia
familial masih dibatasi. Karena obat ini dapat pula meningkatkan LDL, jangan digunakan
untuk hiperlipoproteinemia tipe IV.
30
Efek samping :
berupa nyeri lambung, mual muntah, diare dan bertambahnya berat badan. Obat ini dapat
meningkatkan insiden kolelitiasis (2-3 X lipat) dan kematian akibat karsinoma karena
efek perangsangan sekresi empedu, sehingga penggunaannya sangat dibatasi. Juga pernah
dilaporkan timbulnya trombosis dan klaudikasio pada penderita yang menggunakan
klofibrat. Interaksi obat dapat meningkatkan aktifitas koumanin, sehingga dosis koumarin
hams diberikan separuhnya dan selalu diperiksa kadar protrombin.
Gemfibrozil
Obat ini juga merupakan derivat asam fibrat dengan mekanisme kerja yang mirip
klofibrat. Peningkatan bersihan VLDL dan penghambatan sintesa VLDL dalam hepar
dapat menurunkan kadarTG sampai 50%. Efek ini timbul karena menurunnya kadar asam
lemak bebas dan meningkatnya aktifitas enzim LPL. Pembentukan LDL dicegah dan
bersihannya ditingkatkan. Selain itu gemfibrozil juga dapat meningkatkan HDL yang
penting pada proteksi timbulnya PJK. Obat ini mudah diserap oleh saluran cerna dan
diekskresikan ke dalam urin secara utuh. Masa paruhnya sekitar 1,5 jam. Dosis yang
dianjurkan sekitar 1200 mg/hari dibagi dalam 2 dosis.
Indikasi klinis :
Sebaiknya obat ini diberikan bila ditemui hipertrigliseridemia berat, peninggian VLDL
seperti untuk tipe III, IV dan V hiperlipoproteinemia. Obat ini dapat juga menurunkan
LDL kolesterol pada hiperkolesterolemia.
Fenofibrat
Fenofibrat merupakan prodrug dan tidak mempunyai efek antilipemik hingga dihidrolosis
oleh jaringan dan plasma esterase sehingga menjadi bentuk aktif yaitu asam fenofibrat.
Fenofibrat mempunyai efek menurunkan kolesterol total, LDL, VLDL, trigliserida dan
Apo B, serta menaikkan kadar HDL , Apo A-I dan Apo A-II.
Mekanisme Kerja :
31
Mekanisme kerja Fenofibrat belum diketahui secara pasti tetapi diduga memiliki
aktivitas :
Meningkatkan pengeluaran partikel yang kaya akan trigeliserida.
Aktivasi lipoprotein lipase, menurunkan produksi Apo C-III yang merupakan
inhibitor lipoprotein lipase. seta meningkatkan lipolysis.
Aktivasi reseptor (peroxisome proliferator actvated receptor α) yang menginduksi
sintesis HDL, Apo A-I dan Apo A-II.
Fenofibrat kontraindikasi untuk penderita dengan kerusakan dan kelainan pada fungsi
ginjal, serta penderita yang hipersensitif terhadap obat ini.
Efek Samping :
Efek samping penggunaan fenofibrat antara lain :
kelainan fungsi hati ( meningkatkan AST/SGOT dan ALT/SGPT )
gangguan pada saluran pernafasan.
sakit pada perut, sakit punggung, sakit kepala, diare, konstipasi, peningkatan
pengeluaran kreatinin.
Toksisitas:
Pada penggunaan yang berlebih dapat menyebabkan efek toksisitas, diantaranya dapat
menyebabkan prankreatitis, selain itu dapat menyebabkan penurunan jumlah hemoglobin,
hematokrit dan leukosit sehingga dapat menyebabkan trobositopenia dan agranulositosis.
32
5. Obat-obat lain
Neomisin Sulfat
Obat ini adalah antibiotika golongan aminoglikosid yang dapat meningkatkan ekskresi
sterol netral dan sedikit asam empedu ke dalam feces, sehingga juga menurunkan
penyerapan kolesterol. Menurunnya asupan kolesterol akan merangsang pembongkaran
kolesterol yang terikat di jaringan yang akhirnya menurunkan kadar LDL. Efek obat ini
meningkat jika diberikan bersama kolestiramin atau kolestipol. Dengan dosis 2 g/hari,
kadar kolesterol menurun sekitar 25%.
Probukol
Efek samping berupa dispepsia, nyeri abdominal, mual muntah, flatulen, diane karena
peningkatan aliran empedu. Juga dapat memperpanjang interval Q-T dalam EKG.
Kombinasinya dengan klofibrat tidak begitu menguntungkan.
Dekstrotiroksin
Obat ini berefek primer sebagai antihiperlipidemia. Pada do-sis 4-8 mg/hari akan
merangsang enzim 7-a kolesterol hidroksilase yang memecah kolesterol menjadi asam
empedu, sehingga kadar kolesterol menurun. Juga merangsang pembentukan reseptor
LDL. Namun karena kasus kematian kardiovaskuler juga meningkat, maka penggunaan
obat ini dilarang.
33
Obat ini adalah suatu metabolit fungi yang sangat kuat menghambat HMG CoA
reduktase, sehingga dapat menekan sintesa kolestero120-30%; oleh karena itu
diasumsikan bahwa obat ini dapat merangsang pembentukan reseptor LDL hepar.
Kombinasinya dengan kolestiramin cukup baik untuk pengobatan hiperkolesterolemia
heterozigot familial yang sudah resisten.
Ezetimibe
Ezetimibe adalah sejenis obat baru berupa senyawa basa azetidione yang dapat
menurunkan lipid dan kolesterol diabsorpsi diusus dengan memblok dinding ususnya.
Ezetimibe mengalami glukoronidasi di usus dan senyawa aktif glukoronidnya
diekskresikan ke empedu oleh hati. Ezetimibe dapat mengurangi kolesterol LDL antara
15 – 20 % yang digunakan untuk monoterapi dan dapat mengurangi LDL pada pasien
dengan terapi statin yang tidak berhasil. Kombinasi statin dosis rendah dan 10 mg
ezetimbe dapat menurunkan LDL sampai 50%, yang hanya dicapai oleh simvastatin dosis
80mg. Dengan waktu paruh sekitar 22 jam, ezetimbe hanya diberikan sekali sehari dengan
dosis 10 mg
Tabel 13. Efek Terapi, Efek Samping dan Kontra Indikasi Obat Hiperlipidemia
Obat Efek Efek Samping Kontra Indikasi
Lipid / Lipoprotein
Inhibitor HMG- LDL ↓18-55 % Miopati, ↑ proses Absolut : penyakit hati
CoA Reduktase HDL ↑ 5-15 % enzimatis hati kronis & akut
TG ↓ 7-30 % Relatif : hipersensitif
statin
Resin Pengikat LDL ↓15-30 % Gangguan GI, Absolut :
Asam Empedu HDL ↑ 3-5 % Konstipasi, disbetalipoproteinemia,
TG Tidak Mengurangi TG>400 mg/dl
mengalami absorpsi obat lain Relatif : TG>200
perubahan mg/dl
Asam Nikotinat LDL ↓ 5-25 % Flushing, Absolut : penyakit hati
HDL ↑15-35 % Hiperglikemia, kronis, Gout
TG ↓20-50 % Hiperurikemia, Relatif : Diabetes,
Gangguan GI dan Hiperurikemia, tukak
Hepatotoksik peptik
Asam Fibrat LDL ↓ 5-20 % Dispepsia, Absolut : penyakit
34
HDL ↑10-20 % Gallstones, miopati ginjal dan penyakit hati
TG ↓20-50 %
35
If liver/renal dysfunction,
give 10mg QD
Nicotinic Acid Usual: 50-100mg BID & titrate up 1. lipid profile for
(Niacin®) Max: 3000mg QD response at 4
weeks
36
(Niaspan®) Max: 2000mg QD 6wk, 12wk,
6mo, 12mo
TERAPI KOMBINASI
Walaupun terapi awal dimulai dengan satu jenis obat, tetapi pemberian
kombinasi sangat memuaskan dengan penurunan LDL > 15% dan TG > 30%,
terutama untuk tipe IIa yang heterozigot. Niasin dan kolestiramin sangat efektif pada
hiperkolesterolemia familial (tipe IIb) dengan penurunan LDL sampai 55%. Penderita
yang tidak tahan dengan niasin dapat diganti dengan kombinasi neomisin dan
kolestiramin. Kombinasi HMD CoA reduktase mevinolin dengan kolestiramin sangat
efektif untuk tipe IIa, tapi efek kombinasi ini masih terus diteliti. Niasin dan klofibrat
atau gemfibrozil sangat efektif untuk hiperlipoproteinemia tipe IV dan V. Pada kasus
dysbetalipoproteinemia dengan kelainan konversi VLDL ke LDL dan tertimbunnya
37
VLDL yang aterogenik sebaiknya hanya diberikan klofibrat atau gemfibrozil saja.
Adapun beberapa kombinasi yang sering digunakan dalam pengobatan hiperlipidemia
adalah sebagai berikut :
38
mentralisasi asam, iritasi lambung yang disebabkan niacin pada beberapa
pasien menjadi berkurang apabila pasien tersebut mendapatkan obat
kombinasi tersebut. Obat tersebut dapat diberikan bersama, karena niacin
tidak terikat pada resin tersebut. Kadar LDL pada pasien dengan
hiperkolesterol lainnya familial heterozigot lazimnya dapat menjadi
normal dengan pemberian dosis harian sampai sebesar 6,5 g niacin dengan
24-30 g resin.
Niacin & Penghambat reduktase
Regimen tersebut diduga lebih efektif daripada hanya dengan pemberian salah
satu agen untuk mengobati hiperkolesterolemia familial. Pengalaman
membuktikan bahwa kombinasi tersebut paling efektif dan merupakan
kombinasi praktis untuk pengobatan hiperlipidemia gabungan familial.
Kombinasi Ternary antara Resin, Niacin & Penghambat Reduktase
Agen tersebut bekerja dengan suatu cara yang saling melengkapi untuk
menurunkan kadar kolesterol serum menjadi harga yang terdapat pada rentang
normal yang rendah pada pasien dengan kelainan yang parah yang melibatkan
peningkatan kadar LDL. Efek berlangsung lama, dan hanya terdapat sedikit
toksisitas senyawa yang terjadi. Dosis efektif obat individual dapat diberikan
lebih rendah daripada kalau masing-masing obat digunakan secara tunggal,
misalnya, niacin yang hanya 1-2 g dapat meningkatkan efek dua agen lainnya
secara nyata.
ANTIHIPERLIPIDE ANTIHIPERLIPIDEM
KETERANGAN
MIA IA LAIN
Gol. Statin Gemfibrozil Rhabdomyolisis, resiko myopati serta gagal ginjal akut
Niasin Rhabdomyolisis, resiko myopati
Kolestiramin Pravastin Kolestiramin dan kolestipol mengurangi level serum
pravastin tetapi efek total penurunan lipid meningkat
Hormon tiroid Mengurangi absorpsi hormon tiroid
Niasin Lovastatin Kasus Rhabdomyolisis
Probukol Klorfibrat Menurunkan kadar HDL
Resin Meningkatkan efek hipolipidemia
Gemfibrozil Resin Meningkatkan efek terapi Gemfibrozil
39
Tabel 19. Interaksi Antihiperlipidemia dengan Obat Lain
40
Klofibrat Antikoagulan Meningkatkan efek antikoagulan
Kontrasepsi oral Meningkatkan level serum kolesterol dan
trigliserida
Furosemid Pada pasien sindrom nefrotik menunjukkan
diuresis nyata dan gejala muscular
Keberhasilan terapi hiperlipidemia didasari atas pilihan yang tepat dari obat
antihiperlipidemia dengan mekanisme kerjanya yang unik yang disesuaikan dengan jenis
kelainan hiperlipidemia yang ditemui. Kombinasi dua obat antihiperlipidemia yang cocok
bersifat sinergistik, sehingga dapat memberikan efek terapi yang lebih besar. Selama
pengobatan harus diwaspadai beberapa efek samping yang merugikan karena obat
antihiperlipidemia ini harus digunakan dalam jangka panjang.
Langkah pertama :
Mulai terapi menurunkan LDL (setelah 3 bulan terapi pengubahan gaya hidup).
Obat yang umum dipilih :
statin atau resin pengikat asam empedu (BAR – Bile Acid sequestrant Resin) atau
asam nikotinat (niasin).
Lanjutkan terapi pengubahan gaya hidup.
Periksa kadar LDL-C setelah 6 minggu.
Langkah kedua :
41
- Kombinasi : statin + asam nikotinat (niacin).
Periksa kadar LDL-C setelah 6 minggu.
Langkah ketiga :
Bila sasaran LDL-C belum tercapai, intensifkan terapi penurun LDL atau meminta
rujukan pada spesialis lipid.
42
Untuk menurunkan VLDL, gunakan obat asam nikotinat (niacin)atau
gol. Fibrat
Dislipidemia Diabetik
o Memiliki pola lipoprotein yang disebut atheroghenic dyslipidemia dimana
kadar trigliserida tinggi, kadar HDL rendah, dan partikel LDL berukuran kecil
o Sasaran LDL-C : < 100 mg/dL
o Apabila baseline LDL-C ≥ 130 mg/dL, kebanyakan pasien membutuhkan
terapi pengubahan gaya hidup dan obat-obatan penurun LDL
o Apabila baseline LDL-C 100-129 mg/dL, maka pertimbangkan pilihan terapi
sebagai berikut :
Kontrol glisemik yang intensif
Pemberian obat untuk atherogenic dyslipidemia, yaitu asam nikotinat
(niacin) dan gol. Fibrat. Untuk pemakaian niacin, utamakan bentuk
sustained-release yang lebih aman. Sedangkan untuk gol. Fibrat,
gemfibrozil merupakan obat yang paling baik.
43
Intensifkan terapi penurunan LDL; umumnya statin menjadi pilihan
utama (paling baik pilih atorvastatin atau simvastatin)
o Bila baseline trigliserida ≥ 200 mg/dL, maka non-HDL kolesterol menjadi
sasaran sekunder terapi
V Niasin Klofibrat,
Gemfibrozil Oksandrolon,
Noretisteron, Fish Oil
d. Target Terapi
44
(tekanan darah >140/90 mmHg) atau dalam pengobatan hipertensi, HDL rendah (<40 mg/dl),
sejarah PJK pada keluarga, dan usia (pria >45, wanita >55). Jika HDL tinggi (>60 mg/dl),
dapat diperhitungkan sebagai faktor negatif yang dapat menghilangkan salah satu faktor
positif. Sedangkan yang dimaksud faktor ekivalen PJK ialah penyakit-penyakit
kardiovaskular (PKV) yang dapat memicu PJK seperti misalnya penyumbatan pada
pembuluh-pembuluh arteri. Diabetes juga diperhitungkan sebagai salahsatu ekivalen bagi
PJK.
45
Ketiga kelompok resiko ini ialah ; kelompok dengan PJK atau resiko ekivalen PJK (resiko
10 th > 20%), kelompok dengan 2 atau lebih faktor resiko (resiko 10 th ≤ 20%), kelompok
dengan 0-1 faktor resiko. Setiap kelompok memiliki batas pengukuran LDL masing-
masing, meliputi sasaran akhir pengurangan LDL, batas LDL dimana terapi Non
Farmakologi harus dilakukan, dan batas LDL dimana terapi farmakologi harus
dipertimbangkan. Semakin besar faktor resiko yang dimiliki, maka kadar LDL yang
diharapkan pada setiap tahap terapi akan semakin kecil. Berikut langkah-langkah
pengelolaan pada pasien dalam kaitannya dengan PJK.
46
Tabel 21. Penanganan Hiperlipidemia Secara Non-Faramakologi & Farmakologi
47
Therapeutic Lifestyle Changes (TLC) Drug Therapy
Manula
Prinsip terapi obat pada manula sedikit berbeda dari orang dewasa walaupun manula
memberikan respon sebaik orang dewasa terhadap obat penurun lipid. Pencapaian
harapan hidup kecil karena umur pada awal pengobatan dan jumlah pengurangan
kolesterol. Perubahan dalam komposisi tubuh, fungsi ginjal, dan perubahan fisiologis
lainnya akibat usia dapat membuat manula lebih rentan terhadap efek samping dari terapi
obat penurun lipid. Terapi sebaiknya dimulai dengan dosis lebih rendah dan ditingkatkan
perlahan untuk meminimalkan efek samping.
48
Tabel 22. Efek samping yang sering dialami manula
Wanita
Kolesterol merupakan faktor penting yang menyebabkan PJK pada wanita, tetapi
hubungannya tidak sejelas seperti yang terjadi pada pria. Pengaturan genetik LDL dan
HDL pada wanita dan pria tidak tampak berbeda. HDL nampaknya menjadi faktor
penyebab penyakit yang lebih penting pada wanita. Kadar HDL yang rendah biasanya
diikuti dengan obesitas. Tidak terdapat perbedaan besar pada pengaruh olahraga,
konsumsi alkohol, dan merokok terhadap kadar lipid antara pria dan wanita. Penurunan
resiko PJK pada wanita relatif lebih besar daripada pria.
Kadar kolesterol dan trigliserida semakin meningkat selama masa kehamilan. Rata-
rata peningkatan kolesterol sebesar 30-40 mg/dL terjadi pada sekitar minggu ke 36
sampai 39. Kadar trigliserida dapat meningkat sebanyak 150 mg/dL. Terapi obat tidak
dilakukan atau tidak dilanjutkan selama masa kehamilan. Terapi diet merupakan terapi
yang tetap dilakukan dengan menekankan pemeliharaan keseimbangan nutrisi yang
dibutuhkan pada masa kehamilan.
Anak-anak
Terapi obat pada anak-anak tidak dianjurkan dilakukan sampai usia 10 tahun atau
lebih. Pedoman dan tujuan terapi berbeda dari orang dewasa. Pada umumnya anak-anak
49
usia dini diterapi dengan modifikasi gaya hidup sampai usia 2 tahun. Sekuestran asam
empedu digunakan pada anak-anak karena dapat meminimalkan toksisitas sistemik.
Beberapa literatur menyarankan penggunaan resin karena aman dan efektif pada anak-
anak. Untuk penderita hiperkolesterolemia akut (hiperkolesterolemia familial),
diperlukan perawatan lebih intensif.
DAFTAR PUSTAKA
ATP III, US Departemen of Health and Human Service Public Health Service, National
Institut of Health, National Health and blood Institut, September 2002
50
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi Ketiga. 1996. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Hal. 714-723.
Nutrition Science and Application. Lori A. Smolin dan Mary B. Grosvenor. Saunders College
Publishing. USA .1994. Hal. 130-163.
Tierney , Lawrence M, Stephen J. McPhee dan Maxine A. Papakis. Current Medical
Diagnosis and Treatment, 44th Ed. New York: Lange Medical Books/ McGraw-
Hill.2005. Hal. 1211,1212.
Alamat Website :
http://www.heartandmetabolism.org/issues/HM22/hm22newtherappr.asp
http://www.uspharmacist.com/index.asp?show=article&page=8_1157.htm
http://www.rouzdarou.com/gemfibrozil-e.asp
http://www.residentandstaff.com/article.php?s=RSP/2007/04&p=7
http://www.medscape.com/viewarticle/416520
LAMPIRAN A
51
Gambar 1 Biosintesis kolesterol dilakukan secara de-novo oleh sel hepatosit.
52
Gambar 2 Skema biosintesis kolesterol di hati
53
Gambar 3. Tabel Estimasi Hiperlipid Antara Pria dan Wanita
54
Gambar 4. Gambar Penanganan
55
56
57
58
Gambar Arcus Cornealis
59
Gambar Tuberous Xanthome
60