You are on page 1of 16

UJI COBA BUDIDAYA ALGA MERAH

DI PERAIRAN PUNAGA DAN LAIKANG KABUPATEN TAKALAR

Oleh :
Akmal
(Perekayasa Muda)
Ilham Bachtiar
(Calon Perekayasa)
Muh. Suaib
(Calon Perekayasa)
Irwan Nur
(Calon Pengawas Budidaya Trampil)

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA
BALAI BUDIDAYA AIR PAYAU
TAKALAR

2009
1
UJI COBA BUDIDAYA ALGA MERAH
DI PERAIRAN PUNAGA DAN LAIKANG KABUPATEN TAKALAR

Akmal, Ilham Bachtiar, Muh. Suaib, dan Irwan Nur


Balai Budidaya Air Payau Takalar

ABSTRAKS

Pemanfaatan alga merah ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk pembuatan kertas. Rumput
laut dari jenis Rhodophyta memiliki kandungan serat yang tinggi pada thallusnya, selain agar dan mineral.
Keberadaan rumput laut ini sebagai sumber alternatif bahan baku kertas dan energi merupakan hal yang
baru didukung dan dikembangkan. Jenis alga merah yang meliputi jenis Plitophora sp, Pterocladia
capilaceae, dan Porphyroglossum zolingerii, merupakan rumput laut komoditas baru dalam proses
budidaya. Kegiatan ini ditujukan untuk mengetahui model budidaya, pertumbuhan dan perkembangan,
serta daya adaptasi terhadap lingkungan di perairan Takalar. Kegunaan kegiatan ini diharapkan menjadi
bahan informasi bahwa nantinya alga merah jenis Ptilophora sp. Pterocladia capilaceae dan
Porphyroglossum zolingerii. dapat tumbuh dan berkembang, serta beradaptasi dengan baik di perairan
Takalar. Hasil pengamatan algae merah Ptilophora sp dengan menggunakan model kurungan tersebut
masih dalam kondisi baik, segar, dan secara visual sudah mulai muncul tunas baru. Untuk meminimalisir
penimbunan suspensi lumpur maka langkah yang perlu dilakukan, yaitu mengurangi kepadatan alga
merah dalam kurungan sehingga sirkulasi arus jadi lancar dan konsumsi nutrient tercukupi guna
memudahkan pengamatan pertumbuhan, maka harus memisahkan tanaman alga merah yang tinggal untuk
dipindahkan ke wadah kurungan yang lebih kecil. Rumput laut Ptilophora sp dan Pterocladia capilaceae
dapat beradaptasi dengan baik dengan kelulusan hidup pada lingkungan perairan Punaga dan Laikang
Takalar. Ciri morfologi yang terlihat warna rumput laut yang merah, segar dan tidak terdapat tanaman
lain yang menempel pada rumput laut. Selain itu, secara individual terlihat mengalami bertumbuhan berat
dan layak tumbuh serta beradaptasi dengan baik dengan lingkungan di perairan Punaga dan Laikang,
Kabupaten Takalar.

Kata kunci : Plitophora sp, Pterocladia capilaceae, Porphyroglossum zolingerii, Pertumbuhan.

2
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Rumput laut adalah jenis algae (ganggang) laut yang beberapa diantaranya sudah dikenal
mempunyai nilai ekonomis penting sebagai penghasil bahan untuk industri seperti agar-agar,
karaginan. Produk hasil ekstraksi tersebut banyak digunakan sebagai bahan makanan di rumah
tangga, juga sebagai bahan tambahan atau bahan bantu dalam industri makanan, farmasi,
kosmetik, tekstil, kertas, cat dan lain-lain (Anonim, 1990).
Rumput laut merupakan salah satu komoditas strategis dalam program revitalisasi
Perikanan disamping udang dan tuna. Beragam rumput laut ternyata memiliki multifungsi. Satu
lagi produk industri penting yang bahan bakunya berasal dari komoditas laut, yaitu kertas. Kertas
berkualitas tinggi dilihat dari kehalusan, kekuatan dan keamanan dapat diproduksi dengan pulp
yang berbahan baku rumput laut yaitu makro algae dari klas algae merah (Rhodophyta).
Rumput laut tergolong tanaman berderajat rendah, umumnya tumbuh melekat pada
substrat tertentu, tidak mempunyai akar, batang maupun daun sejati. Tetapi hanya menyerupai
batang yang disebut Thallus. Rumput laut tumbuh di alam dengan melekatkan dirinya pada
karang, lumpur, pasir, batu dan benda keras lainnya. Pertumbuhan dan penyebaran rumput laut
seperti halnya biota perairan lainnya, sangat dipengaruhi oleh toleransi fisiologi dari biota
tersebut untuk beradaptasi terhadap faktor-faktor lingkungan. Seperti substrat, salinitas,
temperatur, intensitas cahaya, tekanan dan nutrisi.
Salah satu industry penting yang bahan bakunya berasal dari komoditas rumput laut
adalah kertas. Dengan temuan terbaru ini rumput laut dari kelas alga merah (Rhodophyta) dapat
diolah menjadi bahan baku kertas berkualitas tinggi dilihat dari kehalusan, kekuatan dan
keamanannya. Pemanfaatan alga merah ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk
pembuatan kertas. Rumput laut dari jenis-jenis ini memiliki kandungan serat yang tinggi pada
thallusnya, selain agar dan mineral. Adapun jenis dari klas algae merah yang memiliki
multifungsi dan mulai dikembangkan, yaitu Ptilophora sp. Pterocladia capilaceae dan
Porphyroglossum zolingerii. Keberadaan rumput laut ini sebagai sumber alternatif bahan baku
kertas dan energi merupakan hal yang baru didukung dan dikembangkan. Jenis alga merah yang
meliputi jenis Plitophora sp, Pterocladia capilaceae, dan Porphyroglossum zolingerii,
merupakan rumput laut komoditas baru dalam proses budidaya.
Budidaya alga merah dalam waktu 70 hari sudah bisa dipanen dengan hasil 4 kali
biomass bibit. Berdasarkan estimasi produksi setiap hektar areal yang layak dapat menghasilkan
alga merah sekitar 20 ton setiap siklusnya (±70 hari). Kriteria mutu hasil panen alga merah tidak
seketat strandardisasi pada Kappaphycus alvarezii sebagai penghasil karaginan, karena yield alga
merah ini dalam bentuk hole materials yang langsung diolah begitu dipanen, dan juga tidak ada
katagori grade yang beragam, hal ini tidak seperti pada Kappaphycus alvarezii yang
memfokuskan pada lama penjemuran untuk mendapatkan standard kadar air tertentu dan
kandungan karaginan. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan bahwa di perairan Selatan
Takalar yaitu perairan desa Punaga, parameter kualitas air dan lingkungannya layak untuk usaha
pengembangan bibit alga merah.

3
Dalam perkembangannya saat ini Balai Budidaya Air Payau Takalar telah melakukan
pengembangan bibit dan pembudidayaan alga merah (jenis Ptilophora sp. Pterocladia capilace
dan Porphyroglossum sp.) dengan metode kurungan. Kini proses pengembangan bibit jenis
Ptilophyra sp., Pterocladia capilace dan Porphyroglossum sp. sedang diupayakan
pengembangannya. Mengingat pengembangan bibit alga merah merupakan usaha pertama
kalinya di Kawasan Sulawesi Selatan khususnya di Kabupaten Takalar.
1.2. Tujuan dan Kegunaan
Tujuan kegiatan ini adalah untuk mengetahui model budidaya, pertumbuhan dan
perkembangan, serta daya adaptasi terhadap lingkungan di perairan Takalar.
Kegunaan kegiatan ini diharapkan menjadi bahan informasi bahwa nantinya alga merah
jenis Ptilophora sp. Pterocladia capilaceae dan Porphyroglossum zolingerii. dapat tumbuh dan
berkembang, serta beradaptasi dengan metode budidaya di perairan Takalar.

II. METODOLOGI
2.1. Waktu dan Lokasi Kegiatan
Kegiatan ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai Desember 2009 di desa Punaga,
Kecamatan Mangarabombang Kabupaten Takalar (Sulawesi Selatan)
2.2. Bahan dan Alat :
Tali PE diameter 10 mm
Tali PE diameter 8 mm
Tali PE diameter 5 mm
Tali plastik diameter 2 mm
Bibit rumput laut (jenis Ptilophora sp. Pterocladia capilaceae dan Porphyroglossum
zolingerii).
Bola pelampung(Floantting ball)
Batu karang atau karung berisi tanah pasir (sebagai jangkar).
Hand refractometer
Thermometer
Cuvenmeter
Timbangan,
Teskit kualitas perairan (water quality)
Kurungan (multi layer, kolom 5, dan tudung saji)
Perahu sampan
2.3. Metode Kerja

4
Upaya pengembangan budidaya alga merah dilakukan melalui penanaman berbagai jenis
(Ptilophora sp., Pterocladia capilaceae, dan Porphyroglossum zolingerii), dengan mengamati
model budidaya, daya adaptasi, pertumbuhan, dan kualitas air.
a. Setting Lokasi Budidaya
 Untuk metode tali panjang (longline) tali PE berdiameter 10 mm sepanjang 100 meter
yang pada kedua ujungnya diberi jangkar dan pelampung besar.
 Setiap 25 meter diberi tali PE berdiameter 8 mm sebagai tali bantu jangkar pada setiap
sisi dan diberi pelampung utama yang terbuat dari floatting ball.
 Tali bentang PE berdiameter 8 mm sepanjang 30 cm diberi floatting ball pada setiap
jarak 2 meter yang berfungsi untuk memudahkan pergerakan tanaman setiap saat.
b. Suplay dan Penanganan Bibit
 Suplay bibit jenis Ptilophora sp., Pterocladia capilaceae, dan Porphyroglossum
zolingerii dari Banten dan Lombok dilakukan dengan metode kering.
 Bibit di karantina sementara di bak beton untuk diadaptasikan selama 2-3 hari sebelum
ditanam di lokasi budidaya.
 Setelah diadaptasikan, bibit dipindahkan ke lokasi budidaya.
c. Penanaman Bibit
 Sebelum dilakukan penanaman, dilakukan penimbangan berat dan dimasukkan dalam
kurungan kolom 5.
 Kurungan kolom 5 diberi pemberat pada bagian bawah dan tali ris PE berdiameter 5
mm pada bagian atas untuk diikatkan pada tali ris bentang PE berdiameter 8 mm.
 Posisi tanaman sekitar 50 - 100 cm di bawah permukaan perairan.
d. Pemeliharaan
 Selama pemeliharaan, bersihkan kurungan dan tanaman dari tumbuhan dan lumpur
yang melekat, sehingga tidak menghalangi tanaman dari sinar matahari dan
mendapatkan makanan.
 Jika ada sampah yang menempel pada kurungan, angkat tali perlahan, agar sampah-
sampah yang menyangkut bisa larut kembali.
 Jika ada tali bentangan yang lepas ikatannya dan kurungan sudah lapuk atau rusak,
segera diperbaiki dan mengganti dengan kurungan baru.
 Setiap minggu dilakukan pengamatan (pembersihan, sampling pertumbuhan, daya
adaptasi terhadap lingkungan perairan).
e. Pengukuran Peubah
 Pengamatan dilakukan dengan mengamati kelulusan hidup pada (kurungan multi
layer, tudung saji dan kurungan kolom 5) dan laju pertumbuhan serta daya adaptasi
terhadap lingkungan perairan.

5
 Pengujian kandungan kimiawi perairan dilakukan di laboratorium lingkungan BBAP
Takalar. Pengamatan kondisi perairan dilakukan secara insitu di wilayah pengamatan.

2.4. Analisa Data

Data yang diperoleh meliputi laju pertumbuhan harian, dihitung dengan menggunakan
rumus yang dikembangkan oleh Parker 1974 dalam Mayunar,1989 :

G = ( Wn/Wo) - 11/n x 100 %


dimana : G = Angka pertumbuhan perhari (%)
Wn = Berat sesudah n hari (gr)
Wo = Berat mula-mula (gr)
n = Lama pemeliharaan (Hari)

6
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Model Budidaya
Adapun model budidaya dalam kurungan yang diuji cobakan selama pemeliharaan alga
merah di lokasi budidaya seperti pada Tabel 1.

Tabel 1. Modifikasi beberapa model budidaya kurungan untuk uji coba alga merah di Punaga
Kecamatan Mangarabombang,Kabupaten Takalar.
No Model Budidaya kurungan Spesifikasi
1. Bahan jaring dari senar
(gillnet)/ monoethilen, rangka
dari pipa Φ 6 inchi

Kurungan kecil kolom 1


2. Tudung saji dari bahan plastik

Kurungan Tudung Saji

3. Bahan jaring rawll dari


Polyethilen, rangka dari pipa
PVC Φ 6 inchi.

Kurungan Kecil Jaring Trawl

7
4. Bahan jaring trawl dari
Polyethilen, dan rangka dari
bambu Φ 30 cm.

Kurungan Multy Layer Kurungan Kolom 5

Berdasarkan pengamatan (Tabel 1) bahwa pada tahap awal bibit alga merah jenis
Ptilophora sp yang telah ditanam diserang hama (ikan Buntala dan kepiting), dan terlihat
kurungan kecil dari bahan gillnet (no. 1) yang robek bagian dasarnya sehingga diduga bibitnya
terlepas dari kurungan. Hasil pengamatan algae merah Ptilophora sp dengan menggunakan
model kurungan tersebut masih dalam kondisi baik, segar, dan secara visual sudah mulai muncul
tunas baru. Oleh karena itu segera dilakukan penggantian kurungan kecil dari bahan plastik,
yaitu kurungan dari tudung saji bahan plastik (no. 2). Berdasarkan pemantauan, ternyata
kurungan tudung saji kurang efisien dan tidak tahan lama. Dalam proses pemeliharaan dan
penanganan alga merah jenis Pterocladia capilase pada wadah tudung saji sistim multi layer
(gambar 1) mengalami perubahan warna putih pucat dan mati pada bagian tengah, hal ini diduga
padatnya penebaran dan kurangnya sirkulasi oksigen dan air yang masuk sehingga posisi alga
merah menumpuk atau tidak menyebar pada semua ruang. Selain itu, dengan kondisi arus yang
cukup kuat terjadi pengadukan dasar perairan. sehingga mengakibatkan penimbunan suspensi
lumpur pada wadah tudung saji sistim multi layer.
Untuk meminimalisir penimbunan suspensi lumpur maka langkah yang perlu dilakukan,
yaitu mengurangi kepadatan alga merah dalam kurungan sehingga sirkulasi arus jadi lancar dan
konsumsi nutrient tercukupi guna memudahkan pengamatan pertumbuhan, maka harus
memisahkan tanaman alga merah yang tinggal untuk dipindahkan ke wadah kurungan yang lebih
kecil.
Selanjutnya dicoba alternative lain untuk mendapatkan model budidaya kurungan dengan
bahan yang lebih tahan lama, yaitu kurungan dari bahan jaring trawl (no. 3 dan no. 4).
Berdasarkan mengamatan ternyata kurungan dari jaring trawl cepat kotor dan melekat suspensi
lumpur serta cepat mengalami penyumbatan pada jaring trawl sehingga perlu dilakukan
penyikatan pada sisi-sisi jaring supaya tetap bersih. Selain itu, pengadukan massa air
menyebabkan lumpur dasar perairan di lokasi terangkut ke areal budidaya sehingga
menimbulkan gangguan pada rumput laut dengan kondisi arus yang cukup kuat terjadi

8
pengadukan dasar perairan. sehingga mengakibatkan penimbunan suspensi lumpur pada semua
kurungan baik dari wadah tudung saji, sistim multi layer maupun jarring trawl.
Adapun lay out metode budidaya yang diujicobakan dalam pemeliharaan Alga Merah
(Ptilophora sp. Pterocladia capilase dan Porphyroglossum zolingerii) metode multi layer
(gambar 1) dan Longline (gambar 2 dan 3).

Gambar 1. Lay out kurungan multi layer dalam uji coba budidaya Alga Merah (Pterocladia
capilase dan Porphyroglossum zolingerii Longline di Punaga.

25 cm

Gambar 2. Lay Out budidaya rumput laut Ptilophora sp metode Longline di Punaga.

200
cm

100
cm

160
cm

Gambar 3 . Lay out kurungan kolom 5 dalam uji coba budidaya Alga Merah (Pterocladia
capilase dan Porphyroglossum zolingerii Longline di Punaga.

9
Kinerja Pertumbuhan
Adapun hasil pengamatan dan sampling alga merah jenis Ptilophora sp dan Pterocladia
capilaceae dapat di lihat pada tabel berikut ini.
Tabel 2. Data sampling alga merah jenis Ptilophora sp metode kurungan (5 kolom) di
lokasi Budidaya Punaga.
Sampling Pertumbuhan Minggu ke-
Deskripsi Ket.
initial 1 2 3 4
Tanggal sampling 7 Okt. 09 14 Okt.09 21 Okt. 09 28 Okt. 09 4 Nov. 09
Kurungan I (A)
A1 51.82 61.56 65.35 65.7 58.34
A2 54.67 61.06 63.25 70.96 52.66
A3 53.08 60.11 60.38 42.78 43.34
A4 52.80 56.68 67.85 64.58 62.87
A5 53.97 52.69 70.3 60.33 56.86
Rata-2 53.27 58.42 65.43 60.87 54.81
SD 1.10 3.73 3.87 10.80 7.38
Kurungan II (B)
B1 52.67 65.23 72.98 64.95 63.40
B2 53.14 62.4 66.87 52.1 51.46
B3 53.24 60.74 65 54.8 59.47
B4 53.08 52.31 66.46 60.1 66.28
B5 54.01 56.17 72.78 48.26 53.98
Rata-2 53.23 59.37 68.82 56.04 58.92
SD 0.49 5.14 3.77 6.59 6.22
Kurungan III (C)
C1 54.36 61.53 55.05 64.51 54.72
C2 53.37 66.37 62.65 63.01 65.50
C3 53.75 60.61 64.88 62.68 66.50
C4 53.82 68.82 69.9 68.62 51.36
C5 53.06 62.17 69.02 76.36 78.84
Rata-2 53.67 63.90 64.30 67.04 63.38
SD 0.49 3.53 5.96 5.72 10.87
Kurungan IV (D)
D1 53.68 66.5 78.61 67.8 73.31
D2 53.90 70.66 74.26 64.84 76.26
D3 53.98 62.31 72.25 66.16 66.73
D4 54.97 59.64 62.08 61.52 55.13
D5 54.15 59.62 54.76 64.06 67.45
Rata-2 54.14 63.75 68.39 64.88 67.78
SD 0.50 4.78 9.74 2.35 8.12
Kurungan V (E)
E1 53.08 65.19 68.11 67.33 69.90
E2 54.08 57.8 61.51 67.16 68.56
E3 53.03 62.12 71.02 71.07 76.44

10
E4 53.06 61.65 72.67 68.12 75.22
E5 53.14 59.18 75.89 71.65 65.30
Rata-2 53.28 61.19 69.84 69.07 71.08
SD 0.45 2.86 5.44 2.14 4.66
Kurungan VI (F)
F1 53.93 58.23 75.86 67.69 - Hilang
F2 54.50 60.28 77.4 74.01 -
F3 53.97 59.17 79.49 68.73 -
F4 53.65 67.38 70.39 67.18 -
F5 53.62 60.39 59.55 66.65 -
Rata-2 53.93 61.09 72.54 68.85 -
SD 0.35 3.63 8.00 2.98 -
Rata-2 total 53.59 61.29 68.22 64.46 63.19
SD total 0.664 4.199 6.532 7.197 9.253
Tabel 3. Data sampling alga merah jenis Pterocladia capilaceae metode kurungan (5
kolom) di lokasi Budidaya Punaga.
Sampling Pertumbuhan Minggu ke-
Deskripsi Ket.
initial 1 2 3 4
Tanggal sampling 7 Okt. 09 14 Okt.09 21 Okt. 09 28 Okt. 09 4 Nov. 09
Kurungan I (A)
A1 50.23 52.33 63.91 79.81 70.92
A2 50.86 63.47 67.95 87.82 67.716
A3 50.80 59.12 61.95 74.18 65.988
A4 50.18 58.68 52.79 63.37 67.236
A5 50.35 59.51 58.06 60.53 61.92
Rata-2 50.48 58.62 60.93 73.14 66.76
SD 0.32 4.00 5.78 11.35 3.26
Kurungan II (B)
B1 49.99 43.53 50.65 63.03 61.524
B2 50.57 49.75 48.71 55.06 60.528
B3 50.86 40.74 49.57 66.8 65.064
B4 50.37 60.79 57.98 75.11 66.996
B5 50.75 55.34 67.57 72.4 66.156
Rata-2 50.51 50.03 54.90 66.48 64.05
SD 0.34 8.26 7.98 7.94 2.87
Kurungan III (C)
C1 50.03 56.51 60.95 72.66 78.9
C2 50.77 67.14 61.25 78.1 69.864
C3 50.62 61.4 54.63 70.9 84.132
C4 50.74 58.06 61.05 75.96 68.484
C5 50.22 60.33 56.82 64.6 66.96
Rata-2 50.48 60.69 58.94 72.44 73.67
SD 0.33 4.08 3.04 5.20 7.47
Kurungan IV (D)
D1 50.13 48.05 63.15 74.35 56.22
D2 50.06 53.32 55.4 69.03 53.88
D3 50.16 64.42 67.59 73.68 64.5

11
D4 50.77 70.47 75.5 69.3 59.16
D5 50.50 54.23 62.25 77.66 61.86
Rata-2 50.32 58.10 64.78 72.80 59.12
SD 0.30 9.11 7.41 3.65 4.25
Kurungan V (E)
E1 50.24 55.76 49.36 61.63 67.74
E2 50.72 56.54 53.69 64.75 63.54
E3 50.36 58.62 56.49 64.2 68.184
E4 50.62 58.3 55.65 60.32 71.172
E5 50.20 60.19 68.6 71.59 60.216
Rata-2 50.43 57.88 56.76 64.50 66.17
SD 0.23 1.76 7.17 4.36 4.30
Kurungan VI (F)
F1 50.86 55.22 60.66 73.25 72.228
F2 50.73 62.26 59.02 67 76.368
F3 50.06 58.38 52.14 58.09 66.06
F4 50.52 60.82 67.14 73.66 83.064
F5 50.81 54.51 57.57 66.04 70.98
Rata-2 50.60 58.24 59.31 67.61 73.74
SD 0.33 3.39 5.42 6.36 6.38
Rata-2 total 50.47 57.26 59.27 69.50 67.25
SD total 0.296 6.251 6.596 7.240 6.979
Tabel 4. Perbandingan pertumbuhan rata-rata alga merah jenis Ptilophora sp dan
Pterocladia capilaceae metode kurungan (5 kolom) di lokasi Budidaya Punaga
Tanggal Sampling Waktu (hari) Ptilophora sp (gr) Pterocladia capilaceae (gr)
7 Oktober 2009 0 53.59 50.47
14 Oktober 2009 7 61.29 57.26
21 Oktober 2009 14 68.22 59.27
28 Oktober 2009 28 64.46 69.50
4 November 2009 35 63.19 67.25

Pertumbuhan Algae
80.00
y = 0.213x + 58.55
70.00
R² = 0.328
60.00
50.00
Bobot (g)

y = 0.507x + 52.23
40.00 R² = 0.907
30.00 Ptilophora
20.00 Pterocladia
10.00 Linear (Ptilophora)
Linear (Pterocladia)
0.00
0 10 20 30 40
Periode Pemeliharaan (hari)
Grafik 1. Perbandingan pertumbuhan dan perkembangan jenis Ptilophora sp dan
Pterocladia capilaceae metode kurungan kolom 5 di lokasi Budidaya Punaga.

12
Tabel 5. Data sampling alga merah jenis Ptilophora sp metode Longline di
lokasi Budidaya Punaga.
Sampling Pertumbuhan Minggu ke-
Deskripsi Keterangan
initial 1 2 3
Tanggal sampling 10-Oct-09 21-Oct-09 28-Oct-09 4-Nov-09
A1 54.93 72.31 73.66 71.39
A2 51.59 56.92 55.09 55.25
A3 46.45 64.37 64.88 61.51
B1 43.42 56.54 56.57 51.47
B2 63.43 93.18 73.22 79.19
B3 44.85 63.38 47.47 48.19
C1 47.86 57.48 56.1 64.36
C2 68.12 91.4 74.34 71.63
C3 69.75 90.86 74.37 71.65
Rataan 54.49 71.83 63.97 63.85
SD 10.19 15.77 10.39 10.56
Tabel 6. Data sampling alga merah jenis Ptilophora sp metode Longline di lokasi
Budidaya Punaga.
Sampling Pertumbuhan Minggu ke-
Deskripsi Keterangan
initial 1 2 3
Tanggal sampling 14 Okt. 09 21 Okt. 09 28 Okt. 09 4 Nov. 09
L2.1 64.77 50.46 52.16 53.09
L2.2 63.31 50.4 51.74 47.9
L2.3 63.02 61.32 62.46 65.98
L2.4 54.46 55.16 59.21 58.33
L2.5 49.85 49.52 45.17 46.43
L2.6 42.46 49.1 46.15 48.41
L2.7 44.59 41.72 39.14 30.7
L2.8 46.69 50.61 48.94 53.17
L2.9 52.57 51.92 46.76 42.75
L2.10 38.98 33.46 32.22 31.63
L2.11 40.63 34.58 32.8 30.48
L2.12 46.80 44.79 43.62 42.23
L2.13 45.78 44.68 39.63 38.01
L2.14 37.72 35.41 36.22 39.38
L2.15 44.50 37.69 35.69 32.91
L2.16 41.30 48.21 37.7 47.01
L2.17 38.30 41.72 40.73 38.57
L2.18 51.48 51.76 48.46 47.01
L2.19 37.90 39.68 36.64 37.67
L2.20 40.87 34.79 32.08 36.08
Rataan 47.64 45.90 43.97 43.77
SD 8.60 7.75 8.68 9.56

13
Pada rumput laut dikenal ada 3 laju pertumbuhan, yaitu pertumbuhan maksimal, wajar dan
optimal. Laju pertumbuhan maksimal merupakan laju pertumbuhan dari contoh rumput laut
yang hanya memiliki pertumbuhan positif, maksuknya untuk pendekatan pertumbuhan ideal.
Laju pertumbuhan wajar sebagai pendekatan laju pertumbuhan usaha budidaya, sedangkan laju
pertumbuhan optimal sebagai pendekatan laju pertumbuhan harapan budidaya (Mayunar, 1989).
Berdasarkan pengamatan bahwa rumput laut jenis Ptilophora sp dan Pterocladia
capilaceae mempunyai pertumbuhan, kelulusan hidup dan daya adaptasi yang baik pada
bagian yang terlindung dari cahaya matahari secara langsung. Tingginya penetrasi intensitas
cahaya matahari yang masuk hingga ke dasar perairan yang mengakibatkan rumput laut menjadi
putih bagian ujungnya. Ciri morfologi yang dapat diamati adalah warna rumput laut yang merah,
segar dan tidak terdapat tanaman lain yang menempel pada rumput laut. Selain itu, alga merah
khususnya Ptilophora sp dan Pterocladia capilace layak tumbuh pada metode kurungan pada
kondisi tidak terlalu padat, dan masih tersedia ruang gerak minimal 30 %, serta akarnya tidak
terhalang.
Hasil pengamatan terhadap data hasil pengukuran yang telah disampaikan menunjukkan
bahwa ketiga jenis tersebut bisa hidup dan tumbuh di perairan Punaga Takalar. Kendala-kendala
saat ini adalah individu alga masih tetap lolos dan tercecer dari kurungan (metoda kurungan)
yang telah dibuat karena ukuran lubang kurungan yang masih cukup besar, disamping karena
pengikatan yang tidak efektif karena terlalu banyak dengan kondisi bibit yang masih kecil. Selain
itu, penurunan jumlah biomass alga merah jenis Ptilophora sp dan Pterocladia capilaceae. Hal
ini diduga Ptilophora sp dan Pterocladia capilaceae sebelumnya sudah banyak yang
lolos/keluar dari kurungan lama dan sebagian ada yang memutih sehingga volume bibit
berkurang.
Oleh karena itu, tetap berupaya mencari jenis jaring yang memiliki mata jaring lebih kecil
untuk menghindari adanya individu alga masih tetap lolos dan tercecer. Saat ini sudah ada
digunakan kurungan dari jaring dengan ukuran lobang yang lebih kecil dan terbuat dari bahan
nilon. Selain itu, tetap berupaya mencari teknik yang tepat termasuk teknik pengikatan seperti
yang telah dilakukan di Lombok.

14
IV. KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan pengamatan selama persiapan sampai penanaman alga merah jenis


(Ptilophora sp., Pterocladia capilaceae, dan Porphyroglossum zolingerii), disimpulkan bahwa :
a) Algae merah khususnya Ptilophora sp dan Pterocladia capilace layak tumbuh di perairan
Punaga dan Laikang, Takalar.
b) Kelulusan hidupnya masih dapat bertahan hidup dengan kondisi yang sama ketika pertama
kali ditanam.
c) Rumput laut Ptilophora sp dan Pterocladia capilaceae dapat beradaptasi dengan baik
dengan lingkungan perairan. Ciri morfologi yang dapat diamati adalah warna rumput laut
yang merah, segar dan tidak terdapat tanaman lain yang menempel pada rumput laut
d) Alga merah khususnya Ptilophora sp dan Pterocladia capilace secara individual terlihat
mengalami bertumbuhan berat dan layak tumbuh serta beradaptasi dengan baik dengan
lingkungan di perairan Punaga dan Laikang, Takalar.
e) Kelulusan hidupnya masih dapat bertahan hidup dengan kondisi yang sama ketika pertama
kali ditanam.

Adapun saran-saran selama penanaman alga merah jenis (Ptilophora sp., Pterocladia
capilaceae, dan Porphyroglossum zolingerii), antara lain ;
a) Perlunya intensitas pencucian dan pembersihan terhadap kurungan untuk menghindari
penumpukan sedimen lumpur, sehingga untuk meminimalisir penimbunan suspensi
lumpur di kurungan, perlunya pencucian dan pembersihan.
b) Perlunya penjarangan terhadap kepadatan tanam di dalam kurungan sehingga sirkulasi
arus jadi lancar dan konsumsi nutrient tercukupi guna memudahkan pengamatan
c) Bahwa jumlah alga merah jenis Ptilophora sp dan Pterocladia capilaceae mengalami
penurunan jumlah kurungan baru (warna biru). diduga Ptilophora sp dan Pterocladia
capilaceae sebelumnya sudah banyak yang lolos/keluar dari kurungan lama dan sebagian
ada yang memutih sehingga volume bibit berkurang.

15
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2005. Revitalisasi Perikanan dan Kelautan. Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi
Sulawesi Selatan.
Mayunar, 1989. Pengaruh Pemberian Kalium Nitrat Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut
(Gracilaria verrocosa) Dalam Jurnal Penel. Budidaya Pantai Vol. 5.No.2. Balai
Penelitian Perikanan Budidaya Pantai Maros.
Soekarno, DR., 2001. Potensi Terumbu Karang Bagi Pembangunan Daerah Berbasis Kelautan.
Coremap LIPI, Info Urdi Vol. 11
Sulistijo. 1985. Budidaya Rumput Lau. (BL/85/WP-11). Laboratorium Marikultur, Lembaga
Oceanologi Nasional LIPL. Jakarta.

16

You might also like