You are on page 1of 3

“Kegagalan” dan “Keberhasilan” Demokrasi Liberal dan Demokrasi

Terpimpin serta Mengapa Demokrasi Liberal Adalah Masa


Paling Demokratis

Setelah masa revolusi, Indonesia memasuki masa percobaan demokasi atau lebih sering
dikatakan sebagai masa demokrasi liberal. Masa ini dikatakan sebagai masa percobaan
demokrasi karena Indonesia telah mendapatkan pengakuan secara de facto maupun de jure dari
dunia internasional. Itu juga berarti kekuatan asing mulai melemah di Indonesia sehingga Negara
ini bisa menatur segala urusan dalam dan luar negerinya tanpa campur tangan Negara lain. Hal
ini tentunya tidak mudah karena banyak permasalahan yang dihadapi oleh Negara yang baru saja
merdeka. Masalah-masalah itu antara lain kemiskinan, tingakat pendidikan serta fasilitas
kesehatan yang rendah, dan belum tersedianya sistem pemerintahan yang betul-betul telah teruji.

Namun demikian masa ini bisa dikatakan sebagai masa paling demokratis selama republik ini
berdiri. Indonesia telah mengalami enam kali pergantian kepala Negara dan beberapa kali
pergantian sistem pemerintahan. Kita bisa menilik berbagai macam periodesasi sejarah di
Indonesia dan membandingkannya satu sama lain. Dari berbagai macam perbandingan tersebut
tentunya kita bisa menilai masa mana yang paling demokratis meskipun penilaian kita entah
bersifat subjektif atau objektif. Perbandingan bisa dilakukan antara Orde Lama (demokrasi
liberal dan demokrasi terpimpin), Orde Baru, dan masa reformasi.

Kedemokratisan masa demokrasi liberal tercermin pada banyaknya partai, aliran kebatinan, dan
berbagai macam ideologi berkembang dengan pesat. Selain itu setiap partai atau individu
mempunyai kesempatan yang sama dalam pemerintahan, meskipun masih ada pengecualian
terhadap PKI. Dimasa itu kebebasan berdemokrasi benar-benar nyata karena setiap golongan
atau elemen bangsa ada perwakilan di parlemen tidak terkecuali golongan komunis.

Keikutsertaan partai yang berhaluan komunis dalam pemilu dan parlemen inilah yang mungkin
menjadikan masa ini disebut sebagai masa paling demokratis selama republik ini berdiri. Selain
juga karena kebebasan sistem multipartai dimana campur tangan Negara bisa dikatakan tidak
ada. Pada masa demokrasi terpimpin partai yang berhaluan komunis memang juga ikut dalam
parlemen bahkan kedudukannya lebih kuat dari masa demokrasi liberal. Namun, dimasa ini
terjadi banyak tekanan dari pemerintah (Soekarno) pada partai yang tidak sesuai dengan
keinginan Soekarno.

Adapun keberhasilan yang telah dicapai pada masa demokrasi liberal ada berbagai macam hal.
Pertama, September 1955 penyelenggaraan pemilu demokratis pertama pada masa kabinet
Burhanudin Harahap. Keberhasilan penyelenggaraan pemilu ini juga menjadi alasan yang kuat
bahwa masa demokrasi liberal merupakan masa yang paling demokratis. Penyelenggaraan
pemilu dimana proses pelaksanaannya Kedua, berhasil menyelenggarakan Konferensi Bandung
pada bulan April 1955 sehingga Indonesia bisa mendapatkan peranan penting di dunia Asia-
Afrika. Ketiga, pencapaian kehidupan bernegara yang paling demokratis selama republik ini
berdiri.

Selain pencapaian keberhasilan tentunya kegagalan juga mengiringi. Pertama, instabilitas Negara
karena terlalu sering terjadi pergantian kabinet. Hal ini menjadikan pemerintah tidak berjalan
secara efisien sehingga perekonomian Indonesia sering jatuh dan terinflasi. Kedua, praktik
korupsi meluas. Pada masa ini tidak tindak pidana korupsi tidak bisa ditangani karena dari
oknum partai maupun oknum pemerintahan tidak luput dari melakukan korupsi, bahkan mentri
luar negri kala itu yang sekaligus sebagai arsitek demokrasi terpimpin juga melakukan korupsi.
Ketiga, kesejahteraan rakyat terbengkalai karena pemerintah hanya terfokus pada pengembangan
bidang politik bukan pada ekonomi.

Masa demokrasi terpimpin (1957-1965) dimulai dengan tumbangnya demokrasi parlementer atau
demokrasi liberal yang ditandai pengunduran Ali Sastroamidjojo sebagai perdana mentri. Namun
begitu, penegasan pemberlakuan demokrasi terpimpin dimulai setelah dibubarkannya badan
konstituante dan dikeluarkannya dekrit presiden 5 Juli 1959. Demokrasi Terpimpin adalah
demokrasi yang dipimpin oleh sila keempat Pancasila. Namun oleh Presiden Soekarno diartikan
terpimpin mutlak oleh presiden (penguasa). Hal yang paling mendasari pembentukan demokrasi
terpimpin adalah kepribadian Soekarno dan militer yang dituangkan dalam suatu konsepsi.
Konsepsi tentang suatu sistem yang asli Indonesia. Namun sistem ini ditolak oleh Hatta karena
dikawatirkan bahwa hal ini akan kembali pada sistem tradisional yang feodal, otokratis, dan
hanya dipakai demi kepentingan raja.

Benar saja kekhawatiran Hatta, Soekarno seperti lepas kontrol. Soekarno


melakukan segala sesuatu menurut penafsirannya sendiri. Lawan politik yang
menentangnya dibungkam dengan berbagai macam cara, salah satunya dengan
mengeluarkan penetapan No. 28 tahun 1963 tentang penetapan Presiden Republik
Indonesia  dan penetapan No. 5 tahun 1963 tentang kegiatan politik (Penjelasan
dalam Tambahan-Negara tahun 1963 No. 2544). Penetapan-penetapan tersebut
bertujuan untuk meredam (membungkam) lawan-lawan politik yang tidak setuju
dengan apa yang dikatakan Soekarno, contoh Syahrir yang dipenjarakan setelah
terlibat dalam PRRI.

Tidak cukup sampai disitu, Soekarno mengeluarkan Penetapan Presiden No.200/1960 yang
menetapkan bahwa Masyumi harus membubarkan diri. Kemudian jika dalam waktu tenggat tiga
puluh hari sejak ditetapkan Masyumi tidak dibubarkan, maka akan dinyatakan sebagai “partai
terlarang”. Dengan dikeluarkannya berbagai macam penetapan yang mengekang hak setiap
orang untuk berpolitik, sesungguhnya demokrasi telah mati kala itu.

Pada masa demokrasi terpimpin inilah terjadi manuver kebijakan pemerintah karena dari yang
semula bebas aktif sedikit kebarat-baratan menjadi berorientasi pada komunis. Dimana hal ini
mencapai puncaknya saat terbentuk poros Jakarta-Bejing. Politik konfontasi dengan Malaysia
mebuat kesejahteraan Indonesia serta stabilitas pangan berkurang karena banyak tenaga yang
dimobilisasi ke perbatasan Kalimantan Utara (Malaysia). Keluarnya Indonesia dari PBB
membuat Negara ini kehilangan banyak dukungan baik yang bersifat materiil maupun non-
materiil dari Negara-negara yang notabene adalah Negara liberal (barat). Perubahan yang drastis
juga terjadi didalam negeri karena DPR dibubarkan, presiden mengeluarkan penetapan diamana
yang seharusnya berupa undang-undang, dan pengekangan partai-partai yang tidak
mendukungnya.

Sistem politik demokrasi terpimpin ini mampu meningkatkan dan menampung ledakan
pendidikan. Peningkatan ini merupakan suatu dampak positif dari sistem politik Demokrasi
Terpimpin dikarenakan mobilisasi politik menyebabkan peningkatan secara kualitatif maupun
kuantitatif organisasi-organisasi mas ayang berafiliasi maupun tidak dengan partai politik.
Menurut Rocamora, anggota GMNI sudah 75 ribu orang sedangkan menurut Harsya Bachtiar
anggota HMI pada akhir periode Demokrasi Terpimpin sudah mencapai seratus ribu orang dan
CGMI sebanyak 32 ribu orang. Data-data kuantitaif ini menunjukan bahwa periode Demokrasi
Terpimpin mampu meningkatkan peran pemuda dan masyarakat untuk turut serta berperan
dalam politik.

Beberapa hal yang menjadi catatan tentang keberhasilan Soekarno. Keberhasilan yang paling
cemerlang adalah penyerahan Papua Barat oleh Belanda pada tahun 1963. Hal ini bukan semata-
mata atas kegigihan Soekarno melakukan aksi-aksi militer, tetapi juga terdapat usaha diplomasi
yang dilakukan oleh Soebandrio, Adam Malik, dan Achmad Soebardjo.

You might also like