You are on page 1of 3

DNA mitokondria

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

DNA mitokondria, Berbeda dengan organel sel lainnya, mitokondria memiliki materi
genetik sendiri yang karakteristiknya berbeda dengan materi genetik di inti sel.
Mitokondria, sesuai dengan namanya, merupakan rantai DNA yang terletak di bagian sel
yang bernama mitokondria. DNA mitokondria memiliki ciri-ciri yang berbeda dari DNA
nukleus ditinjau dari ukuran, jumlah gen, dan bentuk. Di antaranya adalah memiliki laju
mutasi yang lebih tinggi, yaitu sekitar 10-17 kali DNA inti [Wallace et al., 1997]. Selain
itu DNA mitokondria terdapat dalam jumlah banyak (lebih dari 1000 kopi) dalam tiap sel,
sedangkan DNA inti hanya berjumlah dua kopi. DNA inti merupakan hasil rekombinasi
DNA kedua orang tua sementara DNA mitokondria hanya diwariskan dari ibu
(maternally inherited) [Browning, et al., 1979, Giles et al.,1980].

Besar genom pada DNA mitokondria relatif kecil apabila dibandingkan dengan genom
DNA pada nukleus. Ukuran genom DNA mitokondria pada tiap tiap organisme sangatlah
bervariasi. Pada manusia ukuran DNA mitokondria adalah 16,6 kb, sedangkan pada
Drosophila melanogaster kurang lebih 18,4 kb. Pada khamir, ukuran genom relatif lebih
besar yaitu 84 kb.

Tidak seperti DNA nukleus yang berbentuk linear, mtDNa berbentuk lingkaran. Sebagian
besar mtDNA membawa gene yang berfungsi dalam proses respirasi sel. Eksperimen
yang dilakukan dengan menghilangkan mtDNA pada S. cerevisceae menunjukan
penurunan tingkat pertumbuhan yang signifikan yang ditandai dengan mengecilnya
ukuran sel.

Struktur DNA Mitokondria


DNA mitokondria (mtDNA) berukuran 16.569 pasang basa dan terdapat dalam matriks
mitokondria, berbentuk sirkuler serta memiliki untai ganda yang terdiri dari untai heavy
(H) dan light (L). Dinamakan seperti ini karena untai H memiliki berat molekul yang
lebih besar dari untai L, disebabkan oleh banyaknya kandungan basa purin [Anderson et
al., 1981].

MtDNA terdiri dari daerah pengode (coding region)dan daerah yang tidak mengode (non-
coding region). MtDNA mengandung 37 gen pengode untuk 2 rRNA, 22 tRNA, dan 13
polipeptida yang merupakan subunit kompleks enzim yang terlibat dalam fosforilasi
oksidatif, yaitu: subunit 1, 2, 3, 4, 4L, 5, dan 6 dari kompleks I, subunit b (sitokrom b)
dari kompleks III, subunit I, II, dan III dari kompleks IV (sitokrom oksidase) serta
subunit 6 dan 8 dari kompleks V. Kebanyakan gen ini ditranskripsi dari untai H, yaitu 2
rRNA,14 dari 22 tRNA dan 12 polipeptida. MtDNA tidak memiliki intron dan semua gen
pengode terletak berdampingan [Anderson et al., 1981, Wallace et al., 1992, Zeviani et
al., 1998]. Sedangkan protein lainnya yang juga berfungsi dalam fosforilasi oksidatif
seperti enzim-enzim metabolisme, DNA dan RNA polimerase, protein ribosom dan
mtDNA regulatory factors semuanya dikode oleh gen inti, disintesis dalam sitosol dan
kemudian diimpor ke organel [Wallace et al., 1997].

Daerah yang tidak mengode dari mtDNA berukuran 1122 pb, dimulai dari nukleotida
16024 hingga 576 dan terletak diantara gen tRNApro dan tRNAphe. Daerah ini
mengandung daerah yang memiliki variasi tinggi yang disebut displacement loop (D-
loop). D-loop merupakan daerah beruntai tiga (tripple stranded) untai ketiga lebih dikenal
sebagai 7S DNA. D-loop memiliki dua daerah dengan laju polymorphism yang tinggi
sehingga urutannya sangat bervariasi antar individu, yaitu Hypervariable I (HVSI) dan
Hypervariable II (HVSII). Daerah non-coding juga mengandung daerah pengontrol
karena mempunyai origin of replication untuk untai H (OH) dan promoter transkripsi
untuk untai H dan L (PL dan PH) [Anderson et al., 1981]. Selain itu, daerah non-coding
juga mengandung tiga daerah lestari yang disebut dengan conserved sequence block
(CSB) I, II, III. Daerah yang lestari ini diduga memiliki peranan penting dalam replikasi
mtDNA.

Daerah Hipervariabel DNA Mitokondria


Daerah kontrol memiliki tingkat mutasi dan polymorphism yang paling tinggi di dalam
genom DNA mitokondria. Pada daerah D-loop terdapat hipervariabel 1 (HV1) dan
hipervariabel 2 (HV2). Hypervariable I (HVSI) pada urutan nukleotida 16024-16383 dan
Hypervariable II (HVSII) yang terletak pada nukleotida 57-372. Dua daerah ini memiliki
laju mutasi yang lebih tinggi dari daerah pengode [Howell et al., 1996]. Oleh karena
sifatnya yang polimorfik, daerah ini sangat beragam antar individu tetapi sama untuk
kerabat yang satu garis keturunan ibu. Laju mutasi sejauh ini diketahui 1:33 generasi, jadi
perubahan urutan nukleotida hanya akan terjadi setiap 33 generasi [Hall, 1998]. Oleh
karena itu, daerah ini sering dianalisis dan sangat penting untuk digunakan dalam proses
identifikasi individu.

Sifat-sifat DNA Mitokondria


MtDNA diwariskan secara maternal [Browning, et al., 1979, Giles et al.,1980]. Sel telur
memiliki jumlah mitokondria yang lebih banyak dibandingkan sel sperma, yaitu sekitar
100.000 molekul sedangkan sel sperma hanya memiliki sekitar 100-1500 mtDNA [Chen,
et al., 1995b, Manfredi, et al., 1997]. Dalam sel sperma mitokondria banyak terkandung
dalam bagian ekor karena bagian ini yang sangat aktif bergerak sehingga membutuhkan
banyak ATP.

Pada saat terjadi pembuahan sel telur, bagian ekor sperma dilepaskan sehingga hanya
sedikit atau hampir tidak ada mtDNA yang masuk ke dalam sel telur. Hal ini berarti
bahwa sumbangan secara paternal hanya berjumlah 100 mitokondria. Apalagi dalam
proses pertumbuhan sel, jumlah mtDNA secara paternal semakin berkurang. Maka jika
dibandingkan dengan sumbangan secara maternal yaitu 100.000, maka sumbangan secara
paternal hanya 0,01%. Oleh karena itu dapat dianggap tidak terjadi rekombinasi sehingga
dapat dikatakan bahwa mtDNA bersifat haploid, diturunkan dari ibu ke seluruh
keturunannya [Cann et al., 1987, Giles et al., 1980, Wallace, 1997].

DNA mitokondria juga memiliki sifat unik lainnya yaitu laju mutasinya yang sangat
tinggi sekitar 10-17 kali DNA inti [Wallace et al., 1997]. Hal ini dikarenakan mtDNA
tidak memiliki mekanisme reparasi yang efisien [Bogenhagen, 1999], tidak memiliki
protein histon, dan terletak berdekatan dengan membran dalam mitokondria tempat
berlangsungnya reaksi fosforilasi oksidatif yang menghasilkan radikal oksigen sebagai
produk samping [Richter, 1988]. Selain itu, DNA polimerase yang dimiliki oleh
mitokondria adalah DNA polimerase γ yang tidak mempunyai aktivitas proofreading
(suatu proses perbaikan dan pengakuratan dalam replikasi DNA). Tidak adanya aktivitas
ini menyebabkan mtDNA tidak memiliki sistem perbaikan yang dapat menghilangkan
kesalahan replikasi. Replikasi mtDNA yang tidak akurat ini akan menyebabkan mutasi
mudah terjadi.

Salah satu bentuk keunikan lainnya dari mitokondria adalah perbedaan kode genetik
mitokondria menunjukkan perbedaan dalam hal pengenalan kodon universal. UGA tidak
dibaca sebagai “berhenti” (stop) melainkan sebagai tryptofan, AGA dan AGG tidak
dibaca sebagai arginin melainkan sebagai “berhenti”, AUA dibaca sebagai methionin
[Anderson et al., 1981].

Diperoleh dari "http://id.wikipedia.org/wiki/DNA_mitokondria"

You might also like