Professional Documents
Culture Documents
Darmawan, Diana Permatasari, Dina Afrida Resti, Etika Rezkina, Fiona Sarah, Hardiani
Andaningrum, Julius Caesar Panggaban, Khalifah Abadini, Mery Christy, Mia Suminarti, Shinta
Rahmawati
A. Pendahuluan
Latar Belakang
SKN 2009 merupakan penyesuaian dari SKN 1982 dan SKN 2004. SKN 1982 terdiri dari tiga
bagian, yaitu: 1) Pemikiran dasar pembangunan kesehatan, 2) Rencana pembangunan jangka
panjang bidang kesehatan, dan 3) Bentuk pokok SKN. Selanjutnya pada akhir 1999 ditetapkan
Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat Tahun 2010. Rencana ini pada intinya
mengandung Butir 1) dan 2) dari SKN 1982 yang lebih dikembangkan sesuai keperluannya. Pada
10 Februari 2004 ditetapkan SKN 2004 yang pada intinya mengandung Butir 1) dan 3) dari SKN
1982. SKN 2004 yang pada hakikatnya merupakan bentuk dan cara penyelenggaraan pembangunan
kesehatan, penting untuk dimutakhirkan menjadi SKN 2009 agar dapat mengantisipasi berbagai
tantangan perubahan pembangunan kesehatan dewasa ini dan di masa depan.
Pengertian SKN
SKN adalah bentuk dan cara penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang memadukan berbagai
upaya Bangsa Indonesia dalam satu derap langkah guna menjamin tercapainya tujuan pembangunan
kesehatan dalam kerangka mewujudkan kesejahteraan rakyat sebagaimana dimaksud dalam
Undang-undang Dasar 1945.
Landasan SKN
Landasan SKN meliputi:
1. Landasan Idiil yaitu Pancasila.
2. Landasan Konstitusional yaitu UUD 1945, khususnya: Pasal 28 A, Pasal 28 B ayat (2), 28 C
ayat (1), Pasal 28 H ayat (1) dan ayat (3), Pasal 34 ayat (2) dan ayat (3).
3. Landasan Operasional meliputi seluruh ketentuan peraturan perundangan yang berkaitan
dengan penyelenggaraan SKN
Kedudukan SKN
1. Suprasistem SKN
Suprasistem SKN adalah Ketahanan Nasional.
2. Kedudukan SKN dalam Sistem Nasional Lainnya
Dalam penyelenggaraan pembangunan nasional, SKN dapat bersinergi secara dinamis
dengan berbagai sistem nasional lainnya seperti: Sistem Pendidikan Nasional, Sistem
Perekonomian Nasional, Sistem Ketahanan Pangan Nasional, Sistem Hankamnas, dan Sistem-
sistem nasional lainnya.
3. Kedudukan SKN terhadap Penyelenggaraan Pembangunan Kesehatan di Daerah
Dalam pembangunan kesehatan, SKN merupakan acuan bentuk dan cara penyelenggaraan
pembangunan kesehatan di daerah.
4. Kedudukan SKN terhadap berbagai sistem kemasyarakatan termasuk swasta
Dalam kaitan ini potensi swasta merupakan bagian integral dari SKN. Untuk keberhasilan
pembangunan kesehatan perlu digalang kemitraan yang setara, terbuka, dan saling
menguntungkan dengan berbagai potensi swasta. SKN dapat mewarnai potensi swasta, sehingga
sejalan dengan tujuan pembangunan nasional yang berwawasan kesehatan.
Subsistem SKN
Subsistem SKN meliputi:
1. Subsistem Upaya Kesehatan
2. Subsistem Pembiayaan Kesehatan
3. Subsistem Sumber Daya Manusia Kesehatan
4. Subsistem Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Makanan Minuman
5. Subsistem Manajemen dan Informasi Kesehatan
6. Subsistem Pemberdayaan Masyarakat
Tujuan
1) Meningkatnya kemampuan masyarakat untuk berperilaku hidup sehat,
2) Masyarakat mampu mengatasi masalah kesehatan secara mandiri,
3) Masyarakat berperan serta dalam setiap upaya kesehatan, serta
4) Masyarakat dapat menjadi penggerak dalam mewujudkan pembangunan berwawasan kesehatan.
Unsur-Unsur
Subsistem pemberdayaan masyarakat terdiri dari empat unsur, yaitu:
1) Penggerak Pemberdaya : pemerintah, masyrakat, dan swasta sebagai insiator, motivator, dan
fasilitator.
2) Sasaran pemberdayaan : perorangan, kelompok, masyarakat luas, dan pemerintah.
3) Kegiatan hidup sehat : membentuk kebiasaan, sehingga membudaya dalam masyarakat.
4) Sumber daya : dana, sarana, prasarana, budaya, metode, dan pedoman yang dimiliki oleh
masyrakat, swasta, dan pemerintah.
Prinsip
Terdapat enam prinsip dalam mewujudkan pemberdayaan masyarakat, yaitu:
1) Berbasis masyarakat : berbasis pada tata nilai perorangan, keluarga, dan masyarakat, sesuai
dengan keragaman sosial budaya, kebutuhan, permasalahan, dan potensi masyarakat.
2) Edukatif : bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran, kemauan dan kemampuannya, serta
menjadi penggerak dalam pembangunan kesehatan.
3) Kesempatan mengemukakan pendapat dan memilih pelayanan kesehatan.
4) Kemitraan : adanya kerja sama antara penyelenggara kesehatan dengan masyarakat yang
dilayani.
5) Kemandirian : mengoptimalkan dan menggerakkan sumber daya setempat serta tidak bergantung
pada orang lain.
6) Gotong royong : tumbuhnya rasa kepedulian, tenggang rasa, solidaritas, empati, dan kepekaan
masyarakat daalm menghadapi potensi dan masalah kesehatan.
Penyelenggaraan
1) Penggerakan masyarakat
Pembangunan kesehatan perlu digerakkan oleh masyarakat mulai dari penelaahan situasi masalah
kesehatan, penyususnan rencana termasuk dalam penentuan prioritas kesehatan, pelaksanaan,
pemantauan, dan evaluasi upaya kesehatan sehingga dapat terwujud kemandirian, dan
kesinambungan pembangunan kesehatan.
Penggerakan masyarakat merupakan hal yang penting dalam pembangunan kesehatan karena
penekanan atau fokus pembangunan kesehatan diberikan pada peningkatan perilaku dan
kemandirian masyarakat serta upaya promotif dan preventif.
2) Pengorganisasian dalam pemberdayaan
Pelaksanaan pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan melalui perorangan, kelompok, dan
masyarakat luas sesuai dengan kepentingannya dan yang berhasilguna dan berdayaguna.
Pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan pula melalui pendekatan ke tatanan, memperhatikan
karakteristik dan kekhususan masyarakat, memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
berkembang.serta dengan memperhatikan nilai-nilai agama dan sosial yang ada.
3) Advokasi
Masyarakat dapat berperan dalam advokasi dan melakukan kritik yang membangun guna
terwujudnya bembangunan berwawasan kesehatan.
4) Kemitraan
Pemberdayaan masyarakat dilakukan dengan kemitraan berbagai pihak agar terwujud dukungan
sumber daya dan kebijakan dalam pembangunan kesehatan. Pembinaan dilakukan untuk
kesinambungan pemberdayaan masyarakat yang telah dilakukan melalui berbagai cara antara lain:
pemberian insentif, pendampingan, lomba, dan kompetisi.
5) Peningkatan Sumber Daya
Dalam pemberdayaan masyarakat perlu dididukung oleh pengembangan dan pemberdayaan SDM
Kesehatan yang kuat, pembiayaan yang memadai, dukungan berbagai sarana lain yang berkaitan,
dan secara spesifik dapat didampingi penggerak yang berperan sebagai fasilitator, komunikator, dan
dinamisator dalam proses pemberdayaan masyarakat.
F. Dukungan Penyelenggaraan Sistem Kesehatan Nasional
Proses Penyelenggaraan SKN
Penyelenggaraan SKN menerapkan pendekatan kesisteman yang meliputi masukan, proses, luaran,
dan lingkungan serta keterkaitannya satu sama lain, sebagai berikut:
1. Masukan dalam SKN meliputi subsistem sumber daya manusia, subsistem pembiayaan
kesehatan, dan subsistem sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan minuman.
2. Proses dalam SKN meliputi subsistem upaya kesehatan, subsistem pemberdayaan masyarakat,
dan subsistem manajemen dan informasi kesehatan.
3. Luaran dari SKN adalah terselenggaranya pembangunan kesehatan yang berhasilguna dan
berdayaguna, bermutu, merata, dan berkeadilan.
4. Lingkungan dari SKN meliputi: berbagai keadaan yang menyangkut ideologi, politik, ekonomi,
sosial, budaya, pertahanan dan keamanan baik nasional, regional maupun global yang
berdampak terhadap pembangunan kesehatan. Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Wawasan
Nusantara, dan Ketahanan Nasional merupakan landasan bagi penyelenggaraan SKN.
Penyelenggara SKN
Pelaku penyelenggaraan pembangunan kesehatan adalah: 1) Individu, keluarga, dan masyarakat; 2)
Pemerintah, baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah; 3) Badan Legislatif, baik di Pusat
maupun di Daerah; 4) Badan Yudikatif; 5) Sektor swasta; 6) Lembaga pendidikan, baik pada
tingkat sekolah dasar sampai tingkat perguruan tinggi, baik milik publik maupun swasta.
Kerjasama Internasional
Para pelaku SKN wajib berperan aktif di lingkungan internasional untuk mewujudkan
kepemimpinan Indonesia di dunia 88 internasional guna menghasilkan kebijakan yang kondusif
bagi pengembangan SKN. Peran Indonesia dalam upaya mereformasi WHO perlu terus dilakukan
agar transparansi dan keadilan dari organisasi internasional tersebut dapat tercapai.
G. Penutup
Sistem Kesehatan Nasional harus selalu mampu menjawab peluang, tantangan, dan perubahan
lingkungan strategis nasional, regional, maupun internasional. Oleh karenanya, semua pemangku
kepentingan wajib memantau kinerja dan kendala yang dihadapi SKN. Oleh karenanya, SKN perlu
disesuaikan atau diubah secara berkala sesuai dengan perubahan lingkungan strategis.